Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME

MATA KULIAH KODE ETIK

Dibuat Oleh

Andieni Delia Nadila 200205004

Prodi Psikologi Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM SUMATERA BARAT

(IAI SUMBAR ) PARIAMAN

TAHUN 2023
BAB 1 ( KODE ETIK PSIKOLOGI)
Kode Etik Psikologi merupakan hasil nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan nilai luhur tersebut Pendidikan
Tinggi Psikologi telah menghasilkan Psikolog dan Ilmuwan Psikologi yang senantiasa
menghargai dan menghormati harkat maupun martabat manusia serta menjunjung tinggi
terpeliharanya hak-hak asasi manusia.

Di Indonesia belum banyak terdapat spesialisasi yang telah berkonsentrasi,namun


sekarang sudah berkembang asosiasi Psikolog/Sarjana Psikologi berdasarkan kesamaan minat
atau pendalamannya, yaitu : Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan, Psikologi Sosial,
Psikologi Indusri.

PSIKOLOG adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik


psikologi dengan atar belakang pendidikan Sarjana Psikologi lulusan program pendidikan
tinggi psikologi strata 1 (S1) sistem kurikukum lama atau yang mengikuti pendidikan tinggi
psikologi strata 1 (S1) dan lulus dari pendidikan profesi psikologi atau strata 2 (S2)
Pendidikan Magister Psikologi (Profesi Psikolog). Psikolog memiliki kewenangan untuk
memberikan layanan psikologi yang meliputi bidang-bidang praktik klinis dan konseling;
penelitian; pengajaran; supervisi dalam pelatihan, layanan masyarakat, pengembangan
kebijakan; intervensi sosial dan klinis; pengembangan instrumen asesmen psikologi;
penyelenggaraan asesmen; konseling; konsultasi organisasi; aktifitas-aktifitas dalam bidang
forensik; perancangan dan evaluasi program; serta administrasi. Psikolog DIWAJIBKAN
MEMILIKI IZIN PRAKTIK PSIKOLOGI sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tujuan mempelajari kode etik adalah :

 Banyaknya lulusan psikologi dan kompetisi di antara mereka, membuat lembaga-


lembaga psikologi banyak berkembang saling berebut pangsa pasar, baik itu
dengan mematok harga yang murah untuk konsultasi dan pelayanan psikologis
yang lain, mendatangi sekolah-sekolah dan lain-lain.
 Banyaknya terjadi pelanggaran dan penyimpangan yang dilakukan psikolog
 Banyak profesi yang bukan psikolog melakukan tugas-tugas yang seharusnya
hanya bisa dilakukan oleh seorang psikolog
 Banyak pelanggaran-pelanggaran tersebut belum bisa ditindak secara hukum.
Mereka hanya diberikan sanksi sosial saja, yaitu pengucilan dari sesama profesi.
 Oleh karena itu perlu adanya pengembangan-pengembangan dari aturan-aturan
kode etik dalam pelayanan jasa psikologi
 Sehingga nantinya pelayanan jasa psikologi menjadi lebih baik.

BAB 2 (Sejarah, Tujuan Himpsi dan Defenisi Etika Psikologi)


Organisasi ini didirikan pada tanggal 11 Juli 1959 di Jakarta. Awalnya, organisasi ini
bernama Ikatan Sarjana Psikologi (ISPsi), dan berubah nama menjadi Himpunan Psikologi
Indonesia (HIMPSI) melalui Kongres Luar Biasa di Jakarta pada tahun 1998. Perubahan
nama ini dilakukan karena adanya perubahan pada sistem pendidikan tinggi di Indonesia.

Tujuan Himpsi :

1. Menyusun dan menerapkan standar kompetensi psikologi untuk menjamin layanan


yang optimal kepada masyarakat
2. Mewujudkan otonomi organisasi wilayah dan asosiasi ikatan dalam rangka
pengembangan dan pemberdayaan, dengan tetap berpegang pada HIMPSI sebagai
Induk Organisasi Profesi (IOP)
3. Mewujudkan pelayanan administratif yang prima serta pengembangan kompetensi
anggota
4. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam menyusun draft RPP dan Kepmen
sebagai turunan dari UU No. 23 Tahun 2022 tentang PLP.
5. Memperkuat sinergi & kerjasama dengan AP2TPI dalam pengembangan pendidikan
& layanan Psikologi
6. Menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan organisasi profesi lainnya
dan institusi, Kementerian & Lembaga pada tingkat nasional untuk bersama-sama
berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
7. Melakukan kolaborasi dengan organisasi profesi di luar negeri untuk mengembangkan
ilmu dan profesi psikologi.
8. Mewujudkan HIMPSI yang mandiri secara finansial sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan organisasi yang kuat dan berwibawa.
9. Melakukan pengabdian kepada masyarakat baik secara terencana maupun yang
bersifat responsive
10. Meningkatkan citra sebagai induk organisasi profesi psikologi, baik terhadap anggota
maupun masyarakat umum
Konsep Kode Etik :

1. Perangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan sebaik-baiknya dalam melaksanakan


profesi.
2. Prinsip-prinsip perilaku yang mengendalikan seseorang atau kelompok dalam
menjalankan profesi, termasuk tugas-tugas khusus yang merupakan bagian dari
profesi itu.
3. Kode etik bisa berkembang dan mengalami perubahan.
4. Pelanggaran kode etik mendapatkan sanksi organisasi profesi.

BAB 3 (LANDASAN FILOSOFI DAN KASUS


PELANGGARAN)
Landasan filosofi himpsi adalah menghormati harkat dan martabat manusia,
menjunjung tinggi terpeliharanya hak-hak manusia, dan meningkatkan pengetahuan tentang
manusia serta memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan bagi kesejahteraan manusia.
Psikologi merupakan ilmu yang berfokus pada perilaku dan proses mental yang melatar
belakangi, serta penerapan dalam kehidupan manusia.

Kasus-kasus dalam Psikologi :

 KASUS diindentifikasi sebagai kejadian yang menarik untuk dibahas, yang dari
pembahasan itu akan diperoleh pemahaman menyeluruh dari berbagai arah/integrasi-
utuh-komprehensiv
 Mempelajari kasus “meminta” peserta untuk aktiv : siap dengan data (dari mem-
baca), siap untuk berpendapat
 Kasus pada umumnya riel (yang disamar- kan) atau cerita yang diriel-kan
Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Indonesia :

 Seseorang yang disebut saja I, dia bekerja di propinsi P, sebagai rekruitmen di sebuah
perusahaan , bertugas untuk menyeleksi calon karyawan untuk beberapa perusahan .
Sedangkan dia hanya S1, tetapi di tempat kerjanya dia harus memberikan interpretasi
dari hasil tes-tes Psikologi yang diberikannya dan merekomendasikan siapa saja yang
bisa diterima atau tidak. Tes Psikologi tersebut di keluarkan oleh perusahaan tersebut.
Berdasarkan dari pengetahuan kode etik psikologi itu merupakan salah satu
pelanggaran
 Sekarang di Indonesia begitu banyak lembaga-lembaga bimbingan psikologi ilegal,
dan ada juga yang menawarkan jasa bimbingan tersebut ke sekolah-sekolah. Karena
alat tes Psikologi merupakan rahasia negara, walaupun tidak semua rahasia negara
namun tidak bisa sembarangan dijadikan pengetahuan umum. Hal tersebut merupakan
pelanggaran kode etik.
 Pelanggaran lain yaitu ada lembaga yang datang ke sekolah dasar menawarkan test IQ
dengan membayar Rp 5000. Setelah ditelusuri ternyata test itu sama sekali bukan test
IQ, melainkan hanya sebuah test keperibadian dan tidak ada psikolog yang bekerja di
situ. Ini merupakan pelanggaran kode etik, tidak hanya membohongi orang banyak,
tetapi juga sudah mempergunakan alat test yang bukan keahliannya

BAB 4 (PRINSIP KODE ETIK HIMPSI)


Prinsip Kode Etik :

