TESIS
Oleh:
dr. Liani Rizky Hikmayanty
NIM :167041021
Pembimbing I:
dr. Qadri Fauzi Tanjung, Sp.An, KAKV
Pembimbing II:
dr. Cut Meliza Zainumi, M.Ked(An), Sp.An
Judul Tesis:
TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG MENJALANI OPERASI ELEKTIF
DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE FOR ANXIETY (VAS-A)
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Qadri Fauzi Tanjung, Sp.An, KAKV dr. Cut Meliza Zainumi, Mked (An) Sp.An
NIP. 1971111 200112 1002 NIP. 19830420 200801 2009
Dr.dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph), SpM(K) Dr.dr Aldy Safruddin Rambe Sp.S(K)
NIP. 197604172005012002 NIP. 196605241992031002
Penguji I Penguji II
Prof. dr. Achsanuddin Hanafie, Sp. An, KIC, KAO dr. Yutu Solihat, Sp.An, KAKV
NIP. 19520826 198102 1001 NIP. 19580811 198711 1001
Penguji III
Mengetahui,
dr. Akhyar H. Nasution, Sp. An, KAKV Prof. dr. Achsanuddin Hanafie, Sp. An, KIC, KAO
NIP. 19600701 198702 1 002 NIP. 19520826 198102 1 001
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan segala kerendahan hati dengan
memanjatkan puji syukur serta doa saya sampaikan kehadirat ALLAH SWT
karena berkat rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kepada saya akal,
hikmat dan pemikiran sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini, yang saya
persembahkan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Magister dalam bidang Ilmu Anestesiologi dan Terapi Intensif di Fakultas
kedokteran Universitas Sumatera Utara yang saya cintai dan banggakan.
Saya sangat menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun penyampaian bahasa. Meskipun demikian,
saya berharap dan besar keinginan saya agar kiranya tulisan ini dapat memberi
manfaat dan menambah khasanah serta perbendaharaan dalam penelitian di
bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara/ RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya tentang
“ TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG MENJALANI OPERASI
ELEKTIF DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE ANXIETAS ( VAS
A ) DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK MEDAN “
Dengan berakhirnya penulisan tesis ini, maka pada kesempatan ini pula,
ijinkan saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan
setinggi – tingginya kepada yang terhormat: dr. Qadri F. Tanjung SpAn, KAKV
dan dr. Cut Meliza, M.Ked (An), SpAn Atas kesediaannya sebagai pembimbing
penelitian saya ini walaupun di tengah kesibukannya masih dapat meluangkan
waktu dan dengan penuh perhatian serta kesabaran, memberikan bimbingan, saran
dan pengarahan yang sangat bermanfaat kepada saya dalam menyelesaikan tulisan
ini.
Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah saya menyampaikan
penghargaan dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung
Sitepu, SH., M.Hum, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dr.
dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K) atas kesempatan yang telah diberikan kepada
ii
Universitas Sumatera Utara
saya untuk mengikuti program Magister Kedokteran Klinik di bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Yang terhormat Kepala Departemen/ SMF Anestesiologi dan Terapi
Intensif FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan, Dr. dr. Akhyar H. Nasution,
SpAn, KAKV, Prof. dr. Achsanuddin Hanafie, SpAn. KIC. KAO sebagai Ketua
Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, terima kasih saya persembahkan
oleh karena telah memberikan izin, kesempatan, ilmu dan pengajarannya kepada
saya dalam mengikuti program Magister Kedokteran Klinik di bidang
Anestesiologi dan Terapi Intensif hingga selesai.
Yang terhormat guru – guru saya di jajaran Departemen Anestesiologi dan
Terapi Intensif FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan : Prof. dr. Achsanuddin
Hanafie, SpAn. KIC. KAO; dr. Hasanul Arifin SpAn. KAP. KIC; Dr. dr.
Nazaruddin Umar, SpAn. KNA; Dr. dr. Akhyar H. Nasution, SpAn. KAKV; dr.
Asmin Lubis, DAF, SpAn. KAP.KMN; dr. Ade Veronica HY, SpAn. KIC; dr.
Yutu Solihat, SpAn. KAKV; dr. Soejat Harto, SpAn. KAP; Dr. dr. Dadik W.
Wijaya, SpAn; dr. M. Ihsan, SpAn. KMN; dr Qodri F. Tanjung , SpAn. KAKV;
dr. Rommy F Nadeak, SpAn, KIC; dr. Rr. Shinta Irina, SpAn, KNA ; dr. Raka Jati
P. M.Ked (An) SpAn,; dr. Bastian Lubis M.Ked (An) SpAn, KIC; dr. Wulan
Fadine M.Ked (An) SpAn; dr. A. Yafiz Hasbi M.Ked (An) SpAn dan dr. Tasrif
Hamdi M.Ked (An) SpAn, saya ucapkan terima kasih atas segala ilmu,
keterampilan dan bimbingannya selama ini dalam bidang ilmu pengetahuan di
bidang Anestesiologi dan Terapi Intensif sehingga semakin menumbuhkan rasa
percaya diri dan tanggung jawab saya terhadap pasien serta pengajaran dalam
bidang keahlian maupun pengetahuan umum lainnya yang kiranya sangat
bermanfaat bagi saya di kemudian hari. Kiranya Allah SWT memberkati guru –
guru saya tercinta.
