Anda di halaman 1dari 110

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN INTERVENSI

INOVASI RELAKSASI GENGGAM JARI KOMBINASI PIJAT

EFFLEURAGE DAN TERAPI MUROTTAL DZIKIR ASMA’UL HUSNA

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

DI IGD RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners Keperawatan

DISUSUN OLEH:

NURYANI, S.Kep
2111102412076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2021/2022
Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan Intervensi Inovasi Relaksasi

Genggam Jari Kombinasi Pijat Effleurage dan Terapi Murottal Dzikir

Asma’ul Husna Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi

Di IGD RSUD Taman Husada Bontang

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners Keperawatan

DISUSUN OLEH:

Nuryani, S.Kep
2111102412076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2021/2022
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nuryani, S.Kep

NIM : 2111102412076

Program Studi : Profesi Ners

Judul Penelitian : Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan

Intervensi Inovasi Relaksasi Genggam Jari Kombinasi Pijat Effleurage

dan Terapi Murottal Dzikir Asma’ul Husna Terhadap Tekanan Darah

Pada Pasien Dengan Hipertensi Di IGD RSUD Taman Husada Bontang

Menyatakan bahwa karya ilmiah yang saya tulis ini benar-benar


hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pemikiran saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari didapatkan bukti bahwa terdapat plagiat


dalam penelitian ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010).

Bontang, 30 Mei 2022


Materai

Rp. 10.000,-

Nuryani, S.Kep
2111102412076
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN INTERVENSI

INOVASI RELAKSASI GENGGAM JARI KOMBINASI PIJAT

EFFLEURAGE DAN TERAPI MUROTTAL DZIKIR ASMA’UL HUSNA

TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

DI IGD RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DI SUSUN OLEH :

Nuryani, S.Kep
2111102412076

Disetujui untuk diujikan

Pada tanggal, 23 Juni 2022

Pembimbing

Ns. Andri Praja Satria, S.Kep., M.Sc


NIDN. 1104068405

Mengetahui,

Koordinator MK. Elektif

Ns. Enok Sureskiarti, M. Kep


NIDN. 1119018202
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN INTERVENSI


INOVASI RELAKSASI GENGGAM JARI KOMBINASI PIJAT
EFFLEURAGE DAN TERAPI MUROTTAL DZIKIR ASMA’UL HUSNA
TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI
DI IGD RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH :

Nuryani, S.Kep

2111102412076

Diseminarkan dan Diujikan

Pada tanggal, 23 Juni 2022

Penguji I Penguji II Penguji III

Ns. , M.Kep Ns. ,M. Kep Ns. ,M.Kep


NIDN. 1 NIDN. 1 NIDN. 11

Mengetahui,
Ketua
Program Studi Profesi Ners
Ns. Enok Sureskiarti, M.Kep
NIDN. 1119018202
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi’wabarakatuh

Selalu bersyukur dengan mengucap Alhamdulillah, puji syukur kepada


berkat ridho Allah SWT yang maha kuasa atas rahmat dan karunia-Nya, serta tak
lupa pula shalawat serta salam penulis ucapkan kepada junjungan Nabi kita
Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners
yang berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan Intervensi Inovasi
Relaksasi Genggam Jari Kombinasi Pijat Effleurage dan Terapi Murottal Dzikir
Asma’ul Husna Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi Di IGD
RSUD Taman Husada Bontang “.
Selama proses pembuatan karya ilmiah akhir ners ini, penulis banyak mengalami
hambatan akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat memperoleh bantuan,
pembelajaran, motivasi, dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena
Itu melalui kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapakan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yth. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiadji selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur
2. Yth. Ibu Dr. Hj. Nunung Herlina, S.Kp, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
3. Yth. Ibu Ns. Enok Sureskiarti, M.Kep., selaku ketua Program Studi Ilmu
Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur dan selaku
Koordinator mata ajar elektif
4. Yth. Bapak Ns. Andri Praja S., S. Kep., MSc., selaku pembimbing
sekaligus penguji III yang telah meyediakan waktunya untuk memberikan
bimbingan, dukungan, pengarahan, serta motivasi yang baik dalam
penyusunan penelitian ini sehingga KIAN ini dapat terselesaikan.
5. Yth., Bapak Ns. Maridi Marsan Dirdjo, M.Kep selaku penguji I yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, pengarahan dalam penyusunan KIAN
ini sampai selesai.
6. Yth., Bapak Ns. Taharuddin, M.Kep selaku Penguji II yang telah
memberikan bimbingan, motivasi serta pengarahan dalam penyusunan
KIAN ini sampai selesai.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen serta seluruh karyawan Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur yang telah banyak membantu
penulisan dalam penyelesaian penelitian ini.
8. Terima kasih saya ucapkan secara istimewa dan sedalam-dalamnya kepada
orang tua saya, saudara dan sahabat sahabat saya yang selalu mendukung
dan membantu saya dalam menyelesaikan KIAN ini.
9. Terakhir Kepada teman-teman yang telah saling support saat pembuatan
KIAN ini.

Semoga Allah SWT memberikan kemurahan atas segala budi baik yang telah
diberikan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritk dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan dan kelayakan penelitian ini kedepan.
Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi karya yang
memberikan dampak positif bagi kita semua.
Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Bontang, Mei 2022


Penulis
Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan Intervensi Inovasi Relaksasi

Genggam Jari Kombinasi Pijat Effleurage dan Terapi Murottal Dzikir

Asma’ul Husna Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Dengan Hipertensi

Di IGD RSUD Taman Husada Bontang

Nuryani1, Andri Praja2

INTISARI

Latar Belakang: Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan


tekanan darah diatas normal dalam jangka waktu lama yang dapat mengakibatkan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Prinsip
penatalaksanaan hipertensi adalah dengan menurunkan tekanan darah dan
mencegah terjadinya komplikasi.
Tujuan: Untuk melakukan analisis terhadap kasus kelolaan dengan diagnosa
medis hipertensi dengan terapi inovasi relaksasi genggam jari kombinasi pijat
effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul husna terhadap tekanan darah di IGD
RSUD Taman Husada Bontang.
Hasil: Pada 1x 30 menit pemberian intervensi dapat dilihat pada tabel hasil
pengukuran tekanan darah terjadi perubahan pada tekanan darah sistolik dan
diastolik klien. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 16 mmHg dan tekanan
darah diastolik 10 mmHg dari hasil pengukuran tekanan darah sebelum intervensi.
Kesimpulan: Analisis menunjukkan adanya perubahan yang signifikan atau
perubahan yang baik pada hasil observasi setelah dilakukan relaksasi genggam
jari kombinasi pijat effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul husna terhadap
tekanan darah
Kata Kunci: Relaksasi Genggam Jari, Pijat Effleurage, Terapi Murottal Dzikir
Asma’ul Husna, Tekanan Darah, Hipertensi

1
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
2
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan

tekanan darah diatas normal dalam jangka waktu lama yang dapat

mengakibatkan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian

(mortalitas). Hipertensi merupakan suatu keadaan ketika tekanan darah

pada pembuluh darah meningkat diatas 140/90 mmHg. Hal ini terjadi

karena jantung bekerja lebih keras dalam memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Hipertensi yang tidak

segera ditangani dapat mengganggu fungsi organ lain, terutama organ-

organ vital seperti jantung dan ginjal. (Aryantiningsih & Silaen, 2018)

Faktor resiko terjadinya hipertensi dapat berupa faktor usia, jenis

kelamin, kebiasaan merokok, obesitas, stress, kebiasaan berolahraga,

mengkonsumsi kopi, diet tinggi natrium, konsumsi alkohol (Upoyo &

Taufik, 2018). Hipertensi bersifat genetik, apabila seseorang dengan

riwayat keluarga yang mempunyai hipertensi beresiko dua kali lebih besar

terkena hipertensi. Obesitas juga meningkatkan terjadinya hipertensi

karena lemak dapat menyebabkan sumbatan pada bembuluh darah, dan

asupan garam tinggi juga akan menyebabkan hipertensi karena

pengeluaran hormon natrioretik yang berlebih (Jayadi, 2017).


Riskesdas 2018 menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan

hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi

di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar

(22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620

orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar

427.218 kematian.

Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur

45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi

hipertensi sebesar 34,1%  diketahui bahwa sebesar  8,8% terdiagnosis

hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat

serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya  Hipertensi

sehingga tidak mendapatkan pengobatan.

Prinsip penatalaksanaan hipertensi adalah dengan menurunkan

tekanan darah dan mencegah terjadinya komplikasi (Guyton, 2017).

Penggunaan obat anti hipertensi terbaru dari golongan Angiotensin II

Receptor Blocker (ARB), misal telmisartan dan irbesartan, juga perlu

dipertimbangkan untuk menangani kasus hipertensi. Sangat baik terutama

bila dikombinasikan dengan golongan diuretic (Hct). Hal pertama yang

harus diperhatikan adalah modifikasi gaya hidup. Faktor kardiovaskuler

yang bisa dicegah sebaiknya dihindari, misalnya dengan tidak

merokok,mengurangi berat badan bila obesitas, rutin berolahraga,

mengontrol kadar lemak dan gula darah serta mengurangi penggunaan

garam. Saat seseorang telah terdiagnosis hipertensi, obat bukanlah satu-


satunya terapi yang diberikan untuk mencapai tujuan menurunkan tekanan

darah dan mengendalikannya. Namun ada terapi non-obat yang juga

penting dilakukan untuk mencapai keberhasilan terapi (Sunardi, 2017).

Hipertensi dapat dikontrol dengan terapi farmakologi dan non

farmakologi. Terapi non farmakologi adalah terapi pengobatan tanpa

menggunakan obat-obatan. Departemen kesehatan mencatat ada 20 jenis

pengobatan komplementer, terbagi dalam pendekatan ramuan

(aromatherapy, shines), dengan pendekatan rohani dan supranatural

(meditasi, yoga, doa) dan dengan keterampilan (akupresur, pijat atau urut)

(PERMENKES No: 1109/Menkes/Per/IX/2007).

Metode non farmakologi yang dapat digunakan pada penderita

hipertensi yaitu teknik relaksasi genggam jari disebut juga finger hold.

Teknik menggenggam jari adalah salah satu teknik jin shin jyutsu. Jin shin

jyutsu merupakan teknik akupresure jepang, teknik ini adalah suatu seni

dengan menggunakan pernafasan dan sentuhan tangan yang sederhana

untuk membuat energi yang ada didalam tubuh menjadi seimbang (Hill

2014; dalam Sasmito, 2018). Jenis relaksasi genggam jari sangat mudah

dilakukan oleh siapapun, yang berhubungan dengan jari jari tangan dan

aliran energi di dalam tubuh kita, apabila individu mempersepsikan

tentang sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, maka muncul respon

relaksasi (Rima, 2018).

Menurut Pinandita (2018) terapi relaksasi genggam jari dalam

dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi karena genggaman jari pada

tangan dapat menghangatkan titik-titik keluar masuknya energi pada


meridian yang terletak pada jari tangan sehingga menyebabkan tekanan

darah menurun. Titik-titik meridian pada tangan akan memberikan

rangsangan spontan rangsangan berupa gelombang listrik menuju otak.

Gelombang tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat menuju saraf

pada organ yang mengalami gangguan, sehingga jalur energi menjadi

lancar. Lancarnya jalur energi akan membuat otot otot dan tubuh menjadi

rileks dan tenang, keadaan ini akan menyebabkan produksi hormon

epinefrin dan noreprinefrin menurun. Penurunan produksi hormon tersebut

menyebabkan kerja jantung dalam memompa darah ikut menurun

sehingga tekanan darah akan menurun.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Handayani,

dkk 2020 diperoleh hasil uji paired T test tekanan darah sistolik dan

diastolik nilai p value 0,000 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

teknik relaksasi genggam jari terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi. Hal ini terjadi karena dalam kondisi nyaman dan rileks dapat

meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis dan menurunkan aktivitas

saraf simpatis sehingga terjadi penurunan denyut jantung dan penurunan

kontraksi jantung, pada kondisi ini terjadi vasodilatasi atau pelebaran

diameter pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan tekanan

darah dengan menurunkan volume sekuncup (preload) dan

mengurangi beban kerja jantung (afterload).

Metode non farmakologi lainnya yang dapat dilakukan untuk

pengendalian hipertensi yaitu dengan relaksasi otot salah satunya adalah

dengan pijat effleurage. Teknik pijat effleurage membantu melancarkan


peredaran darah dan cairan getah bening (cairan limpha), sehingga

membantu mengalirkan darah di pembuluh balik (darah veneus) agar

cepat kembali ke jantung (Priyonoadi, 2018). Pijat effleurage

memberikan stimulasi pada kulit tubuh secara umum, dipusatkan pada

punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa bagian

tubuh akan memperbaiki sirkulasi darah, mengurangi kegelisahaan,

depresi dan stress. Keadaan stres akan mengaktivasi hipotalamus yang

selanjutnya mengendalikan sistem neuroendokrin yaitu sistem simpatis

dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatis, akan mengaktivasi

berbagai organ dan otot polos yang berada dibawah pengendaliannya,

salah satunya meningkatkan kecepatan denyut jantung. Sistem saraf

simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan

epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah, kemudian akan meningkatkan

resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan terjadi

peningkatan tekanan darah secara intermiten atau tidak menentu.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fitriani,

2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh setelah diberikan

massage effleurage terhadap penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi di wilayah Puskesmas Bakti Jaya Setu Tangerang Selatan,

dengan penurunan rata-rata nilai tekanan darah sistolik sebelum dan

setelah intervensi 19,4 mmHg dan tekanan darah diastolik 9,8 mmHg

dengan nilai P value = 0,005. Adapun keselarasan hasil tersebut dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Ananato pada tahun 2017 yang

dilakukan di Desa Kalirejo Kabupaten Purworejo didapatkan penurunan


tekanan darah setelah dilakukan massage effleurage pada bagian

punggung dan eksremitas atas selama 20 menit sebanyak tiga kali

perlakuan selama satu minggu.

Jenis relaksasi lainnya yang dapat dilakukan yaitu dengan

memasukkan unsur keyakinan yang dapat dilakukan oleh siapa saja yang

yakin terhadap sesuatu dan dapat dipraktikkan oleh agama apa saja . Salah

satu bentuk unsur keyakinan adalah dzikir Asmaul Husna. Aspek dari

dzikir yang berhubungan dan memiliki keterkaitan dengan teknik relaksasi

adalah sikap pasrah. Sikap pasrah merupakan bentuk sikap pasif yang

mutlak dibutuhkan dalam relaksasi . Dzikir dapat menimbulkan respon

relaksasi dan ketenangan yang akan membawa pengaruh terhadap

rangsangan pada system saraf otonom yang berdampak pada respon

fisiologis tubuh sehingga terjadi penurunan tekanan darah, denyut nadi dan

pernafasan . Respon relaksasi yang melibatkan keyakinan yang dianut

akan mempercepat terjadinya keadaan relaks atau dengan kata lain

relaksasi yang melibatkan keyakinan akan melipatgandakan manfaat yang

didapat dari respon relaksasi. Semakin kuat keyakinan seseorang berpadu

dengan respon relaksasi maka semakin besar pula efek yang didapat.

Intervensi dzikir Asmaul Husna belum dikenal banyak

masyarakat sebagai pengobatan melalui audio dengan Asmaul Husna,

intervensi ini tidak memiliki efek samping apapun. Efek melalui audio

adalah efek terapeutik pada pikiran melalui telinga, kemudian

menggetarkan gendang telinga serta menggetarkan sel-sel rambut di


koklea kemudian melalui saraf koklearis menuju ke otak dan

hipotalamus. Hipotalamus mempengaruhi struktur basal forebrain yang

termasuk sistem limbik, dimana hipotalamus ini mengatur fungsi

pernafasan, denyut jantung, tekanan darah dan memori (Rilla, Ropi, &

Sriati, 2018). Selain itu, manfaat intervensi dzikir Asmaul Husna

dijelaskan di dalam Al-Qur’an Surah Al-A’rad ayat 28 yang mengatakan,

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan

mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi

tenteram”. Manfaat menenangkan hati inilah yang menjadi dasar untuk

peneliti mengambil dzikir Asmaul Husna. Saat hati seseorang merasa

tenang maka tubuh akan merasa rileks, dan rileksasi sendiri adalah salah

satu tekhnik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem

saraf simpatis dan parasimpatis. Relaksasi ini dapat menghambat stres

atau ketegangan jiwa yang dialami oleh seseorang sehingga tekanan

darah tidak meninggi atau menurun. Dengan demikian, relaksasi akan

membuat keadaan seseorang dalam keadaan rileks dan tenang. (Corwin,

2018). Penelitian tentang intervensi dzikir Asmaul Husna sebelumnya

dilakukan oleh Slamet Alfiyanto (2017) selama 3 hari berturut-turut

terlihat adanya perubahan tekanan darah setelah diberikan dzikir Asmaul

Husna 10 menit sebelum perlakuan dan 10 menit setelah perlakuan.

Peneliti telah melakukan studi pendahuluan dan diperoleh data

dari Medical Record RSUD Taman Husada Bontang mulai dari bulan

Januari-Mei 2022 total klien yang di rawat di IGD dengan diagnosis

hipertensi sebanyak 55 orang.


Berdasarkan latar belakang di atas, intervensi teknik relaksasi

genggam jari, pijat effleurage dan mendengarkan Asmaul Husna dapat

digunakan sebagai intervensi keperawatan pada pasien hipertensi di IGD

RSUD Taman Husada Bontang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

meneliti lebih jauh tentang pemberian intervensi kombinasi teknik

relaksasi genggam jari, pijat effleurage dan mendengarkan dzikir

Asma’ul Husna yang berguna dalam mengendalikan tekanan darah pada

penderita hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada KIAN ini adalah “Bagaimana analisis praktik

klinik keperawatan dengan intervensi relaksasi genggam jari kombinasi

pijat effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul husna terhadap tekanan

darah pada pasien dengan hipertensi di IGD RSUD Taman Husada

Bontang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk melakukan analisis

terhadap kasus kelolaan dengan diagnosa medis hipertensi dengan

terapi inovasi relaksasi genggam jari kombinasi pijat effleurage dan

terapi murottal dzikir asma’ul husna terhadap tekanan darah di IGD

RSUD Taman Husada Bontang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kasus kelolaan dengan diagnosa medis hipertensi

di IGD RSUD taman Husada Bontang


b. Menganalisis terapi inovasi relaksasi genggam jari kombinasi pijat

effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul husna terhadap

tekanan darah pada pasien dengan hipertensi di IGD RSUD Taman

Husada Bontang.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat Penulisan Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini

diharapkan dapat bermanfaat dalam dua aspek yaitu :

1. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Pasien

Menambah pengetahuan mengenai terapi relaksasi genggam jari

kombinasi pijat effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul husna

terhadap tekanan darah pada pasien dengan hipertensi yang mampu

diaplikasikan secara mandiri oleh pasien dan keluarga.

b. Bagi Perawat

Memberikan masukan dan contoh (role model) dalam melakukan

intervensi keperawatan serta menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman perawat dalam pemberian manajemen nonfarmakologi

latihan relaksasi genggam jari kombinasi pijat effleurage dan terapi

murottal dzikir asma’ul husna terhadap tekanan darah sebagai

intervensi keperawatan mandiri dalam masalah hipertensi

c. Bagi Tenaga Kesehatan Lain

Menambah ilmu pengetahuan tentang manajemen nonfarmakologi

latihan relaksasi genggam jari kombinasi pijat effleurage dan terapi


murottal dzikir asma’ul husna terhadap tekanan darah sebagai

intervensi keperawatan mandiri dalam masalah hipertensi

2. Manfaat Keilmuan

a. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam memberikan implementasi asuhan

keperawatan dan memperkuat dukungan dalam menerapkan model

konseptual keperawatan, memperkaya ilmu pengetahuan

keperawatan, menambah wawasan dan pengetahuan baru bagi

perawat ners.

b. Bagi Rumah Sakit

Memberikan metode baru bagi bidang diklat keperawatan dalam

mengembangkan kebijakan terkait dengan pengembangan

kompetensi perawat.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan pengetahuan dasar bagi institusi pendidikan dalam

melaksanakan proses pembelajaran mengenai asuhan keperawatan

pada pasien dengan gangguan keseimbangan yang disertai dengan

pelaksanaan intervensi mandiri keperawatan berdasarkan hasil

riset-riset terkini

d. Bagi Penulis Selanjutnya

Sebagai bahan informasi dan referensi untuk mengembangkan

penulisan lebih lanjut mengenai manajemen nonfarmakologi

intervensi keperawatan mandiri pada pasien dengan hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal

dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang

dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi

dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2018).

Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2018),

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung,

tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan

pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar

resikonya.

Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2018),

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode.

Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat

endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan,

maupunyang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok

dan kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes

(2018), hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat

bermacam-macam pada setiap individu dan hampir

samadenganpenyakitlain.Gejala-gejalatersebutadalahsakitkepala atau

rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,

penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan

(Ardiansyah M., 2018):

a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi

yang 90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang

diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial

diantaranya :

1) Genetik

Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi

lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

2) Jenis kelamin dan usia

Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah

menopause berisiko tinggi mengalami penyakit

hipertensi.
3) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.

Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan

dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung

berkaitan dengan berkembangnya penyakithipertensi.

4) Berat badan obesitas

Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal

sering dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

5) Gaya hidup merokok dan konsumsialkohol Merokok

dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat

yang terkandung dalam keduanya.

b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi

yang diketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan

oleh beberapa penyakit, yaitu :

1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital

yang mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta

toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta

tersebut dapat menghambat aliran darah sehingga

terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.

2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini

merupakan penyakit utama penyebab hipertensi

sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan

denganpenyempitan
3) Satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung

membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal

pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh

aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan

abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal

terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan

struktur serta fungsi ginjal.

4) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).

Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan

esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi

melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume

expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan

kembali normal setelah beberapa bulan penghentian

oral kontrasepsi.

5) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau

korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi

sekunder. Adrenalmediate hypertension disebabkan

kelebihan primer aldosteron, kortisol, dankatekolamin.

6) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.

7) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan

tekanan darah untuk sementara waktu.

8) Peningkatan tekanan vaskuler

9) Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan

katekolamin.Peningkatan katekolamin mengakibatkan


iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung serta

menyebabkan vasokortison yang kemudian

menyebabkan kenaikan tekanan darah

3. Klasifikasi Hipertensi

a. Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2018),

klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan

diastolik yaitu:

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat hipertensi

No Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg
)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210
Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., &
Kusuma H. (2018).

b. Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah,


S.A.2017) klasifikasi hipertensi adalah :

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori
Sistolik Diastolik
Normal ≤120 ≤80

Tingkat 1 140-159 90-99


(hipertensi ringan)
Tingkat 2 160-179 100-109
(hipertensi sedang)
Tingkat 3 ≥180 ≥110
(hipertensi berat)
Hipertensi Sistolik Terisolasi ≥140 ˂90
Menurut: World Health Organization (WHO) tahun 2010.

4. Faktor Risiko

Menurut Fauzi (2016), jika saat ini seseorang sedang perawatan

penyakit hipertensi dan pada saat diperiksa tekanan darah seseorang

tersebut dalam keadaan normal, hal itu tidak menutup kemungkinan

tetap memiliki risiko besar mengalami hipertensi kembali. Lakukan

terus kontrol dengan dokter dan menjaga kesehatan agar tekanan darah

tetap dalam keadaan terkontrol. Hipertensi memiliki beberapa faktor

risiko, diantaranya yaitu :

a. Tidak dapat diubah:

1) Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam

keluarga pada orangtua atau saudara memiliki tekanan

darah tinggi maka dugaan hipertensi menjadi lebih

besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan

darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik

dibandingkan kembar tidak identik. Selain itu pada

sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen

yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

2) Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin

bertambahnya usia semakin besar pula resiko untuk

menderita tekanan darah tinggi. Hal ini juga

berhubungan dengan regulasi hormon yang berbeda.


b. Dapat diubah:

1) Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium) dapat

menyebabkan tubuh menahan cairan yang

meningkatkan tekanan darah.

2) Kolesterol, Kandungan lemak yang berlebihan dalam

darah menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding

pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menyempit,

pada akhirnya akan mengakibatkan tekanan darah

menjadi tinggi.

3) Kafein, kandungan kafein terbukti meningkatkan

tekanan darah. Setiap cangkir kopi mengandung 75-200

mg kafein, yang berpotensi meningkatkan tekanan

darah 5-10 mmHg.

4) Konsumsi Alkohol, alkohol memiliki efek yang hampir

sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat

meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih

kental dan jantung dipaksa memompadarah lebih kuat

lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi

(Komaling, J.K., Suba, B., Wongkar, D., 2013). Maka

dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat

meningkatkan tekanan darah.


5) Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30% berat

badan ideal, memiliki peluang lebih besar terkena

hipertensi.

