TERINTUBASI
TESIS
Peneliti :
NIM 188071501011002
MALANG
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
TESIS
Oleh :
dr. Resa Putra Adipurna
NIM. 188071501011002
dr. Buyung Hartiyo Laksono, Sp.An., KNA., FIP dr. Arie Zainul Fatoni, Sp.An., KIC
NIP. 198006202014101001 NIP. 198501232019031004
i
HALAMAN PENGESAHAN
TESIS
Oleh :
Penguji-I
dr. Buyung Hartiyo Laksono, Sp.An., KNA., FIP dr. Arie Zainul Fatoni, Sp.An., KIC
NIP. 198006202014101001 NIP. 198501232019031004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 188071501011002
Brawijaya
menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya. Apabila di kemudian
hari dapat dibuktikan bahwa Tesis ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia
iii
KETERANGAN ANTI PLAGIASI
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan
• Kedua orang tua saya, Bapak Drs. Sunaryo SH., MBA., dan Ibu Yani
Hartiningsih serta Bapak Mertua almarhum Chaerani dan Ibu Mertua Kartini
atas segala cinta, kasih sayang, doa, dukungan, semangat, dan kepercayaan
• Istriku tercinta dr. Kharina Febrianti yang senantiasa sabar menemani dan
• Kakak-kakakku tercinta dr. Cholid R. Riskianto SpOG. dan dr. Devi Putri
Brawijaya Malang.
• Direktur RSUD dr. Saiful Anwar Malang atas kesempatan dan kepercayaannya
v
• Dr. dr. Aswoco Andyk Asmoro, Sp.An., FIPM, selaku Guru, Penguji Tesis,
Ketua Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUB, serta Kepala
Instalasi Anestesi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang atas segala ilmu, bimbingan,
menempuh pendidikan.
• dr. Buyung Hartiyo Laksono SpAn., KNA., FIP, selaku Guru, Pembimbing I dan
• dr. Arie Zainul Fatoni, Sp.An., KIC, selaku Guru, Pembimbing II dan Penguji
• Seluruh Guru dan Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis
Malang, dr. Karmini Yupono Sp.An., KAP; dr. Djudjuk Rahmad Basuki Sp.An.,
KAKV., KAR; dr. Wiwi Jaya, Sp.An., KIC; dr. Isngadi M,Kes., SpAn., KAO; dr.
Ristiawan Muji Laksono, Sp.An., KMN., FIPP; dr. Ruddi Hartono, Sp.An., KAO.,
FCTA; dr. Taufiq Agus Siswagama, Sp.An., KMN; dr. Rudy Vitraludyono,
Sp.An., KAP; dr. Ahmad Feza F, Sp.An; dr. Ayu Yesi Agustina, Sp.An; dr. Eko
• Rekan – rekan residen satu angkatan dr. Arum, dr. Slamet, dr. Kuswiyono, dr.
Farlyzhar, dr. Vicky, dan dr. Nugroho, teman seperjuangan yang saling
vi
• Seluruh rekan – rekan residen Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUB atas
• Mbak Yanti, mas Redit, mbak Rinda, mbak Eno serta segenap staf SMF
IGD, Kamar Operasi, ICU dan semua bagian RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
• Seluruh pasien – pasien kami yang merupakan Guru terbaik. Terima kasih
banyak atas ilmu dan kesempatan belajar yang diberikan kepada kami.
• Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Tesis ini yang tidak
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
atas segala kesalahan yang kami perbuat baik sengaja maupun tidak disengaja
selama penulis menempuh pendidikan dan menyelesaikan tesis ini. Kami berharap
dengan segala keterbatasan, tesis ini dapat memberikan manfaat kepada banyak
pihak.
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................iii
KETERANGAN ANTI PLAGIASI ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv
x
2.3.5 Direct Intracuff Pressure Measurement Technique ....................... 14
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Intracuff .................................... 15
2.5 Posisi Kepala-Leher dan Tekanan Intracuff ......................................... 18
xi
DAFTAR SINGKATAN
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
dimasukkan melalui hidung atau mulut, dengan ujung distal berada di mid-
trachea, untuk menjaga jalan napas dalam keadaan paten. Secara umum ETT
terbagi menjadi 2 jenis, yaitu jenis kink dan non-kink. ETT jenis non-kink memliki
wire internal yang berbentuk sirkuler berfungsi untuk mencegah ETT tertekuk.
ETT jenis ini biasa dipergunakan untuk operasi pada area kepala leher dan
posisi operasi yang rawan mengakibatkan tertekuknya ETT. Standar ETT yang
digunakan adalah berbahan plastik, sekali pakai, dan memiliki cuff (Butterworth
et al., 2018).
pilot balloon, inflating tube, cuff, murphy eye, beveled tip dan konektor ETT
menuju sirkuit. Salah satu bagian penting dari ETT adalah cuff. Cuff adalah
balon yang dapat dikembangkan di ujung distal dari ETT. Bagian ini berfungsi
sebagai segel pada dinding trakea sehingga mampu mencegah isi lambung
1
Ada dua jenis cuff ETT yang tersedia, yaitu cuff dengan tekanan tinggi
(volume rendah) dan tekanan rendah (volume tinggi). Cuff tekanan tinggi dapat
mengakibatkan iskemia pada mukosa trakea dan kurang cocok untuk operasi
spontan, dan insersi yang sulit. Meskipun demikian, karena insiden kerusakan
mukosa yang lebih rendah, ETT dengan cuff tekanan rendah umumnya
2017).
harus diisi dengan volume minimum di mana tidak ada kebocoran udara pada
hingga 30 cmH2O (Lee et al., 2019). Tekanan cuff yang berlebihan dapat
nilai ideal mengakibatkan kebocoran aliran udara pada ventilasi tekanan positif
dan aspirasi. Oleh karena itu, tekanan cuff diluar rentang nilai ideal (< 20 cmH2O
leher lateral rotasi agar visualisasi lapangan operasi lebih baik (Tailleur et al.,
posisi kepala dan leher menyebabkan migrasi tube dan terjadi perubahan
bentuk struktur anatomi yang berdekatan (Kim S., 2018; Kumar et al., 2020;
Kim, H. J. et al., 2021). Kim et al. (2021) mengamati adanya pergeseran ujung
2
mengakibatkan peningkatan tekanan intracuff dari ETT meningkat lebih banyak
dengan lateral rotasi kepala-leher ke arah sisi yang sama dari fiksasi tube
tekanan intracuff yang terjadi pada saat perubahan posisi kepala-leher lateral
cuff lebih dari 25-30 cmH2O dapat menyebabkan cedera mukosa trakea,
disfungsi pita suara akibat parese saraf laring, dan nyeri tenggorokan (Sultan et
antara posisi kepala-leher netral dan posisi kepala leher lateral rotasi pada
posisi kepala-leher netral dan posisi kepala leher lateral rotasi pada pasien
terintubasi?”
leher netral dan posisi kepala-leher lateral rotasi pada pasien yang telah
terintubasi.
3
1.3.2 Tujuan Khusus
netral.
lateral rotasi.
dicegah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Intubasi trakea adalah baku standar emas untuk manajemen jalan napas.
napas yang lebih tinggi dibandingkan dengan masker wajah atau Supraglottic
Airway Device (SGA). ETT standar yang modern adalah tube yang terbuat dari
plastik sekali pakai (disposable), single-use, tipe cuffed, yang dirancang untuk
dimasukkan melalui hidung atau mulut dan diletakkan dengan ujung distal di
tengah trakea, memberikan jalan napas paten untuk memungkinkan ventilasi paru-
Berbagai jenis ETT yang berbeda tersedia untuk digunakan dalam situasi
yang berbeda, cuff bervolume tinggi dan bertekanan rendah, ujung lengkung
(beveled tip) untuk memfasilitasi perjalanan melalui pita suara; dan lubang
tambahan distal di dinding samping ETT yang dikenal sebagai Murphy Eye, yang
berfungsi untuk menyediakan portal tambahan untuk ventilasi jika ujung distal
lumen tersumbat oleh jaringan lunak atau sekret (Butterworth et al., 2018; Miller et
al., 2020).
