Anda di halaman 1dari 63

SKRIPSI

GAMBARAN KEJADIAN AGITASI PADA PEMBERIAN


SEVOFLURANE PASCA OPERASI DENGAN ANESTESI
UMUM DIRUANGAN PEMULIHAN RUMAH SAKIT TK. II
UDAYANA

PINGKI GULTOM

FALKUTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUSI TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022

i
SKRIPSI

GAMBARAN KEJADIAN AGITASI PADA PEMBERIAN


SEVOFLURANE PASCA OPERASI DENGAN ANESTESI
UMUM DIRUANGAN PEMULIHAN RUMAH SAKIT TK. II
UDAYANA

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes)


Pada Institut Teknologi dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh:
PINGKI GULTOM
NIM. 18D10160

FALKUTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUSI TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Gambaran kejadian agitasi pada pemberian sevofluran


pasca operasi dengan anestesi umum diruangan pemulihan Rumah Sakit Tk. II
Udayana” telah mendapatkan persetujuan pembimbing dan disetujui untuk
diajukan kehadapan tim penguji skripsi pada program D-IV Keperawatan
Anestesiologi Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali.

Denpasar, 28 Mei 2022


Pembimbing I Pembimbing II

Ns.Ni Made Dewi Wahyunadi,S.Kep.,M.Kep Ns. Putu Noviana Sagitarini,S.Kep.,M.kes


NIDN. 0826128802 NIDN. 0819128705

iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
pada tanggal 28 Mei 2022

Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Rektor ITEKES Bali


Nomor: DL.02.02.2632.TU.IX.2021

Ketua : Dr. Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0808117701

Anggota :

1. Ns. Ni Made Dewi Wahyunadi, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0826128802

2. Ns. Putu Noviana Sagitarini, S.Kep., M.Kes


NIDN. 0819128705

iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Gambaran kejadian agitasi pada pemberian sevofluran


pasca operasi dengan anestesi umum diruangan pemulihan Rumah Sakit Tk. II
Udayana”, telah disajikan di depan dewan penguji pada tanggal 28 Mei 2022 telah
diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan Rektor Institut Teknologi
dan Kesehatan Bali.

Denpasar, 28 Mei 2022


Disahkan oleh:
Dewan Penguji Skripsi
1. Dr. Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep., M.Kep
NIDN. 0808117701

2. Ns. Ni Made Dewi Wahyunadi, S.Kep., M.Kep


NIDN. 0826128802

3. Ns. Putu Noviana Sagitarini, S.Kep., M.Kes


NIDN. 0819128705

Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali Program Studi DIV Keperawatan
Rektor Anestesiologi
Ketua

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D dr.I Gede Agus Shuarsedana Putra, Sp.An
NIR/NIDN. 0823067802 NIR. 17131

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“gambaran kejadian agitasi pada pemberian sevoflurane pasca operasi dengan
anestesi umum diruang pemulihan Rumah Sakit Tk. II Udayana”
Dalam penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak pembimbing,
pengarahan, dan bantuan dari semua pihak sehingga proposal ini diselesaikan
tepat waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., P.hD d. selaku rektor
Institut Teknologi dan kesehatan Bali yang telah member izin dan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan proposal ini.
2. Ibu Ns. NLP Dina Susanti, S.Kep., M.Kep. selaku wakil rektor (warek) I
dan penguji tamu yang telah memberikan izin serta kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan proposal ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku wakil rektor (warek)
II yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan proposal ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas
Kesehatan yang memberikan dukungan kepadapenulis.
5. Bapak dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An., selaku Ketua Program Studi
D-IV Keperawatan Anestesiologi yang memberikan dukungan moral
kepada penulis.
6. Ibu Ns. Ni Made Wahyunadi, S.Kep.,M.Kep. selaku pembimbing I yang
telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini.
7. Ibu Ns. Putu Noviana Sagitarini, S.Kep.,M.Kes. selaku pembimbing II
yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal
penelitian ini.
8. Seluruh keluarga terutama, Mama, Papa, kakak, dan adik yang penulis
cintai atas dukungan serta dorongan moral dan materi yang diberikanuntuk

vi
menyelesaikan proposal penelitian ini.
9. Teman-teman penulis yang selalu memberikan dukungan hingga
selesainya proposalnya ini
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu penyusunan proposal ini
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih belum
sempurna,untuk itu dengan hati terbuka,penulis menerima kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif untuk kesempurnaan proposal ini.
Denpasar, 29 desember 2021
Penulis

vii
GAMBARAN KEJADIAN AGITASI PADA PEMBERIAN
SEVOFLURANE PASCA OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM
DIRUANG PEMULIHAN RS. TK II UDAYANA

Pingki Gultom
Fakultas Kesehatan
Program Studi D IV Keperawatan Anestesiologi
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali
Email: pingkigultom18@gmail.com

Abstrak

Pendahuluan; Agitasi adalah masalah utama yang paling sering ditemukan


dipasca anestesi umum. Angka kejadian agitasi pasca operasi anestesi umum pada
pemberian sevofluran berkisar antara 10 sampai 50%.
Tujuan penelitian; Untuk mengetahui gambaran kejadian agitasi pada pemberian
sevoflurane pasca operasi dengan anestesi umum diruang pemulihan RS Tk. II
Udayana.
Metode; desain penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional di RS Tk II Udayana pada 95 sampel yang telah memenuhi
kriteria. Sampel dibagi menjadi kejadian yang mengalami agitasi dan tidak
mengalami agitasi. Kejadian agitasi dinilai menggunakan Richmond agitation
sedatiton scale (RASS).
Hasil; hasil penelitian ini yaitu, dari sebanyak 95 responden yang dilakukan
anestesi umum dengan pemberian sevoflurane ditemukan bahwa sebanyak 30
responden (31,6%) mengalami agitasi, dan 65 responden (68,4%) tidak
mengalami agitasi.
Kesimpulan; agitasi masih terjadi pada pasien yang dilakukan anestesi umum
dengan pemberian sevofluran yaitu sebanyak 30 responden .

Kata Kunci: Agitasi, Sevoflurane, General Anesthesia

viii
THE AGITATION INCIDENCE IN GIVING SEVOFLURANE POST
OPERATIVE WITH GENERAL ANESTHESIA IN RECOVERY ROOM
OF TINGKAT II UDAYANA HOSPITAL

Pingki Gultom
Faculty of Health
Diploma IV of Nursing Anesthesiology
Institute of Technology and Health Bali
Email: pingkigultom18@gmail.com

Abstract

Background: The agitation is the most common major problem in post general
anesthesia. The incidence of post operative agitation post general anesthesia with
sevoflurane is from 10 to 50%.
Purpose: To identify the agitation incidence in giving sevoflurane post operative
general anesthesia in recovery room of Tingkat II Udayana Hospital.
Method: This research employed descriptive design with cross sectional
approach. There were 95 respondents recruited as the samples which have
fulfilled the criteria. The samples were divided into respondents who had agitation
incidence and did not have agitation. The agitation incidence was assessed by
using Richmond Agitation Sedation Scale (RASS).
Findings: The result of research showed that 95 respondents were done general
anesthesia and given sevoflurane. It was found that 30 respondents (31.6%) had
agitation incidence and 65 respondents (68.4%) did not have agitation incidence.
Conclusion: There are 30 respondents who have agitation incidence with general
anesthesia who are given sevoflurane.

Keywords: Agitation, Sevoflurane, General Anesthesia

ix
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN ......... Error!
Bookmark not defined.
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSIError! Bookmark not
defined.
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN ....... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
1. Manfaat teoritis:........................................................................................ 3
2. Manfaat praktis: ........................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 5
A. Agitasi .......................................................................................................... 5
1. Definisi agitasi .......................................................................................... 5
2. Agitasi pada anestesi umum ..................................................................... 5
3. Faktor yang mempengaruhi agitasi .......................................................... 6
B. Anestesi umum ............................................................................................. 6
1. Definisi anestesi umum ............................................................................ 6
2. Anestesi umum inhalasi............................................................................ 8
3. Sevoflurane .................................................................................................. 9
1. Famakokinetik .......................................................................................... 9
2. Farmakodinamik ..................................................................................... 10

x
D. Penelitian terkait......................................................................................... 11
BAB III.................................................................................................................. 13
KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN ................................ 13
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 13
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................ 14
1. Variabel Penelitian ................................................................................. 14
2. Definisi Operasional ............................................................................... 14
BAB IV ................................................................................................................. 16
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 16
A. Desain Penelitian........................................................................................ 16
B. Tempat dan waktu Penelitian ..................................................................... 16
1. Tempat penelitian ................................................................................... 16
2. Waktu penelitian..................................................................................... 16
C. Populasi-sampel-sampling ......................................................................... 17
1. Populasi .................................................................................................. 17
2. Sampel .................................................................................................... 17
3. Sampling ................................................................................................. 18
D. Pengumpulan data ...................................................................................... 18
1. Metode pengumpulan data ..................................................................... 18
2. Alat pengumpulan data ........................................................................... 18
3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 19
E. Analisa data ................................................................................................ 20
1. Teknik Pengolahan Data......................................................................... 20
2. Teknik Analisa Data ............................................................................... 22
F. Etika penelitian........................................................................................... 22
BAB V ................................................................................................................... 24
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 24
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ......................................................... 24
B. Karakteristik Responden ............................................................................ 24
C. Hasil Analisa Data...................................................................................... 26
BAB VI ................................................................................................................. 28
PEMBAHASAN ................................................................................................... 28
A. Gambaran Kejadian Agitasi Pada Pemberian Sevoflurane Pasca Operasi
Anestesi Umum Diruang Pemulihan ................................................................. 28

xi
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 30
BAB VII ................................................................................................................ 31
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 31
A. Simpulan .................................................................................................... 31
B. Saran........................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 32
Lampiran ............................................................................................................... 34

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 kerangka konsep gambaran kejadian agitasi pada pemberian
sevofluran pasca operasi dengan anestesi umumdi ruang pemulihan RS Tk. II
Udayana.

xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 variabel penelitian, definisi penelitian, skala pengukuran gambaran
kejadian agitasi pada pemberian sevofluran pasca operasi dengan anestesi umumdi
ruang pemulihan RS Tk. II Udayana.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden (n=95) diruang pemulihan
RS Tk.II Udayana
Tabel 5.2 Gambaran kejadian agitasi pada pemberian sevoflurane pasca operasi
dengan anestesi umum diruangan pemulihan RS Tk.II Udayana (n=95)
Tabel 5.3 Tabulasi silang kejadian agitasi berdasarkan karakteristik responden

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Lembar Observasi
Lampiran 3. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 6. Surat Penanaman Modal
Lampiran 7. Surat Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik
Lampiran 8. Surat Ijin Rumah Sakit Tk. II Udayana
Lampiran 9. Surat Ethical Clereance
Lampiran 10. Hasil Analisa Data
Lampiran 11. Lembar Pernyataan Abstract Translation

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agitasi pasca operasi dengan sevofluran bukan merupakan hal baru


yang terjadi di Indonesia.Pertama kali dilaporkan pada tahun 1961 dan
menjadi pusat perhatian setelah kejadian agitasi pada pemberian
sevofluran pasca operasi diruang pemulihan.Agitasi pasca penggunaan
sevofluran tidak hanya terjadi pada pasien pediatric, namun juga dapat
terjadi pada pasien dewasa. Gejala yang tampak pada pasca operasi dengan
anestesi umum adalah menangis, eksitasi, agitasi dan delirium (Widyastuti
et al., 2016).

Faktor yang mempengaruhi agitasi pascaoperasi dengananestesi


umum belum diketahui secara pasti.Menurut penelitian terdahulu
diperkirakan sevofluran bekerja pada reseptor sehingga mengeksitasi otak,
namun belum didapatkan data secara pasti karena mengingat hasil
penelitian dan kajian karya ilmiah tentang desflurane yang tidak
mengeksitasi otak (Widyastuti et al., 2016).

Anestesi merupakan suatu upaya untuk menghilangkan rasa sakit


atau nyeri.Nyeri adalah suatu bentuk pengalaman sesnsorik dan emosional
yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan
suatu jaringan.Anestesi umum merupakan suatu tindakan menghilangkan
rasa nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat
revelsible.Teknik anestesi umum dapat digunakan dengan anestesi inhalasi
dan anestesi intravena.Saat memilih teknik dan obat yang digunakan
dalam anestesi umum perlu dipertimbangkan berbagai hal yaitu keamanan
dan kemudahan dalam mengunakan teknik tersebut, kecepatan induksi,
pemulihan dan stabilitas hemodinamik serta biaya yang digunakan.Cara

1
kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri juga menghilangkan
kesadaran anestesi umum juga dapat membuat amnesia serta merelaksasi
seluruh otot, sehingga butuh pengawasan untuk melakukan tindakan
anestesi umum(Putri et al., 2014).

Salah satu bentuk anestesi adalah anestesi inhalasi, anestesi


inhalasi banyak digunakan karena mudah pemberiannya dan dapat
mengawasi efek samping. Anestesi ini memiliki keunggulan pada potensi
yang tinggi dan konsentrasi yang dapat dikendalikan melalui mesin
dengan titrasi dosis untuk menghasilkan respon yang diinginkan serta
memiliki koefisien partisi darah/gas rendah sehingga onsetnya
cepat.Anestesi inhalasi adalah obat yang berupa gas atau cairan yang
mudah menguap, yang diberikan melalui pernafasan pasien.Campuran gas
atau obat anestesi dan oksigen masuk mengikuti aliran udara inspirasi,
mengisi rongga paru-paru dan mengalami difusi dari alveoli kekapiler
paru-paru dengan sifat fisika masing-masing gas. Konsentrasi minimal
obat anestesi yang diberikan didalam alveoli yang sudah menimbulkan
efek analgesia dengan satuan internasional minimalalveolar
consentration/MAC(Ramadhan et al., 2020)

Sevofluran merupakan halogenasi eter yang memiliki proses


induksi dan pemeliharaan paling cepat dari anestesi inhalasi lainnya.
Sevofluran memiliki daya larut yang rendah akibat fluoronisasi pada
molekul eter. Sevoflurance (2,2,2-trifluoro-1-(trifuolomethyl)
ethylfluoromethyl eter) disebut juga sebagai (Fluoromethyl
hexafluoroisoprophyl ether)relative stabil dan tidak menimbulkan aritmia
selama anestesi berlangsung serta cepat dalam mengatur kedalaman
anesthesia. Efek samping dari obat sevofluran adalah takanan vaskuler dan
curah jantung sedikit menurun sehingga dapat menurunkan tekanan
darah.Pada pediatric, sevoflurane juga memiliki keunggulan karena onset
yang sangat cepat sehingga memudahkan seorang ahli anestesi untuk
melakukan induksi inhalasi. Karakteristik tersebut cocok dengan keperluan

2
anestesi saat ini (Millizia, 2015)

Dalam waktu tiga bulan terakhir, jumlah pasien dengan tindakan


anestesi umumRS Tk. II Udayana adalah sebanyak 125 pasien.Beberapa
dari pasien yang dilakukan tindakan anestesi umummengalami agitasi
pasca anestesi umum. Maka sangat penting untuk mengidentifikasi
kejadian agitasi pasca anestesi umum sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang gambaran kejadian agitasi pada pemberian
sevofluran pasca operasi dengan anestesi umumdi ruang pemulihan RS Tk.
II Udayana.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan


pertanyaan penelitian sebagai berikut: bagaimanakah gambaran kejadian
agitasi pada pemberian sevoflurane pasca operasi dengan anestesi umumdi
ruang pemulihan RS Tk. II Udayana?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui gambaran kejadian agitasi pada pemberian sevoflurane
pasca operasi dengan anestesi umumdi ruang pemulihan RS Tk. II
Udayana.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat kajian ilmiah
mengenai gambaran kejadian agitasi pada pemberian sevoflurane
pasca operasi dengan anestesi umum diruang pemulihan RS TK. II
Udaya yang bermanfaat sebagai sumber informasi kepada tenega
kesahatan yang sedang bertugas.