Sembah sujud dan rasa syukur saya persembahkan kepada orang tua
tercinta, ayahanda : Lilik Prianto, S.Pd dan ibunda : Nurhariani, S.Pd saya
sampaikan rasa hormat dan terima kasih saya yang tak terhingga serta
penghargaan yang setinggi – tingginya atas doa dan perjuangannya yang tiada
henti serta dengan siraman kasih sayang yang luar biasa yang telah diberikan
iii
Universitas Sumatera Utara
kepada saya, semenjak saya masih dalam kandungan, dilahirkan, dibesarkan dan
memberikan asuhan, bimbingan, pendidikan serta suri tauladan yang baik kepada
saya sehingga saya dapat menjadi pribadi yang dewasa, berakhlak dan memiliki
landasan yang kokoh dalam menghadapi masalah kehidupan ini sehingga saya
dapat menjadi anak yang berbakti kepada orang tua dan berguna bagi masyarakat,
bangsa dan negara. Dengan memanjatkan doa kehadirat Allah SWT ampunilah
dosa kedua orang tua saya serta sayangilah mereka sebagaimana mereka
menyayangi saya sewaktu kecil. Terima kasih juga saya tunjukkan kepada adik-
adik saya : Ade Liany Putri S.Pd dan M. Said Rinaldy, ST yang telah
memberikan dorongan semangat selama saya menjalani pendidikan ini.
Yang tercinta teman – teman sejawat peserta pendidikan keahlian
Anestesiologi dan Terapi Intensif khususnya . dr. Mirza, dr. Arie Budi, dr. Lysa,
dr. Okky, dr. Gibson, dr. Sutan, dr. Alland, dr. Christian, dr. Andi, dr. Agus, dr
Riza, dr. Edwin Saragih, SpBS dan dr. Dhyka M.Ked (Surg) yang telah bersama
sama baik duka maupun suka, saling membantu sehingga terjalin rasa
persaudaraan yang erat dengan harapan teman – teman lebih giat lagi sehingga
dapat menyelesaikan studi ini. Semoga Allah SWT selalu memberkahi kita semua.
Kepada seluruh teman – teman, rekan – rekan dan kerabat, keluarga besar,
pasien – pasien yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang
senantiasa memberikan peran serta, dukungan moril dan materil kepada saya
selama menjalani pendidikan, dari lubuk hati saya yang terdalam saya ucapkan
banyak terima kasih.
Semoga segala bimbingan, bantuan, dorongan, petunjuk, arahan dan kerja
sama yang diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan, kiranya mendapat
berkah serta balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
iv
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
v
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
ABSTRAK ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
1.4.1 Manfaat Bagi Klinisi dan Praktisi Kesehatan ........................ 6
1.4.2 Manfaat bagi manajemen rumah sakit ................................... 6
1.4.3 Manfaaat Bagi Peneliti ......................................................... 7
1.4.4 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan......................................... 7
vii
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kuesioner Kesehatan Pasien-9 ...................................................... 26
2.5 Instrumen VAS-A ........................................................................ 29
2.6 Kerangka Teori ............................................................................ 33
2.7 Kerangka Konsep ......................................................................... 34
viii
Universitas Sumatera Utara
4.1.6 Hubungan tingkat kecemasan yang dinilai dengan VAS A
dengan jenis operasi ............................................................. 47
4.2 Pembahasan................................................................................... 48
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 51
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 51
5.2 Saran ............................................................................................. 51
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar Prosedur Operasional Perawatan Pre Operatif.......................... 19
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Fisik menurut ASA .................................................. 22
Tabel 2.3 Kuesioner Patient Health Questtionaire-9 (PHQ-9) .............................. 27
Tabel 2.4 Interpretasi derajat depresi menurut PHQ-9 .......................................... 28
Tabel 4.1 Karakteristik Sampel............................................................................ 42
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori VAS-A ................................. 44
Tabel 4.3 Hubungan tingkat kecemasan yang dinilai dengan VAS A dengan jenis
kelamin ............................................................................................... 45
Tabel 4.4 Hubungan tingkat kecemasan yang dinilai dengan VAS A dengan ASA 46
Tabel 4.5 Hubungan tingkat kecemasan yang dinilai dengan VAS A dengan jenis
anestesi ................................................................................................ 46
Tabel 4.6 Hubungan tingkat kecemasan yang dinilai dengan VAS A dengan jenis
operasi ................................................................................................. 47
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Patofisiologi Ansietas ................................................................... 15
Gambar 2.2 Instrumen VAS-A (Williams, 2010).............................................. 30
Gambar 2.3 Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen VAS-A dibandingkan
dengan instrumen kecemasan standar STAI (Facco, 2013) ............ 31
Gambar 2.4 Hasil uji sensitivitas dan spesifisitas instrumen VAS-A pada kurva
ROC ............................................................................................. 32
Gambar 2.5 Kerangka Teori ............................................................................. 33
Gambar 2.6 Kerangka Konsep ......................................................................... 34
Gambar 3.1 Alur Penelitian.............................................................................. 39
Gambar 3.2 Instrumen Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A) .................... 41
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Curriculum Vitae ............................................................................. 55
Lampiran 2. Jadwal Tahapan Penelitian ............................................................... 56
Lampiran 3. Lembar Observasi Pasien ................................................................. 57
Lampiran 4. Lembar Penjelasan Mengenai Penelitian .......................................... 58
Lampiran 5. Formulir Inform Consent ................................................................. 60
Lampiran 6. Anggaran Penelitian......................................................................... 65
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
8
Universitas Sumatera Utara
9
mempunyai akses lebih besar pula untuk mendapatkan informasi (Depkes RI,
2003).
