Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON DAN AUTOGENIK


TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BALOWARTI KOTA KEDIRI

Disusun Oleh:
KUSNUL HIDAYAH
NIM: 1811B0038

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (F2K)
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
KEDIRI
2022
PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON DAN AUTOGENIK
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BALOWARTI KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Progam Studi S1 Ilmu Keperawatan
IIK STRADA Indonesia

Disusun Oleh:
KUSNUL HIDAYAH
NIM: 1811B0038

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (F2K)
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
KEDIRI
TAHUN 2022
ii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Kusnul Hidayah
NIM : 1811B0038
Judul : Pengaruh Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik Terhadap Penurunan
Tingkat Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Balowarti Kota Kediri

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri
dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Demikian pernyataan ini saya buat, terimakasih.

Kediri, 05 Oktober 2022


Yang Menyatakan,

Kusnul Hidayah
NIM. 1811B0038

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON DAN AUTOGENIK TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BALOWARTI KOTA KEDIRI

Diajukan Oleh :
Kusnul Hidayah
NIM. 1811B0038

TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN

Pada tanggal, 19 Oktober 2022


Pembimbing

Sutrisno, S. Kep.Ns., M.Kep


NIK: 13.07.11.119

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (F2K)
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia

Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep., Ns., M.Kes


NIK. 13.07.06.033

iv
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON DAN AUTOGENIK TERHADAP


PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BALOWARTI KOTA KEDIRI

Oleh :
Kusul Hidayah
NIM. 1811B0038

Usulan Skripsi ini telah diuji dan dinilai


oleh Panitia Penguji
Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (F2k)
Pada hari Senin tanggal, 24 Oktober 2022

DOSEN PENGUJI
Ketua Penguji :
Dr.Byba Melda Suhita, S.Kep.Ns., M.Kes (Penguji 1) ..........................................
Anggota Penguji :
1. Suci Anggraeni, S.Kep.Ns., M.Kep (Penguji 2) ..........................................

2. Sutrisno, S. Kep.Ns., M.Kep (Pembimbing) ..........................................

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (F2K)
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia

Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep., Ns., M.Kes


NIDN. 0707037901
v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi kualitatif yang berjudul “Pengaruh
Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Balowarti Kota Kediri” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan skripsi kuantitatif ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Terapi Relaksasi Benson Dan Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Hipertensi Pasien
Hipertensi.
Dalam penulisan skripsi kuantitatif ini, penulis banyak sekali mendapatkan bimbingan,
petunjuk dan juga bantuan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. DR. dr. Sentot Imam Suprapto, MM selaku Rektorat IIK STRADA Indonesia yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
Program Studi S-1 Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan.
2. Dr. Byba Melda Suhita S.,Kep.,Ns,M.,Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di program S-1
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan.
3. Nur Yeny Hidajaturrokhmah,S.Kep.,Ns.,M.,Kes, Selaku ketua program studi S-1
fakultas Keperawatan Dan kebidanan IIK STRADA Indonesia yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di program S-1
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan.
4. Sutrisno,S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan dan saran terbaik serta tidak lelah membimbing saya demi kesempurnaan
dalam penyusunan dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Wilayah Kerja Pukesmas Balowerti yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian di tempat ini.
6. Para responden yang telah membantu penelitian ini dengan meluangkan waktunya
selama proses penelian berlangsung
7. Segenap Dosen dan Staf Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia Kediri yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu penulis dalam bentuk
vi
perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-hentinya mengalir demi
kelancaran dan kesuksesan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik, karena
ridho Allah SWT terbentang luas dibelakang ridho orang tua kita.
9. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan, motivasi dan
mendengarkan keluh kesah serta menemani dalam proses penyusunan kuatitatif ini.
10. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang lain yang sangat membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT
senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis menerima kritikan dan saran guna menyempurnakan penulis ini. Harapan penulis
semoga penulis dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi
penulis serta bermanfaat bagi penulis selanjutnya.

Kediri, 05 Oktober 2022

Kusnul Hidayah
NIM. 1811B0038

vii
PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON DAN AUTOGENIK
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BALOWARTI KOTA KEDIRI

Kusnul Hidayah1, Sutrisno1


Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia
Email: inulkusnul20@gmail.com

ABSTRAK

Resiko kejadian Hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur,


semakin bertambahnya umur seseorang maka kejadian Hipertensi semakin meningkat.
Hal ini dianalisis terjadi karena perubahan struktur dan fungsi kardiovaskuler,
Hipertensi sering kali terjadi pada lanjut usia. Terapi relaksasi benson dan autogenik
merupakan terapi non farmakologi dalam menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari pemberian terapi relaksasi benson dan
autogenik terhadap penurunan tingkat hipertensi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pra-Eksperimental
dengan jenis one group pre-test and post-test design. Penelitian ini dilakukan di wilayah
kerja Pukesmas Balowerti Kota Kediri, dengan jumlah sampel 20 responden penderita
hipertensi ditentukan dengan teknik acidentalsamplig. Data dikumpulkan dengan
lembar observasi, analisis data menggunakan wilxocon dengan bantuan SPSS.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pre terapi responden dengan hipertensi
sedang sebanyak 8 orang (44,4%) dan ringan 10 orang (55,6%). Post terapi memiliki pra
hipertensi 7 orang (38,9%), ringan 10 orang (55,6%) dan sedang 1 orang (5,6%).
Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi benson dan autogenik terhadap
penurunan tekanan darah.
Teknik relaksasi benson dan autogenik dalam dapat digunakan oleh sesorang
dalam keadaan sehat ataupun sakit dan merupakan upaya non farmakologis untuk
membantu menurunkan tegangan otot sehingga tubuh menjadi nyaman, rileks, stres,
menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah membantu tubuh segar kembali. Sehingga mampu membuat tingkat hipertensi
menurun.

Kata Kunci: Hipertendi, Terapi Relaksasi Benson, Terapi Relaksasi Autogenik.

viii
THE EFFECT OF BENSON AND AUTOGENIC RELAXATION
THERAPY ON BLOOD PRESSURE REDUCTION IN THE WORK
AREA OF BALOWARTI PUSKESMAS KEDIRI

Kusnul Hidayah1, Sutrisno1


STRADA Indonesian Institute of Health Sciences
Email: inulkusnul20@gmail.com

ABSTRACT

The risk of hypertension increases with age, the older a person gets, the higher the
incidence of hypertension. This is analyzed due to changes in cardiovascular structure
and function, hypertension often occurs in the elderly. Benson and autogenic
relaxation therapy is a non-pharmacological therapy in lowering blood pressure. The
purpose of this study was to determine the effect of giving Benson and autogenic
relaxation therapy on reducing hypertension levels.
This research is a quantitative research with a pre-experimental method with the
type of one group pre-test and post-test design. This research was conducted in the
working area of Pukesmas Balowerti, Kediri City, with a sample of 20 respondents
with hypertension determined by the acidental sampling technique. Data were
collected using observation sheets, data analysis using Wilxocon with the help of
SPSS.
The results showed that the pre-therapy respondents with moderate hypertension
were 8 people (44.4%) and 10 people (55.6%). Post therapy had pre-hypertension 7
people (38.9%), mild 10 people (55.6%) and moderate 1 person (5.6%). Based on
statistical tests, it is known that the value of sig. (2-tailed) of 0.000 <0.05, it can be
concluded that there is an effect of Benson and autogenic relaxation therapy on
reducing blood pressure.
Benson and deep autogenic relaxation techniques can be used by someone who is
healthy or sick and is a non-pharmacological effort to help reduce muscle tension so
that the body becomes comfortable, relaxed, stressed, reduces pain intensity, increases
pulmonary ventilation and increases blood oxygenation to help the body refresh. So
that it can reduce the level of hypertension

Keywords: Hypertension, Benson's Relaxation Therapy, Autogenic Relaxation


Therapy.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................................ ii
SURAT PERNYATAAN..................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................. v
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... vi
ABSTRAK............................................................................................................................ viii
ABSTRACT.......................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI......................................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL................................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................... 5
D. Manfaat...................................................................................................................... 5
E. Keaslian Penelitan...................................................................................................... 6
BAB II KONSEP TEORI.................................................................................................... 9
A. Landasan Teori........................................................................................................... 9
1. Konsep Hipertensi ................................................................................................. 9
2. Konsep Relaksasi Autogenik................................................................................. 23
3. Konsep Relaksasi Benson...................................................................................... 24
B. Kerangka Konseptual Penelitian................................................................................ 27
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................................... 28
A. Desin Penelitian......................................................................................................... 28
B. Karangka Kerja.......................................................................................................... 29
C. Populasi, Sampel, Teknik Sampling.......................................................................... 29
1. Populasi ................................................................................................................. 29
2. Sampel ................................................................................................................... 30
3. Teknik Sampel ...................................................................................................... 30
D. Variabel Penelitian..................................................................................................... 31
E. Definisi Operasional................................................................................................... 31
F. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data......................................................... 34
1. Bahan dan Instrumen Penelitian ........................................................................... 34
2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................ 34
3. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................................. 34
4. Cara Analisis Data ................................................................................................ 36
G. Etika Penelitian ......................................................................................................... 36
H. Etika Penelitian ......................................................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................................... 38
A. Diskripsi Lokasi Penelitian ....................................................................................... 38
B. Karakteristik Responden............................................................................................ 39
C. Karakteristik Variabel ............................................................................................... 41
D. Tabulasi Silang........................................................................................................... 41
E. Hasil Analisis Data..................................................................................................... 44
BAB V PEMBAHASAN...................................................................................................... 45

x
A. Tingkat hipertensi Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik..... 45
B. Tingkat hipertensi Setelah Diberikan Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik..... 47
C. Perbedaan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Relaksasi
Benson Dan Autogenik
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 51
A. Kesimpulan................................................................................................................ 51
B. Saran........................................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 53
LAMPIRAN.......................................................................................................................... 55

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sketsa tahap-tahap pelaksanaan terapi kelompok terapeutik........................... 10


Gambar 2.2 Kerangka Konseptual....................................................................................... 27
Gambar 3.1 Kerangka Kerja ................................................................................................ 29
Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...................................... 39
Gambar 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia..................................................... 39
Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan IMT..................................................... 40
Gambar 4.4 Karakteristik Berdasarkan Frekuensi Aktifitas Fisik........................................ 40

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.............................................................................................. 6


Tabel 2.1 Kategori hipertensi.............................................................................................. 11
Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................................... 32
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian................................................................................................. 35
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat hipertensiSebelum dan Setelah Pemberian Terapi
Relaksasi Benson dan Autogenik........................................................................ 41
Tabel 4.2 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Tingkat hipertensiSebelum dan
Setelah Terapi...................................................................................................... 41
Tabel 4.3 Tabulasi Silang antara Usia dengan Tingkat hipertensiSebelum dan Setelah
Terapi.................................................................................................................. 42
Tabel 4.4 Tabulasi Silang antara Berat Badan dengan Tingkat hipertensiSebelum dan
Setelah Terapi...................................................................................................... 42
Tabel 4.5 Tabulasi Silang antara Frekuensi Aktifitas Fisik dengan Tingkat
hipertensiSebelum dan Setelah Terapi................................................................ 43
Tabel 4.6 Tabulasi Silang antara Tingkat hipertensiSebelum dan Setelah Terapi.............. 44
Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Statistik Wilcoxon................................................................. 44

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-Surat Penelitian..................................................................................... 56


Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden..................................................... 61
Lampiran 3 Informed Consent .......................................................................................... 62
Lampiran 4 Instrumen Penelitian....................................................................................... 63
Lampiran 5 SOP Terapi Benson dan Autogenik ............................................................... 64
Lampiran 6 Rekap Data Hasil Penelitian........................................................................... 68
Lampiran 7 Hasil Output SPSS.......................................................................................... 69
Lampiran 8 Lembar Bukti Konsultasi Skripsi................................................................... 76
Lampiran 9 Lembar Bukti Konsultasi Skripsi................................................................... 77
Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penelitian......................................................................... 78
Lampiran 11 Summary Executive........................................................................................ 79
Lampiran 12 Identitas Penulis............................................................................................. 80

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Hipertensi merupakan Penyakit Tidak Menular (PTM). Hipertensi atau
terkenal dengan The Silent Kiler yang banyak menyerang masyarakat sebagai penyebab
kematian dan menimbulkan kesakitan tertinggi (Bejo, 2017). Resiko kejadian Hipertensi
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, semakin bertambahnya umur seseorang
maka kejadian Hipertensi semakin meningkat. Hal ini dianalisis terjadi karena perubahan
struktur dan fungsi kardiovaskuler, Hipertensi sering kali terjadi pada lanjut usia (Dinas
Kesehatan, 2015). Hipertensi menyerang 50 juta orang Amerika, termasuk di antaranya
usia di atas 60 tahun, Hipertensi merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan
serangan jantung (heart attack) (Nurlaelyn, 2018). WHO (World Health Organization)
juga memperkirakan pada tahun 2020 Penyakit Tidak Menular (PTM) akan
menyebabkan 73% kematian di dunia. Peringkat 5 besar Penyakit Tidak Menular (PTM)
di Indonesia adalah penyakit kardiovaskuler, penyakit pernafasan kronis, diabetes
mellitus, kanker, dan stroke. Penyakit-penyakit kardiovaskuler meliputi Hipertensi,
penyakit jantung koroner, dan gagal jantung. Hipertensi menduduki peringkat ketiga di
Indonesia sebagai penyakit Penyakit Tidak Menular paling banyak menyebabkan
kematian (Adhania et al., 2016).
WHO (World Health Organization) dan ISHWG (International Society Of
Hypertension Working Grup) pada tahun 2017 mengkelompokkan dalam klasifikasi
optimal, normal, normal-tinggi, Hipertensi ringan, Hipertensi sedang, dan Hipertensi
berat. Hipertensi yang tidak bisa terkontrol akan menimbulkan berbagai komplikasi
seperti, gagal jantung, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal, sistem syaraf
menyebabkan perdarahan pada otak (intraserebral) (Lestari & Isnaini, 2018).
Prevelensi Hipertensi menurut World Health Organization (WHO,
2015)menjelaskan bahwa kejadian Hipertensi mencapai 1 milyar penderita di dunia.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis serius yang Secara signifikan
meningkatkan risiko jantung, otak, ginjal dan penyakit lainnya. Diperkirakan 1,13 miliar
orang di seluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi, dengan mayoritas (dua pertiga)
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015, satu dari empat
pria dan satu dari lima wanita memiliki tekanan darah tinggi. Kurang dari satu dari lima
orang dengan tekanan darah tinggi memiliki masalah terkendali. Hipertensi merupakan
1
2

penyebab utama kematian dini di dunia. Salah satu tujuan global PTM adalah
menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 25%. pada tahun 2025. (Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), 2019).
Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur menyebutkan, total penderita
hipertensi di Jatim 2017 sebanyak 335.524 pasien. Data inidiambil menurut surveilans
terpadu penyakit (STP) Puskesmas di Jatim. Jumlah tersebut terhitung mulai bulan
Januari hingga September. Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur rmenyebutkan jumlah
penderita hipertensi diseluruh Puskesmas Jatim tahun 2017 mencapai 15.321 kunjungan.
Secara nasional, hasil Rikesdas 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi
sebesar 34,11%. Prevalensi hipertensi pada wanita adalah 36,85%, lebih tinggi dari pada
pria (31,34%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan
sebesar 34,43% dibandingkan dengan perdesaan 33,72% (Riskesdas, 2018). Menurut
Studi Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun sebesar
34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%) dan terendah di Papua (22,2%).
Diperkirakan jumlah kasus hipertensi di Indonesia adalah 63.309.620, sedangkan angka
kematian akibat hipertensi di Indonesia adalah 427.218. Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), 45-54 tahun (45,3%), dan 55-64 tahun (55,2%).
Dari prevalensi hipertensi 34,1%, 8,8% terdiagnosis hipertensi, 13,3% terdiagnosis
hipertensi tidak minum obat, dan 32,3% tidak minum obat teratur. Hal ini menunjukkan
bahwa kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi tidak tahu bahwa mereka memiliki
tekanan darah tinggi, sehingga mereka tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita
hipertensi tidak minum obat antara lain karena Penderita hipertensi merasa sehat
(59,8%), Kunjungan dokter tidak teratur (31,3%), Minum obat tradisional (14,5%),
Penggunaan terapi lain (12,5%), Lupa minum obat (11,5%), Tidak mampu membeli obat
(8,1%), Memiliki efek samping obat (4,5%) dan Tidak ada obat tekanan darah tinggi di
fasilitas kesehatan (2%).
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 22 april 2022 yang telah saya lakukan di
Puskesmas Balowarti didapatkan36,3% dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 4789
dan jumlah penderita perempuan sebanyak 4868 dengan capaian laki-laki 700 dan
perempuan 1504 dan total 2204 (22,82), sedangkan capaian pada tahun 2021 jumlah
warga yang dilayani minimal 1 kali setahuan ada 22,82% berdasarkan pelayanan yang
dilayani di puskesmas Balowarti (pustu & jejaring fktp), dengan riwayat penyakit
hipertensi memiliki tingkat kenaikan tekanan darah yang berbeda pada tiap orangnya.
3

Kenaikan tekanan darah dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya akibat stress
yang berkepanjangan. Stress muncul biasanya dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal, faktor internal berasal dari diri sendiri yaitu terlalu memikirkan penyakit yang
dideritanya tanpa sebab yang berarti, sedangkan faktor eksternal beraal dari lingkungan
sekitar terutama kurangnya motivasi atau dukungan dari keluarga.
Hipertensi juga disebut pembunuh tidak terlihat karena sering kali para penderita
tidak menyadari gejala awal yang mereka alami, peningkatan tekanan darah yang
berlangsung lama dan dalam jangka waktu lama (persisten), dapat menimbulkan
komplikasi bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi Infark Miokard, Jantung
Koroner, Gagal Jantung Kongestif, bila mengenai otak terjadinya Stroke, ensevalopati
hipertensif dan bila mengenai ginjal terjadi Gagal Ginjal Kronis, sedangkan bila
mengenai mata akan terjadi Retinopati Hipertensif. Kalau tidak diatasi secara dini dan
tidak mendapat pengobatan yang memandai dapat menyebabkan komplikasi yang lain.
Hipertensi mencetuskan timbulnya plak arterosklerosis di arteri serebral dan ateriol yang
dapat menyebabkan Oklusi Arteri, cedera Iskemik dan Stroke sebagai komplikasi jangka
panjang (Kementrian Kesehatan, 2016). Penatalaksanaan pada penderita Hipertensi
adalah penatalaksanaan secara Farmakologis dan Non Farmakologis. Terapi
Farmakologis dapat dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan seperti diuretik,
antagonis kalsium, penghambat enzime konversi Angiotensin Converting Enzyme (ACE),
sedangkan penerapan terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan cara pengaturan
pola makan, penggunaan terapi akupresur, relaksasi, olahraga, dan terapi herbal (daun
sledri, mentimun, kunyit, daun alpukat) (Dinas kesehatan, 2015).
Salah satu terapi non farmakologi dalam menurunkan tekanan darah yaitu dengan
teknik relaksasi. Metode Relaksasi Benson ini dapat mengontrol sistem saraf yang
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah (Suiraoka, 2016). Konsep dasar teknik
relaksasi pada hakekatnya cara relaksasi yang diperlukan untuk menurunkan ketegangan
pada otot yang dapat memperbaiki denyut nadi, tekanan darah, dan pernafasan (Aspiani,
2015).
Teknik relaksasi saat ini terus dikembangkan menjadi beberapa teknik, salah
satunya yaitu Relaksasi Benson. Relaksasi Benson merupakan metode teknik Relaksasi
yang diciptakan oleh Herbert Benson, seorang ahli peneliti medis dari Fakultas
Kedokteran Harvard yang mengkaji beberapa manfaat doa dan meditasi bagi kesehatan.
Relaksasi Benson yaitu salah satu teknik Relaksasi yang sederhana, mudah dalam
4

pelaksanaannya. Relaksasi ini merupakan gabungan antara teknik respon relaksasi


dengan sistem keyakinan individu atau faith factor. Fokus dari relaksasi ini pada
ungkapan tertentu yang diucapkan berulang-ulang dengan menggunakan ritme yang
teratur disertai dengan sikap yang pasrah. Ungkapan yang digunakan dapat berupa nama-
nama Tuhan atau kata-kata yang memiliki makna menenangkan untuk pasien itu sendiri
(Atmojo et al., 2019).
Relaksasi benson dilakukan dengan melakukan inspirasi panjang yang nantinya
akan menstimulasi secara perlahan-lahan reseptor regang paru karena inflamasi paru.
Keadaan ini memberikan sinyal yang kemudian dikirim ke medulla oblongata yang akan
memberikan informasi tentang peningkatan aliran darah. Informasi ini akan diteruskan ke
batang otak, akibatnya saraf parasimpatis mengalami peningkatan aktivitas dan saraf
simpatis mengalami penurunan aktivitas pada kemoreseptor, sehingga peningkatan
tekanan darah dan inflamasi paru akan menurunkan frekuensi denyut jantung dan terjadi
vasodilatasi pada sejumlah pembuluh darah (Rice, 2006).
Selain relaksasi benson ada juga Teknik relaksasi autogenik. Relaksasi autogenik
yaitu relaksasi yang seakan menempatkan diri kedalam kondisi terhipnotis ringan. Anda
memerintahkan tungkai dan lengan untuk rasa berat dan hangat, detak jantung dan
kecepatan nafas stabil, perut rileks, serta dahi terasa bersih dan dingin. Kemudian anda
ulangi perintah yang paling mudah dan relevan untuk mengatasi gejala stress misalnya
memerintahkan dahi agar terasa sejuk dan untuk meredakan nyeri kepala, saat
mengulanginya dengan mempertemukan jari-jari tangan (Bentley, 2006).
Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk membawa perintah melalui
autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengendalikan pernafasan, tekanan darah,
denyut jantung serta suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantra-mantra verbal yang
membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai merupakan standar latihan relaksasi
autogenik (Varvogli, 2011).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah ada pengaruh dari pemberian terapi relaksasi benson dan autogenik terhadap
penurunan tingkat hipertensi?
5

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh dari pemberian terapi relaksasi benson dan autogenik terhadap
penurunan tekanan darah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat hipertensisebelum diberikan terapi relaksasi benson dan
autogenik.
b. Mengidentifikasi tingkat hipertensisetelah diberikan terapi relaksasi benson dan
autogenik.
c. Menganalisis pengaruh dari pemberian terapi relaksasi benson dan autogenik
terhadap penurunan tekanan darah.

D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini sebagai bentuk pengembangan keilmuan terutama keperawatan
medikal bedah. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas
dan memperluas cangkupan keilmuan keperawatan medikal bedah.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Paneliti
Diharapkan peneliti mampu membuktikan secara ilmiah tentang pengaruh
relaksasi benson dan autogenik terhadap penurunan tingkat hipertensipada
penderita hipertensi.
b. Manfaat Bagi Responden
Memberikan informasi serta pengetahuan tentang penanganan hipertensi
selain farmakologis (obat) , yaitu dengan nonfarmakologis (relaksasi benson &
autogenik).
c. Manfaat Bagi Pelayan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan
dipuskesmas. Juga dapat meningkatkan pengetahuan,menambah wawasan petugas
untuk mengarahkan penderita hipertensi agar melakukan relaksasi benson dan
autogenik secara mandiri dirumah.
6

d. Bagi Institusi Pendidikan


Mengembangkan teori dan meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa
IIK STRADA INDONESIA dan sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa
yang akan dan sedang penelitian keperawatan medikal bedah.
e. Bagi Peneliti Selanjtnya
Hasil penelitian ini digunakan sebagai bahan atau sumber untuk penelitian
selanjutnya, dan mendorong bagi yang berkepentingan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut.

E. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
JURNAL 1
Judul jurnal Pengaruh terapi relaksasi benson terhadap tekanan darah
sistole pada lansia dengan hipertensi
Nama penulis Febriyanti, viki yusri, nova fridalni
Nama jurnal Menara ilmu
Nomor volume Vol. Xv no.01
Nomor halaman 51-57
Tahun jurnal April 2021
Kritisi jurnal
A. JUDUL Judul yang berjudul “Pengaruh terapi relaksasi benson
terhadap tekanan darah sistole pada lansia dengan hipertensi”
sudah sesuai karena judul menggambarkan apa isi dari
penelitian yang dilakukan, jelas, akurat dan tidak bermakna
ambigu sehingga pembaca cukup jelas mengerti maksud dari
judul penelitian.
B. PENULIS Penulis jelas dalam memberikan informasi mengenai asal
institusi, dari segi pelaksanaan pun penulis cukup jelas
menjelaskan tentang Jenis penelitian ini menggunakan
desain penelitian pre eksperimen dengan rancangan one group
pretest posttest, dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling.
C. ABSTRAK Penulis cukup jelas meringkas dari penelitian tersebut
D. PENDAHULUAN 1. Dalam jurnal ini, latar belakang sudah menejelaskan
1. LATAR maksud dari penelitian yang dilakukan dan dilengkapi data
BELAKANG studi pendahuluan yang semakin menguatkan bahwa
2. TUJUAN penelitian ini harus dilakukan.
3. MANFAAT 2. Dalam jurnal ini sudah tercantum tujuan dari penelitian
yaitu adalah untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi
Benson terhadap tekanan darah sistole pada lansia dengan
hipertensi
3. Dalam penelitian ini peneliti tidak menjelaskan manfaat
dari penelitian ini
E. METODE Jenis penelitian ini yaitu menggunakan desain penelitian pre
7

PENELITIAN eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest,


dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.
F. HASIL Hasil penelitian dalam jurnal ini sudah terperinci dengan jelas
PENELITIAN sehingga pembaca menjadi lebih mudah memahami
G. PEMBAHASAN Pembahasan sudah mengarah kejawaban hipotesis, peneliti
sudah cukup menjabarkan tentang hasil penelitiannya
H. KESIMPULAN Dalam penelitian ini peneliti tidak mencantumkan kesimpulan
dari penelitian ini
I. DAFATAR Peneliti mengambil referensi sangat releven dengan judul
PUSTAKA jurnal
JURNAL 2
Judul jurnal Pengaruh teknik relaksasi benson terhadap tekanan darah Pada
penderita hipertensi
Nama penulis Tiurmaida Simandalahi1, Weni Sartiwi, Elisabeth Novita
Angriani L.Toruan
Nama jurnal Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Nomor volume Vol 4(3)
Nomor halaman 641-650
Tahun jurnal Oktober 2019
Kritisi jurnal
A. JUDUL Pengaruh teknik relaksasi benson terhadap tekanan darah Pada
penderita hipertensi
B. PENULIS Penulis jelas dalam memberikan informasi mengenai asal
institusi, dari segi pelaksanaan pun penulis cukup jelas
menjelaskan tentang Jenis penelitian ini menggunakan
Quasy Exsperiment, dengan Two Group Pretest Posttest With
Control Design.
C. ABSTRAK Penulis cukup jelas meringkas dari penelitian tersebut
D. PENDAHULUAN 1. Dalam jurnal ini, latar belakang sudah menejelaskan
1. LATAR maksud dari penelitian yang dilakukan dan dilengkapi data
BELAKANG studi pendahuluan yang semakin menguatkan bahwa
2. TUJUAN penelitian ini harus dilakukan.
3. MANFAAT 2. Dalam jurnal ini sudah tercantum tujuan dari penelitian
yaitu untuk mengetahui Pengaruh Teknik Relaksasi
Benson terhadap Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi.
3. Dalam penelitian ini peneliti tidak menjelaskan manfaat
dari penelitian ini
E. METODE Penelitian ini menggunakan Quasy Exsperiment, dengan Two
PENELITIAN Group Pretest Posttest With Control Design.
F. HASIL Hasil penelitian dalam jurnal ini sudah terperinci dengan jelas
PENELITIAN sehingga pembaca menjadi lebih mudah memahami
G. PEMBAHASAN Pembahasan sudah mengarah kejawaban hipotesis, peneliti
sudah cukup menjabarkan tentang hasil penelitiannya
H. KESIMPULAN Kesimpulan dalam jurnal ini sudah sesuai, menjelaskan
masng-masing poin sehingga membuat pembaca jelas dan
memahami isi jurnal
I. DAFATAR Peneliti mengambil referensi sangat releven dengan judul
8

PUSTAKA jurnal
JURNAL 3
Judul jurnal Pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan Tekanan
darah pada klien hipertensi di wilayah
Kerja puskesmas 23 ilir palembang tahun 2015
Nama penulis Sasono Mardiono
Nama jurnal Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing)
Nomor volume Vol. 11, No. 3
Nomor halaman 192-200
Tahun jurnal November 2016
Kritisi jurnal
A. JUDUL Judul yang berjudul “pengaruh relaksasi autogenik terhadap
penurunan tekanan darah pada klien hipertensi di wilayah
kerja puskesmas 23 ilir palembang tahun 2015” sudah sesuai
karena judul menggambarkan apa isi dari penelitian yang
dilakukan, jelas, akurat dan tidak bermakna ambigu sehingga
pembaca cukup jelas mengerti maksud dari judul penelitian.
B. PENULIS Penulis jelas dalam memberikan informasi mengenai asal
institusi, dari segi pelaksanaan pun penulis cukup jelas
menjelaskan tentang Jenis penelitian ini menggunakan
desain penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu
Eksperimen Semu (Quasy Eksperiment) dengan pendekatan
pre dan post test only design
C. ABSTRAK Peneliti cukup jelas meringkas dari penelitian tersebut
D. PENDAHULUAN 1. Dalam jurnal ini, latar belakang sudah menejelaskan
1. LATAR maksud dari penelitian yang dilakukan dan dilengkapi data
BELAKANG studi pendahuluan yang semakin menguatkan bahwa
2. TUJUAN penelitian ini harus dilakukan.
3. MANFAAT 2. Dalam jurnal ini sudah tercantum tujuan dari penelitian
yaitu untuk mengetahui pengaruh relaksasi autogenik
terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi
3. Dalam penelitian ini peneliti tidak menjelaskan manfaat
dari penelitian ini
E. METODE Desain penelitian yang digunakan yaitu Eksperimen Semu
PENELITIAN (Quasy Eksperiment) dengan pendekatan pre dan post test
only design
F. HASIL Hasil penelitian dalam jurnal ini sudah terperinci dengan jelas
PENELITIAN sehingga pembaca menjadi lebih mudah memahami
G. PEMBAHASAN Pembahasan sudah mengarah kejawaban hipotesis, peneliti
sudah cukup menjabarkan tentang hasil penelitiannya
H. KESIMPULAN Kesimpulan dalam jurnal ini sudah sesuai, menjelaskan
masng-masing poin sehingga membuat pembaca jelas dan
memahami isi jurnal
I. DAFATAR Peneliti mengambil referensi sangat releven dengan judul
PUSTAKA jurnal
BAB II
KONSEP TEORI

A. Landasan Teori
1. Konsep Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah tinggi dengan sistoliknya diatas
140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg. Sedangkan, pada lansia bisa
dikatakan Hipertensi apabila tekanan darah melebihi 160/90 mmHg. Hipertensi
juga disebut sebagai pembunuh diam-diam (silent killer) karena penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap Hipertensi. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah, maka semakin besar resikonya (Oktavia et al.,
2017).
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah menuju tempat
jaringan yang membutuhkan terhambat. Hipertensi juga menunjukkan kondisi
dimana aliran darah dalam arteri bertekanan terlalu tinggi untuk tubuh sehat,
Hipertensi sama untuk semua golongan umur dan pengobatan tidak didasarkan atas
umur, akan tetapi pada tingkat tekanan darah dan ada resiko kardiovaskuler yang
ada pada pasien.
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi, dan diantara nilai tersebut disebut sebagai normal-tinggi.
(batasan tersebut di peruntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Batas
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.
Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah
jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan
darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh
darah (CBN, 2006) dalam (Endang Triyanto, 2014).
b. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Hipertensi primer (Esensial)
9
10

Hipertensi juga disebut Hipertensi ideopatik karena tidak diketahui


penyebabnya.Faktor yang mempengaruhi adalah genetik, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis renin. Angiotensin dan peningkatan Na+, Ca2+
intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko adalah obesitas, merokok,
dan alkohol.
2) Hipertwnsi sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
sindrom chusing, dan Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut Efendi dan Larasati (2017) dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Hipertensi primer
Hipertensi primer/esensial disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor yang dapat
diubah dan tidak bisa diubah, faktor yang tidak bisa diubah, riwayat keluarga,
usia, ras dan jenis kelamin. Sedangkan yang dapat diubah seperti, obesitas,
merokok, stres dan meminum alkohol. Terdapat 90% dari seluruh kejadian
Hipertensi.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder merupakan Hipertensi yang bisa diketahui dan disertai
oleh gejala-gejala dan penyakit yang menyebabkan Hipertensi tertentu,
penyebabnya Hipertesi sekunder 5-10% berasal dari penyakit ginjal dan reaksi
obat-obatan tertentu seperti pil keluarga berencana, dan hipertiroid.
Hipertensi menurut Kowalak pada lansia dibedakan atas:
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg
dan tekanan siastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab Hipertensi pada usia lanjut menurut Kowalak adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
11

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya aktifitas
pembuluh darah perifer oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
c. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut konsensus perhimpunan hipertensi Indonesia
2019 dikelompokkan menjadi klasifikasi optimal, normal, pra hipertensi, Hipertensi
ringan, Hipertensi sedang, dan Hipertensi berat.
Tabel 2.1 Kategori hipertensi berdasarkan konsensus perhimpunan hipertensi
Indonesia
Sistolik Diastolik
No Kategori
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. Pra Hipertensi 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (Sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (Berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (Sangat berat) >210 >120

d. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol vasokonstriksi dan relaksasi terletak di pusat
vasomotor medula otak. Dari pusat vasomotor ini dimulai jalur simpatis yang
berjalan menuruni medula spinalis dan keluar dari ganglia simpatis
torakoabdominal di kolumna spinalis. Rangsangan ke pusat vasomotor
ditransmisikan sebagai impuls dari sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
saat ini, neuron preganglionik melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut
saraf postganglionik untuk memasuki pembuluh darah, melepaskan norepinefrin
untuk menyebabkan vasokonstriksi. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan
ketakutan, dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Orang dengan tekanan darah tinggi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, tetapi tidak jelas mengapa hal ini terjadi. Sementara sistem saraf
simpatik merangsang pembuluh darah sebagai respons terhadap rangsangan
emosional, kelenjar adrenal juga dirangsang, menghasilkan aktivitas
vasokonstriktor tambahan. sumsum belakang Kelenjar adrenal mengeluarkan
epinefrin, yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lain yang memperkuat respon vasokonstriktor
12

pembuluh darah. Vasokonstriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,


mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang korteks adrenal untuk mensekresi aldosteron.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural & fungsional dalam
system pembuluh perifer bertanggungjawab dalam perubahan tekanan darah yg
terjadi dalam usia lanjut. Perubahan tadi mencakup aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat & penurunan pada relaksasi otot polos pembuluh darah, yg
dalam gilirannya menurunkan kemampuan distensi & daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta & arteri akbar berkurang kemampuannya pada
mengakomodasi volume darah yg dipompa sang jantung ( volume sekuncup ),
menyebabkan penurunan curang jantung & peningkatan tahanan perifer Untuk
pertimbangan gerontology. Perubahan structural & fungsional dalam system
pembuluh perifer bertanggungjawab dalam perubahan tekanan darah yg terjadi
dalam usia lanjut. Perubahan tadi mencakup aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat & penurunan pada relaksasi otot polos pembuluh darah, yg dalam
gilirannya menurunkan kemampuan distensi & daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta & arteri akbar berkurang kemampuannya pada
mengakomodasi volume darah yg dipompa sang jantung ( volume sekuncup ),
menyebabkan penurunan curang jantung & peningkatan tahanan perifer
e. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tanpa gejala
Tidak ada gejala spesifik yang terkait dengan peningkatan tekanan darah
selain tekanan arteri yang ditentukan oleh dokter Memeriksa. Ini berarti bahwa
hipertensi arteri tidak akan pernah didiagnosis tanpa mengukur tekanan arteri.
2. Gejala umum
Sering dikatakan bahwa gejala paling umum yang menyertai tekanan
darah tinggi termasuk sakit kepala dan kelelahan. Faktanya, ini adalah gejala
paling umum yang mempengaruhi sebagian besar pasien yang mencari bantuan
medis. Dalam buku tersebut (Nanda NIC-NOC, 2015), pada kasus hipertensi
berat, gejala yang dialami pasien antara lain:
a) Keluhan sakit kepala dan pusing.
13

b) Kelemahan, kelelahan.
c) Sesak napas.
d) Gelisah.
e) Mual
f) Muntah.
g) Mimisan.
h) Kesadaran menurun.
Menurut (Kowalak et al., 2015) yang tanda dan gejala yang terjadi sebagai
berikut:
1) Pengukuran tekanan darah menunjukkan peningkatan tiga kali lipat Pengukuran
berurutan setelah inspeksi.
2) Sakit kepala (lebih buruk ketika Anda bangun di pagi hari karena peningkatan
tekanan intrakranial), mual dan muntah juga dapat terjadi terjadi.
3) Ekstravasasi yang dapat terjadi karena kelainan pembuluh darah yang
disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
4) Pusing, kebingungan, dan kelelahan, yang disebabkan oleh penurunan Perfusi
darah karena vasokonstriksi.
5) Kerusakan retina yang mengakibatkan penglihatan kabur.
6) Nokturia karena peningkatan aliran darah ke ginjal dan Meningkatkan filtrasi
glomerulus.
7) Edema karena peningkatan tekanan kapiler.
8) Gejala klinis berupa nyeri setelah mengalami hipertensi selama bertahun-tahun,
Sakit kepala, kadang disertai mual dan muntah karena stres yang meningkat
Darah intrakranial, penglihatan kabur, kerusakan retina akibat tekanan darah
tinggi, nokturia (kencing terus menerus di malam hari) dari peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus, pembengkakan akibat peningkatan tekanan
darah kapiler. Gejala lain yang umum pada orang dengan tekanan darah tinggi
termasuk pusing, muka memerah, sakit kepala, hidung berdarah tiba-tiba, dan
tengkuk. merasa sakit.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada penderita hipertensi :
Menurut (Anggrain), faktor yang tidak dapat dimodifikasi meliputi genetik,
usia, jenis kelamin dan etnis, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi
stres, obesitas, dan nutrisi. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
14

1) Keturunan
Resiko hipertensi mungkinturun temurun, mungkin karena riwayat keluarga
hipertensi, yang mungkin terkait dengan peningkatan konsentrasi natrium
intraseluler dan rasio kalium terhadap natrium yang rendah pada individu.
Orang dengan riwayat keluarga hipertensi dua kali lebih mungkin untuk
mengembangkan hipertensi dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat
hipertensi. 79% -80% kasus esensial terjadi karena riwayat keluarga hipertensi.
2) Faktor Usia
Prevensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Hingga 50-60%
pasien berusia di atas 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari atau sama
dengan 1 0/90 mmHg. Ini adalah efek dari proses degeneratif yang terjadi
sebagai akibat dari penuaan pada seseorang. Tekanan darah tinggi merupakan
penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor (multifaktorial). Seiring
bertambahnya usia, tekanan darah juga akan meningkat. Setelah usia 5 tahun,
dinding pembuluh darah akan menebal karena penimbunan kolagen lebih
banyak di lapisan otot, sehingga pembuluh darah lambat laun akan menyempit
dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan
pembuluh darah besar menurun dengan bertambahnya usia sampai dekade
ketujuh, sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima
dan keenam dan kemudian menetap atau cenderung ke arah bawah.
Bertambahnya usia akan menyebabkan beberapa perubahan psikofisiologis,
pada lansia terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatis.
Pengaturan tekanan darah, khususnya refleks baroreseptor pada orang tua,
kurang sensitif, dan peran ginjal juga menurun ketika aliran darah ke ginjal dan
laju filtrasi glomerulus menurun.
3) Jenis Kelamin
Pada pria dan wanita, tingkat hipertensi sama, tetapi perempuan dilindungi
terhadap kardiogram sebelum menopause. Pada wanita yang belum dilindungi
oleh hormon esterogen digunakan untuk meningkatkan kadar lipoprotein
densitas tinggi (HDL). Kolesterol HDL dengan level tinggi adalah elemen
pelindung untuk mencegah munculnya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen adalah penjelasan tentang perempuan awalan perempuan. Akhirnya,
wanita itu mulai kehilangan hormon estrogen dengan awalan untuk melindungi
15

pembuluh darah dari sedikit demi sedikit. Ini berlanjut karena hormon estrogen
secara alami berubah jumlah atau jumlahnya tergantung pada usia wanita, dan
biasanya ini terjadi ketika seorang wanita berusia 55 tahun.
4) Etnis
Orang kulit hitam memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada orang
kulit putih, namun sampai saat ini belum diketahui secara pasti mengapa pada
orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas
dengan vasopresin yang lebih besar.
5) Obesitas
Berat badan merupakan faktor risiko tekanan darah tinggi pada sebagian
besar kelompok etnis dari segala usia. The US National Institutes of Health
(1998) melaporkan bahwa prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
indeks massa tubuh (BMI) >30 (obesitas) adalah 38n untuk pria, untuk wanita
32%, dibandingkan dengan prevalensi di 18 dan pria untuk 17 bagi wanita
dengan BMI etlt; 25. Terjadinya perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan terjadinya tekanan darah tinggi
yaitu munculnya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, memicu sistem saraf
simpatis dan sistem renin-angiotensin sehingga menyebabkan terjadi perubahan
fisik pada ginjal. Peningkatan asupan energi juga dapat meningkatkan insulin
plasma, yang merupakan diuretik natrium yang dapat menyebabkan reabsorpsi
natrium dan hipertensi lebih lanjut.
6) Diet Garam
Rekomendasi organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa diet garam yang
dapat mempengaruhi resiko hipertensi, tidak boleh melebihi 100 mmol atau
sekitar 2 gram natrium per hari. Penyerapan natrium berlebih dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler,
sehingga untu menormalkannya harus dilakukan aspirasi intraseluler agar
volume cairan ekstraseluler meningkat. Peningkatan volume cairan ekstraseluler
dapat menyebab kan hipervolemia mempengaruhi atau berdampak pada
timbulnya hipertensi, dimana asupan natrium harus dibatasi atau dikurangi.
7) Merokok
Tekanan darah tinggi juga bisa disebabkan oleh rokok. Merokok berat
dikaitkan dengan insiden hipertensi maligna yang lebih tinggi dan peningkatan
16

risiko mengembangkan stenosis arteri ginjal aterosklerotik. Penelitian dilakukan


oleh Bowman dengan Model Study Group pada 28.236 sampel tanpa riwayat
awal hipertensi, 51% subjek bukan perokok, 36% perokok baru, 5% subjek
perokok, 11 batang rokok per hari dan 8% subjek merokok lebih dari 15 batang
per hari. Subyek terus dipelajari selama rata-rata 9,8 tahun (Bowman, et al,
2007). Hasil penelitian Arif et al (2013) menunjukkan bahwa merokok
berhubungan dengan prevalensi hipertensi.
8) Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian juga berhubungan dengan prevalensi hipertensi. Pola
perilaku tipe A telah terbukti berhubungan dengan tingkat hipertensi. Pola
Perilaku Tipe A adalah pola perilaku yang konsisten dengan Kriteria Rosenman
yang ditentukan melalui observasi dengan mengisi Kuesioner Penilaian Diri
Rosenman yang telah direvisi. Mengenai mekanisme perilaku tipe A yang
menyebabkan tekanan darah tinggi, banyak penelitian menunjukkan bahwa itu
ambisius, kompetitif, bekerja tanpa lelah, selalu dikejar waktu, dan selalu
merasa tidak puas. Sifat-sifat ini melepaskan katekolamin, menyebabkan
peningkatan kolesterol serum, sehingga memfasilitasi perkembangan
aterosklerosis. Stres juga dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
dan curah jantung sehingga merangsang aktivitas saraf simpatis. Stres ini
berkaitan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik pribadi.
9) Kualitas Tidur
Hipertensi dapat terjadi karena sejumlah faktor risiko, yaitu riwayat
keluarga, kebiasaan gaya hidup yang buruk, pola makan yang buruk, dan durasi
atau kualitas tidur.
g. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi Salah satu komplikasi menurut (Priscillia et al.) adalah
hipertensi persisten Mempengaruhi sistem kardiovaskular, saraf dan ginjal. beban
ventrikel kiri meningkat, menyebabkan hipertrofi ventrikel, yang meningkatkan
risiko Penyakit jantung koroner, aritmia dan gagal jantung. kematian terbanyak dari
penyakit jantung koroner, infark miokard akut, atau gagal jantung.
1. stroke
Stroke adalah pendarahan masif di otak, atau disebabkan oleh embolus
Kedua pembuluh darah non-serebral terkena tekanan tinggi. stroke mungkin
17

Tekanan darah tinggi kronis, ketika arteri di otak membesar dan menebal.
sehingga menghambat aliran darah ke jaringan membutuhkan. Arteri di otak
dengan aterosklerosis melemah Ini meningkatkan kemungkinan pembentukan
aneurisma. Gejala yang terkena Stroke adalah sakit kepala yang tiba-tiba,
seperti orang yang bingung, nakal Merasa lemah atau sulit bergerak di salah
satu bagian tubuh seperti orang mabuk (misalnya, wajah, mulut, atau lengan
terasa kaku dan tidak dapat berbicara) jernih) dan tidak terbangun tiba-tiba
(Wijaya, 2013).
2. Gagal Ginjal
Gagal ginjal mungkin merupakan kerusakan progresif karena tekanan
tinggi Kapiler ginjal, glomerulus. Glomeruli rusak dan darah akan mengalir
Untuk unit fungsional ginjal, nefron akan dihancurkan dan dapat terus hipoksia
dan kematian. Jika membran glomerulus rusak, protein keluar Menurunkan
tekanan osmotik koloid plasma melalui urin, mengakibatkan Edema sering
terjadi pada hipertensi kronis (Junaedi, 2013). gagal jantung, atau
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah kembali ke jantung Jantung
dengan cepat menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru, kaki, dan jaringan
Lainnya sering disebut sebagai edema. sesak napas karena penumpukan cairan
di paru-paru Penumpukan cairan di kaki menyebabkan kaki bengkak atau sering
dikatakan Edema serebral dan ensefalopati dapat terjadi, terutama pada pasien
hipertensi.
Menurut Margowati (2016) ada 6 komplikasi hipertensi yaitu:
1) Merusak ginjal, Hipertensi sebagai keliru satu penyebab penyakit ginjal kronis.
Hipertensi menciptakan ginjal wajib bekerja lebih keras, akibatnya sel-sel pada
ginjal akan lebih cepat rusak.
2) Merusak kinerja otak, kinerja otak jua sanggup terganggu dampak pembentukan
lepuh kecil (neurisma) yg mengakibatkan terjadinya stroke & gagal jantung
lantaran terjadi penyempitan & pengerasan pembuluh-pembuluh darah di
jantung.
3) Merusak kinerja jantung, tekanan darah tinggi & nir dihasilkan pengobatan &
pengontrolan secara rutin bisa membawa penderita menyebabkan kematian.
4) Menyebabkan kerusakan mata, gangguan tekanan darah akan menyebabkan
perubahan pada retina dalam belakang mata. Pemeriksaan mata dalam pasien
18

hipertensi berat bisa membicarakan kerusakan. Penyempitan pembuluhpembuluh


darah mini , kebocoran darah mini dalam retina & menyebabkan terjadinya
pembengkakan saraf mata. Dari jumlah kerusakan mata bisa diukur keparahan
hipertensi.
5) Menyebabkan retensi pembuluh darah, orangyang terkena hipertensi akut
umumnya mengalami kekakuan yg semakin tinggi atau resistensi dalam
pembuluh darah diseluruh jaringan tubuhnya. Peningkatan beban kerja ini bisa
menjurus dalam kelainan jantung, yg pertama kali terlihat merupakan
pembesaran otot jantung.
6) Menyebabkan stroke, Hipertensi yg nir terkontrol bisa menyebabkan stroke yg
bisa menyebabkan kerusakan otak & saraf. Stroke umumnya ditimbulkan sang
kebocoran darah atau gumpalan darah menurut pembuluh darah yg mensuplai
darah ke otak. Pencegahan yg terbaik buat komplikasi Hipertensi menggunakan
mengontrol tekanan darah.
h. Pemeriksaan Penunjang hipertensi
Pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan untuk menegakkan diagnosa
hipertensi adalah :
1) Pemerisaan laboratorium
1. Hb / Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(vakositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / kreatiinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3. Glukosa : hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4. Urinalisa : darah, protein, gluksa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada
DM.
2) Ct scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
a) EKG : dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
b) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal.
c) Photo dada : menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup
pembesaran jantung.
19

i. Penatalaksanaan Hipertensi
Lewis (2000) membagi pengobatan hipertensi menjadi terapi non-obat dan
terapi obat. Kondisi patologis hipertensi memerlukan pengobatan atau terapi.
Pengobatan hipertensi dapat dibagi menjadi pengobatan non-obat dan pengobatan
obat. Perawatan nonfarmakologis adalah perawatan yang tidak menggunakan agen
farmasi dalam perjalanan perawatannya, sedangkan perawatan farmakologis
menggunakan obat-obatan atau senyawa yang dalam kerjanya mempengaruhi
tekanan darah pasien. Kelompok farmakoterapi yang digunakan untuk mengontrol
tekanan darah pada pasien hipertensi adalah angiotensin-converting enzyme (ACE)
inhibitors, angiotensin receptor blocker (ARBs), beta-blocker, calcium channel
blocker, direct renal Inhibitors, diuretik, vasodilator (Simadibrata, et.al 2006) .
Pengobatan nonfarmakologis perubahan gaya hidup, termasuk manajemen
stres dan kecemasan, adalah langkah pertama yang harus dilakukan dalam
algoritma manajemen hipertensi (Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000). Pengobatan
nonfarmakologis dengan mengurangi obesitas, menciptakan keadaan relaksasi, dan
mengurangi asupan garam. Pada orang normal, kecemasan dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah sementara. Pada pasien hipertensi, kecemasan memicu
peningkatan denyut jantung (HR), tekanan darah, dan tonus otot, yang memerlukan
intervensi medis atau keperawatan.
Manajemen stres melalui teknik relaksasi dan biofeedback dapat menurunkan
tekanan darah dalam jangka pendek dan panjang. Akupunktur menggunakan
metode kiiko matsumoto telah dilaporkan secara signifikan menurunkan tekanan
darah (Weih, 2007). Terapi menggunakan meditasi transendental dan hipnosis
medis secara signifikan menurunkan tekanan darah dan dapat digunakan sebagai
terapi non-obat untuk membantu mengontrol tekanan darah (Stewart, 2005;
Glickman, 2007).
Semua pasien dengan hipertensi esensial harus diberikan pengobatan
nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah dan mengontrol faktor risiko
dan penyakit penyerta lainnya. Ketidakpatuhan pasien terhadap perubahan gaya
hidup yaitu konsumsi alkohol, pengendalian berat badan, termasuk manajemen
stres dan kecemasan merupakan salah satu penyebab hipertensi resisten. Berbagai
metode untuk menciptakan keadaan relaksasi melalui terapi relaksasi seperti
meditasi, yoga, atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan
20

tekanan darah. Hasil penelitian Ridjab (2005) menunjukkan bahwa olahraga seperti
senam aerobik 30-45 menit 3-4 kali per minggu efektif menurunkan tekanan darah.
Olahraga dapat meningkatkan tekanan darah, mengurangi obesitas, dan
menurunkan kadar garam dalam tubuh (keringat menghilangkan garam melalui
kulit). Gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol meningkatkan
risiko tekanan darah tinggi.
1) Penatalaksanaan hipertensi dengan farmakologi
Menurut Sukarmin (2013), jenis obat yang dianjurkan untuk pasien hipertensi
antara lain:
a) Semacam. Diuretik (hidroklorotiazid) mengeluarkan cairan dari tubuh,
mengurangi volume cairan tubuh, sehingga Hal ini menyebabkan jantung
memompa lebih sedikit darah.
b) Beta-blocker (metoprolol, propranolol, atenolol) mengurangi kemampuan
jantung untuk memompa darah dan tidak dianjurkan untuk pasien dengan
kondisi pernapasan yang diketahui seperti asma bronkial.
c) Penghambat saraf simpatis (metildopa, klonidin, reserpin) menghambat
aktivitas saraf simpatis.
d) Penghambat saluran kalsium atau antagonis kalsium (diltiazem, verapamil)
menghambat kontraksi jantung.
e) Vasodilator (Prasosin, Hydracin) Bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan mengendurkan otot polos pembuluh darah Darah.
f) Penghambat reseptor angiotensin II (valsartan) memblokir pengikatan
angiotensin II ke reseptor, sehingga mengurangi pemompaan darah oleh
jantung
2) Penatalaksanaan hipertensi dengan non-farmakologi
a) Terapi Relaksasi
Relaksasi adalah terapi yang berhubungan dengan aktivitas mental dan
menghilangkan tubuh dari rangsangan eksternal dalam persiapan untuk
hubungan yang lebih dalam dengan pencipta, yang dapat dicapai melalui
hipnosis, meditasi, yoga, dan bentuk metode lainnya. Latihan yang
berhubungan dengan eksplorasi spiritual. , 2005).
Relaksasi adalah salah satu teknik pengelolaan diri yg berdasarkan
dalam cara kerja sistem syaraf simpatetis & parasimpatetis ini. Teknik
21

relaksasi acap kali dilakukan lantaran terbukti efektif mengurangi


ketegangan & kecemasan, mengatasi insomnia, asma, & hipertensi
(Ramadhani, 2006).
Relaksasi adalah cara menghilangkan stres menjadi pemicu terjadinya
hipertensi, karena itu, penderita hipertensi disarankan buat melakukan terapi
relaksasi (Dalimartha, 2008).

2. Kosep Relaksasi Autogenik


a. Definisi Terapi Relaksasi Autogenik
Relaksasi autogenik merupakan salah satu teknik yang dapat menurunkan
hipertensi karena dengan hipertensi diharapkan akan menghilangkan ketegangan
(Davis, 1995). Autogenous Pelatihan (relaksasi spontan) adalah Teknik untuk
menggunakan gambar yang bagus kesadaran visual dan fisik, seseorang mencapai
relaksasi yang mendalam Santai). juga disebutkan Relaksasi spontan dapat
digunakan untuk Mengobati berbagai penyakit saluran pernapasan (hiperventilasi
dan asma bronkial), gastrointestinal (konstipasi, diare, infeksi lambung, maag, dan
kram), sistem peredaran darah (pacuan jantung, nadi tidak teratur, tekanan darah
darah tinggi, tangan dan kaki dingin dan sakit kepala) dan sistem endokrin
(masalah tiroid). Relaksasi autogenik telah terbukti membantu mengurangi pikiran
obsesif, Kecemasan (stres), depresi dan permusuhan.
Relaksasi autogenik akan membantu tubuh untuk membawa perintah melalui
autosugesti untuk rileks sehingga dapat mengendalikan pernafasan, tekanan darah,
denyut jantung serta suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantra-mantra verbal yang
membuat tubuh merasa hangat, santai merupakan standar latihan relaksasi
autogenik (Varvogli, 2011).
Sensasi tenang, ringan dan hangat yang menyebar ke seluruh tubuh
merupakan efek yang bisa dirasakan dari relaksasi autogenik. Tubuh merasakan
kehangatan, merupakan akibat dari arteri perifer yang mengalami vasodilatasi,
sedangkan ketegangan otot tubuh yang menurun mengakibatkan munculnya sensasi
ringan. Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi
mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan yang
ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi
dominan sistem parasimpatis (Oberg, 2009).
22

b. Tujuan relaksasi autogenik


Tujuan terapi autogenik adalah mengalihkan perhatian dari stimulus tekanan atau
kecemasan pada hal-hal yang menyenangkan dan relaksasi. Selama latihan
seseorang dipandu untuk rileks dengan situasi yang tenangdan sunyi (Sadigh,
2019). Perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi mempengaruhi
kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh
relaksasi ini mengubah fisiologis dominan simpatis menjadi dominan sistem
parasimpatis (Oberg et al., 201
a) Meredakan nyeri akut, memberi perasaan nyaman
b) Mengurangi stress, khususnya stress ringan/sedang
c) Memeberikan ketenangan
d) Mengurangi ketegangan
c. Keuntungan relaksasi autogenic
Teknik relaksasi dikatakan efektif apabila setiap individu dapat merasakan
perubahan pada respon fisiologis tubuh seperti penurunan tekanan darah,
penurunan ketegangan otot, denyut nadi menurun, perubahan kadar lemak dalam
tubuh, serta penurunan proses inflamasi. Teknik relaksasi memiliki manfaat bagi
pikiran kita, salah satunya untuk meningkatkan gelombang alfa (α) di otak sehingga
tercapailah keadaan rileks, peningkatan konsentrasi serta peningkatan rasa bugar
dalam tubuh (Potter & Perry, 2005).
d. Langkah-langkah relaksasi autogenik
1) Persiapan Pasien/klien
a) Beritahu klien/pasen
b) Atur posisi duduk atau berbaring bahu dan kepala disangga dengan bantal
yang lembut
2) Alat
Tidak ada alat khusus yang dibutuhkan. Bila diinginkan, dapat dilakukan
sambil mendengarkan musik ringan.
3) Lingkungan
Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkinagar klien/pasien mudah
berkonsentrasi/fokus
4) Pelaksanaan
a) Tubuh berbaring kepala disanggah denganbantal, dan mata terpejam
23

b) Ataur napas hingga napas menjadi lebih pelan dan teratur


c) Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara perlahan-lahan sambil
katakan dalam hati “saya damai dan tenang”
d) Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangakan kedua lengan terasa berat.
Selanjutnya, secara perlahan-lahan banyangkan kedua lengan terasa kendur,
ringa hingga sangat ringan sekali sambil katakan “saya merasa damai dan
tenang sepenuhnya”
e) Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher, dan kaki.
f) Fokus pada aliran darah ditubuh bayangakan darah mengalir keseluruh
tubuh dan rasakan hawa hangatnya dialiran darah, seperti merasakan
minuman yang hangat, sambil mengatakan dalam diri “saya merasa damai,
dan tenang”
g) (ulangi enam kali)
h) Tempelkan tanga kanan pada dada kiri dan tangan kirir pada perut.
i) Fokus pada denyut jantung, bayangakan dan rasakan jantung berdenyut
dengan teratur dan tenang. Sambil kataka “jantug saya berdenyut dengan
teratur dan tenang, saya merasa damai dan tenang (ulangi enam kali).
j) Fokus pada pernafasan, katakan dalam diri “nafasku longgar dan tenang,
saya merasa damai dan tenang (ulangi enam kali).
k) Fokus pada perut, rasakan pembluh darah dalam perut mengalir dengan
teratur dsn terasa hangat katakan dalam diri “darah yang mengalir hangat
saya merasa damai dan tenang” (ulangi enam kali)
l) Kedua tanga kembali pada posisi awal
m) Fokus pada kepala, katakan dalam hati “kepala saya terasa benar-benar
dingin, saya merasa damai dan tenang”. (ulangi enam kali).
n) Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan (mengepalkan)
lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu buang napas pelan-pelan
sambil membuka mata dan kepalan tangan.

3. Konsep Terapi Relaksasi Benson


a. Definisi Terapi Relaksasi Benson
Relaksasi Benson adalah teknik pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit,
insomnia (ketidakmampuan untuk tidur), kecemasan dan tekanan darah tinggi.
24

Relaksasi benson merupakan pengembangan dari metode respon relaksasi yang


dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, menciptakan lingkungan internal yang
membantu pasien untuk mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih
tinggi (Purwanto, 2006).
Relaksasi benson dilakukan dengan melakukan inspirasi panjang yang
nantinya akan menstimulasi secara perlahan-lahan reseptor regang paru karena
inflamasi paru. Keadaan ini memberikan sinyal yang kemudian dikirim ke medulla
oblongatayang akan memberikan informasi tentang peningkatan aliran darah.
Informasi ini akan diteruskan ke batang otak, akibatnya saraf parasimpatis
mengalami peningkatan aktivitas dan sarafsimpatis mengalami penurunan aktivitas
pada kemoreseptor, sehingga peningkatan tekanan darah dan inflamasi paru akan
menurunkan frekuensi denyut jantung dan terjadi vasodilatasi pada sejumlah
pembuluh darah (Rice, 2006).
Terapi relaksasi ini juga mampu menurunkan kadar kortisol yaitu hormon
stres yang berkontribusi besar dalam tekanan darah tinggi. Saat seseorang
mengalami ketegangan yang bekerja adalah sistem saraf simpatis. Aktivasi sistem
saraf simpatis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi jantung,
peningkatan nadi, dilatasi arteri koronaria, dilatasi pupil, dilatasibronkus dan
meningkatkan aktivasi mental, sedangkan pada wakturileks yang bekerja adalah
sistem saraf parasimpatis, dengandemikian relaksasi dapat menekan rasa tegang,
sehingga timbul perasaan rileks dan penghilangan. Perasaan rileks akan
diteruskanke hipotalamus untuk menghasilkan Corticotropin Releasing Hormone
(CRH) dan Corticotropin Releasing Hormone (CRH) mengaktifkan anterior
pituitary untuk mensekresi encephalin dan endorphin yang berperan sebagai
neurotransmitter yang mempengaruhi suasana hati sehingga menjadi rileks dan
senang. Di samping itu, pada anterior pituitary sekresi Adrenocorticotropic
Hormone (ACTH) menurun, kemudian Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
mengontrol adrenalcortex untuk mengendalikan sekresi kortisol. Menurunnya
kadar Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) dan kortisol menyebabkans tres dan
ketegangan menurun (Sholeh, 2006).
b. Tujuan relaksasi benson
Tujuannya adalah untuk meningkatkan veilasi alveolus mempertahankan
pertukaran gas, meningkatkan atelaksis, menigkatkan efisiensi batuk, mengurangi
25

stress fisik dan emosional, yaitu mengurangi intensitas nyeri dan mengurangi
kecemasan, serta menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (Soeharto,
2009).
Proses pernafasan pada relaksasi Benson merupakan proses masuknya O2
melalui saluran nafas kemudian masuk ke paru dan diproses ke dalam tubuh,
kemudian selanjutnya diproses dalam paru-paru tepatnya di bronkus dan diedarkan
ke seluruh tubuh melalui pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan
O2. Apabila O2 dalam untuk tercukupi maka manusia berada dalam kondisi
seimbang. Kondisi ini akan menimbulkan keadaan rileks secara umum pada
manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan
Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar di
bawah otak untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC)
sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar di bawah
otak juga menghasilkan β endorphin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi
suasana hati menjadi rileks. Meningkatnya encephalin dan β endorphin dan lansia
akan merasa lebih rileks dan nyaman (Taylor, 2001 dalam Aryana & Novitasari,
2013
c. Langkah-langkah relaksasi benson
Duduklah dalam keadaan tenang dan pada posisi yang enak.
1) Tutuplah mata
2) Regangkan semua otot-otot mulai dari kaki terus menuju ke raut muka,
usahakan semuanya rileks.
3) Bernafaslah melalui hidung, sadar dan waspadalah terhadap jalan pernafasan
anda, sewaktu menghembuskan nafas keluar, katakan pada diri anda “satu”
(jadi menggunakan kata “satu”, misalnya nafas masuk....keluar, “satu”, masuk
.... keluar, “satu” dan seterusnya. Bernafaslah dengan tenang dan sewajarnya.
4) Lanjutkan terus menerus selama 10 sampai 20 menit, anda boleh membuka
mata untuk mengecek waktu atau jam, tetapi jangan menggunakan alarm. Bila
anda telah selesai, duduklah dahulu dengan tenang beberapa menit, mula-mula
dengan mata masih tertutup dan kemudian barulah membuka mata, jangan
segera berdiri tetapi tunggulah beberapa saat.
5) Janganlah kuatir apakah anda berhasil atau tidak mencapai relaksasi yang
mendalam. Jagalah sikap pasif dan biarkan terjadinya rileks dengan sendirinya.
26

Jika pikiran melayang, jangan bersikap menyalahkan tetapi katakan pada diri
anda “oh, ya ...” dan kembali sadar akan pernafasan dengan mengulang kata
“satu”. Dalam latihan jangan bersikap ngotot. Berlatihlah sekali atau dua kali
sehari, tetapi jangan melakukan dalam waktu dua jam setelah makan, karena
proses pencernaan mengganggu timbulnya relaksasi.
Menurut Darmawan (2014) dalam Oktarina (2017) tentang pengaruh relaksasi
benson terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik turun sebesar 9,89 mmHg dan
rata-rata tekanan darah diastolik turun sebesar 5,34 mmHg dengan diberikannya
relaksasi benson selama 20 menit.
Menurut Aryana dan Novitasari (2013) tentang pengaruh relakasi benson
terhadap penurunan stress merekomendasikan adanya latihan benson relaksasi
selama rata-rata 5 kali dalam seminggu. Latihan ini selain menurunkan stress juga
dapat meningkatkan kemampuan fisik dan kemampuan psikis.
d. Keuntungan relaksasi benson
Menurut Kusnandar (2009), manfaat relaksasi benson adalah sebagai berikut:
1) Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah.
2) Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah.
3) Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan darah.
4) Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit.
5) Tidur lelap kesehatan mental menjadi lebih baik.
6) Daya ingat lebih baik.
7) Meningkatkan daya berpikir logis.
8) Meningkatkan kreativitas.
9) Meningkatkan keyakinan.
10) Meningkatkan daya kemauan.
11) Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
27

B. Kerangka Konseptual Penelitian


Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel
yang diteliti maupun yang tidak diteliti (Nursalam, 2015).

Faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan Menurunkan
darah pada pasien kadar
Pasien
hipertensi:
Hipertensi kortisol
1. Faktorgenetik
2. Usia
3. Jenis kelamin Penurunan
4. Etnis Pasien
tekanandarah
5. Obesitas Hipertensi
6. Pola asupan
garam diet
7. Merokok Ketegangan
8. Tipe Relaksasi
otot menurun
kepribadian Autogenik
9. Kualitas tidur

Terapi
Benson
Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti.

: Berpengaruh.

: Berhubungan

Gambar 2.1 Kerangka konsep pengaruh relaksasi benson dan autogenik terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Balowarti.

C. Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari sesuatu penelitian yang kebenarannya
dibuktikan dalam penelitian maka hipotesis dapat benar atau juga salah dapat di terima
atau di tolak (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh terapi
relaksasi benson dan autogenik terhadap penurunan tingkat hipertensi.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pra-Eksperimental
dengan jenis one group pre-test and post-test design yang terdiri dari 1 kelompok yang
masing-masing kelompok diberikan intervensi yang berbeda. Rancangan penelitian ini
tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi Peneliti sebelumnya memberikan pre-test
kepada kelompok yang akan diberikan perlakukan. Kemudian peneliti melakukan
perlakuan atau treatment. Setelah selesai perlakuan, peneliti memberikan post-test.
Besarnya pengaruh perlakuan dapat diketahui secara lebih akurat dengan cara
membandingkan antara hasil pre-test dengan post-test.
Dalam penelitian ini kelompok pertama diberikan intervensi terapi relaksasi benson
dan kelompok kedua diberikan terapi relaksasi autogenik.

K Q1 X Q2
Keterangan : K = Subyek Q1 = Pengukuran tekanan darah sebelum
X = perlakuan Q2 = pengukuran tekanan darah sesudah

28
29

B. KERANGKA KERJA
Kerangka kerja pada penelitian ini sebagai berikut:

Populasi
seluruh Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti sebanyak 50
pasien

acidental sampling

Sample
Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti Pustu Dandangan sebanyak
18 pasien

Terapi Benson dan


Pre Test Pot Test
Autogenik

Data Management
Editing, Coding, Scoring,Tabulasi data

Data Analysis
Wilxocon

Hasil

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka kerja

C. POPULASI, SAMPEL, TEKNIK SAMPLING


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Menurut Arikunto (2013:173),
bahwa apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Subjek Penelitian
adalah populasi yang diteliti. Subjek Penelitian juga merupakan sumber data yang
mencakup sifat-sifat atau karakteristik dari sekelompok subjek, gejala, atau objek.
Selaras dengan Sugiyono (2013: 117), mengatakan bahwa populasi adalah wilayah
30

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini yaitu Seluruh Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Balowerti sebanyak 50 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah pasien yang menderita hipertensi di di Wilayah Kerja Puskesmas
Balowerti. Dalam penelitian yang akan dilakukan jumlah sampel adalah 18 responden
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunkan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan (Sujawerni, 2014).
Cara pengambilan sampling dalam penelitian ini non probability sampling berupa
accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja keluarga pasien yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Sugiyono, 2016). Kriteria
sample sebagai berikut:
Sampel yang ditentukan oleh peneliti pada penelitian ini ditentukan berdasarkan
kriteria inklusi, kriteria eksklusi serta kriteria drop out adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien penderita hipertensi mulai ringan – sedang diwilayah kerja Puskesmas
Balowarti Pustu Dandangan
2) Pasien hipertensi tanpa disertai penyaki lain
3) Bersedia menjadi responden penelitian
b. Kriteria Eksklusi
1) Tiak bersedia menjadi responden
2) Pasien hipertensi yang disertai penyakit lain (Stroke dan penurunan kesadara)
c. Drop Out
1) Responden tidak mengikuti terapi sesuai SOP berjumlah 2 orang
31

D. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016 :68).
Variabel ada dua yaitu:
1. Variabel independen (Variabel bebas) X
Adakah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab terjadinya
perubahan/timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah relaksasi benson dan relaksasi autogenik.
2. Variabel dependen (Variabel terikat) Y
Adalah variabel yang dipengaruhu atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tekanan darah pada pasien hipertensi.

E. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Pada
definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi
(Nursalam, 2013).
32

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Skala
Jenis Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skor
Data
Variabel Relaksasi benson 1. Duduklah dalam keadaan tenang SOP - -
Independen: merupakan kombinasi dan pada posisi yang enak.
Relaksasi benson relaksasi tarik nafas dalam 2. Tutuplah mata
& auto genik dan kombinasi (dengan 3. Regangkan semua otot-otot
melibatkan faktor keyakinan mulai dari kaki terus menuju ke
pasien), yang dapat raut muka.
menciptakan suasana 4. Bernafaslah melalui hidung,
lingkungan internal sewaktu menghembuskan nafas
sehingga dapat membantu keluar, katakan pada diri anda
pasien mencapai kondisi “satu”. Bernafaslah dengan
kesehatan dan kesejahteraan tenang dan sewajarnya.
lebih tinggi 5. Lanjutkan terus menerus selama
10 sampai 20 menit, mula-mula
dengan mata masih tertutup dan
kemudian barulah membuka
mata, jangan segera berdiri tetapi
tunggulah beberapa saat.
6. Jagalah sikap pasif dan biarkan
terjadinya rileks dengan
sendirinya.
Relaksasi autogenik 1. Posisi rileks SOP - -
merupakan relaksasi yang 2. Konsentrasi pernafasan
bersumber dari diri sendiri 3. Menggungkapkan kehangatan
dengan menggunakan kata- dan rileks
kata atau kalimat pendek
yang bisa membuat pikiran
menjadi tenang
33

Skala
Jenis Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skor
Data
Variabel Tekana darah adalah 1. Kaji faktor yang Tensimeter Ordinal Kategori tekanan darah:
Dependen : tekanan yang dihasilkan mempengaruhi tkanan darah. (Sfigmoman 1. Normal (120-139/80-
Tingkat oleh pompa jantung untul 2. Kaji tempat palin baik untuk o meter). 84)
hipertensipada menggerakkan darah pengukuran tekanan darah. 2. Pra Hipertensi (130-
pasien hipertensi keseluruh tubuh 3. Siapkan peralatan 139/85-89)
spignomanometer dan 3. Hipertensi Ringan
stetoskop (140-159/90-99)
4. Bantu pasien untuk mengambil 4. Hipertensi Sedang
posisi duduk atau berbaring. (160-179/100-109)
5. Palpasi arteri brankialis. 5. Hipertensi Berat
Letakkan manset 2,5 cm diatas (180-209/100-119)
nadi brankialis. (Konsensus
6. Gembungkan manset dengan Perhimpunan Hipertensi
cepat sampai tekanan 30 Indonesia, 2019)
mmHg.
7. Kempiskan manset dan tunggu
30 detik.
8. Letakkan earpieces stetoskop
pada telinga dan pastikan bunyi
jelas, tidak muffled.
9. Catat titik pada manometer saat
bunyi jelas yang pertama
terdengar
34

F. PROSEDUR PENGAMBILAN DAN PENGUMPULAN DATA


1. Bahan dan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untu mengumpulan data
dalam penelitian (Purwanto, 2018). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tensimeter, stetoskop, lembar observasi, dan SOP. Suatu instrumen dikatakan
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dapat mengungkapkan data dari
variabel yang diteliti setelah penelitian ini dilakukan uji kalibrasi yang tepat
(Arikunto, 2010).
Alat pendataan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tensimeter digital,
alat untuk mengukur tekanan darah, dilakukan sebanyak 2 kali, dan diambil nilai
akhir untuk mengetahui perbedaan antara tingkat hipertensipre dan post. Responden
kelompok intervensi diukur tekanan darahnya sebelum dan sesudah intervensi.
Kemudian hasilnya dicatat pada lembar hasil pengukuran.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu
Dandangan Kota Kediri pada bulan 29 September – 4 Oktober 2022.
3. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2013).
Ada beberapa langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
a. Perizinan
1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari IIK STRADA
INDONESIA untuk ditujukan Puskesmas Balowarti.
2. Setelah mendapat ijin dari pihak Puskesmas Balowarti peneliti memberikan
penjelasan kepada pihak Puskesmas tentang maksud dan tujuan penelitian.
3. Setelah pihak puskesmas memahami maksud dan tujuan, dari pihak
puskesmaspun diarahkan ke Pustu Dandangan beserta membawa surat yang
telah disetujui.
4. Memberikan penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan prosedur penelitian. Apabila bersedia menjadi
responden dipersilahkan menandatangani inform konsen.
35

5. Menjelaskan kontrak waktu penelitian pada responden yaitu sesuai waktu yang
telah ditentukan.
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Hari Ke-
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7
Pengukuran Tingkat hipertensiPre
Pemberian Relaksasi Benson dan
Autogenik
Pengukuran Tingkat
hipertensiPost

6. Sebelum diberikan terapi relaksasi benson dan autogenik, responden ditanya


terlebih dahulu apakah sudah mengkonsumsi obat hipertensi, jika sudah
mengkonsumsi obat responden tidak diambil menjadi sampel penelitian.
Lansia yang tidak mengkonsumsi obat hipertensi diminta untuk mengisi
inform konsen (Lembar persetujuan menjadi responden), setelah mendapatkan
persetujuan dari responden, kemudian responden diukur tekanan darahnya
mengunakan sphynomanometer.
7. Jika sampel memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, responden diberikan terapi
relaksasi benson dan autogenik.
8. Membantu lansia penderita hipertensi untuk melakukan relaksasi benson dan
autogenik selama 10 - 20 menit, dilakukan selama satu minggu tiga kali.
9. Penelitian ini dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu
Dandangan Kota Kediri pada bulan 29 September – 4 Oktober 2022.
10. Setelah responden diberikan terapi relaksasi benson dan autogenik,
responden diukur kembali tekanan darahnya menggunakan
sphynomanometer.
11. Kemudian hasil pengukuran tingkat hipertensisebelum dan sesudah
pemberian relaksasi benson dan autogenik dikumpulkan pada lembar
observasi dan dilakukan pengolahan oleh peneliti. Untuk mengetahui apakah
ada pengaruh tingkat hipertensisetelah dilakukan relaksasi benson dan
autogenik.
4. Cara Analisa Data
36

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu hal yang penting,
karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan
informasi apa-apa, dan belum siap disajikan.untuk memperoleh data hasil yang berarti
dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo, 2018).
Langkah-langkah pengolahan data meliputi :
a. Editing
Editing yaitu memeriksa kembali lembar kuesioner yang sudah diisi sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi. Tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau
kekurangan yang ada, misalnya nama (inisial), umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan
agama, pendidikan sudah diisi dengan lengkap atau belu. jika ada data yang belum
terisi peneliti akan melakukan crosscheck kepada responden.
b. Coding
Coding atau pengkodean yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat menjadi
bentuk angka.
c. Tabulating
Tabulating adalah peyajian data dalam bentuk tabel sehingga memudahkan
para pembaca memahami laporan penelitian tersebut. Tahap akhir dari proses
pengolahan data (Nasehudin dkk, 2012). Dalam penelitian ini tabulasi terdiri dari
hasil data dan observasi tingkat hipertensipada penderita hipertensi.
d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicetak kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
kode, ketidak lengkapan dan sebagian dilakukan pembetulan.
e. Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (Angka atau hruf) dimasukkan ke dalam
program atau “software” computer.

G. ETIKA PENELITIAN
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
Informed Concent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
dengan memberikan lembar persetujuan, Informed Concent ini diberikan sebelum
melakukan penelitian. Peneliti harus menerangkan maksud, tujuan dan dampak dari
37

peneliti ini kepada responden sehingga responden mengerti. Apabila responden


bersedia maka responden harus menandatangani lembar persetujuan (Hidayat, 2013).
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Anonimity adalah jaminan dalam penggunaan subjek dengan cara tidak
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur. Namun hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat,
2013).
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya
sangat dijaga oleh peneliti. Hanya pada kelompok data tertentu yang dilaporkan pada
hasil riset (Hidayat, 2013).

H. KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini responden yang diteliti masih terbatas belum mencakup semua
pasien hipertensi yang ada di Wilayah Kerja Pukesmas Balowerti karena hanya terbatas di
Pustu Dandangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian


1. Batas Wilayah
Timur : Kelurahan Banjaran
Barat         : Sungai Brantas
Selatan     : Kelurahan Kemasan dan Setono Gedong
Utara        : Kabupaten Kediri (Desa Jong Biru)
2. Luas Wilayah
Luas wilayah Puskesmas Poned Balowerti adalah 5,345 km2 yang terbagi menjadi 5
wilayah Kelurahan.
3. Visi dan Missi
Visi
“Terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri di wilayah Puskesmas Balowerti”
Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang merata berkualitas dan profesional
2) Peningkatan Upaya Kesehatan yang Bersumber Daya Masyarakat
4. Motto dan Janji Layanan
Motto : Kami siap melayani dengan NURANI (nyaman, unggul, ramah,
sopan, dan ikhlas)
Janji Layanan : Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, ramah, sopan
dan aman.
5. Wilayah Kerja
1) Kelurahan Balowerti
2) Kelurahan Dandangan
3) Kelurahan Semampir
4) Kelurahan Pocanan
5) Kelurahan Ngadirejo
6. Jenis Pelayanan
1) Pemeriksaan Umum 3) Pelayanan Kesehatan Ibu dan
2) Pemeriksaan Kesehatan Gigi Anak (KIA)
dan Mulut (Gilut) 4) Pelayanan Gizi
38
39

5) Pelayanan Imunisasi 10) Pelayanan VCT dan IMS


6) Pelayanan Kesehatan 11) Pelayanan Laboratorium
Reproduksi dan KB 12) Pelayanan TB
7) Pelayanan Kesehatan Jiwa 13) Pelayanan Kusta
8) Pelayanan Kesehatan Remaja 14) Pelayanan Kesehatan
9) Pelayanan Farmasi Lingkungan / Sanitasi
7. Tempat Lokasi Pengambilan Responden
Responden diambil dari wilayah pustu dandangan dari Rt 1, Rt 4 dan Rt 5

B. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Penderita


Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada
bulan 29 September – 4 Oktober 2022
Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 12 respoden (67%).

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Gambar 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia pada Penderita Hipertensi di


Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada bulan 29
September – 4 Oktober 2022
40

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa paling banyak berusia lebih dari 60
tahun yaitu sebanyak 12 responden (67%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan IMT

Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan IMT pada Penderita Hipertensi di


Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada bulan 29
September – 4 Oktober 2022

Berdasarkan gambar diatas diketahui sebagian responden memiliki berat badan


normal yaitu sebanyak 12 orang (67%).

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Aktifitas Fisik Selama Seminggu

Gambar 4.4 Karakteristik Berdasarkan Frekuensi Aktifitas Fisik pada Penderita


Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada
bulan 29 September – 4 Oktober 2022

Berdasarkan gambar diatas diketahui sebagian responden 3 kali dalam seminggu


melaukan aktifitas fisik seperti jalan kaki, bersepeda, senam dll sebanyak 13 orang
(72%).
41

C. Karakteristik Variabel
1. Karakteristik Variabel Berdasarkan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah Terapi
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah Pemberian
Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik pada Penderita Hipertensi di
Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada
bulan 29 September – 4 Oktober 2022

Kategori Hipertensi Tingkat hipertensiPre Tingkat hipertensiPost


Frequency Percent Frequency Percent
Pra Hipertensi - - 7 38,9%
Hipertensi Ringan 10 55,6% 10 55,6%
Hipertensi Sedang 8 44,4% 1 5,6%
Total 18 100% 18 100%
Sumber : Data Primer Penelitian 2022

Berdasarkan tabel diatas diketahui hasil penelitian diperoleh bahwa sebelum


dilakukan terapi mayoritas responden memiliki tingkat hipertensi ringan sebanyak 10
orang (50%). Setelah pemberian terapi relaksasi benson dan autogenik mayoritas
responden memiliki tingkat hipertensi ringan sebanyak 10 orang (55%).

D. Tabulasi Silang
1. Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah
Terapi
Tabel 4.2 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Tingkat hipertensiSebelum
dan Setelah Terapi pada Penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas
Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada bulan 29 September – 4
Oktober 2022

Tingkat Hipertensi Tingkat Hipertensi


Sebelum Terapi Total Setelah Terapi Total
Ringan Sedang Pre Ringan Sedang
Jenis Laki-Laki N 5 1 6 3 3 0 6
Kelamin % 50% 12,5% 33,3% 42,9% 30% ,0% 33,3%
Perempuan N 5 7 12 4 7 1 12
% 50% 87,5% 66,7% 57,1% 70% 100% 66,7%
Total N 10 8 18 7 10 1 18
% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Data Primer Penelitian 2022
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi mayoritas
responden perempuan memiliki hipertensi sedang sebanyak 7 orang (87,5%). Setelah
dilakukan terapi mayoritas responden perempuan memiliki hipertenasi ringan
sebanyak 7 orang (70%).
42

2. Tabulasi Silang antara Usia dengan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah Terapi
Tabel 4.3Tabulasi Silang antara Usia dengan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah
Terapi pada Penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Balowarti
Pustu Dandangan Kota Kediri pada bulan 29 September – 4 Oktober 2022

Tingkat Hipertensi Tingkat Hipertensi Setelah


Sebelum Terapi Total Terapi Total
Ringan Sedang Pra Ringan Sedang
Usia < 60 N 4 2 6 3 3 0 6
Tahun % 40% 25% 33,3% 42,9% 30% 0% 33,3%
> 60 N 6 6 12 4 7 1 12
Tahun % 60% 75% 66,7% 57,1% 70% 100% 66,7%
Total N 10 8 18 7 10 1 18
% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Data Primer Penelitian 2022

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi mayoritas


responden yang berusia > 60 Tahun memiliki hipertensi sedang sebanyak 6 orang
(75%). Setelah dilakukan terapi responden yang berusia > 60 memiliki hipertensi
ringan yaitu sebanyak 7 orang (70%).

3. Tabulasi Silang antara Berat Badan dengan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah
Terapi
Tabel 4.4 Tabulasi Silang antara Berat Badan dengan Tingkat Hipertensi Sebelum
dan Setelah Terapi pada Penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas
Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada bulan 29 September – 4
Oktober 2022

Tingkat Hipertensi Tingkat Hipertensi


Sebelum Terapi Total Setelah Terapi Total
Ringan Sedang Pra Ringan Sedang
Berat Kurang N 1 0 1 1 0 0 1
Badan % 10% ,0% 5,6% 14,3% ,0% ,0% 5,6%
Normal N 8 4 12 5 7 0 12
% 80% 50% 66,7% 71,4% 70% ,0% 66,7%
Berlebih N 1 2 3 1 2 0 3
% 10% 25% 16,7% 14,3% 20% ,0% 16,7%
Obesitas N 0 2 2 0 1 1 2
% ,0% 25% 11,1% ,0% 10% 100% 11,1%
Total N 10 8 18 7 10 1 18
% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Data Primer Penelitian 2022
43

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi hampir


setengah responden dengan berat badan normal memiliki hipertensi ringan sebanyak
8 orang (80%). Setelah dilakukan terapi hampir setengah responden dengan berat
badan normal memiliki pra hipertensi sebanyak 5 orang (71,4%).

4. Tabulasi Silang antara Frekuensi Aktifitas Fisik dengan Tingkat Hipertensi Sebelum
dan Setelah Terapi
Tabel 4.5 Tabulasi Silang antara Frekuensi Aktifitas Fisik dengan Tingkat
Hipertensi Sebelum dan Setelah Terapi pada Penderita Hipertensi di
Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada
bulan 29 September – 4 Oktober 2022

Tingkat Hipertensi Tingkat Hipertensi


Sebelum Terapi Setelah Terapi Total
Ringan Sedang Total Pra Ringan Sedang
Frekuensi Tidak N 0 2 2 0 2 0 2
Melakukan Pernah % ,0% 25,0% 11,1% ,0% 20% ,0% 11,1%
Aktifitas 1 Kali N 0 1 1 0 1 0 1
Fisik dalam % ,0% 12,5% 5,6% ,0% 10% ,0% 5,6%
1 Minggu 2 Kali N 1 1 2 0 2 0 2
% 10% 12,5% 11,1% ,0% 20% ,0% 11,1%
3 Kali N 9 4 13 7 5 1 13
% 90% 50% 72,2% 100% 50% 100% 72,2%
Total N 10 8 18 7 10 1 18
% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Data Primer Penelitian 2022

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi hampir


setengah responden yang melakukan aktifitas fisik 3 kali dalam seminggu memiliki
hipertensi ringan sebanyak 9 orang (90%). Setelah dilakukan terapi setengah
responden yang melakukan aktifitas fisik 3 kali dalam seminggu memiliki pra
hipertensi sebanyak 7 orang (100%).
44

5. Tabulasi Silang Tingkat hipertensi Sebelum dan Setelah Terapi


Tabel 4.6 Tabulasi Silang Tingkat hipertensiSebelum dan Setelah Terapi pada
Penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu
Dandangan Kota Kediri pada bulan 29 September – 4 Oktober 2022

Tingkat hipertensiSetelah Terapi


Pra Hipertensi Hipertensi
Hipertensi Ringan Sedang Total
Tingkat Hipertensi N 7 3 0 10
hipertensi Ringan % 100% 30% ,0% 55,6%
Sebelum Hipertensi N 0 7 1 8
Terapi Sedang % ,0% 70% 100% 44,4%
Total N 7 10 1 18
% 100% 100% 100% 100%
Sumber : Data Primer Penelitian 2022
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi mayoritas
responden memiliki hipertensi ringan dan setelah dilakukan terapi memiliki pra
hipertensi sebanyak 7orang (100%).

E. Hasil Analisis Data


Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Statistik Wilcoxon pada Penderita Hipertensi di Wilayah
kerja Puskesmas Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada bulan 29
September – 4 Oktober 2022

Test Statisticsb
Tingkat hipertensiSetelah Terapi -
Tingkat hipertensiSebelum Terapi
Z -3,742a
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Output SPSS

Berdasarkan hasil tabel analisis wilcoxon menunjukan nilai signifikansi tingkat


hipertensi adalah 0,000 sehingga hipotesis diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh terapi autogenik dan benson terhadap penurunan tingkat hipertensi
penderita hipertensi.
BAB V
PEMBAHASAN

A. Tingkat hipertensiSebelum Diberikan Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik.


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja pukesmas Balowerti
Kota Kediri kepada 20 pasien hipertensi sebelum dilakukan terapi benson dan autogenik
diketahui bahwa responden dengan hipertensi ringan sebanyak 10 orang (55,6%),
hipertensi sedang sebanyak 8 orang (44,4%).
Faktor pertama yang mempengaruhi tingkat hipertensiadalah jenis kelamin, menurut
teori Bustan (2013) menyatakan bahwa wanita lebih banyak yang menderita hipertensi
dibandingkan pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormone estrogen pada wanita.
Hormon estrogen berperan dalam regulasi tingkat hipertensiberhentinya produksi
estrogen akibat proses penuaan berdampak pada peningkatan tingkat hipertensipada
wanita.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum dilakukan terapi
mayoritas responden perempuan memiliki hipertensi sedang (tingkat hipertensi sistole
160-179 mmHg dan diastole 100-109 mmHg) sebanyak 7 orang (87,5%). Hal ini sejalan
dengan pendapat Perry (2010), yaitu wanita cendrung memiliki tingkat hipertensi yang
lebih tinggi dari pada pria dengan usia yang sama. Hasil diatas dapat disimpulkan bahwa
perempuan lebih mudah mengalami tingkat hipertensitingggi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa antara laki-laki dan
perempuan, yang lebih beresiko terkena tingkat hipertensitinggi yaitu perempuan
dibandingkan laki-laki. Karena jenis kelamin perempuan setelah menopause mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh
darah dari kerusakan sehingga mempengaruhi proses terjadinya aterosklerosis dan
mengakibatkan tingkat hipertensitinggi.
Faktor kedua yang mempengaruhi tingkat hipertensi adalah usia, hasil penelitian
diketahui bahwa sebelum dilakukan terapi mayoritas responden yang berusia > 60 Tahun
memiliki tingkat hipertensi ketegori sedang (tingkat hipertensisistole antara 160-179
mmHg dan diastole 100-109 mmHg) sebanyak 6 orang (75%). Hasil penelitian ini
didukung oleh teori Ulfa (2011) yang mengatakan bahwa faktor usia merupakan salah
satu penyebab terjadinya hipertensi meningkat. Individu yang berumur diatas 60 tahun
(50-60%) mempunyai tingkat hipertensilebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal
ini pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usia.
Menurut peneliti semakin tua seseorang maka dengan sendirinya akan muncul
berbagai macam penyakit yang salah satunya yaitu tekanan darah. Dengan usia diatas 60
tahun beresiko terkena tingkat hipertensiyang disebabkan oleh perubahaan struktur pada
pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah
menjadi lebih kaku, akibatnya terjadi peningkatan tingkat hipertensisistolik dan diastolik
tinggi. Tekanan diastolik meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi
secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat hipertensi adalah aktivitas fisik
(olahraga) dan obesitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum dilakukan terapi
responden yang tidak pernah melakukan aktivitas fisik memiliki hipertensi sedang (160-
179/100-109 mmHg). Menurut Cortas dalam Rahayu Siti (2017), yang menyatakan orang
yang aktivitasnya rendah berisiko terken hipertensi 30-50% dari pada yang aktif.
Kurangnya aktivitas yang dilakukan ibu rumah tangga dimana kebanyakan mereka hanya
berdiam diri di rumah dengan rutinitas yang membuat suntuk sehingga menimbulkan
stress. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa responden yang tidak pernah lakukan
aktivitas fisik (olahraga) lebih berisiko terkenan tekanan darah.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebelum dilakukan terapi
responden dengan berat badan obesitas memiliki hipertensi berat (tingkat hipertensisistole
antara 180-109 mmHg dan diastole 100-119 mmHg). Berat badan merupakan faktor
risiko tingkat hipertensitinggi pada sebagian besar kelompok etnis dari segala usia.
Terjadinya perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara kelebihan berat
badan dengan terjadinya tingkat hipertensitinggi yaitu munculnya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia, memicu sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin sehingga
menyebabkan terjadi perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan asupan energi juga dapat
meningkatkan insulin plasma, yang merupakan diuretik natrium yang dapat menyebabkan
reabsorpsi natrium dan hipertensi lebih lanjut (anggraini, 2016).
Pembahasan diatas sesuai observasi pada saat penelitian tingkat hipertensisistol dan
diastol sebelum diberikan terapi relaksasi benson dan autogenik, dimana sebagian besar
responden mengalami peningkatan tingkat hipertensikarena ada beberapa faktor yaitu
jenis kelamin, usia, aktivitas fisik dan obesitas yang dapat meningkatkan tingkat
hipertensitinggi. hal ini disebabkan karena faktor usia rentan terkena penyakit yang
disebabkan oleh menurunnya organ tubuh, dan pada orang yang tidak aktivitas fisik maka
aktifitasnya kurang sehingga curah jantung menurun. Kelebihan berat badan memicu
sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin sehingga menyebabkan terjadi
perubahan fisik pada ginjal

B. Tingkat hipertensiSetelah Diberikan Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik.


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja pukesmas Balowerti
Kota Kedir kepada 20 pasien hipertensi setelah pemberian terapi relaksasi benson dan
autogenik diketahui responden dengan hipertensi ringan sebanyak 10 orang (55,6%),
hipertensi sedang sebanyak 1 orang (5,6%), dan pra hipertensi sedang sebanyak 7 orang
(38,9%).
Menurut WHO, batas tingkat hipertensiyang masih dianggap normal adalah kurang
dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi, dan diantara nilai tersebut disebut sebagai normal-tinggi. (batasan tersebut di
peruntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Batas tingkat hipertensiyang masih
dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Sebetulnya batas antara tingkat
hipertensinormal dan tingkat hipertensitinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi
hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tingkat hipertensiyang mengakibatkan
peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah (CBN, 2006) dalam (Endang
Triyanto, 2014).
Menurut Purwanto dalam fikri (2018) Relaksasi Benson yaitu suatu tehnik
pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia (tidak bisa tidur), kecemasan, dan
hipertensi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan veilasi alveolus mempertahankan
pertukaran gas, meningkatkan atelaksis, menigkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress
fisik dan emosional, yaitu mengurangi intensitas nyeri dan mengurangi kecemasan, serta
menurunkan tingkat hipertensisistolik dan diastolik (Soeharto, 2009 dalam Fikri, 2018)
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmawan, dkk (2014)
tentang pengaruh relaksasi benson terhadap tingkat hipertensipada pasien penderita
hipertensi di Pukesmas Denpasar Timur II Thahun 2014, menunjukan hasil rata-rata
tingkat hipertensisistolik pasien hipertensi sebelum diberikan relaksasi benson adalah
143,45 mmHg dan tingkat hipertensidiastoliknya adalah sebesar 87,67 mmHg. Sedangkan
rata-rata tingkat hipertensisistolik pasien hipertensi sesudah diberikan relaksasi benson
adalah sebesar 133,67 mmHg dan rata-rata tingkat hipertensidiastoliknya adalah sebesar
82,33 mmHg. Penurunan tingkat hipertensisistolik maupun diastolik berada pada rentang
0-15 mmHg dengan rata-rata penurunan sebesar 9, 83 mmHg untuk tingkat
hipertensisistolik dan 5,33 mmHg untuk tingkat hipertensidiastolik sebelum dan sesudah
diberikan relaksasi benson.
Dari uraian diatas peneliti berasumsi bahwa pemberian relaksasi benson
berpengaruh terhadap tekanan darah, hal ini disebabkan karena relaksasi dapat membuat
aliran darah menjadi lancar dan denyut jantung menjadi reguler sehingga dapat
menstabilkan tekanan darah. Jika relaksasi ini dilakukan secara rutin selama 15-20 menit
sehari akan membuat responden merasa lebih nyaman, selain itu pikiran menjadi lebih
tenang dan tingkat hipertensimenjadi stabil.
Relaksasi autogenik merupakan salah satu teknik yang dapat menurunkan hipertensi
karena dengan hipertensi diharapkan akan menghilangkan ketegangan. Sensasi tenang,
ringan dan hangat yang menyebar ke seluruh tubuh merupakan efek yang bisa dirasakan
dari relaksasi autogenik. Tubuh merasakan kehangatan, merupakan akibat dari arteri
perifer yang mengalami vasodilatasi, sedangkan ketegangan otot tubuh yang menurun
mengakibatkan munculnya sensasi ringan. Perubahan-perubahan yang terjadi selama
maupun setelah relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi dan efek
menenangkan yang ditimbulkan oleh relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis
menjadi dominan sistem parasimpatis (Oberg dalam Dewi E.U, 2017).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marleni, dkk (2019)
melakukan penelitian Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat
hipertensiPada Penderita Hipertensi. Yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
relaksasi autogenik terhadap Penurunan Tingkat hipertensipada Penderita Hipertensi di
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2018. Berdasasarkan hasil penelitian
didapatkan rata-rata tingkat hipertensisebelum diberikan terapi relaksasi autogenik
sebesar 150.00/100.00 dengan standar deviasi 7.400/5.115. Dari hasil estimasi interval
dapat disimpulkan 95% diyakni bahwa rata-rata tingkat hipertensisistol sebelum di
berikan terapi relaksasi autogenik di antara 146.16 sampai dengan 152.89 dan rata-rata
tingkat hipertensidiastol sebelum diberikan terapi relaksasi autogenik diantara 92.91
sampai dengan 97.57.
Menurut asumsi peneliti, terdapat efektifitas teknik relaksasi autogenik dalam
penurunan tingkat hipertensisistole dan diastole pada penderita hipertensi. Hal itu
dipengaruhi oleh saraf otonom, sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis
berperan penting dalam tubuh selama latihan. Sistem saraf simpatis disebut sebagai
sistem fight or flight, menyiapkan tubuh untuk menghadapi krisis dan menopang atau
menjaga fungsinya selama krisis. setelah dilakukan relaksasi autogenik maka sistem saraf
simpatis dan sistem saraf para simpatis akan bekerja untuk menurunkan tekanan darah.
Responden juga mengatakan perubahan yang dirasakan setelah dilakukan intervensi
terapi relaksasi otot progresif seperti responden merasakan darahnya mengalir dan badan
menjadi lebih segar.

C. Analisis Pengaruh Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik Terhadap Penurunan


Tingkat Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja pukesmas Balowerti
Kota Kedir kepada 20 pasien hipertensi diperoleh hasil tabel analisis wilcoxon
menunjukan nilai signifikansi tingkat hipertensiadalah 0,000 sehingga hipotesis
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi autogenik dan benson
terhadap penurunan tingkat hipertensi penderita hipertensi.
Hasil penelitian menunjukan sebelum dilakukan terapi mayoritas responden
memiliki hipertensi ringan (tingkat hipertensisistole antara 140-159 mmHg dan diastole
antara 90-99 mmHg) dan setelah dilakukan terapi memiliki pra hipertensi (tingkat
hipertensisistole antara 130-139 mmHg dan diastole antara 85-89 mmHg) sebanyak
7orang (35%).
Purwanto dalam (Price dan Wilson, 2012) berpendapat bahwa relaksasi benson
merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernapasan dengan melibatkan faktor
keyakinan pasien yang dapat menciptakan suatu lingkunganinternal sehingga dapat
membantu pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi. Pada
relaksasi Benson memiliki beberapa keunggulan yaitu metodenya yang sederhana karena
bertumpu pada usaha nafas dalam yang diselingi dengan permohonan kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa, teknik ini juga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa
membutuhkan ruangan yang sangat khusus. Relaksasi benson akan menghasilkan
frekuensi gelombang alpha pada otak yang bisa menimbulkan perasaan bahagia, senang,
gembira, dan percaya diri sehingga dapat menekan pengeluaran hormon kortisol,
epinefrin dan norepinefrin yang merupakan vasokontriksi kuat pada pembuluh darah.
Penekanan hormone-hormon tersebut dapat mengakibatkan dilatasi pembuluh darah yang
mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah sehingga hasil akhirnya adalah
penurunan tekanan darah.
Relaksasi autogenik merupakan salah satu teknik yang dapat menurunkan hipertensi
karena dengan relaksasi diharapkan akan menghilangkan ketegangan dimana orang
tersebut membanyangkan sebuah tempat yang tenang dan kemudian memfokuskan pada
sensasi fisik yang berbeda mulai dari kaki sampai kepala, sedangkan relaksasi otot
progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan,
atau sugesti, teknik relaksasi ini memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan
teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Relaksasi pada hakekatnya adalah
cara yang diperlakukan untuk menurunkan ketegangan otot yang dapat memeperbaiki
denyut nadi, tingkat hipertensidan pernafasan. Respons dari relaksasi akan
mengambalikan tubuh pada keadaan yang seimbang. Pupil, pendengaran, tekanan darah,
denyut jantung, pernapasan dan sirkulasi akan kembali normal serta otot-otot menjadi
relaks (Dewi E.U, 2017).
Teknik relaksasi benson dan autogenik dalam dapat digunakan oleh sesorang dalam
keadaan sehat ataupun sakit dan merupakan upaya non farmakologis untuk membantu
menurunkan tegangan otot sehingga tubuh menjadi nyaman, rileks, stres, menurunkan
intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
membantu tubuh segar kembali. Adapun keuntungan dari teknik relaksasi benson dan
autogenik dalam antara lain dapat dilakukan setiap saat di mana saja dan kapan saja,
caranya sangat mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien, tanpa suatu media,
dapat merilekskan otot-otot yang tegang sehingga mampu membuat tingkat hipertensi
menurun.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Pukesmas Balowerti maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja pukesmas Balowerti
Kota Kediri kepada 18 pasien hipertensi sebelum dilakukan terapi benson dan
autogenik diketahui bahwa mayoritas responden memiliki hipertensi ringan sebanyak
10 orang (55,6%).
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja pukesmas Balowerti
Kota Kedir kepada 18 pasien hipertensi setelah pemberian terapi relaksasi benson dan
autogenik diketahui bahwa mayoritas responden memiliki hipertensi ringan sebanyak
10 orang (55,6%).
3. Berdasarkan hasil uji statistik wilcoxon diperoleh nilai signifikansi tingkat
hipertensiadalah 0,000 sehingga hipotesis diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh terapi autogenik dan benson terhadap penurunan tingkat
hipertensipenderita hipertensi.

B. SARAN
1. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapakan dapat diterapkan dalam upaya menurunkan tingkat
hipertensidan membuat rileks pada pasien hipertensi.
2. Mahasiswa Keperawatan
Dalam penelitian ini penulis melakukan terapi relaksasi benson dan autogenik untuk
merunkan tingkat hipertensipada pasien hipertensi, disarankan kepada peneliti
selanjutnya agar melakukan aplikasi yang lebih bermanfaat dan dapat mengatasi
tingkat hipertensipada pasien hipertensi.
3. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada institusi pendidikan bahwasanya
terapi relakasi benson dan autogenik merupakan salah satu upaya yang digunakan
untuk menurunakan tingkat hipertensipada pasien hipertensi. Informasi yang didapat
sebagai masukan bagi institusi pendidikan untuk memberikan informasi tambahan
terkait pengaplikasian terapi relaksasi dalam menurunkan tingkat hipertensipasien
hipertensi.
4. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih mengembangkan penelitian ini dengan
menggunakan alternatif terapi yang berbeda. Selain itu juga dapat dengan
menggunakan metode penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. dan Kusuma, H. dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


BerdasarkanDiagnosaMedis dan NandaNIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction.

Anggraini, Y. D. (2016). Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUD Blambangan Banyuwangi. Digital Repository Universitas
jember .

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta..
(2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta:
Rineka Cipta.

Brunner, L. dan Suddarth, Y. 2013. Keperawatan Medical Bedah Edisi 12. Jakarta :EGC

Bustan MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta

Casey, A. dan Benson, H. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer (BIP) Kelompok Gramedia.Kemenkes, R. I. (2013). Riset kesehatan dasar;
RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI, 2013, 110-119.

Darmawan. 2014. Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi di Pukesmas Denpasar Timur II Tahun 2014. Jurnal.

Dewi Erika Untari. 2017. Teknik Relaksasi Autogenik dan Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi. Seminar Nasional dan Workshop
Publikasi Ilmiah. 68-79

Febriyanti, F., Yusri, V., & Fridalni, N. (2021). Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap
Tekanan Darah Sistole Pada Lansia Dengan Hipertensi. Menara Ilmu, 15(1).

Fikri M, Kanzul. 2018. Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Lansia Penderita Hipertensi di Desa Sukosari Wilayah Kerja Puskesmas
Dagangan Kabupaten Madiun. Skripsi. Program Studi Keperawatan Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun.

Mardiono, S. (2018). Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Penurunan Tekanan Darah


pada Klien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun
2015. Jurnal Keperawatan Soedirman, 11(3), 192-198.

Marleni, L., & Haryani, J. (2019). Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. 10.

Oberg, E. (2009). Mind Body Techniques to Reduce Hypertension's Chronic Effects.


Integrative Medicine Journal, 8 (5).

Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : ECG

53
Price, S. A., & Wilson, L.M., (2012).Patofisiologi: konsep klinis prosesprosespenyakit, 6 ed.
vol. 1. Alih bahasa : Pendit BU, et al. Editor : Hartanto, H., et al. Jakarta: EGC

Purwanto, Ngalim. (2006). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rahayu Siti. 2017. Pengaruh Terapi Air Rebusan Daun Salam Terhadap Perybahan Tekanan
Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Katipugal Kecamatan Kebonagung Kabupaten
Pacitan. Skripsi. Progam Studi Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Sari, P. M., Hasanah, U., & Ludiana, L. (2021). PENERAPAN RELAKSASI BENSON
DAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PASIEN HIPERTENSI. Jurnal Cendikia Muda, 1(4), 540-548.

Simandalahi, T., Sartiwi, W., & Toruan, E. N. A. L. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi
Benson Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Endurance: Kajian
Ilmiah Problema Kesehatan, 4(3), 641-650.

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta : Graha Ilmu

Ulfa Nurrahmani. 2011. Stop Hipertensi. Yogyakarta

54
LAMPIRAN-LAMPIRAN

55
Lampiran 1 Surat-Surat Penelitian
Surat Ijin Pengambilan Data Awal

56
Surat Ijin Balasan Pengambilan Data Awal

57
Surat Ijin Penelitian

58
Surat Balasan Ijin Penelitian

59
Sertifikat Etik

60
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini mahasiswa Program Studi S1Keperawatan


Fakultas Keperawatan IIK STRADA Indonesia:
Nama : Kusnul hidayah
NIM : 1811B0038
Bersama ini saya peneliti, mengajukan permohonan kepada responden atas berkenannya
menjadi responden penelitian. Keterangan secara terinci dan jelas mengenai :
1. Judul penelitian “Pengaruh Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik Terhadap Penurunan
Tekanan Darah di Wilayah Kerja Pukesmas Balowerti”
2. Manfaat ikut sebagai subjek penelitian: Dapat digunakan untuk untuk membantu
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
3. Bahaya yang akan timbul: tidak ada bahaya potensial bagi responden.
4. Hak undur diri: responden memiliki hak untuk bersedia atau tidak bersedia menjadi
responden dan tanpa ada paksaan apapun.
Jawaban yang akan diberikan dijamin kerahasiaannya sepenuhnya. Oleh sebab itu
peneliti mohon agar responden memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Atas kerjasamanya dan partisipasi responden, peneliti mengucapkan
terimakasih.

Kediri, 2022
Peneliti

(Kusnul Hidayah)

61
Lampiran 3 Informed Consent
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
( Informed Consent )

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


No. Responden :
Tanggal :

Dengan ini saya menyatakan (bersedia/tidak bersedia *) untuk ikut berperan serta
dalam penelitian sebagai responden dengan mengisi lembar persetujuan responden yang
disediakan peneliti
Sebelum mengisi lembar persetujuan responden saya diberi keterangan atau penjelasan
mengenai tujuan penelitian, dan saya telah mengerti bahwa penulis akan merahasiakan
identitas, maupun informasi yang diberikan. Apabila ada pernyataan yang menimbulkan
respon emosional yang tidak nyaman, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data
dan memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian tanpa resiko
apapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa unsur paksaan dari
siapapun.

Kediri, 2022
Responden

(....................................)

*Coret yang tidak perlu

62
Lampiran 4 Instrumen Penelitian

LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH

Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Berat badan :
Tinggi badan :
Lama menderita HT :
Frekuensi melakukan aktivitas fisik dalam satuminggu (bersepeda, berjalankaki, berenang,
senam)
1. Tidak pernah
2. Kali
3. Kali
4. Kali
5. Setiap hari

Sejak mulai mengikuti relaksasi:


Intervensi
No.
Pre Post

1.

63
Lampiran 5 SOP Teori Kelompok Terapeutik

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP )


TERAPI RELAKSASI BENSON TERHADAP
KECEMASAN PASIEN HIPERTENSI

PENGERTIAN Relaksasi Benson yaitu suatu teknik pengobatan untuk


menghilangkan nyeri, insomnia (tidak bisa tidur), kecemasan,
dan hipertensi. Relaksasi benson merupakan pengembangan
metode respon relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan
pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal
sehingga dapat membantu pasien mencapai kondisi kesehatan
dan kesejah teraan lebih tinggi (Purwanto, 2006).
TUJUAN Tujuannya yaitu untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress
fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan serta menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolic (Soeharto, 2009).
ALAT 1. Hanscon
2. Masker
PROSEDUR PERSIAPAN
A. Pasien/Klien
3 Beritahu Klien
4 Atur posisi duduk/berbaring
B. Lingkungan
Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar
pasien/klien mudah berkonsentrasi

PELAKSANAAN
Cara relaksasi yang telah dijelaskan oleh Dokter Benson dalam
bukunya : “The Relaxation Respons” tahun 1974 adalah
sebagai berikut :
1. Duduklah dalam keadaan tenang dan pada posisi yang
enak.
2. Tutuplah mata
3. Regangkan semua otot-otot mulai dari kaki terus menuju
ke raut muka, usahakan semuanya rileks.
4. Bernafaslah melalui hidung, sadar dan waspadalah
terhadap jalan pernafasan anda, sewaktu menghembuskan
nafas keluar, katakan pada diri anda “satu” (jadi
menggunakan kata “satu”, misalnya nafas masuk ....
keluar, “satu”, masuk .... keluar, “satu” dan seterusnya.
Bernafaslah dengan tenang dan sewajarnya.
5. Lanjutkan terus menerus selama 10 sampai 20 menit, anda
boleh membuka mata untuk mengecek waktu atau jam,
tetapi jangan menggunakan alarm. Bila anda telah selesai,
64
duduklah dahulu dengan tenang beberapa menit, mula-
mula dengan mata masih tertutup dan kemudian barulah
membuka mata, jangan segera berdiri tetapi tunggulah
beberapa saat.
6. Janganlah kuatir apakah anda berhasil atau tidak mencapai
relaksasi yang mendalam. Jagalah sikap pasif dan biarkan
terjadinya rileks dengan sendirinya. Jika pikiran melayang,
jangan bersikap menyalahkan tetapi katakan pada diri anda
“oh, ya ...” dan kembali sadar akan pernafasan dengan
mengulang kata “satu”. Dalam latihan jangan bersikap
ngotot. Berlatihlah sekali atau dua kali sehari, tetapi jangan
melakukan dalam waktu dua jam setelah makan, karena
proses pencernaan mengganggu timbulnya relaksasi.
INDIKATOR 1) Respon verbal
PENCAPAIAN 1. Klien mengatakan rileks.
2. Klien mengatakan kecemasan berkurang.
3. Klien mengatakan sudah merasa nyaman.
2) Respon non verbal
1. Klien tampak tenang.
2. Ekspresi wajah klien tidak tampak tegang.
3. Klien dapat melanjutkan pekerjaannya kembali.
4. Tanda-tanda vital : tekanan darah dan nadi dalam batas
normal.

65
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP)TERAPI
RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PENURUNAN
HIPERTENSI

PENGERTIAN Relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang bersumber dari


diri sendiri berupa kata-kata atau kalimat pendek ataupun
pikiran yang bisa membuat pikiran tentram. Relaksai
autogenik ini dibuktikan mempunyai keunikan tersendiri
dibandingkan dengan relaksasi lainnya, yaitu dapat
memberikan efek pada tekanan darah dan frekuensi nadi
segera setelah perlakuan (Greenberg dalam Setyawati, 2010).
TUJUAN 1. Memberikan perasaan nyaman
2. Mengurangi kecemasan
3. Memberikan ketenangan
4. Mengurangi ketegangan
ALAT 3. Hanscoon
4. Masker
PROSEDUR PERSIAPAN
A. Pasien/Klien
5 Beritahu Klien
6 Atur posisi duduk/berbaring
B. Lingkungan
Atur lingkungan senyaman dan setenang mungkin agar
pasien/klien mudah berkonsentrasi

PELAKSANAAN
Langkah-langkah latihan relaksasi autogenik :
1. Persiapan sebelum memulai latihan
 Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan
mata terpejam.
 Atur napas hingga napas menjadi lebih teratur.
 Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara
perlahan-lahan sambil katakan dalam hati ‘saya damai
dan tenang’.
2. Langkah 1 : merasakan berat
 Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua
lengan terasa berat. Selanjutnya, secara perlahan-lahan
bayangkan kedua lengan terasa kendur, ringan hingga
terasa sangat ringan sekali sambil katakan ‘saya
merasa damai dan tenang sepenuhnya’.
 Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher,
dan kaki.
3. Langkah 2 : merasakan kehangatan
 Bayangkan darah mengalir ke seluruh tubuh dan
rasakan hawa hangatnya aliran darah, seperti
merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan

66
dalam diri ‘saya merasa senang dan hangat’.
 Ulangi enam kali.
 Katakan dalam hati ‘saya merasa damai, tenang’.
4. Langkah 3 : merasakan denyut jantung
 Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan
kiri pada perut.
 Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan
teratur dan tenang. Sambil katakan ‘jantungnya
berdenyut dengan teratur dan tenang’.
 Ulangi enam kali.
 Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
5. Langkah 4 : latihan pernapasan
I. Posisi kedua tangan tidak berubah.
J. Katakan dalam diri ‘napasku longgar dan tenang’.
K. Ulangi enam kali.
L. Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
6. Langkah 5 : latihan abdomen
 Posisi kedua tangan tidak berubah.
Rasakan pembuluh darah dalam perut mengalir
dengan teratur dan terasa hangat.
 Katakan dalam diri “darah yang mengalir dalam
perutku terasa hangat”.
 Ulangi enam kali.
 Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
7. Langkah 6 : latihan kepala
 Kedua tangan kembali pada posisi awal.
 Katakan dalam hati “Kepala saya terasa benar-benar
dingin”.
 Ulangi enam kali.
 Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
8. Langkah 7 : akhir latihan
Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan
(mengepalkan) lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu
buang napas pelan-pelan sambil membuka mata
INDIKATOR A. Respon verbal
PENCAPAIAN 1. Klien mengatakan rileks.
2. Klien mengatakan kecemasan berkurang.
3. Klien mengatakan sudah merasa nyaman.
B. Respon non verbal
1. Klien tampak tenang.
2. Ekspresi wajah klien tidak tampak tegang.
3. Klien dapat melanjutkan pekerjaannya kembali.
4. Tanda-tanda vital : tekanan darah dan nadi dalam
batas normal.

67
Lampiran 6 Rekap Data Hasil Penelitian
Lama Frekuensi Tekanan Tekanan
Inisial Jenis
No Usia BB TB IMT Menderita Aktifitas Darah Kriteria Darah Kriteria
Nama Kelamin
Hipertensi Fisik/1 minggu Pre Post
1 Ny. S Perempuan 63 79 155 Obesitas 10 Tidak Pernah 160/100 Sedang 150/100 Ringan
2 Tn. M Laki-Laki 66 63 165 Normal 2 Setiap Hari 150/100 Ringan 140/90 Ringan
3 Ny. K Perempuan 63 54 152 Normal 5 3 kali 160/100 Sedang 150/100 Ringan
4 Ny. T Perempuan 63 80 150 Obesitas < 1 tahun Setiap Hari 170/100 Sedang 160/100 Sedang
5 Ny. S Perempuan 65 65 153 Berlebih 10 Setiap Hari 170/100 Sedang 150/90 Ringan
6 Tn. L Laki-Laki 57 59 165 Normal 2 Setiap Hari 140/90 Ringan 130/85 Pra Hipertensi
7 Ny. J Perempuan 54 67 150 Berlebih 1 Setiap Hari 150/90 Ringan 130/85 Pra Hipertensi
8 Ny. R Perempuan 62 70 153 Berlebih 5 1 kali 160/100 Sedang 150/90 Ringan
9 Ny. L Perempuan 73 41 152 Kurang 2 Setiap Hari 150/100 Ringan 135/85 Pra Hipertensi
10 Tn. N Laki-Laki 69 61 170 Normal 5 Setiap Hari 145/90 Ringan 135/85 Pra Hipertensi
11 Ny. A Perempuan 53 55 160 Normal 10 Setiap Hari 160/100 Sedang 155/95 Ringan
12 Ny. M Perempuan 60 38 150 Kurang < 1 tahun Setiap Hari 140/90 Ringan 130/80 Pra Hipertensi
13 Ny. A Perempuan 55 48 148 Normal 20 Setiap Hari 160/100 Sedang 150/90 Ringan
14 Tn. S Laki-Laki 72 50 160 Normal 2 Setiap Hari 140/90 Ringan 130/85 Pra Hipertensi
15 Tn. S Laki-Laki 63 58 160 Normal 6 Setiap Hari 150/90 Ringan 140/90 Ringan
16 Ny. R Perempuan 77 58 153 Normal < 1 tahun Setiap Hari 140/90 Ringan 135/90 Pra Hipertensi
17 Tn. S Laki-Laki 78 55 172 Normal 5 Tidak Pernah 160/100 Sedang 140/95 Ringan
18 Ny. W Perempuan 55 62 164 Normal 3 3 kali 150/90 Ringan 140/90 Ringan

68
Lampiran 7 Hasil Output SPSS
Frequencies
Statistics
Frekuensi
Tekanan Tekanan Melakukan
Darah Darah Aktifitas Fisik
Sebelum Setelah Jenis Berat dalam 1
Terapi Terapi Kelamin Usia Badan Minggu
N Valid 18 18 18 18 18 18
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 3,4444 2,6667 1,67 1,67 2,33 3,44
Std. Deviation ,51131 ,59409 ,485 ,485 ,767 1,042
Minimum 3,00 2,00 1 1 1 1
Maximum 4,00 4,00 2 2 4 4

Frequency Table
Tekanan Darah Sebelum Terapi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Hipertensi Ringan 10 55,6 55,6 55,6
Hipertensi Sedang 8 44,4 44,4 100,0
Total 18 100,0 100,0

Tekanan Darah Setelah Terapi


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pre Hipertensi 7 38,9 38,9 38,9
Hipertensi Ringan 10 55,6 55,6 94,4
Hipertensi Sedang 1 5,6 5,6 100,0
Total 18 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 6 33,3 33,3 33,3
Perempuan 12 66,7 66,7 100,0
Total 18 100,0 100,0

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 60 Tahun 6 33,3 33,3 33,3
> 60 Tahun 12 66,7 66,7 100,0
Total 18 100,0 100,0

69
Berat Badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berat Badan Kurang 1 5,6 5,6 5,6
Berat Badan Normal 12 66,7 66,7 72,2
Berat Badan Berlebih 3 16,7 16,7 88,9
Obesitas 2 11,1 11,1 100,0
Total 18 100,0 100,0

Frekuensi Melakukan Aktifitas Fisik dalam 1 Minggu


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Pernah 2 11,1 11,1 11,1
1 Kali 1 5,6 5,6 16,7
2 Kali 2 11,1 11,1 27,8
3 Kali 13 72,2 72,2 100,0
Total 18 100,0 100,0

NPar Tests

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Tekanan Darah Sebelum 18 3,4444 ,51131 3,00 4,00
Terapi
Tekanan Darah Setelah 18 2,6667 ,59409 2,00 4,00
Terapi

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Tekanan Darah Setelah Negative Ranks 14 a
7,50 105,00
Terapi - Tekanan Darah Positive Ranks 0b ,00 ,00
Sebelum Terapi Ties 4c
Total 18
a. Tekanan Darah Setelah Terapi < Tekanan Darah Sebelum Terapi
b. Tekanan Darah Setelah Terapi > Tekanan Darah Sebelum Terapi
c. Tekanan Darah Setelah Terapi = Tekanan Darah Sebelum Terapi

70
Test Statisticsb
Tekanan Darah Setelah Terapi - Tekanan Darah
Sebelum Terapi
Z -3,742a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jenis Kelamin * Tekanan Darah 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Sebelum Terapi
Jenis Kelamin * Tekanan Darah Setelah 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Terapi
Usia * Tekanan Darah Sebelum Terapi 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Usia * Tekanan Darah Setelah Terapi 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Berat Badan * Tekanan Darah Sebelum 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Terapi
Berat Badan * Tekanan Darah Setelah 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Terapi
Frekuensi Melakukan Aktifitas Fisik 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
dalam 1 Minggu * Tekanan Darah
Sebelum Terapi
Frekuensi Melakukan Aktifitas Fisik 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
dalam 1 Minggu * Tekanan Darah
Setelah Terapi

Jenis Kelamin * Tekanan Darah Sebelum Terapi Crosstabulation


Tekanan Darah Sebelum Terapi
Hipertensi Hipertensi
Ringan Sedang Total
Jenis Laki-Laki Count 5 1 6
Kelamin % within Tekanan 50,0% 12,5% 33,3%
Darah Sebelum Terapi
Perempuan Count 5 7 12
% within Tekanan 50,0% 87,5% 66,7%
Darah Sebelum Terapi
Total Count 10 8 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Sebelum Terapi

71
Jenis Kelamin * Tekanan Darah Setelah Terapi Crosstabulation
Tekanan Darah Setelah Terapi
Pre Hipertensi Hipertensi
Hipertensi Ringan Sedang Total
Jenis Laki-Laki Count 3 3 0 6
Kelamin % within Tekanan 42,9% 30,0% ,0% 33,3%
Darah Setelah Terapi
Perempuan Count 4 7 1 12
% within Tekanan 57,1% 70,0% 100,0% 66,7%
Darah Setelah Terapi
Total Count 7 10 1 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Setelah Terapi

Usia * Tekanan Darah Sebelum Terapi Crosstabulation


Tekanan Darah Sebelum Terapi
Hipertensi Hipertensi
Ringan Sedang Total
Usia < 60 Tahun Count 4 2 6
% within Tekanan Darah 40,0% 25,0% 33,3%
Sebelum Terapi
> 60 Tahun Count 6 6 12
% within Tekanan Darah 60,0% 75,0% 66,7%
Sebelum Terapi
Total Count 10 8 18
% within Tekanan Darah 100,0% 100,0% 100,0%
Sebelum Terapi

Usia * Tekanan Darah Setelah Terapi Crosstabulation


Tekanan Darah Setelah Terapi
Pre Hipertensi Hipertensi
Hipertensi Ringan Sedang Total
Usia < 60 Count 3 3 0 6
Tahun % within Tekanan 42,9% 30,0% ,0% 33,3%
Darah Setelah Terapi
> 60 Count 4 7 1 12
Tahun % within Tekanan 57,1% 70,0% 100,0% 66,7%
Darah Setelah Terapi
Total Count 7 10 1 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Setelah Terapi

72
Berat Badan * Tekanan Darah Sebelum Terapi Crosstabulation
Tekanan Darah Sebelum Terapi
Hipertensi Hipertensi
Ringan Sedang Total
Berat Berat Badan Count 1 0 1
Badan Kurang % within Tekanan 10,0% ,0% 5,6%
Darah Sebelum Terapi
Berat Badan Count 8 4 12
Normal % within Tekanan 80,0% 50,0% 66,7%
Darah Sebelum Terapi
Berat Badan Count 1 2 3
Berlebih % within Tekanan 10,0% 25,0% 16,7%
Darah Sebelum Terapi
Obesitas Count 0 2 2
% within Tekanan ,0% 25,0% 11,1%
Darah Sebelum Terapi
Total Count 10 8 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Sebelum Terapi

Berat Badan * Tekanan Darah Setelah Terapi Crosstabulation


Tekanan Darah Setelah Terapi
Pre Hipertensi Hipertensi
Hipertensi Ringan Sedang Total
Berat Berat Count 1 0 0 1
Badan Badan % within Tekanan 14,3% ,0% ,0% 5,6%
Kurang Darah Setelah Terapi
Berat Count 5 7 0 12
Badan % within Tekanan 71,4% 70,0% ,0% 66,7%
Normal Darah Setelah Terapi
Berat Count 1 2 0 3
Badan % within Tekanan 14,3% 20,0% ,0% 16,7%
Berlebih Darah Setelah Terapi
Obesitas Count 0 1 1 2
% within Tekanan ,0% 10,0% 100,0% 11,1%
Darah Setelah Terapi
Total Count 7 10 1 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Setelah Terapi

73
Frekuensi Aktifitas Fisik * Tekanan Darah Sebelum Terapi Crosstabulation
Tekanan Darah Sebelum
Terapi
Ringan Sedang Total
Frekuensi Tidak Count 0 2 2
Melakukan Pernah % within Tekanan ,0% 25,0% 11,1%
Aktifitas Fisik Darah Sebelum Terapi
dalam 1 1 Kali Count 0 1 1
Minggu % within Tekanan ,0% 12,5% 5,6%
Darah Sebelum Terapi
2 Kali Count 1 1 2
% within Tekanan 10,0% 12,5% 11,1%
Darah Sebelum Terapi
3 Kali Count 9 4 13
% within Tekanan 90,0% 50,0% 72,2%
Darah Sebelum Terapi
Total Count 10 8 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Sebelum Terapi

Frekuensi Aktifitas Fisik * Tekanan Darah Setelah Terapi Crosstabulation


Tekanan Darah Setelah Terapi
Pre Hipertensi Hipertensi
Hipertensi Ringan Sedang Total
Frekuensi Tidak Count 0 2 0 2
Melakukan Pernah % within Tekanan ,0% 20,0% ,0% 11,1%
Aktifitas Darah Setelah
Fisik dalam Terapi
1 Minggu 1 Kali Count 0 1 0 1
% within Tekanan ,0% 10,0% ,0% 5,6%
Darah Setelah
Terapi
2 Kali Count 0 2 0 2
% within Tekanan ,0% 20,0% ,0% 11,1%
Darah Setelah
Terapi
3 Kali Count 7 5 1 13
% within Tekanan 100,0% 50,0% 100,0% 72,2%
Darah Setelah
Terapi
Total Count 7 10 1 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Setelah
Terapi

74
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tekanan Darah Sebelum Terapi * 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Tekanan Darah Setelah Terapi

Tekanan Darah Sebelum Terapi * Tekanan Darah Setelah Terapi Crosstabulation


Tekanan Darah Setelah Terapi
Pre Hipertensi Hipertensi
Hipertensi Ringan Sedang Total
Tekanan Hipertensi Count 7 3 0 10
Darah Ringan % within Tekanan 100,0% 30,0% ,0% 55,6%
Sebelum Darah Setelah Terapi
Terapi Hipertensi Count 0 7 1 8
Sedang % within Tekanan ,0% 70,0% 100,0% 44,4%
Darah Setelah Terapi
Total Count 7 10 1 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Setelah Terapi

75
Lampiran 8 Lembar Bukti Konsultasi Proposal

76
Lampiran 9 Lembar Bukti Konsultasi Skripsi

77
Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penelitian

Pengisian kuesioner dan Pengukuran Tekanan Darah Pre Terapi

Pelaksanaan Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik

Pengukuran Tekanan Darah Post Terapi

78
Lampiran 11 Summary Executive

Judul Pengaruh Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik Terhadap


Penurunan Tekanan Darah di Wilayah Kerja Pukesmas
Balowerti
Waktu pengambilan Data Bulan September 2022
Instansi Pengambilan Data Wilayah Kerja Pukesmas Balowerti Kota Kediri
Konstribusi Keilmuan Menjadi bahan evaluasi caran penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi
Hambatan Penelitian Penyesuaian waktu penelitian dengan responden
Kelemahan Penelitian Memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penelitian
Jurnal Tujuan Publikasi Journal of Global Research in Publich Health
Rencana Luaran Lainnya -

79
Lampiran 12 IdentitasPenulis
CURRICULUM VITAE

Nama : KUSNUL HIDAYAH


Jenis Kelamin : PEREMPUAN
Tempat Tanggal Lahir : 13 JANUARI 1999
Kewarganegaraan : INDONESIA
Keturunan : JAWA
Agama : ISLAM
Hobi : JOGGING
Alamat Rumah : RT/RW 04/01 DUSUN. GANDU DS. GAMPING KEC. SURUH KAB.
TRENGGALEK
Provinsi : JAWA TIMUR
No. Telepon : 085204285335
Alamat Email : inulkusnul20@gmail.com

Pendidikan Formal
No Sekolah / Universitas Periode

1. TK DHARMA WANITA 2 GAMPING 2004-2006

2. SDN NEGERI 2 GAMPING 2006-2012

3. SMPN NEGERI 1 SURUH 2015-2015

4. SMK KESEHATAN WIJAYA HUSADA TRENGGALEK 2015-2018

5. INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA 2018-Sekarang

Pengalaman Organisasi
No Organisasi Periode

80

Anda mungkin juga menyukai