6) Kurang olahraga, Kurang olahraga dan kurang gerak

dapat menyebabkan tekanan darah meningkat. Olahraga

teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi namun

tidak dianjurkan olahraga berat.

7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti

cemas, yang cenderung meningkatkan tekanan darah

untuk sementara waktu. Jika stress telah berlalu maka

tekanan darah akan kembali normal.

8) Kebiasaan merokok, Nikotin dalam rokok dapat

merangsang pelepasan katekolamin, katekolamin yang

meningkat dapat mengakibatkan iritabilitas miokardial,

peningkatan denyut jantung, serta menyebabkan

vasokonstriksi yang kemudian meningkatkan tekanan

darah.

9) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) melalui

mekanisme renin-aldosteron-mediate volume

expansion, Penghentian penggunan kontrasepsi

hormonal, dapat mengembalikan tekanan darah menjadi

normal kembali. Walaupun hipertensi umum terjadi

pada orang dewasa, tapi anakanak juga berisiko

terjadinya hipertensi. Untuk beberapa anak, hipertensi


disebabkan oleh masalah pada jantung dan hati. Namun,

bagi sebagian anak-anak bahwa kebiasaan gaya hidup

yang buruk, seperti diet yang tidak sehat dan kurangnya

olahraga, berkonstribusi pada terjadinya hipertensi

(Fauzi, 2018).

5. Manifestasi Klinis

Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2018) muncul setelah

penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya

antara lain :

a. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena

peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.

b. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.

c. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan

perfusi darah akibat vasokonstriksi pembuluh darah.

d. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak

hipertensi.

e. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari

peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh

glomerulus.

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun

tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan

pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits

(bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis

atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis
atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda

maupun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang

menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah sindrom cushing

yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae berwarna

kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kepala,

mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak

(Kowalak, Weish, & Mayer, 2019).

6. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui

system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai

factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan

hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat

bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,


mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal

menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II ,

vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi

natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

instravaskuler. Semua factor tersebut cenderung menyebabkan

hipertensi (Aspiani, 2016)

7. Pathway
8. Komplikasi

Komplikasi hipertensi Menurut Ardiansyah, M. (2018) komplikasi dari

hipertensi adalah :

a. Stroke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak. Stroke bisa

terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh

darah sehingga aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri

yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan

terbentuknya aneurisma.

b. Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke

miokardium apa bila terbentuk thrombus yang dapat menghambat

aliran darah melalui pembuluh tersebut.Karena terjadihipertensi

kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan oksigen

miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia

jantung yang menyebabkan infark.

c. Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada

kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah

mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut

menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus


menyebabkan protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan

osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi edema pada

penderita hipertensikronik.

d. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna

(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat).

Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang

intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro

disekitarnya terjadi koma dan kematian.

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan farmakologi

Menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penanganan

menggunakan obat-obatan, antara lain :

1) Diuretik (Hidroklorotiazid)

Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih

dalam tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih

ringan.

2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)

Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk

menghambat aktifitas saraf simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)


4) Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan

daya pompa jantung, dengan kontraindikasi pada penderita

yang mengalami gangguan pernafasan seperti asma

bronkial.

5) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah

dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.

6) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor

(Captopril) Fungsi utama adalah untuk menghambat

pembentukan zat angiotensin II dengan efek samping

penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing,

sakit kepala dan lemas.

7) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan

jenis penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena

akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada

reseptor.

8) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi

jantung (kontraktilitas) akan terhambat.

b. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan

nonfarmakologi sangat penting untuk mencegah tekanan darah

tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita hipertensi


bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara

memodifikasi faktor resiko yaitu :

1) Mempertahankan berat badan ideal

Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body

Mass Index dengan rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI

dapat diketahui dengan rumus membagi berat badan

dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam

satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi dengan

melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan

serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat

menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg

(Dalimartha, 2018).

2) Mengurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan

melakukan diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100

mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari),

atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai

dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap

harinya. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5

mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg

dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garam

menjadi ½ sendok teh/hari(Dalimartha, 2018).


3) Batasi konsumsi alkohol

Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada

pria atau lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat

meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau

menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu

dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).

4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara

meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan

dengan urin. Konsumsi buah-buahan setidaknya

sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan

potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan

asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500 mg/hari)

adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.

5) Menghindari merokok

Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada

penderita hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke.

Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam

tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung

bekerja lebih keras karena mempersempit pembuluh

darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta

tekanan darah(Dalimartha, 2018).


5) Penurunan stress

Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan

tekanan darah sementara. Menghindari stress pada

penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara

relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang

dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan

tekanan darah yang tinggi (Hartono, 2017).

6) Relaksasi

Relaksasi adalah salah satu teknik penyembuhan

alternatif yang memberikan kesehatan dan kenyamanan

emosional, setelah aromaterapi digunakan akan

membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan

aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah

menjadi lancar dan menurunkan tekanan darah(Sharma,

2009).

8) Terapi masase (pijat)

Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran

energi dalam tubuh sehingga meminimalisir gangguan

hipertensi beserta komplikasinya, saat semua jalur

energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh

tegangnya otot maka resiko hipertensi dapat

diminimalisir(Dalimartha, 2018).

c.
B. Konsep Teknik Relaksasi Genggam Jari

1. Definisi

Relaksasi genggam jari adalah sebuah teknik relaksasi yang sangat

sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang berhubungan

dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh kita. Teknik

genggam jari disebut juga finger hold. Teknik menggenggam jari

adalah salah satu teknik Jin Shin Jyutsu. Jin Shin Jyutsu merupakan

teknik akupresur Jepang. Teknik ini adalah suatu seni dengan

menggunakan pernafasan dan sentuhan tangan yang sederhana untuk

membuat energy yang ada didalam tubuh menjadi seimbang. Hill

(2018)

Menurut Pinandita (2018) terapi relaksasi genggam jari dan nafas

dalam dapat mengurangi ketegangan fisik dan emosi karena

genggaman jari pada tangan dapat menghangatkan titik titik keluar

masuknya energi pada meridian yang terletak pada jari tangan apabila

disertai dengan menarik nafas dalam dalam dapat mengurangi kerja

saraf simpatis sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.

Tangan (jari dan telapak tangan) merupakan alat bantuan sederhana

dan ampuh untuk menyelaraskan dan membawa tubuh menjadi

seimbang. Setiap jari – jari tangan kita berhubungan dengan sikap kita

sehari – hari. Ibu jari berhubungan dengan perasaan khawatir, jari

telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari tengah berhubungan

dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan kesedihan, dan jari

kelingking berhubungan dengan rendah diri dan kecil hati (Hill, 2018).
Titik titik meridian pada tangan akan memberikan rangsangan

spontan rangsangan berupa gelombang listrik menuju otak. Gelombang

tersebut diterima otak dan diproses dengan cepat menuju saraf pada

organ yang mengalami gangguan, sehingga jalur energi menjadi

lancar. Lancarnya jalur energi akan membuat otot otot dan tubuh

menjadi rileks dan tenang, keadaan ini akan menyebabkan produksi

hormon epinefrin dan noreprinefrin menurun. Penurunan produksi

hormon tersebut menyebabkan kerja jantung dalam memompa darah

ikut menurun sehingga tekanan darah akan menurun. Pinandita (2018)

2. Manfaat Relaksasi Genggam Jari

Latihan ini bermanfaat melancarkan aliran darah, mengurangi

stress, menenangkan pikiran, Mengurangi perasaan panik, khawatir

dan terancam dan menurunkan intensitas nyeri. Terapi genggam jari ini

memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihannya terapi genggam jari

ini lebih sederhana dan dapat dilakukan mandiri bagi siapa saja dan

efektif dilakukan. Kekurangannya lebih berfokus pada konsentrasi

pasien lansia yang koordinasinya menurun (Sasmito, 2018)

3. Penatalaksanaan Relaksasi Genggam Jari

Cara Melakukan Teknik Relaksasi Genggam Jari

Gambar 2.1
Teknik ini dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar dan kooperatif

saat dilakukan tindakan. Sebelum melakukan teknik relaksasi genggam

jari ini lakukan pemeriksaan tekanan darah terlebih dahulu. Langkah-

langkah melakukan teknik relaksasi genggam jari:

a. Meminta persetujuan pasien

b. Persiapkan pasien dalam posisi yang nyaman

c. Siapkan lingkungan yang tenang

d. Kontrak waktu dan jelaskan tujuan

e. Jelaskan rasional dan keuntungan dari teknik relaksasi

genggam jari

f. Cuci tangan dan observasi tindakan prosedur pengendalian

infeksi lainnya yang sesuai dan berikan privasi pada pasien\

g. Lakukan pemeriksaan tekanan darah dan dokumentasikan hasil

h. Posisikan pasien pada posisi ternyaman di tempat tidur

i. Perawat duduk disamping pasien

j. Minta pasien menarik nafas dalam dan perlahan untuk

merilekskan semua otot

k. Minta pasien untuk merilekskan semua pikiran dan tetap tenang

l. Genggam jari dengan lembut, tidak keras, tidak menekan tapi

genggam lembut seperti menggenggam tangan bayi, genggam

hingga nadi pasien terasa berdenyut.

m. Lakukan satu persatu pada jari tangan mulai dari ibu jari

selama kurang lebih 2-3 menit


n. Lakukan hal yang sama untuk jari-jari lainnya dengan rentang

waktu yang sama

o. Evaluasi respon klien

p. Mendokumentasikan respon pasien

4. Mekanisme Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Tekanan

Darah

Teknik relaksasi genggam jari dilakukan dengan cara

menggenggam kelima jari satu persatu dimulai dari ibu jari hingga jari

kelingking selama sekitar 2-3 menit. Sentuhan pada ibu jari dipercaya

dapat meredakan kecemasan dan sakit kepala. Genggaman pada jari

telunjuk dilakukan untuk meminimalisir frustasi, rasa takut serta nyeri

otot dan berhubungan langsung dengan ginjal. Jari tengah

berhubungan erat dengan sirkulasi darah dan rasa lelah, sentuhan pada

jari tengah menciptakan efek relaksasi yang mampu mengatasi

kemarahan dan menurunkan tekanan darah serta kelelahan pada tubuh.

Sentuhan pada jari manis dapat membantu mengurangi masalah

pencernaan dan pernafasan juga dapat mengatasi energy negatif dan

perasaan sedih. Jari kelingking berhubungan langsung dengan organ

jantung dan usus kecil. Dengan melakukan genggaman pada jari

kelingking dipercaya dapat menghilangkan rasa gugup dan stress.

Terapi relaksasi genggam jari dan nafas dalam dapat mengurangi

ketegangan fisik dan emosi karena genggaman jari pada tangan dapat

menghangatkan titik-titik keluar masuknya energi pada meredian yang

terletak pada jari tangan. (Pinandita, 2012; dalam Rima, 2018). Titik
tersebut mestimulasi sel saraf sensorik di sekitar titik akupresur

selanjutnya diteruskan ke medula spinalis, mesenfalon dan

komplek pituitari hipotalamus yang ketiganya diaktifkan untuk

melepaskan hormon endorfin yang akan memberikan rasa tenang dan

nyaman. Pada saat tubuh dalam keadaan rileks akan mengaktifkan

kerja sistem saraf parasimpatis untuk menurunkan tekanan darah

dan melancarkan peredaran darah. (Handayani, dkk 2020)

C. Konsep Pijat Effleurage

1. Definisi

Massage (pijatan) adalah tindakan penekanan oleh tangan

padajaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa

menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan

nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-

gerakan dasar meliputi: gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak

tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang

menggunakan tenaga, menepuknepuk,memotong-motong, meremas-

remas, dan gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan-gerakan menghasilkan

tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan,dan gerakan yang berbeda-beda

untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya.

(Priyonoadi, 2018).

Effleurage adalah gerakan pijat yang paling dasar dan sering

digunakan sebagai gerakan yang menghubungkan oleh terapis dalam

mempertahankan kontak pada pasien dengan transfer gerakan yang lembut

dari satu gerakan atau ke area tubuh selanjutnya. Effleurage cocok


digunakan pada setiap area tubuh yang biasanya akan dipijat (sambil

menghindari setiap daerah yang tidak boleh dipijat/kontraindikasi)

(Priyonoadi, 2018).

