Anda di halaman 1dari 68

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU DIET


PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
PUSKESMAS SUKAWATI II

OLEH

KADEK INDRA CAHYANI


NIM : 2114201137

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2023
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU DIET


PADA LANSIA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
PUSKESMAS SUKAWATI II

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh:

KADEK INDRA CAHYANI


NIM : 2114201137

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2023

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsidengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Diet Lansia


Hipertensi di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati
II”, telah mendapatkan persetujuan pembimbing untuk diajukan dalam ujian skripsi.

Denpasar, 27 Januari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Ni Putu Kamaryati, S.Kep.,MNS.,Ph.D Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep.,M.Kes


NIDN:0813067701 NIDN: 0825128001

ii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Studi
SarjanaKeperawatanInstitutTeknologi dan Kesehatan Bali
Pada Tanggal 30 Januari 2023

PanitiaPengujiSkripsiBerdasarkan SK Rektor ITEKES Bali


Nomor : DL.02.02.2115.TU.V.2022

Ketua :Ns I Ketut Alit Adianta,S.Kep.,MNS ………………


NIDN.0829097901

Anggota :
1. Ns. Ni Putu Kamaryati, S.Kep., MNS.,Ph.D ………………
NIDN. 0813067701

2. Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep., M.Kes ………………


NIDN. 0825128001

iii
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Diet Lansia


Hipertensi di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas
Sukawati II”, telah disajikan di depan dewan penguji pada tanggal 30 Januari 2023
telah diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi dan Dekan Fakultas
KesehatanInstitut Teknologi dan Kesehatan Bali.

Denpasar, 30Januari 2023


DisahkanOleh :

Dewan PengujiSkripsi
1. Ns I Ketut Alit Adianta,S.Kep.,MNS ………………
NIDN.0829097901

2. Ns. Ni Putu Kamaryati, S.Kep., MNS.,Ph.D ………………


NIDN. 0813067701

3. Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep., M.Kes ………………


NIDN. 0825128001

Mengetahui
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Kesehatan Ketua
Dekan

Ns. Ni Putu Kamaryati, S.Kep., MNS., Ph.D Ns.A.A.A. Yuliati Darmini, S.Kep., MNS
NIDN. 0813067701 NIDN:0821076701

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASISKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Diet Lansia Hipertensi di Wilayah
Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan
tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa,S.Kp.,M.Ng.,Ph.D selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali yang telah memberikan ijin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep., selaku Wakil Rektor
(Warek) I yang telah memberikan dukungan kepada penulis
3. Bapak Ns I Ketut Alit Adianta,S.Kep.,MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II
sebagai penguji utama yang telah memberikan dukungan kepada penulis
4. Ibu Ns.Ni Putu Kamaryati, S.Kep.,MNS.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas
Kesehatan sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah banyak memberikan
dukungan moral dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Ns.A.A.A. Yuliati Darmini, S.Kep., MNS selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan.
6. Ibu Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep., M.Kes., selaku pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ns. I Gusti Putu Yudara Sandra Putra, S.Kep., M.Kep selaku Wali Prodi Sarjana
Keperawatan tingkat I Program B yang memberikan dukungan moral dan
perhatian kepada penulis.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.

vii
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, untuk
itu dengan hati terbuka, penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.

Denpasar, Januari 2023


Penulis

viii
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU DIET LANSIA
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS
DAERAH PUSKESMAS SUKAWATI II

KADEK INDRA CAHYANI

Fakultas Kesehatan
Program Studi Sarjana Keperawatan
Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali
Email :kadekindracahyani@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Perilaku merupakan komponen penting keberhasilan


individu dalam meningkatkan status kesehatannya. Perilaku diet bagi
penderita hipertensi merupakan salah satu upaya yang dianjurkan oleh
petugas kesehatan untuk menstabilkan tekanan darah. Pengetahuan memiliki
andil yang besar dalam menentukan perilaku individu.Tujuan Penelitian
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan
perilaku diet lansia hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah
Puskesmas Sukawati II.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasi dengan


pendekatan cross sectional. Responden adalah 162 lansia dengan hipertensi
yang direkrut melalui consecutive sampling. Data dikumpulkan
menggunakan kuesioner. Data dianalisa dengan uji Pearson Product Moment
mengunakan SPSS versi 20.0.
Hasil: Pengetahuan lansia tentang diet hipertensi sebagian besar dalam
kategori kurang(47,9%), dan perilaku diet lansia hipertensi sebagian besar
dalam kategori kurang (46,9%). Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p-
value 0.000 menunjukkan ada hubungan pengetahuan dengan perilaku diet
lansia hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas
Sukawati II. Kekuatan korelasi r = 0.828 menunjukkan hubungan
pengetahuan dengan perilaku diet lansia hipertensi di wilayah kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II memiliki kekuatan korelasi
yang sangat kuat dan arah korelasi positif. Semakin baik pengetahuan maka
semakin baik perilaku diet lansia hipertensi.
Kesimpulan: pengetahuan merupakan factor penting yang mempengaruhi
perilaku diet penderita hipertensi sehingga disarankan bagi praktisi kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan melalui promosi kesehatan.

Kata Kunci : Diet Hipertensi ,Pengetahuan, Perilaku

ix
THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND DIETARY
BEHAVIOR ON ELDERLY WITH HYPERTENSION IN THE WORKING
AREA OF PUBLIC HEALTH CENTER SUKAWATI II

KADEK INDRA CAHYANI

Faculty of Health
Bachelor of Nursing
Institute of Technology and Health Bali
Email : kadekindracahyani@gmail.com

ABSTRACT
Background: Behavior is an important component of individual success in
improving their health status. Dietary behavior for elderly with hypertension is one
of efforts suggested by health workers to stabilize blood pressure. Knowledge has
a big contribution in changing individual behavior.
Purpose: To determine the correlation between knowledge and dietary behavior on
elderly with hypertension in the working area of Public Health Center Sukawati II.

Method: This study employed analytical correlation research with cross sectional
approach. There were 162 elderlies with hypertension recruited as the samples
which were chosen by using consecutive sampling technique. The data were
collected by using questionnaire. The data were analyzed by using Pearson Product
Moment with SPSS version 20.0.

Findings: The knowledge of elderly about dietary behavior was poor (47.9%) and
dietary behavior on elderly with hypertension was poor (46.9%). The result showed
that there was correlation between knowledge and dietary behavior on elderly with
hypertension in the working area of Public Health Center Sukawati II (p-value
0.000). There was strong and positive correlation between knowledge and dietary
behavior on elderly with hypertension in the working area of Public Health Center
Sukawati II (r = 0.828). The better knowledge is, the better dietary behavior on
elderly with hypertension.

Conclusion: Knowledge is an important factor which influence diet behavior on


elderly with hypertension. Therefore, it is expected that health workers should
increase the knowledge through health promotion.

Keywords: Hypertension Diet, Knowledge, Behavior

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ....................................................................
HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................. i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………... ii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI............................... iii
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN ............................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... .... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8


A. Konsep Lansia ....................................................................... 8
B. Konsep Hipertensi......................... ........................................ 10
C. Konsep Diet Hipertensi......................... ................................ 16
D. Konsep Pengetahuan......................... .................................... 20
E. Konsep Perilaku Diet........................ .................................... 26
F. Penelitian Terkait......................... ......................................... 33

xi
BAB III KERANGKA KONSEP ............................................................ 36
A. Kerangka Konsep .................................................................. 36
B. Hipotesis................................................................................ 37
C. Variabel Penelitian & Definisi Operasional .......................... 38

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................... 40


A. Desain Penelitian .................................................................. 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 40
C. Populasi,Sampel dan Sampling ............................................. 40
D. Pengumpulan Data ................................................................ 43
E. Analisa Data…………… ...................................................... 48
F. Etika Penelitian .................................................................... 51

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 53


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 53
B. Hasil Penelitian ..................................................................... 54

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................ 63


A. Pengetahuan Lansia Tentang Diet Hipertensi ...................... 63
B. Perilaku Diet Lansia Hipertensi ........................................... 67
C. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Diet Lansia
Hipertensi ............................................................................. 69
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................... 71

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 72


A. Simpulan ............................................................................... 72
B. Saran ................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel1.2 Definisi Operasional Penelitian Hubungan Pengetahuan
Dengan Perilaku Diet Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja
Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II........ 38
Tabel5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia Yang Menderita
Hipertensi di Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas
Sukawati II Tahun 2022 (n= 162)........................................ 54
Tabel5.2 Hasil Analisa Pengetahuan Lansia Hipertensi Tentang Diet
Lansia Yang Menderita Hipertensi di Unit Pelaksana Teknis
Daerah Puskesmas Sukawati II Tahun 2022 (n=
162)................................................................................ 55
Tabel5.3 Hasil Distribusi Jawaban Pengetahuan Lansia Hipertensi
Tentang Diet Lansia Yang Menderita Hipertensi di Unit
Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II Tahun
2022 (n= 162).................................................................... 55
Tabel5.4 Hasil Tabulasi Silang Karakteristik dengan Pengetahuan
Lansia Hipertensi Tentang Diet Lansia Yang Menderita
Hipertensi di Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas
Sukawati II Tahun 2022 (n= 162)......................................... 57
Tabel5.5 Hasil Analisa Perilaku Diet Lansia Hipertensi di Unit
Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II Tahun
2022 (n= 162)................................................................ 58
Tabel5.6 Distribusi Jawaban Perilaku Diet Lansia Hipertensi di Unit
Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II Tahun
2022 (n= 162).............................................................. 58
Tabel5.7 Hasil Analisis Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku
Diet Lansia Hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana
Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II Tahun 2022 (n=
162).............................................................................. 62

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pengetahuan Dengan
Perilaku Diet Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II............. 34
ambar2.2 Langkah-Langkah Mencuci Tangan Menggunakan
Sabun............................................................................ 26

Gambar 2.3 Langkah-Langkah Mencuci Tangan Menggunakan


Gliserin......................................................................... 27

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Lampiran 2: Instrumen Penelitian
Lampiran 3: Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4: Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5: Surat Rekomendasi Penelitian Dari Rektor ITEKES Bali
Lampiran 6: Surat Ijin Penelitian Dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Gianyar
Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian Dari Komisi Etik ITEKES Bali
Lampiran 8: Surat Ijin Penelitian Dari Institusi Lokasi Penelitian
Lampiran 9: Hasil Analisis Data
Lampiran 10: Lembar Pernyataan Abstract Translation
Lampiran 11: Lembar Kegiatan Bimbingan Proposal dan Skripsi