 Penghormatan pada harkat martabat manusia. Pada prinsip ini psikolog maupun
ilmuwan psikologi harus:
1. Menekankan pada hak asasi manusia dalam melaksanakan layanan psikologi
2. Menghormati martabat setiap orang serta hak-hak individu akan keleluasaan
pribadi, kerahasiaan dan pilihan pribadi seseorang
3. Menyadari bahwa diperlukan kehati-hatian khusus untuk melindungi hak dan
kesejahteraan individu atau komunitas yang karena keterbatasan yang ada
dapat mempengaruhi otonomi dalam pengambilan keputusan
4. Menyadari dan menghormati perbedaan budaya, peran, gender, suku
bangsa,orientasi seksual, ketidak mampuan (berkebutuhan khusus), status
sosial- ekonomi dll.
5. Berusaha untuk menghilangkan pengaruh bias dan menghindari keterlibatan
baik yang disadari maupun tidak disadari dalam aktivitas-aktivitas yang
didasari prasangka
 Integritas dan sikap ilmiah
Psikolog maupun ilmuwan psikologi harus
1. Mendasarkan pada dasar dan etika ilmiah terutama pada pengetahuan yang
sudah diyakini kebenarannya oleh komunitas psikologi
2. Senantiasa menjaga ketepatan, kejujuran, kebenaran dalam keilmuan,
pengajaran, pengamalan dan praktik psikologi
3. Tidak mencuri, berbohong, terlibat pemalsuan, tipuan atau distorsi fakta yang
direncanakan dengan sengaja memberikan fakta-fakta yang tidak benar
4. Berupaya untuk menepati janji tetapi dapat mengambil keputusan tidak
mengungkap fakta secara utuh atau lengkap dengan tetap bertanggung jawab
meminimalkan dampak buruk bagi pengguna layanan psikologi
5. Memiliki kewajiban untuk mempertimbangkan kebutuhan, konsekuensi dan
bertanggung jawab untuk memperbaiki ketidakpercayaan atau akibat buruk
yang muncul ketika melakukan pelayanan psikologi
 Professional
1. Memiliki kompetensi dalam melaksanakan pelayanan psikologi dengan
menekankan pada tanggung jawab, kejujuran, batasan kompetensi, obyektif
dan integritas
2. Membangun hubungan yang didasarkan pada saling percaya, menyadari
tanggung jawab profesional dan ilmiah terhadap pengguna layanan
psikologi
3. Menjunjung tinggi kode etik, peran dan kewajiban profesional dengan
mengambil tanggung jawab secara tepat atas tindakan mereka
4. Dapat berkonsultasi, bekerjasama dan/atau merujuk pada teman sejawat,
profesional lain maupun institusi lain untuk memberikan layanan terbaik pada
pengguna psikologi
 Keadilan
1. Memahami bahwa kejujuran dan ketidakberpihakkkan adalah hak setiap orang
sehingga semua pengguna layanan psikologi harus mendapatkan layanan dan
memperoleh keuntungan dalam kualitas yang setara dalam hal proses, prosedur
dan layanan yang dilakukan
2. Menggunakan penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan secara profesional,
waspada dalam memastikan kemungkinan bias-bias yang muncul dan
mempertimbangkan batas kompetensi dan keahlian
 Manfaat
1. Berusaha memberikan manfaat pada kesejahteraan manusia, perlindungan hak
dan meminimalkan resiko dampak buruk pengguna layanan psikologi dan
pihak-pihak yang terkait
2. Menghindari serta meminimalkan akibat dampak buruk jika terjadi konflik
3. Perlu waspada terhadap kemungkinan adanya faktor-faktor pribadi, keuangan,
sosial, organisasai maupun politik yang mengarah pada penyalah gunaan atas
pengaruh mereka

BAB 5 (Prinsip Utama Kode Etik APA)


10 prinsip utama dalam kode etik APA (American psychology association) 1981 yaitu :

1. Responbility (tanggung jawab mencegah penyalahgunaan atau penghapusan


temuan-temuan Psikologi oleh Lembaga tertentu)
2. Competence (memberikan layanan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki)
3. Moral dan legal standards (perilaku moral dan etika psikolog bersifat personal
sesuai dengan tanggung jawab)
4. Public statements (pengumuman mengenai pelayanan dan kegiatan Psikologi
yang dapat membantu masyakarat
5. Welfare of the consumer (melindungi kesejahteraan sesame anggota dan orang
lain yang bekerjasama dengannya)
6. Professional raltionship (menghormati privasi dan menjaga hubungan
propesional)
7. Confidentiality (menjaga kerahasiaan data diri klien)
8. Asesmen techniques (melindungi hasil asesmen dari penyalahgunaan)
9. Research with human participants (melakukan riset terhadap manusia)
10. Care and use of Animals (Perlindungan dan pemanfaatan hewan)

General Prinsip APA (2002)

1. Beneficence and Nonmaleficence (manfaat dan tidak membahayakan)


2. Fidelity and responbility (saling percaya dan tanggung jawab)
3. Integrity (meningkatkan kecermatan, kejujuran, dan dapat dipercaya
4. Justice (memahami aturan yang berlaku)
5. Respect for people’s Right and dignity (penghormatan terhadap hak-hak dan
martabat manusia)

Anda mungkin juga menyukai