Anda di halaman 1dari 63

PENGARUH PUDING DAUN KELOR TERHADAP TEKANAN

DARAH PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS


REJOSARI PEKANBARU

SKRIPSI

DESI MASTIKA
19301007

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2023

i
PENGARUH PUDING DAUN KELOR TERHADAP TEKANAN
DARAH PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
REJOSARI PEKANBARU

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

DESI MASTIKA
19301007

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PUDING DAUN KELOR TERHADAP TEKANAN


DARAH PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
REJOSARI PEKANBARU

SKRIPSI

DESI MASTIKA
19301007

Skripsi Ini Telah Disetujui


Tanggal, 28 Juli 2022

Pembimbing

Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp. Kep. MB


NIDN. 1001058102

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Ns. Fitri Dyna, M.Kep


NIDN. 1001078102

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH PUDING KELOR TERHADAP TEKANAN


DARAH PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS
REJOSARI PEKANBARU

Skripsi Ini Telah Disetujui, Diperiksa Dan Dipertahankan Di Hadapan Tim


Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Payung Negeri
Pekanbaru

DESI MASTIKA
19301007

Pekanbaru, 28 Juni 2023

Pembimbing Ketua Penguji Penguji

Ns. Sri Yanti, M. Kep, Sp. Kep. MB Ns. Wardah, M.Kep Ns. Dendy Kharisma, M.Kep
NIDN. 1001058102 NIDN: 1020068201 NIDN:1013108802

Mengesahkan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru
Ketua,

Dr. Hj. Deswinda, S.Kep, Ns, M.Kes


NIDN: 1024027001

iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Desi Mastika

NIM : 19301007

Program Studi : S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru

Judul : Pengaruh Puding Kelor Terhadap Tekanan Darah Pada

Pasien Hipertensi Di Puskesmas Rejosari Pekanbaru

Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adaah hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya tersebut.

Pekanbaru, Juni 2023


Yang membuat pernyataan

Desi Mastika
Nim : 19301007

KATA PENGANTAR

v
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan proposal penelitian ini, yang diajukan guna melengkapi dan
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Pendidikan sarjana keperawatan di
STIKes Payung Negeri Pekanbaru dengan judul “Pengaruh Puding Daun Kelor
Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Puskesmas Rejosari
Pekanbaru”
Pada kesempatan kali ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Dr. Hj. Deswinda, S.Kep, M.Kes, selaku Ketua STIKes Payung Negeri
Pekanbaru.
2. Ibu Ns. Fitri Dyna, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
3. Ibu Ns. Sri Yanti, M.Kep, Sp. Kep. MB selaku dosen pembimbing dan
koordinator mata kuliah skripsi yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan arahan, saran, serta bimbingan kepada penulis.
4. Seluruh staf dosen dan seluruh karyawan STIKes Payung Negeri Pekanbaru.
5. Teristimewa ucapan terima kasih kepada Ayah tercinta (B.Situmorang) dan
ibunda tercinta (M.Hutabarat), dan kakak dan adik yang selalu memberi
dukungan, motivasi dan doa yang tiada hentinya.
6. Teman-teman seperjuangan di STIKes Payung Negeri Pekanbaru selama 4
tahun terakhir ini, yang telah memberikan motivasi, masukan dan saran
selama penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi penelitian ini tidak terlepas
dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dan kesempurnaan skripsi ini.

Pekanbaru, 20 Juni 2023

vi
Penulis.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

vii
Skripsi, Juni 2023

Desi Mastika

Pengaruh Puding Kelor Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi.