2. Manfaat praktis:
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
a. Institusi Rumah sakit

3
Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi bagi intuisi
rumah sakit mengenai gambaran kejadian agitasi pada
pemberian sevoflurane pasca operasi dengan anestesi umum.
b. Perawat pelaksana lapangan
Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan
kewaspadaan kejadian agitasi pada pemberian sevofluran pasca
anestesi umumdi ruang pemulihan RS Tk. II Udayana.
c. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan pengembangan
penelitian serta informasi mengenai kejadian agitasi pada
pemberian sevoflurance pasca operasi dengan anestesi umum
diruang pemulihan RS Tk. II Udayana.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Agitasi

1. Definisi agitasi

Agitasi adalah suatu tingkat kesadaran yang mengalami disosiasi


sehingga pasien pasca operasi anestesi umum menjadi tidak tenang,
iritatif, tidak bisa diatur, atau tidak bisa bekerja sama. Agitasi adalah
masalah utama yang paling sering ditemukan di pasca anestesi umum,
angka kejadian agitasi pasca anestesi umum berkisar antara 10% sampai
50%.Banyak penyebab telah ditemukan, seperti pulih sadar yang cepat
di lingkungan asing, kejadian menyakitkan seperti luka operasi,
obstruksi jalan nafas, gangguan lingkungan, hiper dan hipotermia, jenis
dan lokasi operasi, premedikasi, agen anestesi intravena dan inhalasi.
Agitasi pasca anestesi umum dipengaruhi oleh keadaan psikologis
(Ramadhan et al., 2020).

Disisi lain propofol juga memiliki masa pulih yang cepat, agen
propofol tersebut dapat mengurangi angka kejadian agitasi pasca
operasi. Pada penelitian (Khanna et al., 2020) perbandingan kejadian
agitasi pada pasca anestesi umum dengan sevofluran dengan propofol
sebanyak 38 % dan 0%.

2. Agitasi pada anestesi umum

Agitasi adalah masalah utama yang paling sering ditemukan di pasca


anestesi umum, angka kejadian agitasi pasca anestesi umum berkisar
antara 10% sampai 50%. Banyak penyebab telah ditemukan, seperti
pulih sadar yang cepat di lingkungan asing, kejadian menyakitkan

5
seperti luka operasi, obstruksi jalan nafas, gangguan lingkungan, hiper
dan hipotermia, jenis dan lokasi operasi, premedikasi, agen anestesi
intravena dan inhalasi (Ramadhan et al., 2020).

3. Faktor yang mempengaruhi agitasi

Kejadian agitasi pascaoperasi pada anestesi umum dapat disebabkan


oleh banyak hal, hal yang paling sering di jumpai adalah akibat nyeri
dan agitasi akibat pemberian obat sevofluran dan obat lainnya.
Beberapa hal yang menjadi penyebab kejadian agitasi pasca operasi
dengan anestesi umummenurut Widyastuti et al(2016) adalah sebagai
berikut;

a. Hipoksia adalah keadaan patologis didalam tubuh (jaringan atau sel)


yang disesbabkan kurang adekuatnya asupan oksigen.

b. Hiperkarbia dapat meyebabkan vasodilitasi pembuluh darah serebral


sehingga terjadi peninggian tekanan intracranial.

c. Obstruksi jalan nafas adalah ketidak mampu untuk membersikan


sekresi atau saluran pernafasan untuk mempertahankan jalan nafas.

d. Hipogliklemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah <60


mg/dl tanpa gejala klinis.

e. Kejang merupakan peningkatan suhu tubuh yang mencapai 38 0C


yang disebabkan oleh ekstrakranial yang mencapai 40 0C. suhu
tersebut dapat memicu terjadinya kejang pada saat di ruangan
recovery room.

f. obat agen anestesimerupakan faktor insterestik agen anestesi sejak


ditemukan sevoflurane dan isoflurance mengalami peningkatan
kejadian agitasi pasca operasi dengananestesi umum.
B. Anestesi umum

1. Definisi anestesi umum


Anestesi adalah istilah yang diturunkan dari dua kata yunani yaitu

6
“an” dan “esthesia” jika digabungkan memiliki arti dari hilang rasa
atau sensasi. Para ahli saraf memberikan makna pada istilah tersebut
sebagai kehilangan secara patologis pada bagian tertentu.Anestesi
umum merupakan suatu upaya untuk menghilangkan rasa sakit atau
nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan membuat
amnesia serta merelaksasi seluruh otot (Septiane & Anwar, 2018).
Manifestasi yang umum pada anestesi umum adalah agitasi dengan
derajat yang bervariasi.Pemberian magnesium sulfat 10% 20mg
/kgbolus IV selama 15 menit, dilanjutkan 10mg/kg/jam secara infus
selama pembedahan diketahui mencegah kejadian agitasi. Terjadi nya
agitasi biasanya terlihat pada keluhan pasien yang melewati batas
normal aldrete score. Pada menit 5 pertama diruangan recovery
roomdimulai dengan menilai aldrete scoreyang biasanya pada angka 8
dan akan dilakukan latihan fisik ringan yang diawasi oleh tenega
kesehatan yang berjaga diruangan recovery room hingga nilai aldrete
scoreyang biasanya akan terjadi perubahan nilai hingga mencapai
aldrete score 9-10 pada menit ke 25-30. Derajat agitasi berhubungan
dengan kedalaman anestesi umum yang diberikan yang menyebabkan
sedikit atau tidak pada fisiologi yang menyebabkan agitasi tersebut
(Ramírez et al., 2015).
Alat ukur untuk menilai sukup banyak , namun yang paling sering
digunakan adalah pediatrik anesthesia emergence delirium (PEAD),
cravero, dan wacha score. Tidak ada satupun alat spesifik dan dan
sensitive untuk menilai kejadian agitasi pasca operasi. Namun Leila
dan susan menyarankan penggunaan system scoring yang lebih
sederhana untuk mendeteksi agitasi pasca anestesi umum dan
menggunakan PEAD bagi pasien pediatric. Derajat agitasi pasca
anestesi umum pada system scoring cravero jika nilai ≥4, watcha≥3
dan PEAD ≥10 (Widyastuti et al., 2016).
Agitasi pasca operasi sering terjadi pada anak yang diakukan
tindakan anestesi umum dengan sevofluran, diduga akibat solubilitas

7
sevofluran yang lebih cenderung lebih rendah dengan sevofluran dan
obat inhalasi lainnya.Faktor intrinsik yang mungkin berperan pertama,
sevofluran dianggap mempunyai efek mengiritasi system saraf pusat.
Walaupun produk akhir sevofluran tidak merusak organ hingga
bereaksi dengan obat yang lainBerdasarkana penelitian retrospektif
terhadap 14.436, kejadian agitasi pasca anestesi umum pada semua
populasi signifikan lebih banyak terjadi pada anak umur 3-9 tahun.
Kejadian agitasi dikaitkan penggunaan sevofluran dengan angka
kejadian agitasi (Pardede, 2020).

2. Anestesi umum inhalasi


Anestesi umum merupakan salah satu teknik anestesi
umum.Sevofluran merupakan agen inhalasi yang popular
digunakan.Anestesi umum merupakan suatu tindakan meniadakan
nyeri secara sentral serta hilangnya kesadaran.Cara kerja anestesi
umumselain menghilangkan rasa nyeri menghilangkan kesadaran dan
amnesia juga dapat merelaksasi otot. Seiring berkembangnya zaman
didalam ilmu anestesi cara kerja obat anestei secara umum mencapai
keadaan seimbang melalui induksi tunggal atau kombinasi beberapa
obat anestesi lainnya (Ramírez-Segura & Nava-López, 2015).
Dengan intubasi, relaksan otot, dan ventilasi artifisial dapat
dianggap sebagai teknik universal yang dapat digunakan untuk setiap
operasi pada orang dewasa yang memakan waktu lebih dari 20 menit
khususnya jika dibutuhkan pemulihan cepat.Ada beberapa penialain
dan observasi penilaian kejadian agitasi pasca operasi dengan anestesi
umum. Namun belum dapat diukur secara pasti dengan kemajuan
teknologi yang baik dalam penilaian agitasi yang objektif dengan
menggunakan aldrete score. Berbagai faktor yang perlu
dipertimbangkan denganpenggunaan teknik pemantauan yang lebih
baik adalah data validasi, hasil pasien, profil keamanan, efektivitas
biaya, kesadaran akan kemungkinan terjadi kejadian buruk

8
pengetahuan teknis prinsip dan kemampuan penanganan rutin yang
nyaman (Chilkoti et al., n.d.).
3. Sevoflurane

Salah satu anestesi inhalasi yang digunakan adalah


sevoflurane.Sevoflurane merupakan senyawa halogenenasi dengan
fluorine.Sevoflurane merupakan agen inhalasi yang wangi dengan
peningkatan konsentrasi di alveolar yang cepat sehingga mejadi pilihan
yang sempurna sebagai obat induksi pada pasien pediatric dan
dewasa.Induksi inhalasi 4-8 % sevofluran dengan campuran 50 % oksigen
dan nitrous okside dapat dicapai dalam waktu 1-3 menit.Oleh karena
solubilitas dalam darah yang rendah yang mengakibatkan penurunan
tekanan darah.Seperti di ketahui reseptor yang merespon rangsang iritasi
kimia terhadap lapisan epitel dan subepitel pada faring dan laring.Eferen
dari jalur reseptor ini terdapat di nervus laryngeal superior dan dibatang
otak.Pada orang dewasa, respon utama terhadap rangsang iritasi adalah
menutup glottis dan menahan nafas. Pada rangsangan yang lebih kuat akan
timbul reflek batuk dan dapat terjadi spasme laring(Millizia, 2015).

Sevofluran merupakan suatu cairan jernih, tidak berwarna, dan mudah


menguap, tidak mudah terbakar dengan bau khsa yang ringan yang
menyerupai eter.Sevofluran stabil pada suhu kamar dengan titik didih
58,6oC dan tekanan uap157 mmHg maka dari itu sevofluran dapat
digunakan sebagai standar vaporizer. Karaktristik yang paling penting
pada anestesi inhalasi adalah kelarutannya dalam darah , yang ditunjukan
oleh koefisien pembagi darah/gas sebesar (0,69) dapat dikatakan bahwa
sevofluran kurang larut dengan jenis inhalasi terdahulu, tetapi lebih larut
dari desfluran (0,42) dan nitrous oxide (0,47). Kelarutan sevofluran dalam
darah tidak dipengaruhi oleh umur (Millizia, 2015).

1. Famakokinetik
Sevoflune dengan nama dagang sevorane adalah obat anestesi
volatile yang non-flamable, non-explosive, derivat dan isopropyl eter.

9
Secara kimia sebagai fluoro methyl 2.2.2 trifluoro-1-(trifluoromethyl)
ethyl eter, dengan molekul 200,05. Sevofluran adalah cairan yang jernih
tanpa additive atau stabilizer kimia.Tidak terlihat adanya degradasibila
ada kontak langsung dengan CO2 absorben (sodalime/baralime)
menimbulkan terbentuknya penta fluoro isopropenyl fluoro methyl eter
PIFE, C4H2F6O. Struktur kimia dari sevofluran adalah sedemikian rupa
sehingga dalam metabolism tidak terjadi acylhalid (Arvianto et al.,
2017).
Kelarutan sevofluran yang rendah dalam darah dan koefisien partisi
gas dalam darah 0,09 untuk dewasa dan 0,06 untuk bayi yang baru lahir
menyebabkan konsentrasi alveolar meningkat dengan cepat selama
induksi cepat menurun setelah pemberian sevofluran dihentikan.
Metabolit sevofluran yang palingpenting adalah fluoride inorganic.
Pada 0,8-1,1MAC/jam anestesi dengan sevofluran pada pasien pediatrik
yang mengalami peningkatan serum ion florida. Ada beberapa alasan
ion florida yang tinggi pasca operasi dengan sevofluran salah satunya
konsentrasi pada ion florida dengan waktu 1-2 jam akan memiliki tahap
normal dalam waktu 24-30 jam setelah menggunakan tindakan inhalasi
sevofluran (Arvianto et al., 2017).

2. Farmakodinamik
Sevofluran bekerja lebih cepat, tidak mengalami iritasi, induksi
landar dan pemulihan yang cepat.Sevofluran dapat juga menimbulkan
depresi ventilasi tergantung dari dosis yang diberikan. Auto regulasi
aliran darah otak tampak terjaga dengan sevofluran, hal ini bertentangan
dengan obat anestesi lainnya yang mengakibatkan penurunan pada
tekanan darah.konsentrasi yang tinggi pada sevofluran dapat
menyebabkan kerusakan auto regulasi CBF (Prisasanti, 2012).

10
D. Penelitian terkait
1. Purnomo I.C & Johan A. (2017)melakukan penelitian tentang
pengaruh pemberian difenhidramin pada pencegahan agitasi pasca
anestesi pasien pediatrik dengan sevofluran. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh difenhidramin terhadap
pencegahan agitasi atau emergence delirium pada saat pulih sadar
pada pediatrik yang menjalani anestesi umum dengan sevofluran.
Desain penelitian yang digunakan adalah double blinded randomized
controlled trial pada 50 anak yang berusia 10-21 bulan yang
menjalani anestesi umum dengan pemberian sevofluran untuk
pembedahan labioplasti. Populasi dari penelitian ini adalah semua
pasien pediatric yang menjalani pembedahan labioplasti yang
memenuhi kriteria inklusi. Hasil dari penelitian ini menunjukan
pemberian difenhidramin intravena dosis tunggal sebelum ekstubasi
dapat menurunkan angka kejadian agitasi atau emergence delirium
saat pulih sadar dan menurunkan skor pediatric agitation and
emergence delirium score (PAEDS) pada pasien pediatrik yang
menjalani anestesi umum dengan pemberian sevofluran, tanpa
memperpanjang waktu rawat di ruang pulih sadar.
2. Ramadhan et al(2020)meneliti tentang perbedaan kejadian agitasi
pasien pediatri pasca anestesi umum dengan sevofluran atau isofluran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian
sevofluran dan isofluran terhadap kejadian agitasi pasien pediatri yang
menjalani anestesi umum. Sampel dari penelitian ini adalah 36 pasien
pediatri yang menjalani anestesi umum di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Hasil dari penelitian ini adalah kedua kelompok memiliki
karakteristik dasar homogen. Uji rata-rata skor PAEDS antara kedua
kelompok menghasilkan nilai p = 0,505 (10 menit), p = 0,624 (20
menit), dan p = 0,240 (30 menit). Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan kejadian agitasi pasien pediatri pasca anestesi umum
dengan sevofluran dan isofluran tidak berbeda signifikan (p > 0,05).

11
3. Millizia(2015)melakukan penelitian tentang perbandingan ketamin
0,5mg/kgBB/IV dengan propofol 1mg/kgBB/IV untuk mencegah
agitasi pasca anestesi sevofluran pada pasien pediatri dengan anestesi
umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati apakah
pemberian ketamine dan propofol pada akhir pebedahan dapat
mencegah agitasi pasca anestesi dengan sevofluran. Desain penelitian
ini adalah uji klinis acak tersamar ganda, serta populasi yang
digunakan ialah seluruh pasien pediatri yang menjalani pembedahan
dengan anestesi umum di RSUP H. Adam Malik. Penelitian ini
menunjukan hasil bahwa kejadian agitasi lebih banyak pada kelompok
pemberian propofol dari pada ketamin namun secara statistic berbeda
tidak bermakna (p > 0,05).

12
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan kerangka kerja yang berguna untuk
menjelaskan konsep yang ada di persepsi teoritis, dan konsep ini bertujuan
untuk menjelaskan unsur pada objek yang akan di teliti serta menunjukan
adanya hubungan antara konsep tersebut. Kerangka konsep dibuat dalam
berbagai bentuk diagram atau skema agar data pada penelitian lebih
mudah dipahami (Hardani. Ustiawaty, 2017).

AGITASI

Faktor yang mempengengaruhi ANESTESI UMUM


terjadinya agitasi.
1. Hipoksia
2. Hiperkarbia
SEVOFLURANE
3. Obstruksi jalan nafas
4. Hipoglikemia
5. Kejang
6. Obat agen anestesi FASE PASCA OPERASI

Gambar 3.1 kerangka konsep gambaran kejadian agitasi pada pemberian


sevofluran pasca operasi dengan anestesi umumdi ruang pemulihan RS Tk.
II Udayana.
= Diteliti
= Tidak diteliti
= Berpengaruh

13
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian
Suatu penelitian pasti memiliki objek yang akan diteliti, contohnya
bisa berupa benda, kejadian, orang, atau transaksi. Didalam penelitian
peneliti bisa focus pada satu atau lebih karakteristik dari suatu objek
penelitian. Karakteristik inilah yang disebut dengan variabel penelitian
(Hardani. Ustiawaty, 2017).Variabel dalam penelitian ini yaitu kejadian
agitasi pada pemberian sevofluran pasca operasi dengan anestesi umumdi
ruang pemulihan RS Tk. II Udayana.

2. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang menjadikan variabel
yang sedang diteliti bersifat operasional dalam kaitannya dengan proses
pengukuran variabel tersebut. Definisi operasional ini memungkinkan
suatu konsep yang bersifat abstrak menjadi bersifat operasional agar
peneliti bisa melakukan pengukuran dengan mudah (Ridha, 2017).

