Anda di halaman 1dari 20

0

TUGAS INDIVIDU I

PSIKOLOGI BELAJAR
(Belajar Pembiasaan)

Dosen Pembina:

Prof. Dr. Neviyarni S, M.S, Kons


Dr. Alizamar, M.Pd, Kons

Disusun Oleh:

WAHYU KURNIAWAN
NIM: 17151048

PROGRAM PASCA SARJANA BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
1

BELAJAR PEMBIASAAN

A. Pembiasaan dan Pembelajaran Manusia


Pembelajaran pembiasaan merupakan dasar bagi pembelajaran yang
mengarahkan dari yang ringgan hingga pembelajaran yang lebih total, seperti:
pembelajaran konsep, berfikir, dan pemecahan masalah. Asumsi dari beberapa
ahli psikologi saat ini tidak setuju bahwa prinsip-prinsip pembelajaran merupakan
susunan yang hirarkis. Namun demikian, kebanyakan ahli tersebut berasumsi
bahwa pembiasaan merupakan dasar bagi pembelajaran yang lebih kompleks.
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah "biasa". Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, "biasa" adalah 1) Lazim atau umum; 2) Seperti sedia
kala; 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya prefiks "fe" dan sufiks "an" menunjukkan arti proses. Sehingga
pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu / seseorang menjadi
terbiasa.
Menurut Gusmirawati (2014: http://gusmirawati27.blogspot.co.id)
pembiasaan adalah “satu aspek yang dipelajari dalam pembelajaran manusia.
Pembiasaan juga salah satu kelas pada proses pembelajaran berdasarkan beberapa
karakteristik yang diamati pada manusia. Prinsip-prinsip dan konsep-konsep
pembiasaan kemudian diperluas ke aspek pembelajaran manusia yang lebih
kompleks”.
Sedangkan menurut Aristoteles dalam Saptono (2011:58), menyatakan
bahwa: “keutamaan hidup didapat Bukan pertama-tama melalui pengetahuan
(nalar), melainkan melalui habitus, yaitu kebiasaan melakukan yang baik. Karena
kebiasaan itu menciptakan struktur hidup sehingga memudahkan seseorang untuk
bertindak. Melalui habitus, orang tak perlu susah payah bernalar, mengambil jarak
atau memberi makna setiap kali hendak bertindak”.

1
2

Menurut teori pembiasaan belajar itu merupakan suatu proses perubahan


yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan reaksi.
Untuk menjadikan orang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori pembiasaan ini adalah
latihan yang kontinu dan mengutamakan belajar yang terjadi secara otomatis.
Teori ini mengatakan bahwa seluruh tingkah laku manusia merupakan
pembiasaan, yaitu hasil latihan atau kebiasaan bereaksi terhadap syarat atau
perangsang tertentu yang dialami dalam kehidupannya. Kelemahan teori ini
adalah bahwa belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis dan keaktifan serta
penentuan pribadi dalam belajar tertentu saja seperti belajar tentang keterampilan
tertentu dan pembiasaan pada anak-anak kecil.
Pembelajaran pembiasaan dilakukan dengan memperhatikan berbagai
karakteristik yang telah menjadi pusat perhatian individu. Prinsip dan konsep
pembelajaran pembiasaan kemudian menjadi dasar yang dikembangkan menjadi
pembelajaran yang lebih kompleks, terutama pada pembelajaran verbal, transfer,
memori dan pembelajaran konsep.
Prinsip-prinsip dan konsep pengondisian ada dua. Pertama, pertimbangan
terhadap pembiasaan manusia, bahwa pembiasaan manusia merupakan aspek
penting dari berbagai studi tentang pembelajaran manusia. Kedua, karena manusia
pantas dikembangkan ke dalam beberapa aspek pembelajaran manusia yang lebih
kompleks. Oleh karena itu, sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan
merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai- nilai moral ke
dalam jiwa manusia. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan
termanifestasikan dalam kehidupannya sehari-hari.

