Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASOSIASI/IKATAN MINAT KEILMUAN DAN PRAKTIK


SPESIALISASI PSIKOLOGI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kode Etik

Dosen Pengampu : Hesti Kusumatuti M.A

Disusun oleh :

1. Muhamad Abdul Jailani 43040230092


2. Anggun Nur Kartika Dewi 43040230094
3. Tsalitsah Nadia Quanaita 43040230101

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii


BAB I PEMBAHASAN
A. Pengertian Asosiasi......................................................................................1
B. Jenis-Jenis Asosiasi/Ikatan Minat Psikologi................................................1
C. Pasal Bab IX Penelitian dan Publikasi ........................................................6
1. Pasal 45 Pedoman Umum..........................................................6
2. Pasal 46 Batasan Kewenangan dan Tanggung Jawab....................5
3. Pasal 47 Aturan dan Perizinan....................................................7
4. Pasal 48 Partisipasi Penelitian....................................................7
5. Pasal 49 Informed Consert dalam Penelitian................................8
6. Pasal 50 Pengelabuhan/Manipulasi dalam Penelitian....................10
7. Pasal 51 Penjelsan Singkat/Debriefing.........................................11
8. Pasal 52 Penggunaan Hewan untuk Penelitian..............................12
9. Pasal 53 Pelaporan dan Publikasi Hasil Penelitian........................10
10. Pasal 54 Berbagi Data untuk Kepentingan Profesional..................13
11. Pasal 55 Penghargaan dan Pemanfaatan Karya Cipta Pihak
Lain.........................................................................................14
D. Contoh Kasus......................................................................................15
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

ii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asosiasi
Asosiasi atau ikatan atau juga himpunan adalah suatu perkumpulan biasanya
asosiasi ini di dirikan oleh para profesional. Asosiasi minat sendiri di dalam ranah
psikologi di dirikan dengan tujuan untuk mewadahi psikolog, dan ilmuwan psikologi
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai psikologi dan ilmu terapannya di
berbagai bidang lain serta untuk mengembangkan kemampuan para psikolog maupun
ilmuwan psikologi dan untuk melayani masyarakat.

B. Jenis-Jenis Asosiasi/Ikatan Psikologi


1. Ikatan Psikologi Klinis Indonesia
Psikologi klinis adalah bagian dari Ilmu Psikologi yang memiliki tujuan untuk
memahami, mencega gangguan maupun ketidaknyamanan yang nantinya bisa
menimbulkan masalah psikologis baik dalam lingkup kelompok maupun
individu. Adanya ikatan ini juga bertujuan untuk mewadai para tenaga
psikologi klinis yang ada di seluruh Indonesia.
2. Ikatan Psikologi Sosial Indonesia
Ikatan ini dijadikan sebagai wadah bagi psikolog, ilmuwan psikologi maupun
peminat di bidang sosial yang ada diseluruh Indonesia guna mewujudkan
beberapa tujuan antara lain :
a) Mengembangkan profesi psikologi sosial sehingga eksitentsinya bisa
terus bertumbuh dan berkembang dengan pesat dan kompetitif
b) Meningkatkan kemampuan keilmuwan dan profesi agar dapat
menjalankan perannya dengan lebih aktif di masyarakat
c) Memberikan perlindungan bagi para anggotanya begitupun bagi para
masyarakat yang menggunakan jasa dari ikatan psikologi sosial
d) Dapat menjalin kerjasama dengan organisasi atau ikatan lainnya guna
saling menguntungkan satu sama lain

