Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian Teori Behavior

A. Pengertian Teori Behavior

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang mempelajari tingkah laku
manusia. Teori belajar behavioristik merupakan teori belajar memahami tingkah
laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan
materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat
dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah
laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas
tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian
dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons.


Seseorang dianggap telah belajar apabila dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu yang
diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan
siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respons tidak penting untukdiperhatikan karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respons,
oleh karenaitu ,apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima
oleh siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur.

Teori behavioristik menekankan pada kajian ilmiah mengenai berbagai respon


perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain,
perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungannya yang dapat dilihat dan
diukur. Prinsip-prinsip perilaku diterapkan secara luas untuk membantu orang-
orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik (King, 2010:15).Teori
belajar behavioristik adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.Teori belajar
behavioristik berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal dengan aliran behavioristik.Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
B. Ciri-ciri Behavior

Teori belajar behavioristik melihat semua tingkah laku manusia dapat ditelusuri
dari bentuk refleks.Dalam psikologi teori belajar behavioristik disebut juga
dengan teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari
pengkondisian lingkungan.Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan. Hal ini dilihat secara sistematis dapat diamati dengan tidak
mempertimbangkan keseluruhan, keadaan mental. Menurut Ahmadi (2003:46),
teori belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu. Pertama, aliran ini
mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan mengamati
perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalamanpengalaman
batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab
itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.

Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari


unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran
yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu
pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin.
Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang
adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia
hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan
dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.

C. Tokoh-Tokoh Teori Behavior Menurut Para Ahli

1. John B. Watson

J. B. Watson mengemukakan 2 prinsip dasar dalam pembelajaran, yaitu


prinsip kekerapan dan kebaruan.

a. Prinsip kekerapan menyatakan bahwa makin kerap individu


bertindak balas terhadap suatu rangsangan akan lebih besar
kemungkinan individu memberikan tindak balas yang sama
terhadap rangsangan itu.
b. Prinsip kabaruan menyatakan apabila individu membentuk
tindak balas yang baru terhadap rangsangan besar
kemungkinan individu tersebut akan bertindak balas dengan
cara yang serupa terhadap rangsangan itu.

Watson mengadakan eksperimen perasaan takut kepada anak dengan


menggunakan tikus dan kelinci. Teori ini disebut teori classical
conditioning yang dipelopori oleh Pavlop seorang ahli psikologi dari Rusia
(Purwanto, 2002:90). Dari hasil percobaannya, disimpulkan bahwa perasan
takut pada anak dapat diubah atau dilatih. Watson melakukan percobaan
pada seorang anak yang mula-mula tidak takut kepada kelinci dibuat
menjadi takut. Kemudian, anak tersebut dilatihnya kembali sehingga tidak
lagi takut kepada kelinci.

Pavlop mengadakan pencobaan dengan anjing, Pavlop menarik


kesimpulan bahwa gerakan refleks dapat dipelajari dan dapat berubah
karena latihan. Kemudian, gerak refleks tersebut dibedakan menjadi dua,
yaitu refleks wajar (unconditioned reflex) dan refleks bersyarat atau
refleks yang dipelajari (conditioned reflex). Menurut teori ini, belajar
adalah proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat
(conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (respons). Penganut teori
ini mengatakan bahwa selaga tingkah laku manusia adalah hasil
conditioning, yakni hasil dari latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan
berekasi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang
dialami dalam kehidupannya.

2. Ivan Petrovich Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan, Rusia. Pavlov


lulus sebagai Sarjana Kedokteran dengan bidang dasar Fisiolofi. Pada
tahun 1884 ia menjadi Direktur Departemen Fisiologi pada Institute of
Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi
pencernaan. Meraih penghargaan Nobel dibidang Physiology of Medicine
tahun 1904. Work of Digestive Gland (1902) dan Conditioned Rfelexs
(1927) adalah karya tulisnya yang sangat mempengaruhi psikologi
behavioristik di Amerika.
Classic conditioning (pengondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaanya pada anjing, perangsang asli,
dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen
yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh
pandangan behaviorisme, yakni gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat
dari perilakunya. Hal sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling
sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara,
melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru
akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu. Bertitik tolak
dari pandangan Pavlov bahwa dengan menggunakan ransangan-ransangan
tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang
diinginkan.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, ada situasi yang sama seperti pada
binatang. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang
berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi
setelah si penjual es krim sering lewat, nada lagu tersebut bisa menerbitkan
air liur, apa lagi pada siang hari yang panas. Contohnya lainnya, bunyi bel
di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari,
terjadi proses menandai sesuatu, yakin membedakan bunyibunyian dari
pedagang makanan (rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di
rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah. Dam antre di bank
tanpa harus berdiri lama.

Dari contoh tersebut, dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi


Pavlov, ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respons yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari
bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal ari luar dirinya.

3. Albert Bandura

Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare, Alberta,


berkebangsaan Kanada, ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori
belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang
sangat terkenal adalah eksperiman Bobo Doll yang menunjukkan anak
meniru secara persis perilaku agresif orang dewasa di sekitarnya.

Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah sebagai


berikut:

a. Perhatian: mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik


pengamat.

b. Penyimpanan atau proses mengingat: mencakup kode,


pengodean simbolik.

c. Reproduksi motorik: mencakup kemampuan fisik,


kemampuan meniru, dan keakuratan umpan balik.

d. Motivasi: mencakup dorongan dari luar dan penghargaan


terhadap diri sendiri

Karena melibatkan atensi, ingatan, dan motivasi, teori Bandura


dilihat dalam kerangka teori behavior kognitif. Teori belajar sosial
membantu memahami terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan
psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi
dasar perilaku pemodelan yang digunakan dalam pendidikan secara
massal.

D. Penerapan Teori Behavior Dalam Proses Pembelajaran

Teori belajar behavioristik menekankan terbentuknya perilaku terlihat sebagai


hasil belajar.Teori belajar behavioristik dengan model hubungan stimulus respons,
menekankan siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku
siswa yang kuat apabila diberikan penguatan dan akanmenghilang jika dikenai
hukuman (Nasution, 2006:66).Teori belajar behavioristik berpengaruh terhadap
masalah belajar, karena belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan untuk
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Dengan memberikan
rangsangan, siswa akan bereaksi dan menanggapi rangsangan tersebut. Hubungan
stimulus-respons menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis belajar. Dengan
demikian kelakuan anak terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulus-
stimulus tertentu. Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan
penguatan (Sugandi, 2007:35). Teori belajar behavioristik cenderungmengarahkan
siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan proses
pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga
menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Pembelajaran yang
dirancang pada teori belajar behavioristik memandang pengetahuan adalah
objektif, sehingga belajar merupakan perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar
adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya,
apa yang diterangkan oleh guru itulah yang harus dipahami oleh siswa. Hal yang
paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan keluaran
yang berupa respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan
demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa
saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa semuanya
harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat terjadinya perubahan
tingkah laku. Faktor lain yang penting dalam teori belajar behavioristik adalah
factor

Anda mungkin juga menyukai