Disusun Oleh:
KUSNUL HIDAYAH
NIM: 1811B0038
SKRIPSI
Disusun Oleh:
KUSNUL HIDAYAH
NIM: 1811B0038
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri
dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.
Kusnul Hidayah
NIM. 1811B0038
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Diajukan Oleh :
Kusnul Hidayah
NIM. 1811B0038
MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (F2K)
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Kusul Hidayah
NIM. 1811B0038
DOSEN PENGUJI
Ketua Penguji :
Dr.Byba Melda Suhita, S.Kep.Ns., M.Kes (Penguji 1) ..........................................
Anggota Penguji :
1. Suci Anggraeni, S.Kep.Ns., M.Kep (Penguji 2) ..........................................
MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (F2K)
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi kualitatif yang berjudul “Pengaruh
Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Balowarti Kota Kediri” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan skripsi kuantitatif ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Terapi Relaksasi Benson Dan Autogenik Terhadap Penurunan Tingkat Hipertensi Pasien
Hipertensi.
Dalam penulisan skripsi kuantitatif ini, penulis banyak sekali mendapatkan bimbingan,
petunjuk dan juga bantuan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. DR. dr. Sentot Imam Suprapto, MM selaku Rektorat IIK STRADA Indonesia yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
Program Studi S-1 Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan.
2. Dr. Byba Melda Suhita S.,Kep.,Ns,M.,Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di program S-1
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan.
3. Nur Yeny Hidajaturrokhmah,S.Kep.,Ns.,M.,Kes, Selaku ketua program studi S-1
fakultas Keperawatan Dan kebidanan IIK STRADA Indonesia yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di program S-1
Fakultas Keperawatan Dan Kebidanan.
4. Sutrisno,S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
masukan dan saran terbaik serta tidak lelah membimbing saya demi kesempurnaan
dalam penyusunan dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Wilayah Kerja Pukesmas Balowerti yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian di tempat ini.
6. Para responden yang telah membantu penelitian ini dengan meluangkan waktunya
selama proses penelian berlangsung
7. Segenap Dosen dan Staf Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia Kediri yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini.
8. Kepada kedua orang tua tercinta yang selama ini telah membantu penulis dalam bentuk
vi
perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa yang tidak henti-hentinya mengalir demi
kelancaran dan kesuksesan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik, karena
ridho Allah SWT terbentang luas dibelakang ridho orang tua kita.
9. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan, motivasi dan
mendengarkan keluh kesah serta menemani dalam proses penyusunan kuatitatif ini.
10. Serta masih banyak lagi pihak-pihak yang lain yang sangat membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT
senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis menerima kritikan dan saran guna menyempurnakan penulis ini. Harapan penulis
semoga penulis dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi
penulis serta bermanfaat bagi penulis selanjutnya.
Kusnul Hidayah
NIM. 1811B0038
vii
PENGARUH TERAPI RELAKSASI BENSON DAN AUTOGENIK
TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BALOWARTI KOTA KEDIRI
ABSTRAK
viii
THE EFFECT OF BENSON AND AUTOGENIC RELAXATION
THERAPY ON BLOOD PRESSURE REDUCTION IN THE WORK
AREA OF BALOWARTI PUSKESMAS KEDIRI
ABSTRACT
The risk of hypertension increases with age, the older a person gets, the higher the
incidence of hypertension. This is analyzed due to changes in cardiovascular structure
and function, hypertension often occurs in the elderly. Benson and autogenic
relaxation therapy is a non-pharmacological therapy in lowering blood pressure. The
purpose of this study was to determine the effect of giving Benson and autogenic
relaxation therapy on reducing hypertension levels.
This research is a quantitative research with a pre-experimental method with the
type of one group pre-test and post-test design. This research was conducted in the
working area of Pukesmas Balowerti, Kediri City, with a sample of 20 respondents
with hypertension determined by the acidental sampling technique. Data were
collected using observation sheets, data analysis using Wilxocon with the help of
SPSS.
The results showed that the pre-therapy respondents with moderate hypertension
were 8 people (44.4%) and 10 people (55.6%). Post therapy had pre-hypertension 7
people (38.9%), mild 10 people (55.6%) and moderate 1 person (5.6%). Based on
statistical tests, it is known that the value of sig. (2-tailed) of 0.000 <0.05, it can be
concluded that there is an effect of Benson and autogenic relaxation therapy on
reducing blood pressure.
Benson and deep autogenic relaxation techniques can be used by someone who is
healthy or sick and is a non-pharmacological effort to help reduce muscle tension so
that the body becomes comfortable, relaxed, stressed, reduces pain intensity, increases
pulmonary ventilation and increases blood oxygenation to help the body refresh. So
that it can reduce the level of hypertension
ix
DAFTAR ISI
x
A. Tingkat hipertensi Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik..... 45
B. Tingkat hipertensi Setelah Diberikan Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik..... 47
C. Perbedaan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Relaksasi
Benson Dan Autogenik
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 51
A. Kesimpulan................................................................................................................ 51
B. Saran........................................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 53
LAMPIRAN.......................................................................................................................... 55
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Hipertensi merupakan Penyakit Tidak Menular (PTM). Hipertensi atau
terkenal dengan The Silent Kiler yang banyak menyerang masyarakat sebagai penyebab
kematian dan menimbulkan kesakitan tertinggi (Bejo, 2017). Resiko kejadian Hipertensi
meningkat seiring dengan bertambahnya umur, semakin bertambahnya umur seseorang
maka kejadian Hipertensi semakin meningkat. Hal ini dianalisis terjadi karena perubahan
struktur dan fungsi kardiovaskuler, Hipertensi sering kali terjadi pada lanjut usia (Dinas
Kesehatan, 2015). Hipertensi menyerang 50 juta orang Amerika, termasuk di antaranya
usia di atas 60 tahun, Hipertensi merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan
serangan jantung (heart attack) (Nurlaelyn, 2018). WHO (World Health Organization)
juga memperkirakan pada tahun 2020 Penyakit Tidak Menular (PTM) akan
menyebabkan 73% kematian di dunia. Peringkat 5 besar Penyakit Tidak Menular (PTM)
di Indonesia adalah penyakit kardiovaskuler, penyakit pernafasan kronis, diabetes
mellitus, kanker, dan stroke. Penyakit-penyakit kardiovaskuler meliputi Hipertensi,
penyakit jantung koroner, dan gagal jantung. Hipertensi menduduki peringkat ketiga di
Indonesia sebagai penyakit Penyakit Tidak Menular paling banyak menyebabkan
kematian (Adhania et al., 2016).
WHO (World Health Organization) dan ISHWG (International Society Of
Hypertension Working Grup) pada tahun 2017 mengkelompokkan dalam klasifikasi
optimal, normal, normal-tinggi, Hipertensi ringan, Hipertensi sedang, dan Hipertensi
berat. Hipertensi yang tidak bisa terkontrol akan menimbulkan berbagai komplikasi
seperti, gagal jantung, gangguan penglihatan, kerusakan ginjal, sistem syaraf
menyebabkan perdarahan pada otak (intraserebral) (Lestari & Isnaini, 2018).
Prevelensi Hipertensi menurut World Health Organization (WHO,
2015)menjelaskan bahwa kejadian Hipertensi mencapai 1 milyar penderita di dunia.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis serius yang Secara signifikan
meningkatkan risiko jantung, otak, ginjal dan penyakit lainnya. Diperkirakan 1,13 miliar
orang di seluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi, dengan mayoritas (dua pertiga)
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015, satu dari empat
pria dan satu dari lima wanita memiliki tekanan darah tinggi. Kurang dari satu dari lima
orang dengan tekanan darah tinggi memiliki masalah terkendali. Hipertensi merupakan
1
2
penyebab utama kematian dini di dunia. Salah satu tujuan global PTM adalah
menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 25%. pada tahun 2025. (Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO), 2019).
Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur menyebutkan, total penderita
hipertensi di Jatim 2017 sebanyak 335.524 pasien. Data inidiambil menurut surveilans
terpadu penyakit (STP) Puskesmas di Jatim. Jumlah tersebut terhitung mulai bulan
Januari hingga September. Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur rmenyebutkan jumlah
penderita hipertensi diseluruh Puskesmas Jatim tahun 2017 mencapai 15.321 kunjungan.