B. Prosedur Dasar Pembiasaan


Ada tiga prosedur dasar yang dibahas di dalam kajian proses pembiasaan:
yaitu:
1. Pembiasaan Klasik (Classical Conditioning)
Pembiasaan klasik dikembangkan oleh seorang ilmuwan psikologis
Rusia bernama Ivan Pavlov. Penelitian yang dilakukannya telah
3

mengembangkan suatu prosedur dalam proses belajar, yaitu Pembiasaan


Klasik (Paul Chance, 2009: 60). Pembiasaan klasik mengacu kepada
serangkaian prosedur latihan, dimana suatu stimulus datang untuk
menggantikan stimulus lain untuk membangkitkan respon. Prosedur ini
dikenal dengan pembiasaan klasik karena sejarahnya yang dikembangkan
oleh Pavlov sendiri.
Prosedur pembiasaan klasik yang dikembangkan oleh Pavlov
melibatkan laboratorium binatang, diantaranya adalah anjing, yang
kondisinya telah dikendalikan terlebih dahulu untuk kepentingan penelitian.
Awalnya, peneliti memberikan bunyi-bunyian garpu dan memberikan
makanan kepada anjing tersebut. Makanan tersebut tentu saja meransang
anjing tersebut sehingga mengeluarkan ludah, dalam tahap ini tentu saja
bunyi-bunyian garpu tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap perilaku
anjing. Setelah melewati serangkaian eksperimen yang melibatkan bunyi
dan makanan tersebut, kemudian peneliti hanya memberikan bunyi-bunyian
garpu tanpa makanan, dan ternyata anjing tersebut bereaksi dengan
mengeluarkan liurnya.
Pavlov mengemukakan bahwa makanan tersebut merupakan
unconditioned stimulus (UCS) atau stimulus yang tidak terkondisi, dan
respon yang ditimbulkan oleh UCS, dimana membuat anjing mengeluarkan
liur merupakan unconditional response (UCR) atau respon yang tidak
terkondisi. Kemudian Pavlov mengemukakan bahwa bunyi garpu
merupakan conditioned stimulus (CS) atau stimulus yang terkondisi, dan
liur yang dihasilkan karena bunyi-bunyian garpu tersebut dinamakan
conditioned response (CR) atau respon yang terkondisi.
Menurut Ngalim Purwanto (2007: 90) bahwa Pavlov berkesimpulan
bahwa “gerakan-gerakan refleks dapat dipelajari kemudian dapat berubah
karena adanya latihan”.
Dari ekperimen yang dilakukan Palvov terhadap seekor anjing
tersebut menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
4

a. Law of respondent conditioning, yakni hukum pembiasaan yang


dituntut. Jika dua reinforcement stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer, maka rerfleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
b. Law of respondent extinction, yakni hukum pemusnahan yang
dituntut, jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan
reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

Di samping itu kata atau simbol juga bisa digunakan dalam


pengkondisian klasik. Ketika seorang murid mengucapkan kata-kata kotor,
secara spontan guru menanggapinya dengan ketidaksetujuan terhadap kata-
kata kotor tersebut.
Sehingga kata-kata tersebut berulang-ulang diucapkan oleh muridnya,
maka respon guru tersebut selalu tidak suka dengan kata-kata tersebut.
Selanjutnya ketika seorang murid mengucapkan kata-kata tersebut dengan
secara spontan-pun, maka respon ketidak sukaan guru juga timbul secara
spontan.
Contoh lainnya, Buk Ani adalah pekerja kantoran dan setiap pagi Buk
Ani harus pergi kekantor dengan cepat, dan ia mempunyai anak yang masih
sekolah SD, karena harus buru-buru berangkat ke kantor Buk Ani tidak
sempat menunggu anaknya bangun tidur untuk memberikan uang jajan, lalu
pada hari pertama kerja Buk Ani meninggalkan uang jajan dalam kotak
lemari dikamarnya, sesampai dikantor uang jajan dalam kotak lemari, hari
kedua juga seperti itu dan juga hari-hari berikutnyak Ani menelpon anaknya
memberitahukan agar mengambil uang jajan dalam kotak lemari, begitu
juga hari kedua, hal ini dilakukan setiap hari sehingga untuk hari-hari
berikutnya ibu Ani sudah tidak perlu lagi memberitahukan anaknya bahwa
ia telah meninggalkan uang jajan dalam kotak lemari. Dengan kebiasaan
tersebut si anak telah tau dimana harus mengambil uang jajan.
5

Dari contoh tersebut dapat diambil pemahaman bahwa kebiasaan yang


berulang kali dilakukan pada seseorang sangat berpengaruh, apabila dalam
pembelajaran dilakukan kebiasaan yang dapat mendidik maka peserta didik
diharapkan senantiasa melakukan kebiasaan baik tersebut begitu juga
sebaliknya, jangan sekali-kali mengajarkan kebiasaan buruk pada anak
karena sengaja atau tidak sengaja kebiasaan tersebut mudah direspon oleh
anak. Dalam pembelajaran, teori ini berarti untuk mendapatkan respon dari
siswa maka guru dapat memancingnya dengan cara memberikan stimulus-
stimulus secara berulang-ulang, maka lama-kelamaan akan menjadi
pembiasaan bagi siswa.
2. Pembiasaan Operan atau Instrumental (Operant Or Instrumental
Conditioning)

Bentuk pembiasaan kedua yaitu pembiasaan operant atau instrumental


atau kadang kala disebut dengan pembelajaran instrumental. Bentuk
pembiasaan instrumental atau operant ini berkaitan dengan tingkah laku
yang didukung dengan penguatan. Lebih lanjut menurut Pavlov bahwa
organisme relative pasif. Sehingga eksperimennya yang bisa memutuskan
kapan harus melaksanakan rangsangan dan menunggu respons organisme.
Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek
yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Respons dalam operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer merupakan stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun
tidak disengaja sebagai pasangan stimulus lainnya seperti classical
conditioning. Dalam satu eksperiment, Skinner menggunakan seekor tikus
yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian terkenal dengan nama
Skinner Box. Peti sangkar ini terdiri atas dua macam komponen pokok,
yaitumaniulandun dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa
wadah makanan. Maniuladun adalah komponen yang dapat dimanipulasi
dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri
atas tombol, batang teruji, dan pengungkit.
6

Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus itu mengekplorasi peti


sangkar dengan cara lari kesana kemari, mencium benda-benda yang ada di
sekitarnya, mencakar dinding dan sebagainya. Aksi-aksi seperti ini
disebut emitted behavior atau tingkah laku yang terpancar, yakni tingkah
laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan stimulus tertentu.
Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emmited
behavior (seperti cakaran kaki depan atau sentuhan moncong) dapat
menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya
butir-butir makanan dan wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan reinforce bagi
penekanan pengungkit. Penekenan pengungkit inilah disebut tingkah laku
operant yang akan terus meningkat apabila diiringi
dengan reinforcement,yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang
muncul pada wadah makanan.
a. Perbedaan operant dan instrumental conditionong.
Kadang-kadang psikolog membuat perbedaan antara
pembiasaan instrumental dengan operant. Perbedaan pada dasarnya
adalah prosedur satu yang terletak pada cara di mana eksperimen yang
diberikan selama pelatihan. Pembiasaan instrumental mengacu pada
situasi di mana terdapat pemisahan percobaan. Setelah percobaan
selesai, subjek akan dihapus dari piranti dan percobaan lain dimulai.
Berbeda dengan percobaan terpisah memeriksa prosedur, subjek
mungkin diperbolehkan untuk menaggapi secara bebas,
mengendalikan atau mengatur tingkat merespon
b. Variasi pada pembiasaan instrumental atau operant
Ada tiga variasi pada pembiasaan instrumental atau operan,
yaitu: isyarat menyajikan atau Bukan, penghargaan atau hukuman, dan
respon memproduksi atau menahan. Pada model pertama menciptakan
situasi yang mendatangkan diskriminasi, sehingga subjek akan
berusaha melakukan respon. Pada model kedua subjek diransang
dengan adanya hadiah dan hukuman. Jika ia benar mendapatkan
7

hadiah dan jika ia salah menerima hukuman. Sedangkan pada model


ke tiga, stimulus dilaksanakan dengan menghasilkan dan menahan
respon. Jika respon ditahan maka subjek akan berusaha untuk tidak
merespon.
Menurut Ngalim Purwanto (2007: 96) bahwa prosedur pembentukan
tingkah laku dalam operant conditioning adalah:
a. Mengidentifikasi hal-hal yang merupakan reinforcer bagi tingkah laku
yang akan dibentuk
b. Menganalisis, dan selanjutnya mengidentifikasi komponen-komponen
kecil yang membentuk tingkah lakum yang dimaksud
c. Mengidentifikasi reward untuk masing-masing komponen tersebut
d. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan menggunakan urutan
komponen-komponen yang telah disusun.
3. Perbandingan Pengkondisian Klasik dan Instrumental (Classical and
Instrumental Conditioning Compared)

Perbandingan klasik dan Instrumental (operant) menekankan pada


antara kedua format terutama mengenai cara. Hal ini terlihat pada table
berikut ini:
Pembiasaan Pembiasaan
No Perbedaan
Klasik Instrumental
1 Rangkaian/uruta UCS mendahului respon Respon lebih
n respon-reward diutamakan untuk
mendapatkan reward
2 Peran stimulus Repon muncul karena Tidak ada stimulus
stimulus yang spesifik yang spesifik untuk
munculnya respon
3 Karakter respon Respon sifatnya Respon sifatnya
diperoleh dikeluarkan
4 Perubahan yang Efektivitas stimulus yang Frekuensi repon
diamati sebelumnya netral pada berubah dengan
besarnya respon kecepatan, kekuatan
5 Keterlibatan Biasanya melibatkan Biasanya melibatkan
sistem saraf sistem saraf autonomi sistem saraf somatis
6 Hal-hal yang Emosi yang didalamnya Tingkah laku
dipelajari termasuk rasa takut, instrumental
tingkah laku, dan (mendapatkan tujuan)
perasaan
8

Tanggapan hadiah yang sangat jelas mempunyai urutan berbeda denga


dua jenis pembiasaan. Dalam pembiasaan klasik yang UCS yang dapat
dianggap sebagai stimulus memperkuat, menghasilkan respon tertentu.
Makanan buBuk memunculkan air liur. Terlepas dari apakah ransangan
secara emosional menyenangkan atau tidak, mereka mendahului atau
mendapatkan respon. Jadi kita lebih suka untuk mengidentifikasi
UCS sebagai stimulus penguat, tentang apa yang akan kita ucapkan nanti,
daripada menggunakan istilah imbalan (reward). Sebaliknya, respon harus
diproduksi sebelum mendapatkan reward pembiasaan instrumental atau
operan, hewan harus tekan bar untuk mendapatkan makanan, si anak harus
mengatakan silahkan sebelum mendapatkan permen, atau mahasiswa harus
menyelesaikan tugas sebelum diberi hadiah periode bebas.
C. Konsep Penguatan (Reinforcement)
Menurut pendapat Edward Thomdike, belajar secara fundamental
tergantung pada hadiah (reward) dan hukuman (panishment) yang terdekat
mengikuti yang dihasilkan oleh sipelajar. Dalam hal ini ahli psikologi sering
mengartikan istilah penguatan (reinforcement) ketimbang reward. Penguatan
secara teoritis merupakan istilah yang lebih netral dan secara umur mengacu
kepada proses yang membuat respon cenderung menjadi dikuatkan.
Penguatan semua peristiwa yang terjadi dalam rentang waktu yang
terdekat dengan respon yang akan meningkatkan kecendrungan respon yang akan
dilakukan. Umpamanya, guru sering menemukan bahwa hadiah pujian
berpengaruh meningkatkan perilaku pada anak-anak kelas menengah, dan tidak
berpengaruh pada anak-anak kelas bawah yang kehilangan statusnya dikalangan
temannya jika ia menerima pujian atau hadiah.
Penguatan itu secara teoritis istilah yang lebih alamai dan mengacu pada
umumnya untuk proses yang datang beberapa kecenderungan respon diperkuat,
lebih dari itu agak lebih mudah untuk mendiskusikan pembiasaan klasik dan
instrumental bersama-ama dengan konsep ini. Para psikologis lebih cenderung
menggunakan istilah penguatan daripada reward (penghargaan). Penguatan secara
teori merupakan istilah yang lebih netral dan secara umum menunjuk kepada
9