Tabel 3.1 variabel penelitian, definisi operasional, dan skala pengukuran


gambaran kejadian agitasi pada pemberian sevofluran pasca operasi
dengan anestesi umum.
No Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala
operasional
1 Kejadian Agitasi adalah Pengumpulan 1. Terjadi Nominal
agitasi pada suatu tingkat data akan agitasi
pemberian kesadaran yang dilakukan 2. Tidak
sevofluran mengalami dengan terjadi
pasca operasi disosiasi penilaian dan agitasi
dengan sehingga pengukuran
anestesi pasien pasca menggunakan
umumdi ruang operasi anestesi lembar
pemulihan RS umummenjadi observasi.Untuk

14
Tk. II Udayana tidak tenang, mengetahui
iritatif, tidak terjadi agitasi
bisa diatur, atau tidak
atau tidak bisa peneliti akan
bekerja sama. mengobservasi
tanda dan gejala
agitasi yang
muncul pada
pasien.

15
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kerangka kerja dalam pengumpulan dan
analisa data.Desain penelitian ini menggunakan penelitian
deskriptif.Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang diarahkan untuk
memberikan gejala gejala fakta atau kejadian secara akurat, mengenai
populasi dan daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak
mencari hubungan dan menguji hipotesis (Hardani. Ustiawaty, 2017).
Jenis pendekatan pada penetilitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional. Pendekatan cross sectionalmerupakan suatu metode
penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data dalam
kurun waktu satu kali (Nursalam, 2016).Penelitian ini tidak memberikan
intervensi tetapi ingin mengetahui angka kejadian agitasi pada pemberian
sevofluran pasca operasi dengan anestesi umum.

B. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat penelitian
Penelitianakan dilakukan di ruang pemulihan RS Tk. II Udayana yang
berada di kota Denpasar.

2. Waktu penelitian
Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal pada tanggal 25
Oktober 2021 sampai sampai dengan Desember 2021.Pengumpulan
data akan dilakukan pada Februari-April 2022 (POA Terlampir).

16
C. Populasi-sampel-sampling

1. Populasi
Populasi atau universe merupakan keseluruhan dari obyek
penelitian, yang terdiri dari sekelompok atau objek serta peristiwa
maupun gejala yang memiliki karakter tertentu dan sama (Nursalam,
2016). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua
pasien yang dilakukan anestesi general di ruang pemulihan RS Tk. II
Udayana.Besar populasi 3 bulan terakhir adalah 125 pasien.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki
karakteristik yang sama dari obyek yang merupakan sumber data
(Nursalam, 2016).

a. Besar sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah pasien yang
menjalani tindakan pembedahan dengan anestesi umum
menggunakan sevofluran di RS Tk. II Udayana, yaitu sebanyak
95 pasien.Besar sampel ditentukan dengan rumus slovin.
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 2
125
𝑛=
1 + 125(0,05)2
125
𝑛=
1,3125
n = 95,2380952 = 95
Ket:
n: Jumlah sampel yang diperlukan
N: Populasi yang diketahui
e: Jumlah presisi yang ditoleransi 5% (0,05)

b. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi

17
a) Pasien yang dilakukan operasi elektif dan emergensi
dengan anestesi umum
b) Pasien dengan ASA I dan II
c) Pasien yang bersedia menjadi responden
2) Kriteria eksklusi
a) Pasien anestesi umum dengan pemberian isofluran
b) Pasien dengan ASA III, IV dan V

3. Sampling
Sampling merupakan proses memilih sebagian dari populasi
untuk mewakili populasi. Teknik sampling adalah teknik pengambilan
sampel untuk sampel yang digunakan dalam penelitian (Nursalam,
2016). Penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling
dengan pendekatan convenience sampling.Convenience sampling
merupakan pengambilan sampel berdasarkan dengan ketersediaan dan
kemudahan yang dijumpai ditempat penelitian.
D. Pengumpulan data

1. Metode pengumpulan data


Pengumpulan data pada penelitian ini akan menggunakan lembar
observasi yang sudah siapkan. Lembar observasi terdiri dari nama
responden, jenis kelamin, usia, dan terjadi agitasi atau tidak terjadi.

2. Alat pengumpulan data


Alat pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah berupa lembar observasi. Sebelum melakukan observasi
peneliti akan memberikan lembar informed consent pada pasien untuk
memperoleh persetujuan responden untuk menjadi sampel
penelitian.Untuk mengetahui terjadi agitasi atau tidak peneliti akan
mengobservasi tanda dan gejala agitasi yang muncul pada pasien.
Lembar observasi terdiri dari nama responden, jenis kelamin, usia, dan
terjadi agitasi atau tidak terjadi.

18
3. Teknik Pengumpulan Data

a. Tahapan persiapan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap persiapan,
yaitu adalah sebagai berikut :
1) Sebelum dilakukan penelitian, peneliti mengajukan surat
permohonan izin penelitian kepada institusi pendidikan ITEKES
Bali.
2) Peneliti mengurus legal etik penelitian di Komisi Etik Penelitian
ITEKES Bali.
3) Peneliti mengajukan surat izin pelaksanaan penelitian yang
ditanda tangani oleh rektor ITEKES Bali
4) Kemudian peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Kepala
Badan Penanaman Modal dan Perijinan Provinsi Bali
5) Setelah surat izin dari Badan Penanaman Modal dan Perijinan
Provinsi Bali keluar, peneliti menyerahkan surat tersebut ke
Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Denpasar dan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Denpasar
6) Kemudian surat rekomendasi izin penelitian diajukan ke Badan
RS Tk. II Udayana
7) Setelah surat izin diserahkan, peneliti mempersiapkan alat yang
digunakan dalam penelitian yaitu lembar observasi

b. Tahapan pelaksanaan
Setelah izin penelitian didapatkan, peneliti kemudian melanjutkan
ke tahapan pelaksanaan:
1) Peneliti datang ke RS Tk. II Udayana dengan menggunakan
protokol kesehatan seperti masker, faceshield, dan
handsanitizer. Kemudian peneliti menentukan sampel
2) Penelitian menggunakan teknik non probability sampling dan
pendekatan convenience sampling yang artinya sampel yang
gunakan adalah semua subjek yang tersedia ditempat

19
penelitian serta memenuhi kriteria inklusi dan kemudian
dimasukan ke dalam sampel hingga jumlah sampel yang
dibutuhkan tecapai
3) Peneliti memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden kepada pasien untuk menjadi sampel penelitian
4) Sebelum melakukan observasi peneliti meminta izin terlebih
dahulu kepada dokter dan penata anestesi
5) Kemudian peneliti melakukan observasi menggunakan lembar
observasi
6) Setelah data-data terkumpul peneliti melakukan pengolahan
data

E. Analisa data
Setelah semua data terkumpul, peneliti melanjutkan ke tahap analisa
data.Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisi
univariat, yang bertujuan menggambarkan atau menjelaskan karakteristik
masing-masing variabel penelitian.

1. Teknik Pengolahan Data


Berikut adalah beberapa langkah pada pengolahan data, yaitu sebagai
berikut:

a. Editing
Editing merupakan tahap pemeriksaan kembali kebenaran data
yang sudah terkumpul. Pada penelitian ini peneliti memeriksa data
yang di dapat dari kuesioner online yang sudah dibagikan, pada
proses ini tidak ada dilakukan penggantian atau perubahan
jawaban.

20
b. Coding
Coding adalah pemberian kode angka atau numerik pada data yang
terdiri dari beberapa kategori. Dalam penelitian ini, peneliti
memberikan kode berdasarkan karakteristik responden:
1) Karakteristik responden berdasarkan umur responden, yaitu 0-1
tahun (1), 2-10 tahun (2), 11-19 tahun (3), 20-60 tahun (4), >60
tahun (5).
2) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, laki-laki (1),
perempuan (2).
3) Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, bekerja (1),
tidak bekerja (2).
4) Karakteristik responden berdasarkan kejadian agitasi, terjadi
agitasi (1), dan tidak terjadi agitasi (2).

c. Entry data
Entry data merupakan suatu kegiatan memasukan data kedalam
kedalam master table atau database computer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana. Dalam tahap ini, peneliti
mengumpulkan data yang terkumpul kedalam table SPSS 22 for
windows.

d. Tabulating
Tabulating merupakan pembuatan tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian, kemudian data yang dicocokkan dan diperiksa dan
diperiksa kembali

e. Cleaning
Cleaning merupakan pengecekan kembali data yang dimasukan
apakah ada kesalahan dalam enty data.Peneliti juga memeriksa
kode item, apakah ada missing data atau tidak.Setelah dilakukan
pemeriksaan data ini dilanjutkan dengan analisa data dan hasil yang
didapat tidak ada missing data.

21
2. Teknik Analisa Data
Analisa yang digunakan untuk penelitian ini adalah analisis
univariat.Analisis univariat merupakan analisis satu variabel, yang
bertujuan supaya peneliti dapat mendeskripsikan setiap variabel secara
ilmiah baik secara tabel maupun grafik (Nursalam, 2016). Skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala nominal.
Berikut adalah rumus sederhana yang akan digunakan:
f
X= x 100%
n
Ket:
X= hasil presentase
f= frekuensi hasil penelitian
n= total seluruh observasi

F. Etika penelitian
Etika penelitian adalah perilaku peneliti yang dipegang secara teguh sikap
ilmiah dan etika penelitian meskipun penelitian tidak merugikan
responden etika penelitian wajib dilakukan (Nursalam, 2016). Masalah
etika penelitian yang harus diperhatikan peneliti adalah:
1. Inform consend
Pada penelitian ini peneliti akan membagikan lembar persetujuan
dan jelaskan dampak yang terjadi kepada responden saat pengambilan
data. Fungsi inform consend adalah supaya responden mengetahui
maksud dan tujuan serta memahami dampak penelitian ini. Dalam
proses pengisian inform consend jika responden bersedia untuk
mengisi,maka responden harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia makapeneliti harus menghormati keputusan
responden dan tidak memaksa kehendak responden(Nursalam, 2016).
2. Anonymity (tanpa nama)

22
Pada lembar ini peneliti akan menginisialkan nama responden.
Tujuan nya dalah untuk menjaga kerahasiaan data responden yang telah
diperoleh (Nursalam, 2016).
3. Confidentiality(kerahasiaan)
Dalam penelitian ini menyampaikan kepada responden akan
menjaga kerahasiaan informasi dari responden baik secara lisan maupun
tulisan. Peneliti akan bertanggung jawab atas informasi dan data
responden yang diperoleh sebagai respon penelitian. Tujuan dari
convidentiality adalah memberikan jaminan kerahasian hasil penelitian.
Semua penelitian yang sudah dikumpul peneliti harus dijaga kerahasiaan
informasi responden (Nursalam, 2016).

23
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Rumah Sakit Tk. II Udayana merupakan Rumah Sakit Militer yang
menjadi rumah sakit tertinggi di lingkungan Kodam IX/Udayana yang
mempunyai tugas pokok yaitu memberikan pelayanan kesehatan bagi
personel TNI-AD, PNS beserta keluarga dijajaran keluarga kodam
IX/Udayana dan merupakan rumah sakit rujukan personil TNI-AU/ TNI-
AL/ PNS dan keluarga (Rumah Sakit integrasi). Dalam perjalanannya,
Rumah sakit Tk. II Udayana mengalami perkembangan dan perubahan
baik secara fisik bangunan , fasilitas kesehatan maupun nama dan status
rumah sakit .rumah sakit ini memulai perjalanan sejarahnya pada tahun
1950 dimana terjadi serah terima pemerintahan dari Hindia Belanda
kepada pemerintah Republik Indonesia yang pada saat ini diserahkan
kepada Tentara Nasional Indonesia sehingga teerjadi penggatian nama
Rumah Sakit dari Palang Merah KNIL menjadi Jawatan kesehatan yang
disingkat DKT yang beralamat dijalan melati Denpasar (sekarang menjadi
Rumah Dinas Kakesdam IX / Udayana dan Kantor Koramil Denpasar
Timur), sedangkan berlokasi dijalan Thamrin Denpasar (sekarang
merupakan bangunan CV.Gajah Gotra) yang dulu dipakai sebagai bangsal
anak.selama kurun waktu perjalanan sejarah dari tahun 1950 sapai dengan
sekarang Ruma Sakit Tk II Udayana mengalami penggantian nama Rumah
sakit dan penggantian pejabat rumah sakit maupun dilakukan perbaikan
dan penambahan bangunan baik bangunan utama / perkantoran, sarana
penunjang maupun bangsal perawatan.
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden ini tergolong karakteristik demografi yang
terbagi berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Dari proses
pengumpulan data jumlah responden yang didapat adalah adalah 95

24
responden. Karakteristik responden ditampilkan ditampilkan dalam bentuk
table sebagai berikut.
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden (n=95) diruang
pemulihan RS Tk.II Udayana
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Umur
0-1 tahun 2 2,1
2-10 tahun 12 12,6
11-19 tahun 23 24,2
20-60tahun 45 47,4
>60 tahun 13 13,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 42 44,2
Perempuan 53 55,8
Pekerjaan
Bekerja 79 83,2
Tidak bekerja 16 16,8
Total n=95 100%

Berdasarkan Tabel 5.1 didapatkan hasil bahwa responden yang berumur 0-


1 tahun yaitu sebanyak 2 responden (2,1%), yang berumur 2-10 tahun
yaitu sebanyak 12 responden (12,6%), yang berumur 11-19 tahun yaitu
sebanyak 23 responden (24,2%), yang berumur 20-60 tahun yaitu
sebanyak 45 responden (47,4%), dan yang berumur >60 tahun yaitu 13
responden (23,7%). Berdasarkan jenis kelamin perempuan yaitu 53
responden (55,8%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki laki
42 responden (44,2%). Berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa
responden yang bekerja 79 responden (83,2%), dan yang tidak bekerja 16
responden (26,8%).

25
C. Hasil Analisa Data
Tabel 5.2Gambaran kejadian agitasi pada pemberian sevoflurane pasca
operasi dengan anestesi umumdiruangan pemulihan RS Tk.II Udayana
(n=95)
Kejadian Agitasi Frekuensi (n) Persentase (%)
Agitasi 30 31,6
Tidak terjadi agitasi 65 68,4
Total 95 100

Berdasarkan Tabel 5.2didapatkan hasil dari total responden yaitu sebanyak


95 responden ditemukan bahwa sebanyak 30 responden (31,6%)
mengalami agitasi, dan 65 responden (68,4%) tidak mengalami agitasi.

Tabel 5.3Tabulasi silang kejadian agitasi berdasarkan karakteristik


responden
Kejadian agitasi Agitasi Tidak agitasi

Variabel n(%) n (%)


Umur
0-1 tahun 1(3,3) 1 (1,5)
2-10 tahun 5 (16,7) 7 (10,8)
11-19 tahun 8 (26,7) 15 (23,1)
20-60 tahun 13 (43,3) 32 (49,2)
>60 tahun 3 (10) 10 (15,4)
Jenis kelamin
Laki-laki 17(56,7) 25 (38,5)
Perempuan 13 (43,3) 40 (61,5)
Pekerjaan
Bekerja 19 (63,3) 55 (84,7)
Tidak bekerja 11 (36,7) 10 (15,3)

Berdasarkan dari table 5.3 dapatdijelaskankejadian agitasi berdasarkan


karakteristik pada pemberian sevoflurane pasca operasi dengan anestesi
umum diruang pemulihan rumah sakit Tk,II Udayana, berdasarkan faktor
umurkejadian agitasidialami pada 0-1 tahun ditemukan bahwa 1 responden
(33,3%), dan yang tidak mengalami agitasi 1 responden (1,5%). Pada umur
2-10 tahun ditemukan bahwa 5 responden (16,7%)mengalami agitasi, dan
yang tidak mengalami agitasi 7 responden (10,8%). Pada umur 11-19
tahun ditemukan bahwa 8 responden (26,7%) mengalami agitasi, dan yang

26
tidak mengalami agitasi 15 responden (23,1%). Pada umur 20-60 tahun
ditemukan bahwa 13 responden (43,3%) mengalami agitasi, dan yang
tidak mengalami agitasi 32 responden (49,2%). Pada umur >60 tahun
ditemukan bahwa 3 responden (10%) mengalami agitasi, dan yang tidak
mengalami agitasi 10 responden (15,4%). Berdasarkan faktor jenis
kelamin kejadian agitasi yang dialami oleh pasien dengan jenis kelamin
laki-laki 17 responden (56,7%), dan yang tidak mengalami agitasi 25
responden (38,5%). Pada jenis kelamin perempuan 13 responden (43,3%)
mengalami agitasi, dan yang tidak mengalami agitasi 40 responden
(61,5%). Berdasarkan faktor pekerjaan keadian agitasi yang dialami pasien
yang bekerja ditemukan 19 responden (63,3%), dan yang tidak mengalami
agitasi 55 responden (84,7%). Pada pasien yang tidak bekerja ditemukan
11 responden (36,7%) yang mengalami agitasi, dan yang tidak mengalami
agitasi 10 responden (15,3%).

27
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang pembahasan hasil penelitian setelah


melakukan analisa data. Adapun pembahasan ini mengenai kejadian agitasi
pada pemberian sevofluran pasca operasi dengan anestesi umum diruang
pemulihan rumah sakit Tk. II Udayana.
A. Gambaran Kejadian Agitasi Pada Pemberian Sevoflurane Pasca
Operasi Anestesi Umum Diruang Pemulihan
Agitasi adalah suatu keadaan kesadaran yang tidak normal, pasien tampak
iritatif, tidak dapat diatur atau dibujuk, tidak dapat mengenali orang atau
benda (Andika et al., 2013). Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan
menunjukan bahwa dari 95 responden yang telah menjalani pasca operasi
anestesi umum diruang pemulihan rumah sakit Tk II Udayana sebanyak 30
responden (31,6%) mengalami kejadian agitasi sedangkan yang tidak terjadi
agitasi 65 responden (68,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Ramadhan et al(2020) yang mengatakan bahwa angka kejadian
agitasi berkisar 10-50%, bahkan dapat mencapai 80%. Keadaan ini secara
klinis mungkin tidak memiliki dampak merugikan jangka panjang; walaupun
dapat merugikan sisi pembedahan karena dapat menyebabkan perdarahan dari
daerah pembedahan, tercabutnya drain luka, infus, kateter urine dan membuat
keluarga menjadi khawatir serta mengganggu ketenangan pasien lain
diruangan pemulihan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian agitasi pada
pemberian sevoflurane pasca operasi anestesi umum diruang pemulihan RS
Tk.II Udayana. Definisi agitasi pada penelitian ini adalah suatu tingkat
kesadaran yang mengalami disosiasi sehingga pasien pasca operasi anestesi
umum menjadi tidak tenang, iritatif, tidak bisa diatur, atau tidak bisa bekerja
sama. Agitasi adalah masalah utama yang paling sering ditemukan di pasca
anestesi umum, angka kejadian agitasi pasca anestesi umum berkisar antara

28
10% sampai 50% (Ramadhan et al., 2020). Penelitian lain yang dilakukan
Widyastuti(2016) menyatakan bahwa angka kejadian agitasi pasca operasi
sangat bervariasi mulai dari 25 % hingga mencapai 80%.
Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa angka kejadian agitasi
pada anak-anak yaitu sebanyak 5 responden (16,7%). Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Ramadhan (2020)yang menyatakan bahwa kejadian
agitasi sering terjadi pada anak dengan angka kejadian sebanyak 10-20%. Hal
ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pardede(2020) yang
mengatakan bahwa kejadian agitasi pasca anestesi umum pada semua
populasi signifikan lebih banyak terjadi pada anak umur 3-9 tahun.
Alat ukur untuk menilai cukup banyak , namun yang paling sering
digunakan adalah pediatrik anesthesia emergence delirium (PEAD), cravero,
dan wacha score. Tidak ada satupun alat spesifik dan dan sensitive untuk
menilai kejadian agitasi pasca operasi. Namun Leila dan susan menyarankan
penggunaan system scoring yang lebih sederhana untuk mendeteksi agitasi
pasca anestesi umum dan menggunakan PEAD bagi pasien pediatric. Derajat
agitasi pasca anestesi umum pada system scoring cravero jika nilai ≥4,
watcha≥3 dan PEAD ≥10 (Widyastuti et al., 2016).
Secara umum penanganan dan pencegahan agitasi pasca operasi dapat
dilakukan menggunakan agen tunggal maupun kombinasi, namun untuk
penanganan agitasi khusus sevofluran belum ditemukan (Widyastuti et al.,
2016). Beberapa penanganan dan pencegahan agitasi yang cukup sering
dilakukan terdiri dari penanganan nonfarmakologis dan penanganan
farmakologis.Contoh penanganan nonfarmakologis yaitu menurunkan
kecemasan pada saat praoperasi dengan menciptakan lingkungan yang aman
dan nyaman.Selain itu contoh penanganan farmakologis yaitu penggunaan
midazolam, opioid, deksmedetomidin, klonidin, dan ketamine.
Peneliti berasumsi bahwa kejadian agitasi dipengaruhi oleh agen obat
sevofluran dan dosis obat sevofluran. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widyastuti(2016) yang mengatakan bahwa agitasi pasca
operasi pada anestesi umum dapat disebabkan oleh banyak hal, hal yang

29
paling sering di jumpai adalah akibat nyeri dan agitasi akibat pemberian obat
sevofluran dan obat lainnya. Cairan infus yang cukup menghilangkan
dehidrasi yang kemungkinan dapat menyebabkan agitasi, pasien yang tidak di
ekstubasi untuk menghilangkan rasa tidak nyaman ditenggorokan yang dapat
pula mencetuskan agitasi, napas pasien dibantu selama pembedahan untuk
menghilangkan faktor depresi napas karena hiperkarbia yang juga dapat
menyebabkan agitasi, desaturasi yang dapat menyabakan hipoksia yang pada
akhirnya dapat menyebakan agitasi saat pemulihan, dan tidak diberikannya
obat reversekarena prostigmin diduga sebagai penyebab agitasi. Beberapa hal
yang menjadi penyebab kejadian agitasi pasca operasi dengan anestesi umum
menurut Widyastuti et al(2016) adalah sebagai berikut yaitu hipoksia,
hiperkarbia, obstruksi jalan napas, hipoglikemia, kejang, dan agen obat
anestesi.

A. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan yang dialami peneliti
dalam melakukan penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara
lain yaitu:
1. Penelitian ini tidak bisa membuat sebuah asumsi dan intervensi dalam
menganalisa hasil, karena peneliti hanya mendeskripsikan gambaran
kejadian agitasi.
2. Penelitian ini hanya ditujukan untuk melihat gambaran kejadian agitasi
secara keseluruhan, peneliti belum mengkhususkan pada faktor-faktor
yang dapat mengakibatkan agitasi.

30
BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Dari hasil penelitian “Gambaran Kejadian Agitasi Pada Pemberian
Sevofluran Pasca Operasi Dengan Anestesi Umum Diruangan Pemulihan
RS Tk. II Udayana” dapat disimpulkan agitasi masih terjadi pada pasien
yang dilakukan anestesi umum dengan pemberian sevofluran yaitu
sebanyak 30 responden (31,6%). Beberapa penelitian sebelumnya
mengatakan bahwa agitasi dapat dicegah dan ditangani dengan tindakan
nonfarmakologis dan farmakologis.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah didapatkan, ada beberapa
saran yang ingin peneliti sampaikan untuk dapat dipertimbangkan dalah
sebagai berikut, diharapkan pihak rumah sakit dapat mempertimbangkan
agar tenaga kesehatan khususnya penata anestesi dapat mengetahui
gambaran tentang kejadian agitasi pada pemberian sevofluran pasca
operasi dengan anestesi umum diruangan pemulihan.Bagi penata anestesi
diharapkan untuk lebih memperhatikan kejadian agitasi untuk
mengurangi resiko komplikasi.Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
mengembangkan penelitian dengan melakukan penelitian menggunakan
beberapa variabel penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi agitasi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arvianto, Oktaliansah, E., & Surahman, E. (2017). Perbandingan antara


Sevofluran dan Propofol Menggunakan Total Intravenous Anesthesia Target
Controlled Infusion terhadap Waktu Pulih Sadar dan Pemulangan Pasien
pada Ekstirpasi Fibroadenoma Payudara. Jurnal Anestesi Perioperatif, 5(1),
47–54. https://doi.org/10.15851/jap.v5n1.1002

Chilkoti, G., Wadhwa, R., & Kumar, A. (n.d.). Status of problem based learning
in postgraduate anesthesia teaching: A cross-sectional survey. Saudi Journal
of Anesthesia, 9. https://doi.org/10.4103/1658-354X.146316

Hardani. Ustiawaty, J. A. H. (2017). Buku Metode Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif (Issue April).

Khanna, A. K., Bergese, S. D., Jungquist, C. R., Morimatsu, H., Uezono, S., Lee,
S., Ti, L. K., Urman, R. D., McIntyre, R., Tornero, C., Dahan, A., Saager, L.,
Weingarten, T. N., Wittmann, M., Auckley, D., Brazzi, L., Le Guen, M.,
Soto, R., Schramm, F., … Smit-Fun, V. (2020). Prediction of Opioid-
Induced Respiratory Depression on Inpatient Wards Using Continuous
Capnography and Oximetry: An International Prospective, Observational
Trial. Anesthesia and Analgesia, 131(4), 1012–1024.
https://doi.org/10.1213/ANE.0000000000004788

Millizia, A. (2015). PERBANDINGAN KETAMINE 0.5 mg/kgBB/IV DAN


PROPOFOL 1 mg/kgBB/IV UNTUK MENCEGAH AGITASI PASKA
ANESTESI SEVOFLURANE PADA PASIEN PEDIATRI DENGAN
GENERAL ANESTESIA.

Nursalam. (2016). Hubungan Antara Sistem Perilaku: Ketergantungan dengan


Pengasuhan Orang tua dalam Mengelola Eating Disorder. Skripsi, 42–43.

Pardede, D. K. B. (2020). Pencegahan Emergence Agitation Pasca-operasi pada


Pasien Anak. Cdk-282, 47(1), 16–23.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/download/336/137

Prisasanti, D. P. (2012). Efek Anestesi Inhalasi Sevofluran Dan Isofluran


Terhadap Perubahan Tekanan Darah Arteri Rerata (Mean Arterial Pressure).
Skripsi.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&c
ad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjk_KCB1-
3QAhXEQ48KHTwSA_QQFghOMAc&url=https://digilib.uns.ac.id/dokume
n/download/28298/NTk3ODU=/Efek-Anestesi-Inhalasi-Sevofluran-dan-
Isofluran-terhadap-Perubahan-Te

32
Purnomo Ika Cahyo, Johan Arifin, W. (2017). Medica Hospitalia. 4(153), 155–
160.

Putri, D. S., Kristiyawati, S. P., & Arif, S. (2014). Pengaruh terapi humor terhadap
penurunan kecemasan pada pasien pre operasi dengan general anestesi.
STIKES Telogorejo, 1–9.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view
/260/285

Ramadhan, A. A., Arianto, A. T., & Santosa, S. B. (2020). Perbedaan Kejadian


Agitasi Pasien Pediatri Pasca- Anestesi Umum dengan Sevo uran atau
Isofluran. 47(1), 12–15.

Ramírez-Segura, E. H., & Nava-López, J. A. (2015). Total intravenous anesthesia.


Revista Mexicana de Anestesiologia, 38, S430–S432.

Ridha, N. (2017). Proses Penelitian, Masalah, Variabel, dan Paradigma Penelitian.


Jurnal Hikmah, 14(1), 62–70. http://jurnalhikmah.staisumatera-
medan.ac.id/index.php/hikmah/article/download/10/13

Septiane, D., & Anwar, S. (2018). Pengaruh Jenis Anestesi Terhadap Kejadian
Menggigil Pada pasien Yang Akan Dilakukan Tindakan Pembedahan Di
Kamar Operasi RS Sentra Medika Cibinong Tahun 2018. Jurnal
Anestesiology, 000.

Widyastuti, Y., Sari, D., & Atmojo, D. D. (2016). Agitasi Pasca Anestesi dengan
Agen Sevoflurane. Jurnal Komplikasi Anestesi, 3(2), 65–70.

Putri, A. C., Nawawi, A. M., & Bisri, T. (2013).Perbandingan Kejadian Agitasi


pada Pasien Dewasa Bedah Rawat Jalan yang menjalani Anestesi Umum
dengan Menggunakan Desfluran atau Sevofluran. Jurnal Neuroanestesi
Indonesia, 2(1).

33
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN

BULAN
NO KEGIATA Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
N III IV I I III IV I I III IV I I III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
I I I
1 Penyusunan
Proposal
2 ACC Proposal
3 Penyeba
ran
Proposal
4 Ujian Proposal
5 Ujian Ulang
Proposal
6 Pengumpulan
Data
7 Penyusunan
Hasil
Penelitian
8 Penyebaran
Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Ujian Ulang
Skripsi
11 Perbaikandan
Pengumpulan

34
Kode Responden
LEMBAR OBSERVASI
A. Petunjuk Pengisian!
1. Perhatikan dan bacalah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan
seksama dan cermat
2. Berilah tanda ( √ ) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda
3. Setiap butir pertanyaan harus dijawab dan tidak boleh dikosongkan
4. Jawaban harus sesuai dengan apa yang ada didalam kenyataan
5. Jawaban yang anda berikan dijamin kerahasiaannya

B. Data Responden
1. Nama (Inisial) :
2. Jenis Kelamin : LP

3. Umur : tahun
4. Alamat :
5. Pekerjaan :
C. Hasil Pemeriksaan
skor Skala agitasi Keterangan Skor yang
Ditemukan
+4 Agresif Sangat melawan, tidak terkendali,
membahayakan petugas
+3 Sangat gelisah Menarik atau melepas selang atau kateter
+2 Gelisah Gerakan berulang tanpa tujuan
+1 Gelisah Gelisah tapi gerakan tidak berlebihan
0 Waspada dan tenang Terjaga tenang
-1 Mengantuk Tidak sepenuhnya tenang, tetapi
terbangun perlahan (<10detik), dengan
kontak mata terhadap suara.

35
-2 Sedasi ringan Terbangun (<10detik),dengan kontak
mata terhadap suara
-3 Sedasi sedang Ada gerakan (tetapi tidak ada kontak
mata) terhadap suara
-4 Sedasi dalam Tidak ada respon terhadap suara, tetapi
ada gerakan dengan stimulus fisik.
-5 Tidak dapat Tidak ada respon terhadap suara atau
digunakan stimulus fisik

36
Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI

No Nama Jenis Alamat pekerjaan Usia


. (inisial) pembedahan P L Terjadi Tidak
agitasi terjadi
responden
agitasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

37
Lampiran 3
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada :
Yth…………….
di…………….
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Pingki Gultom
Nim : 18D10160
Pekerjaan: Mahasiswa semester VII Program Studi D-IV Keperawatan
Anestesiologi ITEKES Bali
Alamat : Jalan Tukad Balian No. 180 Renon, Denpasar

Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia


menjadi responden dalam penelitian saya yang berjudul “Gambaran kejadian
agitasi pada pemberian sevofluran pasca operasi dengan anestesi umumdi ruang
pemulihan RS Tk. II Udayana” yang pengumpulan datanya akan dilaksanakan
pada tanggal …. s.d …. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kejadian agitasi pada pemberian sevofluran pasca operasi dengan anestesi umumdi
ruang pemulihan RS Tk. II Udayana. Saya akan tetap menjaga segala kerahasiaan
data maupun informasi yang diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama
dan kesediaannya saya mengucapkan terima kasih.

Denpasar, 29 Desember 2021


Peneliti

Pingki Gultom
NIM. 18D10160

38
Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Setelah membaca Surat Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh
Saudara Pingki Gultom, Mahasiswa semester VII Program Studi D-IV
Keperawatan Anestesiologi ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul
“Gambaran kejadian agitasi pada pemberian sevofluran pasca operasi dengan
anestesi umumdi ruang pemulihan RS Tk. II Udayana”, maka dengan ini saya
menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut secara sukarela
dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Demikian persetujuan saya berikan
agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

……., ………………………
Responden

…………………………….

39
Lampiran 5

40
Lampiran 6

41
Lampiran 7

42
43
Lampiran 8

44
Lampiran 9

45
46
Lampiran 10
FREQUENCIES VARIABLES=umur jenis_kelamin kejadian_agitasi
/NTILES=4
/STATISTICS=MINIMUM MAXIMUM SEMEAN MEAN MEDIAN MODE SUM
/ORDER=ANALYSIS.

Frequency Table
Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0-1 tahun 2 2.1 2,1 2,1

2-10 tahun 12 12.6 12,6 12,6

11-19 tahun 23 24.2 24,2 24,2


Valid
20-60 tahun 45 47.4 47,4 47,4
13
>60 tahun 13.7 13,7 13,7
95 100
Total 100.0 100

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 42 44.2 44.2 44.2

Valid perempuan 53 55.8 55.8 55.8


100.0
Total 95 100.0 100.0

kejadian agitasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Agitasi 30 31.6 31.6 31.6

Valid tidak terjadi agitasi 65 68.4 68.4 68,4


100.0
Total 95 100.0 100.0

47
Lampiran 11

48

Anda mungkin juga menyukai