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi pada lansia merupakan masalah kesehatan akibat dari proses
degenerative yang diakibatkan karena penurunan fungsi kerja pembuluh darah
dan faktor pemicu seperti pola makan yang buruk, merokok, mengkonsumsi
minuman beralkohol (Black & Hawks, 2017). Menurut Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia menyatakan hipertensi pada lansia di Indonesia
menjadi perhatian karena angka prevalensinya yang tinggi dan cenderung terus
meningkat serta akibat jangka panjang yang ditimbulkannya seperti penyakit
jantung koroner, stroke (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
World Health Organization menyatakan prevalensi hipertensi pada
lansia di Dunia tahun 2020 diperkirakan sekitar 15-20%, di Asia
diperkirakansudahmencapai 8-18% (World Health Organization, 2020).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan jumlah lansia yang
menderita hipertensi di Indonesia tahun 2020 diperkirakan 4.400 per 10.000
penduduk, penyakit hipertensi pada lansia menempati peringkat pertama dari
10 besar penyakit tidak menular dengan prevalensi 31,7%, arthritis 30,3%,
penyakit jantung 7,2%, tumor atau kanker 4,3%, asma 3,5%, diabetes melitus
1,1% dan stroke 0,83% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, menunjukkan bahwa jumlah kasus
hipertensi pada lansia tahun 2018 sebanyak 8.837 kasus, pada tahun 2019
sebanyak 9.867 kasus dan pada tahun 2020 sebanyak 10.915 kasus. Prevalensi
kasus hipertensi pada lansia terbanyak pada tahun 2020 ada di Kabupaten
Tabanan, dengan jumlah sebanyak 2.476 kasus (22,68%), ke dua Kabupaten
Gianyar sebanyak 2.089 kasus (19,13%), ke tiga Kota Denpasar sebanyak
1.821 kasus 16,68%(Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2020).
Berdasarkan jumlah kasus di Kabupaten Gianyar berada pada posisi
kedua, namun berdasarkan peningkatan kasus dalam tiga tahun terakhir,
peningkatan kasus hipertensi pada lansia merupakan yang paling tinggi di

1
Provinsi Bali (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2020). Menurut data yang
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar angka kejadian kasus
hipertensi pada lansia di Kabupaten Gianyar tahun 2018 sebanyak 1.107 kasus,
tahun 2019 sebanyak 1.276 kasus dan tahun 2020 sebanyak 2.089. Jumlah
lansia hipertensi di Kabupaten Gianyar tahun 2020 paling banyak terdapat
Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas Sukawati II
dengan jumlah kasus sebanyak 232 lansia menderita hipertensi (Dinas
Kesehatan Kabupaten Gianyar, 2020).
Meningkatnya angka hipertensi pada lansia akan beresiko angka
penyakit yang menyertai hipertensi seperti stroke, penyakit jantung, dan gagal
ginjal juga akan ikut meningkat(Triyanto, 2018). Peningkatan kasus pada
lansia hipertensi berdampak pada beban ekonomi akibat hipertensi umumnya
berasal dari kematian, hipertensi bertanggungjawab atas 12,8% atau sekitar 7,5
juta mortalitas global serta menjadi penyebab berkurangnya kemampuan atau
Disability Adjusted Life Years (DALY), serta biaya langsung dan biaya tidak
langsung yang berhubungan dengan pengobatan. Biaya langsung dalam
pengobatan meliputi biaya pemeriksaan, obat, laboratorium, biaya
pemeriksaan penunjang pasien, sementara itu, biaya tidak langsung meliputi
biaya transportasi dan lama hari pasien selama sakit dan biaya keluarga yang
menemani pasien(Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Pencegahan dan pengendalian hipertensi sangat kompleks dan
melibatkan banyak pihak termasuk pemerintah dan semua masyarakat.
Program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) merupakan suatu sistem
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara
integrasi dengan melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dalam rangka
pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS, upaya yang dilakukan oleh
pemerintah tidak berjalan efektif akibat kurangnya partisipasi penderita
hipertensi mengikuti kegiatan prolanis (Kementrian Kesehatan RI, 2021). Hal
ini dibuktikan oleh penelitian Yudha (2019) menemukan tingkat partisipasi
lansia hipertensi di Puskesmas Mengwi I yang tidak ikut prolanis sebesar
59,5% atau 44 orang sedangkan yang ikut 40,5% atau 30 orang pasien.

2
Penelitian Prastinawati (2017) menemukan partisipasi lansia hipertensi dalam
mengikuti kegiatan aktivitas klub program pengelolaan penyakit kronis di
Puskesmas II Denpasar Barat sebanyak 54,76% dalam kategori kurang.
Pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan cara menjalani program
terapi pada lansia hipertensi meliputi diet makanan, mengurangi konsumsi
alkohol, tidak merokok, olahraga atau latihan fisik yang teratur, dan konsumsi
obat hipertensi (Smeltzer&Bare, 2017). Dari lima program terapi tersebut, para
penderita lebih kesulitan dalam menjalani diet dibandingkan dengan program
terapi lainnya, karena menjalani diet berarti mengubah gaya hidup(Abdul,
2018). Diet merupakan salah satu program terapi pasien hipertensi yang efektif,
tapi mengubah dan mempertahankan perilaku dietseperti mengatur pola
makan, mengurangi konsumsi garam, memperbanyak konsumsi buah dan
sayuran segar, tidak mudah dilakukan sehingga lansia hipertensi masih
mempunyai perilaku diet hipertensi yang kurang baik(Heriyandi, 2018).
Lansia hipertensi mempunyai perilaku diet yang kurang baik dibuktikan
oleh penelitian Anggraeni (2018) menemukan gambaran perilaku diet lansia
hipertensi di Klinik Pratama Widuri Kabupaten Sleman sebanyak 86.9%
memiliki perilaku diet kurang. Penelitian Puspitawati (2018) juga menemukan
perilaku diet pada lansia hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Jenggawah
Kabupaten Jember sebanyak 82,1% memiliki perilaku diet dalam kategori
kurang. Kegagalan pengontrolan tekanan darah dengan perilaku diet hipertensi
disebabkan oleh informasi terkait hipertensi yang disampaikan oleh petugas
kesehatan kurang lengkap, banyaknya instruksi yang harus di ingat oleh pasien
dan penggunaan istilah medis yang sulit dipahami oleh pasien sehingga
berdampak terhadap pengetahuan pasien tentang diet hipertensi (Gama, 2017).
Pengetahuan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku,
dimana pengetahuan terhadap diet hipertensi merupakan pertimbangan dalam
menjalani diet yang dianjurkan oleh petugas kesehatan(Sunaryo dan Afiffah,
2017).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
terbentuknya suatu perilaku diet. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pasien

3
hipertensi tentang diet meliputi pengertian diet, tujuan diet, syarat diet, jenis
diet dan jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi(Kamaryati,
Kristiyanti&Nuryanto, 2019). Hasil penelitian Rahayu (2018) menemukan ada
hubungan tingkat pengetahuan tentang diet dengan perilaku kepatuhan
melaksanakan diet pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Dinoyo Malang.
Penelitian Risanti (2018) menemukan ada hubungan tingkat pengetahuan
lansia tentang diet hipertensi dengan kejadian kekambuhan di Desa Mancasan
wilayah kerja Puskesmas I Baki Sukoharjo, namun hasil yang berbeda
didapatkan oleh penelitian Kurniawati (2018) yang menemukan tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pola
makan lansia yang menderita hipertensi di Puskesmas Kecamatan Bareng,
Kabupaten Jombang dan Penelitian Harmili (2018) juga menemukan tidak ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku diet
hipertensi pada lansia di Daerah Terpencil (Pulau Ngali) Kabupaten Sumbawa.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada bulan
Juli 2022 di UPTD Puskesmas Sukawati II, didapatkan data jumlah lansia
hipertensi pada tahun 2020 sebanyak 121 orang dan tahun 2021 sebanyak 232
orang, data ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kasus penyakit tekanan
darah tinggi pada lansia di UPTD Puskesmas Sukawati II sejumlah 111 kasus.
Hasil wawancara dengan 10 orang lansia yang menderita hipertensi,
didapatkan data sebanyak 8 orang (80%) memiliki perilaku diet yang tidak baik
karena tidak mengatur pola makan seperti masih suka mengkonsumsi makanan
siap saji dan masih mengkonsumsi daging seperti daging kambing. Lansia juga
tidak mengurangi konsumsi garam karena sering menambahkan garam dalam
masakan tanpa menakarnya, serta jarang konsumsi buah dan sayur. Hasil studi
pendahuluan juga didapatkan data bahwa sebanyak 8 orang (80%) tidak
mengetahui tentang diet hipertensi seperti pengertian diet, tujuan diet, syarat
diet, jenis diet dan jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi.
Lansia mengatakan tidak begitu paham dengan diet hipertensi karena
banyaknya informasi yang diberikan petugas serta istilah-istilah yang kurang

4
dipahami sehingga lansia menjadi bingung dengan informasi yang diberikan
petugas.
Dampak yang ditimbulkan dari perilaku diet hipertensi yang tidak baik
adalah tekanan darah pasien yang tidak terkontrol, hal ini terlihat dari catatan
rekam medis lansia yang di lakukan wawancara semuanya tidak terkontrol
tekanan darahnya sejak 6 bulan terakhir walapun lansia tersebut rajin kontrol
dan mengatakan rajin minum obat. Tekanan darah yang tidak terkontrol akan
berisiko terjadi komplikasi, hal ini didukung oleh data lansia hipertensi yang
mengalami komplikasi yang mengalami peningkatan, tahun 2021 terdapat 10
orang lansia hipertensi yang mengalami stroke meningkat menjadi sebanyak
18 orang yang mengalami stroke pada tahun 2021.
Pengetahuan lansia tentang diet hipertensi merupakan faktor utama yang
mempengaruhi perilaku karena pengetahuan karena dapat mempengaruhi pola
pikir lansia dengan mengetahui manfaat diet, diet yang dianjurkan untuk
hipertensi dan bahaya dampak tidak menjalani diet maka lansia akan memiliki
dorongan untuk berperilaku dengan malaksanakan diet dengan baik, sehingga
implikasi penelitian ini bagi perawat bisa digunakan sebagai bahan informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan terutama dalam pemberian pendidikan
kesehatan kepada lansia hipertensi agar pengetahuan pasien dapat meningkat
sehingga perilaku diet lansia akan baik pula, beberapa penelitian sudah
membuktikan bahwa pengetahuan berhubungan signifikan dengan perilaku
diet namun ada perbedaan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan
perbedaan (Research Gap).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku diet lansia
hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati
II.