ETT dengan cuff secara rutin digunakan untuk intubasi trakea pada
sebagian besar pasien. ETT tanpa cuff digunakan pada neonatus dan bayi. Cuff
5
bervolume tinggi dan bertekanan rendah dipompa dengan udara untuk
memberikan segel pada dinding trakea untuk melindungi paru-paru dari aspirasi
paru dan untuk memastikan bahwa volume tidal yang diberikan mengalirkan udara
ke paru-paru daripada keluar ke saluran napas bagian atas (Miller et al., 2020).
pengembangan cuff dan penilaian tekanan cuff. Cuff harus dipompa ke volume
minimum di mana tidak ada kebocoran udara saat inspirasi tekanan positif.
disfungsi pita suara akibat kelumpuhan saraf laring berulang, dan nyeri
Ketika N2O digunakan sebagai bagian dari anestesi, tekanan cuff harus diukur
secara berkala selama operasi. Difusi N2O ke dalam cuff dapat mengakibatkan
2019).
6
Ukuran ETT biasanya dijelaskan berdasarkan Internal Diameter (ID).
Ukuran ID dengan diameter luar bervariasi antara desain dan pabrikan yang
berbeda. Pemilihan ukuran ETT tergantung pada alasan penempatan dan faktor
spesifik pasien seperti jenis kelamin dan kondisi patologis jalan napas. ETT yang
lebih kecil menghasilkan peningkatan resistensi jalan napas dan kerja pernapasan,
dan ETT dengan ID yang lebih kecil dapat menghalangi bronkoskopi serat optik.
ETT yang lebih besar lebih mungkin dikaitkan dengan trauma mukosa laring atau
trakea dan memiliki insiden sakit tenggorokan yang lebih tinggi setelah anestesi
umum. Umumnya, pada pasien yang diintubasi hanya untuk tujuan anestesi
umum, ETT yang lebih kecil dapat digunakan daripada pasien yang akan tetap
diintubasi dalam jangka menengah hingga panjang sebagai akibat dari gagal
napas; biasanya ETT 7 mm digunakan untuk wanita dan ETT 7,5 atau 8 mm
Fungsi penting dari cuff pipa endotrakeal (ETT) adalah untuk menutup
celah antara jalan napas dan tepi luar ETT sehingga mencegah kebocoran dan
aspirasi isi faring ke dalam trakea selama ventilasi. ETT dengan cuff umumnya
digunakan untuk pasien dengan ventilasi mekanis untuk mencegah kebocoran gas
dan aspirasi paru. Tekanan cuff ETT harus dalam kisaran yang memastikan
aspirasi sekret yang menumpuk di atas cuff tanpa mengurangi perfusi trakea
7
Tekanan yang diberikan pada dinding trakea adalah salah satu penentu
utama cedera trakea. Tekanan intracuff pada pasien yang diintubasi harus cukup
memastikan ventilasi yang memadai. Tekanan cuff harus cukup memadai untuk
tidak mengganggu aliran darah mukosa. Telah ditunjukkan bahwa tekanan cuff
dinding lateral yang terus menerus di atas 30 cm H2O mengganggu aliran darah,
dan tekanan cuff di atas 50 cm H2O sepenuhnya menghalangi aliran darah dinding
tekanan cuff ETT tinggi yang berlangsung lebih dari 15 menit mengakibatkan aliran
darah mukosa terhambat, epitel kolumnar hancur, dan membran basal terbuka
Tekanan cmH2O mm Hg
Ideal 20 - 30 15 - 22
bernilai 25 cmH2O (18,40 mmHg) sehingga perfusi kapiler dapat memadai. Jika
tekanan lebih besar dari 25-30 mmHg dipertahankan untuk waktu tertentu,
kerusakan dapat terjadi. Jika tekanan terus menerus sama dengan atau lebih tinggi
8
dari 67,5 cmH2O (50 mmHg) diterapkan pada trakea selama 15 menit, epitel,
membran trakea dan tulang rawan dapat dihancurkan. Jadi, harus ada kontrol yang
ketat dan sering dari tekanan ini dengan pengukuran yang konstan dan terus
Kerusakan trakea selama intubasi tidak dapat dihindari sebagai akibat dari
kontak antara ETT dan trakea. Palpasi balon tidak sesuai dengan tekanan cuff
endotrakeal yang diukur, dan pengalaman ahli anestesi tidak sesuai dengan
tekanan cuff yang diukur. Pengukuran instrumental dan penyesuaian tekanan cuff
suara serak, dan ekspektoran berlumuran darah. Tekanan yang diberikan pada
dinding trakea tergantung pada kepatuhan trakea dan tekanan yang diukur pada
pilot baloon dari cuff ETT. Tekanan cuff ETT dapat dianggap sebagai perkiraan
yang baik dari tekanan yang diberikan pada mukosa trakea (Khan et al., 2014; Lee
et al., 2019).
9
Tekanan intracuff tidak selalu konstan selama operasi dan menjadi bervariasi
karena beberapa faktor seperti suhu tubuh pasien, tekanan jalan napas, waktu
intubasi endotrakeal, dan anestesi dengan nitrous oxide. Selain itu, posisi kepala
dan intracuff. Sebuah manometer tekanan cuff manual dapat digunakan untuk
inflasi cuff yang kurang. Oleh karena itu, pengaturan tekanan cuff kontinyu lebih
Dalam operasi kepala dan leher, kepala dan leher pasien diposisikan untuk
pembedahan di beberapa area. Posisi kepala dan leher dapat mengubah tekanan
intracuff tube orotrakeal karena panjang dan dimensi jalan napas berubah dengan
fleksi, ekstensi, dan rotasi leher. Hal ini dapat menyebabkan perpindahan tube dan
tekanan intracuff setelah intubasi trakea dan reposisi (Kim S., 2018; Komasawa et
al., 2015).
10
2.3 Metode Pengukuran Tekanan Intracuff
di dalam cuff tidak mewakili tekanan dinding lateral terutama pada low volume high
pressure tube. Dimana sebagian besar tekanan di dalam cuff diperlukan untuk
regangan cuff ETT. Disamping itu pengukuran tekanan di dalam cuff secara klinis
berguna menghindari kerusakan mukosa secara berlebihan. Hal ini terjadi jika
aliran darah kapiler pada mukosa jalan nafas (Kumar et al., 2020).
pernafasan spontan, tekanan jalan nafas dan tekanan cuff menjadi negatif pada
saat inspirasi. Selama kontrol pernafasan buatan, terjadi tekanan positif pada cuff
pada bagian bawah cuff selama inspirasi dan udara di dalam cuff tertekan
sedemikian sehingga tekanan di dalam cuff setara dengan tekanan jalan nafas.