Aryani (2009) menyebutkan bahwa pasien preoperatif pada pembedahan
mayor mengalami tingkat kecemasan sedang, meskipun jenis operasinya berbeda.
Hal ini dikarenakan tindakan pembedahan merupakan salah satu faktor eksternal
yang akan mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang (Stuart & Sudeen, 1998).
Bila kecemasan pada pasien pre operasi tidak segera diatasi maka dapat
menyebabkan terjadinya penundaan operasi dan mengganggu proses
penyembuhan. Hal ini dikarenakan manifestasi klinis dari respon fisiologis cemas
menyebabkan tidak normalnya fungsi fisiologis organ-organ tubuh seperti sistem
kardiovaskular, sistem pernafasan, sistem gastrointestinal, sistem neuromuskular,
sistem urogenitalia, sistem endokrin, dan lain-lain (Dadang Hawari, 2008).
Penurunan atau pengurangan tingkat kecemasan sebenarnya tergantung
pada pasien yang akan menjalani operasi. Bila pasien mampu mengontrol dan
mengendalikan persepsinya terhadap operasi yang akan dijalani, maka dapat
memberikan ketenangan tersendiri. Ketenangan juga bisa didapatkan dari tingkat
kecerdasan spiritual atau sering disebut sebagai kecerdasan spiritual. Kecerdasan
spiritual merupakan kapasitas dari otak manusia yang memberi kemampuan dasar
untuk membentuk makna, nilai, dan keyakinan. Keyakinan tersebut yang akan
membentuk pikiran bawah sadar yang selanjutnya akan menimbulkan energi
yang dapat meningkatkan ketenangan dalam menghadapi sesuatu (Ary Ginanjar
Agustin, 2006).
Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah
terhadap setiap perilaku dan kegiatan. Terdapat hubungan yang kuat antara
kecemasan dengan kecerdasan spiritual pada diri seseorang. Adanya hubungan
antara tingkat kecerdasan spiritual dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti usia, latar belakang pendidikan, dan faktor
lingkungan dari seseorang itu sendiri. Dengan mempunyai umur yang cukup dan
matang, kemampuan seseorang untuk berfikir akan sesuatu hal akan semakin
matang pula. Demikian pula dengan latar belakang pendidikan. Dengan
mempunyai pendidikan yang cukup maka seseorang akan mampu untuk bertindak
lebih positif dalam menghadapi suatu permasalahan dibandingkan dengan
seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih rendah. Hal ini
dikarenakan lembaga pendidikan mampu memberikan suatu pengaruh dalam
pembentukan sikap seseorang. Dengan mempunyai usia yang cukup matang dan
latar belakang pendidikan yang cukup maka secara tidak langsung akan
menjadikan seseorang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi. Hal ini
dikarenakan dengan mempunyai usia dan pendidikan yang cukup menjadikan
seseorang akan termotivasi untuk mendapatkan informasi yang lebih
dibandingkan dengan seseorang dengan usia yang belum cukup umur dan tidak
mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup pula. Dengan mendapatkan
informasi yang cukup, maka mampu menjadikan dan membentuk kepribadian
seseorang menuju manusia yang seutuhnya. Pasien yang mempunyai keimanan/
kecerdasan spiritual yang baik, cenderung lebih berhasil dalam menjalani proses
operasi dibandingkan dengan pasien yang mempunyai kecerdasaan spiritual yang
kurang. Meskipun terjadi kecemasan dalam diri, namun kecemasan yang muncul
dapat ditekan dengan adanya kepercayaan yang tinggi terhadap keagungan dan
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
b. Teori Perilaku
Teori-teori perilaku atau belajar dari kecemasan mendalilkan bahwa
kecemasan merupakan respon terkondisi terhadap rangsangan lingkungan
tertentu.
c. Teori Eksistensial
Konsep utama teori eksistensial adalah bahwa orang-orang
mengalami perasaan hidup di alam semesta tanpa tujuan. Kecemasan
merupakan respon mereka terhadap kekosongan yang dirasakan dalam
keberadaan dan makna.
2. Teori Biologis
a. Peranan Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom dari beberapa pasien dengan gangguan
kecemasan, terutama mereka dengan gangguan panik, menunjukkan nada
simpatik meningkat, beradaptasi perlahan terhadap rangsangan berulang,
dan merespon berlebihan terhadap rangsangan moderat.
b. Neurotransmitter
Terdapat tiga neurotransmitter utama yang terkait dengan
kecemasan pada basis studi hewan dan respons terhadap terapi obat, yaitu
norepinefrin (NE), serotonin, dan gamma-aminobutyric acid (GABA).
Ø Norepinefrin
Teori umum tentang peran norepinefrin pada gangguan kecemasan
adalah bahwa pasien yang terkena mungkin memiliki sistem noradrenergik
yang kurang baik yang ditandai dengan adanya aktivitas lonjakan kadar
norepinefrin sewaktu waktu (surge). Gejala kronis pasien dengan gangguan
cemas, seperti serangan panik, kesulitan untuk tidur, mengejutkan, dan
autonomic hyperarousal, adalah karakteristik noradrenergik yang
meningkat.
Ø Serotonin
Beberapa laporan menunjukkan bahwa metachloro-phenylpiperazine
(MCPP), yaitu suatu obat obat serotonergik, dan fenfluramine (Pondimin),
mampu menyebabkan pelepasan serotonin, yang terbukti menimbulkan
peningkatan kecemasan pada pasien dengan gangguan kecemasan.