1
3. Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia
Ikatan minat ini bernaung di bawah HIMPSI dengan tujuannya untuk
menampung berbagai macam aktivitas baik akademik maupun profesional
guna menunjang tumbuhnya kualitas manusia di Indonesia.
4. Ikatan Psikoterapi Indonesia
Ikatan Psikoterapi Indonesia merupakan katan yang akan memberikan
berbagai jenis materi tentang psikoterapi yang bisa dilakukan secara mandiri.
Ikatan ini juga merupakan tempat yang mewadahi masalah-masalah yang
berkaitan dengan hubungan psikofisiologi seperti responsi somatik yang
memengaruhi kognisi dan emosi.
5. Ikatan Psikologi Olahraga
Ikatan ini secara khusus diarahkan untuk membantu para profesional maupun
para atlet bintang untuk mencapai banyak prestasi, membantu anak-anak dan
orang tua penderita cacat agar hidup mereka bisa lebih sehat secara psikologis,
dan untuk meneliti tentang faktor-faktor psikologis dalam kegiatan latihan
serta memanfaatkannya sebagai alat terapi.
6. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi
Asosiasi ini menyediakan tempat bagi mereka orang-orang yang berminat
meneliti, mengkaji bahkan menerapkan ilmu psikologi di dalam ranah
peraturan industri dan organisasi. Asosiasi yang juga bernaung di bawah
HIMPSI ini biasanya terdiri dari para HRD, Training Coach, dan juga OD.
7. Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia
Asosiasi ini menanungi dan mewadahi para psikolog dan ilmuwan psikologi di
seluruh Indonesia dalam menjalankan tugasnya untuk mengembangkan
pendidikan dan juga sebagai pembentuk sistem pendidikan yang baik.
8. Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia
Asosiasi yang membahasa tentang masalah-masalah seputar keadaan
psikologis siswa-siswi yang berhubungan dengan orang tua, lingkungan
sekolah dan juga masyarakat.

2
9. Asosiasi Psikologi Islam
Asosiasi dibawah HIMPSI ini sebagai tempat untuk mengembangkan
Psikologi Islam yang diharapkan nantinya akan memberikan banyak manfaat
positif bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
10. Asosiasi Psikologi Kristiani
Asosiasi yang bergerak di bidang perkembangan psikoterapis bagi para umat
kristiani protestan yang dalam usahannya untuk menyatukan keyakinan agama
serta sebagai pelatihan psikologi mereka untuk praktik profesional.
11. Asosiasi Psikologi Kesehatan Indonesia
Sama seperti asosiasi yang yang berada dibawah naungan HIMPSI, asosiasi
ini bertujuan dan berupaya bersama-sama membahas tentang masalah
psikologi kesehatan juga tentang bagaimana asosiasi ini dapat maju dan
berkembang serta bisa berguna sebagaimana harusnya.
12. Asosiasi Psikologi Penerbangan Indonesia
Tempat untuk mengaplikasikan ilmu psikologi terapan ke dalam dunia
penerbangan di Indonesia.
13. Asosiasi Psikologi Forensik
Asosiasi Psikologi Forensik merupakan asosiasi yang mewadahi mereka para
peminat dan juga para ahli di bidang forensik yang nantinya penerapan
psikologinya digunakan di dalam peradilan di Indonesia.
14. Asosiasi Psikologi Militer Indonesia.
Asosiasi ini berupaya untuk mengembangkan alat ukur dalam psikologi yang
tujuanya untuk mengukur radikalisme yang lebih valud dan reliabe guna
kebutuhan militer di Indonesia.
15. Asosiasi Psikologi Positif Indonesia
Asosiasi ini berdiri dengan tujuan untuk membuat hidup manusia lebih baik,
kehidupan yang lebih bahagia, lebih bermakna dan kesejateraan atau
flourshing.

3
16. Asosiasi Psikometrika Indonesia
Asosiasi ini memfasilitasi kegiatan yang berkaitandengan pengunaan alat ukur
psikologi juga untuk menunjang agar pemahaman anggotanya mengenai alat
ukur.
17. Asosiasi Psikologi Indigenos dan Kultural
Tujuan dari asosiasi ini sendiri adalah untuk menwadahi pengaplikasian teori
psikologi barat ke teori psikologi timur, tentang perkembangan ilmu psikologi
dan juga tentang penelitian psikologi.
18. Asosiasi Psikologi Kepolisian
Asosiasi ini memilii tujuan agar polisi sebagai badan penegak hukum dapat
bekerja dengan aman, efektif, etis, dan sah.

4
5
C. Pasal IX Penelitian dan Publikasi
1. Pasal 45 Pedoman Umum
a) Penelitian adalah suatu rangkaian proses secara sistematis berdasar
pengetahuan yang bertujuan memperoleh fakta dan atau menguji teori dan
atau menguji intervensi yang menggunakan metode ilmiah dengan cara
mengumpulkan, mencatat dan menganalisis data.
b) Psikolog dan atau ilmuwan psikologi dalam melaksanakan penelitian
diawali dengan menyusun dan menuliskan rencana peelitian sedemikian
rupa dalam proposal dan protokol penelitian sehingga dapat dipahami oleh
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Psikolog atau ilmuwan psikologi
membuat desain penelitian, melaksanakan, melaporkan hasilnya yang
disusun sesuai dengan standar atau kompetensi ilmiah dan etika penelitian.