Effleurage dilakukan dengan menggunakan seluruh permukaan

telapak tangan dan jari-jari untuk menggosok bagian tubuh yang lebar

dan tebal seperti paha dan daerah pinggang. Untuk daerah yang sempit

seperti sela-sela tulang rusuk dan daerah jari-jari kadang hanya

menggunakan tapak tangan bahkan jari-jari dan ujung-ujungnya,

(Priyonoadi, 2011). Gerakan effleurage adalah gerakan relatif lambat

dan lancar terus menerus menggunakan telapak tangan. Jari-jari

umumnya digunakan bersama-sama dan dibentuk dengan kontur tubuh

klien dalam cara yang santai. Jari dan telapak tangan bergerak di

sepanjang tubuh, dan menerapkan beberapa tekanan, sebagian besar

tekanan selama gerakan ini diterapkan oleh telapak tangan (Priyonoadi,

2018).

2. Manfaat Pijat Effleurage

Pijat effleurage akan memberikan efek penenanganan (Arovah, 2019).

Sedangkan Priyonoadi (2018) juga menjelaskan tujuan dari manipulasi

effleurage yaitu untuk membantu melancarkan peredaran darah dan cairan

getah bening (cairan limpha), yaitu membantu mengalirkan darah di

pembuluh balik (darah veneus) agar cepat kembali ke jantung. Oleh karena

itu gerakan effleurage dilakukan selalu menuju arah jantung yang

merupakan pusat peredaran darah. Gerakan effleurage biasanya diulang

beberapa kali di atas wilayah yang sama pada tubuh. Hal ini untuk
mendorong relaksasi, dan untuk manfaat fisik lainnya dari effleurage, yang

dapat mencakup merangsang saraf-saraf di jaringan yang bekerja,

merangsang suplai darah ke jaringan yang bekerja, merelaksasi serat otot

dan mengurangi ketegangan otot.

Darah veneus yang cepat kembali ke jantung akan mempercepat

proses pembuangan sisa pembakaran yang berasal dari seluruh tubuh

melalui alat-alat pembuangan. Secara alami darah veneus akan kembali

kejantung disebabkan oleh:

a. Karena adanya gerakan kontraksi (mengerut) dari otot-otot rangka

b. Gerakan kontraksi dari otot jantung yang mendorong darah untuk

beredar keseluruh tubuh dan kemudian kembali ke jantung,

terutama pada fase diastole.

3. Penatalaksanaan Pijat Effleurage

Cara Melakukan Pijat Effleurage

Gambar 2.2

Pijat Effleurage dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan

kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab seluruh

pertanyaan klien.

b. Meminta persetujuan klien

c. Siapkan peralatan yang diperlukan.


d. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman.

e. Jika pasien masih bisa untuk duduk berikan posisi berlutut

kemudian berbaring di bantal yang besar senyaman mungkin

f. Periksa tanda vital klien sebelum memulai remedial massage

effleurage pada punggung.

g. Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam melalui hidung dan

mengeluarkan lewat mulut secara perlahan sampai pasien merasa

rileks.

h. Tuangkan baby oil pada telapak tangan kemudian gosokan kedua

tangan hingga hangat.

i. Letakkan kedua tangan pada punggung pasien, mulai dengan

gerakan mengusap dan bergerak dari bagian bahu menuju sacrum;

j. Buat gerakan melingkar kecil dengan menggunakan ibu jari

menuruni area tulang belakang, gerakkan secara perlahan berikan

penekanan arahkan penekanan kebawah sehingga tidak mendorong

pasien kedepan.

k. Usap bagian punggung dari arah kepala ke tulang ekor, untuk

mencegah terjadinya lordosis lumbal.

l. Bersihkan sisa minyak atau lotion pada punggung klien dengan

handuk.

m. Rapikan klien ke posisi semula.

n. Beritahu bahwa tindakan telah selesai

o. Bereskan alat-alat yang telah digunakan

p. Cuci tangan
q. Evaluasi dan dokumentasikan respon klien

4. Mekanisme Pijat Effleurage terhadap Tekanan Darah

Teknik memijat di area titik yang benar bisa menghilangkan

sumbatan di darah berakibat aliran darah dan energi di dalam tubuh

menjadi lebih baik. Dalam hal ini, pemijatan di lakukan di bagian

tertentu. Terapi massage effleurage dilakukan secara teratur dapat

menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar

hormon kortisol, efineprin dan norefrineprin mengakibatkan respon

relaksasi pembuluh darah, membantu menurunkan kecemasan,

sehingga tekanan darah menurun dan fungsi tubuh membaik.

Pijat effleurage gerakan yang selalu menuju kearah jantung dengan

cara menggunakan seluruh permukaan telapak tangan dan jari-jari

untuk menggosok daerah-daerah tubuh yang lebar dan tebal, sehingga

menimbulkan efek dapat memperlancar sirkulasi darah, membantu

mengalirkan darah di pembuluh balik (darah veneus) agar cepat

kembali ke jantung kemudian darah veneus akan kembali ke jantung

karena adanya gerakan kontraksi dari otot jantung yang mendorong

darah untuk beredar ke seluruh tubuh dan kemudian ke jantung.

D. Konsep Murottal Dzikir Asmaul Husna

1. Pengertian

Secara etimologis dzikir dalam kamus besar bahasa indonesia hasil

karya prof. H. Mahmud Yunus, dzikir berasal dari kata dzikrullah

berarti menyebut atau mengingat, sedangkan secara terminologi,

dzikrullah adalah mengingat dan menyebut nama Allah, baik dengan


lisan (ucapan) dengan hati atau anggota badan. Dzikir lisan yaitu

memuji Allah dengan ucapan-ucapan tasbih, tahmid, dan lain-lain.

Dzikir dengan hati yaitu memikirkan (bertafakur) mengenai zat dan

sifat-sifat Allah. Sedangkan dzikir dengan anggota badan yaitu

menjadikan keseluruhan anggota badan tunduk dan patuh kepada Allah

(Faruq, 2017).

Dzikir Asmaul Husna adalah nama Allah yang paling agung Allah

menunjukan zatnya sendiri Allah adalah Tuhan yang telah

menciptakan kita dan alam semesta ini (Rahadian, 2017). Dzikir

Asmaul Husna adalah mengingat Allah, menyanjung Allah dengan

menyebut keindahan nama Allah dan akan menenangkan jiwa

(Khasanah, 2015).

Asmaul Husna memiliki dua makna dari segi etimologi dan makna

dari segi terminologi, dari segi etimologi Asmaul Husna berarti nama

nama Allah yang terbaik, dari segi terminologi berarti nama nama

Allah yang terbaik sempurna, tidak ada tercemar oleh kekurangan

(tidak seperti makhluknya). Asmaul Husna memiliki keistimewaan

dari pada doa doa yang lain Asmaul Husna merupakan doa yang

efektif dan efisien karena mudah di baca, pendek, ringan tetapi sudah

komplit menyangkut dunia dan akhirat dan memperoleh jaminan surga

(Khoirunnisa, 2016).
2. Manfaat Dzikir Asmaul Husna

Manfaat yang dapat kita peroleh dengan menjadikan Asma’ul

Husna sebagai bacaan dzikir sehari-hari, di antaranya adalah sebagai

berikut :

a. Mengamalkan bacaan Asma’ul Husna akan dapat

mengantarkan kita untuk lebih mengenal atau ma’rifat kepada

Allah SWT. Membaca Asma’ul Husna akan memberikan

pemahaman dan pengetahuan kepada kita tentang sifat-sifat

Allah, sebab dari setiap asma” Allah tersebut menggambarkan

tentang sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Allah.

b. Mengamalkan membaca Asma’ul Husna, akan dapat

menumbuhkan baik sangka (husnuzhan) kepada Allah, sebab

kita akan mengetahui jika Allah adalah Tuhan yang maha

pengasih dan penyayang, Tuhan yang mengabulkan doa – doa

hamba-Nya, Tuhan yang maha pengampun dan maha

bijaksana.

c. Menyebut dan membaca Asma’ul Husna menjadikannya

sebagai bacaan zikir setiap saat, terlebih lagi menghafalkannya,

akan dapat membawa dan mengantarkan kita kepada surga

Allah.

d. Membaca Asma’ul Husna akan mampu menumbuhkan

perasaan cinta (mahabbah) kepada Allah, dan akan menjadikan

kita menjadi hamba Allah yang dicintai-Nya.


e. Mengamalkan membaca Asma’ul Husna akan memberikan

kesadaran pada kita tentang hakikat hidup dan kehidupan yang

sedang kita jalani.

f. Menyebut dan membaca Asma’ul Husna akan memberikan

kekuatan (energi) lahir dan batin pada kita, menumbuhkan

kedamaian dan ketenangan yang sangat mendalam dalam jiwa

dan hati kita (Amzah, 2018).

3. Mekanisme Murottal Dzikir Asmaul Husna terhadap Tekanan Darah

Secara fisiologis, mendengarkan asmaul husna ini otak akan

bekerja dan memproduksi zat kimia yang akan memberi rasa nyaman

yaitu neuropeptida. Zat tersebut nantinya akan tersebar ke reseptor-

reseptor di dalam tubuh kemudian akan memberikan umpan balik

berupa kenikmatan dan kenyamanan (Lukman, 2018). Mendengarkan

bacaan asmaul husna dapat digunakan dalam menangani kecemasan

atau nyeri pada berbagai penyakit. Secara aplikatif, mendengarkan

asmaul husna tidak sulit dilakukan, tidak invasive terhadap yang

mendengarkan, serta mudah dan cepat dilaksanakan (Tristanti, 2020).

Mendengarkan Asmaul Husna mempengaruhi serabut saraf

parasimpatis mengembalikan tubuh ke kondisi normal sampai tanda

ancaman berikutnya mengaktifkan kembali respon simpastis

(Videbeck, 2018) dan diyakini bahwa ketika mendengarkan dzikir

akan mempengaruhi sistem saraf parasimpatis yang meregangkan

tubuh dan memperlambat denyut jantung serta memberikan efek rileks


pada organ organ dan berpengaruh terhadap tekanan darah (Finasari

dkk, 2018).

Menurut Luthfi, 2017 mendengarkan asmaul husna dengan proses

melalui gelombang suara, ditangkap oleh telinga berubah menjadi

sinyal electric yang bergerak melalui saraf suara, lalu masuk ke

kulit acoustic bark dan bergerak ke berbagai saraf di otak,

setelah itu otak menganalisa sinyal-sinyal tersebut, memberikan

perintah ke berbagai organ tubuh yaitu salah satunya pada

bagian di kardiovaskuler dinamakan volume sekuncup, fungsi dari

volume sekuncup tersebut untuk menyemburkan sejumlah darah

pada setiap denyut, sehingga setelah diberikan terapi mengalami

perubahan pola pada volume sekuncup, yaitu dengan perubahan

penurunan semburan pada sejumlah darah di setiap

denyutnya, sehingga menyebabkan tekanan darah menurun


E. Pathway Kombinasi Intervensi

Peningkatan
kontraktilitas Jantung

Peningkatan Curah
Jantung

Tekanan Darah
Meningkat

Relaksasi Pijat Murottal Dzikir


Genggam Effleurage Asmaul Husna
Jari

Stimulus pada titik manipulasi dari Gelombang suara,


meridian jari tangan struktur jaringan lunak ditangkap oleh
telinga

Menstimulasi sel menurunkan kadar hormone sinyal


saraf sensorik kortisol, norephinefrin dan electric masuk ke
dopamine kulit dan saraf di otak
medula spinalis, acoustic bark
mesenfalon dan Reaksi
komplek pituitari relaksasi pembuluh Hipotalamus
hipotalamus darah
Melepaskan
Hormon Endorfin
penurunan aktivitas
melancarkan sistem saraf
Tubuh rileks peredaran darah simpatis

Sistem Tekanan Darah


Parasimpatis aktif
F. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi

1. Pengkajian keperawatan

a. Identitas klien

1) Identitas klienMeliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir,

jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status

perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register,

dan diagnosa medik.