Secara nasional, hasil Rikesdas 2018 menunjukkan prevalensi hipertensi
sebesar 34,11%. Prevalensi hipertensi pada wanita adalah 36,85%, lebih tinggi dari pada
pria (31,34%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi dibandingkan di perdesaan
sebesar 34,43% dibandingkan dengan perdesaan 33,72% (Riskesdas, 2018). Menurut
Studi Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi hipertensi pada usia 18 tahun sebesar
34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%) dan terendah di Papua (22,2%).
Diperkirakan jumlah kasus hipertensi di Indonesia adalah 63.309.620, sedangkan angka
kematian akibat hipertensi di Indonesia adalah 427.218. Hipertensi terjadi pada
kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), 45-54 tahun (45,3%), dan 55-64 tahun (55,2%).
Dari prevalensi hipertensi 34,1%, 8,8% terdiagnosis hipertensi, 13,3% terdiagnosis
hipertensi tidak minum obat, dan 32,3% tidak minum obat teratur. Hal ini menunjukkan
bahwa kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi tidak tahu bahwa mereka memiliki
tekanan darah tinggi, sehingga mereka tidak mendapatkan pengobatan. Alasan penderita
hipertensi tidak minum obat antara lain karena Penderita hipertensi merasa sehat
(59,8%), Kunjungan dokter tidak teratur (31,3%), Minum obat tradisional (14,5%),
Penggunaan terapi lain (12,5%), Lupa minum obat (11,5%), Tidak mampu membeli obat
(8,1%), Memiliki efek samping obat (4,5%) dan Tidak ada obat tekanan darah tinggi di
fasilitas kesehatan (2%).
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 22 april 2022 yang telah saya lakukan di
Puskesmas Balowarti didapatkan36,3% dengan jumlah penderita laki-laki sebanyak 4789
dan jumlah penderita perempuan sebanyak 4868 dengan capaian laki-laki 700 dan
perempuan 1504 dan total 2204 (22,82), sedangkan capaian pada tahun 2021 jumlah
warga yang dilayani minimal 1 kali setahuan ada 22,82% berdasarkan pelayanan yang
dilayani di puskesmas Balowarti (pustu & jejaring fktp), dengan riwayat penyakit
hipertensi memiliki tingkat kenaikan tekanan darah yang berbeda pada tiap orangnya.
3
Kenaikan tekanan darah dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya akibat stress
yang berkepanjangan. Stress muncul biasanya dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal, faktor internal berasal dari diri sendiri yaitu terlalu memikirkan penyakit yang
dideritanya tanpa sebab yang berarti, sedangkan faktor eksternal beraal dari lingkungan
sekitar terutama kurangnya motivasi atau dukungan dari keluarga.
Hipertensi juga disebut pembunuh tidak terlihat karena sering kali para penderita
tidak menyadari gejala awal yang mereka alami, peningkatan tekanan darah yang
berlangsung lama dan dalam jangka waktu lama (persisten), dapat menimbulkan
komplikasi bila mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi Infark Miokard, Jantung
Koroner, Gagal Jantung Kongestif, bila mengenai otak terjadinya Stroke, ensevalopati
hipertensif dan bila mengenai ginjal terjadi Gagal Ginjal Kronis, sedangkan bila
mengenai mata akan terjadi Retinopati Hipertensif. Kalau tidak diatasi secara dini dan
tidak mendapat pengobatan yang memandai dapat menyebabkan komplikasi yang lain.
Hipertensi mencetuskan timbulnya plak arterosklerosis di arteri serebral dan ateriol yang
dapat menyebabkan Oklusi Arteri, cedera Iskemik dan Stroke sebagai komplikasi jangka
panjang (Kementrian Kesehatan, 2016). Penatalaksanaan pada penderita Hipertensi
adalah penatalaksanaan secara Farmakologis dan Non Farmakologis. Terapi
Farmakologis dapat dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan seperti diuretik,
antagonis kalsium, penghambat enzime konversi Angiotensin Converting Enzyme (ACE),
sedangkan penerapan terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan cara pengaturan
pola makan, penggunaan terapi akupresur, relaksasi, olahraga, dan terapi herbal (daun
sledri, mentimun, kunyit, daun alpukat) (Dinas kesehatan, 2015).
Salah satu terapi non farmakologi dalam menurunkan tekanan darah yaitu dengan
teknik relaksasi. Metode Relaksasi Benson ini dapat mengontrol sistem saraf yang
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah (Suiraoka, 2016). Konsep dasar teknik
relaksasi pada hakekatnya cara relaksasi yang diperlukan untuk menurunkan ketegangan
pada otot yang dapat memperbaiki denyut nadi, tekanan darah, dan pernafasan (Aspiani,
2015).
Teknik relaksasi saat ini terus dikembangkan menjadi beberapa teknik, salah
satunya yaitu Relaksasi Benson. Relaksasi Benson merupakan metode teknik Relaksasi
yang diciptakan oleh Herbert Benson, seorang ahli peneliti medis dari Fakultas
Kedokteran Harvard yang mengkaji beberapa manfaat doa dan meditasi bagi kesehatan.
Relaksasi Benson yaitu salah satu teknik Relaksasi yang sederhana, mudah dalam
4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah ada pengaruh dari pemberian terapi relaksasi benson dan autogenik terhadap
penurunan tingkat hipertensi?
5
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh dari pemberian terapi relaksasi benson dan autogenik terhadap
penurunan tekanan darah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat hipertensisebelum diberikan terapi relaksasi benson dan
autogenik.
b. Mengidentifikasi tingkat hipertensisetelah diberikan terapi relaksasi benson dan
autogenik.
c. Menganalisis pengaruh dari pemberian terapi relaksasi benson dan autogenik
terhadap penurunan tekanan darah.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini sebagai bentuk pengembangan keilmuan terutama keperawatan
medikal bedah. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas
dan memperluas cangkupan keilmuan keperawatan medikal bedah.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi Paneliti
Diharapkan peneliti mampu membuktikan secara ilmiah tentang pengaruh
relaksasi benson dan autogenik terhadap penurunan tingkat hipertensipada
penderita hipertensi.
b. Manfaat Bagi Responden
Memberikan informasi serta pengetahuan tentang penanganan hipertensi
selain farmakologis (obat) , yaitu dengan nonfarmakologis (relaksasi benson &
autogenik).
c. Manfaat Bagi Pelayan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan
dipuskesmas. Juga dapat meningkatkan pengetahuan,menambah wawasan petugas
untuk mengarahkan penderita hipertensi agar melakukan relaksasi benson dan
autogenik secara mandiri dirumah.
6
E. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
JURNAL 1
Judul jurnal Pengaruh terapi relaksasi benson terhadap tekanan darah
sistole pada lansia dengan hipertensi
Nama penulis Febriyanti, viki yusri, nova fridalni
Nama jurnal Menara ilmu
Nomor volume Vol. Xv no.01
Nomor halaman 51-57
Tahun jurnal April 2021
Kritisi jurnal
A. JUDUL Judul yang berjudul “Pengaruh terapi relaksasi benson
terhadap tekanan darah sistole pada lansia dengan hipertensi”
sudah sesuai karena judul menggambarkan apa isi dari
penelitian yang dilakukan, jelas, akurat dan tidak bermakna
ambigu sehingga pembaca cukup jelas mengerti maksud dari
judul penelitian.
B. PENULIS Penulis jelas dalam memberikan informasi mengenai asal
institusi, dari segi pelaksanaan pun penulis cukup jelas
menjelaskan tentang Jenis penelitian ini menggunakan
desain penelitian pre eksperimen dengan rancangan one group
pretest posttest, dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling.
C. ABSTRAK Penulis cukup jelas meringkas dari penelitian tersebut
D. PENDAHULUAN 1. Dalam jurnal ini, latar belakang sudah menejelaskan
1. LATAR maksud dari penelitian yang dilakukan dan dilengkapi data
BELAKANG studi pendahuluan yang semakin menguatkan bahwa
2. TUJUAN penelitian ini harus dilakukan.
3. MANFAAT 2. Dalam jurnal ini sudah tercantum tujuan dari penelitian
yaitu adalah untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi
Benson terhadap tekanan darah sistole pada lansia dengan
hipertensi
3. Dalam penelitian ini peneliti tidak menjelaskan manfaat
dari penelitian ini
E. METODE Jenis penelitian ini yaitu menggunakan desain penelitian pre
7
PUSTAKA jurnal
JURNAL 3
Judul jurnal Pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan Tekanan
darah pada klien hipertensi di wilayah
Kerja puskesmas 23 ilir palembang tahun 2015
Nama penulis Sasono Mardiono
Nama jurnal Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of
Nursing)
Nomor volume Vol. 11, No. 3
Nomor halaman 192-200
Tahun jurnal November 2016
Kritisi jurnal
A. JUDUL Judul yang berjudul “pengaruh relaksasi autogenik terhadap
penurunan tekanan darah pada klien hipertensi di wilayah
kerja puskesmas 23 ilir palembang tahun 2015” sudah sesuai
karena judul menggambarkan apa isi dari penelitian yang
dilakukan, jelas, akurat dan tidak bermakna ambigu sehingga
pembaca cukup jelas mengerti maksud dari judul penelitian.
B. PENULIS Penulis jelas dalam memberikan informasi mengenai asal
institusi, dari segi pelaksanaan pun penulis cukup jelas
menjelaskan tentang Jenis penelitian ini menggunakan
desain penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu
Eksperimen Semu (Quasy Eksperiment) dengan pendekatan
pre dan post test only design
C. ABSTRAK Peneliti cukup jelas meringkas dari penelitian tersebut
D. PENDAHULUAN 1. Dalam jurnal ini, latar belakang sudah menejelaskan
1. LATAR maksud dari penelitian yang dilakukan dan dilengkapi data
BELAKANG studi pendahuluan yang semakin menguatkan bahwa
2. TUJUAN penelitian ini harus dilakukan.
3. MANFAAT 2. Dalam jurnal ini sudah tercantum tujuan dari penelitian
yaitu untuk mengetahui pengaruh relaksasi autogenik
terhadap penurunan tekanan darah pada klien hipertensi
3. Dalam penelitian ini peneliti tidak menjelaskan manfaat
dari penelitian ini
E. METODE Desain penelitian yang digunakan yaitu Eksperimen Semu
PENELITIAN (Quasy Eksperiment) dengan pendekatan pre dan post test
only design
F. HASIL Hasil penelitian dalam jurnal ini sudah terperinci dengan jelas
PENELITIAN sehingga pembaca menjadi lebih mudah memahami
G. PEMBAHASAN Pembahasan sudah mengarah kejawaban hipotesis, peneliti
sudah cukup menjabarkan tentang hasil penelitiannya
H. KESIMPULAN Kesimpulan dalam jurnal ini sudah sesuai, menjelaskan
masng-masing poin sehingga membuat pembaca jelas dan
memahami isi jurnal
I. DAFATAR Peneliti mengambil referensi sangat releven dengan judul
PUSTAKA jurnal
BAB II
KONSEP TEORI
A. Landasan Teori
1. Konsep Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah tinggi dengan sistoliknya diatas
140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg. Sedangkan, pada lansia bisa
dikatakan Hipertensi apabila tekanan darah melebihi 160/90 mmHg. Hipertensi
juga disebut sebagai pembunuh diam-diam (silent killer) karena penderita tidak
mengetahui dirinya mengidap Hipertensi. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah, maka semakin besar resikonya (Oktavia et al.,
2017).
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah menuju tempat
jaringan yang membutuhkan terhambat. Hipertensi juga menunjukkan kondisi
dimana aliran darah dalam arteri bertekanan terlalu tinggi untuk tubuh sehat,
Hipertensi sama untuk semua golongan umur dan pengobatan tidak didasarkan atas
umur, akan tetapi pada tingkat tekanan darah dan ada resiko kardiovaskuler yang
ada pada pasien.
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi, dan diantara nilai tersebut disebut sebagai normal-tinggi.
(batasan tersebut di peruntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun). Batas
tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.
Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah
jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan
darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh
darah (CBN, 2006) dalam (Endang Triyanto, 2014).
b. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1) Hipertensi primer (Esensial)
9
10
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya aktifitas
pembuluh darah perifer oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
c. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut konsensus perhimpunan hipertensi Indonesia
2019 dikelompokkan menjadi klasifikasi optimal, normal, pra hipertensi, Hipertensi
ringan, Hipertensi sedang, dan Hipertensi berat.
Tabel 2.1 Kategori hipertensi berdasarkan konsensus perhimpunan hipertensi
Indonesia
Sistolik Diastolik
No Kategori
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. Pra Hipertensi 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (Ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (Sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (Berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (Sangat berat) >210 >120
d. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol vasokonstriksi dan relaksasi terletak di pusat
vasomotor medula otak. Dari pusat vasomotor ini dimulai jalur simpatis yang
berjalan menuruni medula spinalis dan keluar dari ganglia simpatis
torakoabdominal di kolumna spinalis. Rangsangan ke pusat vasomotor
ditransmisikan sebagai impuls dari sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
saat ini, neuron preganglionik melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut
saraf postganglionik untuk memasuki pembuluh darah, melepaskan norepinefrin
untuk menyebabkan vasokonstriksi. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan
ketakutan, dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Orang dengan tekanan darah tinggi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, tetapi tidak jelas mengapa hal ini terjadi. Sementara sistem saraf
simpatik merangsang pembuluh darah sebagai respons terhadap rangsangan
emosional, kelenjar adrenal juga dirangsang, menghasilkan aktivitas
vasokonstriktor tambahan. sumsum belakang Kelenjar adrenal mengeluarkan
epinefrin, yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lain yang memperkuat respon vasokonstriktor
12
b) Kelemahan, kelelahan.
c) Sesak napas.
d) Gelisah.
e) Mual
f) Muntah.
g) Mimisan.
h) Kesadaran menurun.
Menurut (Kowalak et al., 2015) yang tanda dan gejala yang terjadi sebagai
berikut:
1) Pengukuran tekanan darah menunjukkan peningkatan tiga kali lipat Pengukuran
berurutan setelah inspeksi.
2) Sakit kepala (lebih buruk ketika Anda bangun di pagi hari karena peningkatan
tekanan intrakranial), mual dan muntah juga dapat terjadi terjadi.
3) Ekstravasasi yang dapat terjadi karena kelainan pembuluh darah yang
disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
4) Pusing, kebingungan, dan kelelahan, yang disebabkan oleh penurunan Perfusi
darah karena vasokonstriksi.
5) Kerusakan retina yang mengakibatkan penglihatan kabur.
6) Nokturia karena peningkatan aliran darah ke ginjal dan Meningkatkan filtrasi
glomerulus.
7) Edema karena peningkatan tekanan kapiler.
8) Gejala klinis berupa nyeri setelah mengalami hipertensi selama bertahun-tahun,
Sakit kepala, kadang disertai mual dan muntah karena stres yang meningkat
Darah intrakranial, penglihatan kabur, kerusakan retina akibat tekanan darah
tinggi, nokturia (kencing terus menerus di malam hari) dari peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus, pembengkakan akibat peningkatan tekanan
darah kapiler. Gejala lain yang umum pada orang dengan tekanan darah tinggi
termasuk pusing, muka memerah, sakit kepala, hidung berdarah tiba-tiba, dan
tengkuk. merasa sakit.
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada penderita hipertensi :
Menurut (Anggrain), faktor yang tidak dapat dimodifikasi meliputi genetik,
usia, jenis kelamin dan etnis, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi
stres, obesitas, dan nutrisi. Masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
14
1) Keturunan
Resiko hipertensi mungkinturun temurun, mungkin karena riwayat keluarga
hipertensi, yang mungkin terkait dengan peningkatan konsentrasi natrium
intraseluler dan rasio kalium terhadap natrium yang rendah pada individu.
Orang dengan riwayat keluarga hipertensi dua kali lebih mungkin untuk
mengembangkan hipertensi dibandingkan mereka yang tidak memiliki riwayat
hipertensi. 79% -80% kasus esensial terjadi karena riwayat keluarga hipertensi.
2) Faktor Usia
Prevensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Hingga 50-60%
pasien berusia di atas 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari atau sama
dengan 1 0/90 mmHg. Ini adalah efek dari proses degeneratif yang terjadi
sebagai akibat dari penuaan pada seseorang. Tekanan darah tinggi merupakan
penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor (multifaktorial). Seiring
bertambahnya usia, tekanan darah juga akan meningkat. Setelah usia 5 tahun,
dinding pembuluh darah akan menebal karena penimbunan kolagen lebih
banyak di lapisan otot, sehingga pembuluh darah lambat laun akan menyempit
dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan
pembuluh darah besar menurun dengan bertambahnya usia sampai dekade
ketujuh, sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima
dan keenam dan kemudian menetap atau cenderung ke arah bawah.
Bertambahnya usia akan menyebabkan beberapa perubahan psikofisiologis,
pada lansia terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatis.
