Anda di halaman 1dari 19

Konsep Diri dalam Keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Diri adalah tubuh kita secara utuh, dipandang dari aspek fisik maupun aspek psikologis.
Diri adalah bagian terpenting dari hidup manusia, dan yang paling berpengaruh terhadap
kehidupan manusia. Tetapi, diri sulit untuk didefinisikan secara rinci dan konkrit. Apa yang
dipikirkan dan dirasakan oleh induvidu tentang diri sangat mempengaruhi proses perawatan, baik
secara fisik maupun secara emosional yang akan berpengaruh terhadap tingkat kesehatan
individu (Potter dan Perry, 2005). Orang yang mempunyai konsep tentang diri yang rendah akan
kurang menghargai perawatan, dibanding dengan orang yang menpunyai konsep diri yang tinggi.
Mengapa dalam keperawatan masalah tentang konsep diri perlu di bahas? Dalam keperawatan,
proses asuhan keperawatan erat kaitannya dengan kondisi mental pasien. Konsep diri
dapatdipandang tentang sesuatu yang dipercaya oleh individu dan diyakini individu dimana
individu tersebut dapat melakukan hal yang dipercayainya. 
Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses kehidupannya, mulai dari
lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di dalam diri setiap individu terdapat
berbagai macam cara identifikasi serta perubahan melalui proses yang berbeda pula dan
diharapkan menuju arah yang lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara satu
individu dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola tingkah laku dari
hasil pemikiran yang panjang.
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap
situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda.
Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep
diri.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap
dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat
kompleks yang melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas,
citra tubuh, harga diri dan peran.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang
tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada
akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien yang
mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatka konsep diri. Tetapi
sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang negatif akan menimbulkan keputusasaan.
Konsep diri (self concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap
pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia,
sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli
psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat
beberapa pengertian. Konsep diri  seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk
berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan
yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala
keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang
dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk
diselesaikan.
Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan
seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan.
Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah
suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai
diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu
mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat
informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat
informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan
mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai
dirinya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau
masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung
individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya,
orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan
menarik, cantik atau tidak.
Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan yang nantinya akan
dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung  komponen-komponen konsep diri,
faktor pengaruh konsep diri, dan proses keperawatan dalam konsep diri.
1.2.            Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah memahami defenisi konsep diri, memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri, memahami komponen konsep diri, memahami
perkembangan konsep diri dan makna konsep diri secara utuh dan kepentingannya bagi anak-
anak,remaja,dan dewasa agar mendapatkan gambaran umum secara teoritis tentang konsep diri
(self concept) serta memahami bagaimana perawat dalam Konsep Diri klien.
1.3.            Rumusan Masalah
1.      Apa defenisi dari Konsep Diri?
2.      Apa saja komponen-komponen dari Konsep Diri?
3.      Apa saja aspek yang ada didalam Konsep Diri?
4.      Apa saja prinsip dasar Konsep Diri?
5.      Bagaiman proses pembentukan Konsep Diri?
6.      Apa saja factor yang mempengaruhi Konsep Diri?
7.      Apa saja bentuk-bentuk dari Konsep Diri?
8.      Bagaimana perkembangan Konsep Diri?
9.      Apa saja dampak Konsep Diri?
10.  Bagaimana langkah-langkah mempertahankan Konsep Diri?
11.  Apa saja hambatan dalam membangun Konsep Diri itu?
12.  Bagaimana pengaruh perawat dalam Konsep Diri klien?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi konsep diri
Banyak ahli yang berusaha membahas, merumuskan, dan meneliti tentang konsep diri. Ini
menunjukkan bahwa konsep diri merupakan salah satu aspek yang penting dan patut
diperhatikan. Konsep diri dan citra diri bagi sebagian penulis diartikan sebagai suatu hal yang
sama, yaitu mempunyai arti yang sama berkenaan dengan self concept. Keduanya mencakup
gambaran tentang siapa seseorang itu dan ini tidak hanya meliputi perasaan terhadap diri
seseorang melainkan juga pandangan terhadap sikap yang akan mendorong seseorang akan
berperilaku. Pandangan serta sikap terhadap diri sendiri itulah yang disebut dengan konsep diri.
Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh anggapan atau penilaian orang sekitarnya terhadap
dirinya.
Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan diri
terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri. Pandangan diri tidak
hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan juga kegagalan
dirinya. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian individu. Inti kepribadian berperan
penting untuk menentukan dan mengarahkan perkembangan kepribadian serta perilaku
individu.
Menurut (Stuart & Sundeen 2005) Konsep Diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan
dan kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungan dengan orang lain.
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap
dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri memberi kita kerangka acuan yang
mempengaruhi manejemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain (Potter &
Perry, 2005).
Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual,
sosial dan spiritual (Keliat, 2005).
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian  konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri
(self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri,
dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.
Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang,
perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun
sikap yang dimiliki individu (Rini, 2002)
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu
cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan
membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini
sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Konsep diri seseorang dibentuk melalui belajar, sebagai hasil belajar ia mengandung unsur-unsur
deskriptif (penggambaran diri), unsure evaluative (penilaian) yang berbaur dengan unsur
pengalaman (Burns, 1993:71).
Sedangkan menurut Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai
gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari
keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik,
psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Menurut Symond (dalam Suryabrata, 1995) bahwa konsep diri sebagai cara bagaimana seseorang
bereaksi terhadap dirinya sendiri dan konsep ini mengandung pengertian tentang bagaimana
orang berfikir tentang dirinya sendiri, bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara untuk
menyempurnakan dan mempertahankan diri (Suryabrata 1995:247).
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwapengertian  konsep
diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang
dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya lingkungan social terdekatnya maupun
spiritual.
2.2.      Komponen-komponen konsep diri
Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self ideal), Harga Diri
(Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas(self idencity).
a.      Citra tubuh (body image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara
konstan berubah seiring dengan persepsi danpengalaman-pengalamanbaru.

Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak belajar
mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra
tubuh) dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli
eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter &
Perry, 2005).
Banyak factor yang dapat mempengaruhi gambaran diri( Body Image) seperti, munculnya
stressor yang dapat mengganggu integrasi gambaran diri. Stressor-stresor tersebut dapat berupa :
a)      Operasi
Seperti : Mastektomi, Amputasi,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian
pula tindakan koreksi seperti operasi plastic, protesa dan lain-lain.
b)      Kegagalan fungsi tubuh
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkandepersonlisasi yaitu tidak mengakui atau asing
dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.
c)      Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh
Seperti sering terjadi pada klien gangguang jiwa, klien mempersiapkan penampilan dan
pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
d)     Perubahan tubuh berkaitan
Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada
dirinya seiring dengan bertambahnya usia.  Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan
respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan
tubuh yang tidak ideal.
e)      Umpan balik interpersonal yang negative
Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat
membuat seseorang menarik diri.

                Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejalan
seperti,
1.      Syok psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada
saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi
yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme
pertahanan diri seperti mengingkari, menolak  dan proyeksi untuk mempertahankan
keseimbangan diri.
2.      Menarik Diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin
maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada
motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3.      Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase
ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
b.      Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan
standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita ataupun
penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut
melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal serta membantu
individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung.
Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan kesimbangan mental.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi oleh orang yang dekat dengan
dirinya yang memberikan harapan atau tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu
individu menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar ideal diri. Pada
usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik
dan perubahan peran serta tanggung jawab.

c.       Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis seberapa
banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif cenderung
bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya
negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di
lingkungannya (Keliat BA, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan meningkat
sesuai dengan meningkatnya usia. Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena
pada saat ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat
menyangkut dirinya sendiri.

Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri,
seperti :
1)      Perkembangan Individu
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua menyebabkan
anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk
mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya
pengakuan  dan pujian dari orang tua dan  orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa
tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan
bertanggung jawab terhadap prilakunya. Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol,
membuat anak merasa tidak berguna.
2)      Ideal Diri tidak realistis
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk gagal dan
berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti cita – cita yang terlalu
tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu
menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
3)      Ganguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
4)      System keluarga yang tidak berfungsi
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak
dengan baik. Orang tua memberi umpan  balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak
harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak
adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan  di
lingkungannya.
5)      Pengalaman traumatik yang berulang, misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam,
kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau
strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon
yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan
denial pada trauma.
d.      Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat
dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh
beberapa peran yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya.
Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan
ideal diri.

e.       Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari observasi
dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang
yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya berbeda dengan
orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan
dengan berkembangnya konsep diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan
percaya diri, respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
Selain komponen-komponen diatas, menurut anita taylor ada dua komponen yang mempengaruhi
konsep diri yakni komponen kognitif dan komponen afektif. Dalam psikologi social, komponen
kognitif disebut dengan citrta diri(self image) dan komponen afektif disebut dengan harga
diri (self esteem).
Sependapat dengan yang disampaikan oleh Anita taylor tersebut diatas, menurut Hardy Malcom
(dalam Soenardji, 1988) bahwa konsep diri terdiri dari :
  Citra diri (self image) bagian ini merupakan deskripsi yang sangat sederhana, misalnya saya
seorang mahasiswa, saya seorang adik, saya berambut panjang, saya bertubuh gemuk dan lain
sebagainya.
  Harga diri (self esteem) dimana bagian ini meliputi suatu penilaian terhadap pemikiran mengenai
pantas diri (self woth).
Dari dua pembagian di atas, maka konsep diri mencakup pandangan individu akan dimensi
fisiknya, karakteristik pribadinya, motovasinya, kelemahannya, kegagalannya dan sebagainya.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Hardy Malcom tersebut diatas, Brooks (dalam Rakhmat,
1999) juga mengemukakan bahwa pandangan ini bisa bersifat psikologis, social, dan fisik yaitu
gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya. Dengan demikian komponen kognitif
merupakan data yang bersifat objektif sedangkan komponen afektif merupakan data yang
bersifat subjektif.
Konsep ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri,
menyangkut berbagai macam hal diantaranya, karakteristik fisik, psikologis, sosial, dan
emosional, aspirasi dan prestasi. Pietrofesa (dalam Mappiera, 1997) menyebutkan tentang
dimensi citra diri sebagai berikut :
         Dimensi pertama, yaitu diri sebagaimana dilihat oleh diri sendiri.
         Dimensi kedua, yaitu diri dilihat sebagai orang lain.
         Dimensi ketiga, yaitu mengacu pada tipe-tipe orang yang dikehendaki tentang dirinya.
Dari ketiga dimensi yang tersebut diatas, konsep diri terdiri dari bagaimana seseorang melihat
dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana sesorang merasakan tentang dirinya sendiri, dan
bagaimana orang tersebut menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang
diharapkan.
Pengertian konsep diri berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
konsep diri merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pandangan pendapat, dan perasaan
individu terhadap dirinya sendiri yang berhubungan dengan cara pandang lingkungan terhadap
dirinya baik itu secara fisik maupun psikologis.
2.3. Aspek konsep diri
Hurlock (1993:237) menyebutkan bahwa konsep diri mempunyai beberapa aspek yang tercakup
didalamnya, yaitu :
a)      Aspek fisik, merupakan konsep yang dimiliki oleh individu tentang penampilannya, termasuk
didalamnya adalah kesucian dengan seksnya. Fungsi tubuhnya yang berhubungan dengan semua
perilakunya, serta pengaruh gengsi yang diberikan oleh tubuhnya dimata orang lain yang
melihatnya.
b)      Aspek Psikologis, yaitu terdiri dari konsep individu yang berkaitan dengan kemampuan dan
ketidakmampuannya, harga diri dan juga hubungannya dengan orang lain. Semua persepsi
individu yang berkaitan dengan perilakunya yang disesuaikan dengan standar pribadi yang
terkait dengan cita-cita, harapan, dan keinginan, tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang
ingin dicapai.
Dari kedua aspek tersebut, yakni aspek fisik dan aspek psikologis, merupakan perpaduan antara
dua hal yang saling berpengaruh dalam pembentukan konsep diri seseorang. Aspek psikologis
yang merupakan aspek dari dalam berkaitan pula dengan penilaian individu terhadap hasil yang
ingin dicapai, dengan mencoba menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai
dengan ideal diri, individu merasa dicintai, dikasihi, orang lain dan mendapat penghargaan dari
orang lain. Selain itu pada aspek fisik , juga termasuk di dalamnya adalah sikap dan persepsi
individu terhadap tubuhnya, yang meliputi didalamnya penampilan, fungsi, serta semua aspek
yang berkaitan dengan potensi fisiknya.
2.4. Prinsip-prinsip dasar konsep diri
Prinsip dasar yang mempengaruhi konsep diri yaitu, antara lain :
                    i.            Bila anak hidup dalam suasana penuh dengan kritik, dia belajar untuk menyalahkan orang lain.

                  ii.            Bila anak hidup dalam suasana penuh kekerasan, di belajar untuk berkelahi.

                iii.            Bila anak hidup dalam suasana penuh olok-olok, dia belajar untuk menjadi seorang pemalu.

                iv.            Bila anak hidup dalam suasana memalukan, dia belajar untuk selalu merasa bersalah.

                  v.            Bila anak hidup di dalam suasana yang penuh dengan toleransi,dia belajar untuk

menjadi  seorang penyabar.
                vi.            Bila anak hidup dalam suasana penuh dukungan, dia belajar untuk menjadi seorang yang

percaya diri.
              vii.            Bila anak hidup dalam suasana penuh pujian dan penghargaan, dia belajar untuk menghargai

orang lain.
            viii.            Bila anak hidup dalam suasana kejujuran, dia belajar untuk menghargai orang lain.

2.5. Proses pembentukan konsep diri


Konsep diri berkembang dalam waktu yang cukup lama, yang dimulai sejak masa kanak-
kanak. Saat seorang sudah dewasa maka konsep diri cenderung telah konsisten dan tidak
berubah. Terdapat beberapa factor yang cukup berpengaruh yang bila terjadi terus menerus maka
akan dapat mengubah konsep diri seseorang. Baldwin dan Holmes (Calhoun dan Accocella,
1990:77) mengatakan bahwa konsep diri adalah ciptaan sosial, hasil belajar dan hubungan kita
dengan oranglain. Hadipranata (Handayani, 2003: 11) menyebutkan bahwa terdapat beberapa
komponen dalam proses pembentukan konsep diri, yakni physical self, personal self, family
self, dan social self.
a)      Physical Self
Merupakan bayangan kebanggan seseorang akan citra tampang tubuh maupun keseluruhan
pribadinya. Hal ini merupakan gambaran pandangan individu terhadap tubuhnya dan hal-hal
yang berhubungan dengan tubuhnya seperti kesehatan, penampilan, ketampanan, dan
sebagainya.
b)      Personal Self
Merupakan bayangan kebanggan seseorang terhadap jangkauan hidup dankehidupannya atau
akan menjadi apa kehidupannya kelak yang merupakan aspirasi setiap individu. Hal ini
menggambarkan seberapa besar penilaian individu terhadap dirinya, merasakan sebagai diri yang
adekuat dan menggambarkan pilihan terhadap tubuh dan hubungan dengan orang lain
disekitarnya.
c)      Family self
Merupakan bayangan kebanggan seseorang terhadap citra ayah, ibu, dan sanak saudaranya. Ini
menggambarkan persepsi diri individu dalam kaitannya dengan kelompok primer seperti
keluarga dan teman-teman dekatnya.
d)     Social self
Merupakan bayangan seseorang terhadap citra kelompok sosialnya dimanapun orang tersebut
terkait dengan komitmennya. Hal ini menggambarkan diri individu dalam kaitannya dengan
interaksi sosialnya dengan orang lain.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diketahui bila konsep diri dapat saja berubah
tergantung bagaimana individu tersebut bereaksi dengan lingkungan sosialnya. Bila individu
berada pada situasi yang berbeda dari sebelumnya dan mendapat penilaian yang berbeda secara
terus-menerus maka pandangan terhadap dirinya juga berubah. Orang-orang yang sangat berarti
bagi individu seperti orang tua, saudara, suami, istri, dan sahabat-sahabat dekat merupakan faktor
yang sangat berpengaruh terhadap perubahan konsepdiri seseorang. Penilaian dari significant
others akan mengubah penilaian terhadp diri. Selanjutnya individu tersebut akan mulaimencari
bentuk konsep diri yang dapat diterima oleh lingkungannya dan sesuai dengan keinginannya,
maka akhirnya terbentuklah konsepdiri yang baru.
Loevinger (dalam Anastasia, 1982:36) menyatakan adanya beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri, aspek-aspek tersebut antara lain :

1.      Usia
Kematangan serta kedewasaan seseorang terkadang bisa ditentukan oleh bertambahnya usia
seseorang. Begitu juga yang berkenaan dengan konsep diri, akan terbentuk secara bertahap
seiring dengan bertambahnya usia seorang individu tersebut. Konsep diri pada masa anak-anak
masih banyak ditentukan dan dipengaruhi oleh orang-orang terdekat, semisal keluarrga dan
lingkungannya. Dari merekalah seorang anak secara bertahap akan membentuk konsep diri.
Ketika memasuki usia remaja, konsep diri seseorang akan sangat dipengaruhi oleh teman-teman
sebayanya. Pada masa dewasa konsep diri lebih banyak dipengaruhi oleh status sosial dan juga
oleh pekerjaan seorang individu tersebut. Sedangkan pada usia tua, konsep diri lebih banyak
dipengaruhi oleh keadaan fisik dan perubahan social.
2.      Intelegensi
intelegensi merupakan kemampuan seseorang untuk bertindak secara terarah, berfikir secara
rasional dan menghadapi lingkungan secara efektif. Maksudnya mampu menyelesaikan diri
secara tepat sesuai dengan tuntutan sosial baik kemampuannya untuk menyelesaikan diri dengan
lingkungannya. Oleh karena itu intelegensi seseorang juga sangat berpengaruh terhadap konsep
diri mereka.
3.       Status sosial ekonomi
Perkembangan konsep diri tidak terlepas dari pengaruh status sosial, agama dan ras. Apabila
konsep diri terbentuk dari hasil persepsi individu lain mengenai diri individu maka dapat
dikatakan bahwa individu yang berstatus sosial tinggi akan mempunyai konsep diri bahwa
individu yang berstatus sosial tinggi akan mempunyai konsep diri yang lebih positif jika
dibandingkan dengan individu yang mempunyai status sosial yang rendah. Orang yang
mempunyai status sosial yang tinggi lebih cenderung mudah untuk diterima oleh lingkungannya
daripada orang yang mempunyai status sosial ekonomi yang rendah. Dengan keadaan seperti
tersebut diatas, maka orang yang mempunyai status sosial yang tinggi akan lebih mudah untuk
mengembangkan konsep diri yang positif sedangkan orang yang memiliki status sosial yang
rendah akan cenderung mengembangkan konsep diri yang negatif.
4.      Pendidikan
semakin tinggi pendidikan yang dimiliki seseorang, maka hal itu juga akan meningkatkan
konsep dirinya.
2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah sebagai berikut :
1.      Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya.
2.       Budaya
Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan
lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada
lingkungannya.
3.      Sumber eksternal dan internal
Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri.