Oleh karena itu pengukuran tekanan intracuff ETT idealnya dilakukan saat siklus
Banyak teknik yang biasa digunakan untuk menilai kecukupan tekanan cuff
ETT pasca intubasi, dimana semuanya termasuk dalam kelompok besar inflation
methods. Pada metode ini cuff dikembangkan dengan memberikan udara atau
dengan banyak cara yang hingga saat ini belum terdapat suatu konsensus
sejumlah tertentu udara dan setelah itu pilot balloon dipalpasi untuk
11
mengetahui atau mengestimasi kecukupan tekanan di dalam cuff. Dan
seperti halnya teknik-teknik yang lain, metode ini juga dilaporkan tidak
sepenuhnya dapat dipercaya dan bahkan ditolak oleh beberapa ahli untuk
minimal occlusive technique. Pada studi yang dilakukan pada total 9 pasien,
terjadi iskemi akibat tekanan cuff yang terlalu tinggi; dan 3 orang dengan
ini antara lain dipengaruhi oleh faktor perbedaan fisik antar tiap ETT yang
nafas pada fase end inspiratory. Definisi ‘sedikit’ ini sebenarnya tidak terlalu
technique, metode ini memiliki lebih banyak resiko untuk terjadinya silent
Pada teknik ini dipilih secara random volume udara tertentu yang
12
orang (25%) memiliki resiko terjadinya aspirasi, 12 pasien (60%) dengan
resiko terjadinya kerusakan iskemia trakea, dan hanya 3 orang (15%) yang
berada dalam rentang tekanan ideal. Metode ini dikritisi karena memiliki
mengembangkan cuff ETT. Selain itu volume udara yang dibutuhkan untuk
mengembangkan cuff bergantung dari ukuran dan jenis ETT. Namun dalam
penelitian lain, didapatkan fakta bahwa volume udara yang diperlukan untuk
cmH2O dan tidak tergantung pada ukuran ETT (Kumar et al., 2020).
teknik cukup adekuat untuk melindungi dari bahaya aspirasi. Pada studi itu
dinyatakan bahwa 5 dari 15 pasien yang digunakan teknik ini pasca intubasi,
tekanan cuff yang terlalu tinggi, dan 9 pasien sisanya berada dalam rentang
alat lainnya, teknik ini adalah teknik tanpa alat terbaik yang dapat digunakan
13
untuk mengembankan balon cuff. Namun teknik ini jarang diaplikasikan oleh
2020).
yaitu manometer, teknik ini cenderung menjadi terkesan ‘mahal’ dan tidak
nyaman untuk dilaksanakan sehari-hari. Oleh karena itu metode ini jarang
penggunaan metode ini tetap dinyatakan sebagai teknik paling efektif untuk
yang berdasarkan estimasi belaka. Dan tentu saja dengan demikian akan
tekanan intracuff bisa jadi tidak akurat karena sempitnya rentang antara
terjadinya perlukaan pada trakea (Kumar et al., 2020; Khan et al., 2016).
14
Gambar 2.3 Skema Cuff Inflator (Asai et al., 2014)
invasif dengan tujuan memberikan perlindungan yang memadai pada jalan napas
agar mencegah kebocoran udara, dan mencegah cairan di sekitar ETT masuk
kedalam trachea. Ada 3 faktor yang mempengaruhi tekanan cuff ETT, yaitu faktor
Faktor yang berhubungan dengan pasien adalah posisi pasien, rasio antara cuff
dan diameter trakea, posisi kepala-leher, dan penurunan suhu inti tubuh (core
hilangnya volume cuff seiring berjalannya waktu. Faktor lain adalah faktor
15
Faktor yang berhubungan dengan pasien dikatakan mempengaruhi
pergeseran posisi dari ETT sehinga menyebabkan perubahan dari tekanan cuff
peningkatan tekanan cuff akibat dari penurunan volume paru dependen sehingga
tekanan ini mendesak ke semua struktur di dalam paru dan jalan nafas, termasuk
dinding cuff ETT. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya kondisi morbid
obese. Ukuran trachea juga berpengaruh terhadap tekanan cuff ETT. Apabila
ukuran trachea lebih sempit akibat adanya adanya edema pada mukosa trakea
(kehamilan, trauma inhalasi, atau cidera pada trakea) maka tekanan intracuff ETT
dikembangkan dengan volume udara yang sama. Tinggi badan juga dikatakan
berkaitan dengan diameter trakea. Pada pasien dengan tinggi badan < 150 cm
diameter trakea lebih kecil, sedangkan tinggi badan >180 cm memiliki diameter
trakea yang lebih lebar. Faktor lain adalah suhu inti tubuh. Pada pasien yang
penurun yang signifikan akibat dari vasokontriksi dari pembuluh darah trachea
sehingga mengakibatkan diameter trachea menjadi lebih lebar (Khalil et al., 2018).
udara pada ruang tertutup dapat meningkat pada ketinggian tertentu karena terjadi
penurunan ambient barometric pressure (Khalil et al., 2018). Selain itu, seiring
berjalannya waktu tekanan cuff juga dapat mengalami penurunan. Sole et al.,
16
(2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pada durasi 4 hingga 5 jam pasca
Semakin lama durasi pemasangan ETT maka semakin besar pula penurunan
Tabel 2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Intracuff ETT (Khalil et al., 2018).
Faktor lain yang dapat menyebab penurunan tekanan cuff ETT adalah
ventilasi tekanan positif, pemberian sedasi, pemberian obat pelumpuh otot non-
depolarized, dan jumlah udara yang disuntikkan dapat mempengaruhi tekanan cuff
ETT. Penurunan tekanan intracuff dapat terjadi pada saat tindakan suctioning,
17
tekanan cuff karena kemampuannya untuk berdifusi sangat tinggi (Khalil et al.,
2018).
kepala dan leher menyebabkan migrasi tube dan terjadi perubahan bentuk struktur
anatomi yang berdekatan . Panjang jalan napas berubah seiring perubahan postur
kepala atau leher dan selang ETT begeser ke arah cefalad atau ke arah caudal
sepanjang trakea (Kim S., 2018; Kumar et al., 2020; Kim, H. J. et al., 2021).
dengan rotasi kepala. Mereka menemukan tekanan intracuff dari tube endotrakeal
meningkat lebih banyak dengan rotasi kepala ke arah sisi yang sama dari fiksasi
tube dibandingkan dengan rotasi kepala ke sisi yang berlawanan. Dalam penilitian
tersebut menunjukkan bahwa fleksi leher memindahkan tube ke arah carina dan
ekstensi leher memindahkan tube menjauh dari carina. Sedangkan posisi lateral
perubahan tekanan cuff juga dapat terjadi pada posisi leher fleksi sehingga
trakea ke anterior, menyebabkan penurunan tekanan cuff. Oleh karena itu, dapat
perubahan gaya yang diberikan pada cuff oleh struktur sekitarnya adalah alasan
untuk perubahan tekanan intracuff pada posisi kepala dan leher yang berbeda
18
Berdasarkan hal tersebut maka, tidak ada jaminan bahwa tekanan intracuff
akan berada dalam kisaran aman pada semua pasien ketika postur mereka
19
BAB III
FAKTOR PASIEN :
• Posisi kepala-leher
• Posisi tubuh
• Ukuran trachea
(Kehamilan, edema airway,
tinggi badan)
• Suhu tubuh inti (Core
temperature)
• BMI > 40 kg/m2 TEKANAN
FAKTOR LINGKUNGAN : INTRACUFF ETT
• Durasi pemasangan (Endotracheal Tube)
• Ketinggian (Altitude)
FAKTOR INTERVENSI
TERAPETIK:
• Siklus respirasi
PERUBAHAN STRUKTUR ANATOMI
• Positive End Expiratory
YANG BERDEKATAN
Pressure (PEEP)
• Ventilasi tekanan positif MENGAKIBATKAN PENEKAN PADA
• Suctioning CUFF ETT
• Penggunaan obat sedasi
dan obat pelumpuh otot
• Jumlah udara yang
disuntikkan kedalam cuff. PERGESERAN POSISI ETT
PERUBAHAN POSISI
KEPALA LEHER
: Tidak diteliti
: Diteliti
20
3.2 Hipotesis Penelitian
hipotesis sebagai berikut: “Terdapat perbedaan tekanan intracuff ETT antara posisi
kepala-leher netral dan posisi kepala-leher lateral rotasi pada pasien terintubasi.”