2. Pasal 46 Batasan Kewenangan dan Tanggung Jawab


a) Batasan Kewenangan
1) Psikolog atau ilmuwan psikologi memahami batasan
kemampuan dan kewenangan masing-masing anggota Tim
yang terlibat dalam penelitian tersebut
2) Psikolog atau ilmuwan psikologi dapat berkonsultasi dengan
pihak-pihak yang lebih ahli di bidang penelitian yang sedang
dilakukan sebagai bagian dari proses implementasi penelitian.
Konsultasi yang dimaksud dapat meliputi yang berkaitan
dengan kompetensi dan kewenangan misalnya badan-badan
resmi pemerintah dan swasta, organisasi profesi lain, komite
khusus, kelompok sejawat, kelompok seminat, atau melalui
mekanisme lain.

6
b) Tanggung Jawab
1) Psikolog atau ilmuwan psikologi bertanggungjwab atas
pelaksanaan dan hasil penelitian yang dilakukan
2) Psikolog atau ilmuwan psikologi memberi perlindungan
terhadap hak dan kesejahteraan partisipan penelitian atau
pihak-pihak lain terkait, termasuk kesejahteraan hewan yang
digunakan dalam penelitian.

3. Pasal 47 Aturan dan Ijin Penelitian


a) Psikolog atau ilmuwan psikologi harus memenuhi aturan profesional
dan ketentuan yang berlaku, baik dalam perencanaan, pelaksanaakn
dan penulisan publikasi penelitian. Dalam hal ini termasuk izin
penelitian dari instansi terkait dan dari pemangku wewenang dari
wilayah dan badan setempat yang menjadi lokasi
b) Jika persetuuan lembaga, komita riset atau instansi terkait dibutuhkan,
psikolog atau ilmuwan psikologi harus memberikan informasi akurat
mengenai rancangan penelitian sesuai dengan protokol penelitian dan
memulai penelitian setelah memperoleh persetujuan.

4. Pasal 48 Partisipan Penelitian


a) Psikolog atau ilmuwan psikolog mengambil langkah-langkah untuk
melindungi perorangan atau kelompok yang akan menjadi partisipan
penelitian dari konsekuensi yang tidak menyenangkan, baik dari
keikutsertaan atau penarikan diri atau pengunduruan dari keikutsertaan.
b) Psikolog atau ilmuwan psikologi berinteraksi dengan partisipan
penelitian hanya di lokasi dan dala hal-hal yang sesuai dengan
rancangan penelitian, yang konsisten dengan perannya sebagai peneliti
ilmiah. Pelanggaran terhdapa hal ini dan adanya tindakan
penyalahgunaan wewenang dapat dikenai butir pelanggaran seperti
tercantum dalam pada dari bagian-bagian lain dari Kode Etik ini
(misalnya pelecehan seksual dan bentuk pelecehan lain)

7
c) Psikolog atau ilmuwan psikologi harus memberi kesempatan adanya
pilihan kegiatan lain kepada partisipan mahasiswa, peserta pendidikan,
anak buah atau bawahan, orang yang sedang menjalani pemeriksaaan
psikologi bila tidak ingin terlibat atau mengundurkan diri dari
keikutsertaan dalam penelitian yang menjadi bagian dari suatu proses
yang diwaibkan dan dapat dirpergunakan untuk memperoleh kredit
tambahan.