Pengaturan tekanan darah, khususnya refleks baroreseptor pada orang tua,
kurang sensitif, dan peran ginjal juga menurun ketika aliran darah ke ginjal dan
laju filtrasi glomerulus menurun.
3) Jenis Kelamin
Pada pria dan wanita, tingkat hipertensi sama, tetapi perempuan dilindungi
terhadap kardiogram sebelum menopause. Pada wanita yang belum dilindungi
oleh hormon esterogen digunakan untuk meningkatkan kadar lipoprotein
densitas tinggi (HDL). Kolesterol HDL dengan level tinggi adalah elemen
pelindung untuk mencegah munculnya proses aterosklerosis. Efek perlindungan
estrogen adalah penjelasan tentang perempuan awalan perempuan. Akhirnya,
wanita itu mulai kehilangan hormon estrogen dengan awalan untuk melindungi
15
pembuluh darah dari sedikit demi sedikit. Ini berlanjut karena hormon estrogen
secara alami berubah jumlah atau jumlahnya tergantung pada usia wanita, dan
biasanya ini terjadi ketika seorang wanita berusia 55 tahun.
4) Etnis
Orang kulit hitam memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada orang
kulit putih, namun sampai saat ini belum diketahui secara pasti mengapa pada
orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas
dengan vasopresin yang lebih besar.
5) Obesitas
Berat badan merupakan faktor risiko tekanan darah tinggi pada sebagian
besar kelompok etnis dari segala usia. The US National Institutes of Health
(1998) melaporkan bahwa prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
indeks massa tubuh (BMI) >30 (obesitas) adalah 38n untuk pria, untuk wanita
32%, dibandingkan dengan prevalensi di 18 dan pria untuk 17 bagi wanita
dengan BMI etlt; 25. Terjadinya perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan terjadinya tekanan darah tinggi
yaitu munculnya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, memicu sistem saraf
simpatis dan sistem renin-angiotensin sehingga menyebabkan terjadi perubahan
fisik pada ginjal. Peningkatan asupan energi juga dapat meningkatkan insulin
plasma, yang merupakan diuretik natrium yang dapat menyebabkan reabsorpsi
natrium dan hipertensi lebih lanjut.
6) Diet Garam
Rekomendasi organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa diet garam yang
dapat mempengaruhi resiko hipertensi, tidak boleh melebihi 100 mmol atau
sekitar 2 gram natrium per hari. Penyerapan natrium berlebih dapat
menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium dalam cairan ekstraseluler,
sehingga untu menormalkannya harus dilakukan aspirasi intraseluler agar
volume cairan ekstraseluler meningkat. Peningkatan volume cairan ekstraseluler
dapat menyebab kan hipervolemia mempengaruhi atau berdampak pada
timbulnya hipertensi, dimana asupan natrium harus dibatasi atau dikurangi.
7) Merokok
Tekanan darah tinggi juga bisa disebabkan oleh rokok. Merokok berat
dikaitkan dengan insiden hipertensi maligna yang lebih tinggi dan peningkatan
16
Tekanan darah tinggi kronis, ketika arteri di otak membesar dan menebal.
sehingga menghambat aliran darah ke jaringan membutuhkan. Arteri di otak
dengan aterosklerosis melemah Ini meningkatkan kemungkinan pembentukan
aneurisma. Gejala yang terkena Stroke adalah sakit kepala yang tiba-tiba,
seperti orang yang bingung, nakal Merasa lemah atau sulit bergerak di salah
satu bagian tubuh seperti orang mabuk (misalnya, wajah, mulut, atau lengan
terasa kaku dan tidak dapat berbicara) jernih) dan tidak terbangun tiba-tiba
(Wijaya, 2013).
2. Gagal Ginjal
Gagal ginjal mungkin merupakan kerusakan progresif karena tekanan
tinggi Kapiler ginjal, glomerulus. Glomeruli rusak dan darah akan mengalir
Untuk unit fungsional ginjal, nefron akan dihancurkan dan dapat terus hipoksia
dan kematian. Jika membran glomerulus rusak, protein keluar Menurunkan
tekanan osmotik koloid plasma melalui urin, mengakibatkan Edema sering
terjadi pada hipertensi kronis (Junaedi, 2013). gagal jantung, atau
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah kembali ke jantung Jantung
dengan cepat menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru, kaki, dan jaringan
Lainnya sering disebut sebagai edema. sesak napas karena penumpukan cairan
di paru-paru Penumpukan cairan di kaki menyebabkan kaki bengkak atau sering
dikatakan Edema serebral dan ensefalopati dapat terjadi, terutama pada pasien
hipertensi.
Menurut Margowati (2016) ada 6 komplikasi hipertensi yaitu:
1) Merusak ginjal, Hipertensi sebagai keliru satu penyebab penyakit ginjal kronis.
Hipertensi menciptakan ginjal wajib bekerja lebih keras, akibatnya sel-sel pada
ginjal akan lebih cepat rusak.
2) Merusak kinerja otak, kinerja otak jua sanggup terganggu dampak pembentukan
lepuh kecil (neurisma) yg mengakibatkan terjadinya stroke & gagal jantung
lantaran terjadi penyempitan & pengerasan pembuluh-pembuluh darah di
jantung.
3) Merusak kinerja jantung, tekanan darah tinggi & nir dihasilkan pengobatan &
pengontrolan secara rutin bisa membawa penderita menyebabkan kematian.
4) Menyebabkan kerusakan mata, gangguan tekanan darah akan menyebabkan
perubahan pada retina dalam belakang mata. Pemeriksaan mata dalam pasien
18
i. Penatalaksanaan Hipertensi
Lewis (2000) membagi pengobatan hipertensi menjadi terapi non-obat dan
terapi obat. Kondisi patologis hipertensi memerlukan pengobatan atau terapi.
Pengobatan hipertensi dapat dibagi menjadi pengobatan non-obat dan pengobatan
obat. Perawatan nonfarmakologis adalah perawatan yang tidak menggunakan agen
farmasi dalam perjalanan perawatannya, sedangkan perawatan farmakologis
menggunakan obat-obatan atau senyawa yang dalam kerjanya mempengaruhi
tekanan darah pasien. Kelompok farmakoterapi yang digunakan untuk mengontrol
tekanan darah pada pasien hipertensi adalah angiotensin-converting enzyme (ACE)
inhibitors, angiotensin receptor blocker (ARBs), beta-blocker, calcium channel
blocker, direct renal Inhibitors, diuretik, vasodilator (Simadibrata, et.al 2006) .
Pengobatan nonfarmakologis perubahan gaya hidup, termasuk manajemen
stres dan kecemasan, adalah langkah pertama yang harus dilakukan dalam
algoritma manajemen hipertensi (Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000). Pengobatan
nonfarmakologis dengan mengurangi obesitas, menciptakan keadaan relaksasi, dan
mengurangi asupan garam. Pada orang normal, kecemasan dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah sementara. Pada pasien hipertensi, kecemasan memicu
peningkatan denyut jantung (HR), tekanan darah, dan tonus otot, yang memerlukan
intervensi medis atau keperawatan.
Manajemen stres melalui teknik relaksasi dan biofeedback dapat menurunkan
tekanan darah dalam jangka pendek dan panjang. Akupunktur menggunakan
metode kiiko matsumoto telah dilaporkan secara signifikan menurunkan tekanan
darah (Weih, 2007). Terapi menggunakan meditasi transendental dan hipnosis
medis secara signifikan menurunkan tekanan darah dan dapat digunakan sebagai
terapi non-obat untuk membantu mengontrol tekanan darah (Stewart, 2005;
Glickman, 2007).
Semua pasien dengan hipertensi esensial harus diberikan pengobatan
nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah dan mengontrol faktor risiko
dan penyakit penyerta lainnya. Ketidakpatuhan pasien terhadap perubahan gaya
hidup yaitu konsumsi alkohol, pengendalian berat badan, termasuk manajemen
stres dan kecemasan merupakan salah satu penyebab hipertensi resisten. Berbagai
metode untuk menciptakan keadaan relaksasi melalui terapi relaksasi seperti
meditasi, yoga, atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan
20
tekanan darah. Hasil penelitian Ridjab (2005) menunjukkan bahwa olahraga seperti
senam aerobik 30-45 menit 3-4 kali per minggu efektif menurunkan tekanan darah.
Olahraga dapat meningkatkan tekanan darah, mengurangi obesitas, dan
menurunkan kadar garam dalam tubuh (keringat menghilangkan garam melalui
kulit). Gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol meningkatkan
risiko tekanan darah tinggi.