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
analitik untuk mengetahui perbedaan tekanan di dalam cuff ETT antara posisi
kepala-leher netral dan lateral rotasi pada pasien yang telah terintubasi.
anestesi umum dengan intubasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful
Anwar Malang.
4.2.2 Sampel
inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Sampel diambil dengan cara
consecutive sampling yaitu setiap subyek yang memenuhi kriteria inklusi penelitian
subyek yang diperlukan terpenuhi. Besar subyek pada penelitian ini dihitung
22
N1 = N2 =
N1 = N2 = jumlah subyek,
pendahuluan dan selisih rerata minimal yang dianggap bermakna adalah 5. Besar
subyek yang terpilih drop out, dilakukan penambahan subyek sebesar 20% dari
besar sampel minimal. Sehingga jumlah sampel minimal adalah 15 orang. Pada
23
3. Tinggi badan 150 – 180 cm;
3. Pasien hamil;
variabel nominal.
Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Dr.
2. Spuit disposable 10 cc
24
3. Manometer tekanan intracuff
5. Goniometri
4.6.1 Posisi kepala-leher netral adalah posisi kepala-leher saat ETT telah
terpasang, berada diatas meja operasi tanpa manipulasi fleksi, rotasi maupun
ekstensi dari kepala, tanpa tambahan ganjalan bantal intubasi pada kepala
ataupun bantal pada bahu (posisi 0 derajat tepat pada titik tengah kepala sejajar
Gambar 4.1 Posisi Kepala-Leher Netral 0 Derajat Pada Sumbu Tengah Kepala.
4.6.2 Posisi kepala-leher lateral rotasi adalah posisi kepala-leher saat ETT
terpasang, berada diatas meja operasi tanpa tambahan ganjalan bantal intubasi
ataupun bantal pada bahu, dilakukan rotasi kepala-leher ke lateral sehingga dagu
hampir sejajar dengan bahu pasien. Pada penelitian ini dilakukan lateral rotasi
25
kepala-leher ke kanan sebesar 60 derajat (pengukuran menggunakan goniometri);
dengan cara memasukkan ETT ke dalam trakhea pasien dengan tujuan mencegah
hambatan saluran nafas atas dan meyakinkan udara bisa masuk ke dalam paru.
Pada penelitian ini digunakan standar kedalaman ETT pada wanita 18 cm dan
pada laki-laki 21 cm. Kemudian dilakukan fiksasi ETT pada ujung bibir sisi kanan.
Untuk memudahkan tindakan ini digunakan obat anestesi dan pelumpuh otot yang
4.6.4 Endotracheal Tube (ETT) adalah tabung terbuat dari plastik Polyvinyl
terbuka sehingga dapat diberikan nafas buatan ke dalam paru. Alat ini dilengkapi
dengan sistem cuff yang bertujuan utama sebagai seal atau menutup celah antara
tube dan trakhea, sehingga dapat mencegah terjadinya aspirasi paru. Untuk
penelitian ini dipergunakan ETT tipe kinking dengan high volume-low pressure cuff
merk Remedi®, sesuai yang rutin dipergunakan di IBS RSUD Dr. Saiful Anwar;
26
4.6.5 Tekanan cuff adalah tekanan pada dinding lateral trakea, yang diukur
volume udara sehingga tercapai tekanan tertentu ketika diukur dengan alat
4.6.6 Alat pengukur tekanan cuff adalah piranti khusus untuk mengisi tekanan
cuff dengan bagian utamanya adalah sebuah manometer untuk mengukur secara
langsung tekanan di dalam cuff ETT. Untuk penelitian ini digunakan alat Portex®
Cuff inflator;
4.6.7 Pasien status fisik ASA I adalah klasifikasi status fisik pasien menurut
umum pasien dengan kondisi tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik
selain penyakit yang akan dioperasi. Klasifikasi status fisik ASA terdiri dari ASA I
4.6.8 Pasien status fisik ASA II adalah klasifikasi status fisik pasien menurut
yang akan dioperasi. Klasifikasi status fisik ASA terdiri dari ASA I hingga ASA VI;
4.6.9 Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai
dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.
Pada pasien dengan PPOK potensial terjadi internal PEEP (Positive End
4.6.10 Cidera servikal adalah kondisi ruda paksa pada area tulang belakang
otonom. Pada kondisi ini pasien diposisikan in-line agar tidak terjadi kerusakan
27
kepala leher tidak diperbolehkan.
4.6.11 Teknik minimal occlusive volume adalah teknik pengisian cuff ETT
dengan cara mengisikan sejumlah volume udara ke dalam cuff sampai tidak
terdengar lagi kebocoran suara nafas melalui auskultasi pada fase end-inspiratory
saat diberikan ventilasi tekanan positif. Jumlah volume udara yang digunakan
adalah volume udara yang paling minimal sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
standar.
standar, diyakinkan jalur i.v yang adekuat dan paten, pasien diberikan
28
digunakan seragam, yaitu dari jenis yang bersifat kink merk Remedi®,
dengan ukuran inner diameter 6,5 - 8,0 mm, disesuaikan dengan kondisi
pasien.
intubation.
trakea melalui auskultasi dan evaluasi ETCO2, lalu diperiksa simetris kanan
kiri, kemudian dilakukan fiksasi pada ETT pada sudut bibir kanan. Setelah
ETT terfiksasi dengan baik, dilakukan pengukuran tekanan cuff pada posisi
end-expiration dari ventilasi manual tanpa melepas sirkuit anestesi dari ETT
flow oksigen 5 lpm. Data yang didapat dicatat sebagai data tekanan di dalam
11. Sebelum dilakukan perubahan posisi kepala leher pasien, dilakukan ventilasi
rotasi kanan. Diukur kembali tekanan di dalam cuff ETT dengan Portex® Cuff
29
inflator. Pengukuran tekanan cuff pada posisi kepala-leher lateral rotasi
kanan dilakukan dengan menggunakan Portex® Cuff inflator pada saat end-
expiration dari ventilasi manual tanpa melepas sirkuit anestesi dari ETT dan
oksigen 5 lpm. Jika data telah dicatat maka posisi pasien dikembalikan ke
masih berada pada kedalaman yang benar, dan kemudian cuff ETT
14. Jika tindakan operasi telah selesai, pasien dibangunkan dan kemudian
Jika stabil pasien dibawa ke ruang pulih pasca anestesi untuk dilakukan
observasi.
30
4.7.2 Alur Penelitian
31
4.8 Analisis Data
sesuai untuk data hasil penelitian dari kedua variabel yang diteliti (posisi kepala-
leher dan perubahan tekanan di dalam ETT). Posisi kepala-leher (netral dan lateral
rotasi) berupa variabel nominal. Perubahan tekanan di dalam cuff ETT berupa
variabel numerik. Data yang dianalisis pada penelitian adalah perbedaan rerata
tekanan di dalam cuff antara posisi kepala-leher netral dan posisi kepala-leher
lateral rotasi, sehingga analisis data menggunakan uji t berpasangan. Bila syarat
uji t berpasangan tidak terpenuhi (data tidak berdistribusi normal) maka digunakan
uji Wilcoxon. Perbedaan hasil pengukuran antar kelompok diuji dengan tingkat
32
BAB V
sampel sebesar 40 orang. Dari sejumlah sampel tersebut tidak didapatkan subyek
yang drop out maupun dikeluarkan dari perhitungan dan Analisa statistik.
diketahui terlebih dahulu pola sebaran data yang diperoleh sebagai hasil penelitian
beberapa variabel, yang meliputi antara lain variabel umur, jenis kelamin, berat
33
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Demografi, Antropometri, dan Status Fisik
Subyek
pasien adalah 60 kg, dengan berat badan terendah 45 kg dan tertinggi 90 kg.
Median tinggi badan dari keseluruhan pasien adalah 160 cm, dengan tinggi badan
terendah 150 cm dan tertinggi 175 cm. Sedangkan berdasarkan status fisik
didapatkan 15 pasien (37,5%) ASA 1 dan 25 pasien ASA II (62,5%). Hal tersebut
Wilk untuk mengetahui apakah sebaran data memiliki distribusi normal. Distribusi
data normal jika p > 0,05. Dilihat dari nilai p hasil uji normalitas Shapiro-Wilk maka
data umur, berat badan dan tinggi badan mempunyai sebaran distribusi data
normal. Data jenis kelamin dan status fisik ASA mempunyai sebaran distribusi data
tidak normal. Namun demikian sebagian variabel data yang kami miliki bersifat
kualitatif yaitu data jenis kelamin dan status fisik ASA. Oleh karena hal itu pada
kedua variabel data tersebut memiliki sebaran distribusi data yang tidak normal.
34
5.2 Jenis Operasi
operasi bedah digestif dengan 14 pasien (35%), diikuti dengan jenis operasi bedah
ortopedi dengan 12 pasien (30%). Sedangkan jenis operasi lain adalah jenis
operasi bedah plastik (15%), bedah onkologi (7,5%), obstetri dan ginekologi (7,5%)
Jenis Operasi
Bedah Digestif 14 (35 %)
Bedah Plastik 6 (15 %)
Bedah Ortopedi 12 (30 %)
Bedah Onkologi 3 (7.5 %)
Obstetri dan Ginekologi 3 (7.5 %)
Bedah Urologi 2 (5 %)
digunakan dan jumlah volume udara yang diisikan kedalam cuff berdasarkan
Teknik minimal occlusive volume. Ukuran diameter internal ETT yang paling
pengisian terbanyak adalah 6 cc, dengan rerata volume pengisian cuff sebesar
35
Tabel 5.3 Distribusi Subyek Penelitian Berdasarkan Ukuran ETT dan Volume
Pengisian Cuff
perhitungan rerata tekanan awal intracuff ETT pasca pengisian. Didapatkan pada
Tabel 5.4 Distribusi Volume Pengisian Cuff ETT dan Tekanan Awal Cuff
Tekanan Tekanan
Volume Minimum Maksimum
pengisian Jumlah (cmH2O) (cmH2O) Rerata (cmH2O)
4cc 8 24 27 25.8 + 1,24
5cc 13 23 28 24.5 + 1,19
6cc 15 24 28 26.3 + 1,38
7cc 4 22 25 23.8 + 1,25
5.4 Tekanan Intracuff ETT Pada Posisi Kepala-Leher Netral dan Posisi
lateral rotasi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rerata tekanan Intracuff ETT
36
pada posisi kepala-leher netral adalah sebesar 25,5 + 1,64 cmH2O, dengan nilai
rerata tekanan Intracuff ETT pada posisi kepala-leher lateral rotasi adalah sebesar
29,4 + 1,71 cmH2O, dengan nilai tekanan Intracuff ETT terendah 27 cmH2O dan
normal dengan nilai p dari hasil uji t berpasangan adalah 0,000. Nilai p < 0,05
Data tekanan intracuff ETT juga di analisis berdasarkan ukuran ETT yang
digunakan (Tabel 5.6). Pada sampel yang menggunakan ETT dengan ID 6,5 cm
rerata tekanan cuff saat posisi kepala-leher netral sebesar 24,5 + 0,57 cmH2O,
sedangkan saat posisi kepala-leher lateral rotasi sebesar 27,7 + 0,50 cmH2O. Dari
uji Wilcoxon didapatkan p = 0,046. Uji Wilcoxon dikerjakan karena jumlah sampel
kurang dari 5 sehingga uji normalitas tidak dapat dikerjakan. Dengan p < 0,05
maka terdapat perbedaan signifikan tekanan intracuff ETT saat posisi kepala-leher
netral jika dibandingkan dengan posisi kepala-leher lateral rotasi pada sampel
cuff saat posisi kepala-leher netral sebesar 25,8 + 1,35 cmH2O, sedangkan saat
37
posisi kepala-leher lateral rotasi sebesar 29,5 + 1,34 cmH2O. Dari anallisis data
tekanan cuff saat posisi kepala-leher netral sebesar 25,4 + 1,89 cmH2O,
sedangkan saat posisi kepala-leher lateral rotasi sebesar 29,5 + 1,94 cmH2O. Dari
anallisis data didapatkan sebaran data normal dengan perbedaan yang signifikan
intracuff ETT saat posisi kepala-leher netral jika dibandingkan dengan posisi
kepala-leher lateral rotasi pada semua ukuran ETT yang digunakan pada sampel.
Perubahan posisi kepala-leher menjadi posisi lateral rotasi dari posisi netral
terendah 2 cmH2O dan selisih tekanan tertinggi 7 cmH2O. Rerata selisih tekanan
melepas ETT dari sirkuit anestesi dengan kondisi tanpa PEEP. Prosedur in
aliran oksigen 5 lpm. Diantara kedua pengukuran tekanan intracuff ETT pasien
dilakukan ventilasi tekanan positif selama 3 menit dengan fraksi oksigen 100%.
Hal ini bertujuan untuk memperpanjang tolerable apnea time selama dilakukan
selama pengukuran.
38
Tabel 5.6 Distribusi Tekanan Cuff ETT Berdasarkan Posisi Kepala-Leher pada
masing masing ukuran ETT yang digunakan pada sampel penelitian
Tabel 5.7 Selisih Tekanan Cuff ETT Antara Posisi Kepala-Leher Netral dan
Lateral Rotasi
Tekananan Tekananan
Rerata
Variabel data Minimum Maksimum
(cmH2O)
(cmH2O) (cmH2O)
Selisih Tekanan
antara posisi
kepala leher 2 7 3,9 + 1,31
Netral dan
Lateral rotasi
39
BAB VI
PEMBAHASAN
pekerjaan sehari-hari yang wajib dikuasai dan dipahami. ETT adalah salah satu
alat dalam pengelolaan jalan nafas yang biasa digunakan untuk kepentingan
Intensive Care Unit (ICU) ataupun Instalasi Gawat Darurat (IGD). Salah satu
bagian penting pada ETT adalah sistem cuff. Cuff berfungsi untuk mencegah
kebocoran udara dan aspirasi cairan kedalam trakea saat ventilasi tekanan positif.
Namun tekanan didalam cuff wajib dipastikan tidak melebihi 30 cmH2O karena
dapat menyebabkan iskemia mukosa trakea. Sedangkan jika tekanan cuff diwabah
dalam cuff ETT merupakan hal yang dapat dilakukan penulis untuk membantu
Terapi Intensif.
Tekanan di dalam cuff merupakan hal yang sering dilupakan dan kurang
Galinski et al. (2006) pada total 107 pasien yang terintubasi didapatkan sebagian
40
tekanan cuff ETT menggunakan manometer tekanan intracuff. Pemantauan
berkala dari tekanan cuff sangat penting dilakukan untuk menjaga tekanan dalam
di Gedung Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang yang memenuhi
kriteria inklusi. Selama rentang waktu penelitian diambil sampel sejumlah 40 orang
pasien. Dimana distribusi paling banyak berjenis kelamin laki-laki 24 orang (60%),
sedangkan perempuan 16 orang (40%). Hal ini dapat terjadi karena sampel
penelitian diambil dengan cara consecutive sampling dan rasio pasien laki-laki
lebih besar daripada perempuan pada rentang waktu penelitian yang telah
oleh Choi et al. (2017), penelitian mereka melibatkan hanya 26 pasien, dengan
rentang usia 18-70 tahun, dan pengambilan sampel melalui metode random
sampling. Dengan melibatkan sampel yang lebih banyak maka hasil penelitian
Pasien pediatrik tidak masuk ke dalam sampel penelitian kami. Hal yang
mendasari hal tersebut adalah karena secara anatomis laring dan trakea pada
pasien pediatri berbeda dengan pasien dewasa. Laring dan trakea pada pasien
pediatri memiliki diameter lebih kecil sehingga memiliki resiko trauma pada
mukosa yang lebih besar. Selain itu, jenis ETT pada pasien pediatri ditentutkan
berdasarkan usia. ETT uncuffed lebih sering digunakan karena resiko trauma pada
mukosa jalan nafas lebih kecil dibandingkan dengan ETT dengan cuff (Chen L. et
al., 2018).
