Anda di halaman 1dari 7

BUNGA ANUGERAH

18053092

PENDIDIKAN EKONOMI

Teori Belajar Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran


1. Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik
Menurut Sihkabuden (2012) behaviorisme merupakan proses
perubahan perilaku hasil pengalaman yang relatif menetap
hasilhubungan stimulus dan respons. Para tokoh yang
mengembangkan teori ini antara lain E.L. Thorndike, Ivan Pavlov,
B.F. Skinner, J.B. Watson, Clark Hull dan Edwin Guthrie. Kata
kunci dari teori belajar behavioristik yaitu latihan, pengalaman,
stimulus/ rangsangan, respons/tanggapan yang berperan dalam
belajar.
Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behavioristik
merupakan teori belajar memahami tingkah laku manusia yang
menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan materialistik,
sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat
dilakukan melalui upaya pengkondisian.

Terdapat beberapa peneliti yang mempelajari tentang teori-teori


perilaku. Berikut akan dijabarkan tentang para peneliti teori
behaviorisme :
1. Teori Ivan Pavlov (Teori belajar classical conditioning)
Teori Ivan Pavlov dikenal sebagai pengkondisian klasik
(classical conditioning). Pengkondisian klasik terjadi secara
otomatis dengan melibatkan alam bawah sadar (Staddon,
2014:16). Dalam buku yang ditulis oleh Todes (2000:39)
diterangkan bahwa pada awalnya Pavlov ingin mengetahui apa
yang menyebabkan binatang mengeluarkan air liur saat mereka

1
makan. Untuk meneliti penelitiannya tersebut, Pavlov
melakukan penelitian dengan dengan anjing. Dengan mengamati
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa suatu rangsangan
buatan akan menghasilkan respon yang sama apabila pada
awalnya ransangan tersebut diberikan bersamaan dengan
ransangan wajar.

2. E.L. Thorndike (Teori belajar koneksionisme)


Penjabaran mengenai penelitian ElL. Thorndike terkait
teori behaviorisme dijabarkan dari buku yang ditulis oleh Slavin
(2006). Penemuan Pavlov mengilhami para peneliti di Amerika
Seikat seperti E.L Thorndike yang dikenal dengan kaidah efek-
nya. Thorndike melakukan sebuah eksperimen dengan
memasukkan kucing ke dalam kotak dan kemudian kucing
tersebut harus berusaha untuk keluar dari kotak agar
memperoleh makanan. Dari percobaan ini dia mengamati bahwa
semakin lama waktu yang dibutuhkan kucing untuk keluar dari
kotak semakin cepat. Hal yang dilakukan kucing adalah dengan
cara mengulangi perilaku yang membuatnya lolos dan tidak
mengulangi perilaku yang akan mempersulitnya dalam
keluar.Thorndike kemudian menyimpulkan bahwa perilaku
seseorang saat ini dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut
di masa yang akan datang.

3. B.F. Skinner (Teori belajar Descriptive behaviorism atau


operant conditioning)
B.F. Skinner dikenal dengan pengkondisian operan yang
artinya penggunaan konsekuensi yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan untuk mengendalikan terjadinya perilaku
(Slavin, 2006: 137). Dapat disimpulkan juga, Skinner
menekankan tentang pentingnya hubungan sebab-akibat antara

2
kondisi lingkungan dan perilaku individu (Harre, 2009:49).
Dalam buku Slavin (2006) dijelaskan bahwa Skinner
menggunakan kotak yang disebut dengan kotak Skinner dalam
percobaannya. Kotak ini dirancang sehingga setiap kali tikus
memencet tombol pada kotak maka akan memperoleh butiran
makanan. Imbalan makanan ini membuat tikus hanya terfokus
untuk menekan tombol dan mengurangi perilaku lain seperti
berputar-putar dalam kotak

2. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Teori Behavioristik


Dalam konteks pembelajaran ada beberapa prinsip umum yang
harus diperhatikan. Menurut Mukminan (1997: 23), beberapa prinsip
tersebut adalah:

1. Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah


perubahan tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu
jika yang bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku
tertentu.
2. Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah
adanya stimulus dan respons, sebab inilah yang dapat diamati.
Sedangkan apa yang terjadi di antaranya dianggap tidak penting
karena tidak dapat diamati.
3. Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya
respons, merupakan faktor penting dalam belajar. Respons akan
semakin kuat apabila reinforcement (baik positif maupun negatif)
ditambah.
Sementara prinsip-prinsip dasar behaviorisme :
1. Konsekuensi-konsekuensi
Konsekuensi menyenangkan atau penguatan (reinforce) dimana
seseorang dapat meningkatkan frekuensi perilakunya. Sedangkan
konsekuensi yang kurang menyenangkan atau hukuman (punisher)

3
dapat melemahkan bahkan sampai menghilangkan perilaku
tersebut. (Slavin, 2006:138)
2. Kesegaran Konsekuensi (immediacy of consequence)
Menurut Mills (1998) tindakan penguatan yang lebih kecil tapi
dilakukan secara langsung lebih berpengaruh pada perilaku
daripada penguatan besar yang dilakukan kemudian. Jadi
Kesegaran Konsekuensi (immediacy of consequence) adalah
tindakan langsung dari seorang guru berupa konsekuensi positif
atau negatif untuk meningkatkan penguatan atau melemahkan
perilaku pada siswa tersebut.
3. Pembentukan (shaping)
Istilah pembentukan “shaping” digunakan dalam teori
behaviorisme dalam mengajarkan keterampilan atau perilaku baru
pada siswa sampai dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan (Dahar, 1998:32). “Pembentukan” (shaping) adalah
suatu kegiatan pembelajaran kemampuan atau perilaku baru pada
siswa secara bertahap dari mulai terkecil untuk menuju tujuan yang
diinginkan. Prinsip penguatan disini adalah siswa dikuatkan pada
perilaku yang berada pada kemampuan mereka sekarang tetapi
juga memperluas kearah kemampuan yang baru.
4. Pemunahan (extinction)
Prinsip pemunahan adalah suatu kejadian dimana tindakan
penguatan ditarik kembali sehingga perilaku yang sudah terbentuk
semakin melemah dan bisa saja menghilang (Slavin, 2006:147).
Contohnya saat ada siswa yang berbuat gaduh untuk memanggil
gurunya dia diacuhkan maka dia akan bersuara lebih keras untuk
selanjutnya dan kemudian dia akan diam karena dia selalu
diacuhkan oleh gurunya Hal inilah yang dinamakan dengan
pemunahan klasik
5. Pemeliharaan (maintenance)

4
Prinsip jenis pemeliharaan (maintenance) terjadi pada perilaku
yang tidak perlu dikuatkan karena dikuatkan secata instrinstik yang
berarti keterlibatan perilaku tersebut menyenangkan (Slavin,
2006:151).
6. Peran Antesenden
Isyarat (cue) adalah rangsangan antesenden (actecenent stimuli)
yang mendahului perilaku, karena nantinya akan memberitahu kita
tentang perilaku tertentu untuk dikuatkan atau perilaku akan
dihukum (Slavin, 2006:152).

3. Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Pembelajaran


Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran,
materi pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran,
lingkungan, dan penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar
behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan
teori belajar behavioristik merupakan proses pembentukan, yaitu
membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Hal yang paling penting dalam teori belajar behavioristik
adalah masukan dan keluaran yang berupa respons. Menurut teori ini,
antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respons.
Menurut (Mukminan, 1997: 27) Langkah umum yang dapat
dilakukan guru dalam menerapkan teori behaviorisme dalam proses
pembelajaran adalah :
1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
2. Melakukan analisis pembelajaran
3. Mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal pembelajar
4. Menentukan indikator-indikator keberhasilan belajar.

5
5. Mengembangkan bahan ajar (pokok bahasan, topik, dll)
6. Mengembangkan strategi pembelajaran (kegiatan, metode, media
dan waktu)
7. Mengamati stimulus yang mungkin dapat diberikan (latihan, tugas,
tes dan sejenisnya)
8. Mengamati dan menganalisis respons pembelajar
9. Memberikan penguatan (reinfrocement) baik posistif maupun
negatif
10. Merevisi kegiatan pembelajaran

6
7

Anda mungkin juga menyukai