1) Penatalaksanaan hipertensi dengan farmakologi
Menurut Sukarmin (2013), jenis obat yang dianjurkan untuk pasien hipertensi
antara lain:
a) Semacam. Diuretik (hidroklorotiazid) mengeluarkan cairan dari tubuh,
mengurangi volume cairan tubuh, sehingga Hal ini menyebabkan jantung
memompa lebih sedikit darah.
b) Beta-blocker (metoprolol, propranolol, atenolol) mengurangi kemampuan
jantung untuk memompa darah dan tidak dianjurkan untuk pasien dengan
kondisi pernapasan yang diketahui seperti asma bronkial.
c) Penghambat saraf simpatis (metildopa, klonidin, reserpin) menghambat
aktivitas saraf simpatis.
d) Penghambat saluran kalsium atau antagonis kalsium (diltiazem, verapamil)
menghambat kontraksi jantung.
e) Vasodilator (Prasosin, Hydracin) Bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan mengendurkan otot polos pembuluh darah Darah.
f) Penghambat reseptor angiotensin II (valsartan) memblokir pengikatan
angiotensin II ke reseptor, sehingga mengurangi pemompaan darah oleh
jantung
2) Penatalaksanaan hipertensi dengan non-farmakologi
a) Terapi Relaksasi
Relaksasi adalah terapi yang berhubungan dengan aktivitas mental dan
menghilangkan tubuh dari rangsangan eksternal dalam persiapan untuk
hubungan yang lebih dalam dengan pencipta, yang dapat dicapai melalui
hipnosis, meditasi, yoga, dan bentuk metode lainnya. Latihan yang
berhubungan dengan eksplorasi spiritual. , 2005).
Relaksasi adalah salah satu teknik pengelolaan diri yg berdasarkan
dalam cara kerja sistem syaraf simpatetis & parasimpatetis ini. Teknik
21
stress fisik dan emosional, yaitu mengurangi intensitas nyeri dan mengurangi
kecemasan, serta menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik (Soeharto,
2009).
Proses pernafasan pada relaksasi Benson merupakan proses masuknya O2
melalui saluran nafas kemudian masuk ke paru dan diproses ke dalam tubuh,
kemudian selanjutnya diproses dalam paru-paru tepatnya di bronkus dan diedarkan
ke seluruh tubuh melalui pembuluh vena dan nadi untuk memenuhi kebutuhan akan
O2. Apabila O2 dalam untuk tercukupi maka manusia berada dalam kondisi
seimbang. Kondisi ini akan menimbulkan keadaan rileks secara umum pada
manusia. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamus untuk menghasilkan
Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar di
bawah otak untuk meningkatkan produksi Proopioidmelanocortin (POMC)
sehingga produksi enkephalin oleh medulla adrenal meningkat. Kelenjar di bawah
otak juga menghasilkan β endorphin sebagai neurotransmitter yang mempengaruhi
suasana hati menjadi rileks. Meningkatnya encephalin dan β endorphin dan lansia
akan merasa lebih rileks dan nyaman (Taylor, 2001 dalam Aryana & Novitasari,
2013
c. Langkah-langkah relaksasi benson
Duduklah dalam keadaan tenang dan pada posisi yang enak.
1) Tutuplah mata
2) Regangkan semua otot-otot mulai dari kaki terus menuju ke raut muka,
usahakan semuanya rileks.
3) Bernafaslah melalui hidung, sadar dan waspadalah terhadap jalan pernafasan
anda, sewaktu menghembuskan nafas keluar, katakan pada diri anda “satu”
(jadi menggunakan kata “satu”, misalnya nafas masuk....keluar, “satu”, masuk
.... keluar, “satu” dan seterusnya. Bernafaslah dengan tenang dan sewajarnya.
4) Lanjutkan terus menerus selama 10 sampai 20 menit, anda boleh membuka
mata untuk mengecek waktu atau jam, tetapi jangan menggunakan alarm. Bila
anda telah selesai, duduklah dahulu dengan tenang beberapa menit, mula-mula
dengan mata masih tertutup dan kemudian barulah membuka mata, jangan
segera berdiri tetapi tunggulah beberapa saat.
5) Janganlah kuatir apakah anda berhasil atau tidak mencapai relaksasi yang
mendalam. Jagalah sikap pasif dan biarkan terjadinya rileks dengan sendirinya.
26
Jika pikiran melayang, jangan bersikap menyalahkan tetapi katakan pada diri
anda “oh, ya ...” dan kembali sadar akan pernafasan dengan mengulang kata
“satu”. Dalam latihan jangan bersikap ngotot. Berlatihlah sekali atau dua kali
sehari, tetapi jangan melakukan dalam waktu dua jam setelah makan, karena
proses pencernaan mengganggu timbulnya relaksasi.
Menurut Darmawan (2014) dalam Oktarina (2017) tentang pengaruh relaksasi
benson terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik turun sebesar 9,89 mmHg dan
rata-rata tekanan darah diastolik turun sebesar 5,34 mmHg dengan diberikannya
relaksasi benson selama 20 menit.
Menurut Aryana dan Novitasari (2013) tentang pengaruh relakasi benson
terhadap penurunan stress merekomendasikan adanya latihan benson relaksasi
selama rata-rata 5 kali dalam seminggu. Latihan ini selain menurunkan stress juga
dapat meningkatkan kemampuan fisik dan kemampuan psikis.
d. Keuntungan relaksasi benson
Menurut Kusnandar (2009), manfaat relaksasi benson adalah sebagai berikut:
1) Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah.
2) Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah.
3) Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan darah.
4) Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit.
5) Tidur lelap kesehatan mental menjadi lebih baik.
6) Daya ingat lebih baik.
7) Meningkatkan daya berpikir logis.
8) Meningkatkan kreativitas.
9) Meningkatkan keyakinan.
10) Meningkatkan daya kemauan.
11) Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain.
27
Faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan Menurunkan
darah pada pasien kadar
Pasien
hipertensi:
Hipertensi kortisol
1. Faktorgenetik
2. Usia
3. Jenis kelamin Penurunan
4. Etnis Pasien
tekanandarah
5. Obesitas Hipertensi
6. Pola asupan
garam diet
7. Merokok Ketegangan
8. Tipe Relaksasi
otot menurun
kepribadian Autogenik
9. Kualitas tidur
Terapi
Benson
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti.
: Berpengaruh.
: Berhubungan
Gambar 2.1 Kerangka konsep pengaruh relaksasi benson dan autogenik terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Puskesmas Balowarti.
C. Hipotesis penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari sesuatu penelitian yang kebenarannya
dibuktikan dalam penelitian maka hipotesis dapat benar atau juga salah dapat di terima
atau di tolak (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh terapi
relaksasi benson dan autogenik terhadap penurunan tingkat hipertensi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pra-Eksperimental
dengan jenis one group pre-test and post-test design yang terdiri dari 1 kelompok yang
masing-masing kelompok diberikan intervensi yang berbeda. Rancangan penelitian ini
tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi Peneliti sebelumnya memberikan pre-test
kepada kelompok yang akan diberikan perlakukan. Kemudian peneliti melakukan
perlakuan atau treatment. Setelah selesai perlakuan, peneliti memberikan post-test.
Besarnya pengaruh perlakuan dapat diketahui secara lebih akurat dengan cara
membandingkan antara hasil pre-test dengan post-test.
Dalam penelitian ini kelompok pertama diberikan intervensi terapi relaksasi benson
dan kelompok kedua diberikan terapi relaksasi autogenik.
K Q1 X Q2
Keterangan : K = Subyek Q1 = Pengukuran tekanan darah sebelum
X = perlakuan Q2 = pengukuran tekanan darah sesudah
28
29
B. KERANGKA KERJA
Kerangka kerja pada penelitian ini sebagai berikut:
Populasi
seluruh Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti sebanyak 50
pasien
acidental sampling
Sample
Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Balowerti Pustu Dandangan sebanyak
18 pasien
Data Management
Editing, Coding, Scoring,Tabulasi data
Data Analysis
Wilxocon
Hasil
Kesimpulan
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini yaitu Seluruh Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Balowerti sebanyak 50 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014). Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah pasien yang menderita hipertensi di di Wilayah Kerja Puskesmas
Balowerti. Dalam penelitian yang akan dilakukan jumlah sampel adalah 18 responden
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunkan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan (Sujawerni, 2014).