5. Pasal 49 Informed Consent dalam Penelitian


Sebelum pengambilan data penelitian psikolog atau ilmuwan psikologi
menjelaskan pada calon partisipan penelitian dengan menggunakan bahasa
yang sederhana dan istilah-istilah yang dipahami masyarakat umum tentang
penelitian yang akan dilakukan. Psikolog atau ilmuwan psikologi menjelaskan
kepada partisipan atas kesediaan sebagai partisipan penelitian yang
menyatakan bahwa keikutsertaan yang dilakukan secara sukarela, sehingga
memungkinkan pengunduruan diri atau penolakan untuk terlibat. Partisipan
harus menyatakan kesediannya seperti yang dijelaskan pada pasal yang
mengatur tentang itu.
a) Informed consent Penelitian
Dalam rangka mendapat persetujuan dari calon partisipan, psikolog
atau ilmuwan psikologi menjelaskan proses penelitian. Secara lebih
terinci informasi yang perlu disampaikan adalah :
1) Tujuan penelitian, jangka waktu dan prosedur, ntisipasi dari
keikutsertaan yang bila diketahui mungkin dapat memengaruhi,
seperti resiko yang mungkin tumbul, keitdaknyamanan dan
efek sebaliknya; keuntungan yang mungkin diperoleh dari
penelitian; hak untukmenarik diri dari keikutsertaan dan
mengundurkan diri dari penelitian setelah penelitian dimulai,
konsekuensi yang mungkin timbul dari penarikan dan
pengunduruan diri; keterbatasan kerahasiaan; insentif untuk
partisipan; dan siapa yang dapat dihubungi untuk mempoleh
informasi lebh lanjut.

8
2) Jika partisipan penelitian tidak dapat membuat persetuuan
karena keterbatasan atau kondisi khusus, psikolog atau
ilmuwan psikologi melalukan upaya memberikan penjelasan
dan mendapatkan persetujuan dari pihak berweanang yang
mewakili partisipan atau melakukan upaya lain seperti diatur
oleh aturan yang berlaku.
3) Psikolog atau ilmuwan psikologi yang mengadakan penelitian
intervensi dan atau eksperimen, di awal penelitian menjelaskan
pada partisipan tentang perlakuan yang akan di laksanakan;
pelayanan yang tersedia bagi partisipan; alternatif penanganan
yang tersedia apabila individu menarik diri selama proses
penelitian; dan kompensasi atau biaya keuangan untuk
berpartisipasi; termasuk pengembalian uang dan hal-hal terkait
bila memang ada ketika menawarkan kesediaan partisipan
dalam penelitian.
4) Psikolog atau ilmuwan psikologi berusaha menghindari
penggunaan segala bentuk pemaksaan termasuk daya tarik yang
berlebihan agar partisipan ikut serta dalam penelitian. Psikolog
atau ilmuwan psikologi menjelaskan sifat dari penelitian
tersebut, berikut resiko, kewajiban dan keterbatasannya.

b) Informed Consent Perekaman


Psikolog atau ilmuwan psikologi sebelum merelam suara atau gambar
untuk pengumpulan data harus memproleh izin tertulis dari partisipan
penelitian. Persetuuan tidak diperlukan bila perkaman murni untuk
kepentingan observasi alamiah di tempat umum dan diantisipasi tidak
akan berimplikasi teridentifikasi atau terancamnya kesejahteraan atau
keselamatan partisipan penelitian atau pihak-pihak terkait.

9
Bila pada suatu penelitian dibutuhkan perekaman tersembunyi,
psikolog atau ilmuwan psikologi melakukan perekaman dengan tetap
meminimalkan risiko yang diantisipasi dapat terjadi pada partisipan,
dan penjelasan mengenai kepentingan perekaman disampaikan dalam
debriefing.
c) Pengabaian informed consent
Psikolog atau ilmuwan psikologi tidak harus meminta persetujuan
partisipan penelitian, hanya ika penelitian melibatkan individu secara
anonim atau dengan kata lain tidak melibatkan inidbidu secara pribadi
dan diasumsikan tidak ada risiko ganggua pada kesejahteraan atau
keselamatan, serta bahaya-bahaya yang mungkin timbul pada
partisipan penelitian atau pihak-pihak terkait

Penelitian yang tidak harus memerlukan persetujuan partisipan antara


lain :
1. Penyebaran kuesioner anonim;
2. Observasi ilmiah;
3. Penelitian arsip
Yang semuanya tidak akan menempatkan partisipan dalam
resiko pemberian tanggung jawab hukum atas tindakan
kriminal atau reputasi nama baik dan kerahasiaan.

6. Pasal 50 Pengelabuhan/Manipulasi dalam Penelitian


a) Psikolog atau ilmuwan psikologi tidak diperkenankan menipu atau
menutupi informasi yang mungkin dapat memengaruhi calon niat
partisipan untuk ikut serta seperti kemungkinan cedera fisik, rasa tidak
menyenangkan atau pengalaman emosional yang negatif. Penjelasan
harus diberika sedini mungkin agar calon partisipan dapat mengambil
keputusan yang terbaik untuk terlibat atau tidak dalam penelitian.

