Anda di halaman 1dari 7

TEORI BELAJAR DARI SUDUT PANDANG TEORI PERILAKU

PAVLOV

Disusun unntuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Drs. Hadrianus Wahyudi M.Si.

Oleh kelompok 5 :

Maharani Suswandari (161434042)

Vina Rahmawati (161434079)

Albertus Tedy Ardianto (161434003)

Fabiola Sebastiani (161434043)

Rheno Ruswandari (161434070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Studi secara sistematis tentang belajar relatif baru. Sampai akhir abad 19,
belajar masih dianggap masalah dalam dunia keilmuan. Dengan menggunakan
teknologi yang digunakan oleh ilmu fisika, para peneliti mencoba menghubungkan
pengalaman untuk memahami bagaimana manusia belajar.
Ivan Petrovich Pavlov merupakan seorang ahli psikologi dari Rusia. Ia
merupakan salah satu tokoh yang bepegang pada teori belajar behaviorisme. Aliran
yang dianutnya adalah teori belajar classical conditioning. Teori belajar classical
conditioning mengimplikasikan pentingnya mengkondisi stimulus agar terjadi respon.
Dengan demikian pengontrolan dan perlakuan stimulus jauh lebih penting daripada
pengontrolan respon. Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih
mengutamakan faktor lingkungan (eksternal) daripada motivasi internal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi teori behaviorisme?
2. Apa yang dimaksud teori belajar classical conditioning?
3. Bagaimana proses belajar dapat terbentuk menurut teori Pavlov?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kamus bahasa inggris behavior artinya kelakuan, tindak tanduk atau bertingkah
laku dengan sopan. Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur,
diamati dan dihasilkan oleh respon pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap
rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif. (Arya, 2010).

Dalam Teori Behavioristik pandangan tentang belajar adalah perubahan dalam


tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain
belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.

Classical Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme


memberikan respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan respon itu,
atau suatu proses untuk mengintroduksi berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku. Jadi
classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan
(conditioning process). Pavlov beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk
melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan.

Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov mengadakan eksperimen tentang


berfungsinya kelenjar ludah pada anjing sebagai binatang uji cobanya. Pentingnya studi yang
dilakukan Pavlov terletak pada metode yang digunakan serta hasil-hasil yang diperolehnya.
Alat-alat yang digunakan dalam berbagai eksperimen memperlihatkan bagaimana Pavlov dan
kawan-kawannya dapat mengamati secara teliti dan mengukur respon terhadap eksperimen
tersebut.

Dalam eksperimen ini, dia melihat bahwa subjek penelitiannya (seekor anjing) akan
mengeluarkan air liur sebagai respon atas munculnya makanan. Dia kemudian
mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu teori belajar yang disebut
sebagai aliran klasikal kondisioning (classical conditioning). Pengertian pokok yang biasa
digunakan dalam teori Pavlov (dalam Suryabrata, 1981) sebagai unsur dalam eksperimennya
adalah:
a) Perangsang tak bersyarat = perangsang alami = perangsang wajar = unconditioned
stimulus (US) perangsang alami yang secara wajar menimbulkan respons pada
organisme (anjing), misalnya: makanan yang dapat mengeluarkan air liur pada anjing.
b) Perangsang bersyarat = perangsang tidak wajar = tak alami = conditioned stimulus
(CS). Perangsang yang secara alami tidak menimbulkan respons, misalnya bunyi bel.
c) Respon tak bersyarat = respon alami unconditioned response (UR), respon yang
ditimbulkan oleh perangsang tak bersyarat.
d) Respons bersyarat = respons tak wajar = conditioned response (CR), respons yang
ditimbulkan oleh perangsang bersyarat.

Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or
unlearned stimulus, yaitu stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan
atau diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned
stimulus - stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan
respon yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan.

Ekperimen yang dilakukan Pavlov bertujuan untuk mengetahui kemampuan binatang


dalam membedakan bermacam-macam perangsang agar menolong kemajuan studi ilmiah
tentang belajar. Namun demikian penemuan-penemuan Pavlov tidak banyak diterapkan pada
belajar disekolah.

Secara umum Pavlov berpendapat bahwa belajar adalah pembentukan kebiasaan


dengan cara menghubungkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan
perangsang yang lebih lemah. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme
dengan lingkungannya. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.
Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS. Aktivitas yang ditimbulkan
US lebih dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu, US dan CS harus dipasang
bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut teori bevahioristik, belajar adalah bentuk perubahan kemampuan
pesera didik untuk bertingkah laku secara baru sebagai akibat dari hasil interaksi
stimulus dan respons lingkungan yang didapatnya. Teori classical conditioning yang
dikemukakan oleh Pavlov dapat disimpulkan bahwa tingkah laku berasal dari
rangkaian refleks terkondisi.

B. SARAN
Jika teori ini dilakukan secara terus-menerus maka ditakutkan murid akan
memiliki rasa ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya. Padahal
seharusnya anak didik harus memiliki stimulus dari dirinya sendiri dalam melakukan
kegiatan belajar dan kegiatan pemahaman. Untuk pembaca agar dapat menerapkan
teori belajar Pavlov untuk melatih ketrampilan pada binatang.
Harapan kami untuk kedepannya, karena kami calon guru sehingga perlu
mengaplikasikan teori belajar Pavlov kepada anak didik. Karena disaat individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya. Akan
memudah pendidik dalam melakukan pembelajaran terhadap anak didiknya.
Teori ini juga cocok untuk diterapkan untuk meltih binatang.

C. REFLEKSI
Hal yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini adalah penerapan teori
classical conditioning memungkinkan seseorang dapat menerima stimulus dan
mengolahnya, kemudian dapat memunculkan rangsangan sesuai dengan apa yang
diterimanya. Setiap orang tidak sepenuhnya dikendalikan oleh stimulus yang berasal
dari luar dirinya, karena masing-masing orang memiliki pemikiran secara logis.
Harapan kedepannya, sebagai calon guru sebaiknya pengaplikasikan teori belajar
Pavlov ini sesuai untuk pembelajaran yang mengandung unsur kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, dan daya tahan. Contohnya adalah percakapan bahasa asing,
mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, dan olahraga. Teori ini juga
cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih memerlukan dominasi peran
orang dewasa, suka mengulangi, gemar meniru, dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung, seperti diberi permen ataupun pujian.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Digalib.unila.ac.Id. http://digilib.unila.ac.id/785/6/BAB%20II.pdf. diakses pada tanggal 15


Maret pukul 11.10.

Nurhidayati, Titin.2012.Implementasi Teori Belajar Ivan Pavlov.


https://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/2-titin-nurhidayati-implementasi-
teori-belajar- ivan-petrovich-pavlov-classical-conditioning-dalam-pendidikan.pdf.
diunduh pada tanggal 15 Maret pukul 10.15.

Ghufron, Nur. 2013. Gaya belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai