Anda di halaman 1dari 20

HALAMANN JUDUL

PERKEMBANGAN KOGNITIF NEO PIAGETETIAN

Disusun Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar
(Dosen: Dr. Awalya, M.Pd., Kons dan Dr. Amin Yusuf, M.Si)

Disusun Oleh :
1. Resty Ayu Herdini (0103516021)
2. Imanuel (010351

PROGRAM PASCASARJANA
PROGAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
KONSENTRASI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Subhanahu Wataala atas segala nikmat, taufiq,
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Perkembangan Kognitif Neo Piaget. Makalah ini disusun dalam rangka
pemenuhan tugas kelompok mata kuliah Perkembangan Peserta Didik Pendidikan
Dasar.
Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini, penyusun mendapat bantuan
dari berbagai pihak, baik berupa motivasi maupun material. Oleh karena itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini, khususnya kepada :
1. Dr. Awalya, M.Pd., Kons dan Dr. Amin Yusuf, M.Si selaku dosen mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar.
2. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
sehingga dibutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 19 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMANN JUDUL.............................................................................................1

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

2.1 Perkembangan Kognitif.............................................................................6

2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Belajar Kognitif......................................................8

2.3 Tahapan-Tahapan Perkembangan Kognitif Piaget....................................9

2.4 Kritik-Kritik Teori Piaget........................................................................12

2.5 Pengertian Teori Pigetian........................................................................14

BAB III PENUTUP...............................................................................................16

3.1 Simpulan..................................................................................................17

3.2 Penutup....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakuakan oleh setiap
individu untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang tercantum
dalam masyarakat dan kebudayaannya. Metode dan strategi belajar sangat
mempengaruhi hasil belajar peserta didik, oleh karena itu strategi pembelajaran
tidak lepas dari teori pembelajaran yang dihasilkan oleh pakar-pakar pendidikan
terdahulu, proses pembelajaran sebagai bagian yang lebih sederhana cakupannya
dari pendidikan seharusnya menghendaki dasar pijakan yang kuat demi
keakuratan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Munculnya teori kognitivisme secara eksplisit pada dasarnya adalah berkat
Jean Piaget yang menegaskan perbedaan pendapatnya pada diri pembelajar. Jean
Piaget berpendapat dalam Dahlan (2013 : 219) melalui proses akomodasi, dan
asimilasi individu dapat mengkonstruksi pengetahuan baru dari pengalamananya
sendiri. Asimilasi terjadi ketika pengalaman baru dari individu cocok dengan
representasi dunia nyata dalam diri individu (internal) mereka. Akomodasi dapat
dipahami sebagai suatu mekanisme bagaimana mengubah suatu kegagalan
menjadi keberhasilan melaui proses pembelajaran. Dengan mengakomodasi
pengalaman baru dan membingkai ulang sesuai dengan apa yang dikehendaki,
maka akan memperoleh sesuatu yang baru dan dapat belajar dari kegagalan.
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak
bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Sedangkan, perkembangan kognitif itu sendiri merupakan
proses berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan
keseimbangan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak
dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak
mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak.
Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang
menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek
dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan
fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek
sosial seperti diri, orangtua, dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokkan
objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-
perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-
objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek-objek
dan peristiwa tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk mempermudah pembahasan serta memberi pembatasan terhadap
pembahasan, maka makalah ini disusun atas beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif?
2. Apa saja kritik untuk teori Piaget?
3. Apa yang dimaksud teori Piagetian?
4. Siapa saja tokoh-tokoh pada aliran teori Neo Piagetian?
5. Tahapan apa saja pada perkembangan konsep diri usia dini Neo
Piagetian?

1.3 Tujuan Masalah


Dari rumusan masalah yang telah ditentukan tersebut, maka dapat
ditentukan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian perkembangan kognitif
2. Mengetahui kritik-kritik teori Piaget
3. Mengetahui pengertian teori piagetian
4. Mengetahui tokoh-tokoh pada aliran teori Neo Piagetian
5. Mengetahui tahapan pada perkembangan konsep diri usia dini Neo Piaget

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Kognitif


Menurut Desmita (2013 : 45) perkembangan kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu
semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari
dan memikirkan lingkungannya.
Menurut Yusuf (2012 : 73) perkembangan kognitif adalah tahap-tahap
perkembangan manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa, mulai dari
proses berfikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-
konsep abstrak dan logis.
Menurut Hasan (2015 : 23) perkembangan kognitif merupakan perubahan
kemampuan berfikir atau intelektual
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kognitif, yaitu suatu proses perkembangan berfikir anak sesuai dengan
bertambahnya usia anak tersebut, dimana proses perkembangan ini dimulai dari
sejak lahir sampai dewasa. Menurut Purwanto (2013: 48) secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge),
pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation).
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan
mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek tersebut
yang kemudian representasikan atau dihadirkan dalam diri seorang anak melalui
tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang
bersifat mental, misalnya seorang menceritakan pengalamannya selama
mengadakan kunjungan wisata, atau selama melakukan aktifitas tertentu.
Menurut Martinus, dkk (2013:25) model belajar kognitif merupakan model
pemrosesan pengetahuan dengan menyatakan bahwa pengetahuan yang diterima
terlebih dahulu disimpan pada pendaftar sensor. Pengetahuan baru yang diterima
akan dibandingkan dengan kognitif yang telah dahulu ada. Pengetahuan tersebut
dapat diperbaiki, ditambah, disesuaikan, digabungkan dengan pengetahuan yang
baru yang selanjutnya pengetahuan tersebut dipindahkan ke memori jangka
pendek dan jika ingatan itu dianggap penting akan dipindahkan keingatan jangka
panjang.
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh
sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan
pada aspekkemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan
merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

2.2 Kritik-Kritik Teori Piaget


Teori Piaet tidak luput dari kritik. Muncul pertanyaan beberapa area :
tentang estimasi terhadap kompetensi anak di level perkembangan yang berbeda-
beda, tentang tahaan-tahapam perkembamgan, tentang pelatihan ana untuk
melakukan penalaran pada level yang lebih tingi dan tentang kultur dan
pendidikan.
1. Estimasi kompetensi anak. Beberapa kemampuan kognitif muncul lebih awal
ketimbang apa yang diyakini oleh piaget. Bahkan anak usia 2 tahun dalam
beberapa konteks tertentu bersifat non egosentris. Konservasi angka telah
muncul pada usia 7 tahun. Anak-anak biasanya tidak secara tegas masuk ke
tahap pra ini atau pra itu (prakausal, pra operasional) sebagaimana yang
diyakini piaget.
2. Piaget memandang tahapan sebagai struktur pemikiran yang seragam. Jadi,
teorinya mengansumsikan perkembangan yang sinkron yakni berbagai aspek
dari satu tahap akan muncul pada saat yang sama.
3. Menyatakan bahwa teori Piaget tidak mampu menjelaskan struktur, proses
dan fungsi kognitif dengan jelas.
4. Tidak adanya kebenaran wujud dari empat tingkat perkembangan kognitif
yang direkomendasikan oleh Piaget (Gelman dan Baillargeon, 1983). Dapat
dikatakan masa anak-anak melalui setiap tingkat perkembangan kognitif
berbasis set operasi yang khusus, maka saat anak tersebut berhasil
memahirkan set operasi tertentu, mereka seharusnya juga dapat
menyelesaikan semua masalah yang membutuhkan set operasi yang sama.
Misalnya, ketika anak menunjukkan kemampuan konservasi yaitu yang
terdapat pada tahap operasi konkrit, maka berdasarkan teori Piaget, dia
seharusnya dapat menunjukkan kemampuan konservasi dalam angka dan
berat pada waktu yang sama. Namun, dalam penelitian yang dilakukan oleh
Klausmeier dan Sipple (1982) menunjukkan kondisi yang berbeda di mana
anak-anak selalu menunjukkan kemampuan konservasi berat lebih lewat dari
konservasi angka. Kondisi ini adalah bertentangan dengan teori Piaget.
5. Dari segi metodologi ini, metode klinis yang digunakan dalam penelitian
Piaget di mana penelitian dengan metode klinis sulit untuk diulang. Jadi,
kesahihannya adalah diragukan. Pengkritiknya juga menuduh Piaget
membuat generalisasi dari sampel-sampel yang ukurannya terlalu kecil dan
tidak memenuhi standar.
6. Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan
peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga
kelemahan yang terjadi di sini adalah selalu menganggap semua peserta didik
itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik
dalam mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara
peserta didiknya dalam mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing
peserta didik memiliki cara yang berbeda-beda. Apabila dalam pengajaran
hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak
akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan.
Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa
adanya metode pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam
praktek kegiatan atau materi. Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif
perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan suatu materi
yang telah diterimanya.
Banyak peneliti melakukan penelitian ulang atau berusaha menelaah hasil
penelitian Piaget mengenai tahapan perkembangan kognisi anak dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan/tugas-tugas Piaget. Pendapat- pendapat
yang muncul bahwa perkembangan anak itu berlangsung gradual tidak terjadi
tiba-tiba. Selain itu kadang ada anak yang kemampuannya melebihi batasan usia
itu ada yang memang lebih cepat dalam aspek-aspek tertentu. Ada juga yang
berpendapat bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan kognisi pada anak-
anak kecil. Seperti yang dikutip oleh Woolfolk, Piaget juga dikritik bahwa anak-
anak dan orang dowasa juga seringkali berpikir dengan cara-cara yang tidak
konsisten dengan gagasan tahap-tahap yang tidak bervariasi. Hasil karya ini juga
dikritik karena Piaget dianggap tidak melihat faktor-faktor kultural dalam
perkembangan anak.
Kemudian muncul pembaharu teori Piaget yang terilhami oleh Teori Piaget
dan dikenal dengan Neo Piagetian. Neo-piagetian tetap mempertahankan
kontruksi pengetahuan anak dan tren-tren umum di dalam pemikiran anak, tetapi
menambahkan temua-temuan dari pemrosesan informasi tentang peran atensi,
ingatan dan strategi. Hari ini, Teori Piaget telah berevolusi, meski dalam banyak
hal masih tetap mendominasi, studi perkembangan manusia. Beberapa dari prinsip
sentral beliau telah dipertanyakan dalam riset-riset terbaru, dan deskripsi
perkembangan yang baru telah merevisi banyak dari pandangannya (lihat
Feldman, 2003).

2.3 Pengertian Teori Pigetian


Menurut Jhon (2011 : 59) aliran neo piagetian adalah kelompok ahli
psikologi perkembangan yang percaya bahwa teori piaget ada yang benar akan
tetapi teori ada yag direvisi, menekankan pada bagaimana memproses informasi
melalui perhatian, memori dan strategi.
Teori-teori Neo-Piagetian adalah modifikasi dari teori Piaget yang
mencoba untuk mengatasi permasalahan pada keterbatasan teori dan dan
mengalamatkan masalah pada kritiknya yang telah diketahui. Lebih detail, neo-
Piagetian telah menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk menjalankan pada
tahap yang detail tergantung pada kesepakatan besar pada tugas khusus yang
terlibat (Gelman & Brenneman, 1994); bahwa pelatihan dan pengalaman,
termasuk interaksi sosial, dapat mengakselerasi perkembangan anak (Birney et al.,
2005; Case, 1998; Flavell, 2004; Siegler, 1998).
Pandangan teori ini adalah mengenai tahapan perkembangan kognitif
melalui pendekatan pengolahan informasi dan kemampuan berfikir individu dapat
diajarkan dengan langsung. Implikasi teori neo-Piaget terhadap pendidikan adalah
perangsangan metode-metode baru akan meningkatkan kemampuan pemikiran
anak-anak.
Mereka terutama percaya bahwa pengamatan yang lebih akurat tentang
pemikiran anak dan beberaoa otomatiskan anak memproses informasi, kegiatan
kognitif tertentu yang dilakukan. Pengamatan ini juga mesti membagi problem
kognitif menjadi langkah-langkah yang lebih kecil namun tepat.
Satu dari prinsip penting Piagetian adalah bahwa perkembangan
mendahului pembelajaran. Piaget mengatakan bahwa tahap perkembangan banyak
yang telah diperbaiki dan bahwa konsep tersebut seperti konservasi dapat
diajarkan. Riset telah mengubah beberapa hal dimana latihan-latihan Piagetian
dapat diajarkan pada anak-anak pada tahap perkembangan yang lebih awal.
Sebagai contoh, beberapa periset telah menemukan bahwa anak yang masih muda
dapat berhasil pada bentuk format yang lebih sederhana sebelum mereka
mencapai tahapan tersebut dimana latihan itu tercapai (Gelman, 2000; Larivee
Normandeau & Parent, 2000; Siegler, 1998). Gelman (1979) menemukan bahwa
anak yang masih muda dapat menyelesaikan masalah konservasi yang melibatkan
sejumlah balok dalam sebaris ketika tugas tersebut diberikan dalam cara dan
bahasa yang lebih mudah. Boden (1980) menemukan bahwa tugas formal
operational yang sama dihasilkan setelah melewati tingkat dari 19 98%,
tergantung pada kompleksitas instruksinya (lihat juga Nagy & Griffiths, 1982).
pendidikan dengan lingkungan, kurikulum, bahan, dan instruksi yang cocok untuk
pelajar sesuai fisik dan kemampuan kognitif mereka dan juga kebutuhan sosial
dan emosionalnya.
Teori Piagetian telah berpengaruh pada model konstruktif pembelajaran
meringkas implikasi pengajaran yang utama yang tergambar dari Piaget adalah
sebagai berikut :
1. Fokus pada proses berfikir anak, tidak hanya hasil berfikirnya
2. Mengenali peran yang paling krusial dalam inisiatif pribadi anak, keterlibatan
aktif dalam aktivitas pembelajaran
3. Tidak menitikberatkan pada praktis yang ditujukan untuk menjadikan anak
seperti orang dewasa dalam cara berfikirnya
4. Penerimaan atas perbedaan individu dalam pertumbuhan perkembangan.
Teori-teori neo-Piaget bertujuan untuk memperbaiki satu atau lebih dari
kelemahan berikut dalam teori Piaget:
1. Piaget teori tahap perkembangan mengusulkan bahwa orang berkembang
melalui berbagai tahap perkembangan kognitif , tetapi teorinya tidak cukup
menjelaskan mengapa pengembangan dari panggung ke panggung terjadi.
Mansoor Niaz berpendapat bahwa tahapan Piaget hanyalah
sebuah heuristik untuk operasionalisasi teori equilibrium.
2. Teori Piaget tidak cukup menjelaskan perbedaan individu dalam
perkembangan kognitif. Artinya, teori tidak memperhitungkan fakta bahwa
beberapa individu bergerak dari panggung ke panggung lebih cepat daripada
yang lain.
Gagasan tentang tahapan universal perkembangan kognitif tidak
benar. Penelitian menunjukkan bahwa fungsi seseorang pada usia tertentu
mungkin sangat bervariasi dari domain ke domain (seperti pemahaman konsep-
konsep sosial, matematika, atau spasial), bahwa tidak mungkin untuk
menempatkan orang tersebut dalam satu panggung.