proses yang membuat respon cenderung untuk diperkuat. Adapun konsep


penguatan terdiri dari :
1. Penguatan positif dan negatif
Penguatan terjadi dalam rentangan waktu yang terdekat dengan
respon, hal ini memungkinkan respon tersebut akan dapat diulangi lagi di
masa yang akan datang. Oleh beberapa individu, penguatan dapat berupa
pujian. Namun tidak semua individu akan menganggap hal tersebut sebagai
sebuah pujian.
Di sekolah misalnya, pujian akan sangat berarti untuk siswa yang
berada di kelas menengah. Namun apabila diterapkan di kelas yang lebih
rendah cenderung tidak akan efisien, karena siswa akan merasa kehilangan
status/kehilangan muka di depan teman-temannya.
Di dalam pembiasaan instrumental, jenis penguatan dapat dibagi dua,
diantaranya:
1) Penguatan positif, merupakan semua peristiwa yang menguatkan respon
ketika diberikan/dihadirkan. Misalnya; makanan, permen, pujian dan
uang. Penguatan tersebut cenderung akan menguatkan respon.
2) Penguatan negatif, merupakan penarikan penguatan dengan tujuan agar
respon yang diinginkan menjadi kuat. Misalnya, seorang anak yang
berusaha keras belajar untuk tidak mendapatkan sindiran dari
orangtuanya dapat dikatakan sebagai penguatan negatif.
2. Penguatan primer dan sekunder
Psikolog membedakan antara penguatan primer dan penguatan
sekunder.Penguatan primer meliputi semua penguatan berupa makanan, air
dan lain-lain yang erat kaitannya dengan kebutuhan biologis dari manusia
seperti rasa haus, lapar dan penolakan rasa sakit.
Penguatan sekunder menunjuk kepada semua kejadian yang berfungsi
karena adanya proses belajar. Uang dan penghargaan merupakan penguatan
sekunder karena manusia belajar menjadikannya dalam suatu fungsi.
Stimulus yang pada mulanya bersifat netral akan menjadi penguatan
sekunder karena berasosiasi dengan kejadian penguatan primer.
10

3. Respon sebagai penguatan


Peristiwa penguatan bisa juga berupa respon, pokok penekanan yang
dikemukakan oleh David Premack. Menurutnya, bahwa organisme
dikuatkan oleh keterkaitannya untuk melakukan sesuatu yang disukai. Lebih
umum, Premack berpendapat bahwa kecenderungan respon yang tinggi
kemungkinan akan menguatkan respon yang rendah. Urutan yang cocok
adalah dengan menempatkan kemungkinan respon tinggi lebih dahulu
kemudian di ikuti oleh kemungkinan respon rendah. Urutan seperti ini akan
bermakna bila kemungkinan respon rendah dikuatkan. Seperti contoh,
seorang anak yang ingin memakan makanan kudapan dan tidak suka dengan
daging atau sayuran. Kita dapat mengatakan, “makanlah daging dan sayuran
dan kemudian baru memakan makanan kudapan”. Dalam hal ini, makanan
kudapan adalah kemungkinan respon tinggi dan memakan daging dan
sayuran adalah kemungkinan respon rendah.
4. Perencanaan penguatan
Bila penguatan diberikan kurang dari 100% waktu prosedur penguatan
tersebut dinamakan penguatan partial. Berdasarkan rencana pemberian
penguatan, penguatan dapat dibedakan menjadi fixed interval schedule,
yaitu pemberian penguatan dengan interval waktu yang tetap setelas respon
muncul, kedua fixed ratio schedule, yaitu pemberian penguatan untuk
beberapa respon.
D. Prinsip Dasar Pembiasaan
Kajian tentang pembiasaan klasikal dan operan atau instrumental telah
menghasilkan beberapa prinsip dasar yang tampak pada variasi bentuk dalam
pembiasaan. Beberapa prinsip tersebut telah memberikan makna sebagai dasar
umum empirik tentang penomena pembiasaan. Ada enam prinsip dasar
pembiasaan, yaitu:
1. Perolehan (Acquistion).
Pada pembiasaan operant, respon yang memperoleh penguatan akan
menguat secara berangsur-angsur dan sebaliknya. Perolehan CR tergantung
pada variable selain jumlah CS-UCS dan penguatan. Pembiasaan klasik
11

kekuatan CR bergantung pada intensitas CS dan UCS, dengan pembiasaan


yang lebih tepat maka stimulus meningkat.
2. Penghilangan (Extinction).
Pemadaman merupakan penurunan intensitas kekuatan respond dan
semakin sering tidak terlihat sampai menghilang. Pada pembiasaan klasik
pengulangan CS saja akan mengarahkan pada pengurangan kekuatan
respon. Hal ini diilustrasikan perolehan dan pemadaman CR. Pada
percobaan yang mengurangi yang tidak memberikan penguatan, maka
kekuatan CR semakin menurun. Sampai tidak ada sama sekali penguatan,
maka kekuatan CR pun menjadi hilang sama sekali. Pada penguatan yang
terjadi sebagian saja meningkat hambatan untuk pemadaman, prinsip ini
sebagai pengaruh penguatan parsial.
3. Perbaikan Spontan (Spontaneous Recovery).
Pengambilan spontan menunjukkan munculnya kembali respon yang
telah telah mengalami pemadaman. Ini menunjukkan bahwa kecenderungan
perilaku masih ada walaupun respons telah dihilangkan sebelumnya.
4. Generalisasi (Generalization).
Belajar pada satu situasi atau konteks bisa digeneralisasikan pada
konteks atau situasi yang lain, namun yang situasinya mirip. Dengan
demikian prinsip dasarnya adalah bahwa suatu respon yang dipelajari pada
suatu stimulus dan ada stimulus lain yang mirip dengan itu, maka akan
menghasilkan respon yang sama.
5. Pembedaan (Discrimination).
Proses pembelajaran untuk memberikan respon secara berbeda-beda
terhadap stimulus yang mirip dinamakan dengan pembedaan stimulus.
Proses ini merupakan bentuk dasar dari semua pembel;ajaran. Kita dapat
juga menyusun prinsip ini untuk memperoleh paradigm pembiasaan operant.
Konsep pembiasaan dan pembedaan merupakan konsep belajar yang lebih
kompleks. Factor-faktor yang mempengaruhi pembedaan stimulus antara
lain, kemiripan, kekonsistenan dan dimensi kerelevansian. Semakin besar
tingkat kemiripan semakin sulit orang membedakannya.
12

6. Perbedaan (Differentiation).
Perbedaan adalah proses yang mirip dilakukan secara berbeda. Dalam
hal ini satu respon dikuatkian sementara respon yang lain dilemahkan.
Proses perbedaan respons ini menegaskan bahwa respons tidak bisa
dibentuk atau lebih seksama dalam pembelajaran. Perbedaan respons seperti
pada pembelajaran yang dilakukan berulang kali, yang mana kamu boleh
gagal sebagai peringatan agar belajar lebih teratur. Belajar keterampialn
seperti berenang dan main tenis, yang melibatkan respons yang berbeda.
Oleh karena itu, kemahiran sebagai atau satu kelompok sangat mungkin
memperoleh kepuasan dan pasangan yang tereliminasi atau tidak relevan
agar tidak direspons dengan cara melemahkannya.

E. Penerapan Prinsip Pembiasaan


Penerapan prinsip-prinsip pembiasaan sudah banyak diterapkan dalam
lingkungan sosial dan proses perkembangan di dalam teori dan terapi kepribadian
dan dalam situasi pembelajaran individual di kelas, seperti pembelajaran
terprogram dan pengajaran dengan bantuan komputer.
Adapaun teknik-teknik dalam penerapan prinsip pembiasaan perilaku
melipuri:
1. Terapi perilaku dan prinsip pembiasaan
Asumsi dasar dalam menerapkan terapi perilaku adalah adanya
perilaku maladaptif yang dipelajari. Dapat disimpulkan bahwa apabila
perilaku adaptif bisa dipelajari melalui prinsip-prinsip belajar, maka sangat
masuk akal apabila perilaku yang maladaptif pun juga dipelajari.
Berdasarkan asumsi tersebut, gangguan perilaku dapat dikatakan
sebagai proses yang dipelajari. Ide dasar untuk mengurangi perilaku
maladaptif tersebut adalah dengan tidak lagi memberikan penguatan apapun.
Hal tersebut dinamakan para terapis dengan counterconditioning. Prinsip
dasar counterconditioning adalah memberikan respon yang berlawanan
dengan perilaku yang ditampilkan.
13

Modifikasi perilaku telah diterapkan dalam skala yang lebih luas,


diantaranya fobia, pecandu alkohol, gangguan makan, gangguan seksual,
ataupun gangguan berbicara.
Beberapa teknik dalam terapi perilaku diantaranya adalah:
a. Desentisisasi sistematis. Pada dasarnya teknik ini adalah untuk
melakukan desentisisasi situasi-situasi berupa stimulus yang
membangkitkan kecemasan pada klien. Pada teknik ini, biasanya
diawali dengan relaksasi otot yang dalam, kemudian dilanjutkan pada
tahap-tahap lain, diantaranya visualisasi situasi yang membuatnya
cemas. Apabila klien merasa tidak nyaman, maka visualisasi
dihentikan dan kembali dilakukan relaksasi
b. Implosion therapy. Terapi ini hampir sama dengan desensitisasi
sistematis, namun dalam terapi ini klien diminta untuk
membayangkan atau memvisualisasikan stimulus-stimulus yang
membuatkan merasa takut. Misalnya seseorang yang fobia diminta
untuk membayangkan berjalan di antara kerumunan ular.
c. Aversion therapy. Misalnya saat melakukan terapi terhadap pecandu
alkohol, dimana terapis mengkondisikan bau dan rasa alkohol dengan
berbagai akibatnya, misalnya rasa muntah.
2. Prinsip pembiasaan dan intruksi yang terprogram
Pengembangan instruksi yang terprogram ini dikembangkan oleh
Skinner. Program ini menghadirkan materi-materi pendidikan kepada siswa
dalam bentuk step-by-step(bertahap).
Tiap tahap disebut dengan frame, dan frame tersebut memiliki
komponen stimulus yang menghadirkan berbagai informasi, dan kemudian
komponen respon terletak pada respon dari peserta didik/siswa, kemudian
komponen konfirmasi adalah feedback (umpan balik) dari peserta
didik/siswa.
14

3. Keller plan: personalized instruction


Aplikasi ini dikembangkan oleh Fred Keller di tahun 1968. Jenis
aplikasi ini merupakan pengembangan dari pembiasaan operan dan
pembelajaran terprogram. Pelaksanaan dari program ini dapat diterapkan di
kelas, dimana perenapannya adalah berupa kuis mengenai topik yang
dibahas.
Alasan keefektifan program ini karena memiliki aspek dan konsep
yang sama dengan pembelajaran terprogram, diantaranya; memberikan
respon dengan aktif, menerima umpan balik, memproses kecepatan belajar
siswa, dan beralih pada topik pembelajaran berikutnya setelah pembelajaran
sebelumnya benar-benar dikuasai.
15

KEPUSTAKAAN

Saptono, (2011), Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter (Wawasan, Strategi,


dan langkah Praktis). Jakarta: Erlangga

Gusmirawati. (2014). Psikologi Belajar. [Online]. Tersedia:


http://gusmirawati27.blogspot.co.id/2014/06/psikologi-belajar.html.
Akses: 29 Agustus 2017. Pukul: 17:38.WIB

Ellis, HC. (1978). Fundamentals of Human Learning. Memory and Cognition.


Mexico, Wm. C. Brown Company Publishers Dubuque, lowa
Purwanto.N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
16

MATRIKS MASALAH
BELAJAR PEMBIASAAN
Harapan Siswa di sekolah dituntut mampu memahami materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru untuk mencapai
keberhasilan dalam belajar. Selain keberhasilan belajar dalam
bentuk nilai, keberhasilan siswa dalam membentuk karakter
diri yang baikpun menjadi tujuan utama kegiatan belajar di
sekolah. karakter siswa yang baik dapat dilihat dari prilaku
siswa yang jujur bertanggung jawab serta memiliki rasa
percaya diri yang tinggi, baik dalam hal belajar maupun
menjalin hubungan sosial di sekolah
Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas, sering kali
guru mengajukan pertanyaan maupun memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan atau
pendapat. Namun apresiasi siswa tersebut tidak mendapat
penghargaan baik yang bersifat verbal maupun non-verbal
dari guru yang mengajar.
Analisis Dengan minimnya intensitas penghargaann yang
masalah diberikan oleh guru tersebut, maka hal ini menyebabkan
siswa menjadi kurang termotivasi untuk mengajukan
pertanyaan ataupun menyampaikan pendapat dalam proses
belajar mengajar di kelas, sehingga kegiatan belajar mengajar
menjadi pasif atau satu arah saja dimana guru lebih
mendominasi dan siswa hanya diam mendengarkan saja.
Alternatif Solusi Guru dapat menambah penilaian kepada siswa yang akti
Masalah di kelas untuk membantu siswa lebih aktif dalam kegiatan
belajar di kelas.
Guru memberikan penguatan kepada siswa sebagai
motivasi kembali mengulang prilakunya, selain itu dapat
merangsang siswa lainnya untuk melakukan hal yang sama
Rekomendasi Guru dapat menerapkan pembiasaan penguatan, dimana
solusi dalam hal ini respon yang diberikan siswa memperoleh
penguatan dari guru. Penguatan terjadi dalam rentangan
waktu yang terdekat dengan respon, hal ini memungkinkan
respon tersebut akan dapat diulangi lagi di masa yang akan
datang, penguatan dapat berupa pujian seperti acungan jempol
atau mengucapak “bagus sekali” dan sebagainya.
Alasan Dengan adanya penguatan baik berupa verbal maupun
non verbal, maka dapat memberikan motivasi lebih kepada
siswa untuk kembali mengajukan, menjawab pertanyaan
ataupun menyampaikan pendapat dalam proses belajar
mengajar di kelas. Hal ini tentunya akan memberikan dampak
positif bagi kegiatan belajar dan seluruh peserta didik di
kelas.
17

YEL-YEL
BELAJAR PEMBIASAAN

Mari belajar pembiasaan


Tiga prosedur dasar
Instrumental, operant, klasik
Sambil ada penguatan
Positif ya ya ya
Negatif ya ya ya
Ayo rajin belajar
Primer ya ya ya
Sekunder ya ya ya
Konsep penguatan
Ada enam prinsif dasar
Discrimination, differentiation
Extinction, generalization
Acquisition, spontaneous
Terapkan ya ya ya
Laksanakan ya ya ya
Ayo rajin belajar
Lirik lagu: Helly
18

SOAL-JAWABAN

1. Objektif

2. Dua reinforcement stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya


berfungsi sebagai reinforcer, maka refleks dan stimulus yang lain akan
meningkat. Ini merupakan pengertian dari hukum belajar yang bernama...
a. Clasiccal conditioning
b. Law of respondent conditioning
c. Operant or intrumental conditioning
d. Law of respondent extinction
e. Spontaneous recovery

3. Sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek yang sama terhadap
lingkungan yang dekat, disebut juga dengan....
a. Penghilangan
b. Generalisasi
c. Reinforcer
d. Stimulus
e. Operant

4. Belajar secara fundamental tergantung pada hadiah (reward) dan hukuman


(punishment) yang terdekat mengikuti yang dihasilkan nerupakan pendapat
yang dikemukakan oleh...
a. Edward Thomdike
b. Skinner Box
c. Aristoteles
d. Ivan Pavlov
e. Ngalim Purwanto

5. Komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan


reinformcement, yang terdiri atas tombol, batang teruji, dan pengungkit
disebut juga dengan...
a. Maniuladiun
b. Emitted behavior
c. Operant
d. Acquistion
e. Extinction

6. Ide dasar untuk mengurangi perilaku maladaptif dengan tidak lagi


memberikan penguatan apapun, namun dengan prinsip dasar memberikan
respon yang berlawanan dengan perilaku yang ditampilkan, disebut juga
dengan...
a. Implosion therapy
b. Counter conditioning
19

c. Clasiccal conditioning
d. Operant conditioning
e. Aversion therapy

II. Esay

1. Apakah yang dimaksud dengan pembiasaan belajar berdasarkan teori?


Jawab:
Menurut teori pembiasaan belajar itu merupakan suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian
menimbulkan reaksi. Untuk menjadikan orang itu belajar haruslah kita
memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar
menurut teori pembiasaan ini adalah latihan yang kontinu dan
mengutamakan belajar yang terjadi secara otomatis

2. Sebutkan hukum-hukum belajar yang dihasilkan Palvoc dari eksperimennya


yang dilekukan terhadap seekor anjing!
Jawab:
a. Law of respondent conditioning, yakni hukum pembiasaan yang
dituntut. Jika dua reinforcement stimulus dihadirkan secara simultan
(yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer, maka rerfleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
b. Law of respondent extinction, yakni hukum pemusnahan yang
dituntut, jika refleks yang sudah diperkuat melalui respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan
reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3. Sebutkan serta jelaskan beberapa teknik dalam terapi perilaku sebagai


bentuk dari teknik dalam penerapan prinsip pembiasaan perilaku.!
Jawab:
a. Desentisisasi sistematis. Pada dasarnya teknik ini adalah untuk
melakukan desentisisasi situasi-situasi berupa stimulus yang
membangkitkan kecemasan pada klien. Pada teknik ini, biasanya
diawali dengan relaksasi otot yang dalam, kemudian dilanjutkan pada
tahap-tahap lain, diantaranya visualisasi situasi yang membuatnya
cemas. Apabila klien merasa tidak nyaman, maka visualisasi
dihentikan dan kembali dilakukan relaksasi
b. Implosion therapy. Terapi ini hampir sama dengan desensitisasi
sistematis, namun dalam terapi ini klien diminta untuk membayangkan
atau memvisualisasikan stimulus-stimulus yang membuatkan merasa
takut. Misalnya seseorang yang fobia diminta untuk membayangkan
berjalan di antara kerumunan ular.
c. Aversion therapy. Misalnya saat melakukan terapi terhadap pecandu
alkohol, dimana terapis mengkondisikan bau dan rasa alkohol dengan
berbagai akibatnya, misalnya rasa muntah.

Anda mungkin juga menyukai