Cara pengambilan sampling dalam penelitian ini non probability sampling berupa
accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja keluarga pasien yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan (Sugiyono, 2016). Kriteria
sample sebagai berikut:
Sampel yang ditentukan oleh peneliti pada penelitian ini ditentukan berdasarkan
kriteria inklusi, kriteria eksklusi serta kriteria drop out adalah sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien penderita hipertensi mulai ringan – sedang diwilayah kerja Puskesmas
Balowarti Pustu Dandangan
2) Pasien hipertensi tanpa disertai penyaki lain
3) Bersedia menjadi responden penelitian
b. Kriteria Eksklusi
1) Tiak bersedia menjadi responden
2) Pasien hipertensi yang disertai penyakit lain (Stroke dan penurunan kesadara)
c. Drop Out
1) Responden tidak mengikuti terapi sesuai SOP berjumlah 2 orang
31
D. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016 :68).
Variabel ada dua yaitu:
1. Variabel independen (Variabel bebas) X
Adakah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab terjadinya
perubahan/timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah relaksasi benson dan relaksasi autogenik.
2. Variabel dependen (Variabel terikat) Y
Adalah variabel yang dipengaruhu atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah tekanan darah pada pasien hipertensi.
E. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Pada
definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi
(Nursalam, 2013).
32
Skala
Jenis Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skor
Data
Variabel Tekana darah adalah 1. Kaji faktor yang Tensimeter Ordinal Kategori tekanan darah:
Dependen : tekanan yang dihasilkan mempengaruhi tkanan darah. (Sfigmoman 1. Normal (120-139/80-
Tingkat oleh pompa jantung untul 2. Kaji tempat palin baik untuk o meter). 84)
hipertensipada menggerakkan darah pengukuran tekanan darah. 2. Pra Hipertensi (130-
pasien hipertensi keseluruh tubuh 3. Siapkan peralatan 139/85-89)
spignomanometer dan 3. Hipertensi Ringan
stetoskop (140-159/90-99)
4. Bantu pasien untuk mengambil 4. Hipertensi Sedang
posisi duduk atau berbaring. (160-179/100-109)
5. Palpasi arteri brankialis. 5. Hipertensi Berat
Letakkan manset 2,5 cm diatas (180-209/100-119)
nadi brankialis. (Konsensus
6. Gembungkan manset dengan Perhimpunan Hipertensi
cepat sampai tekanan 30 Indonesia, 2019)
mmHg.
7. Kempiskan manset dan tunggu
30 detik.
8. Letakkan earpieces stetoskop
pada telinga dan pastikan bunyi
jelas, tidak muffled.
9. Catat titik pada manometer saat
bunyi jelas yang pertama
terdengar
34
5. Menjelaskan kontrak waktu penelitian pada responden yaitu sesuai waktu yang
telah ditentukan.
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Hari Ke-
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7
Pengukuran Tingkat hipertensiPre
Pemberian Relaksasi Benson dan
Autogenik
Pengukuran Tingkat
hipertensiPost
Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu hal yang penting,
karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan
informasi apa-apa, dan belum siap disajikan.untuk memperoleh data hasil yang berarti
dan kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo, 2018).
Langkah-langkah pengolahan data meliputi :
a. Editing
Editing yaitu memeriksa kembali lembar kuesioner yang sudah diisi sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi. Tujuannya untuk mengurangi kesalahan atau
kekurangan yang ada, misalnya nama (inisial), umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan
agama, pendidikan sudah diisi dengan lengkap atau belu. jika ada data yang belum
terisi peneliti akan melakukan crosscheck kepada responden.
b. Coding
Coding atau pengkodean yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat menjadi
bentuk angka.
c. Tabulating
Tabulating adalah peyajian data dalam bentuk tabel sehingga memudahkan
para pembaca memahami laporan penelitian tersebut. Tahap akhir dari proses
pengolahan data (Nasehudin dkk, 2012). Dalam penelitian ini tabulasi terdiri dari
hasil data dan observasi tingkat hipertensipada penderita hipertensi.
d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicetak kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
kode, ketidak lengkapan dan sebagian dilakukan pembetulan.
e. Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (Angka atau hruf) dimasukkan ke dalam
program atau “software” computer.
G. ETIKA PENELITIAN
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
Informed Concent adalah bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
dengan memberikan lembar persetujuan, Informed Concent ini diberikan sebelum
melakukan penelitian. Peneliti harus menerangkan maksud, tujuan dan dampak dari
37
H. KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini responden yang diteliti masih terbatas belum mencakup semua
pasien hipertensi yang ada di Wilayah Kerja Pukesmas Balowerti karena hanya terbatas di
Pustu Dandangan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
B. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa paling banyak berusia lebih dari 60
tahun yaitu sebanyak 12 responden (67%).
C. Karakteristik Variabel
1. Karakteristik Variabel Berdasarkan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah Terapi
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah Pemberian
Terapi Relaksasi Benson dan Autogenik pada Penderita Hipertensi di
Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada
bulan 29 September – 4 Oktober 2022
D. Tabulasi Silang
1. Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah
Terapi
Tabel 4.2 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Tingkat hipertensiSebelum
dan Setelah Terapi pada Penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas
Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada bulan 29 September – 4
Oktober 2022
2. Tabulasi Silang antara Usia dengan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah Terapi
Tabel 4.3Tabulasi Silang antara Usia dengan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah
Terapi pada Penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Balowarti
Pustu Dandangan Kota Kediri pada bulan 29 September – 4 Oktober 2022
3. Tabulasi Silang antara Berat Badan dengan Tingkat Hipertensi Sebelum dan Setelah
Terapi
Tabel 4.4 Tabulasi Silang antara Berat Badan dengan Tingkat Hipertensi Sebelum
dan Setelah Terapi pada Penderita Hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas
Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada bulan 29 September – 4
Oktober 2022
4. Tabulasi Silang antara Frekuensi Aktifitas Fisik dengan Tingkat Hipertensi Sebelum
dan Setelah Terapi
Tabel 4.5 Tabulasi Silang antara Frekuensi Aktifitas Fisik dengan Tingkat
Hipertensi Sebelum dan Setelah Terapi pada Penderita Hipertensi di
Wilayah kerja Puskesmas Balowarti Pustu Dandangan Kota Kediri pada
bulan 29 September – 4 Oktober 2022
Test Statisticsb
Tingkat hipertensiSetelah Terapi -
Tingkat hipertensiSebelum Terapi
Z -3,742a
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Sumber : Output SPSS
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja Pukesmas Balowerti maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja pukesmas Balowerti
Kota Kediri kepada 18 pasien hipertensi sebelum dilakukan terapi benson dan
autogenik diketahui bahwa mayoritas responden memiliki hipertensi ringan sebanyak
10 orang (55,6%).
2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja pukesmas Balowerti
Kota Kedir kepada 18 pasien hipertensi setelah pemberian terapi relaksasi benson dan
autogenik diketahui bahwa mayoritas responden memiliki hipertensi ringan sebanyak
10 orang (55,6%).
3. Berdasarkan hasil uji statistik wilcoxon diperoleh nilai signifikansi tingkat
hipertensiadalah 0,000 sehingga hipotesis diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh terapi autogenik dan benson terhadap penurunan tingkat
hipertensipenderita hipertensi.
B. SARAN
1. Bagi responden
Hasil penelitian ini diharapakan dapat diterapkan dalam upaya menurunkan tingkat
hipertensidan membuat rileks pada pasien hipertensi.
2. Mahasiswa Keperawatan
Dalam penelitian ini penulis melakukan terapi relaksasi benson dan autogenik untuk
merunkan tingkat hipertensipada pasien hipertensi, disarankan kepada peneliti
selanjutnya agar melakukan aplikasi yang lebih bermanfaat dan dapat mengatasi
tingkat hipertensipada pasien hipertensi.
3. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada institusi pendidikan bahwasanya
terapi relakasi benson dan autogenik merupakan salah satu upaya yang digunakan
untuk menurunakan tingkat hipertensipada pasien hipertensi. Informasi yang didapat
sebagai masukan bagi institusi pendidikan untuk memberikan informasi tambahan
terkait pengaplikasian terapi relaksasi dalam menurunkan tingkat hipertensipasien
hipertensi.
4. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih mengembangkan penelitian ini dengan
menggunakan alternatif terapi yang berbeda. Selain itu juga dapat dengan
menggunakan metode penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y. D. (2016). Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
hemodialisis di RSUD Blambangan Banyuwangi. Digital Repository Universitas
jember .