5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku
diet lansia hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah
Puskesmas Sukawati II?.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku diet lansia
hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas
Sukawati II.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan lansia hipertensi tentang diet di wilayah
kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II.
b. Mengidentifikasi perilaku diet lansia hipertensi di wilayah kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II.
c. Menganalisis hubungan pengetahuan dengan perilaku diet lansia
hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas
Sukawati II.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat mendukung hasil penelitian terdahulu untuk
membuktikan bahwa pengetahuan berhubungan signifikan dengan perilaku
diet lansia hipertensi sehingga dapat digunakan sebagai data dasar untuk
melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengetahuan
dengan perilaku diet lansia hipertensi
2. Manfaat secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sehingga
memberikan informasi dan bahan evaluasi bagi pemberian edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan lansia tentang diet hipertensi dan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya

6
meningkatkan pengetahuan untuk melakukan upaya pencegahan komplikasi
yang dapat terjadi akibat perilaku diet yang tidak baik.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia
1. Pengertian Lansia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia. Pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut dengan
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik
pria maupun wanita (Depkes RI, 2016).
Lanjut usia (lansia) adalah tahap lanjut suatu proses kehidupan yang
dijalani setiap individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Azizah, 2016). Lansia
merupakan suatu tahap akhir dari siklus kehidupan manusia. Menua atau
menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah (Nugroho, 2016).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, disimpulkan lansia adalah
proses menjadi lebih tua mencapai usia 60 tahun ke atas merupakan proses
yang dialami oleh semua manusia.
2. Pembagian Lansia
Menurut Nugroho (2016) ada empat tahap batasan umur yaitu : usia
pertengahan (middle age) (45-59 tahun), lanjut usia (eldery) (60-74 tahun),
lanjut usia tua (old) (75-90 tahun) dan usia sangat tua (very old) (di atas 90
tahun). Menurut Depkes RI (2016) penggolongan lansia dikelompokkan
menjadi : kelompok lansia awal antara 60–70 tahun, kelompok lansia
pertengahan: antara 71-84 tahun, kelompok lansia sangat tua umur 85
tahun keatas
3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Proses Penuaan
Menurut Mubarak(2016) Perubahan-perubahan yang terjadi pada
lansia di antaranya adalah sebagai berikut:

8
a. Perubahan Kondisi Fisik
Perubahan kondisi fisik pada lansia meliputi : perubahan dari
tingkat sel sampai ke semua system organ tubuh, di antaranya system
pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskular, system
pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal, urogenital,
endokrin, dan integumen. Masalah fisik sehari-hari yang sering
ditemukan pada lansia diantaranya lansia mudah jatuh, mudah lelah,
kekacauan mental akut, nyeri pada dada, sesak nafas pada saat
melakukan aktivitas, nyeri pinggang atau punggung, nyeri sendi pinggul,
sulit tidur, berat badan menurun, gangguan pada fungsi penglihatan,
pendengaran, dan sulit menahan kencing (Mubarak, 2016).
Banyak terjadi perubahan fisik seiring bertambahnya usia seperti
rambut menjadi uban, gigi rontok atau ompong, tenaga menjadi
berkurang, kulit makin keriput, secara umum seseorang memasuki masa
lansia akan mengalami berlipat ganda terjadinya penurunan, hal ini dapat
menyebabkan tejadinya gangguan psikologis, sosial yang selanjutnya
akan mengalami ketergantungan pada orang lain(Nugroho, 2016).
b. Perubahan Kondisi Mental
Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau
pengetahuan, dan situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum
makin mundur terutama faktor penolakan abstrak, mulai lupa terhadap
kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu. Dari segi mental
dan emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak
aman, dan cemas. Adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna
lagi (Mubarak, 2016).
Perubahan stabilitas mental akibat adanya perubahan lansia dalam
menghadapi konflik akibat perubahan fisik maupun sosial psikologis.
Dimana kemampuannya harus diselaraskan dengan apa yang dialaminya
dengan tuntutan yang harus dihadapi lansia. Hal ini menyebabkan lansia

9
akan mengalami perubahan dalam status emosi untuk tidak menimbulkan
masalah baru lagi(Azizah, 2016)..
c. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial lansia adalah merasakan dan sadar akan
kematian, perubahan cara hidup memasuki rumah perawatan,
penghasilan menurun, biaya hidup meningkat, tambahan biaya
pengobatan, penyakit kronis, ketidakmampuan, kesepian akibat
pengasingan diri dari lingkungan social, kehilangan hubungan dengan
teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik (Mubarak,
2016).
Akibat kurang atau menurunnya fungsi penglihatan, pendengaran
sehingga menimbulkan kecacatan pada lansia yang menyebabkan
terjadinya keterasingan pada lansia. Lansia sering menolak untuk
berkomunikasi atau bahkan mengalami regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang yang tidak berguna dan
sering menangis merengek-rengek sehingga perlakuannya seperti anak
kecil(Nugroho, 2016).

B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda tekanan darahnya
lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Muttaqin, 2018).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan dan angka kematian (Triyanto, 2018).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal ≥ 140/90 mmHg
yang diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.

10
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan Guideline Joint National
Committee(JNC) VIII (Ardiansyah, 2016).
Tabel 2.1
Kriteria penyakit hipertensi menurut JNC-VIII

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah Tekanan Darah


menurut JNC VIII Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Derajat I 140-159 90-99
Hipertensi Derajat II 160-179 100-109
Hipertensi Derajat III > 180 > 110
Sumber :(Ardiansyah, 2016).

3. Faktor Risiko Hipertensi


Faktor resiko yang dapat menimbulkan hipertensi yaitu faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
1) Faktor genetik merupakan faktor paling berperan dalam terjadinya
hipertensi(Smeltzer&Bare, 2017). Orang dengan memiliki faktor
genetik dalam keluarga hipertensi dan ditambah dengan faktor
lingkungan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu dengan
orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga
(Ashar, 2018). Menurut penelitian yang dilakukan Anggraini
(2018)menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara riwayat
keluarga terhadap hipertensi dengan probabilitas terjadinya
hipertensi pada riwayat keluarga hipertensi sekitar 8 kali lebih tinggi

11
dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi
2) Umur, kejadian hipertensi semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya umur dan paling banyak ditemukan pada mereka
yang berusia diatas 40 tahun, meskipun banyak juga orang muda
yang menderita tekanan darah tinggi(Rahayu, 2019). Hipertensi
biasanya muncul pada umur 50 tahun ke atas. Insiden hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia, yaitu 50-60% memiliki
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang
bertambah usianya(Majid, 2018).
3) Jenis kelamin, Wanita cenderung menderita hipertensi pada saat
atau setelah mengalami menopause. Prevalensi kejadian hipertensi
pada laki-laki dan perempuan itu sama (Tambayong, 2019).
Perempuan cenderung akan mengalami peningkatan resiko tekanan
darah tinggi setelah menopause yaitu pada usia diatas 45 tahun.
Perempuan yang belum menuju masa menopause dilindungi oleh
hormone estrogen yang berfungsi untuk meningkatkan kadar High
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang rendah dan
tingginya kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) akan
mempengaruhi terjadinya proses aterosklerosis dan mengakibatkan
tekanan darah tinggi (Utaminingsih, 2018). Hasil penelitian yang di
lakukan oleh Rahayu (2019)menunjukkan bahwa kejadian
hipertensi lebih tinggi terjadi pada perempuan sebesar 68,3%
dibandingkan laki-laki sebesar 31,7% dan menjelaskan juga ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian
hipertensi.
4) Etnis, hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam
daripada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara
pasti penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar

12
renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih
besar (Muttaqin, 2018).
b. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi
1) Stres, merupakan persepsi individual, interprestasi stres seseorang
tergantung pada apa yang menjadi stresor dan respon terhadap stres
itu sendiri. Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga melalui
aktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas sedangkan saraf parasimpatis adalah saraf yang
bekerja pada saat kita tidak beraktivitas. Peningkatan aktivitas saraf
simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu) (Ferketich,2018). Menurut penelitian
Suheni(2019)didapatkan bahwa responden yang mengalami stres
memiliki risiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki stres
2) Obesitas khususnya di bagian tubuh bagian atas (pinggang dan perut
yang memberikan bentuk seperti apel) lebih dekat dengan
hipertensi. Orang dengan kelebihan berat badan di bokong, pinggul,
dan paha (memberikan kesan seperti bentuk buah pear) mempunyai
risiko lebih kecil untuk menderita hipertensi (Muttaqin, 2018). Hasil
penelitian Yuliarti(2019)menyatakan bahwa orang yang obesitas
memiliki risiko 4.053 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang tidak obesitas, sedangkan menurut hasil penelitian Asdie
(2019) menyatakan bahwa orang yang obesitas memiliki risiko
terkena hipertensi sebesar 2.653 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang tidak obesitas
3) Pola makan tinggi garam mungkin akan meningkatkan sekresi
hormon natriuretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan
tekanan darah. Intake sodium juga akan menstimulasi mekanisme
vasopresor di sistem saraf pusat (Muttaqin, 2018). Asupan garam
kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi
yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5 - 15 gram

13
perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 - 20 %.
Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan
darah(Nurkhalida, 2018).
4) Penggunaan zat, merokok, konsumsi alkohol, dan penggunaan obat-
obatan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Nikotin dalam
rokok dan obat-obatan seperti kokain akan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah secara seketika. Kafein juga akan
meningkatkan tekanan darah tapi tidak mengakibatkan efek yang
terus menerus (Muttaqin, 2018). Hasil penelitian Karlina (2021)
menemukan seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok ≥10
tahun cenderung berisiko terkena hipertensi 2,902 kali lipat
dibanding seseorang yang mempunyai kebiasaan merokok <10
tahun.Hal ini dikarenakan memang sudah lamanya zat kimia
berbahaya yang masuk didalam tubuh. Semakin lama pra lansia
merokok, maka akan semakin besar pula peluang pra lansia tersebut
mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi. Seperti yang
disebutkan dalam teori semakin lama seseorang merokok, maka zat
kimia yang tertimbun di dalam tubuh akan semakin banyak dan akan
menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Triyanto(2018) gejala klinis yang dialami oleh para penderita
hipertensi biasanya berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung,
sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata
berkunang-kunang, dan mimisan (jarang dilaporkan). Individu yang
menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-
tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azetoma peningkatan nitrogen urea darah. Keterlibatan pembuluh darah

14
otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai paralis sementara pada satu sisi (hemiplagia) atau
gangguan tajam penglihatan.
5. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Black & Hawks (2018) ada dua cara yang dilakukan dalam
pengobatan hipertensi yaitu :
a. Penatalaksanaan farmakologis
Penanganan secara farmakologi akan menimbulkan lebih banyak
efek samping daripada efek terapi yang didapatkan. Efek usia pada ginjal
juga berpengaruh besar pada ekskresi beberapa obat. Umumnya obat
diekskresi melalui filtrasi glomerolus yang sederhana dan kecepatan
ekskresinya berkaitan dengan kecepatan filtrasi glomerolus. Pada usia
lanjut, fungsi ginjal berkurang, begitu juga dengan aliran darah ke ginjal
sehingga kecepatan filtrasi glomerolus berkurang sekitar 30 %
dibandingkan pada orang yang lebih muda. Fungsi tubulus juga
memburuk akibat bertambahnya usia yang secara aktif disekresi oleh
tubulus ginjal, mengalami penurunan faal glomerolus dan tubulus(Black
& Hawks, 2018).
b. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
Penatalaksaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup yaitu :
1) Pengaturan diet
Beberapa diet yang dianjurkan : rendah garam, diet rendah
garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara
dengan 3-6 gram garam per hari (Aspiani, 2016).
2) Penurunan berat badan
Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume
sekuncup juga berkurang (Ashar, 2018).

15
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki
keadaan jantung. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali
dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan
darah (Aspiani, 2016).
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alcohol, penting
untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung. Tugas keluarga kesehatan keluarga
dalam hal memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat merupakan
tugas keluarga untuk memodifikasi lingkungan seperti menyediakan
kebutuhan lansia untuk rekreasi seperti menonton televisi dan
mencegah kakek/nenek untuk emosi seperti menghidari pertekaran
sesama anggota keluarga (Ashar, 2018).
5) Terapi komplementer
Terapi komplementer adalah terapi sederhana dan pelengkap
dari terapi farmakologis untuk penyembuhan, diantara terapi
komplementer untuk penurun tekanan darah seperti terapi meditasi,
dan yoga (Asdie, 2019).

C. Konsep Diet Hipertensi


1. Pengertian
Diet adalah salah satu strategi non farmakologi yang efektif, tapi
mengubah dan mempertahankan perilaku tidak mudah karena tanggung
jawab besar dari kepatuhan diet tergantung pada pasien dan perawatan diri
adalah penting untuk mengontrol tekanan darah. Bukti menunjukkan bahwa
intervensi untuk mengubah perilaku untuk mengontrol tekanan darah
dianggap sebagai biaya investasi yang efektif dalam kesehatan masyarakat.

16
Kepatuhan diet adalah tindakan seumur hidup pada pasien hipertensi, dan
keinginan internal dan godaan berperan sebagai penghalang pada masalah
ini. Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mempertahankan
perilaku kepatuhan diet dari individu (Kamran, 2018).
Diet hipertensi merupakan salah satu metode pengendalian hipertensi
secara alami, jika dibandingkan dengan obat penurun tekanan darah yang
dapat menimbulkan berbagai macam efek samping yang terjadi. Seseorang
yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri dalam
mengkonsumsi garam (Kumala, 2017).
2. Tujuan diet
Tujuan diet hipertensi adalah membantu menghilangkan retensi garam
atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi (Supariasa, 2016).
3. Syarat diet
Menurut Almatsier (2017)adapun syarat-syarat diet hipertensi adalah
a. Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
b. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
c. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/atau hipertensi.
d. Makanan utama 2-3 kali sehari dan salah satu jenis makanan pokoknya
adalah kentang, protein hewaninya berupa ikan seperti ikan tuna atau
salmon dengan takaran maksimal 2 porsi. Sumber protein lainya adalah
kacang-kacangan seperti kacang kedelai, tahu, tempe dan satu mangkuk
sayur hijau dan 1 porsi buah segar.
e. Makanan selingan 2 kali yaitu pada saat makan pagi serta malam hari,
jenis makanan yang di pilih yaitu pisang, apel dan alpukat.
f. Dilarang mengkonsumsi makanan olahan dari pabrik yang dikemas
kaleng, botol dan lain-lain.
g. Tidak boleh mengolah makanan dengan cara digoreng dan dimasak
menggunakan santan kental.

17
4. Prinsip diet
Menurut Almatsier (2017) prinsip diet yang berhubungan dengan
pencegahan hipertensi mencakup:
a. Mempertahankan berat badan ideal atau normal menurut tinggi badan
dengan IMT yang tidak melebihi 22 dan lingkaran perut yang tidak lebih
dari 90cm pada laki-laki dan 80cm pada wanita.
b. Membatasi asupan garam dapur hingga 3gram/ hari dengan
memperhatikan pemberian mineral seperti kalsium, kalium dan
magnesium menurut angka kecukupan gizi (AKG). Asupan kalsium per
hari menurut AKG 800 mg/hari untuk laki-laki dan 1000 mg/hari untuk
wanita.
c. Membatasi bahan aditif pangan yang kaya natrium (MSG, sodium
bikarbonat, sodium nitrit, sodium benzoat) termasuk makanan 7S (snack,
saus [saus tomat, kecap asin, taoco], sup yang di kalengkan, salted
meat/fish [ham, bologna, ikan asin] smoked meat/fish [ikan atau daging
asap], seasonings [sebagai bumbu yang kaya MSG] dan sauerkraut [acar
dan sayuran asin]).
5. Jenis diet hipertensi
Menurut Kamran (2018) secara garis besar, ada empat macam diet
untuk menanggulangi atau mempertahankan keadaan tekanan darah yaitu :
a. Diet rendah garam
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta
hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan
darah,mencegah edema dan penyakit jantung. Adapun yang disebut
rendah garam bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi
mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium.
b. Diet rendah kolesterol dan lemak
Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu : kolesterol, trigliserida,
dan pospolipid. Tubuh mempunyai kolesterol dari makanan sehari hari

18
dan dari hasil sintesis dalam hati. Kolesterol dapat berbahaya jika di
konsumsi lebih banyak dari pada yang di butuhkan oleh tubuh.
c. Diet tinggi serat
Diet tinggi serat ini sangat penting pada penderita hipertensi, terdiri dari
yaitu serat kasar dimana banyak terdapat pada makanan karbohidrat,
seperti kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat kasar dapat
berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar
mampu mengikat kolesterol maupun asam empedu dan selanjutnya akan
di buang bersama kotoran.
d. Diet rendah kalori
Diet ini di anjurkan bagi orang yang berlebihan berat badan. Kelebihan
berat badan atau obesitas akan resiko tinggi terkena hipertensi. Demikian
juga dengan orang yang berusia 40 tahun ke atas akan mudah terkena
hipertensi.
6. Jenis makan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
Menurut Almatsier (2017) penderita hipertensi dianjurkan untuk hati-
hati dalam memilih jenis makanan yang akan dikonsumsi untuk mencegah
terjadinya peningkatan tekanan darah. Penderita hipertensi dianjurkan unruk
mengkonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat seperti sayuran,
buah segar, makanan mengandung omega 3, kalium, kalsium, magnesium
dan vitamin C.
a. Lemak sehat yang terdapat pada ikan tuna, salmon dan falx seed (biji
rami). Jenis makanan tersebut dapat mencegah terjadinya endapan lemak
pada dinding pembuluh darah.
b. Kalium merupakan elektrolit yang berfungsi untuk mengendalikan
tekanan darah. Sumber kalium terdapat pada sayuran (kol, caisim, bakcoi
dan brokoli), polong-polongan kering (kacang merah, kacang tolo,
kacang hijau), cokelat, jeruk, apel, pisang, tomat, kentang panggang,
yoghurt dan alpukat. Tingkatan pemasukan kalium pada penderita
hipertensi sebesar 4,5 gram atau 120-175 mEq/hari.

19
c. Kalsium yang berfungsi untuk menyusutkan tekanan darah berlebihan
dan resiko eklampsia (keguguran janin akibat hipertensi akut). Sumber
kalsium terdapat pada susu rendah lemak, keju mozarella, keju cheddar,
keju cottage, yoghurt, tahu dan polong-polongan kering.
d. Magnesium berfungsi untuk merilekskan otot-otot pengendali tekanan
darah. Sumber magnesium terdapat pada bayam, alpukat, cokelat, kacang
dan biji-bijian (almond, kenari dan biji bunga matahari).
e. Isoflavon berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL dan trigliserida darah. Sumber isoflavon terdapat pada kedelai dan
tempe.
f. Bawang putih berfungsi untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.

D. Konsep Dasar Pengetahuan


1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba (Notoadmodjo, 2017). Pengetahuan adalah kesan
di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang
berbeda sekali dengan kepercayaan (Belief) tahyul (Supertition) dan
penerangan-penerangan yang keliru (Misinformation) (Purwanto, 2016).
Pengetahuan merupakan tingkat perilaku pasien dalam melaksanakan
pengobatan dan perilaku yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan maupun
orang lain. Pengetahuan merupakan faktor yang menyebabkan terbentuknya
suatu perilaku seseorang. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh pasien
hipertensi meliputi arti penyakit hipertensi, penyebab hipertensi, gejala yang
ditimbulkan pada hipertensi dan pentingnya melakukan pencegahan dengan
diet serta bahaya dari komplikasi akibat dari hipertensi. Pengetahuan
tentang hipertensi dapat diperoleh dari pelayanan kesehatan, televisi, radio,
web, surat kabar dan sebagainya (Pramestutie, 2018).

20
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
pengetahuan adalah pemahaman pasien tentang penyakit hipertensi yang
dapat didapatkan dari petugas kesehatan dan media baik media cetak atau
elektronik yang menyebabkan terbentuknya suatu perilaku pasien.
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam kognitif mempunyai enam
tingkatan menurut Notoadmodjo (2017)yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat di interprestasikan
materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan
objek yang di pelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah di pelajari pada situasi sebenarnya.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menyumbangkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

21
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain:
a. Faktor internal
1) Usia produktif keinginan seseorang untuk maju dan menambah
pengetahuan lebih tinggi dan kemampuan menerima informasi lebih
mudah. Pengetahuan juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman,
membaca literatur, hubungan interpersonal, sikap dan keinginan
seseorang. Hal ini juga terkait dengan perilaku dan kemampuan
seseorang tersebut mengakses informasi yang diterima mencakup 6
tingkat pengetahuan dari tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Tingkat kedewasaan seseorang dapat dilihat dari umur
yang semakin dewasa walaupun pada usia yang lebih muda secara
intelektual lebih pintar namun belum bijaksana dan seterampil yang
usianya lebih tua yang menunjukkan wawasan yang luas terhadap
suatu masalah (Soekanto, 2016).
2) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang berbagai kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus menerus disertai rasa senang. Berdasarkan
perhatian yang sifatnya sementara (Soekanto, 2016).
3) Bakat adalah kemempuan untuk belajar, kemampuan itu akan
terealisasi menjadi kecakapan nyata sesudah belajar atau
berlatih(Soekanto, 2016).

22
4) Intelegensi sangat besar sekali pengaruh terhadap pengetahuan
seseorang. Orang yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil daripada yang mempunyai intelegensi
rendah(Soekanto, 2016).
b. Faktor eksternal
1) Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian,kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
seseorang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang cenderung untuk mendapatkan seseorang informasi
baik dari orang lain maupun media massa, semakin banyak informasi
yang masuk semakin banyak pula pengetahuan seseorang tentang
kesehatan(Sunaryo, 2016).
2) Pekerjaan, merupakan pengalaman belajar dalam bekerja yang
berkembang memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional
serta pengalaman belajar selama berkerja akan dapat mengembangkan
kemampuan mengambil keputusan. Pekerjaan juga dapat memperoleh
pengalaman sehingga dari pengalaman tersebut akan memperoleh
pengetahuan yang lebih luas(Sunaryo, 2016).
3) Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan sangat
berpengaruh terhadap tingkah laku individu(Sunaryo, 2016).
4) Budaya adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus di
biasakan dengan beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya itu. Hal
ini akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang dalam
kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang hidup pada kebudayaan
lainnya(Sunaryo, 2016).
5) Sosial ekonomi, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan
seseorang yang ditentukan oleh unsur pendidikan pekerjaan,
penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat

23
tinggal karena hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
termasuk pemeliharaan kesehatan(Purwanto, 2016).
6) Pengalaman belajar dalam bekerja yang berkembang memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar
selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan. Pengalaman yang baik akan memberikan efek kesenangan
terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan hingga timbul persepsi yang
membekas dalam emosi dan membawa hal positif, namun sebaliknya
jika pengalaman tersebut buruk maka individu tersebut cenderung
melupakan (Purwanto, 2016).
7) Media merupakan sarana komunikasi yang dapat diakses oleh seluruh
masyarakat luas untuk mempermudah seseorang mendapatkan
informasi. Media massa dapat berupa televisi, radio, koran, majalah,
situs web dan lain-lain (Purwanto, 2016).
8) Keterpaparan informasi merupakan ketersediaan informasi yang
diperoleh dari observasi secara langsung ada disekitar dan dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari untuk diolah dan diteruskan melalui
komunikasi (Purwanto, 2016).
4. Pengetahuan pasien tentang diet hipertensi
Pengetahuan merupakan tingkat perilaku pasien dalam
melaksanakan pengobatan yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan maupun
orang lain. Pengetahuan tentang diet yang harus dimiliki oleh pasien
hipertensi meliputi pengertian diet, tujuan diet, syarat diet, jenis diet dan
jenis makan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi. Pengetahuan
tentang hipertensi dapat diperoleh dari pelayanan kesehatan, media massa
seperti televisi, radio, surat kabar dan sebagainya (Nastiti, 2018).
Pengetahuan yang baik tentang hipertensi dapat memotivasi pasien untuk
berpartisipasi dalam memodifikasi gaya hidup yang lebih sehat (Fenny,
2019). Semakin tinggi pendidikan orang tersebut maka tingkat
pengetahuannya semakin baik. Ketika tingkat pengetahuan seseorang baik
maka seluruh informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang diet

24
hipertensi akan diterima dan diserap dengan baik. Pengetahuan tentang
diet hipertensi dapat digunakan sebagai dasar untuk berperilaku hidup
sehat termasuk dalam diet hipertensi secara ketat. Pengetahuan yang baik
dapat menimbulkan persepsi terhadap pentingnya diet hipertensi dan
mengaplikasikan dalam perilaku diet agar tekanan darah dalam kondisi
stabil (Putri, 2019).
5. Cara mengukur pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan cara wawancara atau seperangkat
alat tes (kuisioner) tentang objek pengetahuan yang akan diukur dan
memberikan penilaian terhadap masing-masing pertanyaan. Masing-
masing pertanyaan diberi nilai 1 jika benar dan di beri nilai 0 jika salah
(Notoadmodjo, 2017).
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
jawaban dengan skor tertinggi kemudian di kali 100% dan hasilnya berupa
presentasi dengan rumus:
𝑛
P = 𝑋 100 %
𝑓

Keterangan :
P = Presentasi
f = Frekuensi dari seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan
responden atas pernyataan yang diajukan.
n = Jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan
responden selaku penelitian.

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala


yang bersifat kualitatif, yaitu baik jika hasil presentasi 76%-100%, sedang
jika hasil presentasi 56%-75%, rendah jika hasil presentasi kurang dari
56% (Wawan dan Dewi, 2017).

25
E. Konsep Perilaku Diet
1. Pengertian
Perilaku merupakan perwujudan dari kebutuhan manusia berupa
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.
Perilaku manusia merupakan refleks dari beberapa gejala kejiwaan seperti
keinginan, kehendak, pengetahuan, motivasi, minat, persepsi dan sikap.
Perilaku mempunyai arti kongkrit dari jiwa, kita dapat mengenal jiwa
seseorang dengan cara mengamati perilakunya (Hartono, 2016).
Perilaku adalah suatu kegiatan manusia atau mahluk hidup yang dapat
dilihat secara langsung dan secara tidak langsung dengan mengggunakan
bantuan peralatan atau teknologi khusus untuk melihatnya. Contoh perilaku
yang dapat dilihat secara langsung seperti berjalan, berlari, makan, minum,
masak dan lain sebagainya. Perilaku yang tidak dapat di lihat secara
langsung seperti bakteri yang hanya dapat dilihat menggunakan alat
(Supariasa, 2016).
Perilaku diet adalah perilaku yang berusaha membatasi jumlah asupan
makanan dan minuman yang jumlahnya diperhitungkan untuk tujuan
tertentu(Kamran, 2018). Perilaku diet hipertensi merupakan setiap tindakan
yang dilakukan oleh penderita hipertensi untuk menstabilkan tekanan darah
melalui upaya mengatur pola makan, mengurangi konsumsi garam dan
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran segar (Ramayulis, 2017).
Perilaku diet hipertensi merupakan hasil keputusan berdasarkan niat
individu yang dibentuk melalui sikap terhadap perilaku diet, norma
subyektif dan kontrol perilaku yang dirasakan (Kumala, 2017).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku diet
adalah tindakan penderita hipertensi untuk menstabilkan tekanan darah
dengan cara mengatur pola makan, mengurangi konsumsi garam dan
memperbanyak konsumsi buah dan sayuran segar

26
2. Ciri-ciri perilaku manusia
Perilaku setiap manusia berbeda dari individu satu dengan yang
lainnya, perilaku manusia memiliki ciri dan sifat tersendiri sehingga
perilaku setiap manusia disebut unik. Perilaku unik tersebut dikarenakan
adanya kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas dan
perjuangan (Hartono, 2016).
a. Kepekaan sosial
Merupakan kemampuan yang dimiliki oleh manusia agar dapat
menyesuaikan perilaku dengan pandangan dan harapan orang lain sesuai
konsep manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial
manusia membutuhkan teman untuk bekerjasama.
b. Kelangsungan perilaku
Diartikan sebagai perilaku yang berkaitan dengan perilaku
selanjutnya. Perilaku yang terjadi sebagai dasar perilaku selanjutnya dan
bersifat kesinambungan. Perilaku masalalu merupakan pembelajaran
untuk perilaku sekarang, sedangkan perilaku sekarang merupakan dasar
perilaku selanjutnya.
c. Orientasi pada tugas
Setiap perilaku yang ditampilkan dan kerjakan manusia memiliki
tujuan tertentu.
d. Usaha dan perjuangan
Perilaku yang dikerjakan manusia memiliki proses dan akan
diperjuangkan untuk mencapai tujuan yang dipilih dan diharapkan.
e. Individu unik
Setiap manusia memiliki perilaku yang berbeda antara individu
satu dengan yang lainya. Setiap individu memiliki ciri, sifat, watak,
tabiat, kepribadian dan motivasi yang berbeda dalam hal pengalaman,
masalalu, cita-cita serta perilaku.
3. Klasifikasi perilaku
Hartono (2016)menjelaskan perilaku berdasarkan batasannya
dibedakan menjadi perilaku pasif dan perilaku aktif. Perilaku pasif disebut

27
juga respon internal yang bersifat tertutup, terjadi dalam diri individu dan
tidak bisa diamati secara langsung. Sedangkan perilaku aktif disebut sebagai
respon ekternal dan bersifat terbuka. Perilaku ini berupa tindakan nyata yang
dapat diamati secara langsung. Perilaku manusia juga terbagi atas dua jenis
yaitu perilaku terbuka dan perilaku tertutup.
a. Perilaku terbuka merupakan sebuah perilaku yang dapat diketahui
maknanya secara langsung.
b. Perilaku tertutup adalah sebuah perilaku yang hanya dapat dimengerti
dengan menggunakan alat bantu atau metode tertentu misalnya berpikir
dan berkhayal.
4. Proses adopsi perilaku
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama
dibandikan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Proses
pengadopsian perilaku berupa (Wawan dan Dewi, 2017):
a. Timbul kesadaran (awareness) : individu menyadari (mengetahui)
adanya stimulus yang datang.
b. Ketertarikan (interest), individu mulai tertarik pada adanya stimulus
yang ada.
c. Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus (evaluasi) : penilaian
terhadap stimulus yang ada.
d. Mulai mencoba (trial): individu mulai memutuskan untuk mencoba
dengan perilaku baru.
e. Mengadaptasi (adoption) : individu berperilaku sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
5. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Ludiana, (2019)mengatakan bahwa Pasien hipertensi harus mampu
mengontrol tekanan darahnya agar tidak menyebabkan keparahan serta
komplikasi penyakit yang lain. Salah satu upaya yang dapat di lakukan
adalah dengan menjaga perilaku makan dengan diet. Perilaku dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu:

28
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia yang
diperoleh dari proses belajar atau hasil tahu seseorang terhadap suatu
objek melalui indera. Sesuai dengan teori notoatmodjo bahwa
terbentuknya suatu perilaku atau tindakan dimulai pada aspek
kognitifnya. Dengan artian seseorang tahu terhadap suatu objek atau
rangsangan hingga menimbulkan pengetahuan baru dan akhirnya
merangsang sebuah tindakan. Pengetahuan merupakan faktor penting
dalam pembentukan perilaku makan untuk pelaksanaan diet hipertensi.
Ketidaktahuan jenis makanan yang diperbolehkan bagi penderita
hipertensi menjadi penyebab sulitnya penderita hipertensi dalam
melaksanakan terapi pengobatan. Proses penyembuhan penyakit harus
diimbangi dengan perilaku diet yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan
(Kusuma, Jirhantini, Parwati, 2019).
b. Sikap
Sikap merupakan respon tertutup terhadap stimulus atau objek
yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang menyangkut (senang,
tidak senang, setuju-tidak setuju, baik dan tidak baik). Sikap berperan
dalam penentuan perilaku makan penderita hipertensi. Namun bukan
jaminan bahwa sikap yang baik berdampak pada perilaku yang positif,
karna sikap merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup
(Ludiana, 2019).
c. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap penderita yang sakit. Sesuai dengan teori friedman
bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:
1) Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran,
sugesti, informasi untuk pemecahan masalah. Manfaat dukungan
keluarga adalah menekan stressor dengan memberikan sugesti berupa

29
nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi pada
individu.
2) Keluarga sebagai bimbingan umpan balik, membimbing dan
menengahi masalah, pemberi support, penghargaan dan perhatian.
3) Keluarga sebagai sumber pertolongan praktis dan kongkrit seperti
dalam pemenuhan makan, minum dan istirahat.
4) Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk beristirahat dan
proses pemulihan serat untuk membantu proses penguasaan terhadap
emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi kepercayaan
mendengarkan dan didengarkan (Ludiana, 2019).
d. Dukungan petugas kesehatan.
Perilaku makan pada penderita hipertensi dapat ditingkatkan
dengan adanya petugas kesehatan yang memberikan pengetahuan,
informasi, mengajak dan memberi dukungan pada masyarakat agar ikut
berperan dalam menciptakan hidup sehat berupa perilaku diet pada
penderita hipertensi. Notoatmodjo menjelaskan bahwa dukungan petugas
kesehatan memiliki peranan penting dalam menciptakan perilaku hidup
sehat. Pendidikan dan keterampilan merupakan investasi dari tenaga
kesehatan dalam menjalankan peran sesuai tugas pokok dan fungsinya.
Purwanto (2016) juga menjelaskan bahwa petugas kesehatan merupakan
sumberdaya strategis yang mampu secara optimal menggunakan
sumberdaya fisik, finansial dan manusia dalam tim kerja.
6. Upaya PengendalianHipertensi Melalui Diet
Pemilihan tindakan untuk perawatan dan pengobatan penyakit
bergantung pada pertimbangan dan evaluasi dari persepsi terhadap
kerentangan yang dirasakan (Perceived Susceptibility To Disease) dan
persepsi terhadap manfaat yang akan diterima (Perceived Benefits Of
Preventive Action). Persepsi pasien yang mengartikan bahwa perilaku sehat
yang dijalani dapat mengurangi resiko terserangnya penyakit (kerentanan)
berdampak pada pembentukan perilakunya yang lebih positif (Fatmi,
2018). Pembentukan persepsi yang positif berdampak pada perilaku

30
pelaksanaan diet dan perawatan penyakit hipertensi dirumah (Hayden,
2016). Menurut Ramayulis (2017) ada beberapa upaya pengendalian
hipertensi melalui diet yang dapat dilakukan oleh penderita hipertensi:
a. Mengatur pola makan
Kandungan zat dalam menu makanan juga harus diperhatikan,
meliputi:
1) Kurangi minum minuman yang mengandung soda, minuman kaleng
dan botol.
2) Kurangi makan daging, ikan, kerang kepiting dan susu, camilan/snack
yang asin dan gurih.
3) Hindari makan makanan ikan asin, telur asin, otak, jeroan, vetsin, soda
kue, sarden, udang dan cumi-cumi.
4) Diet rendah kolestrol. Makanan dimakan sebaiknya mengandung
lemak baik dan sedikit mengandung lemak jahat seperti kolesterol.
b. Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gram
dapur untuk diet setiap hari. Cara diet rendah garam yang bisa anda
lakukan untuk menjaga kadar garam yang sesuai dalam tubuh, menurut
Fatmi (2018) yaitu 2400 mg natrium setiap harinya adalah sebagai
berikut :
1) Gunakan bahan makanan yang segar, jauhi makanan yang diproses
terlebih dahulu seperti sosis, makanan kaleng ataupun telor asin.
2) Kurangi penggunaan garam, bumbu penyedap, terasi dan kecap saat
memasak.
3) Pengganti rasa asin dalam masakan bisa menggunakan gula atau cuka
pada masakan. Tomat segar pada sup, atau gunakan bumbu kare,
bumbu gulai dan bumbu rawon, juga bisa menggunakan bahan
rempah lain sesuai selera seperti jahe, kunyit, belimbing wuluh dan
sebagainya.
4) Makan makanan selagi hangat agar aroma masakannya masih segar
sehingga menutupi rasa asin yang kurang terasa.

31
c. Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.
Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu
menurunkan tekanan darah
7. Perubahan perilaku berdasarkan Teori Precede-Proceed
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green. L.Green yang sering
digunakan dalam bidang kesehatan. Teori Precede-Proceed dapat membantu
dalam pembuatan kebijakan, menganalisis situasi dan merancang program
kesehatan secara tepat. Precede-Proceed merupakan teori perubahan
perilaku yang digunakan untuk intervensi, implementasi dan evaluasi
perilaku dalam promosi kesehatan di komunitas atau masyarakat.
PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in
Educational Diagnosis and Evaluation) adalah suatu model pendekatan
yang dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun
sebagai alat untuk merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau
mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk
membuat perencanaan kesehatan(Sunaryo, 2016).
PRECEDE disempunakan oleh Green (1980) yang
dikutip(Notoatmodjo, 2017).menjadi PRECEDE-PROCEED. PROCEED
(Policy, Regulatory, Organizational, Construct, in Educational and
Environmental Development). PRECEDE digunakan pada fase diagnosis
masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan
PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,
serta implementasi dan evaluasi. Model teori Precede-Proceed ini telah
digunakan oleh Permadi (2020) dalam penelitian terkait faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku diet pasien hipertensi di Desa Pagumenganmas
Karangdadap Kabupaten Pekalongan. Menurut teori Green (1980) yang
dikutip (Notoatmodjo, 2017). faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
kesehatan terdiri dari tiga faktor utama yaitu :
1) Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud
dalam psikologi dalam diri individu itu sendiri. Variabelnya antara

32
lain sosio demografi (umur, pendidikan dan pekerjaan) pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), yang merupakan
pengaruh dari lingkungan luar. Variabel ini terwujud dalam
lingkungan fisik, jam operasional dan jarak fasilitas kesehatan,
tersedia atau tidak tersedia fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat dan
sebagainya.
3) Faktor-faktor pendorong/ penguat (Reinforcing factors) merupakan
pengaruh dari orang/ kelompok/ organisasi yang memiliki pengaruh
atau kekuasaan, seperti peraturan pemerintahan, sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat, contoh: dukungan keluarga,
dukungan petugas dan dukungan masyarakat

F. Penelitian terkait
1. Dasopang (2017) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang diet
dengan kepatuhan diet penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Padang Bulan. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan
pendekatan cross sectional. Tehnik sampling dengan quota sampling,
jumlah sampel 100 pasien. Hasil penelitian didapatkan hubungan tingkat
pengetahuan tentang diet dengan kepatuhan diet penderita hipertensi (p =
0,002). Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya
terletak pada variabel dependennya yaitu kepatuhan diet, sedangkan pada
penelitian ini perilaku diet, penelitian sebelumnya menggunakan teknik
quota sampling sedangkan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
yaitu purposive sampling. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel
bebas yaitu sama-sama tentang pengetahuan tentang diet dan subyek
penelitian penderita hipertensi. Keunggulan dari penelitian ini adalah
jumlah sampel sebanyak 162 orang sehingga data yang didapatkan lebih
bervariasi

33
2. Rahayu (2018) tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang diet dengan
perilaku kepatuhan melaksanakan diet pada pasien diabetes mellitus di
Puskesmas Dinoyo Malang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan purposive sampling,
jumlah sampel sebanyak 44 responden. Alat pengumpulan data
menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan korelasi
spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan tingkat
pengetahuan tentang diet dengan perilaku kepatuhan melaksanakan diet
pada pasien diabetes mellitus(p = 0,000). Perbedaan penelitian sekarang
dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel dependennya yaitu
perilaku kepatuhan diet, sedangkan pada penelitian ini perilaku diet,
penelitian sebelumnya menggunakan teknik total sampling sedangkan
teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling,
sampel penelitian sebelumnya adalah pasien DM sedangkan penelitian ini
adalah pasien hipertensi. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel
bebas yaitu sama-sama tentang tingkat pengetahuan tentang diet.
Keunggulan dari penelitian ini adalah jumlah sampel sebanyak 162 orang
sehingga data yang didapatkan lebih bervariasi, pemilihan sampel pada
menggunakan purposive sampling sehingga kontrol sampel lebih ketat
untuk mencegah bias hasil penelitian
3. Amelia (2018) tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku
diet hipertensi pada lansia penderita hipertensi di RW 03 Mangkukusuman
Kelurahan Baciro Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Penelitian ini
adalah penelitian korelasional dengan pendekatan crosssectional. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 35 responden dengan menggunakan sampling
jenuh dan diuji dengan analisis Spearman Hasil penelitian didapatkan ada
hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku diet hipertensi pada
lansia penderita hipertensi (p = 0,000). Perbedaan penelitian dengan
penelitian sebelumnya terletak pada variabel bebas yaitu dukungan
keluarga, sedangkan pada penelitian ini pengetahuan, teknik sampling jenuh
sedangkan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive

34
sampling. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu sama-
sama tentang perilaku diet hipertensi dan subyek penelitian lansia
hipertensi. Keunggulan dari penelitian ini adalah jumlah sampel sebanyak
162 orang sehingga data yang didapatkan lebih bervariasi, pemilihan sampel
pada menggunakan purposive sampling sehingga kontrol sampel lebih ketat
untuk mencegah bias hasil penelitian
4. Nastiti (2018) tentang hubungan pengetahuan dengan sikap lansia terhadap
diet hipertensi di Panti Tresna Werda Magetan. Penelitian ini adalah
penelitian korelasional dengan pendekatan crosssectional. Populasi dalam
penelitian ini sebanyak 80 responden dengan menggunakan convenience
sampling dan diuji dengan analisis Spearman rank. Hasil penelitian
didapatkan ada hubungan pengetahuan dengan sikap lansia terhadap diet
hipertensi di Panti Tresna Werda Magetan (p = 0,003). Perbedaan penelitian
dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel terikat yaitu sikap
lansia terhadap diet hipertensi, sedangkan pada penelitian ini perilaku diet,
teknik menggunakan convenience sampling sedangkan teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling. Persamaan penelitian
ini terletak pada variabel bebas yaitu sama-sama tentang pengetahuan
tentang diet hipertensi dan subyek penelitian lansia hipertensi. Keunggulan
dari penelitian ini adalah jumlah sampel sebanyak 162 orang sehingga data
yang didapatkan lebih bervariasi, pemilihan sampel pada menggunakan
purposive sampling sehingga kontrol sampel lebih ketat untuk mencegah
bias hasil penelitian

35
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (conceptual framework) adalah model pendahuluan dari
sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari hubungan variabel-
variabel yang diteliti. Kerangka konsep dibuat berdasarkan literature atau teori
yang sudah ada (Swarjana, 2017).

Teori Precede-Proceed
1
Faktor predisposisi (predisposing factor)
1. Sosio demografi (umur, pendidikan dan
pekerjaan)
2. Kepercayaan
3. Keyakinan
4. Nilai-nilai
5. Sikap
Perilaku diet lansia
6 Pengetahuan hipertensi

Faktorpendukung (enabling factors)


1. Ketersediaan sarana dan prasarana
2. Sumber informasi
3. Keterjangkauan tempat pelayanan
kesehatan

FaktorPendorong (reinforcing factors)


1. Dukungan suami
2. Dukungan petugas
3. Dukungan masyarakat

Keterangan gambar
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku


Diet Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis
Daerah Puskesmas Sukawati II

36
Penjelasan:
Diet merupakan salah satu program terapi pasien hipertensi yang efektif, tapi
mengubah dan mempertahankan perilaku diet seperti mengatur pola makan,
mengurangi konsumsi garam, memperbanyak konsumsi buah dan sayuran segar,
tidak mudah dilakukan sehingga lansia hipertensi masih mempunyai perilaku diet
hipertensi yang kurang baik. Faktor yang berpengaruh terhadap perilaku antara lain
: faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), : sosio demografi (umur,
pendidikan dan pekerjaan) pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
dan sebagainya. Faktor-faktor pendukung (Enabling factors), :fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan. Faktor-faktorp endorong/ penguat (Reinforcing
factors): peraturan pemerintahan, sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain, yang merupakan kelompo referensi dari perilaku masyarakat seperti
dukungan keluarga, dukungan petugas dan dukungan masyarakat

B. Hipotesis
Hipotesis didalam penelitian merupakan jawaban sementara penelitian
yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut(Nursalam, 2020).
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah hipotesis alternatif yaitu
hubungan pengetahuan dengan perilaku diet lansia hipertensi di wilayah kerja
Unit Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabe Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya(Sugiyono, 2018). Variabel penelitian ini
teridiri dari :
a. Variabel Independent
Variabel independent atau variable bebas adalah variabel yang
nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel independent
dalam penelitian ini adalah pengetahuan.

37
b. Variabel dependent
Variabel dependent atau variabel terikat Adalah variabel yang
nilainya ditentukan variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah perilaku diet
2. Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian merupakan definisi terhadap variable
penelitian secara operasional sehingga peneliti mampu mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan terkait dengan konsep(Sugiyono, 2018). Definisi
operasional dalam penelitian seperti table 3.1 berikut:

Tabel 1.2 Definisi Operasional Penelitian Hubungan Pengetahuan Dengan


Perilaku Diet Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Unit Pelaksana
Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II

No Variabel Definisioperasional Alat ukur Skor Skala


1 2 3 4 5 6
1. Variabel Pengukuran tingkat Kuesioner Semakin tinggi Interval
bebas : pengetahuan pengetahuan skor semakin
pengetahuan penderita hipertensi (Nastiti,2018) baik tingkat
tentang diet dengan tentang diet pengetahuan,
menggunakan hipertensi semakin rendah
kuesioner dengan dengan nilai semakin
indikator menjumlahkan rendah tingkat
1. Pengertian diet nilai jawaban pengetahuan,
2. Tujuan diet pada 20 item untuk kebutuhan
3. Syarat diet pertanyaan deskritif
4. Jenis Diet selanjutnya di
5. Jenis makanan kategorikan
yang dianjurkan menjadi:
untuk penderita 1. Baik = 76-
hipertensi 100%
2. Cukup = 56-
75%
3. Kurang =
<56%
2 Variabel Pengukuran Kuesioner Semakin tinggi Interval
terikat : Tindakan pasien perilaku diet skor semakin
perilaku diet hipertensi dalam (Setianingsih, baik perilaku
mengkonsumsi 2019) hipertensi responden
makanan diet untuk dengan semakin rendah
mengendalikan menjumlahkan nilai semakin
tekanan darah dengan nilai jawaban rendah perilaku
menggunakan pada 20 item responden,
kuesioner pertanyaan untuk kebutuhan
dengan indikator deskritif
1. Mengatur Pola selanjutnya di
Makan

38
2. Mengurangi kategorikan
Konsumsi Garam menjadi:
3. Memperbanyak 1. Baik= 61-80,
konsumsi buah 2. Cukup= 41-
dan sayur 60
3. Kurang = 20-
40

39
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitiannya (Nursalam, 2020). Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analitik korelasi. Analitik Korelasi merupakan
penelitian yang menekankan adanya hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya (Swarjana, 2017). Model pendekatan yang digunakan adalah
cross-sectional yaitu pendekatan yang menggunakan cara observasi atau
pengumpulan data sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel
subjek pada saat pemeriksaan(Nursalam, 2020). Pada penelitian ini data
dikumpulkan satu kali saja dengan cara memberikan kuesioner kepada
responden.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan di UPTD Puskesmas Sukawati II.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan 7 Nopember sampai dengan 1
Desember 2022. Tempat ini dipilih sebagai tempat penelitian karena Jumlah
lansia hipertensi di Kabupaten Gianyar tahun 2020 paling banyak terdapat di
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukawati II dan sebelumnya belum pernah
dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku diet lansia
hipertensi.

C. Populasi, Sampel dan Sampling


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Hidayat, 2018). Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi

40
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2020). Populasi dalam penelitian
ini adalah semua lansia yang menderita hipertensi di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Sukawati II sebanyak 232 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2020). Sampel
penelitian yang diteliti adalah lansia yang menderita hipertensi di Wilayah
Kerja UPTD Puskesmas Sukawati II yang memenuhi kriteria inklusi.
a. Kriteria sampel
Kriteria sampel disini meliputi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi dimana kriteria ini menentukan dapat tidaknya sampel tersebut
digunakan
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2020). Yang termasuk
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
a) Lansia menderita hipertensi yang bersedia menjadi responden
yang telah menandatangani informed consent.
b) Bisa membaca dan menulis
2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi (Nursalam, 2020).
Yang termasuk kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a) Lansia menderita hipertensi yang mengalami gangguan kesehatan
mental seperti demensia dan depresi
b) Lansia menderita hipertensi yang memiliki komplikasi penyakit
hipertensi (penyakit jantung koroner,stroke, gagal jantung dan
penyakit ginjal (gagal ginjal).
c) Lansia menderita hipertensi yang mengalami gangguan
pendengaran (tuli) dan gangguan penglihatan (buta).

41
b. Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan besar
kecilnya jumlah sampel dan ketersediaan subjek dari penelitian itu
sendiri, penentuan besar sampel menggunakan rumus Slovin (Nursalam,
2020), sebagai berikut :
N
n =
1 + N (d ) 2

Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat kesalahan (d = 0,05 )
Besar sampel dapat dihitung sebagai berikut :
n= 232
1 + 232 (0,05)2

n =232
1 + 232 (0,0025)

n= 232
1 + 0,58

n= 232
1,58

n = 146,83= 147

Setelah dihitung dengan menggunakan rumus diatas maka besar sampel

dalam penelitian ini adalah sebanyak 147 orang, untuk mencegah

terjadinya drop out dilakukan penambahan jumlah sampel sebanyak 10%

dari perhitungan, sehingga total sampel yang diambil sebanyak 162

sampel. Yang jumlahnya telah sesuai dengan sampel pada penelitian

yang dilakukan.

42
3. Teknik sampling
Sampling adalah proses menyeleksi unit yang diobservasi dari
keseluruhan populasi yang akan diteliti, sehingga kelompok yang
diobservasi dapat digunakan untuk membuat kesimpulan atau membuat
inferensi tentang populasi tersebut (Babbie, 2006 dalam Swarjana, 2017).
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Non
Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan
consecutive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
semua pasien yang layak dan memungkinkan yang memenuhi kriteria dapat
diambil sebagai sampel dalam periode waktu tertentu sehingga jumlah
pasien yang diperlukan terpenuhi sesuai dengan sampel size yang telah
ditetapkan sebelumnya (Swarjana, 2017).

D. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara
tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban
atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti(Nursalam,
2020). Pertanyaan yang diajukan kepada responden penelitian
menggunakan jenis pertanyaan terstruktur responden dimana hanya
menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan. (Nursalam,
2020). Pada saat pengumpulan data, sebelum responden menjawab
pertanyaan kuesioner akan diberikan penjelasan tentang cara pengisian
kuesioner sesuai dengan petunjuk yang tersedia kemudian responden bisa
membaca langsung mengisi sendiri kuesionernya, responden bebas memilih
kuesioner mana yang akan dijawab lebih dahulu dan mana yang dijawab
belakangan.

43
2. Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu kuesioner.
Kuesioner adalah form yang diberisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah
ditentukan dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang orang-orang
sebagai bagian dari penelitian (Swarjana, 2017). Kuesioner pada penelitian
ini terdiri atas tiga bagian, yaitu :
a. Kuesioner Karakteristik
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui karakteristik responden
meliputi : umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan
b. Kuesioner pengetahuan
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
pengetahuan tentang diet hipertensi menggunakan kusioner yang sudah
baku yaitu kuisoner dari Nastiti (2018)yang terdiri dari 20 item
pertanyaan yang mencakup tentang pengertian diet, tujuan diet, syarat
diet, jenis diet dan jenis makan yang dianjurkan untuk pasien hipertensi.
Kuesioner ini ada dua pernyataan yaitu pernyataan positif (favorable)
bila responden menjawab benar nilainya 1 dan menjawab salah nilainya
0. Pernyataan negatif (unfavorabel) bila responden menjawab benar
nilainya 0 dan menjawab salah nilainya 1. Pemberian jawaban
ditunjukkan dengan menggunakan tanda centang (√) pada lembar
kuesioner yang sudah disediakan.
Pengetahuan dikategorikan menjadi baik : persentase jawaban
benar 76 – 100%, cukup : persentase jawaban benar 56 - 75% dan kurang:
persentase jawaban benar < 55%. Kuesioner pengetahuan tentang diet
hipertensi sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh Nastiti
(2018)berdasarkan hasil uji validitas, semua ítem pertanyaan kuesioner
pengetahuan dinyatakan valid (nilai p < 0,05) kemudian diuji
reliabilitasnya dan diperoleh koefisian cronbach’s alpha = 0,864 (>0,6)
sehingga dinyatakan kuesioner reliabel.

44
c. Kuesioner perilaku
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur
perilaku diet menggunakan kusioner yang sudah baku yaitu kuisioner
dari Setianingsih (2019). Kuesioner perilaku diet terdiri dari tiga
indikator yaitu mengatur pola makan, mengurangi konsumsi garam dan
memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Kuesioner perilaku diet terdiri
dari 20 item pertanyaan yaitu mengatur pola makan terdiri dari 7 item
pertanyaan, 9 item pertanyaan tentang mengurangi konsumsi garam dan
4 item pertanyaan untuk memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Kuesioner perilaku diet dibuat dengan skala Likert, untuk pernyataan
positif jawaban tidak pernah nilai 1, jarang nilai 2, sering nilai 3 dan
selalu nilai 4. Untuk pernyataan negatif jawaban tidak pernah nilai 4,
jarang nilai 3, sering nilai 2 dan selalu nilai 1. Perilaku diet dikategorikan
menjadi baik : jika skor 61-80, cukup : jika skor 41-60 dan kurang: nilai
skor20-40 (Setianingsih, 2019).
Kuesioner perilaku diet sudah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas oleh Setianingsih (2019)berdasarkan hasil uji validitas, semua
ítem pertanyaan kuesioner perilaku diet dinyatakan valid (nilai p < 0,05)
kemudian diuji reliabilitasnya dan diperoleh koefisian cronbach’s alpha
= 0,833 (>0,6) sehingga dinyatakan kuesioner reliabel.

3. Teknik pengumpulan data


a. Tahap persiapan
Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum penelitian
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti mempersiapkan materi yang mendukung penelitian.
2) Peneliti kemudian mengurus surat permohonan informasi data
dari Rektor ITEKES Bali untuk mencari data, surat pengantar

45
tersebut diberikan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah
Puskesmas Sukawati II.
3) Peneliti menyusun proposal yang telah disetujui oleh kedua
pembimbing.
4) Peneliti melakukan uji kelayakan etik sebelum pengumpulan
data dilakukan di komisi etik ITEKES Bali dan mendapatkan
surat Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) No :
04.0581/KEPITEKES-BALI/XI/2022 tertanggal 1 Nopember
2022
5) Peneliti mengurus surat ijin penelitian dari Rektor ITEKES Bali
untuk memohon ijin dilakukannya penelitian, kemudian surat
pengantar tersebut diberikan kepada Dinas Penanaman Modal
dan Perijinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Gianyar
6) Peneliti mendapatkan ijin dari Dinas Penanaman Modal dan
Perijinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Gianyar Nomor
070/0569/IP/DPM PTSP/2022, tertanggal 7 Nopember 2022
kemudian peneliti membawa surat tersebut ke UPTD Puskesmas
Sukawati II
7) Penelitin mendapatkan surat keterangan melaksanakan
penelitian dari UPTD Puskesmas Sukawati II dengan Nomor
445/631.a/SKWII/TU/MJN/2022 tertanggal 10 Nopember 2022
8) Peneliti mempersiapkan lembar permohonan untuk menjadi
responden.
9) Peneliti mempersiapkan lembar persetujuan untuk menjadi
responden (informed concent).
10) Mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu
berupa kuesioner.
b. Tahap pelaksanaan
Setelah mendapatkan izin, dilanjutkan ke tahap pelaksanaan,
yaitu:

46
1) Peneliti melakukan seleksi sampel dengan melakukan kunjungan
rumah, saat kegiatan posyandu lansia, kegiatan posbindu dan saat
lansia berkunjung ke UPTD Puskesmas Sukawati II, saat proses
seleksi akan tetap menerapkan protokol kesehatan seperti mengukur
suhu tubuh, menganjurkan mencuci tangan, tetap memakai masker
dan menjaga jarak, kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi,
lansia yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sampel penelitian
2) Setelah mendapatkan responden yang memenuhi kriteria inklusi
selanjutnya peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan
tujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Responden yang
telah diberikan penjelasan selanjutnya menandatangani lembar
informed concent sebagai bukti persetujuan
3) Peneliti memberikan kebebasan untuk menentukan apakah bersedia
atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela tanpa
ada unsur kepaksaan atau pengaruh dari orang lain.
4) Peneliti memberikan jaminan mengenai kerahasiaan identitas
responden. Pada penelitian ini, peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan inisial pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan.
5) Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa peneliti menjaga
kerahasiaan jawaban dari responden pada kuesioner. Peneliti
menyimpan jawaban dan tidak membocorkan data yang didapat dari
responden. Semua informasi yang dikumpulkan dijamin
kerahasiaanya oleh peneliti.
6) Peneliti melakukan pengukuran pengetahuan dan perilaku dengan
menggunakan kuesioner. Kemudian peneliti menjelaskan cara
pengisian kuesioner sesuai dengan petunjuk yang tersedia
7) Peneliti memaksimalkan hasil penelitian agar bermanfaat
(beneficience) dan meminimalkan hal yang merugikan
(maleficience) bagi responden.

47
8) Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas
partisipasinya dalam penelitian.
9) Selanjutkan dilakukan pengolahan data.

E. Analisa Data
1. Teknik pengolahan data
Pengolahan data merupakan suatu upaya untuk memprediksi data dan
menyiapkan data sedemikian rupa agar dapat dianalisis lebih lanjut dan
mendapat data yang siap untuk disajikan (Hidayat, 2018). Metode
pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Pada proses ini peneliti melakukan
pengecekan setiap lembar kuesioner untuk memastikan bahwa setiap
komponen yang terdapat dalam kuesioner dan data karakteristik
responden telah terisi semua untuk menghindari kekeliruan atau
kesalahan data.
b. Coding
Coding adalah proses mengklasifikasi data sesuai dengan
klasifikasinya dengan cara memberikan kode tertentu. Peneliti pada
tahap ini melakukan klasifikasi data sesuai dengan cara memberikan
kode untuk memudahkan proses pengolahan data katagori sebagai
berikut :
1) Jenis kelamin : kode 1 = laki-laki, kode 2 = perempuan
2) Pendidikan : kode 1 = tidak sekolah, kode 2 = SD, kode 3 = SMP,
kode 4 = SMA, kode 5 = Sarjana
3) Pekerjaan : kode 1 = swasta, kode 2 = PNS, kode 3 = Wiraswasta,
kode 4 = petani, kode 5 = tidak bekerja
4) Pengetahuan : kode 1 = pengetahuan baik, kode 2 = pengetahuan
cukup dan kode 3 = pengetahuan kurang
5) Perilaku : kode 1 = perilaku baik, kode 2 = perilaku cukup dan kode

48
3 = perilaku kurang
c. Entry
Proses entry data merupakan proses dengan memasukkan atau
memindahkan jawaban responden atau kode jawaban terhadap masing-
masing variabel ke dalam media tertentu misalnya master data (master
tabel). Pada tahap ini peneliti memasukkan data hasil pengisian
kuesioner ke dalam master tabel atau database komputer, dengan
memanfaatkan program Microsoft Excel. Jenis statistik yang digunakan
pada penelitian ini adalah univariat atau deskriptif
d. Cleaning
Cleaning adalah pembersihan data melalui pengecekan kembali
data yang akan dientry apakah data sudah benar atau belum. Peneliti
pada proses ini melakukan pembersihan data yang sudah dimasukkan
kedalam komputer. Hasil clearning yang telah peneliti lakukan tidak di
temukan data-data yang kurang atau data yang tidak perlu (missing data)
pada kedua variabel.
e. Tabulating
Proses tabulating merupakan proses penyusunan data
sedemikian rupa agar mudah dijumlahkan, disusun untuk disajikan dan
dianalisis. Pada tahap ini peneliti menghitung jumlah data dan
persentasenya kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi
2. Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka komponen variabel
penelitian yang dapat dilakukan analisis sebagai berikut :
a. Statistik deskriptif (descriptive statistic)
Analisa data menggunakan analisis deskriptif digunakan untuk
melakukan analisis secara deskriptif terhadap sejumlah data yang telah
tersedia atau yang telah dikumpulkan melalui metode pengumpulan data
penelitian. Beberapa perhitungan statistik deskriptif untuk mengetahui
deskripsi karakteristik responden dan variabel penelitian secara

49
univariat mencakup nilai maksimum, minimum, dan proporsi dari
variabel penelitian yaitu pengetahuan dan perilaku
b. Statistik inferensial (inferential statistic)
Analisa inferensial adalah analisa yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,
2017). Analisis inferensial berfungsi untuk menganalisa hubungan
pengetahuan dengan perilaku diet lansia hipertensi di wilayah kerja Unit
Pelaksana Teknis Daerah Puskesmas Sukawati II. Pertama dilakukan uji
normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Apabila nilai
signifikan (sig) > α (0,05) maka data berdistribusi normal, sebaliknya
apabila nilai signifikan (sig) ≤ α (0,05) maka data tidak berdistribusi
normal. Berdasarkan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov
didapakan hasil p = 0,187 > 0,05 hasil uji normalitas tersebut
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal sehingga uji analisis
yang digunakan adalah uji Pearson Product Moment.
1) Nilai Signifikan Hipotesis
Nilai signifikan hipotesis yaitu :
a) Jika nilai signifikan (sig) < α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha
diterima merupakan hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan atau hubungan pengetahuan dengan perilaku diet
lansia hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah
Puskesmas Sukawati II
b) Jika nilai signifikan (sig) > α (0,05), maka Ho diterima dan Ha
ditolak merupakan hipotesis yang menyatakan tidak adanya
perbedaan atau hubungan pengetahuan dengan perilaku diet
lansia hipertensi di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah
Puskesmas Sukawati II.
2) Kekuatan korelasi
Kekuatan korelasi ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 4.1
Pedoman Intepretasi Koefisien Korelasi

50
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber : Sugiyono (2018)
3) Arah korelasi
Arah korelasi yaitu :
a) Sifat hubungan positif (+) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y juga akan mengalami kenaikan atau
sebaliknya jika variabel Y mengalami kenaikan maka variabel X
juga akan mengalami kenaikan.
b) Sifat hubungan negatif (-) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y juga akan mengalami penurunan atau
sebaliknya jika variabel Y mengalami kenaikan maka variabel X
juga akan mengalami penurunan.

F. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.
Menurut Hidayat (2018), masalah etika yang harus diperhatikan antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Informed consent (Lembar persetujuan menjadi responden)
Peneliti akan memberikan lembar persetujuan agar responden
mengerti maksud, tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya.
Responden yang dijadikan sampel menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Peneliti memberikan jaminan mengenai kerahasiaan identitas
responden penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan

51
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.
4. Self determination
Peneliti telah memberikan kebebasan untuk menentukan apakah
bersedia atau tidak responden untuk mengikuti kegiatan penelitian secara
sukarela tanpa ada unsur paksaan atau pengaruh dari orang lain. Responden
pada penelitian ini bersedia secara sukarela mengikuti penelitian dan sudah
dibuktikan dengan kesediaan menanda tangani surat persetujuan sebagai
responden.
5. Protection from discomfort and harm
Responden bebas dari rasa tidak nyaman, intervensi dilakukan
berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan responden sehingga responden
bisa merasa bebas menentukan waktu pertemuan dan tempat pertemuan
dengan peneliti. Peneliti memaksimalkan hasil penelitian agar bermanfaat
(beneficence) dan meminimalkan hal yang merugikan (maleficience) bagi
responden.

52

Anda mungkin juga menyukai