2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis

kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan

pasien

b. Keluhan Utama

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah,

palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah

lelah, dan impotensi.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan

pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang

menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram,

mual,detak jantung tak teratur, nyeri dada.

d. Riwayat kesehatan Dahulu

Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung,

penyakit ginjal, stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat


pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi

terhadap jenis obat.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi ,

penyakit metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi

saluran kemih, dan penyakit menurun seperti diabetes militus,

asma, dan lain-lain

f. Aktivitas / istirahat

1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

2) Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea

g. Sirkulasi

1) Gejala :

a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit

jantung koroner/ katup dan penyakit

serebrovaskuler

b) Episode palpitasi

2) Tanda :

a) Peningkatan tekanan darah

b) Nadi denyutan jelas dari karotis,ugularis,radialis,

takikardia

c) Murmur stenosis vulvular

d) Distensi vena jugularis


e) Kulit pucat,sianosis ,suhu dingin (vasokontriksi

perifer)

f) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda

h. Integritas ego

1) Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress

multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan

pekerjaan)

2) Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan perhatian,

tangisan meledak, otot muka tegang, menghela nafas,

peningkatan pola bicara.

i. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini (seperti obstruksi) atau riwayat

penyakit ginjal pada masa yang lalu.

j. Makanan / cairan

1) Gejala :

a) Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi

garam, lemak serta kolesterol

b) Mual, muntah dan perubahan berat badan saat ini

(meningkat/turun)

c) Riwayat penggunaan diuretic

2) Tanda :

a) Berat badan normal atau obesitas

b) Adanya edema

j. Neurosensori
1) Gejala :

a) Keluhan pening / pusing, berdenyut, sakit kepala,

suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara

spontan setelah beberapa jam)

b) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan abur,

epistakis)

2) Tanda :

a) Status mental, perubahan keterjagaanm orientasi, pola/ isi

bicara, efek, proses piker

b) Penurunan kekuatan genggaman tangan

k. Nyeri / ketidaknyamanan

1) Gejala : angina ( penyakit arteri koroner / keterlibatan jantung),

sakit kepala

l. Pernapasan

1) Gejala :

a) Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/ kerja, takipnea,

ortopnea.

b) Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum

c) Riwayat merokok

2) Tanda :

a) Distress pernapasan / penggunaan otot aksesori pernapasan

b) Bunyi napas tambahan (crakles/mengi)

c) Sianosis
m. Keamanan

Gejala : gangguan koordinasi/ cara berjalan, hipotensi postural.

n. Pembelajaran / penyuluhan

Gejala :

1) Faktor risiko keluarga: hipertensi,aterosklerosis, penyakit

jantung, diabetes mellitus.

2) Faktor lain seperti penggunaan pil KB atau hormone lain,

penggunaan alcohol/obat.

o. Rencana pemulangan Bantuan dengan pemantau diri tekanan

darah/ perubahan dalam terapi obat.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai

respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien

dengan hipertensi :

a. Penurunan Curah Jantung b.d Peningkatan Afterload

b. Nyeri akut b.d Agen Pencedera Fisiologis

c. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Peningkatan Tekanan darah

d. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan

e. Ansietas b.d Kurang Terpapar Informasi


3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan

keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan

oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.

Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,

terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)


Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI

1. Penurunan curah jantung Curah Jantung ( L.02008) Perawatan jantung I.02075

b.d peningkatan afterload Setelah dilakukan tindakan 1.1 Identifikasi tanda/gejala primer

(D.0008) keperawatan diharapkan curah penurunan curah jantung (mis: dispnea,

jantung meningkat dengan Kriteria kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal

hasil : nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)

- Tanda vital (5) 1.2 Identifikasi tanda/gejala sekunder

- Nadi teraba kuat (5) penurunan curah jantung ( mis:

- Pasien tidak mengeluh lelah peningkatan berat badan,

(5) hepatomegali,distensi vena jugularis,

Keterangan : palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk,

1. Menurun kulit pucat)


2. Cukup Menurun 1.3 Monitor tekanan darah

3. Sedang 1.4 Monitor intake dan output cairan

4. Cukup Meningkat 1.5 Monitor keluhan nyeri dada

5. Meningkat 1.6 Berikan diet jantung yang sesuai

1.7 Berikan terapi terapi relaksasi untuk

mengurangi strees, jika perlu

1.8 Anjurkan beraktifitas fisik sesuai

toleransi

1.9 Anjurkan berakitifitas fisik secara

bertahap

1.10 Kolaborasi pemberian

antiaritmia, jika perlu

2. Nyeri Akut b.d Agen Tingkat nyeri ( L.08066) Manajemen Nyeri I.08238)

Pencedera Fisiologis Setelah dilakukan tindakan 2.1 Identifikasi lokasi, karakteristik


(D. 0077) keperawatan diharapkan tingkat nyeri, durasi, frekuensi, intensitas

nyeri menurun dengan Kriteria hasil: nyeri

- Keluhan nyeri (5) 2.2 Identifikasi skala nyeri

- Meringis (5) 2.3 Identifikasi faktor yang

- Gelisah (5) memperberat dan memperingan

Keterangan : nyeri

1. Menurun 2.4 Berikan terapi non farmakologis

2. Cukup Menurun untuk mengurangi rasa nyeri (mis:

3. Sedang akupuntur,terapi musik hopnosis,

4. Cukup Meningkat biofeedback, teknik imajinasi

5. Meningkat terbimbing,kompres

hangat/dingin)

2.5 Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri (mis: suhu


ruangan, pencahayaan,kebisingan)

2.6 Anjurkan memonitor nyeri secara

mandiri

2.7 Ajarkan teknik non farmakologis

untuk mengurangi nyeri

2.8 Kolaborasi pemberian analgetik,

jika perlu

3. Perfusi Perifer Tidak Perfusi Perifer (L.02011) Pemantauan tanda vital ( I.02060 )

Efektif b.d Peningkatan Setelah dilakukan tindakan 3.1 Memonitor tekanan darah

Tekanan darah keperawatan diharapkan perfusi 3.2 Memonitor nadi (frekuensi,

perifer meningkat dengan Kriteria kekuatan, irama)

hasil: 3.3 Memonitor pernapasan (frekuensi,

- Nadi perifer (5) kedalaman)

- Akral teraba hangat (5) 3.4 Memonitor suhu tubuh


- Warna kulit tidak pucat (5) 3.5 Memonitor oksimetri nadi

Keterangan : 3.6 Identifikasi penyebab perubahan

1. Menurun tanda vital

2. Cukup Menurun 3.7 Atur interval pemantauan sesuai

3. Sedang kondisi pasien

4. Cukup Meningkat 3.8 Jelaskan tujuan dan prosedur

5. Meningkat pemantauan

4. Intoleransi aktivitas b.d Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi I.050178

Kelemahan Setelah dilakukan tindakan 4.1 Monitor kelelahan fisik dan emosional

keperawatan diharapkan toleransi 4.2 Monitor pola dan jam tidur

membaik dengan Kriteria hasil: 4.3 Sediakan lingkungan yang nyaman dan

- Keluhan lelah (5) rendah stimulus (mis: cahaya, suara,

- Tekanan Darah (5) kunjungan)


- Frekuensi napas (5) 4.4 Berikan aktifitas distraksi yang

Keterangan : menenangkan

1. Memburuk 4.5 Anjurkan tirah baring

2. Cukup memburuk 4.6 Anjurkan melakukan aktifitas secara

3. Sedang bertahap

4. Cukup Membaik 4.7 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara

5. Membaik meningkatkan asupan makanan

5. Ansietas b.d Kurang Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I.09314 )

Terpapar Informasi Setelah dilakukan tindakan 5.1 identifikasi saat tingkat ansietas

keperawatan diharapkan ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)

menurun dengan Kriteria hasil: 5.2 Gunakan pendekatan yang tenang dan

- Verbalisasi khawatir akibat nyaman

kondisi yang dihadapi (5) 5.3 informasikan secara factual mengenai


- Perilaku gelisah (5) diagnosis, pengobatan , dan prognosis

- Frekuensi nadi (5) 5.4 Latih kegiatan pengalihan untuk

- Frekuensi pernapasan (5) mengurangi ketegangan

- Tekanan Darah (5) 5.5 Latih Teknik relaksasi

5.6 Kolaborasi pemberian obat ansietas,


Keterangan :
jika perlu
1. Meningkat

2. Cukup Meningkat

3. Sedang

4. Cukup Menurun

5. Menurun
4. Implementasi Keperawatan

Tindakan kolaborasi (Wartonah, 2015). Implementasi

keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada

kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan

keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan

komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017). Jenis

Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat

tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu:

a. Independent Implementations adalah implementasi yang

diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien

dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan,

misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living

(ADL), memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur,

menciptakan lingkungan yang terapeutik, memberikan

dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-

kultural, dan lain-lain.

b. Interdependent/Collaborative Implementations Adalah

tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim

keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya, seperti

dokter. Seperti pemberian obat oral, obat injeksi, infus,

kateter urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.


c. Dependent Implementations adalah tindakan keperawatan

atas dasar rujukan dari profesi lain, seperti ahli gizi,

physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya dalam

hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang

telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik)

sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian

proses keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah

dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien

(Dinarti &Muryanti, 2017)

Menurut (Asmadi, 2018) terdapat 2 jenis evaluasi :

a. Evaluasi formatif (proses) Evaluasi formatif berfokus pada

aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan

keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah

perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna

menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah

dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat

komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni

subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil

pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori)

dan perencanaan.
Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai

berikut: Kartu SOAP (data subjektif, data objektif,

analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai

untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.

1) S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil

dari keluhan klien, kecuali pada klien yang

afasia.

2) O (Objektif): data objektif yang siperoleh

dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-

tanda akibat penyimpangan fungsi fisik,

tindakan keperawatan, atau akibat

pengobatan.

3) A (Analisis/assessment): Berdasarkan data

yang terkumpul kemudian dibuat

kesimpulan yang meliputi diagnosis,

antisipasi diagnosis atau masalah potensial,

dimana analisis ada 3, yaitu (teratasi, tidak

teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga

perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.

Oleh karena itu, seing memerlukan

pengkajian ulang untuk menentukan

perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.

4) P (Perencanaan/planning): perencanaan

kembali tentang pengembangan tindakan


keperawatan, baik yang sekarang maupun

yang akan dating (hasil modifikasi rencana

keperawatan) dengan tujuan memperbaiki

keadaan kesehatan klien. Proses ini

berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan

priode yang telah ditentukan.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah

semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi

sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan

keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan

pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir

pelayanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait

pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir

layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait

dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi

meliputi:

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan

perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang

telah ditetapkan.

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika

klien menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil

yang telah ditetapkan.


3) Tujuan tidak tercapai/masalah tidak teratasi : jika klien

tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali

yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah

ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/diagnosa

keperawatan baru.
BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

A. Pengkajian Kasus

Pengkajian awal dilakukan pada Tanggal 02 Juni 2022

1. Identitas Klien

Nama : Ny. H

Umur : 55 Th

No RM : 231xxx

Berat Badan : 60 Kg

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Masuk RS : 02 Juni 2022

Agama : Islam

Suku : Bugis

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Tanjung laut

Diagnosis Medis : Hipertensi Urgensi

2. Data Khusus

a. Subjektif

1) Keluhan Utama Saat Pengkajian

Pada saat pengkajian klien mengatakan jantung berdebar-

debar.
2) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien masuk IGD rujukan dari RSIB dan di antar oleh

keluarganya. Klien masuk ke IGD pada tanggal 02 juni

2022 pukul 08.58 Wita. Dengan keluhan jantung berdebar-

debar sejak hari ini disertai sedikit pusing dan lemas.

Klien mengatakan merasa mual tetapi tidak muntah.

Sehari sebelum ke RS, klien pergi ke klinik dan diberikan

obat captopril 25 mg lalu klien di bawa ke RSIB (TD

205/115 mmHg) dari RSIB klien di arahkan ke RSUD

Taman Husada Bontang. Saat masuk IGD tekanan darah

klien 196/110 mmHg, badan klien terlihat lemas.

3) SAMPLE

a) Symptom

Klien mengatakan jantung berdebar-debar, pusing

dan lemas

b) Alergies

Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap

obatobatan dan juga makanan

c) Medication

Klien mengatakan obat rutin yang di konsumsi yaitu

captopril 25 mg yang diminum sehari sekali

menjelang tidur malam


d) Penyakit yang diderita

Klien mengatakan memiliki penyakit tekanan darah

tinggi

e) Event (Kejadian sebelum cedera)

Sebelum tekanan darahnya naik, klien baru saja

bangun dari tidur. Saat bangun, klien merasa pusing

dan jantung berdebar-debar.

b. Objektif

1) Airway

Jalan napas paten, lidah tidak jatuh kebelakang, tidak ada

benda asing pada jalan napas. Tidak ada suara napas

tambahan

2) Breathing

Pola napas efektif, frekuensi 20x/menit, irama teratur,

SpO2: 99% , bunyi napas vesikuler, tidak ada pengunaan

otot bantu pernapasan, tidak ada pernapasan cuping

hidung.