41
Berdasarkan prosedur penelitian yang telah disusun, pengukuran tekanan
intracuff ETT dilakukan pada saat end-expiration ventilasi manual tanpa melepas
sirkuit anestesi dari ETT dan kondisi tanpa PEEP. Hal yang mendasari kondisi ini
adalah karena tekanan intracuff yang bervariasi berdasar siklus respirasi. Pada
pasien dengan pernafasan spontan, tekanan jalan nafas dan tekanan cuff menjadi
negatif pada saat inspirasi. Selama kontrol pernafasan buatan, terjadi tekanan
positif pada cuff selama inspirasi. Selama penggunaan ventilasi mekanik, terjadi
tekanan positif pada bagian bawah cuff selama inspirasi dan udara di dalam cuff
tertekan sedemikian sehingga tekanan di dalam cuff setara dengan tekanan jalan
Tekanan intracuff dipengaruhi oleh banyak hal selain siklus respirasi, salah
menunjukan peningkatan tekanan balon ETT akibat difusi gas N2O ke dalam balon
ETT. Proses difusi mencapai puncaknya pada fase 1 jam pertama penggunaan
gas N2O, yang selanjutnya turut mengisi dan meningkatkan tekanan intracuff
(O’Donnell J.H., 2000). Hal ini sesuai dengan penelitian Mehmet et al. (2017) yang
meneliti efek penggunaan Nitrous Oxide pada tekanan intracuff ETT. Mereka
Intracuff ETT dan menyebabkan morbiditas pada trakea sehingga tekanan intracuff
harus dipantau secara rutin selama anestesi menggunakan N2O. Oleh karena itu,
42
Pengisian volume cuff ETT pada penelitian ini menggunakan teknik
minimal occlusive volume. Prinsip yang digunakan pada metode ini adalah
mengisikan sejumlah volume udara ke dalam cuff sehingga tidak terdengar lagi
kebocoran suara nafas pada fase end-inspiratory saat diberikan ventilasi tekanan
positif (Kumar et al., 2020). Totonchi et al. (2015) dalam penelitiannya tentang
normal (20-30 cmH2O) pada lebih banyak pasien dibandingkan dengan teknik
tekanan cuff ETT adalah dengan menggunakan manometer. Bila tidak tersedia,
teknik minimal occlusive volume dapat menjadi alternatif yang lebih baik
dibandingkan dengan teknik palpasi manual pilot balloon (Totonchi et al., 2015).
Hal ini terbukti pada data pada penelitian ini. Dengan menggunakan teknik minimal
menghasilkan tekanan awal yang masih dalam rentang aman yaitu antara 20 – 30
sampel mengalami peningkatan tekanan balon ETT setelah perubahan posisi dari
posisi kepala-leher netral ke lateral rotasi. Rerata tekanan balon ETT saat posisi
kepala leher netral adalah sebesar 25,5 + 1,64 cmH2O. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Choi et al. (2017). Pada penelitian tersebut peneliti
43
dengan teknik minimum occlusive volume sehingga tekanan intracuff saat posisi
menggunakan teknik tersebut tekanan awal intracuff ETT masih dalam rentang
maka bias dapat dihindari. Pada penelitian ini dilakukan lateral rotasi kepala-leher
ke sisi kanan sebesar 60 derajat yang diukur dengan goniometri. Rerata tekanan
balon ETT saat posisi kepala leher lateral rotasi sebesar 29,4 + 1,71 cmH2O.
Apabila dibandingkan dengan penelitian serupa yang telah dilakukan oleh Choi et
al. (2017), hasil tekanan intracuff ETT pada penelitian kami identik dengan hasil
intracuff ETT pada posisi kepala leher lateral rotasi adalah sebesar 28.0 ± 1.9
cmH2O. Hasil rerata tekanan intracuff ETT dengan posisi kepala leher lateral rotasi
pada penelitian kami tidak berbeda jauh namun lebih tinggi jika dibandingan
dengan dengan penelitian Choi et al. (2017). Hal ini disebabkan karena derajat
lateral rotasi pada penelitian kami lebih besar yaitu 60 derajat, sedangkan
penelitian Choi et al. (2017) sebesar 45 derajat. Semakin besar derajat rotasi
kepala leher maka pergeseran posisi ETT ke arah cefalad akan semakin jauh.
Semakin jauh bergeser ke arah cefalad maka penekanan yang terjadi terhadap
intracuff ETT (Kim S., 2018; Kumar et al., 2020; Kim H. J. et al., 2021). Hal ini dapat
44
terjadi karena adanya pergerseran ETT ke cefalad pasca dilakukan lateral rotasi
berdekatan dengan struktur jalan napas yang memiliki komplians rendah termasuk
salah satunya adalah kartilago krikoid. Hukum Boyle menyatakan bahwa pada
suhu yang konstan tekanan dan volume gas akan berbanding terbalik. Sehingga
penurunan volume suatu gas di dalam ruang tertutup pada suhu yang konstan
akan berbanding terbalik dengan tekanan di dalam ruang tersebut. Volume cuff
ETT yang menurun akibat penekanan dari struktur jalan nafas sekitar pasca
0 derajat 60 derajat
posisi kepala-leher netral dan lateral rotasi pada pasien terintubasi menyimpulkan
Rerata perbedaan tekanan Intracuff ETT sebesar 6,0 + 1,9 cmH2O dengan hasil
signifikansi p < 0,001. Hal ini selaras dengan hasil penelitian kami. Pada penelitian
kami didapatkan hasil yang identik dengan penelitian sebelumnya, yaitu terdapat
45
sebesar 3,9 + 1,31 cmH2O dengan hasil signifikansi p = 0,000. Namun, penelitian
kami yaitu dari segi karakteristik sampel, metode penelitian dan merk ETT yang
Hal ini tergambar pada ukuran ETT yang digunakan memiliki ukuran yang lebih
besar. Merk ETT yang digunakan juga berbeda dengan penelitian kami. Masing
masing pabrikan ETT memiliki cuff dengan compliance yang berbeda beda
bergantung pada bahan, cara pembuatan, dan bentuk cuff. Meskipun demikian,
penelitian Choi et al. (2017) dan penelitian kami memiliki kesimpulan yang sama
yaitu terdapat perbedaan tekanan yang signifikan tekanan Intracuff ETT setelah
Gambar 6.2 Peningkatan Tekanan Cuff ETT Saat Perubahan Posisi Kepala
Leher Netral (28 cmH2O) Menjadi Posisi Kepala-Leher Lateral Rotasi (32 cmH2O)
Pada Salah Satu Sampel.
dengan nilai p dari hasil uji t berpasangan adalah 0,000. Nilai p < 0,05
46
menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada tekanan Intracuff ETT antara
posisi kepala-leher netral dan lateral rotasi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka
perubahan tekanan intracuff dapat dicegah. Peningkatan tekanan cuff ETT diatas
rentang normal (> 30 cmH2O) dalam waktu lama dapat menyebabkan hipoperfusi
al., 2016 dan Choi et al., 2017). Hiperinflasi cuff mengakibatkan iskemia yang
dapat menyebabkan ulserasi mukosa, nekrosis dari deep stromal, perikondritis dan
al., 2019).