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta..
(2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta:
Rineka Cipta.
Brunner, L. dan Suddarth, Y. 2013. Keperawatan Medical Bedah Edisi 12. Jakarta :EGC
Bustan MN. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta
Casey, A. dan Benson, H. 2012. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer (BIP) Kelompok Gramedia.Kemenkes, R. I. (2013). Riset kesehatan dasar;
RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI, 2013, 110-119.
Darmawan. 2014. Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi di Pukesmas Denpasar Timur II Tahun 2014. Jurnal.
Dewi Erika Untari. 2017. Teknik Relaksasi Autogenik dan Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi. Seminar Nasional dan Workshop
Publikasi Ilmiah. 68-79
Febriyanti, F., Yusri, V., & Fridalni, N. (2021). Pengaruh Terapi Relaksasi Benson Terhadap
Tekanan Darah Sistole Pada Lansia Dengan Hipertensi. Menara Ilmu, 15(1).
Fikri M, Kanzul. 2018. Pengaruh Relaksasi Benson Terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Lansia Penderita Hipertensi di Desa Sukosari Wilayah Kerja Puskesmas
Dagangan Kabupaten Madiun. Skripsi. Program Studi Keperawatan Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun.
Marleni, L., & Haryani, J. (2019). Pengaruh Relaksasi Autogenik Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. 10.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : ECG
53
Price, S. A., & Wilson, L.M., (2012).Patofisiologi: konsep klinis prosesprosespenyakit, 6 ed.
vol. 1. Alih bahasa : Pendit BU, et al. Editor : Hartanto, H., et al. Jakarta: EGC
Rahayu Siti. 2017. Pengaruh Terapi Air Rebusan Daun Salam Terhadap Perybahan Tekanan
Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Katipugal Kecamatan Kebonagung Kabupaten
Pacitan. Skripsi. Progam Studi Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Sari, P. M., Hasanah, U., & Ludiana, L. (2021). PENERAPAN RELAKSASI BENSON
DAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PASIEN HIPERTENSI. Jurnal Cendikia Muda, 1(4), 540-548.
Simandalahi, T., Sartiwi, W., & Toruan, E. N. A. L. (2019). Pengaruh Teknik Relaksasi
Benson Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Endurance: Kajian
Ilmiah Problema Kesehatan, 4(3), 641-650.
Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta : Graha Ilmu
54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
55
Lampiran 1 Surat-Surat Penelitian
Surat Ijin Pengambilan Data Awal
56
Surat Ijin Balasan Pengambilan Data Awal
57
Surat Ijin Penelitian
58
Surat Balasan Ijin Penelitian
59
Sertifikat Etik
60
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Kediri, 2022
Peneliti
(Kusnul Hidayah)
61
Lampiran 3 Informed Consent
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
( Informed Consent )
Dengan ini saya menyatakan (bersedia/tidak bersedia *) untuk ikut berperan serta
dalam penelitian sebagai responden dengan mengisi lembar persetujuan responden yang
disediakan peneliti
Sebelum mengisi lembar persetujuan responden saya diberi keterangan atau penjelasan
mengenai tujuan penelitian, dan saya telah mengerti bahwa penulis akan merahasiakan
identitas, maupun informasi yang diberikan. Apabila ada pernyataan yang menimbulkan
respon emosional yang tidak nyaman, maka peneliti akan menghentikan pengumpulan data
dan memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian tanpa resiko
apapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sukarela dan tanpa unsur paksaan dari
siapapun.
Kediri, 2022
Responden
(....................................)
62
Lampiran 4 Instrumen Penelitian
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Berat badan :
Tinggi badan :
Lama menderita HT :
Frekuensi melakukan aktivitas fisik dalam satuminggu (bersepeda, berjalankaki, berenang,
senam)
1. Tidak pernah
2. Kali
3. Kali
4. Kali
5. Setiap hari
1.
63
Lampiran 5 SOP Teori Kelompok Terapeutik
PELAKSANAAN
Cara relaksasi yang telah dijelaskan oleh Dokter Benson dalam
bukunya : “The Relaxation Respons” tahun 1974 adalah
sebagai berikut :
1. Duduklah dalam keadaan tenang dan pada posisi yang
enak.
2. Tutuplah mata
3. Regangkan semua otot-otot mulai dari kaki terus menuju
ke raut muka, usahakan semuanya rileks.
4. Bernafaslah melalui hidung, sadar dan waspadalah
terhadap jalan pernafasan anda, sewaktu menghembuskan
nafas keluar, katakan pada diri anda “satu” (jadi
menggunakan kata “satu”, misalnya nafas masuk ....
keluar, “satu”, masuk .... keluar, “satu” dan seterusnya.
Bernafaslah dengan tenang dan sewajarnya.
5. Lanjutkan terus menerus selama 10 sampai 20 menit, anda
boleh membuka mata untuk mengecek waktu atau jam,
tetapi jangan menggunakan alarm. Bila anda telah selesai,
64
duduklah dahulu dengan tenang beberapa menit, mula-
mula dengan mata masih tertutup dan kemudian barulah
membuka mata, jangan segera berdiri tetapi tunggulah
beberapa saat.
6. Janganlah kuatir apakah anda berhasil atau tidak mencapai
relaksasi yang mendalam. Jagalah sikap pasif dan biarkan
terjadinya rileks dengan sendirinya. Jika pikiran melayang,
jangan bersikap menyalahkan tetapi katakan pada diri anda
“oh, ya ...” dan kembali sadar akan pernafasan dengan
mengulang kata “satu”. Dalam latihan jangan bersikap
ngotot. Berlatihlah sekali atau dua kali sehari, tetapi jangan
melakukan dalam waktu dua jam setelah makan, karena
proses pencernaan mengganggu timbulnya relaksasi.
INDIKATOR 1) Respon verbal
PENCAPAIAN 1. Klien mengatakan rileks.
2. Klien mengatakan kecemasan berkurang.
3. Klien mengatakan sudah merasa nyaman.
2) Respon non verbal
1. Klien tampak tenang.
2. Ekspresi wajah klien tidak tampak tegang.
3. Klien dapat melanjutkan pekerjaannya kembali.
4. Tanda-tanda vital : tekanan darah dan nadi dalam batas
normal.
65
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP)TERAPI
RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PENURUNAN
HIPERTENSI
PELAKSANAAN
Langkah-langkah latihan relaksasi autogenik :
1. Persiapan sebelum memulai latihan
Tubuh berbaring, kepala disanggah dengan bantal, dan
mata terpejam.
Atur napas hingga napas menjadi lebih teratur.
Tarik napas sekuat-kuatnya lalu buang secara
perlahan-lahan sambil katakan dalam hati ‘saya damai
dan tenang’.
2. Langkah 1 : merasakan berat
Fokuskan perhatian pada lengan dan bayangkan kedua
lengan terasa berat. Selanjutnya, secara perlahan-lahan
bayangkan kedua lengan terasa kendur, ringan hingga
terasa sangat ringan sekali sambil katakan ‘saya
merasa damai dan tenang sepenuhnya’.
Lakukan hal yang sama pada bahu, punggung, leher,
dan kaki.
3. Langkah 2 : merasakan kehangatan
Bayangkan darah mengalir ke seluruh tubuh dan
rasakan hawa hangatnya aliran darah, seperti
merasakan minuman yang hangat, sambil mengatakan
66
dalam diri ‘saya merasa senang dan hangat’.
Ulangi enam kali.
Katakan dalam hati ‘saya merasa damai, tenang’.
4. Langkah 3 : merasakan denyut jantung
Tempelkan tangan kanan pada dada kiri dan tangan
kiri pada perut.
Bayangkan dan rasakan jantung berdenyut dengan
teratur dan tenang. Sambil katakan ‘jantungnya
berdenyut dengan teratur dan tenang’.
Ulangi enam kali.
Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
5. Langkah 4 : latihan pernapasan
I. Posisi kedua tangan tidak berubah.
J. Katakan dalam diri ‘napasku longgar dan tenang’.
K. Ulangi enam kali.
L. Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
6. Langkah 5 : latihan abdomen
Posisi kedua tangan tidak berubah.
Rasakan pembuluh darah dalam perut mengalir
dengan teratur dan terasa hangat.
Katakan dalam diri “darah yang mengalir dalam
perutku terasa hangat”.
Ulangi enam kali.
Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
7. Langkah 6 : latihan kepala
Kedua tangan kembali pada posisi awal.
Katakan dalam hati “Kepala saya terasa benar-benar
dingin”.
