Anda di halaman 1dari 17

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya
dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Denga kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam
suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia
merupakan hasil belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-
kondisi belajar. Teori belajar behaviorisme sangat menekankan perilakau atau tingkah laku yang
dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular, karena memandang
kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul.

Pandangan Belajar Menurut Teori Behaviorisme


Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-pengalaman tertentu
kepadanya. Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku, dan
kurang memperhatikan apa yang terjadi didalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Skinner
beranggapan bahwa perilaku manusia yang dapat diamati secara langsung adalah akibat
konsekuensi dari perbuatan sebelumnya (Semiawan, 2002:3). Menurut aliran psikologi ini proses
belajar lebih dianggap sebagai suatu proses yang bersifat mekanistik dan otomatik tanpa
membicarakan apa yang terjadi selama itu didalam diri siswa yang belajar.
Sebagaimana pada kebanyakan aliran psikologi belajar lainnya, behaviorisme juga
melihat bahwa belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku. Ciri yang paling mendasar dari
aliran ini adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi adalah berdasarkan paradigma S-R
(Stimulus Respon), yaitu suatu proses yang memberikan respon tertentu terhadap sesuatu yang
datang dari luar.
Proses S-R ini terdiri dari beberapa unsur dorongan (drive). Pertama seseorang
merasakan adanya kebutuhan akan sesuatu dan terdorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kedua, rangsangan atau stimulus. Kepada seseorang diberikan stimulus yang akan
menyebabkannya memberikan respons. Ketiga, adalah respons, di mana seseeorang akan
memberikan reaksi atau respons terhadap stimulus yang diterimanya dengan melakukan suatu
tindakan yang dapat diamati. Keempat, unsur penguatan atau reinforcement, yang perlu
diberikan kepada seseorang agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons
lagi.
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang telah belajar apabila ia telah dapat menunjukkan perubahan
tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Teori ini mengutamakan pengukuran,
sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut. Mengajar menurut pandangan ini yaitu memindahkan pengetahuan ke
orang yang belajar bukan menggali makna. Peserta didik diharapkan memiliki pemahaman yang
sama dengan pengajar terhadap pengetahuan yang dipelajari.

Masalah Belajar dan Pembelajaran dalam Teori Behaviorisme


Masalah belajar dan pembelajaran dalam teori ini ada dua masalah yaitu:
1. Ketaatan kepada peraturan dipandang sebagai suatu penentu keberhasilan, jadi dapat diartikan
jika kita tidak taat dan patuh terhadap aturan maka kita tidak akan berhasil.
2. Kontrol belajar dipegang oleh sistem diluar diri pelajar atau peserta didik tersebut. Seharusnya
pengendalian belajar itu dilakukan oleh peserta didik atau pelajar itu sendiri bukan tergantung
sama yang lain.

Prinsip-Prinsip Teori Behaviorisme


1. Reinforcement and punishment
Menambahkan ataTu mengurangi rangsangan
2. Primary and Secondary
Kebutuhan pokok, rangsangan dari asumsi seseorang
3. Schedules of reinforcement
Rangsangan secara terjadwal
4. Contingency management
Berhubungan dengan kesehatan mental
5. Stimulus control in operant learning
Mengendalikan rangsangan untuk menghasilkan perilaku yang diharapkan
6. The elimination of responses
Penghapusan perilaku yang tidak diinginkan.

Pada intinya, teori behaviorisme adalah suatu teori yang menyatakan bahwa suatu proses
pembelajarn terjadi bila adanya stimulus. Pada teori behaviorisme tujuannya adalah mencptakan
stimulus respon sebanyak-banyaknya.

Tokoh-Tokoh Aliran Teori Behaviorisme Beserta Teori Teorinya


1. Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike
Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah Trial dan Error atau secara aslinya disebut
sebagai learning by selecting and connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari
eksperimennya dengan Puzzle Box. Atas dasar pengamatannya terhadap bermacam-macam
percobaan, Thorndike sampai pada kesimpulan bahwa hewan itu menunjukkan adanya
penyesuaian diri sedemikian rupa sebelum hewan itu dapat melepaskan diri dari puzzle box.
Selanjutnya dikemukakan bahwa perilaku dari semua hewan percobaan itu sama, yaitu apabila
hewan percobaan, dalam hal ini kucing yang digunakan dan dihadapkan pada masalah, ia dalam
keadaan discomfort dan dalam memecahkan masalahnya menggunakan trial dan error.
Dalam eksperimennya Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering
disebut dengan hukum primer dalam belajar.
a) Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Apabila suatu ikatan siap untuk berbuat, perbuatan itu memberikan kepuasan,
sebaliknya apabila tidak siap maka akan menimbulkan ketidakpuasan/ketidaksenangan
terganggu. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk
asosiasi (connection) antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak.

b) Hukum Latihan (Law of Exercise)


Artinya bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin bertambah
erat, jika sering dipakai dan akan semakin berkurang apabila tidak digunakan. Prinsip Law of
Exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dengan tindakan akan
menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya
tidak dilanjutkan atau dihentikan.

c) Hukum Akibat (Law of Effect)


Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respons cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini
menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu
perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan
diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung
dihentikan dan tidak akan diulangi.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu
interaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike
perubahan tingkah laku dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat
diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, namun ia tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur
tingkah laku-tingkah laku yang tidak dapat diamati. Namun demikian, teorinya telah banyak
memberikan pemikiran dan inspirasi kepada tokoh-tokoh lain yang datang kemudian. Teori
Thorndike ini disebut juga sebagai aliran Koneksionisme (Connectionism).

2. Teori Belajar Menurut Ivan Petrovich Pavlov


Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat
ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan
melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar
fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of
Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov
meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai
pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah
Work of Digestive Glands (1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan. Teori ini didasarkan atas reaksi sistem tak terkontrol didalam diri seseorang dan
reaksi emosional yang dikontrol oleh sisrem urat syaraf otonom serta gerak refleks setelah
menerima stimulus dari luar.

Stimulus tidak terkontrol Respons tidak terkontrol


(US) (UR)

Stimulus tidak terkontrol atau tidak terkondisi (US) merupakan stimulus yang secara
biologis dapat menyebabkan adanya respons dalam bentuk refleks (UR). Disini respons dapat
terbentuk tanpa adanya proses belajar.
Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannnya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral
dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi
yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli yang lainnya
tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling
sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah
lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia
berbuat sesuatu.
Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran di mana organisme belajar untuk
mengaitkan atau mensosialikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik stimulus netral
diasosiasikan dengan stimulus bermakna dan menghasilkan kapasitas untuk menghasilkan respon
yang sama. Untuk memahami teori pengkondisian klasik oleh Pavlov harus memahami dua tipe
stimuli dan dua tipe respon: Uncontioned stimulus, Unconditioned respon, Conditioned stimulus,
Conditioned respon.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-
hukum belajar, diantaranya:
a) Law of Respondent Conditioning
Yakni, hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara
stimulan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya
akan meningkat.
b) Law of Respondent Extinction
Yaitu, hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui
respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka
kekuatannya akan menurun.

3. Teori Belajar Menurut Watson


Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah Thorndike.
Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan
respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati (observabel) dan dapat
diukur. Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak
perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa
itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum
karena tidak dapat diamati.
Watson adalah seseorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan
dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman
empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan
cara demikianlah maka akan dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi
setelah sesorang melakukan tindak belajar. Para tokoh behavioristik cenderung untuk tidak
memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan-
perubahan mental yang terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu
penting.

4. Teori Belajar Menurut Clark Hull


Clark Hull juga menggunakan variable hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan tentang belajar. Namun ia sangat terpengaruh oleh teori evolusi yang dikembangkan
oleh Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku
bermanfaat terutama untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Oleh sebab itu, teori Hull
mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan
menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun
hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul dapat
bermacam-macam bentuknya. Dalam kenyataannya, teori-teori demikian tidak banyak digunakan
dalam kehidupan praktis, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya. Namun teori ini
masih sering dipergunakan dalam berbagai eksperimen di laboratorium.

5. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie


Demikian juga dengan Edwin Guthrie, ia juga menggunakan variable hubungan stimulus
dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia mengemukakan bahwa
stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang
dijelaskan oleh Clark dan Hull. Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon
cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu
sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih
tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap,
maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie
juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang perana penting dalam proses belajar.
Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku
seseorang. Namun setelah Skiner mengemukakan dan mempopulerkan akan pentingnya
penguatan (reinforcement) dalam teori belajarnya, maka hukuman tidak lagi dipentingkan dalam
belajar.

6. Teori Belajar Menurut Burrhus Frederic Skinner


Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan
behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya
yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia
mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi
tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah The Experimental an Analysis of Behavior.
Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang
disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970)
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan
pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses
operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui
pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal,
pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan
dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan. Menajemen Kelas menurut Skinner adalah
berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi
penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku
yanag tidak tepat. Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif
atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang
disebut skinner box, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat
pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga
dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam
tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan
keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan
bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang
terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk
bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan
negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang.
Beberapa prinsip Skinner antara lain :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika bebar diberi
penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah,
untukmenghindari adanya hukuman.
5. dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan dengan
digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.

Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan
digunakannya hukuman dalam kegiatan belajar. namun apa yang mereka sebut dengan penguat
negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi siswa untuk bebas berpikir dan
berimajinasi. Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar.
namun, ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan Guthrie, yaitu:
1. Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat sementara.
2. Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si terhukum)
bila hukuman berlangsung lama.
3. Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas
dari hukuman. Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain
yang kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan yang diperbuatnya.

7. Teori Belajar Menurut Robert Gagne


Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa condition of learning. Gagne pelopor dalam instruksi pembelajaran yang
dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia kemudian mengembangkan konsep
terpakai dari teori instruksionalnya untuk mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar
berbasis multi media. Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris mendorong guru untuk merencanakan
instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi. Ketrampilan
paling rendah menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih tinggi dalam hierarki
ketrampilan intelektual. Guru harus mengetahui kemampuan dasar yang harus disiapkan. Belajar
dimulai dari hal yang paling sederhana dilanjutnkanpada yanglebih kompleks (belajar SR,
rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar konsep) sampai pada tipe belajar yang
lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan masalah). Prakteknya gaya belajar tersebut tetap
mengacu pada asosiasi stimulus respon.

8. Teori Belajar Menurut Albert Bandura


Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mondare alberta berkebangsaan Kanada.
Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi
diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak
meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah:
1. Perhatian, mencakup peristiwa peniruan dan karakteristik pengamat.
2. Penyimpanan atau proses mengingat, mencakup kode pengkodean simbolik.
3. Reprodukdi motorik, mencakup kemampuan fisik, kemampuan meniru, keakuratan umpan balik.
4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri sendiri.

Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip
prinsip sebgai berikut:
1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal
dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan
dihargai dan perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motifasi, teori Bandura dilihat dalam kerangka
Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami terjadinya perilaku agresi
dan penyimpangan psikologi dan bagaimana memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi
dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
Karateristik Teori Belajar Behaviorisme
1. Mengutamakan unsur-unsur/ bagian-bagian kecil

2. Bersifat mekanistis

3. Menekankan peranan lingkungan

4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon

5. Mementingkan pentingnya latihan

6. Pemecahan masalah dengan trial and error

Teori Koneksionisme mendasari behaviorisme (Thorndike)


1. Tingkah laku manusia pada dasarnya adalah hubungan antara perangsang dan jawaban

2. Belajar adalah pembentukan stimulus respon sebanyak-banyaknya.

3. Pembentukan stimulus respons melalui latihan

4. Herbartisme (psikologi daya)

Artinya bahwa teori belajar behaviorisme yang pada dasarnya adalah suatu proses belajar
dengan stimulus dan respon lebih mengutamakan suatu unsur-unsur kecil, yang bersifat umum,
bersifat mekanistis, peran lingkungan dapat memengaruhi suatu proses belajar. Dengan adanya
stimulus respon, maka stimulus dan respon tersebut perlu dilakukan secara berulang-ulang atau
dengan kata lain disebut dengan latihan serta pemecahan masalah dengan trial and
error memilki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Ada motif pendorong aktivitas
2. Ada berbagai respons terhadap situasi
3. Ada eliminasi respons-respons terhadap situasi
4. Ada kemajuan rekasi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya
Dalam hal ini berarti bahwa teori belajar behaviorisme yang menguunakan pemecahan
masalah dengan trial and error tersebut adalah suatu cara pemecahan masalah dengan
menggunakan konsep respon yang berhubungan juga dengan lingkungan, dengan kata lain,
lingkungan sangat berperan dalam hal ini.
Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori dan
prakek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu
dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa. Siswa
diharapkan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa
yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :
a . Aplikasi Teori Pavlov
Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar
mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-
muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.

b. Aplikasi Teori Thorndike


1. Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih
dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
2. Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
3. Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga
memberikan motivasi proses belajar mengajar.
c. Aplikasi Teori Skinner
Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan
dinilai sesegera mungkin.

Selain itu, penerapan teori behavioristik adalah dengan pemberian bahan pembelajaran
dalam bentuk utuh kepada peserta didik, hasil belajar segera disampaikan kepada peserta didik,
proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar, dan materi pelajaran digunakan sistem
modul.

Tujuan Pembelajaran Teori Behaviorisme


Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau
tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau
akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku/teks/ buku
wajib dengan penekanan pada keterampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/ buku wajib
tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, keterampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntu satu jawaban benar.
Maksudnya, bila siswa menjawab secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini
menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugasnya belajarnya. Evaluasi belajar dipandang
sebagai bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan siswa secara individual.

Adapun tujuan pembelajaran teori behaviorisme antara lain:


1. Berkomunikasi atau transfer perilaku adalah penggambar pengetahuan dan kecakapan peserta
didik, tidak mempertimbagka proses mental.
2. Pengajaran adalah untuk memeproleh keinginan respon dari peserta didik yang dimunculkan dari
stimulus,
3. Peserta didik harus mengenali bagaimana mendapatka respon sebaik mungkin pada kondisi
respon diciptakan.
4. Peserta didik memperoleh kecakapan berbeda.

Desain Pembelajaran Dalam Teori Behaviorisme


Desain-desainnya:
1. Siswa harus diberitahu secara eksplisit tujua belajar sehingga mereka dapat merencanakan dan
menentukan apakah mereka telah mencapai tujuan dari pembelajaran.
2. Peserta didik harus diuji apakah mereka telah mencapai tujuan pembelajaran atau tidak. Tes
dilakukan untuk mengecek tingkat pencapaian pembelajaran dan untuk memberi umpan balik
yang tepat.
3. Materi belajar harus diurutkan dengan tepat untuk meningkatka belajar. Urutan dapat dimulai
dari bentuk yang sederhana ke yang kompleks, dari yang diketahui sampai yang tidak diketahui
dan dari pengetahuan sampai penerapan.
4. Pembelajar harus diberi umpan balik sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana melakukan
tindakan koreksi jika diperlukan.

Langkah-Langkah Pembelajaran
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik yang
dikemukakan oleh Siciati dan Prasetya Irawan (2001) dapat digunakan dalam merancang
pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal
(entry behavior) siswa.
3. Menentukan materi pelajaran.
4. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil, meliputi pokok bahasan, sub pokok
bahasan, topik, dsb.
5. Menyajikan materi pelajaran.
6. Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/kuis, latihan, atau
tugas-tugas.
7. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
8. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif),
ataupun hukuman.
9. Memberikan stimulus baru.
10. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa.
11. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
12. Demikian seterusnya.
13. Evaluasi hasil belajar.

Penerapan Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran Fisika


Berikut ini adalah kajian teori behavioristik dan kemudian mengidentifikasi beberapa
prinsip behavioristik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika.
a) Conditioning (Pengkondisian)
Penerapan konsep pengkondisian pada proses pembelajaran fisika. Sebagai contoh:
1. Quiz di akhir pertemuan sebagai stimulus terkondisi adalah proses belajar mengajar selama satu
kali pertemuan dan tanggapan siswa adalah persiapan untuk quiz. Hal ini tentunya sangat
membantu proses dan hasil belajar siswa, sebab siswa tentunya pada proses belajar mengajar
serius memperhatikan materi ajar sebagai persiapan quiz.

2. Ujian harian perbab (satu pokok bahasan materi) stimulus terkondisi: proses belajar mulai dari
awal pokok bahasan satu materi ajar. Tanggapan siswa: persiapan mengikuti ujian harian perbab,
melalui proses belajar mengajar selama satu pokok bahasan.

b) Koneksionisme
Penerapan konsep koneksionisme pada proses pembelajaran fisika sebagai contoh Guru
memberikan kesempatan kepada siswa mengerjakan soal dipapan tulis, jika salah maka ada
kesempatan berikutnya , jika benar maka siswa tersebut memperoleh nilai dari guru.

c) Operant Conditioning
B.F. Skinner, mengajukan satu tingkat perilaku yang dikontrol oleh stimulus yang dengan
segera diikuti oleh tindakan. Skinner menamai hal tersebut sebagai perilaku operant karena
stimulus tersebut beroperasi pada lingkungan untuk mendapatkan penguatan. Menurut Skinner
dan pakar behavioristik lainnya, perilaku operant harus dbedakan dari perilaku tanggapan,
perilaku tanggapan melibatkan otot dan kelenjar, termasuk refleksi semacam keluarnya air liur,
penskresian makanan dalam lambung dan peningkatan otot yang dikendalikan secara sadar dan
pemecahan masalah.

Kekurangan dan Kelebihan Teori Behaviorisme


Kekurangan:
Siswa menjadi terbiasa diberikan stimulus. Dalam hal ini, jika stimulus ditiadakan, atau
guru tidak memberikan stimulus, maka tidak akan ada respons, suatu proses pembelajaran tidak
berlangsung dengan baik. Dengan adanya stimulus, menjadikan siswanya ketergantungan untuk
diberikan stimulus oleh gurunya. Karena dalam hal ini, pembelajaran siswa terpusat pada guru.
Hingga akhirnya, hanya berorientasi pada hasil yang bisa diukur saja.
Kelebihan:
Dengan adanya stimulus respon sebanyak-banyaknya dalam suatu proses pembelajaran,
maka suatu proses pembelajaran tersebut menjadikan siswanya aktif dalam kegiatan belajar.
Siswanya menjadi termotivasi untuk mengerjakan suatu tugas yang diberikan oleh guru jika
dalam pemberian stimulusnya, siswa diberikan suatu reward. Dalam hal ini juga, dengan adanya
stimulus, dapat melatih kecepatan, kelenturan atau fleksibilitas, spontanitas, refleks, dan daya
tahan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Patimah. 2013. Resume Teori Belajar dan Pembelajaran.

Online, tersedia: http://patimahahmad.blogspot.com/2013/11/resume-teori-belajar-


behaviorisme.html

Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Budiningsih, C. Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.


Juniarso, Triman. 2008. Teori Belajar Behaviorisme.

Online, tersedia:https://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/teori-belajar-
behavioristik.doc

Pendidikan Fisika 2013. 2014. Modul Belajar dan Pembelajaran. Indralaya.

Wikipedia. 2014. Teori Belajar Behaviorisme.

Online,tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik

Anda mungkin juga menyukai