4.       Pengalaman sukses dan gagal


Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula
sebaliknya.
5.       Stresor
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan bahwa stres adalah
kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau
respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari kematangan dan perkembangan itu sendiri
adalah stresor.
Sedangkan menurut Hard dan Heyes (1988:242) mengemukakan 4 faktor yang mempengaruhi
konsep diri, yaitu :
a.      Reaksi dari orang lain
Pembentukan konsep diri memerlukan waktu yang relatif lama. Walaupun demikian hal ini tidak
dapat diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang akan dapat mengubah konsep diri.
Akan tetapi, apabila tipe reaksi ini sering muncul karena orang lain yang berpengaruh atau
mempunyai arti dalam kehidupan orang tersebut(significant others), maka konsep diri seseorang
tersebut akan mengalami perubahan.
b.      Peranan seseorang
Semua orang selalu mempunyai peran yang berbeda dalam kehidupan ini, dalam setiap peran
tersebut diharapkan akan melakukan perbuatan dengan cara tertentu. Harapan-harapan dan
pengalaman yang berkaitan dengan peran yang berbeda berpengaruh pada pembentukan konsep
diri seseorang.

c.        Perbandingan dengan orang lain


Pembentukan konsep diri yang terjadi pada seseorang akan juga sangat dipengaruhi oleh cara
membandingkan dirinya dengan orang lain.
d.        Identifikasi terhadap orang lain.
Proses identifikasi pada seseorang akan terjadi dengan cara meniru beberapa perbuatan sebagai
wujud nilai atau keyakinan. Bahkan peran kelamin juga akan mempengaruhi konsep diri
seseorang.
2.7. Bentuk-bentuk konsep diri
Menurut Calhoun dan Acocella (1990:72), dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua,
yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
      Konsep Diri Positif

Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu dengan konsep diri
positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan
bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah
fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya
sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. Individu yang memiliki konsep
diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang
memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya
serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.
Konsep diri negatif
      

Calhoun dan Acocella (1990:72) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe yaitu :
  Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan,
kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan
dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.
  Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu
dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan
adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup
yang tepat.
2.8. Perkembangan konsep diri
Menurut Hurlock ( 1968 ), individu belum mampu membedakan antara diri dengan yang
bukan diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap yang bisa membedakan antara dunia
luar dengan dirinya sendiri ketika berusia 6-8 bulan, dan ketika berusia 3-5 tahun ia mulai
mempu mengidentifiasikan dirinya dalam berbagai dimensi kategori, seperti umur, ukuran tubuh,
jenis kelamin, kepemilikan benda, warna kulit, dan sebagainya. Tahap ini disebut oleh Allport
( Sarason, 1972 ) dengan istilah early self. Kemudian individu mulai punya kemampuan untuk
memandang ke dunia di luar dirinya dan mulai belajar merespon orang lain. Bisa dikatakan
bahwa konsep diri fisik muncul lebih dahulu dibandingkan konsep diri psikologis.
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan
mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam mengembangkan konsep diri
yang positif. Tahap- tahap perkembangan konsep diri :

1.      Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer dan hubungan
dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam
interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain.
Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan
diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan
citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan tubuh
mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk
perkembangan citra tubuh.
2.      Toodler
Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-anak beralih dari
ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka dari orang lain.
Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan tugas higien dasar. Anak
usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka belajar
mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training, berbicara dan
sosialisasi.
3.      Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin, meningkatkan kesadaran
diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik keluarga. Anak-
anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga
menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri anak  dan
masukan negative pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri dimana orang tersebut
sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.
4.      Anak usia sekolah
Menurut Bee ( 1981 ) mengungkapkan bahwa pada masa ini seorang anak menggabungkan
umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain keluarga mulai mempengaruhi
pandangan dan juga penilaian individu terhadap dirinya. Tahap ini oleh Allport ( Sarason, 1972 )
disebut dengan tahapperkembangan diri sebagai pelaku. Individu mulai belajar untuk bisa
mengatasi berbagai macam masalah secara rasional.
Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak didapatkan
keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas seksual
menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep
diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat
berubah pada saat ini karena anak terus berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.
5.      Masa remaja
Menurut Hollingworth ( dalam Jersild, 1965 ) masa remaja merupakan masa terpenting bagi
seseorang untuk menemukan dirinya. Mereka harus menemukan nilai-nilai yang berlaku dan
yang akan mereka capai di dalamya. Individu harus belajar untuk mengatasi masalah-masalah,
merencanakan masa depan dan khususnya mulai memilih pekerjaan yang akan digeluti seara
rasioanal ( Allport dalam Sarason, 1972 : 39 ).
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual,
perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri.
Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor penting
dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan identitas.
Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa kanan-kanak
memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak
dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku
sejalan dengan mereka menetapkan rasa identitas.
6.      Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup.
Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk menetapakan tanggung
jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa
ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan diberikan untuk
penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara
konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
7.      Usia dewasa tengah
Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut
memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan dalam produksi
hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat
mengganggu konsep diri.
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman hidup dan
mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Orang usia dewasa tengah
yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk kembali pada masa-masa
muda menunjukkan konsep diri yang sehat.    
8.      Lansia
Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi
penurunan kekuatan otot dan tonus otot.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia
adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan
kekecewaan dan dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri makna
tentang diri mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif
sering lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan.
Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses langsung jadi, melainkan
sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri yang berupa totalitas persepsi, pengharapan,
dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang
nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung seiring tugas perkembangan yang
dikembangkan dalam konsep diri.
2.9. Dampak-dampak dari kosep diri
Konsep diri merupakan semua yang dipikirkan dan dirasakan oleh individu, tentang
kepercayaan dan sikap yang individu pegang tentang diri mereka sendiri. Konsep diri secara
umum memberikan gambaran tentang siapa individu dan dianggap sebagai petunjuk pokok
keunikan individu dalam perilaku. Setiap individu akan cenderung mengembangkan konsep diri
sesuai dengan bagaimana ia melihat dirinya dan harapan ideal tentang bagaimana dirinya,
dengan hal lain maka yang akan termanifestasi dalam perilakunya adalah bagiamana ia mampu
untuk berperilaku sebagaimana persepsi yang diterimanya baik itu dari diri sendiri, orang lain,
maupun diri ideal yang diharapkannya. Individu dengan gambaran diri positif akan cenderung
mengembangkan perilaku yang positif (penuh percaya diri, mempunyai kemampuan problem
solving dan lain-lain), sedangkan individu yang mempunyai kosep diri negatif akan cenderung
memiliki sikap dan perilaku yang mengarah pada hal yang negatif (merasa inferior, pesimis dan
lainlain). Konsep diri sebagai suatu sikap pandang terhadap diri sendiri merupakan dasar bagi
tingkah laku individu. Bagaimana individu menerapkan perilakunya tergantung bagaimana ia
memandang dirinya sendiri baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.
2.10.    Langkah langkah dalam mempertahankan konsep diri
Adapun langkah-langkah untuk mempertahankan konsep diri yaitu,
      Bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri

Jangan abaikan pengalaman positif atau pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai.
Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri dan carilah cara dan kesempatan untuk
mengembangkannya. Janganlah terlalu berharap bahwa Anda dapat membahagiakan semua
orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus.
      Hargailah diri sendiri

Tidak ada orang lain yang lebih menghargai diri kita sendiri, jikalau kita tidak bisa menghargai
diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak mampu memangdang
hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa kita menhargai orang lain dan melihat hal
baik yang ada dalam diri orang lain secara posotif. Jika kita bisa menghargai orang lain,
bagaimana orang lain diri menghargai diri kta?
      Jangan memusuhi diri sendiri

Peperangan terbesar dan paling melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri.
Sikap menyalahkan diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan
dan peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self). Akibatnya, akan
timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta makin lemah dan negatif konsep
dirinya.
      Berpikir positif dan rasional

Semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala sesuatu,baik itu persoalan maupu
n terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan
raga.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri adalah:
a.       Belajar menyukai diri sendiri atau cinta diri sendiri
b.      Kembangkan pikiran positive thinking
c.       Hubungan interpersonal harus dibina dengan baik
d.      Pro-aktif atau sikap yang aktif menuju yang positive
e.       Menjaga keseimbangan hidup
2.11.  Hambatan Dalam membangun konsep diri
Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada pribadi yang
bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang sering terjadi dalam
pengembangan potensi diri adalah sebagai berikut:
1.      Hambatan yang berasal dari lingkungan; Lingkungan merupakan salah satu faktor penghambat
dalam pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan sistem pendidikan yang
dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung semangat pengembangan potensi diri, dan
tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan.
2.      Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar adalah pada diri
sendiri,misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan mengenal diri
sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai
untuk memecahkan masalah, kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman
manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang rendah.

2.12. Pengaruh perawat dalam konsep diri klien


Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi
rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami perubahan dan yang
harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien maupun keluarganya
akan melihat pada perawat dan mengamati respons dan reaksi mereka terhadap situasi yang baru.
Dalam hal ini perawat mempunyai dampak yang signifikan. Rencana keperawatan yang
dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat ditingkatkan atau
digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat.
Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri
mereka :
         Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit
         Bagaimana perawat bereaksi terhadap stres
         Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal tersebut
ditunjukkan.
         Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
         Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien

Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi yang akan
mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerja
sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik akan
memepermudah proses komunikasi tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah :
                                  i.            Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat

mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang
diperlukan.
                                ii.            Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan

mempertahankan kekuatan egonya.


                              iii.            Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Menurut Carl Rogers prinsip-prinsip komunikasi terapeutik diantaranya adalah :


a.       Perawat harus mengenal dirinya sendiri berarti menghayati, memahami dirinya sendiri, serta
nilai yang dapat dianut.
b.      Komunikasi harus ditandai dengan sikap yang saling menerima, saling percaya, dan saling
menghargai.
c.       Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
d.      Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
e.       Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa
kuat.
f.       Perawat harus dapat menciptakan suasa yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya sendiri baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
g.      Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
h.      Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubunga terapeutik.
i.        Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain
tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik,
mental, spiritual dan gaya hidup.
j.        Bertanggung jawab dalam dua hal, yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas tindakan yang
dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide,
pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri, terlebih dahulu
perawat harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab keadaan yang
dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran penting perawat selain
memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk memulihkan kembali konsep
dirinya.
Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal idividual, citra
diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi
suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam masyarakat.Untuk membangun konsep diri kita
harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan
interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.
Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita
menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan,
dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.
3.2. Saran
Disarankan setelah membaca makalah ini pembaca dapat memahami tentang konsep diri
tersebut dan dapat diaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengerti dan
menghargai sesama manusia lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
(Rini, 2002:http:/www.e-psikologi.com/dewa/160502.htm).
http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/
https://id.wikipedia.org/wiki/Konsep_diri
 Keliat, Budi Anna, Dkk. 2005 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta:
EGC
 Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
 Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
http://www.kajianpustaka.com/2013/09/pengertian-dan-komponen-konsep-diri.html
http://digilib.uinsby.ac.id/10977/5/bab%202.pdf
http://mitraratnasari.blogspot.co.id/2013/08/konsep-diri.html
Sunaryo. 2004. “ Psikologi untuk Keperawatan”. EGC : Jakarta
http://perawatyulius.blogspot.co.id/2012/04/konsep-diri.html
http://www.scribd.com/doc/98046816/MAKALAH-KONSEP-DIRI#scribd
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3599/1/keperawatan-salbiah2.pdf
http://dumdumstory.blogspot.co.id/2014/11/konsep-dasar-dan-asuhan-
keperawatan.html#.VgwFCWGPWd0

Anda mungkin juga menyukai