3) Circulation

Nadi : 111x/menit, irama teratur, teraba kuat, TD: 196/110

mmHg, akral teraba hangat. Tidak ada sianosis, CRT < 2

detik, warna kulit kuning langsat.

4) Disability

GCS = 15 E4 V5 M6 compos mentis, reaksi pupil positif

terhadap cahaya
5) Exposure

Tidak ada jejas pada tubuh klien dan tidak ada tanda-tanda

perdarahan

6) Full Of Vital Sign

Tekanan Darah : 196/110 mmHg

MAP : 138,6 mmHg

Nadi : 111x/menit

Respirasi : 20x/menit

SpO2 : 99 %
Temperatur : 36,8 o C

7) Give Comfort

Klien akan diberikan terapi relaksasi genggam jari, pijat

effleurage dan terapi murottal dzikir asmaul husna

3. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan

a. Pola Persepsi Kesehatan – Manajemen kesehatan

Klien mengatakan kurang puas dengan kesehatannya saat ini.

Klien mengatakan rumahnya dekat dengan fasilitas kesehatan,

jadi jika ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa ke

fasilitas kesehatan.

b. Pola Nutrisi – Metabolik

Klien mengatakan makan 3 kali sehari, nafsu makan klien

biasanya baik, hanya saja hari ini klien mengatakan mual.

Klien mengatakan biasa makan dengan nasi, lauk dan sayur.

Klien mengatakan minum air putih 4-5 gelas sehari. Klien juga

mengatakan kadang minum kopi atau teh di pagi hari. Berat


badan klien 60 kg, Tinggi badan 160 cm, IMT : 23, 4 kg/m 2

(Ideal)

c. Pola Eliminasi

Klien mengatakan biasanya BAB 1 x sehari saat pagi hari,

konsistensi lunak dan warna kuning kecoklatan. Untuk BAK 4

– 6 kali dalam sehari tergantung dari banyaknya air yang

diminum, warna kuning jernih. Tidak ada keluhan saat BAB

dan BAK

d. Pola Aktivitas – Latihan

Klien mengatakan untuk aktivitas sehari-hari klien mampu

melakukan secara mandiri.

e. Pola Tidur – Istirahat

Klien mengatakan jarang tidur siang. Untuk tidur malam klien

tidur jam 21.30 wita – 05.00 wita tidak ada kesulitan untuk

memulai tidur. Klien mengatakan kadang terbangun di malam

hari karena ingin buang air kecil.

f. Pola Kognitif dan Perseptual

Klien mampu berkomunikasi dengan baik dan suara yang jelas,

klien mengatakan tidak memiliki gangguan pengecapan,

pendengaran maupun perubahan penciuman. Penglihatan klien

kabur, klien menggunakan kacamata.


g. Pola Persepsi diri dan Konsep diri

Citra diri : klien merasa puas dengan apa yang ada pada

dirinya saat ini, ia tidak merasa malu dengan kondisi yang ada

saat ini

Identitas diri : klien adalah seorang perempuan

Ideal diri : klien tidak mengalami masalah dengan anggota

tubuhnya

Harga diri : klien tidak malu atas apa yang ada di dirinya

h. Pola Peran – Hubungan

Dalam keluarga Ny. N berperan sebagai seorang ibu, istri dan

nenek. Ny. N memiliki 2 orang anak. Ny. N tinggal bersama

suami. Hubungan Ny. N dan keluarganya baik.

i. Pola Seksualitas dan Reproduksi

Klien mengatakan sudah tidak menstruasi sejak setahun lalu

dan klien tidak menggunakan KB. Tidak ada kelainan pada

sistem reproduksi klien

j. Pola Koping dan Ketahanan Stress

Klien mengatakan jika ada masalah klien selalu membicarakan

dengan suaminya. Jika stress klien lebih memilih untuk

menonton atau main bersama dengan cucunya

k. Pola Nilai dan Keyakinan

Klien mengatakan selalu shalat 5 waktu, klien shalat dirumah

jika suami shalat dirumah maka disempatkan untuk berjamaah.


4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : Lemah

b. Kepala: Bentuk kepala bulat, tidak ada cedera pada kepala,

rambut berwarna hitam, terdapat uban.

c. Mata : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis,

pupil isokor kiri dan kanan, sklera tidak ikterik, penglihatan

kabur

d. Telinga : Telinga simetris kanan dan kiri, bersih tidak ada

serumen, tidak memiliki gangguan pendengaran.

e. Hidung : Tidak ada pernafasan Cuping hidung, posisi septum

nasal ditengah, lubang hidung bersih, tidak ada secret, tulang

hidung dan septum nasi tidak ada pembengkakan dan tidak ada

polip

f. Mulut : Mulut bersih, mukosa bibir lembab, gigi bersih,tidak

ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada

stomatitis

g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri

tekan didaerah leher

h. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak, tidak ada pembesaran

Palpasi : Palpasi ictus cordis teraba di ICS IV dan V

Perkusi : Pekak

Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, tidak ada bunyi

tambahan.
i. Paru-paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan kiri, tidak ada jejas, tidak

ada otot bantu pernafasan.

Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama, tidak ada

pembesaran paru-paru, tidak ada nyeri tekan pada dada

Perkusi : sonor

Auskultasi : Suara paru vesikuler

j. Abdomen

Inspeksi : Perut datar, umbilikus bersih, tidak terdapat distensi

abdomen

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi : Suara timpani

Auskultasi : Bising usus 12x/menit

k. Genitalia : Keadaan genitalia bersih, rectum tidak terdapat

hemoroid

l. Ektremitas

Atas : tidak ada luka maupun edema, kekuatan otot 5/5

Bawah : tidak ada luka maupun edema, kekuatan otot 5/5


5. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Tgl Pemeriksaan : 02 Juni 2022

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Darah Lengkap

Hemoglobin 10,7 10.85-14,9 g/dl

Basofil 0.086 0.02-0.09

Basofil % 0.9 0-1 %

MCV 88.7 71.8-92 fL

Natrium 140 135-145 mmol/l

MCH 28.4 22.6-31 pg

Hematokrit 33.5 34-45,1 %

Kalium 3.4 3.5-5.1 mmol/l

MCHC 32 30.8-35.3 g/dl

Neutrofil % 69.9 42.5-71 %

Limfosit % 21.9 20.4-44.6 %

Monosit 0.533 0.33-0.91

Limfosit 2.09 1.46-3.73

Eritrosit 3.78 4.11-5.55 10\5\3/uL

Chlorida 108 98-108 mmol/l

PLT 269 216-451 10\5\3/uL

Kimia Klinik

SGPT 7,9434 5-42 u/l

SGOT 11.07144 5-37 u/l


Creatinin 1.849376 0.51-0.95 mg/dl

Ureum 47.69731 10-49.9 mg/dl

Glukosa Darah 128.275 60/115 mg/dl

Sewaktu

Tabel 3.1 Pemeriksaan Laboratorium

b. EKG

Hasil : Sinus Takikardi

6. Program Terapi/Pengobatan

- Ranitidine inj 25 mg/ml

- Captopril tab 25 mg

- Bisoprolol tab 2,5 mg

- Atorvastatin tab 20 mg

- Clopidogrel tab 75 mg

B. Analisa Data

Hasil analisa data pada tanggal 02 Juni 2022:

No Data Etiologi Problem

1. Data Subjektif : Perubahan Penurunan

- Klien mengatakan Irama Jantung Curah Jantung

jantung berdebar- debar

- Klien mengatakan

merasa pusing

- Klien mengatakan

badan terasa lemas


Data Objektif :

- CRT < 2 detik

- TTV

TD : 196/110 mmHg

N : 111 x/ menit

(Takikardi)

RR : 20x/menit

SpO2 : 99%

S : 36,8 o C

- Gambaran EKG Sinus

Takikardi

Data Subjektif : Gejala Penyakit Gangguan

- Klien mengatakan Rasa Nyaman

jantung berdebar- debar

- Klien mengatakan

merasa pusing

- Klien mengeluh mual

- Klien mengatakan

merasa lemas

Data Objektif :

- Klien terlihat lemas

- TTV
TD : 196/110 mmHg

N : 111 x/ menit

RR : 20x/menit

SpO2 : 99%

S : 36,8 o C

3. Data Subjektif : Peningkatan Nausea

- Klien mengatakan Tekanan Darah

Kepala terasa pusing

- Klien mengatakan

merasa mual tapi tidak

muntah

- Klien mengatakanm

badan terasa lemas

Data Objektif :

- Klien terlihat lemas

- TTV

TD : 196/110 mmHg

N : 111 x/ menit

RR : 20x/menit

SpO2 : 99%

S : 36,8 o C

Tabel 3.2 Analisa Data

C. Diagnosa Prioritas Masalah Keperawatan


1. Penurunan Curah Jantung b.d Perubahan irama jantung d.d

Palpitasi (D.0008)

2. Nausea b.d Peningkatan Tekanan Darah d.d Mual (D.0076)

3. Gangguan Rasa Nyaman b.d Gejala Penyakit d.d Peningkatan

Tekanan Darah (D. 0074)

D. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI

1. Penurunan Curah Jantung Perawatan Jantung (I.02075)

Curah Jantung (L.02008) 1.1 Identifikasi tanda/gejala primer

b.d Perubahan Setelah dilakukan penurunan curah jantung

irama jantung tindakan 1.2 Identifikasi tanda/ gejala sekunder

d.d Palpitasi keperawatan selama penurunan curah jantung

(D.0008) 1x4 jam diharapkan 1.3 Monitor tekanan darah

curah jantung 1.4 Monitor saturasi oksigen

meningkat dengan 1.5 Posisikan pasien semi fowler atau

Kriteria hasil : fowler dengan kaki kebawah atau

- Palpitasi dari posisi nyaman

skala 2 1.6 Berikan terapi relaksasi untuk

menjadi 4 mengurangi stress

- Takikardi 1.7 Anjurkan beraktivitas fisik sesuai

dari skala 3 toleransi

menjadi 5

- Lelah dari
skala 2

menjadi 4

- Tekanan

Darah dari

skala 1

menjadi 3

Keterangan :

1. Meningkat

2. Cukup

Meningkat

3. Sedang

4. Cukup

Menurun

5. Menurun

2. Nausea b.d Tingkat Nausea Manajemen Mual (I.03117)

Peningkatan (L.08065) 2.1 Identifikasi faktor penyebab mual

Tekanan Setelah dilakukan 2.2 Monitor mual

Darah d.d tindakan 2.3 Kurangi atau hilangkan keadaan

Mual keperawatan selama penyebab mual

(D.0076) 1x4 jam diharapkan 2.4 Anjurkan istirahat dan tidur yang

nausea menurun cukup

dengan Kriteria 2.5 Kolaborasi pemberian antiemetik


hasil : jika perlu

- Keluhan

Mual dari

skala 3

menjadi 5

- Perasaan

ingin muntah

dari skala 3

menjadi 5

- Takikardi

dari skala 3

menjadi 5

Keterangan :

1. Meningkat

2. Cukup

Meningkat

3. Sedang

4. Cukup

Menurun

5. Menurun

3. Gangguan Status Terapi Relaksasi (I.09326)

Rasa Nyaman Kenyamanan 3.1 Monitor Tekanan darah


b.d Gejala (L. 08064) dan suhu sebelum dan

Penyakit d.d Setelah dilakukan sesudah latihan

Peningkatan tindakan 3.2 Monitor respon terhadap

Tekanan keperawatan selama terapi relaksasi

Darah (D. 1x4 jam diharapkan 3.3 Ciptakan lingkungan

0074) Status kenyamanan tenang dan tanpa gangguan

meningkat dengan dengan pencahayaan dan

Kriteria hasil : suhu ruang nyaman, jika

- Keluhan memungkinkan

Tidak 3.4 Gunakan relaksasi sebagai

nyaman dari strategi penunjang dengan

skala 3 analgetik atau tindakan

menjadi 5 medis lain, jika perlu

- Lelah dari 3.5 Jelaskan tujuan, manfaat,

skala 3 batasan dan jenis relaksasi

menjadi 5 yang tersedia

Keterangan : 3.6 Anjurkan mengambil posisi

1. Meningkat nyaman

2. Cukup 3.7 Anjurkan rileks dan

Meningkat merasakan sensasi relaksasi

3. Sedang 3.8 Anjurkan sering

4. Cukup mengulangi atau melatih

Menurun teknik yang dipilih

3.9 Demontrasikan dan latih


5. Menurun teknik relaksasi

Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan

E. Intervensi Inovasi

No. Diagnosa Intervensi Inovasi Intervensi

1. Penurunan Curah Terapi relaksasi a. Mengkaji keadaan

Jantung b.d Perubahan genggam jari, pasien (tanda-tanda

irama jantung d.d kombinasi dengan pijat vital)

