Anda di halaman 1dari 5

Tugas Makalah

Mata Kuliah psikologi Kepribadian II

Tentang

Memahami Teori Classical Conditioning Oleh Ivan Pavlov (Aliran Behaviorisme)

Disusun Oleh:

Afdal Yusra / 200205003

Dosen Pengampu:

Lusi Tania Agustin, S.Sos,I.,M..Psi

Prodi Psikologi Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM SUMATRA BARAT (IAI SUMBAR)


PARIAMAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
A. Pengertian Pendekatan Behavior
Lawson dalam Mulyadi (2016) konteks belajar mendefinisikan pendekatan adalah segala cara
atau strategi yang digunakan peserta didik untuk menunjang keefektifan dan keefesienan dalam proses
pembelajaran materi tertentu. Pendekatan dalam konseling ( counseling in approach ) di sebut juga
teori konseling yang merupakan kerangka dasar dalam menyelenggarakan atau melaksanakan praktik
konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena berbagai pendekatan atau teori-teori konseling
akan memudahkan dalam menentukan arah proses konseling yang akan diselenggarakan (Mulyadi,
2016). Menurut Sani (2013) behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman.
Sedangkan menurut J.P Chaplin (2002) behavioristik adalah suatu pandangan teoritis yang
beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi
mengenai kesadaran dan mentalitas. Pendekatan behavioristik juga bisa disebut dengan pendekatan
tingkah laku. Pendekatan tingkah laku adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang
berakar pada teori tentang belajar (Corey, 1997). Menurut Ahmadi (1998) pendekatan behavioristik
dalam pembelajaran yang menekankan pada unsur perilaku jasmani yang mana kesadaran
dimunculkan untuk memperbaiki tingkah laku seseorang agar mudah diamati.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pendekatan
behavioristik adalah salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu untuk perubahan
tingkah laku melalui proses belajar.
Hakikat manusia menurut pendekatan konseling behavioristik adalah pasif dan mekanistik,
manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan
lingkungan yang membentuknya. Manusia merespon lingkungan dengan kontrol terbatas, hidup
dalam alam deterministik dan memiliki peran aktif dalam memilih martabatnya. Manusia memulai
kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan
pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Dalam pandangan behavioristik,
kepribadian manusia merupakan perilaku yang terbentuk berdasarkan hasil pengalaman yang
diperoleh dan interaksi seseorang dengan lingkungannya. Kepribadian merupakan pengalaman
seseorang akibat proses belajar. Menurut Saerozi, (2015), aliran behavioristik memiliki asumsi-
asumsi dasar terhadap perilaku manusia sebagai berikut :

1. Manusia memiliki potensi untuk segala jenis perilaku


2. Manusia mampu mengkonsepsikan dan mengendalikan perilakunya
3. Manusia mampu mendapatkan perilaku baru
4. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain sebagaimana perilakunya juga dipengaruhi
oleh orang lain.
B. Pandangan behavioristik terhadap sains kepribadian
Behaviorisme juga didefinisikan sebagai pendekatan eksperimental yang ketat dalam
psikologi. Fakus kajian dalam behaviorisme adalah prilaku manusia. Menurut aliran ini, manusia
bertindak berdasarkan pengaruh lingkungan fisik alih-alih dorongan insting dan kecenderungan
bawaan. Selain itu, aliran ini menguji dan memanipulasi perilaku manusia sebagai fenomena
fisiologis yang terukur.
Behaviorisme adalah sekumpulan ide tentang sains analisis perilaku (science of behavior
analysis), behaviorisme sebenarnya bukanlah sains, melainkan filsafat sains. Sebagai filsafat tentang
perilaku, ia membahas topik-topik yang dekat dan berarti bagi kita, yaitu tentang mengapa kita
melakukan apa yang kita lakukan, dan apa yang seharusnya dan tidak seharusnya kita lakukan. Dalam
hal ini, bagi para penganut paham ini, behaviorisme adalah cabang dari filsafat sains. Terdapat dua
aliran behaviorisme yang muncul sepanjang sejarahnyaTeori belajar behavioristik melihat belajar
merupakan perubahan tingkah laku. Seseorang telah dianggap belajar apabila mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang
berupa stimulus, dan keluaran atau output yang berupa respons. Teori belajar behavioristik
menekankan kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan antara stimulus
dengan respon yang bias diamati dan tidak menghubungkan dengan kesadaran maupun
konstruksimental. Teori belajar behavioristik berlawanan dengan teori kognitif yang mengemukakan
bahwa proses belajar merupakan proses mental yang tidak diamati secara kasat mata.
Tingkah laku dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan yang tidak rasional.Hal ini didasari dari
hasil pengaruh lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku. Manusia adalah
makhluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh faktor- faktor berasal dari luar.Salah satu faktor
tersebut yairu faktor lingkungan yang menjadi penentu dari tingkah laku manusia.
Berdasarkanpemahaman ini, kepribadian individu dapat dikembalikan kepada hubungan antara
individu dan lingkungannya. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian individu
semata-mata bergantung pada lingkungan.Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku
karena telah mempelajarinya melalui pengalaman- pengalaman terdahulu, menghubungkan
tingkahlaku tersebut dengan hadiah-hadiah. Orang menghentikan tingkah laku, karena belum diberi
hadiah atau telah mendapatkan hukuman.Semua tingkah laku, baik bermanfaat atau
merusakmerupakan tingkah laku yang dipelajari oleh manusia.

C. Pavlov Dan Kondisioning Klasik


Salah satu tokoh yang cukup terkenal dalam teori behavioristik adalah Ivan Pavlov. Ia
terkenal dengan teori pengkondisian klasik (classical conditioning). Teori tersebut ditemukan Pavlov
secara kebetulan pada tahun 1980-an.
Pada saat itu, ia melakukan percobaan pada seekor anjing, yang kelak percobaan tersebut
diterapkan pada manusia. Sebagaian besar percobaan memang dilakukan pada hewan, karena menurut
Pavlov binatang dengan manusia memiliki beberapa kesamaan. Diantara kesamaan itu menurut
Thorndike ada pada proses belajar.
Apa yang dilakukan Pavlov dengan anjingnya?,Ada empat tahapan dalam pengkondisian klasik
(classical conditioning) :
1. Yang pertama adalah ketika seekor anjing diberi makan, maka respon yang terjadi adalah
anjing mengeluarkan air liur.
2. Tahapan Kedua anjing tadi diperdengarkan bel di depannya, maka respon yang terjadi adalah
anjing hanya terdiam, tidak mengeluarkan liur.
3. Tahapan ketiga, anjing diberikan makan dan diperdengarkan bel secara bersamaan, maka
respon yang didapat adalah anjing mengeluarkan air liur.
4. Tahapan terakhir atau keempat, anjing hanya diperdengarkan bel di depannya, dan respon
yang didapat adalah anjing mengeluarkan liurnya.

 Gambar pertama menjelaskan tahapan Before Conditioning, Yaitu ketika anjing diberi makan,
seekor anjing akan dengan sendirinya mengeluarkan air liur, walaupun tanpa ada
pengkondisian sebelumnya.
 Gambar kedua juga masih pada tahapan Before Conditioning. Yakni ketika seekor anjing
dibunyikan sebuah bel. Maka anjing tidak merespon dan tidak mengeluarkan air liur.
 Gambar ketiga yaitu tahapan During Conditioning. Menggambarkan keadaan bahwa ketika
anjing dibunyikan sebuah bel disertai sebuah makanan, maka anjing akan mengeluarkan
liurnya.
 Gambar terakhir adalah tahapan After Conditioning, yaitu ketika tahapan during conditioning
dilakukan berulangkali maka ketika dibunyikan sebuah bel tanpa disertai sebuah makanan,
anjing akan dengan sendirinya mengeluarkan air liur.

Jika anda melihat atraksi dalam sebuah sirkus, seekor gajah atau singa atau lumba-lumba, bisa
berdiri atau berputar-putar hanya dengan ayunan tangan seorang pawang, ketahuilah bahwa itu
melalui proses during conditioning yang berulang-ulang.
Demikan halnya dengan manusia, manusia dapat dikondisikan sedimikan rupa. Pengulangan
dan latihan pada tahapan during conditioning digunakan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori belajar Pavlov adalah terbentuknya perilaku
yang diinginkan sehingga menjadi sebuah kebiasaan.

Secara umum, teori belajar Pavlov sangat cocok dipraktekkan pada pembelajaran yang
mengandung unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks dan daya tahan, seperti percakapan
bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang dan olahraga. Juga dapat
diterapkan untuk anak yang masih memerlukan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi,
gemar meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti permen dan pujian.

Anda mungkin juga menyukai