Ulangi enam kali.
Katakan dalam hati ‘saya merasa damai dan tenang’.
8. Langkah 7 : akhir latihan
Mengakhiri latihan relaksasi autogenik dengan melekatkan
(mengepalkan) lengan bersamaan dengan napas dalam, lalu
buang napas pelan-pelan sambil membuka mata
INDIKATOR A. Respon verbal
PENCAPAIAN 1. Klien mengatakan rileks.
2. Klien mengatakan kecemasan berkurang.
3. Klien mengatakan sudah merasa nyaman.
B. Respon non verbal
1. Klien tampak tenang.
2. Ekspresi wajah klien tidak tampak tegang.
3. Klien dapat melanjutkan pekerjaannya kembali.
4. Tanda-tanda vital : tekanan darah dan nadi dalam
batas normal.
67
Lampiran 6 Rekap Data Hasil Penelitian
Lama Frekuensi Tekanan Tekanan
Inisial Jenis
No Usia BB TB IMT Menderita Aktifitas Darah Kriteria Darah Kriteria
Nama Kelamin
Hipertensi Fisik/1 minggu Pre Post
1 Ny. S Perempuan 63 79 155 Obesitas 10 Tidak Pernah 160/100 Sedang 150/100 Ringan
2 Tn. M Laki-Laki 66 63 165 Normal 2 Setiap Hari 150/100 Ringan 140/90 Ringan
3 Ny. K Perempuan 63 54 152 Normal 5 3 kali 160/100 Sedang 150/100 Ringan
4 Ny. T Perempuan 63 80 150 Obesitas < 1 tahun Setiap Hari 170/100 Sedang 160/100 Sedang
5 Ny. S Perempuan 65 65 153 Berlebih 10 Setiap Hari 170/100 Sedang 150/90 Ringan
6 Tn. L Laki-Laki 57 59 165 Normal 2 Setiap Hari 140/90 Ringan 130/85 Pra Hipertensi
7 Ny. J Perempuan 54 67 150 Berlebih 1 Setiap Hari 150/90 Ringan 130/85 Pra Hipertensi
8 Ny. R Perempuan 62 70 153 Berlebih 5 1 kali 160/100 Sedang 150/90 Ringan
9 Ny. L Perempuan 73 41 152 Kurang 2 Setiap Hari 150/100 Ringan 135/85 Pra Hipertensi
10 Tn. N Laki-Laki 69 61 170 Normal 5 Setiap Hari 145/90 Ringan 135/85 Pra Hipertensi
11 Ny. A Perempuan 53 55 160 Normal 10 Setiap Hari 160/100 Sedang 155/95 Ringan
12 Ny. M Perempuan 60 38 150 Kurang < 1 tahun Setiap Hari 140/90 Ringan 130/80 Pra Hipertensi
13 Ny. A Perempuan 55 48 148 Normal 20 Setiap Hari 160/100 Sedang 150/90 Ringan
14 Tn. S Laki-Laki 72 50 160 Normal 2 Setiap Hari 140/90 Ringan 130/85 Pra Hipertensi
15 Tn. S Laki-Laki 63 58 160 Normal 6 Setiap Hari 150/90 Ringan 140/90 Ringan
16 Ny. R Perempuan 77 58 153 Normal < 1 tahun Setiap Hari 140/90 Ringan 135/90 Pra Hipertensi
17 Tn. S Laki-Laki 78 55 172 Normal 5 Tidak Pernah 160/100 Sedang 140/95 Ringan
18 Ny. W Perempuan 55 62 164 Normal 3 3 kali 150/90 Ringan 140/90 Ringan
68
Lampiran 7 Hasil Output SPSS
Frequencies
Statistics
Frekuensi
Tekanan Tekanan Melakukan
Darah Darah Aktifitas Fisik
Sebelum Setelah Jenis Berat dalam 1
Terapi Terapi Kelamin Usia Badan Minggu
N Valid 18 18 18 18 18 18
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 3,4444 2,6667 1,67 1,67 2,33 3,44
Std. Deviation ,51131 ,59409 ,485 ,485 ,767 1,042
Minimum 3,00 2,00 1 1 1 1
Maximum 4,00 4,00 2 2 4 4
Frequency Table
Tekanan Darah Sebelum Terapi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Hipertensi Ringan 10 55,6 55,6 55,6
Hipertensi Sedang 8 44,4 44,4 100,0
Total 18 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 6 33,3 33,3 33,3
Perempuan 12 66,7 66,7 100,0
Total 18 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid < 60 Tahun 6 33,3 33,3 33,3
> 60 Tahun 12 66,7 66,7 100,0
Total 18 100,0 100,0
69
Berat Badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berat Badan Kurang 1 5,6 5,6 5,6
Berat Badan Normal 12 66,7 66,7 72,2
Berat Badan Berlebih 3 16,7 16,7 88,9
Obesitas 2 11,1 11,1 100,0
Total 18 100,0 100,0
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Tekanan Darah Sebelum 18 3,4444 ,51131 3,00 4,00
Terapi
Tekanan Darah Setelah 18 2,6667 ,59409 2,00 4,00
Terapi
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Tekanan Darah Setelah Negative Ranks 14 a
7,50 105,00
Terapi - Tekanan Darah Positive Ranks 0b ,00 ,00
Sebelum Terapi Ties 4c
Total 18
a. Tekanan Darah Setelah Terapi < Tekanan Darah Sebelum Terapi
b. Tekanan Darah Setelah Terapi > Tekanan Darah Sebelum Terapi
c. Tekanan Darah Setelah Terapi = Tekanan Darah Sebelum Terapi
70
Test Statisticsb
Tekanan Darah Setelah Terapi - Tekanan Darah
Sebelum Terapi
Z -3,742a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Crosstabs
71
Jenis Kelamin * Tekanan Darah Setelah Terapi Crosstabulation
Tekanan Darah Setelah Terapi
Pre Hipertensi Hipertensi
Hipertensi Ringan Sedang Total
Jenis Laki-Laki Count 3 3 0 6
Kelamin % within Tekanan 42,9% 30,0% ,0% 33,3%
Darah Setelah Terapi
Perempuan Count 4 7 1 12
% within Tekanan 57,1% 70,0% 100,0% 66,7%
Darah Setelah Terapi
Total Count 7 10 1 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Setelah Terapi
72
Berat Badan * Tekanan Darah Sebelum Terapi Crosstabulation
Tekanan Darah Sebelum Terapi
Hipertensi Hipertensi
Ringan Sedang Total
Berat Berat Badan Count 1 0 1
Badan Kurang % within Tekanan 10,0% ,0% 5,6%
Darah Sebelum Terapi
Berat Badan Count 8 4 12
Normal % within Tekanan 80,0% 50,0% 66,7%
Darah Sebelum Terapi
Berat Badan Count 1 2 3
Berlebih % within Tekanan 10,0% 25,0% 16,7%
Darah Sebelum Terapi
Obesitas Count 0 2 2
% within Tekanan ,0% 25,0% 11,1%
Darah Sebelum Terapi
Total Count 10 8 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Sebelum Terapi
73
Frekuensi Aktifitas Fisik * Tekanan Darah Sebelum Terapi Crosstabulation
Tekanan Darah Sebelum
Terapi
Ringan Sedang Total
Frekuensi Tidak Count 0 2 2
Melakukan Pernah % within Tekanan ,0% 25,0% 11,1%
Aktifitas Fisik Darah Sebelum Terapi
dalam 1 1 Kali Count 0 1 1
Minggu % within Tekanan ,0% 12,5% 5,6%
Darah Sebelum Terapi
2 Kali Count 1 1 2
% within Tekanan 10,0% 12,5% 11,1%
Darah Sebelum Terapi
3 Kali Count 9 4 13
% within Tekanan 90,0% 50,0% 72,2%
Darah Sebelum Terapi
Total Count 10 8 18
% within Tekanan 100,0% 100,0% 100,0%
Darah Sebelum Terapi
74
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tekanan Darah Sebelum Terapi * 18 100,0% 0 ,0% 18 100,0%
Tekanan Darah Setelah Terapi
75
Lampiran 8 Lembar Bukti Konsultasi Proposal
76
Lampiran 9 Lembar Bukti Konsultasi Skripsi
77
Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penelitian
78
Lampiran 11 Summary Executive
79
Lampiran 12 IdentitasPenulis
CURRICULUM VITAE
Pendidikan Formal
No Sekolah / Universitas Periode
Pengalaman Organisasi
No Organisasi Periode
80