Palpitasi (D.0008) effleurage dan terapi Pra interaksi

murottal asmaul husna b. Mencuci tangan

terhadap tekanan darah c. Mempersiapkan alat

dilakukan pada tanggal Fase Orientasi

02 Juni 2022 Pukul d. Memberikan salam

09.10 Wita dan menyapa pasien

e. Memperkenalkan

diri dan melakukan

kontrak

f. Menjelaskan tujuan

dan prosedur

pelaksanaan

g. Menanyakan

kesiapan pasien
h. Mendekatkan alat

Fase Kerja

i. Membaca basmalah

dan menjaga privasi

klien

j. Posisikan klien pada

posisi duduk atau

dengan posisi

nyaman

k. Pilih area tubuh

yang akan di pijat

(bagian punggung)

l. Instruksikan klien

untuk memeluk

bantal

m. Tetapkan jangka

waktu untuk

pemijatan (5-10

menit)

n. Gunakan lotion atau

minyak untuk

mengurangi gesekan

o. Letakkan kedua

tangan pada
punggung klien,

mulai dengan

gerakan mengusap

dan bergerak dari

bagian bahu menuju

sacrum

p. Buat gerakan

melingkar kecil

dengan

menggunakan ibu

jari menuruni area

tulang belakang,

gerakkan secara

perlahan berikan

penekanan arahkan

penekanan kebawah

sehingga tidak

mendorong pasien

kedepan

q. Setelah pijat selesai

minta klien untuk

merilekskan semua

pikiran dan tetap

tenang
r. Selanjutnya

instruksikan klien

untuk menggenggam

jari tangan dengan

lembut, tidak keras,

tidak menekan tapi

genggam lembut

seperti

menggenggam

tangan bayi,

genggam hingga

nadi pasien terasa

berdenyut.

s. Lakukan satu persatu

pada jari tangan

mulai dari ibu jari

selama kurang lebih

2-3 menit

t. Lakukan hal yang

sama untuk jari-jari

lainnya dengan

rentang waktu yang

sama

u. Disela relaksasi
genggam jari klien

di beri terapi

murottal asmaul

husna menggunakan

earphone

Terminasi

v. Rapikan klien

w. Lakukan pengukuran

tekanan darah

kembali setelah 15

menit dilakukannya

terapi

Tabel 3.4 Intervensi Inovasi Keperawatan

F. Implementasi Keperawatan

1. Implementasi Tindakan Inovasi Relaksasi Genggam Jari Kombinasi

Pijat Effleurage dan Terapi Murottal Dzikir Asma’ul Husna pada Ny.H

dilakukan untuk mempengaruhi tekanan darah pada Ny. H yang

mengalami peningkatan tekanan darah akibat penyakit hipertensi yang

dialaminya. Sebelum dilakukan tindakan inovasi peneliti mencatat

terlebih dahulu nilai tekanan darah klien dari hasil pengukuran tekanan

darah sebelum diberikan intervensi. Setelah mencatat hasil pengukuran

tekanan darah, klien terlebih dahulu diposisikan ditempat yang aman

dan nyaman agar memudahkannya untuk dilakukan tindakan inovasi


relaksasi genggam jari kombinasi pijat effleurage dan terapi murottal

dzikir asma’ul husna

2. Hasil implementasi inovasi relaksasi genggam jari kombinasi pijat

effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul husna selama kurun

waktu kurang lebih 1x30 menit, sebelum dan sesudah intervensi

dilakukan pencatatan hasil pengukuran tekanan darah klien diperoleh

hasil sebagai berikut:

No Hari dan Tanggal Sebelum Sesudah

1. Kamis, 02 Juni 2022 196/110 mmHg 180/100 mmHg

MAP : 138 MAP : 126

Tabel 3.5 Pecatatan Hasil Pengukuran Tekanan Darah

No. Tanggal/ Implementasi Evaluasi Proses Paraf


Diagnosa Jam
I 02/06/22 3.1 Mengidentifikasi S:
08.59 - Klien
tanda/gejala primer mengatakan badan
terasa lemas
penurunan curah jantung - Klien
09.00 mengatakan jantung
3.2 Mengidentifikasi tanda/ berdebar-debar
- Klien
gejala sekunder penurunan mengatakan tadi
malam ada nyeri
curah jantung dada
09.00

09.00 3.3 Memonitor tekanan darah O:


- Klien terlihat
3.4 Memonitor saturasi oksigen lemas
- TD : 196/110
mmHg
- N: 111x/m
- SpO2 : 99%
- EKG Sinus
Takikardi
II 09.01 2.3 Memonitor mual S:
- Klien
09.01 2.4 Mengidentifikasi faktor mengatakan
merasa mual
penyebab mual tapi tidak
muntah
- Klien
mengatakan
saat pusing,
selalu dikuti
dengan mual
- Klien
mengatakan
mual yang
dirasakan
berlangsung
terus menerus

O:
- klien terlihat
kurang
nyaman dan
menahan mual

I 09.02 1.5 Memposisikan pasien semi S:


- Klien
fowler atau posisi nyaman mengatakan
nyaman
dengan posisi
yang di
berikan
O:

- Klien di
posisikan semi
fowler di
tempat tidur

II 09.04 2.5 Berkolaborasi dalam S :


- Klien
pemberian antiemetik mengatakan
mual
(Ranitidine inj IV 25 mg/ml) berkurang
O:
- Inj ranitidine
25 mg/ml
melalui IV
telah di
berikan

III 09.05 3.3 Menciptakan lingkungan S:-


tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan suhu O:
ruang nyaman, jika - Memberikan
memungkinkan klien selimut
- Membatasi
kunjungan
keluarga
pasien

III 09.06 3.6 Anjurkan S:


- Klien
mengambil posisi mengatakan
nyaman
nyaman dengan posisi
kepala lebih
tinggi
- Klien
mengatakan
pusing
berkurang
O:
- Memposisikan
klien pada
posisi semi
fowler
I 09.06 1.6 Memberikan terapi - Klien
mengatakan
relaksasi untuk mengurangi bersedia untuk
diberikan
stress intervensi
inovasi

O:
- Memilih
intervensi
inovasi
relaksasi
genggam jari
kombinasi
pijat effleurage
dan terapi
murottal
asmaul husna
II 09.06 2. 3Mengurangi atau hilangkan S:
- Klien
keadaan penyebab mual mengatakan
masih mual
namun sudah
berkurang
O: -
I 09.38 1.3 Memonitor Tekanan darah S:
- Klien
mengatakan
jantung
berdebar yang
dirasakan
sudah
berkurang
- Klien
1.7 Menganjurkan beraktivitas mengatakan
sudah lebih
fisik sesuai toleransi tenang

O:
- Sebelum :
196/110
mmHg
- Sesudah
180/100
mmHg
Tabel 3.6 Implementasi Keperawatan

G. Evaluasi Keperawatan

No Tgl/Jam Evaluasi
Diagnosa
I 02/06/22 S:
10.00 - Klien mengatakan jantung berdebar yang

dirasakan sudah berkurang

- Klien mengatakan sudah merasa lebih tenang

- Klien mengatakan lemas berkurang

O:

- Klien terlihat lebih rileks


- TTV :
TD : 180/100 mmHg
N : 95 x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 99%
T: 36.5 oC
Kriteria Hasil Sebelum Sesudah Target
Palpitasi 2 3 4
Takikardi 3 5 5
Lelah 2 3 4
Tekanan Darah 1 2 3

A : Masalah Keperawatan Penurunan Curah Jantung


teratasi sebagian
P: Hentikan Intervensi pasien pindah ke ruang rawat
inap
II 02/06/22 S:
10.05 - Klien mengatakan mual berkurang
- Klien mengatakan pusing berkurang
- Klien mengatakan tidak ada muntah hanya mual
saja
O:
- Klien tampak lebih rileks
- TTV :
TD : 180/100 mmHg
N : 95 x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 99%
T: 36.5 oC
Kriteria Hasil Sebelum Sesudah Target
Keluhan Mual 3 4 5
Perasaan Ingin 3 5 5
Muntah
Takikardi 3 5 5

A: Masalah Keperawatan Nausea Teratasi Sebagian


P: Hentikan intervensi, pasien pindah keruang rawat
inap.
III 02/06/22 S:
10.10 - Klien mengatakan merasa lebih nyaman
- Klien mengatakan mual berkurang
- Klien mengatakan pusing berkurang
- Klien mengatakan lemas berkurang

O:
- Klien terlihat lebih rileks
- TTV :
TD : 180/100 mmHg
N : 95 x/menit
RR : 20x/menit
SpO2 : 99%
T: 36.5 oC

Kriteria Hasil Sebelum Sesudah Target


Keluhan tidak 3 5 5
nyaman
Lelah 3 4 5

A: Masalah Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman


Teratasi sebagian

P : Hentikan intervensi, pasien pindah ke ruang rawat


inap
Tabel 3.7 Evaluasi Keperawatan
BAB IV

ANALISA SITUASI

A. Profil Lahan Praktik

Gambar 4.1 Profil Lahan Praktik

RSUD Taman Husada Bontang terletak di Jalan Letjen S. Parman,

Kecamatan Bontang Baru Kota Bontang. RSUD Taman Husada Bontang

adalah rumah sakit umum tipe B milik pemerintah kota Bontang. Tanggal

12 Nopember 2002 RSUD Taman Husada Bontang diresmikan sebagai

salah satu sarana kesehatan Pemerintah Kota Bontang, Perubahan status

dari Puskesmas Rawat Inap Bontang Baru menjadi Rumah Sakit Umum

Tipe C berdasarkan Keputusan Walikota Bontang Nomor 519 Tahun

2002. Tanggal 01 September 2003 secara legalitas formal, RSUD Taman

Husada Bontang baru tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Bontang


Nomor 16 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja

Rumah Sakit Umum Daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bontang;

Berdasarkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1140/Menkes/ SK/XI/2009 Tanggal 25 Nopember 2009

RSUD Taman Husada Bontang berubah menjadi Rumah Sakit tipe B.

B. Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait dan Konsep

Kasus Terkait

Asuhan keperarawatan pada Ny. H yang berusia 55 tahun dengan diagnosa

hipertensi dilakukan pada tanggal 02 Juni 2022 pukul 09.00 Wita.

Masalah keperawatan yang muncul pada Ny. H yaitu penurunan curah

jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung ditandai dengan

palpitasi, nausea berhubungan dengan peningkatan tekanan darah

ditandai dengan mual, dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan

gejala penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.

Pada diagnosa keperawatan pertama yaitu penurunan curah jantung

berhubungan dengan perubahan irama jantung ditandai dengan palpitasi.

Penurunan curah jantung adalah suatu kondisi ketidakadekuatan jantung

dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Pada Ny. H saat proses dilakukannya

asuhan keperawatan dengan diagnosa medis hipertensi didapatkan masalah

peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan Ny. H mengalami

palpitasi , perubahan irama jantung dan takikardi. Tindakan mandiri

keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi peningkatan tekanan

darah seperti yang dialami oleh Ny. H sangatlah diperlukan untuk


pengelolaan tekanan darah untuk menjaga tekanan darah agar tetap stabil.

Salah satunya dengan memberikan terapi komplementer berupa terapi

relaksasi genggam jari yang di kombinasikan dengan pijat effleurage dan

terapi murottal dzikir Asma’ul Husna yang nantinya setelah diberikan dan

diajarkan latihan ini klien mampu melakukannya secara mandiri dirumah.

Teknik relaksasi genggam jari merupakan teknik relaksasi yang

dapat memberikan rasa nyaman, rileks dan tanpa efek samping

(Rahmawati dan Suryandari, 2020). Dalam kondisi yang rileks empat kali

dalam satu hari selama empat belas hari dapat meningkatkan aktivitas

saraf parasimpatis dan menurunkan saraf simpatis sehingga dapat

menurunkan kontraksi jantung dan denyut jantung. Begitu pula ukuran

pembuluh darah, mengalami vasodilatasi atau pelebaran diameter

pembuluh darah sehingga terjadinya penurunan tekanan darah.

Pijatan merupakan stimulasi kulit tubuh secara umum, dipusatkan

pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa

bagian tubuh akan memperbaiki sirkulasi darah, mengurangi kegelisahaan,

depresi dan stress Pijat eflleurage dapat melancarkan sirkulasi aliran

darah, serta melemaskan ketegangan otot. Secara fisiologi pijat

dapat mempengaruhi tubuh secara fisik maupun psikis. Pijat dapat

memberikan efek relaksasi dengan menstimulasi mengeluarkan

endofrin pada otak sehingga berefek pada saraf simpatis dan menstimulasi

saraf parasimpatis, serta merangsang otot metabolisme pada sirkulasi

darah selanjutnya menurunkan tekanan darah. (Ardiansyah, 2021)


Pemberian terapi relaksasi genggam jari dan pijat effleurage ini

juga di kombinasikan dengan terapi murottal asma’ul husna. Jenis

relaksasi terapi murottal yaitu memasukkan unsur keyakinan. Salah satu

bentuk unsur keyakinan adalah dzikir Asma’ul Husna. Dzikir dapat

menimbulkan respon relaksasi dan ketenangan yang akan membawa

pengaruh terhadap rangsangan pada system saraf otonom yang berdampak

pada respon fisiologis tubuh sehingga terjadi penurunan tekanan darah,

denyut nadi dan pernafasan. Respon relaksasi yang melibatkan keyakinan

yang dianut akan mempercepat terjadinya keadaan relaks atau dengan kata

lain relaksasi yang melibatkan keyakinan akan melipatgandakan manfaat

yang didapat dari respon relaksasi. Semakin kuat keyakinan seseorang

berpadu dengan respon relaksasi maka semakin besar pula efek yang

didapat (Haryono, 2017)

C. Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep Penelitian Terkait

Pada Ny. H saat proses asuhan keperawatan dengan diagnosa

medis hipertensi didapati masalah penurunan curah jantung yang ditandai

dengan adanya palpitasi, takikardi, perubahan irama jantung, kelelahan

yang disebabkan oleh terjadinya peningkatan tekanan darah. Tindakan

mandiri keperawatan dalam mengatasi peningkatan tekanan darah seperti

yang dialami oleh Ny. H sangat penting untuk mengontrol tekanan darah

klien. Salah satunya dengan memberikan terapi komplementer berupa

terapi relaksasi genggam jari yang dikombinasikan dengan pijat effleurage

dan murottal dzikir asma’ul husna yang nantinya setelah diberikan dan

diajarkan latihan ini klien mampu mempraktikkan secara mandiri dirumah.


Pada implementasi terapi inovasi gabungan terapi relaksasi genggam jari

yang dikombinasikan dengan pijat effleurage dan murottal dzikir asma’ul

husna terhadap tekanan darah pada Ny. H menunjukkan hasil yang

signifikan. Selama 30 menit dilakukannya pemberian intervensi inovasi

kepada Ny. H terjadi perubahan pada hasil pengukuran tekanan darah

sesudah intervensi diberikan.

No. Hari dan Tanggal Sebelum Sesudah

1. Kamis, 02 Juni 2022 196/110 mmHg 180/100 mmHg

MAP : 138 MAP : 126

Tabel 4.1 Pencatatan Hasil Implementasi

Pada pemberian intervensi yang dilakukan selama 1x30 menit pada

Ny. H dapat dilihat pada tabel bahwa terjadi perubahan tekanan darah

klien setelah dilakukan intervensi inovasi. Berdasarkan hasil pengukuran

tekanan darah Ny. H pada tabel diatas terjadi penurunan tekanan darah

sistolik sebesar 16 mmHg dan tekanan darah diastolik 10 mmHg dari hasil

pengukuran tekanan darah sebelum intervensi.

Beberapa penelitian membuktikan manfaat teknik relaksasi

genggam jari terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Hasil

penelitian Rahmawati dan Suryandari, 2020 diperoleh nilai ratarata

tekanan darah sistolik setelah diberikan intervensi sebesar 148,19 mmHg

dan rata-rata tekanan darah diastolik 93,61 mmHg. Tekanan darah sistolik

terjadi penurunan sebesar 5,58 mmHg dan tekanan darah diastolik

mengalami penurunan sebesar 2,81 mmHg. Sehingga dari hasil analisis

didapatkan p-value 0,000 (p<0,05) pada tekanan darah sistolik dan

diastolik, sehingga ada pengaruh terapi genggam tangan terhadap tekanan


darah pada penderita hipertensi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Agustin, 2019 dari penelitiannya diperoleh hasil yang signifikan

setelah pemberian intervensi relaksasi genggam jari, terdapat perbedaan

rata-rata antara tekanan darah pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen dengan nilai P = 0,000 (P < 0,05). Agustin, 2019 menjelaskan

bahwa teknik genggam jari termasuk kedalam salah satu metode relaksasi.

Pada saat relaksasi tejadi perpanjangan serabut otot, menurunnya

pengiriman implus saraf ke otak, menurunnya aktivitas otak, dan fungsi

tubuh yang lain, karakteristik dari respon relaksasi ditandai oleh

menurunnya denyut nadi, jumlah pernafasan dan penurunan tekanan darah.

Pemberian terapi pijat effleurage juga menjadi salah satu inovasi

pilihan yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Hayati, H.K 2020 setelah melakukan pemberian intervensi

massage effleurage selama 3 hari, pada hari ketiga menunjukan bahwa

nilai rata-rata sistolik dihari ke tiga sesudah dilakukan massage effleurage

adalah sebesar 123,57 mmHg dan nilai diastolik sebesar 75,00 mmHg.

Dari hasil penelitian tersebut Hayati, H.K dkk menyimpulkan bahwa

adanya pengaruh pijat effleurage terhadap tekanan darah pada pasien

hipertensi. Penelitian lainnya didapatkan bahwa Pemberian Massage

effleurage berpengaruh Terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi

dengan nilai p value sebesar 0,000 (p < 0,05) . (Lestari, N. K. Y.,

Suardana, I. K., & Trisnadianti, N. W., 2018).

Terapi murottal dzikir Asma’ul husna juga menjadi pilihan

intervensi inovasi yang telah di implementasikan pada Ny. H dengan


hipertensi, murottal dzikir bersuara manusia merupakan elemen yang

mampu menurunkan hormon stres, mensekresi hormon endorphin alami,

memberikan perasaan rileks, mengurangi ketakutan, kecemasan, dan

ketegangan. Mendengarkan murottal dzikir bisa membantu sekresi

neuropeptidae dalam memberikan kenyamanan bagi pendengarnya,

sehingga terapi murottal efektif dalam menurunkan tekanan darah pada

pasien dengan hipertensi hal ini diungkapkan oleh W, Wahyuni, 2020

dalam jurnalnya yang berjudul “Effectiveness of Classical Music and

Qur’an Murottal Therapies on Patients With Hypertension in Middle

Adulthood for Work Area of Sibela Surakarta Health Center”. Hal ini

didukung oleh penelitian Prajayanti (2017) bahwa mendengarkan Asmaul

Husna dapat menghambat aktivitas saraf simpatis yang dapat menurunkan

konsumsi oksigen oleh tubuh dan selanjutnya otot-otot tubuh menjadi

relaks sehingga menimbulkan perasan tenang dan nyaman, selain itu

menurunkan kadar kortisol yaitu hormon stress yang berkontribusi besar

dalam tekanan darah tinggi.

D. Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap implementasi keperawatan dalam

menangani masalah tekanan darah pada pasien hipertensi yang kaitannya

dengan teori dan konsep terkait, maka didaptkan alternatif pemecahan

masalah dengan menggunakan terapi relaksasi genggam jari kombinasi

pijat effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul husna. Kombinasi dari

ketiga intervensi tersebut memberi efek relaksasi bagi tubuh, dimana pada

saat relaksasi tejadi perpanjangan serabut otot, menurunnya pengiriman


implus saraf ke otak, menurunnya aktivitas otak, dan fungsi tubuh yang

lain, karakteristik dari respon relaksasi ditandai oleh menurunnya denyut

nadi, jumlah pernafasan dan penurunan tekanan darah.

Sebagai salah satu alternatif tindakan mandiri perawat, relaksasi

genggam jari kombinasi pijat effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul

husna memungkinkan untuk dilakukan ditatanan pelayanan rumah sakit.

Maka dari itu penting untuk dilakukan pelatihan tentang pemahaman lebih

lanjut terkait konsep tindakan relaksasi genggam jari kombinasi pijat

effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul husna. Hal ini bertujuan agar

perawat dapat menerapkan intervensi inovasi tersebut dengan efektif.

Terapi inovasi relaksasi genggam jari kombinasi pijat effleurage

dan terapi murottal dzikir asma’ul husna ini juga dapat dilakukan secara

mandiri oleh klien saat dirumah. Untuk itu diperlukan kerjasama antar

anggota keluarga di rumah yang nantinya berperan dalam peningkatan

status kesehatan klien. Keluarga sebagai support system bagi pasien

diharapkan mampu meningkatkan keinginan klien dalam mempertahankan

kesehatannya.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan keperawatan yang dilakukan kepada klien yang

dilaksanakan pada tanggal 02 Juni 2022. Berdasarkan hasil intervensi

dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa :

1. Pengkajian pada kasus Ny. H berusia 55 tahun dengan diagnosa

medis hipertensi. Berdasarkan hasil pengkajian Ny.H mengalami

keadaan fisik lemas, kepala pusing, jantung berdebar, merasa mual,

TD : 196/110 mmHg, N : 111x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,8 o C

2. Diagnosa yang ditegakkan pada kasus ini adalah:

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan

irama jantung ditandai dengan palpitasi

b. Nausea berhubungan dengan peningkatan tekanan darah

ditandai dengan mual

c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit

ditandai dengan peningkatan tekanan darah

3. Setelah dilakukan intervensi inovasi terapi relaksasi genggam jari

kombinasi pijat effleurage dan terapi murottal dzikir asma’ul husna

didapatkan perubahan yang baik, yaitu hasil dari pencatatan

tekanan darah pada Ny. H menunjukkan hasil yang signifikan pada

tabel
No. Hari dan Tanggal Sebelum Sesudah

1. Kamis, 02 Juni 2022 196/110 mmHg 180/100 mmHg

MAP : 138 MAP : 126

Tabel. 5.1 Pencatatatn Hasil Pengukuran Tekanan Darah

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

a. Diharapkan dapat melakukan dan menerapkan intervensi

keperawatan relaksasi genggam jari kombinasi pijat effleurage

dan terapi murottal dzikir asma’ul husna pada pasien hipertensi

sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengontrol tekanan

darah pada klien.

b. Diharapkan dapat mengoptimalkan intervensi relaksasi

genggam jari kombinasi pijat effleurage dan terapi murottal

dzikir asma’ul husna dengan membuat SOP sehingga dapat

diterapkan di ruangan IGD maupun Bangsal Rumah Sakit.

2. Bagi Institusi Keperawatan

a. Diharapkan dapat mengembangkan intervensi keperawatan

dalam mengelola pasien dengan hipertensi khususnya relaksasi

genggam jari kombinasi pijat effleurage dan terapi murottal

dzikir asma’ul husna sebagai intervensi inovasi mandiri yang

dapat diterapkan

b. Diharapkan dapat mengadakan diskusi mengenai penerapan

tindakan keperawatan non farmakologi, sehingga mahasiswa


mampu meningkatkan cara berpikir kritis dalam menerapkan

intervensi mandiri yang sesuai dengan jurnal penelitian terbaru.

3. Bagi Perawat

Diharapkan lebih meningkatkan performa praktik

keperawatan mandiri yang dapat melengkapi terapi non

farmakologi relaksasi genggam jari kombinasi pijat effleurage dan

terapi murottal dzikir asma’ul husna dalam pengelolaan pasien

untuk mengontrol tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai referensi guna mendukung

penelitian lebih pada klien dengan hipertensi terhadap relaksasi

genggam jari kombinasi pijat effleurage dan terapi murottal dzikir

asma’ul husna. Penelitian ini juga memiliki beberapa kelemahan,

yaitu kurangnya waktu dalam melakukan intervensi. Sehingga

peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan intervensi serupa

dengan jangka waktu yang lebih lama.


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1

Biodata Peneliti

A. Data Pribadi

Nama : Nuryani

Tempat, tanggal lahir : Tarakan, 16 Juni 1999

Alamat Asal : Jl. Swadaya RT. 13 NO. 05 Malinau Kota

Alamat di Samarinda : Jl. Ks. Tubun Gg. Wiratirta RT.14 No.12

Samarinda

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

Tamat SD tahun : 2011 di SD Negeri 002 Malinau Kota

Tamat SMP : 2014 di SMP Negeri 1 Malinau Kota

Tamat SLTA : 2017 di SMA Negeri 1 Malinau

Tamat S1 : 2021 di Universitas Muhammadiyah -

Kalimantan Timur

Pendidikan non formal :-

Anda mungkin juga menyukai