10
b) Psikolog atau ilmuwan psikologi boleh melakukan penelitian dengan
pengelabuhan, teknik pengelabuhan hanya dibenarkan bila ada lasan
ilmiah, untuk tujuan pendidikan atau bila topik sangat penting untuk
diteliti demi pengembangan ilmu, sementara cara lain yang efektif
tidak tersedia. Bila pengelabuhan terpaksa dilakukan, psikolog atau
ilmuwan psikologi menjelaskan bentuk-bentuk pengelabuhan yang
merupakan bagian dari keseluruhan rancangan penelitian kepada
partisipan sesegera mungkin; sehingga memungkinkan partisipan
menarik data mereka, bila partisipan menarik diri atau tidak bersedia
lebih jauh.

7. Pasal 51 Penjelasan Singkat/Debriefing


a) Psikolog atau ilmuwan psikologi memberikan penjelasan singkat
segera setelah selesai pengambilan data penelitian, dalam bahasa yang
sederhana dan istilah-istilah yang dipahami masyarakat pada
umumnya, agar partisipan memperoleh informasi yang tepat tentang
sifat, hasil, dan kesimpulan penelitian; agar psikolog atau ilmuwan
psikologi dapat mengambil langkah tepat untuk meluruskan persepsi
atau konsepsi keliru yang mungkin dimiliki oleh partisipan.
b) Psikolog atau ilmuwan psikologi mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk mengurangi resiko atau bahaya jika nilai-nilai ilmiah dan
kemanusiaan menuntut penundaan atau penahanan informasi tersebut.
c) Debriefing dalam penelitian dapat ditiadakan jika pada saat awal
penelitian telah dilakukan penjelasan tentang sifat, hasil, dan
kesimpulan penelitian agar psikolog atau ilmuwan psikologi dapat
mengambil langkah tepat untuk meluruskan persepsi atau konsepsi
keliru yang mungkin dimiliki partisipan
d) Jika psikolog atau ilmuwan psikologi menemukan bahwa prosedur
penelitian telah melukai partisipan; psikoloi atau ilmuwan psikologi
mengambil langkah tepat untuk meminimalkan bahaya.

11
8. Pasal 52 Penggunaan Hewan untuk Penelitian
Psikolog atau ilmuwan psikologi memperhatikan peraturan Negara dan standar
profesional apabila menggunakan hewan sebagai objek penelitian. Standar
profesional yang dimaksud diantaranya bekerjasama atau berkonsultasi
dengan ahli yang kompeten. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a) Psikolog atau ilmuwan psikologi yang melakukan penelitian dengan
hewan harus terlatih dan dapat memperlakukan hewan tersebut dengan
baik, mengikuti prosedur yang berlaku, bertanggung jawab untuk
memastikan kenyamanan, kesehatan dan perlakuan yang
berperikemanusiaan terhadap hewan tersebut. Psikolog atau ilmuwan
psikoloi yang sedang melakukan penelitian dengan hewan perlu
memastikan bahwa semua orang yang terlibat dalam penelitiannya
telah menerima petunjuk mengenai metode penelitian, perawatan dan
penanganan hewan yang digunakan, sebatas keperluan penelitian, dan
sesuai perannya. Prosedur yang jelas diperlukan sebagai panduan
untuk menangani seberapa jauh hewan ‘boleh’ disakiti dan terhindar
dari perlakuan semena-mena.
b) Psikolog atau ilmuwan psikologi dapat menggunakan prosedur yang
menyebabkan rasa sakit, stres dan penderitaan pada hewan, hanya jika
prosedur alternatif tidak memungkinkan dan tujuannya dibenarkan
secara ilmiah atau oleh nilai-nilai pendidikan dan terapan.
c) Apabila dalam penelitian diperlukan pembedahan, psikolog atau
ilmuwan psikologi menjalankan prosedur bedah dengan pembiusan
yang memadai dan mengikuti teknik-teknik untuk mencegah indeksi
dan meminimalkan rasa sakut selama, dan setelah pembedahan.
d) Apabila nyawa hewan perlu diakhiri, psikolog atau ilmuwan psikologi
melaksanakannya dengan segera, dengan usaha untuk meminimalkan
rasa sakit dan sesuai dengan prosedur yang dapat diterima.

