Anda di halaman 1dari 8

Teori Behaviorisme adalah teori yang menerapakan prinsip penguatan stimulus dan

respon. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan
semakin kuat apabila diberi penguatan. Penguatan tersebut terbagi atas penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif sebagai stimulus dapat meningkatkan terjadinya
pengulangan tingkah laku itu. Sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku
berkurang atau menghilang.

Menurut teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tinngkah laku sebagai akibat
dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.

Menurut Desmita (2009:44) teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar


memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik, dan
materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui
upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya
dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan
mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab
pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut. Peristiwa belajar semata mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah
apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Teori belajar behaviorisme berpandangan bahwa perilaku harus dapat dijelaskan


melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental (Gage, Berliner,1984).
Menurut mereka bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat
secara langsung, misalnya anak membuat gambar, guru tersenyum ramah pada siswa, siswa
mengganggu temannya dan lain sebagainya. Menurut kelompok behavioralisme pikiran,
perasaan, dan motif bukan lah sesuatu yang tepat untuk ilmu perilaku dikarenakan semuanya
itu tidak bisa di nikmati secara kasat mata.

Behaviorisme adalah sebuah aliran psikologi yang didirikan oleh Jhon B.Watson pada
tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan aliran revolusioner, kuat dan
berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yaang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai
reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-
laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang
tidak tampak).

Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat
diukur, dilukiskan dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan,
pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang
berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk
akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik.

Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori belajar behaviorisema:

1. John R. Watson (behavi klasik) :


 Objek utama yang diamati adalah perilaku
 Tidak mengakui adanya mental, kesadaran dan predisposisi yang dimiliki
manusia.
 Yang dimiliki manusia : raga, fisik,badan dan refleks.
 Konsep belajar menurut Watson adalah memperbanyak refleks yang dibawa
sejak lahir melalui kondisioning.
 Kondisioning merupakan suatu upaya untuk memperkuat ikatan S-R dan
memberi perangsang sehingga menimbulkan refleks.

2. Ivan PetroVich Pavlov

Perilaku semua organisme perilakunya terjadi secara refleks dan dibatasi oleh
rangsangan yang sederhana dan bersifat mekanis. Model belajar Pavlov disebut juga
sebagai belajar tanda. Tanda,kode dan sinyal mempunyai arti terhadap apa yang
diharapkan.Teori classic conditioning (pengkondisian atau persyarataan klasik) adalah
teori yang ditemukan pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana
perangsang asli dan netrak dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-
ulang, sehingga memunculkan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukanPavlov
dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimanagejala-
gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.

3. Edward L Thorndike
 Perilaku ditentukan secara refleks oleh stimulus yang ada dilingkungan dan
bukan oleh pikiran yang tidak sadar.
 Tiga hukum utama dalam proses belajar yaitu :
a. Hukum latihan
b. Hukum pengaruh
c. Hukum kesiapan
 Latihan dapat menguatkan hubungan S-R
 Kekuatan hubungan S-R dipengaruhi oleh tenaga dan lamanya waktu latihan.
 Pengalaman yang memuaskan akan terjadi bila satu unit perantara siap
menggerakkan respon
 Apa yang dipelajari terdahulu akan mempengaruhi apa yang dipelajari
kemudian.

Prinsip dasar behaviorisme :

 Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai


perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
 Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo
problem untuk science, harus dihindari.
 Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-
satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
 Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini
dikembanngkan lagi oleh para behaviorisme dengan memperluas ruang
lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga
menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor
internal juga, meskipun fokus pada overt behaviorisme tetap terjadi.
 Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan
bersifat positivistik.

Ciri-ciri tori belajar behaviorisme :

a. Mementingkan pengaruh lingkungan.


b. Mementingkan bagian-bagian (elementalistik).
c. Mementingkan peranan reaksi.
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
e. Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu.
f. Mementingkan pembentukan kebiasaaan.
g. Dalam pemecahan probem, ciri khasnya “trial and error”.

Teori belajar behaviorisme terdiri dari tiga pendekatan pembelajaran yaitu :

1. Pembelajaran menurut pandangan klasik (classical)


2. Pembelajaran menurut pandangan operan (operant)
3. Pembelajaran menurut pandangan koneksionisme thorndike (1874-1949).

Dua kelompok pertama (classical dan operant) menekankan pada pembelajaran dan
asosiatif yang menyatakan bahwa belajar merupakan saling keterkaitan dua kejadian.
Umpamanya belajar assosiatif terjadi ketika siswa mengaitkan suatu peristiwa yang
menyenangkan dengan belajar sesuatu disekolah. Contohnya guru tersenyum senang ketika
siswa mengajukan pertanyaan yang menarik. Sedang kelompok ketiga (koneksionisme
thorndike) bahwa semua pembelajaran dijelaskan melalui hubungan atau ikatan yang
dibentuk antara stimulus dan respon. Hubungan-hubungan ini muncul lebih utama melalui
trial dan error (coba dan gagal), yaitu sesuatu proses yang oleh yang kemudian hari disebut
oleh thorndike sebagai koneksionisme belajar melalui seleksi dan hubungan.

Thorndike merumuskan hukum belajar yang tidak fleksibel, melainkan aturan-aturan


agar belajar nampak dipatuhi. Dia mengutarakan tiga hukum belajar utama yaitu :

1. Hukum kesiapsiagaan (law of readiness)


a. Bila seseorang telah siap melakukan sesuatu tingkah laku, dan memberi kepuasan
baginya, maka ia tidak melakukan tingkah laku lain.
b. Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, maka tidak dilakukannya
tingkah laku itu akan menimbulkan kekecewaan.
c. Bila seseorang belum siap melakukan tingkah laku maka dilaksanakannya tingkah
laku tersebut akan menimbulkan ketidak puasan.
d. Bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan.

2. Hukum latihan (law of exercise)


a. Hukum penggunaan
Dengan latihan berulang-ulang maka hubungan maka hubungan stimulus dan
respon makin kuat.
b. Hukum tidak ada penggunaan
Bahwa hubungan antara stimulus dan respon melemah bila latihan dihentikan.

3. Hukum pengaruh (law of effect).


Hubungan stimulus respon diperkuat bila akibatnya memuaskan dan diperlemah
bila akibatnya tidak memuaskan

Ketiga hukum ini diterapkan langsung dalam pendidikan.

Penerapan Teori Belajar Behaviorisme Dalam Proses Pembelajaran

Teori belajar behaviorisme menekankan terbentuknya perilaku terlihat sebagai hasil


belajar. Teori belajar behaviorisme dengan model hubungan stimulus respon, menekankan
siswa yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku siswa yang kuat apabila
diberikan penguatan dan akan menghilang jika dikenai hukuman (Nasutio, 2006:66). Teori
belajar behaviorisme berpengaruh terhadap masalah belajar, karena belajar ditafsirkan
sebagai latihan latihan untuk pembentukan hubungan antara stimulus dan reespons. Dengan
memberikan rangsangan, siswa akan bereaksi dan menanggapi rangsangan tersebut.
Hubungan stimulus-respon menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis belajar, dengan
demikian kelakuan anak terdiri atas respon-respon tertentu terhadap stimulus-stimulus
tertentu.

Penerapan teori behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa


komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik siswa, media,
fasilitas pembelajaran, lingkungan dan penguatan. Teori belajar behaviorisme cenderung
mengarahkan siswa untuk berfikir. Pandangan teori belajar behaviorisme merupakan proses
pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.pembelajaran yang dirancang pada teori belajar
behaviorisme memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada
siswa. Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya apa yang diterangkan oleh guru itulah yang harus
dipahami oleh siswa.

Hal yang paling penting dalam teori belajar behaviorisme adalah masukan dan
keluaran yang berupa respon. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap tidak
penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan demikian yang dapat
diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan oleh gurudan
apa saja yang dihasilkan oleh siswa semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan
untuk melihat terjadinya perubahan tingkah laku.

Faktor lain yang penting dalam teori belajar behaviorisme adalah faktor-faktor
penting dalam belajar. Pendidikan berupaya mengembangkan perilaku siswa kearah yang
lebih baik. Pendidik berupaya agar dapat memahami peserta didik yang beranjak dewasa.
Perkembangan perilaku merupakan objek pengamatan dan aliran behaviorisme.

Teori belajar behaviorisme menekankan pada perubahan tingkah laku sebagai akibat
dari interaksi antara stimulus dan respon, sedangkan belajar sebagai aktivitas yang menuntut
siswa mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Menurut Mukinan
(1997:23), beberapa prinsip tersebut, yaitu

1. Teori belajar behaviorisme beranggapan yang dinamakan belajar adalah perubahan


tingkah laku. Seseorang dikatakan telah belajar jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan tingkah laku.
2. Teori ini berannggapan yang terpenting dalam belajar adalah adanya stimulus dan
respon, karena hal ini yang dapat diamati, sedangkan apa yang terjadi tidak penting
karena tidak dapat diamati.
3. Penguatan, yakni apa saja yang dapat menguatkan tibulnya respons, merupakan
penguatan. Dilihat dari pengertiannya penguatan adalah segala sesuatu yang dapat
memperkuat timbulnya respons. Pandangan behaviorisme kurang dapat menjelaskan
adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun siswa memiliki pengalaman penguatan
yang sama. Pandangan behaviorisme tidak dapat menjelaskan dua anak yang
mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relative sama. Dilihat dari
kemamppuannya, kedua anak tersebut mempunyai perilaku dan tanggapan berbeda
dalam memahami suatu pelajaran.
Abidin, M. Z, (2010). Teori Belajar Gagne. Diakses dari Budiningsih, C.
Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ali, M. (1978). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai