Anda di halaman 1dari 57

SKRIPSI

GAMBARAN MUAL MUNTAH PASIEN PASCA SECTIO CAESAREA DENGAN


SPINAL ANESTESI DI RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO

MUTIARA DEPITA

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANASTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
SKRIPSI

GAMBARAN MUAL MUNTAH PASIEN PASCA SECTIO CAESAREA DENGAN


SPINAL ANESTESI DI RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi (S.Tr.Kes)


Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

OLEH :
Mutiara Depita
2114301117

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN ANASTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022

ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi penelitian dengan judul “Gambaran Mual Muntah Pasien Pasca Sectio Caesarea
dengan Spinal Anestesi di RSUD H.Hanafie Muara Bungo” telah mendapatkan persetujuan
pembimbing untuk diajukan dalam ujian proposal penelitian.

Denpasar, Desember 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ni Luh Adi Satriani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat Ns. Ni Nyoman Ari Kundari D, S.Kep.M.Kep
NIDN: 0820127401 NIDN: 0810069501

iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah diuji dan dinilai oleh panitia penguji pada Program Studi Sarjana Keperawatan

Anastesiologi Institut Teknologi dan Kesehatan Bali pada

tanggal 06 Juni 2022

Panitia Penguji Skripsi Berdasarkan SK Ketua Itekes Bali

Nomor: DL.02.02.2825.TU.IX.21

Ketua : Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep.,MNS


NIDN.0829097901

Anggota :

1. Ni Luh Adi Satriani, S.Kp.,M.Kep.,S.Mat


NIDN. 0820127401

2. Ns. Ni Nyoman Ari Kundari D, S.Kep.,M.Kep


NIDN. 0810069501

iv
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Gambaran Mual Muntah Pasien Pasca Sectio Caesarea Dengan
Spinal Anestesi Di Rsud H.Hanafie Muara Bungo” telah disajikan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 06 juni 2022 dan telah diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan
Rektor Institut Teknologi dan Kesehatan Bali.

Denpasar, 06 Juni 2022


DisahkanOleh :
Dewan Penguji Skripsi

1. Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep.,MNS Penguji I


NIDN.0829097901

2. Ni Luh Adi Satriani, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat Penguji II


NIDN. 0820127401

3. Ns. Ni Nyoman Ari Kundari D, S.Kep.,M.Kep Penguji III


NIDN : 0810069501

Mengetahui

Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Program Studi D-IV Keperawatan


Rektor Anestesiologi
Ketua

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An
NIDN : 0823067802 NIR : 171131

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN

Skripsi penelitian dengan judul “ Gambaran Mual Muntah Pasien Pasca Sectio Caesarea
dengan Spinal Anestesi di RSUD H.Hanafie Muara Bungo ” telah mendapat persetujuan
pembimbing dan Rektor ITEKES Bali untuk dilaksanakan sesuai dengan rencana penelitian yang
tertuang dalam proposal penelitian.

Denpasar, Desember 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ni Luh Adi Satriani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat Ns.Ni Nyoman Ari Kundari D, S.Kep.M.Kep
NIDN: 0820127401 NIDN: 0810069501

Menyetujui
Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali
Rektor

I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D


NIDN. 0823067802

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Gambaran Mual Muntah Pasien Pasca
Sectio Caesarea dengan Spinal Anestesi di RSUD H. Hanafie Muara Bungo”.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari semua pihak sehingga proposal ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku rektor Institut Teknoogi
dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis
menyelesaikan proposal ini.
2. Ns. NLP Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep selaku Wakil Rektor (Warek) yang telah
memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan penelitian ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II yang telah
memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan penelitian ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan yang
memberikan dukungan kepada penulis
5. Bapak dr. Gede Agus Shuarsedana, Sp.An selaku Ketua Program Studi D IV Keperawatan
Anestesiologi yang memberikan dukungan moral kepada penulis
6. Ibu Ni Luh Adi Satriani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
7. Ibu Ns. Ni Nyoman Ari Kundari Dewi,S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan proposal ini.
8. Direktur RSUD H.Hanafie Muara Bungo yang telah memberikan rekomendasi supaya
penulis bisa melanjutkan kuliah untuk peningkatan ilmu D4 Anestesiologi di ITEKES
BALI.
9. Terimakasih yang tidak terhingga kepada Suami, Orang tua dan keluarga Tercinta yang
banyak memberikan dukungan serta dorongan moral dan materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
penyusunan proposal ini.

vii
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih belum sempurna, untuk itu
dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya konstruktif untuk
kesempurnaan proposal ini.

Denpasar, Desember 2021

Penulis

Mutiara Depita

viii
GAMBARAN MUAL MUNTAH PASIEN PASCA SECTIO CAESAREA DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RSUD H. HANAFIE MUARA BUNGO
Mutiara Depita
Fakultas Kesehatan
Program Studi D IV Keperawatan Anestesiologi
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Email: mutiaradepita@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Mual dan muntah pasca operasi merupakan rasa mual dan muntah yang terjadi
dalam 24 jam setelah operasi. Pada kasus tertentu mual dan muntah pasca operasi bisa berdampak
pada kerugian pasien dan menimbulkan komplikasi.
Tujuan: Mengidentifikasi kejadian mual muntah pada pasien pasca sectio caesarea dengan spinal
anestesi
Metode: Desain penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan jenis pendekatan cross sectional.
Sampel penelitian berjumlah 64 responden melalui teknik consecutive sampling. Alat
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi.
Hasil: karakteristik umum responden berdasarkan umur, diketahui bahwa dari 64 responden yang
diteliti, responden terbanyak pada umur 31-35 tahun yaitu 28 responden dengan persentase 43.8%.
karakteristik umum responden berdasarkan diagnosa yaitu 14 responden dengan presentase 21.9
%. karakteristik umum responden berdasarkan pendidikan yaitu 32 responden dengan presentase
50.0%.
Kesimpulan: Gambaran mual dan muntah pasca operasi dengan spinal Anestesi di Ruang
Pemulihan Rumah Sakit RSUD H.Hanafie Muara Bungo didapatkan hasil skor 0 (tidak mual dan
muntah) sebanyak 52 responden (813%), skor 1 (mual saja) sebanyak 0 responden (0%), skor 2
(retching) sebanyak 0 responden (0%), dan skor 3 (mual >30 menit atau muntah ≥ 2 kali) sebanyak
12 responden (18.8%)sebanyak 14 responden (41.2%).

Kata Kunci: mual dan muntah, pasca operasi, spinal anestesi, secsio cessarea

ix
NAUSEA AND VOMITING IN POST SECTIO CAESAREA PATIENTS

WITH SPINAL ANESTHESIA AT H. HANAFIE MUARA BUNGO HOSPITAL

Mutiara Depita
Faculty of Health
Diploma IV Nursing Anesthesiology
Institute of Technology and Health Bali
Email: mutiaradepita0519@gmail.com
ABSTRACT
Background: Postoperative nausea and vomiting is nausea and vomiting that occurs within 24
hours after surgery. In certain cases postoperative nausea and vomiting can have an impact on
patient losses and cause complications.
Purpose: To identify Nausea and Vomiting in Post Sectio Caesarea Patients with Spinal
Anesthesia at H. Hanafie Muara Bungo Hospital
Methode: This study employed descriptive qualitative design with cross sectional approach. There
were 64 respondents recruited as sample of the study which were selected by using consecutive
sampling technique. The data were collected by using observation sheet.
Result: The finding showed that the general characteristics of respondents based on age, there
were 64 respondents studied, the majority of respondents aged 31-35 years, namely 28 respondents
with a percentage of 43.8%. General characteristics of respondents based on the diagnosis were 14
respondents with a percentage of 21.9%. general characteristics of respondents based on education
were 32 respondents with a percentage of 50.0%.
Conclusion: The postoperative nausea and vomiting with spinal anesthesia in the Recovery Room
of the H.Hanafie Muara Bungo Hospital Hospital shows a score of 0 (no nausea and vomiting) as
many as 52 respondents (81.3%), a score of 1 (nausea only) as many as 0 respondents (0% ), a
score of 2 (retching) as many as 0 respondent (0%), and a score of 3 (nausea > 30 minutes or
vomiting 2 times) as many as 12 respondents (18.8%) as many as 14 respondents (41.2%).

Keywords: nausea and vomiting, post-operative, spinal anesthesia, secsio cessarea

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ........................................................................... i


HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PELAKSANAAN PENELITIAN ............. iv
KATA PENGANTAR........................................................................................... v
DAFTAR ISI.......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Secsio cessarea .............................................................................................. 6
B. Spinal Anestesi .............................................................................................. 8
C. Kejadian Mual Muntah .................................................................................. 11
D. Penelitian Terkait........................................................................................... 17

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN


A. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................................... 20
B. Variabel Penelitian ........................................................................................ 21
C. Definisi Operasional ...................................................................................... 21

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ........................................................................................... 23
B. Tempat dan Waktu Pengumpulan Data ......................................................... 23
C. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................................... 23
D. Rencana Pengumpulan Data .......................................................................... 25
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 26

xi
F. Etika Penelitian .............................................................................................. 27

BAB V HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Lokasi Penelitian.......................................................................... 29
B. Karakteristik Umum Responden ................................................................... 29

BAB VI PEMBAHASAN
A. Pembahasan Gambaran Karakteristik Umum Responden ............................. 32
B. Mual Dan Muntah Pada Pasien Pasca Operasi Dengan Spinal Anestesi ...... 33
C. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 34

BAB VII KERANGKA KONSEP PENELITIAN


A. SIMPULAN .................................................................................................. 35
B. SARAN.......................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Table 3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 22

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Jadwal Penelitian
Lampiran 4. Lembar Permohonanan Menjadi responden

xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Spinal anestesi adalah prosedur pemberian obat anestesi untuk

menghilangkan rasa sakit pada pasien yang akan menjalani pembedahan dengan

menginjeksikan obat anestesi lokal ke dalam cairan cerebrospinal dalam ruang

subarachnoid (Morgan 2013). Anestesi spinal mempunyai beberapa efek samping,

salah satunya adalah Postoperative Nausea & Vomiting (PONV). PONV masih

menjadi salah suatu masalah dalam praktek anestesi modern, karena penyebab paling

umum yang membuat ketidakpuasan pasien pasca anestesi adalah PONV.

Penyebab mual dan muntah sering dihubungkan dengan berbagai faktor.

Faktor-faktor tersebut dikategoriakan ke dalam faktor risiko yang berhubungan

dengan pasien, faktor risiko anestesi, dan faktor risiko pembedahan (Gwinutt, 2011).

Faktor risiko yang berhubungan dengan pasien meliputi umur, jenis kelamin, status

merokok, riwayat mual dan muntah sebelumnya, dan riwayat mabuk perjalanan

(Tinsley & Barone, 2013). Faktor risiko anestesi meliputi pemakaian anestesi

volatile, pemakaian Nitrous Oxide (N2O), dan pemakaian opioid pasca operasi

(Pierre & Whelan, 2012).

Pada penelitian lain yang dilakukan di RSUD Ulin Banjarmasin periode Mei-

Juli 2014 tentang gambaran kejadian mual dan muntah pasca operasi menemukan

bahwa dari 96 pasien terdapat 26 (27,08%) pasien mengalami mual dan muntah pasca

operasi (Sholihah, Marwan, & Husairi, 2014). Hasil studi pendahuluan yang

dilakukan di RSUD dr Soedirman Kebumen periode Januari-Maret 2020


1
2

menyebutkan bahwa dari 400 pasien operasi, 30% pasien mengalami kejadian mual

dan muntah pasca operasi (Aziz, Dkk 2020).

Meskipun mual muntah tampak begitu sepele namun sebenarnya memberikan

dampak yang serius. Bila tidak mendapatkan penanganan yang baik dapat

menyebabkan morbiditas yang bermakna pada pasien seperti dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit, rupture esophagus, gangguan jalan nafas. Jadon (2016)

menyebutkan bahwa premedikasi dexamethasone mengurangi kejadian mual muntah

pasca operasi namun demikian studi yang dilakuakan oleh Farida (2013)

memperkirakan bahwa sejumlah 0,18% pasien akan mengalami mual muntah yang

menetap, yang menyebabkan perpanjangan waktu perawatan sehingga akan

meningkatkan biaya perawatan.

Pasien dengan kasus sectio caesarea ditemukan terus mengalami peningkatan

setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata SC

di sebuah negara adalah sekitar 5-15 % per 1000 kelahiran didunia. Riset Kesehatan

Dasar (Rikesdas) tahun 2013 melaporkan tingkat persalinan SC di Indonesia sudah

melewati batas maksimal standar. Hasil survey yang dilakukan oleh Tati (2012) di 33

Provinsi di Indonesia menemukan bahwa tingkat persalinan SC di Indonesia 15,3%

dari 20.519 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Hal senada juga

dilaporkan oleh ruang VK bahwa dari Januari – Desember 2020 kasus persalinan SC

sejumlah 419 kasus Sectio Caesarea (Medical Record RSUD H. Hanafie Muara

Bungo. )
3

Teknik anestesi yang paling sering digunakan untuk pasien sectio caesarea

yaitu spinal anestesi. Spinal anestesi lebih aman digunakan karena pasien tetap sadar

(Indra, 2016). Hasil penelitian Harahap (2014) di Rumah Sakit Hasan Sadikin

Bandung, hampir 20% operasi dilakukan menggunakan teknik spinal anestesi

dibandingkan dengan general anestesi. Harapannya dengan spinal anestesi pasien

yang akan menjalankan SC dapat mengikuti operasi dengan tenang. Namun

demikian, disisi lain muncul komplikasi atau efek samping lainnya dari tindakan

spinal anestesi yaitu kejadian mual muntah. Hasil pengamatan dan wawancara yang

dilakukan peneliti pada lima ibu post SC, tiga diantaranya mengatakan mual dan

kemudian muntah setelah 2 jam post Secsio Cessarea.

Mengingat permasalahan tersebut, sehingga dipandang perlu untuk

mengetahui gambaran mual muntah pada pasien pasca sectio caesarea engan spinal

anestesi. Hasil penelitian ini nantinya dapat mengidentifikasi kejadian mual muntah

pada pasien pasca sectio caesarea dengan spinal anestesi, dan temuan tersebut

nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan pertimbangan anestesi

pada pre maupun intra anestesi, sehingga dapat mencegah komplikasi yang serius

pada pasca anestesi. Penelitian tentang gambaran kejadian mual dan muntah pasca

operasi belum pernah dilakukan di Muara Bungo Jambi, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian “Gambaran mual muntah pasien pasca Sectio Caesarea dengan

spinal anestesi di RSUD H. Hanafie Muara Bungo ”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut “Gambaran mual muntah pasien pasca Sectio Caesarea

dengan spinal anestesi di RSUD H. Hanafie Muara Bungo”.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mual muntah

pasien pasca sectio caesarea dengan spinal anestesi di RSUD H. Hanafie Muara

Bungo

2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan

a. Mengetahui karakteristik umum responden

b. Mengidentifikasi kejadian mual muntah pada pasien pasca sectio caesarea

dengan spinal anestesi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi ilmiah pada

bidang anastesiologi dan dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.


5

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai sarana belajar dan memperoleh pengalaman tentang penelitian serta

menambah informasi dan meningkatkan pengetahuan peneliti tentang

kejadian mual dan muntah pada pasien pasca operasi dengan spinal anestesi,

sehingga dapat memberikan edukasi preoperasi pada pasien mengenai risiko

terjadinya mual dan muntah.

b. Bagi Institusi

Mempublikasikan hasil penelitian dapat meningkatkan reputasi Fakultas

Kesehatan ITEKES Bali dengan disitasinya publikasi hasil penelitian.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi peneliti lainnya untuk

melakukan penelitian yang berkaitan kejadian dengan mual dan muntah pasca

operasi.

d. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan kepada

masyarakat mengenai mual dan muntah pasca operasi sehingga masyarakat

dapat bekerjasama dengan petugas dalam perawatan pasca operasi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sectio Caesarea

1. Pengertian

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan


membuka dinding perut dan dinding uterus dari dalam rahim. Operasi ini
memberikan jalan keluar jika persalinan pervaginam tidak mungkin atau
berbahaya (Prawiroharjo, 2016).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2016).
2. Etiologi

Menurut Amin & Hardi (2013) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas

indikasi sebagai beriku

a) Indikasi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo Pelvik

Disproportion (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan

persalinan yang buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan

panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, komplikasi kehamilan

yaitu pre eklampsia dan eklampsia berat, atas permitaan, kehamilan

yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan

(kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).

b) Indikasi yang berasal dari janin

6
7

Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan

janin seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi

seperti sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan

kecil seperti prolapsus tali pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor

plasenta yaitu plasenta previa, solutio plasenta, plasenta accreta, dan

vasa previa. kegagalan persalinan

3. Patofisology

Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena

ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan

yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti

sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta

yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu

yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,

ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan

sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan

pembedahan yaitu Sectio Caesarea. (Sari, 2016).

4. Klasifikasi

Menurut Wiknjosastro (2007), Sectio Caesarea dapat diklasifikasikan

menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda


8

Merupakan jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan

cara menginsisi di segmen bagian bawah uterus. Beberapa keuntungan

menggunakan jenis pembedahan ini, yaitu perdarahan luka insisi yang

tidak banyak, bahaya peritonitis yang tidak besar, parut pada uterus

umumnya kuat sehingga bahaya rupture uteri dikemudian hari tidak besar

karena dalam masa nifas ibu pada segmen bagian bawah uterus tidak

banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat

sembuh lebih sempurna.

2) Sectio Caesarea Klasik atau Sectio Caesarea Corporal

Merupakan tindakan pembedahan dengan pembuatan insisi pada

bagian tengah dari korpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah

di atas batas plika vesio uterine. Tujuan insisi ini dibuat hanya jika ada

halangan untuk melakukan proses sectio caesarea transperitonealis

profunda, misal karena uterus melekat dengan kuat pada dinding perut

karena riwayat persalinan sectio caesarea sebelumnya, insisi di segmen

bawah uterus mengandung bahaya dari perdarahan banyak yang

berhubungan dengan letaknya plasenta pada kondisi plasenta previa.

Kerugian dari jenis pembedahan ini adalah lebih besarnya risiko peritonitis

dan 4 kali lebih bahaya rupture uteri pada kehamilan selanjutnya. Setelah

dilakukan tindakan sectio caesarea klasik sebaiknya dilakukan sterilisasi

atau histerektomi untuk menghindari risiko yang ada.

3) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal


9

Insisi pada dinding dan fasia abdomen dan musculus rectus

dipisahkan secara tumpul. Vesika urinaria diretraksi ke bawah sedangkan

lipatan peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan segmen

bawah uterus. Jenis pembedahan ini dilakukan untuk mengurangi bahaya

dari infeksi puerperal, namun dengan adanya kemajuan pengobatan

terhadap infeksi, pembedahan Sectio Caesarea ini tidak banyak lagi

dilakukan karena sulit dalam melakukan pembedahannya.

5. Indikasi
Persalinan dengan operasi sectio caesarea ditujukan untuk indikasi
medis tertentu, yang terbagi atas indikasi untuk ibu dan indikasi untuk bayi.
Meskipun 90% persalinan termasuk kategori normal atau tanpa kompliksai
persalinan, namun apabila terjadi komplikasi maka penanganan selalu
berpegang teguh pada prioritas keselamatan ibu dan bayi. Persalinan sectio
caesarea atau bedah sesar ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir
setelah dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak layak untuk
dikerjakan( Kasdu 2015)
a. Indikasi ibu
1) Panggul sempit absolut
2) Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3) Stenosis serviks vagina
4) Plasenta previa
5) Riwayat Secsio cessarea
6) Disproporsi sefalopelvik
7) Ruptura uteri membakat.
b. Indikasi bayi
1) Kelainan letak
2) Gawat janin
10

3. Komplikasi menurut (Winkjosastro, 2016)


Komplikasi yang sering terjadi pada sectio caesarea adalah :
a. Infeksi puerperal, kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas.
a. Perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang arteri
uterus terbuka dan juga karena adanya atonia uteri (Sunarto, 2010). Perdarahan
dikatakan normal apabila jumlah volume darah yang keluar 500 ml (Bhatia,
2015). Ini dapat menyebabkan penurunan cardiac output yang dapat menjadikan
vasodilatasi pembuluh darah dan dapat menjadikan hipotensi (Syaifuddin, 2011).
b. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptur uteri.
c. Hipotensi bisa terjadi oleh karena obat anestesi dan juga tinggi blok anestesi
ketika hipotensi tidak tertangani akan menyebabkan kematian perinatal.
Hipotensi merupakan efek samping yang paling sering terjadi pada anestesi
spinal, dan penyebab utamanya adalah blokade saraf simpatis, sehingga diameter
pembuluh darah bertambah besar/ vasodilatasi. Kejadian hipotensi akibat anestesi
spinal pada ibu yang dilakukan operasi sectio cesarea dapat diminimalisir dengan
pemakaian obat vasopressor ataupun loading cairan. Hipotensi yang terjadi dapat
menyebabkan iskemik miokard pada area yang aliran darahnya telah mengalami
stenosis dan juga mempengaruhi perfusi cerebral terutama pasien yang telah
mengalami stenosis di arteri intracerebral atau karotis (Prameswari 2013) .

B. Spinal Anestesi

1. Pengertian spinal anestesi


Sub Arachonoid Block (SAB) atau spinal merupakan salah satu teknik anetesi
regional dengan menyuntikan obat anestesi lokal kedalam ruang subarachnoid di
regio vertebra Lumbalis 2-3, Lumbalis 3-4, Lumbalis 4-5 dengan jarum spinal
anestesi yang sangat kecil dengan tujuan untuk mendapatkan ketinggian blok atau
anelgesia setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot (Morgan, 2013).
11

Vertebral/spine terdiri dari tulang belakang dan piringan intervertebral.


Ada 7 serviks (C), 12 thoraks (T), dan 5 lumbal (L) vertebra. Sakrum merupakan
perpaduan dari 5 sacral (S). Gangguan transmisi otonom eferen di akar saraf
tulang belakang selama neuroaksial blok meghasilkan blokade simpatik. Simpatik
outflow dari sumsum tulang belakang dapat digambarkan sebagai torakolumbalis,
sedangkan outflow parasimpatis serat-serat keluar dari penghubung tulang
belakang dengan saraf tulang belakang dari T1-L2 dan mungkin rantai tingkat
atas atau bawah simpatis sebelum sinaps dengan sel post ganglionik dalam
ganglion simpatik. Sabaliknya, parasimpatis serat-serat praganglionik keluar dari
sumsum tulang belakang dengan kranial dan saraf sakral. Anestesi neuroaksial
tidak memblokir saraf vagus (sepuluh saraf kranial). Respon fisiologis blokade
neuroaksial. Oleh karena itu hasil dari nada simpatik menurun dan atau nada
parasimpatis dilawan (Morgan, 2013).
2. Indikasi
Anestesi spinal dapat diberikan pada prosedur bedah umbilicus. Anestesi ini
biasa digunakan pada bedah edoskopi, urologi, bedah rektum, bedah obsterti dan
genekologi (Morgan, 2013).
3. Kontra indikasi
Kontraindikasi absolut meliputi kelainan jantung, hepovolemia berat (syok),
kelaianan neurologis, infeksi sekitar tempat penyuntikan. Sedangkan
kontraindikasi absolut meliputi pasien menolak, fasilitsi resusitasi minim,
mendapat terapi antikoagula (Morgan, 2013)
4. Komplikasi spinal anestesi
Menurut Majid (2011), komplikasi anestesi spinal di bagi menjadi dua
komplikasi dini dan komplikasi delayed. Komplikasi berupa gangguan pada
sirkulasi, respirasi dan gastrointersinal:
a. Sirkulasi
Hipotensi terjadi karena vasodilatasi, akibat blok simpatis, makin
tinggi blok makin berat hipotensi. Pencegahan hipotensi dilakukan dengan
memberikan cairan kristaloid (NacL, Ringer Laktat) secara sebanyak 10-15
12

ml/kgBB dalam 10 menit segera setelah spinal. Bila dengan cairan infus
tersebut masih terjadi hipotensi harus diobati dengan vesopressor seperti
epedrine. . bradikardi dapat terjadi karena aliran darah balik berkurang atau
karena blok simpatis, dapat di atasi dengan Sulfat Atropine .
b. Respirasi
1) Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi, bila fungsi
paru-paru normal
2) Kesulitan bicara, batuk kering yang persisten, sesak nafas, merupakan
tanda-tanda tidak adekuatnya pernafasan yang perlu segera ditangani
dengan pernafasan buatan.
3) Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi atau karena
hipotensi berat dan iskemia medula.
c. Gastrointersinal
Nausea dan muntah karena hipotensi, hipoksia, tonus parasimpatis
berlebihan akibat pemakaian obat narkotik. Pusing kepala pasca pungsi
lumbal merupakan nyeri kepala dengan ciri khas terasa lebih berat pada
perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak. Mulai terasa pada 24-48 jam pasca
pungsi lumbal, dengan kekerapan yang bervariasi. Pada orang tua lebih jarang
dan pada kehamilan meningkat.
d. Keuntungan spinal anestesi
Menurut Emilia (2008), mengemukakan bahwa beberapa keuntungan
dari anestesi spinal adalah onset blok yang cepat, waktu untuk dilakukan insisi
yang lebih cepat dibandingkan dengan anestesi epidural, ketinggian blok yang
memungkinkan untuk relaksasi otot selama prosedur, mengurangi resiko
kematian ibu dan toksisitas anestesi lokal karena komplikasi neuroaksial.
Dengan anestesi spinal dosis yang digunakan minimal dan relatif tidak ada
penyerapan sistemik yang cukup dari cairan cerebrospinal (CSF).
e. Mual muntah pasca anestesi
Mual muntah merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat spinal
anestesi, dengan angka kejadian 20-40% (Keat, 2012). Hipotensi, hipoksia,
13

kecemasan atau faktor psikologis, pemberian narkotik sebagai premedikasi,


puasa yang tidak cukup serta adanya rangsangan viceral oleh operator
merupakan beberapa hal penyebab mekanisme terjadinya mual muntah pasca
spinal anestesi. Hipotensi akan menyebabkan terjadinya hipoksemia dan
hipoperfusi di chemoreseptor trigger zone (CTZ) sebagai pusat rangsang
muntah.
C. Kejadian Mual Muntah

1. Definisi

PONV adalah mual dan atau muntah yang terjadi 24 jam pertama setelah

pembedahan. PONV terdiri dari 3 gejala utama yang dapat timbul segera atau

setealah operasi. Nausea atau mual adalah sensasi subyektif akan keinginan untuk

muntah tanpa gerakan ekspulsif otot, jika berat akan berhubungan dengan

peningkatan sekresi kelenjar ludah, gangguan vasomotor dan berkeringat.

Vomitting atau muntah adalah keluarnya isi lambung melalui mulut (Miller,

2010).

Menurut Asosiasi Perawat Pasca Anestesi Amerika/ ASPAN (2016)


PONV dibedakan menjadi 3 klasifikasi yaitu:
a. Mual
1) Sensasi subjektif dibelakang tenggorok atau epigastrium
2) Aktivitas kortikal sadar
3) Kesadaran akan kebutuhan untuk muntah
4) Tidak ada gerakan otot ekspulsif
5) Mungkin tidak berujung pada muntah
b. Retching
1) Upaya akan terjadinya muntah
2) Tidak produktif
14

3) Meliputi sesak nafas dan gagging


Muntah dan retching adalah gabungan dari episode emesis.
c. Muntah
1) Pengeluaran isi lambung melalui organ mulut atau hidung
2) Reflek yang dikendalikan oleh batang otak
3) Mungkin atau tidak mungkin didahului mual
4) Gerakan otot terkoordinasi
5) Terkait dengan perubahan fisiologis; peningkatan denyut jantung,
peningkatan frekuensi nafas, berkeringat
2. Patofisiology
Vomiting/muntah adalah keluarnya isi gastrointestinal melalui mulut.
Retching adalah kontraksi otot respirasi (diafragma, dada, dinding abdomen)
yang spasmodik dan ritmik disertai dengan terdorongnya lambung dan esofagus
tanpa disertai dengan keluarnya isi respon pasien yang dapat dilihat, sedangkan
mual lebih bersifat subyektif dan merupakan sensasi tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kecenderungan untuk muntah. Muntah tidak sama dengan
refluk atau gastrointestinal. Muntah dan retching adalah regurgitasi yang terjadi
secara pasif akibat relaksasi sfingter esofagus pada pasien koma atau pada infant
(Miller, 2010).
Pada sistem saraf pusat, terdapat tiga struktur yang dianggap sebagai pusat
koordinasi refleks muntah, yaitu chemoreceptor trigger zone (CTZ), pusat
muntah, dan nukleus traktus solitarius. Ketiga struktur tersebut terletak pada
daerah batang otak dan ada dua daerah anatomis di medula yang berperan dalam
refleks muntah, yaitu CTZ dan central vomiting centre (CVC). CTZ terletak di
area postrema pada dasar ujung kaudal ventrikel IV di luar sawar darah otak
(Fitrah, 2014)
Reseptor di daerah ini diaktifkan oleh zat-zat proemetik di dalam sirkulasi
darah atau di cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid, CSF). Sinyal eferen dari
CTZ dikirim ke CVC dan selanjutnya melalui nervus vagus sebagai jalur eferen
dari senyawa neuroaktif, terjadilah serangkaian reaksi simpatis parasimpatis yang
15

diakhiri dengan refleks muntah. CVC terletak dekat nukleus traktus solitarius dan
di sekitar formasio retikularis medula tepat di bawah CTZ (Fitrah, 2014).
Chemoreceptor trigger zone mengandung reseptor-reseptor untuk bermacam-
macam senyawa neuroaktif yang dapat menyebabkan refleks muntah. Rangsang
refleks muntah berasal dari gastrointestinal, vestibulo-okular, aferen kortikal yang
lebih tinggi yang menuju CVC, kemudian dimulai gejala nausea, retching, serta
ekspulsi isi lambung atau muntah (Fitrah, 2014)
3. Penyebab mual dan muntah
Secara umum muntah diakibatkan oleh pusat muntah medulla oblongata dan
berlangsung menurut beberapa mekanisme yaitu
secara langsung kesaluran cerna dan secara tidak langsung melalui CTZ (Fitrah,
2014 ).
a. Akibat rangsangan langsung dari saluran cerna (Makoreseptor)
Bila peristaltik dan perlintasan lambung terjadi masalah maka akan
terjadi mual, apabila gangguan tersebut makin lama makin hebat maka pusat
muntah akan dirangsang melalui saraf vagus sehingga dapat mengakibatkan
muntah, hal ini dapat terjadi karena adanya kerusakan mukosa usus dan
lambung, termasuk dalam hal ini distensi lambung
merupakan faktor yang berperan penting.
b. Secara tidak langsung melalui CTZ (kemoreseptor)
Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) memiliki banyak reseptor yang
berdekatan dengan pusat muntah, dengan bantuan neurotransmitter dopamine
CTZ menerima isyarat-isyarat mengenai kehadiran zat-zat kimia asing di
dalam sirkulasi kemudian rangsangan tersebut diteruskan kemedulla
oblongata sebagai pusat muntah
4. Faktor resiko mual muntah
Faktor resiko terkait PONV dibagi menjadi 4 faktor antara lain
faktor pasien, operasi, farmakologi dan faktor lain ( Shaikh dkk, 2016).
a. Faktor-faktor pasien
16

1) Umur : insidensi mual dan muntah pasca operasi 5% pada bayi, 25% pada
usia dibawah 5 tahun, 42-51% pada umur 6-16 tahun dan 14-40% pada
dewasa.
2) Jenis Kelamin : wanita dewasa akan mengalami mual dan muntah pasca
operasi 2-4 kali lebih mungkin dibandingkan laki-laki, kemungkinan
karena hormone perempuan.
3) Obesitas : BMI > 30 dilaporkan bahwa pada pasien tersebut lebih mudah
terjadi mual dan muntah pasca operasi baik karena adipos yang berlebihan
sehingga penyimpanan obat-obat anestesi atau produksi estrogen yang
berlebihan oleh jaringan adipos.
4) Motion sickness : pasien yang mengalami motion sicknes lebih mungkin
terkena mual dan muntah pasca operasi. Bukan perokok : pada perokok
resiko mengalami PONV jelas lebih rendah bila dibandingkan non-
perokok, hal ini disebabkan karena bahan kimia dalam asap rokok
meingkatkan metabolisme beberapa obat yang digunakan dalam anestesi
untuk mengurangi resiko PONV.
5) Lama operasi : Pembedahan lebih dari 1 jam akan meningkatkan resiko
terjadinya PONV karena masa kerja dari obat anestesi yang punya efek
menekan mual muntah sudah hampir habis, kemudian semakin banyak
komplikasi dan manipulasi pembedahan dilakukan
b. Faktor pembedahan
1) Kejadian mual dan muntah juga berhubungan dengan tingginya insiden
dan keparahan mual dan muntah pasca operasi. Seperti pada laparaskopi,
bedah payudara, laparatomi, bedah plastik, bedah optalmik, bedah THT,
bedah ginekologi.
2) Durasi operasi (setiap 30 menit penambahan waktu resiko mual dan
muntah pasca operasi meningkat sampai 60%).
c. Faktor anestesi
1) Kedalaman anestesi atau inflasi gaster pada saat ventilasi dengan masker
bisa menyebabkan muntah
17

2) Perubahan posisi kepala setelah bangun akan merangsang vestibular


3) Obat-obat anestesi : Opioid adalah obat penting yang berhubungan dengan
mual dan muntah pasca operasi.
4) Agen anestesi inhalasi : Eter dan cyclopropane menyebabkan insiden
mual dan muntah pasca operasi yang tinggi karena katekolamin. Pada
sevoflurane, enflurane, desflurane dan halothane dijumpai angka kejadian
mual dan muntah pasca operasi yang lebih rendah. N2O mempunyai
peranan yang dalam terjadinya mual dan muntah pasca operasi karena
dapat mengaktifkan sistim vestibular dan meningkatkan pemasukan ke
pusat muntah (Gilman, 2012)
5. Penilaian mual dan muntah
Menurut Gordon (Prabowo , 2017), respon mual dan
muntah pasca operasi dapat dinilai dengan sistim skoring, yaitu :
Skor 0 : Bila responden tidak merasa mual dan muntah
Skor 1 : Bila responden merasa mual saja
Skor 2 : Bila responden mengalami retching/ muntah
Skor 3 : Bila responden mengalami mual ≥ 30 menit dan muntah ≥
2 kali
D. Penelitian Terkait

Ada tiga studi terkait tentang kejadian kecemasan pre operatif mual muntah setelah

tindakan pembedahan. Studi terkait adalah sebagai berikut

1. Gambaran faktor penyebab post operative vomiting (PONV) pada pasien post

operasi section caesarea (SC) di RS Muhamadiyah Sruweng.

Penelitian yang dilakukan oleh Indaryani, Penelitian ini merupakan

deskriptif kuantitatif. Sampel sejumlah 68 pasien post op SC yang diambil dengan

teknik purposive sampling. Responden berumur 26-35 tahun sebanyak 25%

memiliki nilai PONV skala 2 responden yang mengalam obesitas


18

sebanyak29.4%memiliki nilai PONV skala 2 responden yang tidak menjalani

puasa pre operasi sebanyak 25% mengalami kejadian PONV dengan skala 2.

Responden yang menjalani pembedahan SC selama >1 jam sebanyak

23.5%mengalami kejadian PONV skala 2.Responden yang memiliki riwayat

Motion Sickness sebanyak38.2% mengalami kejadian PONV skala 2 dan

Responden yang diberikan premedikasi Ondansentron sebanyak 23.5%

mengalami PONV skala 1.

2. Hubungan kecemasan pre anestesi dengan kejadian Post Operative Nause

vomiting dengan General Anestesia

Penelitian yang dilakukan Eka fakrunisa Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah seluruh pasien yang dioperasi menggunakan teknik anestesi

general anestehsia. Mayoritas responden dari penelitian adalah perempuan yaitu

sebanyak 27 orang responden (64,3%), usia 36-45 tahun (54,8%), berpendidikan

SMA (78,6%), ASA I (88,7%), perokok pasif (64,3%), dengan lama operasi < 60

menit (78,6%) mengalami kecemasan dengan kategori tertinggi yaitu cemas

sedang yaitu sebanyak 35 orang responden (83,3%) dan pasien yang mengalami

mual sebanyak 11 orang (26,2%). Kecemasan pre general anesthesia

berhubungan dengan kejadian PONV dengan nilai signifikansi (p) 0,021 atau

(0,021

3. Juliana, Irawan, Hamidy (2013). Judul penelitian “Gambaran Kejadian Post

Operative Nausea and Vomiting (PONV) pada Pasien yang Menjalani Anestesi

Umum dengan Menggunakan Laryngeal Mask Airway (LMA) di RSUD Arifin


19

Achmad Provinsi Riau”. Persamaan terletak pada desain penelitian menggunakan

desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui

gambaran kejadian Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) pada pasien

yang menjalani anestesi umum, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik consecutive sampling. Perbedaan terletak pada variabel

penelitian, pada penelitian ini akan meneliti tentang penilaian respon pasien

terhadap kejadian mual dan muntah pasca operasi dengan anestesi umum dengan

menggunakan instrument penelitian skor respon mual dan muntah pasca operasi

Gordon (2009) sedangkan peneliti sebelumnya meneliti tentang derajat nausea

dan vomiting, tingkat keparahan PONV, jenis operasi, usia, jenis kelamin, riwayat

PONV, riwayat merokok, serta durasi operasi dan anestesi.


BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan uraian tentang hubungan atau kaitan antara konsep-
konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang telah
dilakukan. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel
yang satu dengan yang lain. (Notoatmodjo, 2018). Berdasarkan tinjauan pustaka,
maka kerangka konsep yang peneliti gunakan sebagai berikut:

Sectio Caesarea

Mual dan Muntah


Spinal Anestesi

Sumber : (Keath 2012, Yadav 2017)


Keterangan :
: Variabel yang akan diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

: Alur Pikir

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Mual Muntah Pasien Pasca Sectio
Caesarea dengan Spinal Anestesi

20
21

Berdasarkan kerangka konsep di atas ada beberapa faktor yang

mempengarughi kejadian mual muntah pasca operasi secsio cessarea. Mual muntah

yang dirasakan juga pada spinal anestesi.

B. Variabel penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki
atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang suatu konsep pengertian tertentu
(Notoatmodjo, 2010). Maka variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut variabel kejadian mual muntah pasca secsio cessarea dengan spinal
anestesi.
C. Definisi Operasional Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian adalah fenomena observasional yang
memungkinkan peneliti untuk mengujinya secara empiric, apakah outcome yang
diprediksi tersebut benar atau salah (Swarjana, 2015). Definisi penelitian yang dibuat
harus in line dengan conceptual definitions (Swarjana, 2015). Jadi definisi
operasional variabel adalah definisi variabel berdasarkan konsep teori tapi bersifat
operasional, agar variabel tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh
peneliti maupun peneliti lain. Definisi variable pada penelitian ini diuraikan pada
tabel 3.1 dibawah ini.
22

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Kejadian Mual Muntah Pasca Secstio
Cessarea dengann Spinal Anestesi

Variable Definisi Operasional Alat ukur Cara ukur Skala ukur


Variabel
Mual dan Kejadian mual Cara pengumpulan data: Skor 0: pasien tidak Ordinal
muntah muntah yang Mengisi lembar observasi, merasa mual dan
dirasakan pasien dimana terdapat kolom muntah
terhadap sensasi observasi mual dan muntah Skor 1: pasien merasa
ketidaknyamanan di pasien per 15 menit selama 2 mual saja
area tenggorokan jam. Pada kolom observasi Skor 2: pasien
atau perut yang dapat dituliskan skor penilaian mengalami retching
menimbulkan rasa respon mual dan muntah pada (usaha untuk
ingin muntah setelah pasien. memuntahk an dan
tindakan atau muntah)
pembedahan Alat ukur: Alat ukur yang Skor 3: Pasien
dilakukan digunakan adalah lembar mengalami
observasi mual lebih dari 30
menit atau muntah ≥ 2
kali.
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang digunakan dalam meneliti terhadap sampel dan populasi penelitian,
tehnik pengambilan sampel umumnya dilakukan dengan cara memanfaatkan
instrument penelitian yang dipakai, analisis data yang digunakan bersifat kuantitatif/
bisa diukur dengan tujuan untuk menuji hipotesis yang di tetapkan sebelumnya
(Notoatmodjo, 2018).
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif dapat
diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam penelitian dapat fakta-fakta yang
tampak atau apa adanya. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan cross
sectional dimana cara pengambilan data variabel dependen dan variabel independen
dilakukan sekali waktu pada saat yang bersamaan. Dengan demikian, penelitian
deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan sesuatu kondisi atau
fenomena yang terjadi di populasi tertentu. Pada penelitian ini, penulis
menggambarkan atau medeskripsikan sebuah fenomena atau kondisi yang terjadi
pada pasien sectio caesarea yang mengalami mual muntah dengan spinal anestesi
B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di instalasi bedah sentral RSUD H Hanafie Muara

Bungo. Penelitian ini akan dilakukan selama dua bulan januari sampai Februari 2022

(POA Terlampir).

C. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti


(Notoatmodjo, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pasca
23
24

operasi secsio cessarea dengan spinal anestesi di RSUD H Hanafie Muara Bungo,
berdasarkan rekam medik rata-rata operasi dalam satu tahun terakhir yaitu
sebanyak 519 pasien.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. (Notoatmodjo 2018).
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel
yang benar-benar dapat mewakili (representatife) dan dapat menggambarkan
keadaan populasi yang sebenarnya, maka dalam penentuan sampel digunakan
rumus slovin dalam Notoatmodjo (2018) sebagai berikut :
1. Besar Sampel
n= N
(1+(N x e 2 ))
Keterangan :
n : ukuran sampel
N : ukuran populasi
e : persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang dapat ditolelir.
Dari jumlah sampel tersebut dengan tingkat kelonggaran ketidak telitian
sebesar 1% maka dengan menggunakan rumus diatas diperoleh sampel sebesar
:
n= N
(1+(N x e 2 ))
n= 720
(1+(519x 0,12 ))
n = 63,28= 5=64
Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 64 orang
responden. Apabila dalam waktu penelitian yang ditentukan jumlah responden
tidak cukup maka peneliti akan menambahkan waktu penelitian sampai jumlah
responden mencukupi.
25

2. Kriteria Sampel
Kriteria responden dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Inklusi
a) Bersedia menjadi responden
b) Responden kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik
c) Kesadaran penuh (compos mentis)
d) Menjalani operasi dengan spinal anestesi
e) Menjalani operasi secsio cessarea
2) Ekslusi
a) Gangguan mental
b) Tidak memahami bahasa indonesia
3. Sampling
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel dengan teknik
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel non randon atau teknik
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu oleh peneliti. Peneliti
akan mengambil sampel setiap hari dari jumlah populasi yang ada atau pasien
yang menjalani operasi selama bulan penelitian dengan memperhatikan kriteria
responden yang telah dibuat. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan
pengambilan sampel yang berjumlah 64, sampel yang peneliti gunakan harus
memenuhi kriteria inklusi dan eklusi yang telah ditentukan.

D. Rencana Pengumpulan data

1. Metode pengumpulan data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh dengan observasi kejadian mual dan muntah pasca operasi,
sedangkan data sekunder diperoleh dari rekam medis pasien. Metode yang telah
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan sesuai dengan
variabel penelitian adalah menggunakan metode wawancara dan metode
observasi. Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data pasien seperti
26

umur dan jenis kelamin. Metode observasi digunakan untuk mengamati varibel
kejadian mual dan muntah pasca operasi secsio cessarea dengan spinal anestesi.
2. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah status rekam
medis pasien dan lembar observasi yang selanjutnya dilakukan uji validasi data.
E. Teknik pengumpulan data
1. Persiapan

1) Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengajukan surat ijin penelitian dari


institusi pendidikan ITEKES Bali
2) Selanjutnya peneliti menyerahkan surat tembusan kepada kepala ruangan
tempat pengumpulan data dilakukan dan melaporkan bahwa pengumpulan
data akan dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2022
3) Setelah mendapatkan surat balasan dari Komisi Etik ITEKES Bali, peneliti
melanjutkan untuk pengumpulan data
2. Pelaksanaan
4) Dalam masa pandemi seperti ini, maka peneliti juga selalu menjaga protocol
kesehatan 4M seperti mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker dan
menghindari kerumunan.
5) Setelah melakukan kontrak waktu dengan kepala ruang, peneliti melakukan
pengamatan dan pemilihan sampel penelitian

6) Peneliti mencuci tangan, memakai masker, mengucapkan salam,


memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

7) Setelah calon responden memahami tujuan dan manfaat penelitian, calon


responden diberikan lembar inform concent penelitiana. Bagi responden
yang bersedia menjadi sampel dan diminta untuk menantatangani informed
consent sebagai bukti persetujuan.

8) Setelah informed consent disetujui selanjutnya peneliti mulai melakukan


pengumpulan data mengunakan lembar observasi
27

9) Peneliti melakukan pengisian lembar observasi dan dilakukan pengecekan


kembali sampai kuesioner terisi dengan lengkap.

10)Peneliti mencuci tangan

11)Terakhir peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas


partisipasinya

12)Setelah semua data telah terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data.


F. Etika penelitian
Penelitian yang menggunakan objek manusia tidak boleh bertentangan dengan etika
agar hak responden dapat terlindungi, penelitian dilakukan dengan menggunakan
etika sebagai berikut (Dahlan, 2010) :
1. Informed Concent
Informed concent merupakan kesepakatan antara peneliti dengan
responden dengan cara pemberian lembar persetujuan (informed concent).
Peneliti sebelum melakukan penelitian akan mengedarkan lembar
persetujuan untuk menjadi responden degan tujuan supaya subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, manfaat serta akibat dari penelitian ini. Subjek
harus menandatangani lembar persetujuan bila menyetujui menjadi
responden dan jika subjek tidak bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini maka peneliti harus menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data (lembar kuisinoner) melainkan hanya menuliskan kode
pada lembar kuisioner.
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Peneliti akan menjamin kerahasiaan hasil observasi, meliputi identitas.

4. Keadilan Peneliti
Menekankan prinsip keadilan yaitu dengan memperlakukan responden
dengan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah
28

berpartisipasi dalam penelitian tentang gambaran mual muntah pasca operasi


sectio caesarea dengan spinal anestesi.
5. Manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Peneliti melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian
supaya mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek
penelitian. Peneliti juga meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD H.Hanafie Muara Bungo di Jalan Teuku
Umar No. 88. Kec.Muara Bungo, Kab.Bungo Privinsi Jambi. Saat ini RSUD H.Hanafie
Muara Bungo Husada Cikarang memiliki penunjang pelayanan berupa instalasi bedah
sentral, instalasi rehab medik, instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi farmasi,
dan instalasi gawat darurat.
Pengambilan data dilakukan di IBS RSUD H.Hanafie Muara Bungo yang
merupakan tempat untuk penyelenggaraan pelayanan medis operatif dan anestesi.
Pelayanan anestesi di IBS RSUD H.Hanafie Muara Bungo dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi dan melayani kasus-kasus pembedahan umum, obgyn, THT, ortopedi, dan mata
hingga sekarang. Pelayanan anestesi di IBS RSUD H.Hanafie Muara Bungo didukung
oleh 1 orang dokter spesialis anestesi dan 6 orang penata anestesi.

B. Karakteristik Umum Responden

Penelitian ini melibatkan 68 responden pada pasien yang akan menjalani operasi
secsio cessarea dengan spinal anestesi di RSUD H.Hanafie Muara Bungo. Dalam
penelitian ini data responden didapat dengan cara pengisian kuesioner. Karakteristik
responden pada penelitian ini berdasarkan umur, diagnosa dan pendidikan .
Adapun karakteristik responden sebagaimana terlihat Tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Umur, Diagnosa


dan Tingkat Pendidikan pada Operasi Secsio Cessarea di RSUD H.Hanafie
Muara Bungo
Karakteristik Frekuensi(f) Presentase(%)
Umur
Umur 15-20 Tahun 5 7,8
Umur 21-25 Tahun 9 14,1
Umur 26-30 Tahun 19 29,7
Umur 31-35 Tahun 28 43,8
Umur 36-40 Tahun 3 4,7
Diagnosa
Serotinus 5 7,8
29
30

PEB 8 12,5
Riwayat SC 14 21,9
Partus macet 3 4.7
Letak bokong 6 9,4
Gemeli 1 1.6
Ketuban Pecah Dini (KPD) 7 10,9
Cephalopelvic disproportion (CPD) 4 6,3
Bayi besar 6 9,4
Gagal induksi 2 3,1
Plasenta previa 1 1,6
Oligohidroniom 2 3,1
Gawat janin 5 7,8

Pendidikan
SD 1 1,6
SMP 13 20,3
SMA/Sederajat 32 50,0
Diploma 1 1,6
Sarjana 17 26,6
Lainnya 0 0

Berdasarkan tabel 5.1 pada tabel karakteristik umum responden berdasarkan umur,
diketahui bahwa dari 64 responden yang diteliti, responden terbanyak pada umur 31-35
tahun yaitu 28 responden dengan persentase 43,8%. Karakteristik umum responden
berdasarkan diagnosa ditemukan mayoritas 14 responden dengan persentase 21,9%
memiliki riwayat SC. Selain itu, karakteristik umum responden berdasarkan pendidikan
yaitu 32 responden dengan persentase 50,0% merupakan SMA/sederajat.
31

1. Variabel Penelitian

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi gambaran nilai respon mual dan muntah pasca operasi
pada pasien Pasien Pasca Sectio Caesarea dengan Spinal Anestesi di
RSUD H.Hanafie Muara Bungo

Nilai Respon Mual Frekuensi (f) Persentase (%)


dan Muntah Pasca
Operasi
Skor 0 (tidak mual dan
muntah) 52 81.3
Skor 1 (mual saja) 0 0
Skor 2 (retching) 0 0
Skor 3 (mual >30 menit
atau muntah ≥ 2 kali 12 18.8

Dari penelitian yang dilakukan pada 64 responden mengenai nilai respon mual
dan muntah pasca operasi dengan spinal anestesi di Ruang Pemulihan Rumah Sakit
RSUD H.Hanafie Muara Bungo didapatkan mayoritas hasil skor 0 (tidak mual dan
muntah) sebanyak 52 responden (813%), dan skor 3 (mual >30 menit atau muntah ≥
2 kali) sebanyak 12 responden (18.8%)
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan tentang pembahasan hasil penelitian. Pembahasan pada
bab ini didasarkan pada bab pendahuluan, tinjauan pustaka, kerangka konsep, variabel,
metode dan bab hasil. Lebih lanjut, bab pembahasan ini mencakup hal-hal berikut ini
yaitu pembahasan gambaran karakteristik umum responden, gambaran nilai respon
mual dan muntah pasien pasca operasi dengan spinal anestesi dan keterbatasan
penelitian.
A. Pembahasan Gambaran Karakteristik Umum Responden
Karakteristik umum responden berdasarkan diagnosa ditemukan mayoritas 14
responden dengan persentase 21.9% memiliki riwayat SC. Persalinan sectio caesarea
atau bedah sesar ini merupakan pilihan persalinan yang terakhir setelah
dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam tidak layak untuk dikerjakan
(Kasdu 2015). Karakteristik umum responden berdasarkan pendidikan yaitu 32
responden dengan persentase 50.0% merupakan SMA/sederajat. Berdasarkan
gambaran karakteristik responden berdasarkan umur, hasil penelitian ini menemukan
jumlah responden terbanyak pada umur 31-35 tahun yaitu 28 responden dengan
persentase 43.8%. Temuan pada penelitian ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Juliana dkk. (2014) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
tentang Gambaran Kejadian Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) pada
Pasien yang Menjalani Anestesi Umum dengan Menggunakan Laryngeal Mask
Airway (LMA) bahwa rentang umur mayoritas pasien pasca operasi dengan anestesi
umum adalah pada rentang umur 33-40 tahun (35,6%) dari keseluruhan responden.
Namun pada kedua penelitian ini menemukan jumlah sampel terbanyak berada dalam
rentang usia produktif. Badan Pusat Statistika mendefinisikan bahwa usia produktif
adalah mereka yang berada dalam rentang usia 15-64 tahun (BPS, 2013). Usia
produktif menurut Badan Pusat Statistik dapat dikategorikan menjadi dua yaitu usia
sangat produktif (15-49 tahun) dan usia produktif (50- 64 tahun). Pada usia tersebut
seseorang aktif bekerja dengan mobilitas relatif tinggi, sehingga akan berdampak
pada tingkat risiko atau hal-hal yang menyebabkan seseorang terkena penyakit yang
32
33

memerlukan proses operasi, misalnya dampak kecelakaan lalu lintas, akibat jatuh
maupun kecelakaan kerja serta penyakit lainnya.

B. Mual dan Muntah pada Pasien Pasca Operasi dengan Spinal Antestesi

Hasil penelitian ini menemukan bahwa mayoritas pasien tidak mengalami mual dan
muntah. Hal ini karena secsio cessarea merumakan operasi yang singkat dan mayoritas
pasien Riwayat secsio cessarea yang mana jadwal operasi elektif. Temuan pada
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliana dkk. (2014) tentang
Gambaran Kejadian Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) pada Pasien yang
Menjalani Anestesi Umum dengan Menggunakan Laryngeal Mask Airway (LMA) di
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, bahwa mayoritas responden tidak mengalami
PONV sebanyak 35 responden (77,8%), yang mengalami PONV ringan sebanyak 5
responden (11,1%), yang mengalami PONV sedang sebanyak 2 responden (4,4%), dan
yang mengalami PONV berat sebanyak 3 responden (6,7%). Shaikh dkk. (2016)
menyebutkan bahwa etiologi mual dan muntah bersifat multifaktoral. Kejadian mual dan
muntah pasien pasca operasi pada bayi sebesar 5%, umur dibawah 5 tahun sebesar 25%,
umur 6-16 tahun sebesar 42-51%, dan pada umur dewasa sebesar 14-40%. Selain itu,
pada jenis kelamin perempuan, insidensi mual dan muntah pasca operasi dapat terjadi 2-
4 kali lebih besar daripada laki-laki, hal ini disebabkan karena kadar progesteron plasma
selama siklus menstruasi (Qudsi, 2015).
Tinsley & Barone pada penelitiannya yang berjudul “Preventing Postoperative
Nausea and Vomiting” menyebutkan bahwa pasien dengan prosedur operasi yang
membutuhkan waktu kurang dari 30 menit memiliki risiko mual dan muntah pasca
operasi sebesar 28% dan pada prosedur yang berlangsung selama 150-180 menit meiliki
risiko mual dan muntah pasca operasi sebesar 46,2%. Jenis operasi yang meningkatkan
insiden mual dan muntah menurut Chatterje, Rudra, & Sengupta (2011) adalah prosedur
intraabdominal, perbaikan strabismus, laparoskopi, ortopedi, ginekologi, telinga hidung
dan tenggorokan (THT), tiroid, payudara, dan operasi plastik serta bedah saraf.
34

C. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan merupakan kelemahan dan hambatan yang dialami oleh peneliti dalam
melakukan penelitian. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Penelitian ini menggunakan pendekataan cross sectional, sehingga hubungan
sebab akibat tidak dapat peneliti uraikan.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Karakteristik responden berdasarkan umur, hasil penelitian ini menemukan


jumlah responden terbanyak pada umur 31-35 tahun yaitu 28 responden dengan
persentase 43.8%.. Berdasarkan diganosa yaitu Riwayat SC 14 responden dengan
persentase 21.9%. Berdasarkan pendidikan SMA 32 responden dengan presentase
50.0 %.
2. Gambaran mual dan muntah pasca operasi dengan spinal Anestesi di Ruang
Pemulihan Rumah Sakit RSUD H.Hanafie Muara Bungo didapatkan hasil skor 0
(tidak mual dan muntah) sebanyak 52 responden (813%).
B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan penelitian di atas, maka dapat diberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat mengembangkan penelitian menganai perbadingan mual muntah
pasca operasi dengan spinal anestesi, atau mencari faktor terkait kejadian mual
muntah.
2. Kepada pelayan kesehatan
Diharapkan pihak rumah sakit dapat bekerja sama dengan bagian anestesi untuk
memberikan suatu SOP yang lebih baik untuk mengurangi kejadian mual muntah
pasca operasi.

35
36

DAFTAR PUSTAKA

ASPAN. (2006). ASPAN’S Evidence-Based Clinical Practice Guideline for the


Prevention and/or Management of PONV/PDNV. Journal of PeriAnesthesia Nursing,
21(4):230-250.

Catur, S. (2010). Hubungan Kecemasan Pra Induksi dengan Kejadian Post Operative Nausea
Vomiting (PONV). Diperoleh tanggal 8 November 2021
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/410/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Dahlan, M. S. (2014). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.

Emilia, Ova.(2008). Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendikia

Fitrah, B. A., (2014). Penatalaksanaan Mual Muntah Pascabedah di Layanan Kesehatan


Primer. Journal. FKUI. Jakarta

Firdaus, M.F. 2014. Uji Validitas Konstruksi dan Reliabilitas Instrumen The Amsterdam
Preoperative Anxiety And Information Scale (APAIS) Versi Indonesia (Thesis). FKUI.

Jadon, et al. (2016). Effect of Intravenous Dexamethasone on Postoperative Nausea-


Vomiting (PONV) after Intrathecal Morphine during Caesarean Section. Diperoleh
tanggal 8 november 2021
https://www.researchgate.net/publication/309541119_Effect_of_Intravenous_Dexam
ethasone_on_Postoperative_Nausea-
Vomiting_PONV_after_Intrathecal_Morphine_during_Caesarean_Section

Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 2010. Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang :
Binarupa Aksara

Keat, Sally et al. (2013). Anaesthesia on The Move. Jakarta: Indeks


37

Majid,A., Jodha,M., Istianah,U. (2011). Keperawatan Perioperatif. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Miller, R. D. (2010). Miller’s Anesthesia. 7thEd. United States of America: Churchill


Livingston Elsevier.

Morgan, E. G., & Butterwworth, M. S. J. F. (2013). Clinical Anesthesiology, Fiveth Edition.


USA: McGra-Hill Companies Inc.

Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Pramono, A., & Widjaja, D.S. (ed). (2015). Buku Kuliah Anestesi. Jakarta: EGC.

Sari & Rimandini. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care). Jakarta : Buku
Mahasiswa Kesehatan

Shaikh, S, I, dkk. (2016). Postoperative Nausea and Vomiting: A Simple Yet Complex
Problem. Anesthesia: Essays and Researches

Sholihah, A., Marwan, S.K., dan Husairi, A. (2014). Gambaran Angka Kejadian Post
Operative Nausea and Vomiting (PONV) di RSUD Ulin Banjarmasin Mei-Juli 2014.
Berkala Kedokteran, 11(1). Diperoleh tanggal 8 November 2020 dari
www.scholar.google.com

Smeltzer C, S., & Bare, B. G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Edisi 8, Vol. 1. Jakarta: EGC

Stuart G.W, & Sundeen J.S. (2016). Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Tewu, Havriray. (2017). Perbandingan Mual Muntah pada Premedikasi dengan Pemberian
Ondansetron dan dengan Deksametason Pasca Operasi Sectio Caesarea dengan
Anestesi Regional. Jurnal e- Clinic, volume 3. Diperoleh tanggal 8 November 2021
2021 http://ejournal.unsrat.ac.id/index. php/eclinic/article/view/9832
38

Wadood, F., Muhammad, R., Jamil, M., & Un, N. W. (2014). Efficacy of ondansetron alone
and ondansetron plus dexamethasone in preventing nausea and vomiting after middle
ear surgery. J Ayub Med Coll Abbottabad, 26(1). Diperoleh tanggal 11 November 2021
dari www.pubmed.ncbi.nlm.nih.gov
JADWAL PENELITIAN

Oktober November Desember Januari Februari Maret April mei


NO KEGIATAN
III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan
Proposal
2 ACC Proposal
3 Penyebaran
Proposal
4 Ujian Proposal
5 Ujian Ulang
Proposal
6 Pengumpulan
Data
7 Penyusunan
Hasil
Penelitian
8 Penyebaran
Skripsi
9 Ujian Skripsi

39
40

10 Ujian Ulang
Skripsi
11 Perbaikan dan
Pengumpulan
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
40

Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
JUDUL : “Gambaran mual muntah pasien pasca sectio caesarea
dengan spinal anestesi di RSUD H. Hanafie Muara Bungo”
No Responden :
Umur :
Jenis kelamin :
Jenis Anestesi :
Jenis operasi :
Tanggal Operasi :
Jenis Operasi :
Jam Tiba di Ruang Recovery :
Respon pasien Skor Penilaian pasca operasi
15’ 30’ 45’ 60’ 75’ 90’ 105’ 120’
Pasien tidak 0
merasa mual
muntah
Pasien merasa 1
mual saja
Pasien mengalami 2
retching (usaha
untuk
memuntahkan dan
atau muntah)
Pasien mengalami 3
mual lebih dari 30
menit atau muntah
≥ 2 kali
41

Lampiran 3

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada:
Yth. Bapak/Ibu/Sdr/I Calon Responden
di IBS RSUD H.Hanafie Muara Bungo

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Mutiara Depita
NIM : 2114301117
Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Anestesiologi Program B,
ITEKES Bali
Alamat : Jalan Tukad Balian No. 180 Renon, Denpasar-Bali
Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian saya yang berjudul Gambaran Mual Muntah Pasien Pasca Sectio
Caesarea dengan Spinal Anestesi di RSUD H. Hanafie Muara Bungo yang pengumpulan
datanya akan dilaksanakan pada bulan Februari s/d Maret. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Prodi DIV
Keperawatan Anestesiologi. Saya akan tetap menjaga segala kerahasiaan data maupun
informasi yang diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan. Atas perhatian dan kesediaannya, saya
ucapkan terima kasih.

Bungo, Desember 2021


Peneliti

MUTIARA DEPITA
NIM. 2114301117
42

Lampiran 4
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : ………………………………………….
Jenis Kelamin : ………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………….
Alamat : ………………………………………….
Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh Saudara
Mutiara Depita Mahasiswa Program Studi DIV Keperawatan Anestesiologi Program B
ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul “Gambaran Mual Muntah Pasien Pasca Sectio
Caesarea dengan Spinal Anestesi di RSUD H. Hanafie Muara Bungo” maka dengan ini saya
menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut, secara sukarela dan tanpa
ada unsur paksaan dari siapapun. Demikian persetujuan ini saya berikan agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Bungo, Desember 2021


Saksi Responden

…………………………………… ……………………………………
…… ……

Peneliti

Mutiara Depita

Anda mungkin juga menyukai