FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI INSTITUT
TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
SKRIPSI
STUDI KASUS PENCEGAHAN RISIKO HIPOTERMI DENGAN PEMBERIAN
INFUS HANGAT PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RSD MANGUSADA
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI INSTITUT
TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Ns. Emanuel Ileatan Lewar, S. Kep., MM Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep., M.Kep.
NIDN. 4019046002 NIDN. 0817089001
i
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada program studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi dan Kesehatan Bali pada tanggal 3 Juni
2022
Panitia penguji skripsi berdasarkan SK Rektor
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Nomor:
Ketua : Ns. Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS
NIDN: 0823077901
Anggota :
1. Ns. Emanuel Ileatan Lewar, S.Kep.,MM
NIDN: 4019046002
2. Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep., M.Kep.
NIDN: 0817089001
ii
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul judul “Studi Kasus Pencegahan Risiko Hipotermi Dengan
Pemberian Infus Hangat Pada Pasien Post Sectio Caesarea Dengan Spinal Anestesi Di
RSD Mangusada” telah disajikan didepan dewan penguji pada tanggal 3 Juni 2022 serta
telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan Rektor Institut Teknologi
dan Kesehatan Bali.
Denpasar,3 Juni 2022
Disahkan oleh:
Dewan Penguji Skripsi
1. Ns. Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS Penguji I
NIDN: 0823077901
Mengetahui
Rektor Ketua
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Program Studi D-IV Keperawatan Anestesiologi
I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D dr. Gde Agus Shuarsedana Putra, Sp.An
NIDN. 0823067802 NIR. 17131
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Kasus
Pencegahan Risiko Hipotermi Dengan Pemberian Infus Hangat Pada Pasien Post Sectio
Caesarea Dengan Spinal Anestesi Di RSD Mangusada”.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal studi kasus ini bisa diselesaikan tepat
pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D. selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan proposal studi kasus ini.
2. Ibu Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep., M.Kep. selaku Wakil Rektor (Warek) I
yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan proposal studi kasus ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II
yang memberikan dukungan moral dan perhatian kepada penulis.
4. Bapak Ns. Kadek Nuryanto, S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
sekaligus penguji yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan proposal studi kasus ini.
5. Bapak dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An., selaku Ketua Program Studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral kepada penulis.
6. Bapak Ns. Emanuel Ileatan Lewar, S.Kep., MM. selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal studi kasus
ini.
7. Ibu Ns. Ni Komang Tri Agustini, S.Kep., M.Kep. selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal studi kasus
ini.
8. Seluruh keluarga yang penulis cintai atas dukungan serta dorongan moral dan
iv
materi yang diberikan untuk menyelesaikan proposal studi kasus ini
9. Teman-teman penulis yang selalu memberikan dukungan hingga selesainya
proposalnya ini
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal studi kasus masih belum
sempurna, untuk itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulis
v
PENCEGAHAN RISIKO HIPOTERMI DENGAN PEMBERIAN INFUS
HANGAT PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DENGAN SPINAL
ANESTESI DI RSD MANGUSADA
ABSTRAK
Latar Belakang: Sectio Caesarea merupakan salah satu tindakan pembedahan yang
dilakukan dalam mengeluarkan janin. Tindakan pembedahan sectio caesarea sebagian
besar dilakukan dengan teknik anestesi regional. Prosedur anestesi spinal memblokir
sistem simpatis, menyebabkan vasodilatasi, mengakibatkan terjadinya hipotermia.
Metode non farmakologis yang dapat digunakan salah satunya yaitu pemberian infus
hangat.
Tujuan: Tujuan umum dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui respon dan
perubahan suhu pasien penggunaan infus hangat untuk mencegah hipotermi pada pasien
post operasi sectio caesarea dengan spinal anestesi.
Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan rancangan multiple
case study. Partisipan sebanyak 4 orang yaitu pasien yang menjalani operasi sectio
caesarea dengan spinal anestesi. Pengumpulan data dilakukan menggunakan panduan
wawancara dan observasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kasus tunggal dan analisis lintas situs.
Hasil: Sebelum pemberian infus hangat partisipan 4 mengalami hipotermi dengan suhu
<360C dengan gejala menggigil, keadaan umum lemah, kulit tampak pucat dan akral
tangan dingin. Setelah pemberian infus hangat, terjadi peningkatan suhu pada menit 15
sampai 30 yaitu >360C, pasien mengatakan tubuhnya sudah merasa hangat dan
menggigilnya sudah hilang.
Kesimpulan: Pemberian infus hangat dapat meningkatkan suhu keempat partisipan
dari < 360C menjadi > 360C.
vi
DAFTAR ISI
vii
B. Konsep Spinal Anestesi.......................................................................................22
1. Pengertian......................................................................................................22
2. Indikasi Spinal Anestesi Pada Sectio Caesarea.............................................23
3. Kontraindikasi Spinal Anestesi Pada Sectio Caesarea..................................24
4. Mekanisme Kerja Spinal Anestesi................................................................25
5. Komplikasi pada Anestesi Spinal.................................................................25
C. Konsep Hipotermi................................................................................................26
1. Definisi..........................................................................................................26
2. Etiologi dan predisposisi...............................................................................27
3. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Hipotermi.............................................28
4. Sistem Regulasi Suhu Tubuh........................................................................30
5. Komplikasi....................................................................................................32
6. Penanganan Hipotermi..................................................................................33
D. Konsep Pemberian Infus Hangat Post Operasi....................................................34
BAB III............................................................................................................................37
METODOLOGI PENELITIAN......................................................................................37
A. Desain Studi Kasus..............................................................................................37
B. Tempat dan Waktu Studi Kasus..........................................................................39
C. Partsipan..............................................................................................................39
1. Kriteria insklusi............................................................................................39
2. Kriteria eksklusi...........................................................................................39
D. Pengumpulan Data...............................................................................................40
1. Metode Pengumpulan Data...........................................................................40
2. Instrumen Studi Kasus..................................................................................40
3. Prosedur Pengumpulan data........................................................................41
E. Analisa Data.........................................................................................................43
1. Analisis data kasus tunggal...........................................................................43
2. Analisis data lintas situs................................................................................43
F. Etika Studi Kasus................................................................................................44
1. Informed consent ( lembar persetujuan )....................................................44
viii
2. Anonymity (Tanpa nama).............................................................................44
3. Confidentiality (Kerahasian).......................................................................44
4. Sukarela.........................................................................................................45
BAB IV...........................................................................................................................46
HASIL PENELITIAN.....................................................................................................46
A. Kondisi Lokasi Penelitian....................................................................................46
B. Data Hasil Penelitian...........................................................................................47
1. Karateristik Partisipan...................................................................................47
2. Hasil wawancara dan observasi Partisipan pada post sectio caesarea dengan
spinal anestesi...................................................................................................49
BAB V.............................................................................................................................54
PEMBAHASAN..............................................................................................................54
A. Karakteristik Umum Partisipan...........................................................................54
B. Gambaran Suhu sebelum pemberian infus hangat...............................................55
C. Perubahan Suhu setelah pemberian infus hangat.................................................56
D. Keterbatasan Penelitian.......................................................................................58
BAB VI............................................................................................................................59
PENUTUP.......................................................................................................................59
A. Kesimpulan..........................................................................................................59
B. Saran....................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................61
Lampiran 1 Jadwal Studi Kasus.....................................................................................66
Lampiran 2 Lembar Observasi dan Wawancara..............................................................67
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden...................................................70
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden.....................................................71
Lampiran 5 Permohonan Izin Penelitian.........................................................................72
Lampiran 6 Izin rekomendasi penelitian Prrovinsi Bali..................................................73
Lampiran 7 Permohonan izin penelitian Kabupaten Badung..........................................74
Lampiran 8 Permohonan surat izin penelitian dan Ethical clearance di RSD
Mangusada.......................................................................................................................75
ix
Lampiran 9 Face Validity................................................................................................78
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Studi Kasus...................................Error: Reference source not found
Lampiran 2 Lembar Observasi dan Wawancara...........Error: Reference source not found
Lampiran 3 Lembar Permohonan Menjadi Responden Error: Reference source not found
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden. .Error: Reference source not found
Lampiran 5 Permohonan Izin Penelitian.......................Error: Reference source not found
Lampiran 6 Izin rekomendasi penelitian Prrovinsi Bali.........Error: Reference source not
found
Lampiran 7 Permohonan izin penelitian Kabupaten Badung.Error: Reference source not
found
Lampiran 8 Permohonan surat izin penelitian dan Ethical clearance di RSD
Mangusada....................................................................Error: Reference source not found
Lampiran 9 Face Validity.............................................Error: Reference source not found
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
2016).