2.4 Tokoh-tokoh Aliran Neo Piagetian


Pada 1980-an sebagai respon kritik terhadap teori Piaget psikologi
perkembangan Neo Piagetian mulai mengintegrasikan beberapa elemen dari
teorinya dengan pendekatan pemrosesan informasi. Neo Piagetian memfokuskan
diri pada konsep, strategi dan keterampilan tertentu seperti konsep nomor dan
perbandingan antara kurang dan lebih. Mereka percaya bahwa anak-anak
berkembang secara kognitif dengan car menjadi lebih efisien dalam memproses
informasi. Karena penekanannya terhadap efesiensi pemrosesan informasi,
pendekatan Neo Piagetian membantu menjelasknan perbedaan individual dalam
kemampuan kognitif dan perkembangan yang terhambat dalam berbagai ranah.
Tokoh-tokoh yang memberikan kritik terhadap teori Piaget atau mereka
lebih terkenal dengan aliran Neo Piagetian diantanya :
1. Juan Pascual-Leone
Awalnya, teori neo-Piaget menjelaskan pertumbuhan kognitif
bersama tahapan Piaget dengan menerapkan pengolahan informasi kapasitas
sebagai penyebab kedua pengembangan dari satu tahap ke tahap berikutnya
dan perbedaan individu dalam tingkat perkembangan. Juan Pascual-Leone
adalah yang pertama untuk memajukan pendekatan ini.
Pascual-Leone berpendapat bahwa pemikiran manusia diatur dalam dua
tingkat.
a. Tingkat pertama dan lebih mendasar didefinisikan oleh kekuatan mental
atau kapasitas. Artinya, level ini melibatkan proses yang menentukan
volume dan jenis informasi bahwa individu dapat memproses. Bekerja
memori adalah manifestasi fungsional kekuatan mental. Kapasitas memori
kerja biasanya ditentukan mengacu pada jumlah potongan informasi atau
unit yang satu dapat diingat secara bersamaan pada saat tertentu.
b. Tingkat kedua melibatkan konten mental yang seperti itu. Artinya,
melibatkan konsep dan skema tentang fisik, biologi, dan dunia sosial, dan
simbol-simbol yang kita gunakan untuk merujuk kepada mereka, seperti
kata-kata, angka, gambar mental. Hal ini juga melibatkan operasi mental
yang kita dapat membawa pada mereka, seperti operasi aritmatika pada
angka, rotasi mental yang pada citra mental , dll
Pascual-Leone mengusulkan bahwa peningkatan jumlah unit mental yang satu
dapat mewakili secara bersamaan membuat orang mampu menangani konsep
yang lebih kompleks. [ Rujukan? ] Sebagai contoh, salah satu kebutuhan untuk
dapat memegang dua unit mental dalam pikiran untuk dapat memutuskan
apakah satu nomor lebih besar dari nomor lain. Untuk dapat
menambahkannya, orang tersebut harus mampu menahan tiga unit, yaitu, dua
angka ditambah operasi aritmatika untuk diterapkan, seperti penambahan atau
pengurangan. Untuk dapat memahami proporsionalitas, salah satu harus
mampu diingat lima unit, yang merupakan dua pasang nomor yang akan
dibandingkan dan hubungan mereka.
Menurut Pascual-Leone, kekuatan mental adalah sama dengan 1 skema atau
unit informasi pada usia 2-3 tahun dan meningkatkan oleh satu unit setiap
tahun kedua hingga mencapai maksimum dari 7 unit pada usia 15 tahun. Ia
mengklaim bahwa tahap klasik Piaget pra-operasional, intuitif, beton awal,
akhir beton, transisi dari beton ke formal, awal formal, dan akhir pemikiran
resmi memerlukan kekuatan mental dari 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 unit mental,
masing-masing. Memiliki tingkat yang lebih rendah dari kekuatan mental dari
yang dibutuhkan oleh tugas membuat solusi dari tugas ini tidak mungkin,
karena hubungan yang diperlukan tidak dapat diwakili dan dihitung. Dengan
demikian, setiap kenaikan kekuatan mental dengan usia membuka jalan bagi
pembangunan konsep dan keterampilan sampai ke tingkat yang baru
kapasitas. Jatuh pendek atau melebihi kekuatan mental yang khas dari hasil
usia tertentu di tingkat yang lebih lambat atau lebih cepat dari pembangunan,
masing-masing.
2. Teori Robbie Case
Berdasarkan Pascual-Leone , beberapa peneliti lain maju model-model
alternatif pembangunan kapasitas. Robbie Case menolak gagasan bahwa
perubahan dalam kapasitas pemrosesan dapat digambarkan sebagai
perkembangan di sepanjang baris Pascual-Leone pembangunan. Sebaliknya,
ia menyatakan bahwa pengolahan pengembangan kapasitas mendaur ulang
lebih suksesi empat tahap utama dan yang masing-masing ditandai dengan
berbagai jenis struktur mental. tahap ini sesuai dengan tahapan utama Piaget
dari sensorimotor, pemikiran operasional operasional dan formal beton
praoperasional.
Kasus menyatakan bahwa ada empat jenis struktur kontrol eksekutif:
a. sensorimotor struktur 1-18 bulan usia (yaitu, persepsi dan tindakan seperti
melihat dan menggenggam);
b. inter-relasional struktur dari 18 bulan sampai 5 tahun (yaitu, representasi
mental yang berdiri untuk benda-benda yang sebenarnya di lingkungan,
seperti kata-kata atau gambar mental);
c. struktur dimensi 5-11 tahun (yaitu, representasi mental yang terhubung
bersama-sama oleh hubungan yang konsisten sehingga setiap kasus
tertentu dapat berhubungan dengan setiap kasus lain, seperti nomor baris
mental di mana setiap nomor dapat berhubungan dengan setiap nomor
lain) ;
d. struktur vectorial 11-19 tahun (yaitu, hubungan antara dimensi tahap
sebelumnya, seperti rasio dan proporsi yang menghubungkan dua atau
lebih dimensi dengan satu sama lain).
3. Graeme S. Halford
Graeme S. Halford mengangkat sejumlah keberatan mengenai Case definisi 's
dari memori kerja kapasitas dan perannya dalam pertumbuhan
kognitif. Keberatan utama adalah bahwa orang yang berbeda dapat mewakili
masalah yang sama secara berbeda dan dengan demikian mereka dapat
menganalisis tujuan dan sasaran dari masalah berbeda.Oleh karena
itu, kapasitas mental tidak dapat ditentukan mengacu pada fungsi
eksekutif . Halford mengusulkan cara alternatif untuk menganalisis tuntutan
pengolahan masalah yang seharusnya untuk menjelaskan komponen yang
paling penting dari pemahaman dan pemecahan masalah . Ini adalah
pemahaman dari jaringan hubungan yang minimal dan sepenuhnya
menentukan konsep atau masalah tertentu.
Menurut Halford, pegang ini dibangun melalui pemetaan struktur. Pemetaan
struktur adalah penalaran analogis yang digunakan orang untuk memberi
makna untuk masalah dengan menerjemahkan kodrat dari masalah menjadi
representasi atau model mental bahwa mereka sudah memiliki dan yang
memungkinkan mereka untuk memahami masalah.Pemetaan struktur yang
dapat dibangun tergantung pada relasional kompleksitas dari struktur mereka
melibatkan. Kompleksitas relasional struktur tergantung pada jumlah entitas
atau jumlah dimensi yang terlibat dalam struktur. Beban pengolahan dari
tugas sesuai dengan jumlah dimensi, yang harus bersamaan diwakili, jika
hubungan mereka harus dipahami akan.
Misalnya, untuk memahami setiap perbandingan antara dua entitas (misalnya,
"lebih besar dari", "lebih baik daripada", dll) salah satu harus mampu
mewakili dua entitas dan satu hubungan di antara mereka. Untuk
memahami hubungan transitif satu harus mampu mewakili setidaknya tiga
entitas (misalnya, benda A, B, dan C) dan dua hubungan (misalnya, A lebih
tinggi dari B; C lebih pendek dari B); jika tidak maka tidak akan mungkin
untuk mengatur mental entitas dalam urutan yang benar yang akan
mengungkapkan hubungan antara semua entitas yang terlibat.
Halford mengidentifikasi empat tingkatan dimensi.
a. Yang pertama adalah tingkat hubungan unary atau pemetaan
elemen. Pemetaan pada tingkat ini dibangun atas dasar atribut
tunggal. Misalnya, gambar mental apel adalah representasi valid dari buah
ini karena mirip dengan itu.
b. Yang kedua adalah tingkat hubungan biner atau pemetaan relasional. Pada
tingkat ini konsep dua dimensi dari jenis "lebih besar dari" dapat
dibangun. Dengan demikian, dua elemen yang dihubungkan oleh
hubungan yang diberikan dapat dipertimbangkan pada tingkat ini.
c. Yang berikutnya adalah tingkat pemetaan sistem, yang mensyaratkan
bahwa tiga unsur atau dua hubungan harus dipertimbangkan secara
bersamaan. Pada tingkat ini hubungan terner atau operasi biner dapat
direpresentasikan. Contoh transitivitas, yang dapat dipahami pada tingkat
ini, telah dijelaskan di atas. Kemampuan untuk memecahkan masalah
aritmatika sederhana, di mana satu istilah yang hilang, seperti "3 +? = 8"
atau "4? 2 = 8" juga tergantung pada pemetaan sistem, karena semua tiga
faktor yang dikenal diberikan harus dipertimbangkan secara bersamaan
jika hilang unsur atau operasi yang akan ditentukan.
d. Pada tingkat akhir pemetaan multi-sistem dapat dibangun. Pada tingkat ini
hubungan kuaterner atau hubungan antara operasi biner dapat
dibangun. Misalnya, masalah dengan dua tidak diketahui (misalnya, 2? 2?
4 = 4) atau masalah proporsionalitas, dapat diselesaikan. Artinya, pada
tingkat ini empat dimensi dapat dianggap sekaligus.
Empat tingkat pemetaan struktur dianggap dicapai pada usia 1, 3, 5, dan 10
tahun, masing-masing, dan mereka sesuai, dalam teori perkembangan
kognitif dari Piaget , untuk sensorimotor itu, praoperasional, beton
operasional , dan formal operasional, atau sensorimotor Kasus ini,
interrelational, dimensi, dan vectorial tahap, masing-masing,
4. Kurt W Fischer
Kurt W. Fischer maju teori yang mengintegrasikan gagasan Piaget tahap
dalam perkembangan kognitif dengan pengertian dari belajar konstruksi teori
dan keterampilan seperti yang dijelaskan oleh psikologi kognitif dari tahun
1960-an.
Konsepsi Fischer dari tahap-tahap perkembangan kognitif sangat mirip
dengan kasus . Artinya, ia menjelaskan empat tahap utama atau tingkatan
yang bertepatan dengan dan besar dengan tahap utama Kasus ini. Berpikir di
masing-masing tingkatan beroperasi dengan berbagai jenis representasi.
a. Pertama adalah tingkat refleks, yang struktur refleks dasar dibangun
selama bulan pertama kehidupan.
b. Maka tingkat sensorimotor, yang beroperasi pada persepsi dan tindakan.
c. Yang ketiga adalah tingkat representasional, yang beroperasi pada
representasi yang deskriptif realitas.
d. Yang keempat adalah tingkat abstrak, yang beroperasi pada abstraksi
mengintegrasikan representasi dari lapis kedua.
Namun, teori Fischer berbeda dari teori neo-Piaget lain dalam sejumlah
hal. Salah satunya adalah dengan cara itu menjelaskan perubahan
kognitif. Meskipun Fischer tidak menyangkal operasi pengolahan informasi
kendala pada pengembangan, ia menekankan faktor lingkungan dan sosial,
bukan individu sebagai penyebab pembangunan.
5. Michael Commons
Michael Commons disederhanakan dan ditingkatkan teori perkembangan
Piaget dan menawarkan metode standar pemeriksaan pola universal
pembangunan, bernama model kompleksitas hirarkis (MHC). Model ini
menilai ukuran tunggal kesulitan tugas disimpulkan seluruh domain
MHC adalah non mentalistik model tahap perkembangan di mana seorang
individu melakukan sambil menyelesaikan tugas. Ini menentukan 16 perintah
kompleksitas hirarkis dan tahapan yang sesuai mereka. Alih-alih
menghubungkan perubahan perilaku di usia seseorang untuk pengembangan
struktur mental atau skema, model ini berpendapat bahwa urutan tugas
perilaku tugas membentuk hierarki yang menjadi semakin kompleks. MHC
memisahkan tugas dari kinerja. kinerja peserta pada tugas dari perintah yang
diberikan kompleksitas hirarkis merupakan tahap perkembangan. Karena
kurang hirarki kompleks tugas harus diselesaikan dan dilakukan sebelum
lebih banyak tugas yang kompleks dapat diperoleh, ini menyumbang
perubahan perkembangan terlihat, misalnya, dalam kinerja orang individu
dari tugas yang lebih hierarkis kompleks.
Ada beberapa kesamaan antara Piaget dan gagasan Commons' panggung dan
banyak hal yang berbeda. Dalam kedua, orang menemukan:
a. tindakan tingkat tinggi didefinisikan dalam hal tindakan-order yang
lebih rendah. Hal ini akan memaksa sifat hirarkis dari hubungan dan
membuat tingkat tinggi tugas termasuk yang lebih rendah dan
mengharuskan tindakan-order lebih rendah hirarki terkandung dalam
definisi relatif dari tugas tingkat tinggi.
b. Tingkat tinggi dari tindakan kompleksitas mengatur tindakan-tindakan-
order yang lebih rendah. Hal ini membuat mereka lebih kuat. tindakan
yang lebih rendah-order yang diselenggarakan oleh tindakan dengan
urutan yang lebih tinggi kompleksitas, yaitu, tugas-tugas yang lebih
kompleks.

2.5 Perkembangan Konsep Diri Usia Dini


Konsep diri (self concept) adalah citra total diri kita sendiri. Konsep
tersebut adalah apa yang kita yakini siapa sebenarnya kita yang menentukan,
bagaimana perasaan diri kita sendiri dan memandu tindakan kita. Perasaan akan
keberadaan diri juga memiliki aspek sosial : anak-anak memasukkan ke dalam
citra diri mereka tentang bagaimana orang lain melihat diri sendiri,
Konsep diri menjadi lebih jelas dan kuat seiring dengan pencapaian
seseorang dallalm kemampuan kognitifnya dan tugas perkembangan diri masa
kanak-kanak sampai dewasa. Pada usia dibawah 4 tahun konsep diri sangat
sederhana, dimulai dengan pengetahuan tentang nama, jenis kelamain, umur,
nama orang tua, kesukaan akan warna tertentu atau mainan, dan lain-lain. Konsep
diri berkembang seiring dengan perkembangan kognitif individu. Berdasarkan
teori Neo Piagetian menurut case (1992) dan fiescher (dalam papalia, 2000 : 282)
konsep diri berkembang dalam tiga tahapan seiring dengan usia individu,
diantaranya :
1. Tahap I (Usia dibawah hingga 4 tahun)
Tahap ini disebut tahap single representations, yaitu tahap perkembangan
definisi diri sebatas kemampuan individu menggambarkan dirinya secara
individual. Antar karakternya bisa saling tak berkaitan, masih berpikir pada
pola pengelompokkan dan dalam konsep ada-tdak ada. Individu masih
mendeskripsikan diri melompat dari satu bagian ke bagian lain, tanpa
hubungan logis.
2. Tahap II (usia anta 5-7 tahun)
Memasuki tahap kedua, individu sudah dapat mendeskripsiskan real-self dan
Ideal-self nya. Individu mampu mendeskripsikan kesan dirinya dengan
hubungan logis antara satu bagian dengan bagian yang lain. Akan tetapi
meskipun telah mengenal konsep buruk (negatif) terhadap dirinya sendiri dan
masih dalam konsep ada-tidak ada. Tahap ini disebut sebagai resentational
mappings.
3. Tahap III (mulai memasuki usia pertengahan kanak-kanak
Tahap representational system merupakan tahapan dimana individu telah
mulai mampu mengintegrasikan bagian-bagian spesifik dari diri secara umum
(konsep multidimensional) deskripsi dirinya mulai berkembang.
Sedangkan karakteristik perkembangan konsep diri pada anak usia 3-6 tahun
(Sudjono dan Sujino, 2005 : 144) terdiri dari :
1. Membentuk konsep sederhana mengenal realitas dari fisik
2. Belajar untuk melibatkan diri secara emosional denga orang tua, saudara dan
orang lain
3. Belajar untuk membedakan yang benar dan yang salah yang terbatas pada
situasi rumah dan pembentukan hati nurani
4. Memperhatikan secara anatomik antara laki-laki dan perempuan
5. Memperhatikan penampilan berdasarkan jenis kelamin
6. Mulai menyadari tentang rasnya (usia 4 tahun)
7. Percaya diri dan yakin pada tindakannya
8. Memperhatikan diri dan yakin pada tindakannya
9. Memperlihatkan keunggulannya pada anak lain
10. Bisa bersikap tekun dan memiliki tujuan hidup
Teori-teori neo-Piaget perkembangan kognitif menunjukkan bahwa selain
masalah di atas, urutan konsep dan keterampilan dalam mengajar harus
memperhitungkan kapasitas pengolahan dan memori kerja yang menjadi ciri
tingkat usia berturut-turut. Dengan kata lain, struktur keseluruhan dari kurikulum
di seluruh waktu, di bidang apapun, harus mencerminkan pengolahan
perkembangan dan kemungkinan representasional siswa sebagaimana ditentukan
oleh semua teori diringkas di atas. Hal ini diperlukan karena ketika pemahaman
tentang konsep-konsep yang akan diajarkan pada usia tertentu membutuhkan lebih
dari kapasitas yang tersedia, hubungan yang diperlukan tidak dapat dikerjakan
oleh siswa. [35] Bahkan, Demetriou telah menunjukkan bahwa kecepatan
pemrosesan dan memori kerja adalah prediktor yang sangat baik dari kinerja
sekolah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan kognitif
manusia mulai dari usia anak-anak sampai dewasa, mulai dari proses-proses
berpikir secara konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep
anstrak dan logis. Jean Piaget seorang pakar yang banyak melakukan penelitian
tentang perkembangan kemampuan kognitif manusia, mengemukakan dalam
teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia terdiri atas 4 tahap dari lahir hingga
dewasa. Tahap dan urutan berlaku untuk semua usia tetapi usia pada saat
seseorang mulai memasuki tahap tertentu tidak sama untuk setiap orang.
Teori-teori Neo-Piagetian adalah modifikasi dari teori Piaget yang
mencoba untuk mengatasi permasalahan pada keterbatasan teori dan dan
mengalamatkan masalah pada kritiknya yang telah diketahui. Lebih detail, neo-
Piagetian telah menunjukkan bahwa kemampuan anak untuk menjalankan pada
tahap yang detail tergantung pada kesepakatan besar pada tugas khusus yang
terlibat (Gelman & Brenneman, 1994); bahwa pelatihan dan pengalaman,
termasuk interaksi sosial, dapat mengakselerasi perkembangan anak (Birney et al.,
2005; Case, 1998; Flavell, 2004; Siegler, 1998).

3.2 Penutup
Dunia pendidikan tidak lepas dari yang namanya guru dan siswa, seorang
guru harus mampu memiliki kompetensi yang lebih memadai untuk menunjang
proses pembelajaran yang aktif, keriatif, inopatif, dan menyanangkan.
Selain itu guru juga harus mampu memberikan rtimulus yang membuat
siswa menjadi manusia yang seutuhnya. Siswa juga diharapkan mampu
memberikan yang terbaik demi kemajuan dan keberhasilannya dalam menempuh
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : Ar Ruzz


Media.
Dahlan, M.D. (2013). Model-Model Mengajar. Bandung : CV Diponegoro.
Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Idib, M. (2011). Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Muna, E dkk. Teori-Teori Belajar. Salatiga : STAIN Salatiga Press.
Nurima, I. (2012).Makalah Belajar dengan Pendekatan. [Online].
http://izzanurima.blogspot.com/2012/04/makalah-belajar-dengan
pendekatan.html. [13 Maret 2017].
Purwanto. (2013). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Samsu, Y. (2012). Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya
Santrock, J. (2011). Psikologi Pendidikan, edisi ke 2. Jakarta :Kencana
Yasmin, M. (2008). Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :
Referensi (Gaung Persada Press Group)

Anda mungkin juga menyukai