12
9. Pasal 53 Pelaporan dan Publikasi Hasil Penelitian
Psikolog atau ilmuwan psikologi bersikap profesional, bijaksana, jujur dengan
memperhatikan keterbatasan kompetensi dan kewenangan sesuai ketentuan
yang berlaku dalam melakukan pelaporan atau publikasi hasil penelitian. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menghindari kekeliruan penafsiran serta
menyesatkan masyarakat pengguna jasa pelayanan psikologi. Hal-hal yang
harus diperhatikan adalah :
a) Psikolog atau ilmuwan psikologi tidak merekayasa data atau
melakukan langkah-langkah lain yang tidak bertanggungjawab(misal :
terkait pengelabuhan, plagiarisme dll).
b) Psikolog atau ilmuwan psikologi jika menemukan kesalahan yang
signifikan pada data yang dipublikasina, mereka mengambil langkah
untuk mengkoreksi kesalahan tersebut dalam sebuah pembetulan
(correction), penarikan kembali (rectraction), catatan kesalahan tulis
atau cetak (erratum) atau alat publikasi lain yang tepat.
c) Psikolog atau ilmuwan psikologi tidak menerbitkan atau
mempublikasikan dalam bentuk originl dari data yang pernah
dipublikasikan sebelumnya. Ketentuan ini tiak termasuk data yang
dipublikasi ulang jika disertai dengan penjelasan yang memadai.

10. Pasal 54 Berbagi Data untuk Kepentingan Profesional


a) Psikolog atau ilmuwan psikologi tidak menyembuknyikan data yang
mendasari kesimpulannya setelah hasil penelitian diterbitkan
b) Psikolog atau ilmuwan psikologi dapat memberikan data dari hasil
penelitian yang telah dipublikasikan bila ada seawat atau profesional
lain yang memiliki kompetensi sama, dan memerlukannya sebagai data
tambahan untuk menguatkan pembuktiannya melalui analisis ulang,
atau memakai data tersebut sebagai landasan pekerjaanya.

13
c) Ketentuan pada ayat (b) tersebut tidak berlaku jika hak hukum individu
yang menyangkut kepemilikan data melarang penyerbaluasannya.
Untuk kepentingan ini, sejawat atau profesional lain yang memerlukan
data tersebut wajib mengajukan persetujuan tertulis sebelumnya.
d) Profesional atau seawat lain yang memerlukan data penelitian tersebut
wajib melindungi kerahasian partisipan penelitian dan memperhatikan
hak legal pemilik data.
e) Psikolog atau ilmuwan psikologi dapat meminta sejawat atau
profesional lain yang memerlukan data tersebut untuk ikut
bertangggung jawab atas biaya terkait dengan penyediaan informasi.

11. Pasal 55 Penghargaan dan Pemanfaatan Karya Cipta Pihak Lain


a) Psikolog atau ilmuwan psikologi wajib menghargai karya cipta pihak
lain sesuai dengan undang-undang, peraturan dan kaidah ilmiah yang
berlaku umum. Katya cipta yang dimaksud dapat berbentuk penelitian,
buku teks, alat tes atau bentuk lainnya harus dihargai dan dalam
pemanfaatannya memperhatikan ketentuan perundangan mengenai hak
cipta atau hak intelektual yang berlaku
b) Psikolog atau ilmuwan psikologi tidak dibenarkan melakukan
plagiarisme dalam berbagai bentuknya, seperti menguitp, menyadur,
atau menggunakan hasil karya orang lain tanpa mencantumkan
sumbernya secara jelas dan lengkap. Penyajian sebagian atau
keseluruhan elemen subtansi dari pekerjaan orang lain tidak dapat
diklaim sebagai miliknya termasuk bila pekerjaan atau sumber data
lain itu sesekali disebutkan sebagai sumber
c) Psikolog atau ilmuwan psikologi tidak dibenarkan menggandakan,
memodifikasi, memproduksi, menggunakan baik sebagian maupun
seluruh karya orang lain tanpa mendapatkan izin dari pemegang hak
cipta

14
d) Kredit publikasi yang diperoleh psikolog atau ilmuwan psikologi harus
dapat dipertanggungjawabkan dan benar-benar mencerminkan
kotribusi ilmiah atau profesional yang telah dilakukan di mana mereka
ikut berprtisipai. Kepemilikan atas posisi struktual institutional,
misalnya kepala bagian atau pemimpin lembaga tidak dibenarkan
pencamtuman nama yang bersangkutan bila ia memang tidak
berkontribusi nyata dalam penelitian atau penulisan
e) Kontribusi minor dalam penelitian dan penulisan yang dibpublikasikan
harus diakui dengan benar, hingga pada catatan kaki dan kata
pengantar. Mahasiswa atau orang yang dibimbing tetap harus didaftar
sebagai penulis atau anggota tim penulis bila publikasi tersebut
merupakan karyanya. Artike yang secara subtansi disusun berdasarkan
skripsi tesis atau disertasi mahasiswa tetap harus mencantumkan nama
mahasiswa tersebut.

D. Contoh Kasus
Seorang psikolog bernama Philip G Zimbardo dan teman-temannya tertarik untuk
mengethui apakah kebrutalan yang dilaporkan di antara para penjaga di penjara-
penjara Amerika disebabkan oleh kepribadian para penjaga yang sadis atau lebih
berkaitan dengan lingkungan penjara (situasional). Lalu mereka melakukan sebuah
penelitian yang dimana dalam penelitian ini melibatkan 24 partisipan laki-laki, disini
mereka akan berperan sebagai penjaga penjara atau sipir dan sebagai tahanan.
Penelitian ini mereka lakukan untuk mengukur pengaruh permainan peran, pelabelan,
dan ekspetasi sosial terhadap perilaku seorang individu.Penelitian yang harusnya
berjalan selama dua minggu harus dihentikan dalam waktu enam hari dikarenakan
para penjaga mulai bertindak kasar juga lebih agresif sedangkan para tahanan mulai
menunjukkan tanda-tanda stres, emosi negatif, sering menangis, dan kecemasan akut.
Disisi lain Zimbardo sendiri sebagai kepala sipir mengabaikan perilaku kasar para
penjaga bahkan dia juga terkadang merasa lebih seperti pengawas penjara daripada
seorang psikolog yang sedang melakukan penelitian.

15
Pasal Terkait :
1. Pasal 46 ayat 2(b) : psikolog atau ilmuwan psikologi memberi perlindungan
terhadap hak dan kesejahteraan partisipan penelitian atau pihak-pihak lain
terkait, termasuk kesejahteraan hewan yang digunakan dalam penelitian
2. Pasal 48 ayat 1 : psikolog atau ilmuwan psikologi mengambil langkah-langkah
untuk melndungi perorangan atau kelompok yang akan menjadi partisipan
penelitian dari kosenkuensi yang tidak menyenangkan, baik dari keikutsertaan
tau penarikan diri atau pengunduruan diri dari keikutsertaan.

16
BAB II
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari materi pembahasan yang telah dipaparkan oleh penulis kami sebagai penulis
menyimpulkan bahwasannya sebagai seorang psikolog atau ilmuwan psikologi yang ingin
melakukan sebuah penelitian ada banyak aspek yang perlu diperhatikan mulai dari rancangan
tentang penelitian,batas kewenangan dan tanggung jawab yang harus dipahami psikolog atau
iluwan psikologi, izin dari berbagai pihak sebelum melakukan penelitian, tentang partisipan,
tentang pembuplikasian hasil penelitian sampai kepada kredit hak cipta karya. Semua itu
perlu diperhatikan dengan seksama oleh psikolog atau ilmuwan psikologi yang ingin
melakukan penelitian, tujuannya adalah untuk menjamin semua komponen yang ikut terlibat
bisa aman dan hasil dari penelitian itu nanti pun bisa menjadi informasi yang berguna bagi
seluruh umat manusia

17
DAFTAR PUSTAKA

Agustini, D.C, Maramis, S.M, Hutomo, A.M.H, Fatmawati, D. (2021). Aturan-Aturan


Dalalm Kode Etik Psikologi;Pengertian Asosiasi Minat Keilmuwan Dibidang
Psikologi;Tugas dan Wewenang Asosiasi Minat Keilmuwan Psikologi;Peran Asosiasi
Minat Keilmuwn;Serta Keanggotaan HIMPSI, 5-7

Kode Etik Psikologi Indonesia. (2010). Jakarta, Pengurus Pusat Himpunan Psikologi
Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai