Anda di halaman 1dari 6

PAPER

TEORI KEPRIBADIAN BEHAVIORISTIK


Untuk Memenuhi Mata Kuliah Psikologi Kepribadian
Dosen Pengampu : Ahmad Himawan, S.Ag. M.A. M.M

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Yusuf Ali Ihsan

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI PESANTREN DARUNNA’IM (STPDN) RANGKASBITUNG

2021/2022
PENDAHULUAN
Mengenal Teori Behavioristik

Behaviorisme merupakan suatu pandangan bahwa manusia berkembang berdasarkan stimulus


yang di terima dari lingkungan sekitar. Teori Behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku
manusia. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia
dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif
(respons) hukum-hukum mekanistik. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa
tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut teori ini,
seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-
pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah. Seseorang menghentikan
suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat
hukuman. Karena semua tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah
laku yang dipelajari. Dalam belajar siswa seharusnya dibimbing untuk aktif bergerak, mencari,
mengumpulkan, menganalisis, dan menyimpulkan dengan pemikirannya sendiri dan bantuan orang
dewasa lainnya berdasarkan pengalaman belajarnya. Inilah yang disebut belajar dengan pendekatan
inkuiri terbimbing.

PEMBAHASAN

A. Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran

Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan perilaku siswa


sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah laku siswa ini diakibatkan oleh adanya
interaksi antara stimulus dan respon dan lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,menekankan pentingnya
latihan,mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang
erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya.
Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi
terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan
nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar.

Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak
mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional, behaviorisme hanya ingin
mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan.

Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku mereka.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme adalah :

1. Obyek psikologi adalah tingkah laku

2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek

3. Mementingkan pembentukan kebiasaan

Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, seperti
sebuah meja lilin yang siap dilukis oleh pengalaman.

Menurut John Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai
“warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman.

Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Ide dan pengetahuan adalah produk dari
pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh
pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu.
Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa yang
mendorong manusia berperilaku tertentu.

B. Teori Kepribadian Behavioristik Menurut Pandangan John Watson.


John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Karyanya yang paling
dikenal adalah “Psychology as the Behaviourist view it” (1913). Menurut Watson dalam beberapa
karyanya, psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak mengakui adanya
kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi.
Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang dimaksud dengan stimulus adalah
semua obyek di lingkungan. Jhon Watson tidak mempercayai unsur hereditas (keturunan) sebagai penentu
perilaku.
Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting, jadi menurut
pandangan Jhon Watson adalah perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal. Sumbangan utama
Watson adalah ketegasan pendapatnya bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
Jadi psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus oleh
banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis.
Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini memandang manusia
sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan
sekitarnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia. Behaviorisme tidak
bermaksud mempermasalahkan norma-norma pada manusia. Apakah seorang manusia tergolong baik,
tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional. Belajar dalam teori behaviorisme ini
selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respons
yang ditampilkan oleh individu. Respons tertentu akan muncul dari individu, jika diberi stimulus dari
luar. Di sini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat berinteraksi dengan
lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa diamati dari luar. Segala perilaku
manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya, dan lingkunganlah yang
membentuk kepribadian manusia.

C. Teori Kepribadian Behavioristik Menurut Pandangan B.F. Skinner

B.F. Skinner sebagai pelopor behaviorism menolak semua teori kepribadian. Menurutnya, psikologi
belum siap (belum memiiiki data faktual yang cukup) untuk membangun teori kepribadian yang
mencakup segala hal. Dia tidak membahas topik kepribadian secara khusus, kecuali sekedar
menjadikannya sebagai label dari aspek tingkah laku tertentu. Skinner berbeda dengan pakar kepribadian
pada umumnya dalam tiga hal :

1. Skinner menolak analisis kehidupan intemal semacam insting - motives - drives - aktualisasi diri
– superiorita - keamanan, dan secara ekstrim berpendapat psikologi harus membatasi diri hanya
menangani data yang dapat diobservasi. Satu-satunya aspek yang nyata dan relevan dengan
psikologi adalah tingkahlaku yang teramati, dan satu-satunya cara mengontrol dan meramalkan
tingkah laku itu adalah mengaitkannya dengan event-anteseden yang ada di lingkungan. Bukan
berarti kekuatan kehidupan internal itu tidak ada, hal itu harus dapat diamati secara obyektif agar
bemilai ilmiah. Senyampang pengamatan dan manipulasi obyektif terhadapnya belum dapat
dilaksanakan, kehidupan intemal tidak dapat dipakai untuk meramalkan tingkah laku, sehingga
tidak berguna bagi ilmu psikologi.

2. Skinner tidak tertarik dengan perbedaan individual semacam trait, life style, ego, self.
Menurutnya, ilmu psikologi harus menemukan hukum umum dan tingkahlaku, hubungan empirik
antara stimulus dengan responnya. Perbedaan tingkahlaku orang, semuanya disebabkan oleh
perbedaan event yang menyebabkannya. Pandangan Skinner termasuk nomothetik dalam hal
usaha menemukan hukum yang berlaku umum. Namun metoda untuk mencapainya bersifat
idiografik, karena Skinner cenderung meneliti tingkahlaku satu organisme secara teliti, bukan
mencari rata-rata dari sejumlah obyek penelitian.

3. Pakar psikologi kepribadian mengembangkan teorinya berdasarkan analisis terhadap orang


abnormal (Freud dkk.), atau terhadap orang normal (Rogers), atau terhadap orang yang
supemormal (Maslow), sedang Skinner memakai binatang (tikus dan merpati) sebagai obyek
amatannya. Menurutnya, binatang dan manusia dalam merespon stimuli berbeda dalam tingkat
kompleksitasnya, tetapi proses dasamya secara umum sama. Melalui binatang menjadi
menguntungkan karena lebih sederhana, kontrol variabel eksperimen dapat dilakukan dalam
jangka waktu eksperimen lebih lama.

Skinner bekerja dengan tiga asumsi dasar, di mana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya menjadi
asumsi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah.

1. Behavior is lawful : Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu. Ilmu adalah usaha untuk menemukan
keteraturan, menunjukkan bahwa event tertentu berhubungan secara teratur dengan event lain

2. Behavior can be predicted : Tingkah laku dapat diramalkam. Ilmu bukan hanya menjelaskan, tetapi
juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori
yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang
akan datang dan menguji prediksi itu.

3. Behavior can be controlled : Tingkah laku dapat dikontrol. Ilmu dapat melakukan antisipasi dan
menentuan/membentuk (sedikit-banyak) tingkah laku seseorang. Skinner bukan hanya ingin tahu
bagaimana terjadinya tingkah laku, tetapi dia sangat berkeinginan memanipulasinya. Pandangan ini
bertentangan dengan pandangan tradisional yang menganggap manipulasi sebagai serangan terhadap
kebebasan pribadi. Skinner memandang tingkah laku sebagai produk kondisi anteseden tertentu, sedang
pandangan tradisional berpendapat tingkah laku merupakan produk perubahan dalam diri secara spontan
Menurut Skinner, functional analysis of behavior: suatu analisis tingkah laku dalam bentuk
hubungan sebab akibat, bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu, akan
menyingkap bahwa penyebab tingkah laku sebagian besar berada di event antesedennya atau berada di
lingkungan. Apabila penyebab, stimulus atau event anteseden dapat dikontrol itu berarti dapat mengontrol
tingkah laku. Tidak ada gunanya memisahkan organisme dari Iingkungannya, atau menarik kesimpulan
mengenai peristiwa yang terjadi di dalam diri organism yang tidak terobservasi.

KESIMPULAN

Aliran behaviorisme berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan
oleh urat saraf dan otot-otot bicara seperti halnya bila kita mengucapkan buah pikiran. Teori belajar
behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang
dicetuskan oleh Gagne dan Berliner. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respons. Teori ini mengutamakan pengukuran untuk melihat
terjadi ada tidaknya perubahan tingkah laku.

DAFTAR PUSTAKA

 http://digilib.uinsby.ac.id/31921/2/Hamim%20Rosyidi_Psikologi
%20Kepribadian.pdf
 http://eprints.umsida.ac.id/1402/1/PSI%20Teori%20bljr.pdf
 https://marwahsofah.wordpress.com/2015/07/02/teori-kepribadian-
behaviorisme-menurut-skinner/
 Eni Fariyatul Fahyuni, Istikomah. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo.
Nizamia Learning Center. 2016. hlm:26- 27

Anda mungkin juga menyukai