Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TES SPM

MATA KULIAH TES INTELEGENSI DAN BAKAT

Dibuat Oleh

Andieni Delia Nadila 200205004

Prodi Psikologi Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM SUMATERA BARAT

(IAI SUMBAR ) PARIAMAN

TAHUN 2023
SEJARAH SINGKAT
Standard Proggressive Matrices (SPM) adalah tes inteligensi yang dirancang oleh J.C
Raven pada tahun 1936 serta diterbitkan pertama kali di tahun 1938. SPM yang dijumpai di
Indonesia yaitu hasil revisi pada tahun 1960. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan
untuk mengerti dan melihat hubungan antara bagian-bagian gambar yang disajikan serta
mengembangkan pola berpikir yang sistematis. Jenis tes ini dikelompokkan sebagai tes non
verbal artinya materi soalnya tidak diberikan dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan
dalam bentuk gambar-gambar.

Tes SPM memuat 60 soal yang didalamnya terbagi menjadi lima seri yaitu seri A, B,
C, D dan E. Setiap seri terdiri dari 12 soal yang berbentuk gambar-gambar. Setiap soal terdiri
dari satu gambar besar yang tidak lengkap dan terdapat pilihan jawaban untuk melengkapi
gambar tersebut. Dalam penyajian tesnya, set A dan B menyediakan enam gambar kecil
sebagai pilihan, sedangkan untuk set C, D, dan E, disediakan delapan pilihan. Penyusunan
soal bertingkat dari soal yang mudah ke soal yang sukar (Rahmadani, 2019).

Secara operasional, subjek diberi soal dan diminta memilih jawaban yang paling tepat
serta ia dapat menuliskan jawabannya di lembar jawaban khusus yang telah disediakan.
Didalam tes SPM terdapat soal seri A nomor 1 dan 2 sebagai contoh soal sehingga dalam
pengerjaannya soal seri A nomor 1 dan 2 dikerjakan oleh subjek bersamaan dengan tester saat
memberikan instruksi pengerjaan tes SPM. Subjek harus bekerja dengan cepat dan teliti pada
saat tes dimulai sampai akhir tes (Kumolohadi & Suseno, 2012).

Pemberian skor dengan memperoleh nilai 1 untuk aitem soal yang dijawab benar dan
memberi nilai 0 untuk jawaban yang tidak benar. Soal seri A nomor 1 dan 2 hanya digunakan
sebagai contoh dan harus dipastikan benar sehingga secara teoritis range nilai akan bergerak
dari 2 sampai dengan 60. Skor total adalah jumlah jawaban benar yang dapat dikerjakan oleh
subjek yang kemudian akan diinterpretasikan secara normatif menurut norma penilaian tes
SPM (Kumolohadi & Suseno, 2012).

Raven (dalam Kumolohadi & Suseno, 2012) menjelaskan bahwa tes SPM tidak
memberikan skor berupa suatu angka IQ seseorang, melainkan dengan tingkatan (grade)
inteligensi menurut besarnya skor total dan usia subjek. Tingkat inteligensi subjek
dikelompokkan berdasarkan atas nilai persentil sebagai berikut:
 Grade I yaitu Intellectually superior ditujukan bagi subjek yang memiliki nilai
persentil 95 ke atas.
 Grade II yaitu Difenitelly above the avarage in intellectual capacity ditujukan
bagi subjek yang memiliki nilai terletak diantara persentil 75 sampai dengan
persentil 95.
 Grade III yaitu Intellectually avarage ditujukan bagi subjek yang memiliki
nilai terletak diantara persentil 25 sampai dengan 75.
 Grade IV yaitu Difenitelly below the avarage in intellectual capacity ditujukan
bagi subjek yang memiliki nilai terletak diantara persentil 5 sampai dengan
persentil 25.
 Grade V yaitu Intellectually defective ditujukan bagi subjek yang memiliki
nilai yang terletak pada dan di bawah persentil.

SPM adalah alat tes yang lebih sederhana dan tugas yang diberikan juga lebih mudah.
Namun melalui SPM, seseorang hanya dapat mengetahui kategorisasi atau tingkatan (grade)
rata-rata dari inteligensinya (Kumolohadi & Suseno, 2012).
ASPEK YANG DIUKUR
1. Aspek Konsentrasi
Aspek pertama yang diukur adalah konsentrasi. Salah satu tujuan pengukuran tingkat
konsentrasi seseorang, karena konsentrasi menjadi tolak ukur yang sangat
penting.Seperti yang kita tahu, seseorang dapat memberikan perhatian dan fokusnya pada
sebuah hal dengan baik, jika memiliki tingkat konsentrasi yang sama baiknya, dan begitu
pula sebaliknya. Seseorang dengan konsentrasi yang buruk, akan kesulitan dalam
memahami bahkan mengerjakan sesuatu.
2. Aspek Kecepatan dan Ketelitian
Aspek selanjutnya adalah kecepatan dan ketelitian. Kedua aspek ini sama pentingnya
untuk bisa mengetahui tingkat kecerdasan seseorang. Seseorang dengan tingkat
kecerdasan yang sangat baik, tentunya cepat dan teliti saat menangkap maupun mengolah
berbagai macam informasi.
3. Aspek Sistematis
Sebagai salah satu tes intelegensi yang banyak digunakan, SPM juga melakukan
pengukuran terhadap aspek sistematis. Pengukuran aspek ini dapat melihat kemampuan
seseorang saat mengerjakan ataupun menyelesaikan sebuah tugas. Jika memiliki
pemikiran yang sistematis, maka pengerjaan dan penyelesaian tugas tersebut tentunya
sesuai dengan urutan, tahapan, maupun langkah. Selain itu, juga menggunakan
perencanaan yang tepat. Dengan begitu, hasil yang didapatkan efektif dan efisien.
4. Aspek Abstraksi
Pada aspek abstraksi kemampuan yang diukur dalam diri seseorang berkaitan dengan
kemampuan menangkap, membayangkan, hingga menganalisa sesuatu. Sesuatu ini akan
ditangkap oleh indera secara abstrak.
5. Aspek Ketepatan
Aspek dalam tes SPM berikutnya yakni aspek ketepatan. Ketepatan yang diukur yakni
tentang bagaimana kemampuan seseorang bisa menghitung secara tepat. Meskipun
begitu, dalam tes ini tidak ada soal yang berkaitan dengan penghitungan angka.
6. Aspek Penalaran
Penalaran yang dimaksud dalam aspek tes SPM ini adalah kemampuan seseorang saat
memahami konsep ruang atau spasial. Maksudnya, aspek ini berkaitan dengan
bagaimana seseorang bisa membuat kesimpulan yang benar.
PENJELASAN DAN INSTRUKSI TES
 Nama
Nama asli : Standard Progressive Matrices
Nama Indonesia: Tes SPM (A2)
 Bentuk yang tersedia
Bentuk buku dengan ukuran kuarto di mana masing-masing lembar (halaman)
memuat satu butir soal dan kemungkinan jawaban yang benar. Tes ini terdiri atas 5
kelompok yaitu A, B, C, D dan E, masing-masing memuat 12 butir soal, jadi
seluruhnya 60 butir soal.
 Aspek yang di ukur
Tes SPM mengukur kecerdasan orang dewasa, yang paling banyak diungkap adalah
factor general (“G” Faktor)
 Sajian
Penyajian tes dapat secara individual maupun secara kelompok. Dalam penyajian
kelompok seyogyanya setiap 1 tester maksimum menangani 30 orang.
 Waktu penyajian
Total waktu, tidak terbatas hanya biasanya disediakan sekitar 30 menit untuk
mengerjakan soal, ditambah dengan waktu untuk pemberian penjelasan.
 Tujuan
Untuk mengukur dan menggolongkan tingkat kecerdasan umum dari subyek.
 Validitas dan reliabilitas
Menurut Raven, tes SPM sangat memuaskan untuk mengukur kecerdasan dan
mempunyai validitas yang cukup meyakinkan. Koefisien korelasi antara tes SPM
dengan tes inteligensi yang dibuat oleh Terman dan Merril adalah sebesar 86.
Menurut Martin dan Wieschers tes SPM mempunyai korelasi yang tinggi dengan
WISC, sedangkan Barrat mengatakan bahwa tes SPM tersebut disamping berkorelasi
tinggi dengan WISC, juga berkorelasi tinggi dengan “Columbia Mental Maturity
Scala”. Validitas eksternal dengan menggunakan hasil prestasi belajar di SMP
bergerak dari 0,019 sampai dengan 0,519 (Masrun, 1977), sedangkan di SMA
koefisien validitasnya sebesar antara 0,097 samoai dengan 0,389 (MAsrun, 1976).
 Cara pemberian skor
Nilai satu untuk item yang dijawab betul dan nilai nol bagi jawaban yang tidak benar.
Soal nomor 1 dan 2 dipakai sebagai contoh dan harus benar. Sehingga secara teoritis
“range” nilai akan bergerak dari 2 sampai 60.

Tes ini terdiri dari lima (5) kelompok soal (A, B, C, D, E), dimana masing-masing
kelompok soal berisi 12 soal. Dengan demikian, jumlah keseluruhan soal adalah sebanyak 60
soal (A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10, A11, A12, B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7, B8,
B9, B10, B11, B12, C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, C10, C11, C12, D1, D2, D3, D4,
D5, D6, D7, D8, D9, D10, D11, D12, E1, E2, E3, E4, E5, E6, E7, E8, E9, E10, E11, E12).
Pada masing-masing kelompok soal, setiap soal akan bergerak dari soal yang mudah
hingga soal yang sulit, dimana kondisi ini menunjukkan bahwa dibutuhkan kapasitas kognitif
yang lebih besar untuk memasukkan dan menganalisa informasi di dalam otak kita. Semua
kelompok soal pada tes ini disajikan dengan dicetak tinta hitam pada latar putih (hitam putih).
Tes ini dirancang khusus untuk testee berusia 6 hingga 65 tahun, dimana tes ini dapat
disajikan secara individual ataupun klasikal. Waktu untuk mengerjakan tes ini adalah kurang
lebih 30 menit. Di bawah ini merupakan contoh tes SPM dan instruksi untuk mengerjakan tes
tersebut.
Petunjuk :

Anda lihat pada halaman pertama, ada sebuah gambar besar dan beberapa buah
gambar kecil. Pada gambar yang besar ada bagian yang kurang (berlubang). Kekurangan itu
harus ditutupi (diisi) dengan salah satu gambar kecil yang ada dibawahnya.

Tiap-tiap gambar kecil telah diberi nomor. Pilihlah salah satu dari gambargambar
kecil yang paling cocok untuk menutup kekurangan gambar besar, sehingga gambar besar
tidak berlubang lagi, menjadi utuh.

Tulislah nomor gambar pilihan anda pada lembar jawaban yang telah disediakan.

 Soal A1 telah dijawab dengan benar pada lembar jawaban, yaitu dengan cara
menuliskan nomor 4 pada baris pertama lajur A.
 Soal A2 juga telah dijawab dengan mengisikan nomor 5 pada bagian kedua lajur A.

Perhatikan :

 Tiap-tiap soal hanya ada satu gambar yang cocok untuk menutup kekurangan gambar
besar yang ada di atasnya.
 Waktu untuk mengerjakan soal-soal dalam tes ini sangat terbatas. Oleh karena itu,
bekerjalah secepat-cepatnya. Jangan membuang-buang waktu hanya untuk
merenungkan sesuatu soal. Kalau anda ragu-ragu terkalah saja, kemudian segera
melanjutkan dengan soal berikutnya.
 Janganlah membuat coretan apapun pada buku soal.

Instruksi : "Di sini ada sepotong gambar tetapi ada bagian yang hilang. Coba pilih dari 6
pilihan di bawahnya mana yang cocok untuk mengisi bagian yang hilang. Apakah anda
sudah mengerti cara mengerjakannya?”

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TES SPM


Kelebihan dari tes spm ini adalah :

 Tes dengan pilihan ganda disusun untuk meneliti secara efektif kemampuan peserta
untuk membuat tafsiran melakukan pilihan, mendiskriminasikan, menentukan
pendapat, dan menarik kesimpulan
 Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah dan cepat secara objektif
Kekurangan dari tes spm adalah

 Peluang kerja sama anta peserta sangat besar


 Peserta cenderung menerka jika tidak mengetahui jawabannya

Anda mungkin juga menyukai