Ø GABA
Dari beberapa studi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
beberapa pasien dengan gangguan kecemasan memiliki fungsi abnormal
reseptor GABA mereka, meskipun hipotesa ini masih membutuhkan
penjelasan lebih lanjut.
Sebuah peran dari GABA pada gangguan cemas adalah sebagian besar
didukung oleh keefektifan dari benzodiazepine, yang meningkatkan
aktivitas dari GABA pada reseptor GABA tipe A (GABA-A), dalam
penanganan dari beberapa bentuk gangguan cemas. Walaupun
benzodiazepine potensi-rendah adalah paling efektif untuk gejala gangguan
cemas pada umumnya, potensi-tinggi benzodiazepine, seperti alprazolam
(Xanax), dan clonazepam efektif dalam penanganan gangguan panik.
Penelitian membuktikan bahwa susunan saraf otonom memperlihatkan
gejala gangguan cemas yang diinduksi ketika satu benzodiazepine invers
agonist, asam β -carboline-3-carboxylic (BCCE) diberikan. BCCE juga
dapat menyebabkan anxietas. Antagonis benzodiazepin, flumazenil
(Romazicon), menyebabkan serangan panik yang sering pada pasien dengan
gangguan panik. Data ini memberikan hipotesa bahwa beberapa pasien
dengan gangguan cemas mempunyai fungsi abnormal dari reseptor GABA-
A mereka, walaupun hubungan ini sudah tidak diperlihatkan secara
langsung (Saddock, 2010).
c. Konsep Neuroanatomi
Lokus seruleus dan proyek inti raphe terutama ke sistem limbik dan
korteks serebral. Dalam kombinasi dengan data dari studi pencitraan otak,
daerah ini telah menjadi fokus dari banyak hipotesa tentang pembentukan
substrat neuroanatomi dari gangguan kecemasan. Dua bidang sistem limbik
telah menerima perhatian khusus dalam literatur: peningkatan aktivitas di
jalur septohippocampal, yang dapat menyebabkan kecemasan.
Korteks serebral frontal terhubung dengan wilayah
parahippocampal, cingulate gyrus, dan hipotalamus dan, dengan demikian,
mungkin terlibat dalam produksi gangguan kecemasan. Korteks temporal
juga telah terlibat sebagai situs patofisiologi pada gangguan kecemasan.
d. Peranan Genetik
Penelitian genetik telah menghasilkan bukti kuat bahwa setidaknya
beberapa komponen genetik berkontribusi terhadap perkembangan
gangguan kecemasan. Faktor herediter telah diakui sebagai faktor
predisposisi dalam pengembangan gangguan kecemasan. Hampir setengah
dari semua pasien dengan gangguan panik memiliki setidaknya satu kerabat
yang terkena dampak.
bertanya sesuatu sering kali berulang-ulang, jika sedang emosi sering bertindak
histeris (NIMH, 2015).
Kecemasan dianggap sebagai respon normal ketika kecemasan itu
disebabkan oleh adanya ancaman yang diketahui. Apabila individu mampu
mengatasi ancaman atau sumber tekanan (stresor) ini, maka kecemasan akan
hilang.
Anxietas adalah bagian dari suatu mekanisme yang dikembangkan untuk
menghadapi situasi yang tidak sesuai. Respons anxietas dapat diartikan sebagai
bagian dari sistem alarm otak yang menyala pada saat merasakan bahaya.
Karakteristik dari respons termasuk penghindaran, kewaspadaan yang berlebih,
dan peningkatan arousal yang ditujukan untuk menghindari bahaya. Tetapi pada
beberapa individu, mekanisme ini terlalu aktif. Alarm menyala terlalu sering,
tidak dapat dihentikan meskipun keadaan aman.
Pengalaman anxietas memiliki dua komponen: kesadaran adanya sensasi
fisiologis, (seperti palpitasi dan berkeringat) dan kesadaran sedang gugup atau
ketakutan. Perasaan malu mungkin memperberat anxietas. Disamping efek
motorik dan visceral, anxietas juga mempengaruhi berpikir, persepsi dan belajar.
Anxietas cenderung menghasilkan kebingungan dan distorsi dari persepsi, tidak
hanya dari waktu dan ruang tetapi juga pada orang dan arti peristiwa. Distorsi
tersebut dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan
perhatian, menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan untuk
menghubungkan satu hal dengan hal yang lain, untuk membuat suatu hubungan.
Pada anxietas terjadi mekanisme sebagaimana terjadi pada stres. Terjadi
pengaktifan sistem saraf simpatis dan aktivasi hipotalamus-hipofisis-adrenal. Bila
sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang
bersamaan, maka dengan berbagai cara, keadaan ini akan meningkatkan
kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar, di antaranya
dengan cara (Saddock, 2010):
1. Peningkatan tekanan arteri.
2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan dengan
penurunan aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastrointestinalis dan
ginjal, yang tidakdiperlukan untuk aktivitas motorik cepat.
2.2 Premedikasi
Dua tujuan umum premedikasi diusulkan oleh Beecher tahun 1955 adalah
sebagai berikut:
1. Menenangkan pasien sebelum menjalani operasi dengan ahli bedah dan
2. Untuk mengurangi bahaya yang ditimbulkan oleh anestesi dan
pembedahan.
Atropin pernah digunakan sebelumnya anestesi untuk mencegah "inhibisi
vagal" dan mengurangi sekresi yang diinduksi oleh kloroform atau eter.
Morfin juga sudah digunakan untuk mengurangi iritabilitas refleks pasien
dan mengurangi kebutuhan eter. Seiring dengan hadirnya halogen dan
anestesi intravena maka secara dramatis memperpendek waktu induksi
anestesi, tujuan utama premedikasi tidak lagi mencegah atau mengurangi
gerakan radikal dan sekresi pasien, tetapi untuk menghilangkan ketakutan
pasien dan mengurangi kegelisahan pasien.
Tujuan lain dari premedikasi anestesi, seperti yang ditemukan dalam
literatur, adalah untuk:
a. Mencegah rasa sakit pasca operasi,
b. Profilaksis efektif terhadap ponv,
c. Menurunkan kejadian perioperative shivering,
d. Menurunkan pruritus pasca operasi,
e. Menurunkan sekresi lambung,
f. Mencegah reaksi alergi,
g. Menekan respon refleks terhadap rangsangan pembedahan, dan
h. Mengurangi kebutuhan anestesi untuk prosedur pembedahan.
dioperasi
• Pemeriksaan penunjang laboratorium, foto roentgen,
ECG, USG dan lain-lain.
• Persetujuan Operasi / Informed Consent
• Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia.
Persetujuan bisa didapat dari keluarga dekat yaitu
suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga
terdekat.
• Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai
wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat
izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah
dilakukan berbagai usaha untuk mendapat kontak
dengan anggota keluarga pada sisa waktu yang masih
mungkin
• Diberikan antibiotik perioperatif sesuai petunjuk
dokter
b. Persiapan mental
• Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi
serta resiko yang harus dihadapi dalam menjalani
operasi ini.
• Lakukan Informed Consent sesuai prosedur.
• Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik
agar tegar menghadapi tindakan operasi yang akna
dijalaninya.
• Pasien diminta untuk berdoa menurut keyakinannya
masing-masing.
• Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan
mendukung secara moril.
Unit Terkait 1. Unit Rekam Medik
2. Bidang Perawatan
3. Kelompok Kerja Fungsional Keperawatan
• Langkah 4
Ada dua komponen dari PHQ-9 yaitu menilai gejala dan gangguan
fungsional untuk membuat depresi tentative diagnostik dan mendapatkan skor
keparahan untuk membantu memilih dan mamantau pengobatan. PHQ-9
didasarkan langsung pada kriteria diagnostic gangguan depresi dalam Diagnostic
dan Statistic Manual Fourth Edition (DSM-IV) (Kroenke K dan Spitzer, 2001)
Kuesioner ini telah dibentuk untuk menaksir mood pasien. Pertanyaan yang
ditanya adalah: seberapa sering anda terganggu oleh masalah-masalah berikut
(Kroenke dan Spitzer, 2001):
Tabel 2.4 Interpretasi derajat depresi menurut PHQ-9 (Kroenke K dan Spitzer,
2001)
SKOR INTERPRETASI
0-4 Depresi minimal / normal
5-9 Depresi ringan
10-14 Depresi sedang
15-20 Depresi sedang berat
20-27 Depresi Berat
akan menjalani tindakan atau prosedur terkait gigi pada tahun 1988. Beberapa
penelitian juga menilai keandalan instrumen ini dalam menilai kecemasan pra
operasi dalam kondisi terkait bedah lainnya, dan dinilai sebanding akurasinya
dengan kuesioner STAI.
Instrumen VAS-A berupa garis lurus dengan panjang 10 cm yang ditandai
dengan dua ujung. Berikut adalah bentuk instrumen VAS-A:
Gambar 2.3 Hasil uji validitas dan reliabilitas instrumen VAS-A dibandingkan
dengan instrumen kecemasan standard STAI (Facco, 2013)
dibandingkan uji baku emas yaitu STAI (Facco, 2013), sebagaimana terlihat pada
gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4 Hasil uji sensitivitas dan spesifisitas instrumen VAS-A pada kurva
ROC
Kurangnya Informasi
Faktor Tingkat
Sharing pengalaman
Pendidikan
dari rekan pasien
Persepsi Pasien
Usia
PS-ASA
Jenis Kelamin
Tingkat Anxietas
(Skor VAS-A)
Teknik Anestesi
Jenis Operasi
Keterangan :
: Variabel independen
: Variabel dependen
: Mempengaruhi
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi, tetapi
tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi
1. Pasien yang akan menjalani pembedahan elektif yang bersedia
menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan
2. Berusia 19-65 tahun
3. Pasien dengan PS ASA 1 dan 2.
4. Pasien dengan PHQ9 < 5
b. Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang memiliki kelainan psikiatrik berupa gangguan cemas
menyeluruh sebelum direncanakan tindakan operasi
35
Universitas Sumatera Utara
36
dimana:
N = besar sampel minimum
Zα = nilai distribusi normal baku menurut tabel Z dua arah
pada α 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) sebesar 1,96
Zβ = nilai distribusi normal baku menurut tabel Z pada β 0,2
sebesar 0,84
S = simpangan baku selisih nilai VAS-A berdasarkan studi
terdahulu, yaitu 1.21 (Jadin, 2017)
x1 – x2 = besarnya perbedaan rerata yang dianggap signifikan
berdasarkan penelitian terdahulu dan pertimbangan klinis
sebesar 0.4
n = 71.74 orang
Besar sampel minimal yang diperlukan digenapkan menjadi 72 orang.
Populasi
Kriteria Kriteria
Inklusi Eksklusi
Sampel
Edukasi &
Informed Consent
Pengukuran VAS-A
Hasil
Analisis
Cemas luar
Tidak cemas
biasa
sama sekali
4.1 Hasil
4.1.1 Karakteristik Sampel
Subjek penelitian diambil dari bulan Desember 2019. Pada penelitian ini
didapatkan 72 subjek dari pasien-pasien yang menjalani tindakan pembedahan
elektif di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pasien menjalani pembedahan di
beberapa departemen yaitu bedah digestif, bedah orthopedi, obgyn , bedah saraf.
Pasien dilakukan pembiusan general dan regional. Seluruh subjek penelitian
dilakukan penilaian skor VAS-A di unit rawat jalan sebelum pasien dilakukan
tindakan pembiusan satu hari sebelum tindakan anestesi.
42
Universitas Sumatera Utara
43
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rerata usia subjek penelitian adalah 45,81 ±
13,8 tahun. Pasien paling banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 orang
(54,2%) dan laki-laki sebanyak 33 orang (45,8%). Dari 72 subjek penelitian,
sebanyak 46 subjek (63,9%) menjalani tindakan pembiusan general dan 26 orang
(36,1%) menjalani pembiusan regional. Pasien pada penelitian ini didapatkan
jenis operasi terbanyak ortopedi 26 subjek (36,1%). Pada penilaian skor ASA,
didapati 18 subjek (25%) dengan ASA I dan 54 subjek (75%) dengan ASA II.
Pada penelitian ini didapatkan nilai rerata VAS-A pada 72 pasien sebesar
4,14±1,9.
Keseluruhan 29 36 7
Usia
Dewasa Muda 4 5 1
Dewasa Awal 11 6 5
Dewasa Pertengahan 14 25 1
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 14 4
Perempuan 14 22 3
Suku
Batak 13 12 3
Jawa 3 9 1
Karo 7 5 0
Melayu 3 4 2
Aceh 1 6 1
Padang 2 0 0
Agama
Islam 15 24 4
Protestan 13 11 3
Katolik 1 1 0
PS-ASA
ASA I 7 9 2
ASA II 22 27 5
Jenis Anestesi
Umum 17 21 4
Regional 12 15 3
Jenis Operasi
Orhopaedi 6 12 4
Digestive 3 12 2
Obgyn 6 10 1
Bedah Saraf 14 2 0
Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Kecemasan yang Dinilai dengan VAS A dengan
Jenis Kelamin
Jenis kelamin
VAS-A Dewasa Dewasa Dewasa Nilai p
Awal Muda Pertengahan
Ringan 4 (13,8%) 11 (37,9%) 14 (48,3%) 0,001
Sedang 5 (13,9%) 6 (16,7%) 25 (69,4%) 0,001
Berat 1 (14,3%) 5 (71,4%) 1 (14,3%) 0,014
Keterangan : p (perbandingan nilai VAS-A kelompok usia, Uji Friedman),
*Signifikan a<0,05
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kelompok usia dewasa awal memiliki
jumlah terbanyak pada kelompok VAS-A kategori sedang sebanyak 5 (13,9%),
kelompok usia dewasa muda memiliki jumlah terbanyak pada kelompok VAS-A
kategori ringan sebanyak 11 (37,9%), dan kelompok usia dewasa pertengahan
memiliki jumlah terbanyak pada kelompok VAS-A kategori sedang sebanyak 25
(69,4%). Berdasarkan uji statistik pada didapatkan bahwa terdapat perbedaan nilai
VAS A yang signifikan dengan nilai p=0,001 untuk nilai VAS-A ringan, nilai
p=0,001 untuk nilai VAS-A sedang, dan nilai p=0,014 untuk nilai VAS-A berat.
Tabel 4.4 Hubungan Tingkat Kecemasan yang Dinilai dengan VAS A dengan
Jenis Kelamin
Jenis kelamin
Variabel Nilai p
Laki-laki Perempuan
VAS A
Mean ± SD 3,79±1,8 5,77±1,2
0,001*
Median (Min-Maks) 4 (1-8) 5 (4-9)
Keterangan : p (perbandingan nilai VAS-A kelompok laki dan kelompok
perempuan, Uji Mann Whitney), *Signifikan a<0,05
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Kecemasan yang Dinilai dengan VAS A dengan
ASA
ASA
Variabel Nilai p
I II
VAS A
Mean ± SD 5,06±1,9 4,8 ±1,7 0,733
Median (Min-Maks) 5 (1-9) 5 (1-8)
Keterangan : p (perbandingan nilai VAS-A kelompok ASA I dan kelompok ASA
II, Uji Mann Whitney), *Signifikan a<0,05
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada kelompok ASA I memiliki nilai rerata
VAS A yang lebih tinggi (5,06±1,9) dibandingkan dengan kelompok ASA II
(3,79±1,8). Berdasarkan uji statistik pada didapatkan bahwa tidak terdapat
perbedaan nilai VAS A yang signifikan antara kelompok ASA I dan ASA II
dengan nilai p=0,733.
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Kecemasan yang Dinilai dengan VAS A dengan
Jenis Anestesi
Jenis anestesi
Variabel Nilai p
Anestesi umum Anestesi regional
VAS A 0,001*
Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Kecemasan yang Dinilai dengan VAS A dengan
Jenis Operasi
VAS
Variabel
Mean±SD
Ortopedi 5,27 ±1,77
Digestif 4,56 ±1,24
Obstetri ginekologi 4,35 ±1,57
Bedah saraf 1,73 ± 0,79
p 0,001*
Keterangan : p (perbandingan nilai VAS-A kelompok jenis operasi ortopedi,
digestif, obstetri ginekologi, dan bedah saraf, Uji Kruskal Wallis), *Signifikan
a<0,05
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada 72 pasien yang akan
menjalani operasi elektif. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan di Rumah Sakit
Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
nilai VAS pada pasien operasi elektif di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Pembedahan elektif atau darurat merupakan suatu peristiwa kompleks
yang menegangkan, karena selain pasien mengalami gangguan fisik, dapat juga
terjadi masalah psikologis. Salah satu reaksi emosional dari pasien yaitu
kecemasan yang hampir selalu muncul dalam proses pembedahan (Bedaso, 2019).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan, ketakutan atau kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan, tanpa disertai adanya gangguan dalam menilai
realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal. (NIMH, 2015). Kecemasan dianggap sebagai respon
normal ketika kecemasan itu disebabkan oleh adanya ancaman yang diketahui.
Apabila individu mampu mengatasi ancaman atau sumber tekanan (stresor) ini,
maka kecemasan akan hilang (Saddock, 2010).
Derajat kecemasan berbeda pada setiap individu. Hal tersebut berfluktuasi
seiring dengan perjalanan waktu, dimulai dari sebelum operasi dan bertahan
hingga periode akhir post operasi. Pasien berbeda akan bereaksi terhadap periode
preoperatif dengan cara yang berbeda. Beberapa menganggapnya sebagai
perasaan lega karena mereka akan memiliki kehidupan bebas penyakit. Yang lain
menganggapnya sebagai hal yang penuh tekanan dalam perjalanan hidupnya.
Mereka sudah dipenuhi ketidaknyamanan mereka atau memikirkan keberhasilan
pembedahan, perasaan yang kuat akan kegagalan yang dihubungkan dengan karir
dan masalah keluarga, status kesehatan fisik setelah operasi dan masalah selama
adaptasi untuk perubahan situasi setelah operasi (Sigdel, 2015).
Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A) telah diperkenalkan pada tahun
1976 dan digunakan pertama kali pada pasien yang akan menjalani tindakan atau
prosedur terkait gigi pada tahun 1988. Spielberger Trait Anxiety Inventory (STAI)
dan Beck Depression Inventory (BDI), instrumen VAS-A terbukti menunjukkan
angka korelasi yang signifikan. VAS-A memiliki korelasi yang signifikan dengan
STAI dengan nilai p<0.0001 dan koefisien korelasi berkisar 0.50. Hasil uji
sensitivitas dan spesifisitas instrumen VAS-A untuk mengukur kecemasan juga
telah terbukti sangat memuaskan. Nilai cut-off VAS-A sebesar 46 memberikan
tingkat sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas sebesar 61% jika dibandingkan
uji baku emas yaitu STAI (Facco, 2013).
Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan bahwa kelompok perempuan memiliki
nilai rerata VAS A yang lebih tinggi (5,77±1,2) dibandingkan dengan kelompok
laki-laki (3,79±1,8). Berdasarkan uji statistik didapatkan bahwa terdapat
perbedaan nilai VAS A yang signifikan antara kelompok laki-laki dan perempuan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mitchell pada tahun
2011. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa pasien dengan jenis kelamin wanita
lebih cemas dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pasien-pasien
wanita memiliki pengalaman cemas yang levelnya lebih tinggi dibandingkan
dengan pria (Mitchell, 2011). Penelitian lain oleh Mavridou et al. pada tahun 2013
juga menemukan hasil yang sama dengan penelitian ini. Penjelasan lain dari hasil
penelitian tersebut menyebutkan bahwa laki-laki tidak dapat menunjukkan
ekspresi kecemasan mereka dengan mudah dan mengakui kelemahan, dan
kerapuhan mereka (Mavridou et al., 2013).
Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan kelompok ASA I memiliki nilai rerata
VAS A yang lebih tinggi (5,06±1,9) dibandingkan dengan kelompok ASA II
(3,79±1,8) namun tidak terdapat perbedaan bermakna nilai VAS A antara
kelompok ASA I dan ASA II dengan nilai p=0,733. Hasil penelitian ini sejalan
dengan Myles (2017) bahwa nilai VAS tidak terkait dengan penilaian ASA pasien
dan paling banyak pasien yang menjalani operasi elektif paling banyak
dikategorikan sebagai ASA II.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kelompok general anestesi memiliki nilai
rerata VAS A yang lebih tinggi (5,52±1,69) dibandingkan dengan kelompok
regional anestesi (3,69±1,4) dan terdapat perbedaan nilai VAS A yang signifikan
antara kelompok general anestesi dan regional anestesi. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Açıkel et al (2017) bahwa nilai VAS memiliki hubungan dengan jenis
anestesi yang dilakukan pada pasien. Di sisi lain, penelitian Mitchell pada tahun
2011 juga menyebutkan bahwa pasien-pasien dengan general anesthesia memiliki
tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan anestesi
lokal. Hal ini disebabkan pasien yang akan menjalani prosedur general anestesia
mencari lebih banyak informasi yang berkaitan dengan pembiusan yang akan
dijalaninya dibandingkan dengan yang menggunakan anestesi regional.
5.1 Kesimpulan
1. Didapatkan sampel dengan VAS-A kategori ringan sejumlah 29 orang,
kategori sedang 37 orang, dan kategor berat 7 orang.
2. Nilai VAS-A dengan derajat kecemasan berat paling banyak dialami pada
kelompok dewasa muda.
3. Kelompok perempuan memiliki nilai rerata VAS A yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok laki-laki dan terdapat perbedaan nilai
VAS A yang signifikan antara kelompok laki-laki dan perempuan.
4. Kelompok ASA I memiliki nilai rerata VAS A yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok ASA II, namun tidak terdapat perbedaan
nilai VAS A yang signifikan antara kelompok ASA I dan ASA II.
5. Kelompok general anestesi memiliki nilai rerata VAS A yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok laki-laki dan terdapat perbedaan nilai
VAS A yang signifikan antara kelompok general anestesi dan regional
anestesi.
6. Kelompok ortopedi memiliki nilai rerata VAS A yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok jenis operasi yang lain dan terdapat
perbedaan nilai VAS A yang signifikan antara kelompok jenis operasi
ortopedi, digestif, obstetrik ginekologi dan bedah saraf.
5.2 Saran
1. Diharapkan agar kunjungan preoperatif dapat dilakukan dengan optimal,
untuk dapat mengurangi kecemasan pasien-pasien yang akan menjalani
operasi, mengingat masih tingginya tingkat kecemasan pasien yang
didapatkan pada penelitian ini.
2. Diharapkan dilakukan penelitian lain yang membandingkan VAS A
dengan alat ukur yang lain.
51
Universitas Sumatera Utara
52
DAFTAR PUSTAKA
649–659.
Williams, Valeria SL. Morlock, Robert J. Feltner, Douglas. 2010. Psychometric
evaluation of a visual analog scale for the assasment of anxiety. Health and
Quality of Life Outcomes. 8: 57
Woldegerima YB. Fitwi, GL. Yimer HT. 2018. Prevalence and factors associated
with preoperative anxiety among elective surgical patients at University of
Gondar Hospital, Ethiopia: A cross sectional study. International Journal of
Surgery Open. 10. 21 – 29
Zambouri, A., 2007. Preoperative evaluation and preparation for anesthesia and
surgery. Hippokratia 11, 13–21
Lampiran 1
CURRICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
1997 - 2003 : SD Swasta Sutomo 1 Medan
2003 - 2006 : SMP Swasta Sutomo 1 Medan
2006 - 2009 : SMA Swasta Sutomo 1 Medan
2009 - 2015 : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara
2016 - Sekarang : PPDS Anestesiologi dan Terapi Intensif FK- USU
Riwayat Pekerjaan
2015 – 2016 : Dokter Internsip
Lampiran 2
Lampiran 3
I. Identitas Pasien
Nama : No. RM :
Umur : tahun
Jenis Kelamin : laki-laki/ perempuan
Pekerjaan :
Alamat :
Suku /Agama :
Berat badan : kg
Tinggi badan : m
BMI : kg/m2
Diagnosis :
Tindakan :
PS ASA : I/ II
Jenis Anestesi :
Keadaan Pra-Operasi :
Tekanan Darah : mmHg
Denyut Jantung : x/i
Laju Nafas : x/i
Nilai VAS A :
Lampiran 4
Bapak/Ibu/Saudara/i Yth.
Saya, dr. Liani Rizky Hikmayanty saat ini sedang menjalani program
pendidikan dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif Fakultas Kedokteran
USU dan akan melaksanakan penelitian. Adapun penelitian saya berjudul:
TINGKAT KECEMASAN PASIEN YANG MENJALANI OPERASI
ELEKTIF DINILAI DENGAN VISUAL ANALOG SCALE FOR ANXIETY (VAS-
A) DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI ADAM MALIK MEDAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kunjungan preoperatif
terhadap tingkat kecemasan pasien yang menjalani operasi elektif dinilai dengan
Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A).
Keluarga Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian akan diambil sebagai
subjek/pelaku penelitian ini, berdasarkan kriteria yang sudah disepakati
sebelumnya. Bila anda setuju untuk diikutsertakan dalam penelitian ini, maka saya
sangat mengharapkan kerjasama yang baik dan berkenan untuk menandatangani
surat persetujuan ini. Namun apabila anda tidak bersedia, kami akan tetap
memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.
Untuk lebih jelasnya, saat turut serta sebagai sukarelawan pada penelitian
ini, keluarga Bapak/Ibu/Saudara/i akan menjalani prosedur penelitian sebagai
berikut:
1. Kepada pasien dijelaskan tentang rencana tujuan dari penelitian, rencana
tindak lanjut yang mungkin akan diambil, dan manfaat dari penelitian ini.
2. Setelah pasien setuju, maka pasien diwawancarai sesuai dengan kuesioner
PHQ-9 dan ditanyakan tentang penilaian skala nyeri sesuai dengan skor VAS-
A.
3. Kuesioner kemudian diberikan penomoran dan dilakukan tabulasi, untuk
selanjutnya dilakukan analisis data
Pada lazimnya, penelitian ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang
berbahaya bagi Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian. Akan tetapi, apabila terjadi hal-hal
subyek
14 Nama & alamat dr. Liani Rizky Hikmayanty
penelitian serta Komp. Pondok Surya, Jl. Kalpataru, Medan
nomor telepon 081374295113
yang bisa
dihubungi
------------------------------------------- -------------------------------------------
Tanda Tangan Subyek atau Cap jempol Tanggal
-------------------------------------------
Nama Subyek
------------------------------------------- -------------------------------------------
Tanda Tangan saksi/wali Tanggal
-------------------------------------------
Nama saksi/wali
Ket : Tanda Tangan saksi/wali diperlukan bila subyek tidak bisa baca tulis,
penurunan kesadaran, mengalami gangguan jiwa dan berusia dibawah 18
tahun.
Inisial subyek ….
Lampiran 6
ANGGARAN PENELITIAN