Menurut penelitian yang dilakukan Minarsih, pada 2013,
disebutkan bahwa pemberian cairan infus hangat untuk mengetahui
efektivitasnya terhadap hipotermia pasca operasi, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa 60 menit setelah perawatan, 100% responden pada
kelompok perlakuan memiliki tubuh yang normal. suhu tubuh, sedangkan
pada kelompok kontrol hanya 7,7% responden yang suhu tubuhnya
menjadi normal. Kecepatan rata-rata untuk mencapai suhu tubuh normal
adalah 37,6 menit pada pasien yang menerima infus hangat dan pada
pasien yang tidak menerima infus hangat, suhu tubuh tetap hipotermia
hingga 60 menit setelah operasi. Menurut penelitian lain yang dilakukan
oleh Zaman pada tahun 2017 dengan judul penelitian “A Clinnical Trial
of the Effect of Warm Intravenous Fluids onn Core Temperature and
Shivering in Patients Undergoing Abdminal Surgery” menyatakan bahwa
infus hangat berpengaruh sangat signifikan terhadap penurunan
hipotermia pada pasien post operasi saat dirawat di bangsal PACU
dengan p-value 0,001 dan 30 menit setelah dipacu dengan p-value 0,0001.
penelitian lain yang mendukung juga dilakukan oleh Virgianti dkk pada
tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Pemberian Cairan Infus dengan
NaCL Hangat terhadap Kejadian Menggigil pada Pasien Operasi Secsio
Caesarea di Kamar Operasi Rumah Sakit Aisyah Bojonegoro”
melaporkan bahwa pemberian infus hangat pada pasien pasca operasi
caesar dengan teknik anestesi spinal dengan nilai P 0,000 efektif dalam
menurunkan kejadian shivering (hipotermi). Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang diperoleh dari RSD Mangusada pada bulan Juni 2020
rata-rata pasien yang menjalani tindakan anestesi berjumlah 139 pasien,
dengan jumlah general anestesi 87 orang dan dengan spinal anestesi 52
pasien.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas,
kejadian hipotermi post operasi sectio caesarea dengan spinal anestesi
4
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui bagaimana
respon dan perubahan suhu pasien penggunaan Infus Hangat untuk
mencegah hipotermi pada pasien post operasi sectio caesarea dengan
spinal anestesi.
2. Tujuan Khusus
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
b. Penata anestesi
1. Pengertian
2. Etiologi
Etiologi menurut Amin & Hardi (2013) Sectio Caesarea ada dua
yaitu :
7
pada
8
9
3. Indikasi
4. Faktor Risiko
5. Komplikasi
1. Pengertian
C. Konsep Hipotermi
1. Definisi
a. Usia
d. Lama operasi
e. Jenis operasi
5. Komplikasi
6. Penanganan Hipotermi
Indikasi dalam pemberian terapi cairan hangat salah satunya adalah pada
pasien dengan hipotermi pasca operasi sebagai akibat dari anastesi dan
pembedahan(Setianti,2016).
Metode penghangatan cairan infus bervariasi, dapat berupa
warming cabinet atau in-line fluid warmers (perangkat penghangat
cairan) (Campbell, et al., 2015). Perangkat penghangat cairan infus
menggunakan tenaga listrik atau baterai, dan menghantarkan panas ke
cairan melalui kanula saat cairan melewati alat penghangat. Output
panas dapat disesuaikan untuk suhu cairan yang dibutuhkan dan terdapat
informasi suhu yang akurat pada perangkat. Jarak perangkat penghangat
dengan lokasi insersi yang paling efektif menurut Euasobhon, et al.,
(2016) adalah 15 cm dengan level kecepatan tetes medium. Suhu infus
hangat yang diberikan tidak boleh melebihi 40oC hingga 42oC untuk
menghindari terjadinya denaturasi protein plasma (Thongsukh, et al.,
2018).
Menurut Umah dan Wulandari (2013) menjelaskan bahwa cairan
yang dihangatkan, dengan mekanisme konveksi kalor pindah ke darah
dan diterima hipotalamus dipersepsikan sebagai keadaan normitermia
sehingga tubuh akan menghentikan panas dengan cara menghentikan
proses menggigil. Cairan hangat intravena dapat membantu
meminimalkan kehilangan panas dan bisa menjadi keuntungan
tambahan sebagai penggantian cairan. Selain itu, terapi cairan juga dapat
mengurangi komplikasi hemodinamik pasca operasi. Mencegah
hilangnya suhu inti tubuh dan juga mengurangi menggigil setelah
anestesi umum pada ibu yang menjalani sectio caesaria juga dilaporkan
sebagai efek positif dari penggunaan cairan intravena hangat (Cobb et
al., 2016).
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Virgianti dkk pada tahun
2014 dengan judul “Pengaruh Pemberian Cairan Infus dengan NaCL
Hangat terhadap Kejadian Menggigil pada Pasien Operasi Secsio
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Partsipan
1. Kriteria insklusi
2. Kriteria eksklusi
D. Pengumpulan Data
a. Wawancara
b. Observasi
a. Tahap Persiapan
b. Tahap Pelaksanaan
4) Dokumentasi
E. Analisa Data
3. Confidentiality (Kerahasian)
4. Sukarela
Dalam bab ini diuraikan hasil studi kasus mengenai Pencegehan Risiko
Hipotermi Dengan Pemberian Infus Hangat Pada Pasien Post Sectio Caesarea
Dengan Spinal Anestesi Di Rsd Mangusada. Penelitian ini telah dilaksanakan
dari 25 Maret 2022 hingga 25 April 2022.
35
36
1. Karateristik Partisipan
Tabel 4.1. Tabel Karakteristik partisipan post sectio caesarea dengan spinal
anestesi di RSD Mangusada
a. Partispan 1
b. Partisipan 2
c. Partisipan 3
d. Partisipan 4
dengan suhu < 360C dengan gejala menggigil, akral dingin dan keadaan
umum lemah yang juga dilami oleh partisipan 2, 3, 4, setelah 15 menit
sampai 30 menit diperoleh data bahwa terjadi peningktan suhu yaitu >
360C dan gejala menggigil menghilang pada partisian 1 sama halnya
yang terjadi dengan partisipan 2, 3, 4.
BAB V
PEMBAHASAN
Karakteristik usia pada studi kasus ini yaitu 29, 39, 40, 30 tahun dengan
suhu sebelum pemberian infus hangat yaitu, 35; 35,6; 35,3; 35. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian Mubarokah (2017), menjelaskan bahwa semakin tinggi
usia responden maka semakin tinggi risiko mengalami kejadian hipotermi.
Spinal anestesi yang dilakukan pada pasien usia lansia juga dapat menyebabkan
pergeseran pada ambang batas termoregulasi dengan derajat yang lebih besar
dibandingkan dengan pasien yang berusia muda. Buggy (2016) menyebutkan
bahwa selain lansia pasien pediatrik, balita, dan anak bukanlah pasien dewasa
yang berukuran besar. Mereka memiliki risiko yang tinggi juga untuk terjadi
komplikasi pasca operasi. Seseorang pada usia lansia telah terjadi kegagalan
memelihara suhu tubuh, baik dengan atau tanpa anestesi, kemungkinan hal ini
terjadi karena penurunan vasokonstriksi termoregulasi yang terkait dengan usia .
Karakteristik IMT pada masing-masing partsipan pada studi kasus ini
yaitu, 22; 27,3; 24,2; 25,7 dengan suhu sebelum pemberian infus hangat yaitu,
35; 35,6; 35,3; 35,4. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Listiyanawati (2018) menjelaskan bahwa pada orang dengan IMT yang rendah
akan lebih mudah kehilangan panas dan merupakan faktor risiko terjadinya
hipotermi, hal ini dipengaruhi oleh persediaan sumber energi penghasil panas
yaitu lemak yang tipis, simpanan lemak dalam tubuhsangat bermanfaat sebagai
cadangan energi. Pada indeks massa tubuh yang tinggi memiliki sistem proteksi
panas yang cukup dengan sumber energi penghasil panas yaitu lemak yang tebal
sehingga IMT yang tinggi lebih baik dalam mempertahankan suhu tubuhnya
dibanding dengan IMT yang rendah karena mempunyai cadangan energi yang
lebih banyak. Metabolisme seseorang berbeda-beda salah satu diantaranya
dipengaruhi oleh ukuran tubuh yaitu tinggi badan dan berat badan yang dinilai
43
44
penerapan dikuatkan oleh teori yang menyatakan bahwa jumlah pasien pasca
anestesi hampir 80% mengalami kejadian hipotermi. Komplikasi yang dapat
terjadi ketika mengalami hipotermi adalah Post Anesthetic Shivering (PAS) atau
kejadian menggigil pasca anestesi, dilaporkan sekitar 36% kejadian menggigil
pada post spinal anestesi .Pemberian anastesi umum ataupun spinal sangat
mempengaruhi terjadinya hipotermi. Temperatur inti biasanya turun antara 0,5ºC
- 1,5ºC pada jam pertama setelah induksi anestesi, baik melalui anestesi umum
atau neuroaksial akibat adanya redistribusi panas dari pusat ke perifer. Setiap
obat anestesi, baik opioid maupun obat sedasi, menyebabkan vasodilatasi dan
menurunkan kontrol otonom termoregulasi, hal ini memfasilitasi terjadinya
hipotermia (Suindrayasa,2017).
Pada studi kasus ini setelah diberikan infus hangat seluruh partisipan
mengalami peningkatan suhu tubuh dimana suhu sebelum pemberian infus
hangat mengalami hipotermi pada seluruh partisipan, lalu setelah 5 pemberian
infus hangat keempat partisipan masih dalam keadaan hipotermi yaitu suhu <
360C dengan respon pasien menggil dan akral dingin. Setelah 15 menit sampai
30 menit pemberian infus hangat seluruh partisipan dalam batas normal yaitu >
360C dengan respon pasien tampak rileks dan merasa lebih hangat. Hal ini
sejalan dengan penelitian oleh Cahyawati, dkk (2019) yang menyatakan bahwa
pemberian cairan intravena hangat signifikan menurunkan derajat menggigil.
Menurut Awwaliyah, dkk (2020) menyatakan bahwa tindakan pemberian infus
hangat dapat membantu meminimalkan kehilangan panas tubuh dengan
menstimulus hipotalamus untuk merespon sistem termoregulasi sehingga suhu
tubuh juga akan berubah.
Menurut Guyton dalam Nayoko (2016), pemberian selimut hangat
atau pemberian cairan intravena yang dihangatkan dengan mengatur cairan
intravena sejak 10 menit pasca bedah dapat dimulai pada suhu 37°C melalui
46
alat penghangat cairan atau fluid warmer. Elemen penghangat intravena atau
terapi cairan hangat adalah elemen penghangat yang diberikan secara intravena
melalui cairan infus, dimana tindakan ini dilakukan untuk mengurangi
pengeluaran panas dan menghindari pendinginan iatrogenik dalam tubuh dengan
cara menghangatkan cairan intravena sampai suhu 37°C (Nayoko, 2018).
Metode penghangatan cairan infus bervariasi, dapat berupa warming cabinet
atau in-line fluid warmers (perangkat penghangat cairan) (Campbell, et al.,
2015). Perangkat penghangat cairan infus menggunakan tenaga listrik atau
baterai, dan menghantarkan panas ke cairan melalui kanula saat cairan melewati
alat penghangat. Output panas dapat disesuaikan untuk suhu cairan yang
dibutuhkan dan terdapat informasi suhu yang akurat pada perangkat.
Menurut Euasobhon, dkk (2016), jarak perangkat penghangat dengan
lokasi insersi yang paling efektif adalah 15 cm dengan level kecepatan tetes
medium. Suhu infus hangat yang diberikan tidak boleh melebihi 40oC hingga
42oC untuk menghindari terjadinya denaturasi protein plasma (Thongsukh, dkk,
2018). Pada studi kasus ini menggunakan infus hangat dengan 36 oC-37oC
dengan tetesan cairan 20 kali tetes per menit. Menurut Susanti (2015) semakin
cepat cairan berpindah, semakin cepat pula konveksi terjadi, arus konveksi
mempengaruhi perpindahan panas, sehingga kecepatan tetesan infus dapat
menjadi salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya proses konveksi di
dalam pembuluh darah. Berdasarkan penelitian oleh Umah dan Wulandari
(2013) menyatakan bahwa cairan yang dihangatkan, dengan mekanisme
konveksi kalor pindah ke darah dan diterima hipotalamus dipersepsikan sebagai
keadaan normitermia sehingga tubuh akan menghentikan panas dengan cara
menghentikan proses menggigil.
Cairan hangat intravena dapat membantu meminimalkan kehilangan
panas dan bisa menjadi keuntungan tambahan sebagai penggantian cairan.
Selain itu, terapi cairan juga dapat mengurangi komplikasi hemodinamik pasca
operasi. Mencegah hilangnya suhu inti tubuh dan juga mengurangi menggigil
setelah anestesi umum pada ibu yang menjalani sectio caesaria juga dilaporkan
47
sebagai efek positif dari penggunaan cairan intravena hangat (Cobb dkk, 2016).
Penelitian terkait yang dilakukan oleh Virgianti, dkk pada tahun 2014 dengan
judul “Pengaruh Pemberian Cairan Infus dengan NaCL Hangat terhadap
Kejadian Menggigil pada Pasien Operasi Secsio Caesarea di Kamar Operasi
Rumah Sakit Aisyah Bojonegoro” menyebutkan bahwa pemberian infus hangat
pada pasien pasca operasi caesar dengan teknik anestesi spinal dengan nilai P
0,000 efektif dalam menurunkan kejadian shivering (hipotermi). Menurut
penelitian yang dilakukan Minarsih (2013), menunjukkan bahwa 60 menit
setelah perawatan, 100% responden pada kelompok perlakuan memiliki suhu
tubuhnya menjadi normal.
D. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan studi kasus yang telah dilakukan, suhu cairan infus yang
diberikan melalui fluid warmer memilii kekurangan, yaitu pemberian suhu infus
hangat yang diberikan ke pasien tidak konsisten yaitu dengan rentang rentang
suhu 360C-370C sejak menit pertama hingga menit 30 menit. Sehingga peneliti
kurang mengetahui suhu optimal yang berpengaruh dalam meningkatkan suhu
pasien.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
48
49
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Studi Kasus
Case Study Pencegahan Risiko Hipotermi Dengan Pemberian Infus Hangat Pada Post Sectio Caesarea Spinal Anestesi Di RSD
Mangusada
56
BULAN
J
NO KEGIATAN a M A
J
n a p M
u
Oktober Nopember Desember u Februari r r e
n
a e i i
i
r t l
i
I
III IV I III IV I III IV I III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
I
Penyusunan
1
Proposal
2 ACC Proposal
Penyebaran
3
Proposal
4 Ujian Proposal
Ujian Ulang
5
Proposal
Pengumpulan
6
Data
Penyusunan
7
Hasil studi kasus
Penyebaran
8
Skripsi
9 Ujian Skripsi
Ujian Ulang
10
Skripsi
Perbaikan dan
11
Pengumpulan
57
B TB IM Obat Dosi Lokasi Lam Jeni Tete Suhu Sebelum 0 menit 5 menit 15 menit 30
B T anestesi s Penyu a op. s s Ruangan intervensi setelah setelah setelah s
ntikan Infu Infu yang intervensi intervensi intervensi in
Kode Umur s s diberikan
Nama
No Respo
(inisial) (tahun) Intr RR Suh Men Suh Men Suhu, Me Suhu, Men Suh
nden
a u, ggigi u ggigi ngg ggig u,
Ane l? l? igil il?
stesi ?
4
60
………..., ……
Responden
…………………………
62