47
Keunggulan penelitian kami adalah kami memiliki jumlah sampel yang
Choi et al. (2017) memiliki total sampel 26 pasien dan penelitian Kara et al. (2020)
jumlah sampel yang lebih besar yaitu 40 pasien. Sehingga dengan jumlah sampel
yang lebih banyak, hasil penelitian kami lebih dapat mewakili populasi dari
umum dengan intubasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Saiful Anwar Malang.
penelitian kami adalah kami tidak meneliti seberapa jauh pergeseran ETT
jauh pergeseran ETT terhadap carina paska perubahan posisi kepala-leher maka
penggunaan piranti radiologis juga berimbas pada cost penelitian yang lebih
kepala-leher netral dan lateral rotasi pada pasien terintubasi, dapat ditarik
posisi kepala-leher netral dan lateral rotasi pada pasien terintubasi. Dari seluruh
sampel penelitian, tercatat 10 pasien melebihi level aman tekanan intracuff ETT
rotasi. Selain itu, teknik minimum occlusive volume yang digunakan untuk
48
rentang aman (20-30 cmH2O). Berdasarkan beberapa hal tersebut, kami
merekomendasikan :
melakukan prosedur pengembangan cuff ETT tipe kinking dengan jenis cuff
high volume-low pressure merk Remedi® jika alat cuff inflator tidak tersedia.
49
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Terdapat perbedaan signifikan tekanan intracuff ETT antara posisi kepala-
leher netral dan posisi kepala-leher lateral rotasi pada pasien terintubasi.
7.1.2 Rerata tekanan intracuff ETT pada posisi kepala-leher netral adalah
7.13 Rerata tekanan intracuff ETT pada posisi kepala-leher lateral rotasi adalah
7.2 Saran
7.2.2 Prosedur pengembangan cuff ETT yang dikerjakan di IBS RSUD Dr. Saiful
pilot balloon sehingga beresiko terjadi overinflasi cuff. Hal ini terjadi karena
dalam rentang aman yaitu 20-30 cmH2O. Berdasarkan hal tersebut, kami
50
sebagai standar operasional prosedur pengembangan cuff ETT tipe
kinking dengan jenis cuff high volume-low pressure merk Remedi® di IBS
RSUD Dr. Saiful Anwar Malang jika piranti manometer cuff inflator sulit
51
DAFTAR PUSTAKA
Asai, S., Motoyama, A., Matsumoto, Y., Konami, H., Imanaka, H., & Nishimura, M.,
2014. Decrease in cuff pressure during the measurement procedure: an
experimental study. Journal of intensive care, 2(1), 34.
Barash, P. G., 2017. Clinical anesthesia (8th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer
Health/Lippincott Williams & Wilkins.
Butterworth J.F., Mackey D.C., Wasnick J.D., 2018. Morgan & Mikhail's clinical
anesthesiology (Sixth edition.). New York: McGraw-Hill Education.
Chen L., Zhang J., Pan G., Li X., Shi T., He W., 2018. Cuffed Versus Uncuffed
Endotracheal Tubes in Pediatrics: A Meta-analysis. Open Med (Wars).
13:366-73.
Choi E., Park Y., Jeon Y., 2017. Comparison of the cuff pressure of a TaperGuard
endotracheal tube and a cylindrical endotracheal tube after lateral rotation
of head during middle ear surgery: A single-blind, randomized clinical
consort study. Medicine (Baltimore). 96(10):e6257.
Handayanto A. W., Bagianto H., Isngadi I., 2013. Perbedaan Tekanan Balon Pipa
Endotrakeal Setelah Perubahan Posisi Supine ke Lateral Decubitus. JAI
(Jurnal Anestesiologi Indonesia). Volume 5(1), pp. 35-44.
Galinski M., Tréoux V., Garrigue B., Lapostolle F., Borron S., Adnet F., 2006.
Intracuff Pressures of Endotracheal Tubes in the Management of Airway
Emergencies: The Need for Pressure Monitoring. Annals of emergency
medicine. 47. 545-7.
Gaspar M., Maximiano L., Minamoto H., Otoch J., 2019. Tracheal stenosis due to
endotracheal tube cuff hyperinflation: a preventable complication. Autops
Case Rep. Jan 14;9(1):e2018072.
Harm F., Zuercher M., Bassi M., Ummenhofer W., 2013. Prospective observational
study on tracheal tube cuff pressures in emergency patients--is neglecting
the problem the problem?. Scandinavian journal of trauma, resuscitation
and emergency medicine, 21, 83.
Jordi Ritz, E. M., Von Ungern-Sternberg B. S., Keller K., Frei F. J., Erb T. O., 2008.
The impact of head position on the cuff and tube tip position of preformed
oral tracheal tubes in young children. Anaesthesia, 63(6), 604–09.
52
Kako H., Alkhatib O., Krishna S. G., Khan S., Naguib A., Tobias J. D., 2015.
Changes in intracuff pressure of a cuffed Endotracheal Tube during
surgery for congenital heart disease using cardiopulmonary bypass.
Paediatric anaesthesia, 25(7), 705–10.
Kara H., Dilek D., Can B., Dilan C., Gül S., Emre, 2020. The changes of
endotracheal tube intracuff pressures after ear and head and neck
surgery-related positions: a prospective observational study. Brazilian
journal of otorhinolaryngology. 88. 10.1016/j.bjorl.2020.05.005.
Khan M.U., Khokar R., Qureshi S., Al Zahrani T., Aqil M., Shiraz M., 2016.
Measurement of Endotracheal Tube cuff pressure: Instrumental versus
conventional method. Saudi J Anaesth;10(4):428-31.
Khalil A., Salama R., Warda Y., Sayed M., 2018. Factors Affecting Endotracheal
Tube Cuff Pressure Measurement: A Review of Literature. ARC Journal.
4 (4), pp. 1-5.
Kim, H. J., Jang, J., Kim, S. Y., Park, W. K., & Kim, H. J., 2021. Effects of Head
and Neck Position on Nasotracheal Tube Intracuff Pressure: A
Prospective Observational Study. Journal of clinical medicine, 10(17),
3910.
Kim S., 2018. Comparison of the cuff pressures of a TaperGuard Endotracheal
Tube during ipsilateral and contralateral rotation of the head: A
randomized prospective study. Medicine, 97(42), e12702.
Komasawa N., Mihara R., Imagawa K., Hattori K., Minami T., 2015. Comparison of
Pressure Changes by Head and Neck Position between High-Volume
Low-Pressure and Taper-Shaped Cuffs: A Randomized Controlled Trial.
BioMed research international, 2015, 386080.
Kumar, C. M., Seet, E., & Van Zundert, T., 2020. Measuring Endotracheal Tube
intracuff pressure: no room for complacency. Journal of clinical monitoring
and computing, 35(1), 3–10.
Lee, J. et al, 2019, Bi-national survey of intraoperative cuff pressure monitoring of
endotracheal tubes and supraglottic airway devices in operating theatres,
Anaesthesia and Intensive Care, 47(4), pp. 378–84.
Mehmet T. , Özlem K., Öznur Ş., Gamze M., Nurdan A., Emel K. G., 2017. Effect
of Nitrous Oxide Anaesthesıa on Endotracheal Cuff Pressure. Med Bull
Haseki; 55:37-41.
53
Miller D.R., Gropper M.A., et al., 2020. Miller's anesthesia (Ninth edition). New
York, Elsevier/Churchill Livingstone.
Negro M.S., Barreto G., Antonelli R.Q., et al. 2014. Effectiveness of the
Endotracheal Tube cuff on the trachea: physical and mechanical aspects.
Rev Bras Cir Cardiovasc. 29(4):552-58.
O’Donnell J.H., 2000. Orotracheal tube intra cuff pressure initially and during
anesthesia including nitrous oxide. CRNA : Clin Forum Nurse Anesthetist,
1995;6:79-85.
Sastroasmoro S., Ismael S., 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (2).
Jakarta: Sagung Seto.
Sole M. L., Su X., Talbert S., Penoyer D. A., Kalita S., Jimenez E., 2011. Evaluation
of an intervention to maintain endotracheal tube cuff pressure within
therapeutic range. American Journal of Critical Care, 20(2), 109-18.
Sultan P., Carvalho B., Rose B.O., Cregg R., 2019. Endotracheal Tube cuff
pressure monitoring: a review of the evidence. J Perioper Pract.
Nov;21(11):379-86.
Tailleur R.; Bathory I.; Dolci M.; Frascarolo P.; Kern C.; Schoettker P., 2016.
Endotracheal Tube displacement during head and neck movements.
Observational clinical trial. Journal of Clinical Anesthesia, 32, 54.
Totonchi Z., Jalili F., Hashemian S.M., Jabardarjani H.R., 2015. Tracheal Stenosis
and Cuff Pressure: Comparison of Minimal Occlusive Volume and
Palpation Techniques. Tanaffos. 14(4):252-6.
54
Lampiran 1. Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian
1. Kami adalah peserta didik PS-PDS Jurusan Anestesiologi dan Terapi Intensif
dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam
penelitian yang berjudul “PERBEDAAN TEKANAN INTRACUFF
ENDOTRACHEAL TUBE (ETT) ANTARA POSISI KEPALA-LEHER NETRAL
DAN LATERAL ROTASI PADA PASIEN TERINTUBASI”.
2. Tujuan penelitian kami adalah untuk mengetahui perbedaan tekanan intracuff
ETT (pipa jalan nafas) antara posisi kepala-leher netral dan posisi kepala-leher
lateral rotasi (menoleh ke salah satu sisi) pada pasien yang telah terintubasi
(terpasang pipa jalan nafas). Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan dan
sampel berupa pasien yang dilakukan pembedahan dengan anestesi umum,
yang akan diambil dengan cara kriteria inklusi dan eksklusi.
3. Prosedur pengukuran tekanan intracuff dilakukan setelah prosedur rutin
anestesi umum dan pemasangan ETT. Pengukuran dilakukan pada posisi
kepala-leher netral dan lateral rotasi.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda adalah
mendapatkan pemeriksaan tambahan yang akurat dan tanpa biaya tambahan.
5. Apabila anda tidak menyetujui, maka anda berhak menolak untuk mengikuti
penelitian ini dan tidak akan mempengaruhi pelayanan RS terhadap anda.
6. Nama dan jati diri anda tetap dirahasiakan.
7. Keputusan ini dibuat pasien setelah menerima penjelasan dari peneliti.
8. Tanda terima kasih kepada subjek penelitian berupa bingkisan akan kami
serahkan pasca operasi.
9. Biaya pemeriksaan tambahan ditanggung oleh peneliti.
10. Apabila ada pertanyaan terkait penelitian anda bisa menghubungi
081252720638 (dr. Resa Putra Adipurna)
PENELITI
55
Lampiran 2. Pernyataan Persetujuan Untuk Berpartisipasi dalam Penelitian
1. Saya telah mengerti tentang apa yang tercantum dalam lembar penjelasan di
2. Dengan ini saya menyatakan bahwa secara sukarela bersedia / tidak bersedia
*) untuk ikut serta menjadi salah satu subjek penelitian yang berjudul
PASIEN TERINTUBASI”.
Malang, .................................2022
Saksi 2
(............................)
56
Lampiran 3. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik
57
Lampiran 4. Data Penelitian
Cuff
Cuff
Vol. Press.
Usia BB TB PS Press.
No Nama JK Operator Diagnosis Jenis Operasi ETT Cuff Lateral
(Tahun) (Kg) (Cm) ASA Netral
(cc) Rotasi
(cmH2O)
(cmH2O)
58
17 Ny C 47 P BD Polyp gallbladder Open cholecystectomy 70 170 2 7,0 6 26 28
Ileostomy status post HTHR
18 Tn S 50 L BD EEA 70 165 1 7,5 6 25 30
S dt HIL inkarserata
59
Ileotransversostomy status
End to end
31 Tn Z 56 L BD post hemicolectomy D + 60 160 2 7,5 5 24 27
Anastomose
Colitis ulcerative
60
LAMPIRAN 5. Hasil Analisis Statistik SPSS for Windows Version 26
JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 24 60.0 60.0 60.0
P 16 40.0 40.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
OPERATOR
Frequency Percent Valid Percent
Valid BD 14 35.0 35.0
BO 12 30.0 30.0
BP 6 15.0 15.0
BU 2 5.0 5.0
OBG 3 7.5 7.5
ONK 3 7.5 7.5
Total 40 100.0 100.0
Ukuran ETT
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 6.5 4 10.0 10.0 10.0
7.0 17 42.5 42.5 52.5
7.5 19 47.5 47.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
61
Descriptives
Std.
Statistic Error
Ukuran ETT Mean 7.185 0.0536
95% Lower 7.117
Confidence Bound
Interval for
Mean
Upper 7.333
Bound
5% Trimmed 7.250
Mean
Median 7.500
Variance 0.115
Std. 0.3387
Deviation
Minimum 6.5
Maximum 7.5
Range 1.0
Interquartile 0.5
Range
Skewness 0.852 0.374
Kurtosis -0.368 0.733
VOLUME CUFF
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 4 8 20.0 20.0 20.0
5 13 32.5 32.5 52.5
6 15 37.5 37.5 90.0
7 4 10.0 10.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Volume cuff 40 4 7 5.38 0.925
Valid N (listwise) 40
Descriptives
62
Maximum 25
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness 0.000 1.014
Kurtosis -6.000 2.619
Lateral Mean 27.75 0.250
Rotasi ETT
ID 6.5 95% Lower 26.95
Confidence Bound
Interval for Upper 28.55
Mean Bound
5% Trimmed Mean 27.78
Median 28.00
Variance 0.250
Std. Deviation 0.500
Minimum 27
Maximum 28
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness -2.000 1.014
Kurtosis 4.000 2.619
Descriptives
63
Std. Deviation 1.342
Minimum 28
Maximum 32
Range 4
Interquartile Range 3
Skewness 0.268 0.597
Kurtosis -1.125 1.154
Descriptives
64
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Cuff Press.Netral .165 40 .018 .927 40 .081
(cmH2O)
Cuff Press. .163 40 .045 .925 40 .439
Lateral Rotasi
(cmH2O)
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Usia (Tahun) .112 40 .200 .935 40 .247
BB (Kg) .215 40 .000 .885 40 .451
TB (Cm) .143 40 .038 .925 40 .189
Status Fisik .342 40 .000 .732 40 .000
Jenis Kelamin .225 40 .000 .876 40 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Netral ETT ID 7.0 0.328 17 0.014 0.868 17 0.054
Lateral Rotasi 0.165 17 0.105 0.901 17 0.117
ETT ID 7.0
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Netral ETT ID 7.5 0.267 19 0.029 0.853 19 0.052
N Correlation Sig.
Pair 1 Netral & Lateral Rotasi 40 0.695 0.000
65
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Netral - Lateral 3.900 1.317 0.208 4.321 3.479 18.735 39 0.000
Rotasi
66
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Difference
Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 Netral ETT 4.136 1.037 0.221 4.596 3.677 18.706 18 0.000
ID 7.5 -
Lateral
Rotasi ETT
ID 7.5
Test Statisticsa
67