XIII + 43 Halaman + 17 Tabel + 10 Lampiran + 2 Skema

ABSTRAK

Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia.


masyarakat tertarik untuk mengkomsumsi obat non-farmakologi karena tidak
menimbulkan efek samping, salah satunya mengkonsumsi daun kelor untuk
menurunkan tekanan darah. Daun kelor memiliki kandungan antioksidan antara
lain alkaloid, saponin, fitosterols, tannins, polyphenol dan flavonoid yang dapat
menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh puding kelor terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di
Puskesmas Rejosari Pekanbaru dengan melibatkan 30 responden, penelitian ini
dilakukan pada tanggal 22 sampai 28 Mei 2023. Desain penelitian yang digunakan
yaitu quasi experiment dengan pendekatan pre and posttest control group design.
teknik sample yang digunakan adalah Accidental Sampling dengan kriteria inklusi
dan eklusi. Mengkonsumsi puding kelor 2 kali sehari selama 7 hari sebanyak 100g.
Instumen penelitian yang digunakan yaitu lembar observasi dan
sphygmomanometer. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh puding
kelor sebelum dan sesudah pemberian puding kelor dengan p value = 0,00 dimana
dapat disimpulkan terdapat pengaruh puding kelor terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi. Hasil uji statistik puding dan obat menunjukkan p
value posttest sistolik >α(0,05) dan diperoleh p value posttest diastolik <α(0,05),
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara puding kelor dan juga
obat dalam mengontrol dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Penelitian ini merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh puding kelor terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi.

Kata Kunci : Pengaruh, Puding Kelor, Hipertensi, Farmakologi, Non-Farmakologi

viii
NURSING PROGRAM STUDY
STIKES PAYUNG NEGERI PEKANBARU

Research, June 2023

Desi Mastika

The Effect of moringa puding on blood pressure hypertension pattients

XIII + 43 Pages + 17 Tables + 10 Attachmens + 2 Scheme

ABSTRAC
Hypertension is the main cause of premature death worldwide. One of the global
targets for non-communicable diseases is the prevalence of hypertension by 33%
between 2010 and 2030. Hypertensive patients routinely take drugs to control and
lower blood pressure, however, because pharmacological drugs cause side effects,
people are interested in consuming non-pharmacological drugs, one of which is
consuming Moringa to lower blood pressure. Moringa leaves contain antioxidants
including alkaloids, saponins, phytosterols, tannins, polyphenols and flavonoids
which can lower blood pressure. Consuming 100g of Moringa pudding 2 times a
day for 7 days according to the SOP. The purpose of this study was to find out the
effect of Moringa pudding on blood pressure in hypertensive patients at the
Rejosari Health Center in Pekanbaru involving 15 respondents. This research was
conducted from 22 to 28 May 2023. The research design used was a Quasi
Experiment with a Pre and posttest control group design approach. . The sampling
technique used is Accidental Sampling with inclusion and exclusion criteria. The
research instruments used were observation sheets and a sphygmomanometer. The
results of this study indicate that there is an effect of Moringa pudding before and
after administration of Moringa pudding with a p value = 0.00 which can be
concluded that there is an effect of Moringa pudding on reducing blood pressure
in hypertensive patients. Pudding and drug statistical test results showed p value
posttest systolic >α(0.05) and posttest diastolic p value <α(0.05), indicating that
there was no significant difference between moringa pudding and also drugs in
controlling and lowering blood pressure in hypertensive patients. This study
recommends that future researchers conduct further research on the effect of
moringa pudding on blood pressure in hypertensive patients.

ix
Keywords: Effect, Moringa Pudding, Hypertension, Pharmacology, Non-
Pharmacology

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN iii


HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN Error! Bookmark not defined.
DAFTAR SKEMA xii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teoritis 6
B. Penelitian Terkait 15
C. Kerangka Konseptual 16
D. Hipotesis 17
BAB III 18
METODOLOGI PENELITIAN 18
A. Jenis dan Desain Penelitian 18
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 18
C. Populasi dan Sampel 19
D. Instrumen Penelitian 20
E. Definisi Operasional 20
F. Etika Penelitian 21
G. Prosedur Pengumpulan Data 22
I. Analisis Data 25
DAFTAR PUSTAKA 42

x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah 6

Tabel 2.2 Kandungan Daun Kelor 12

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian 18

Tabel 3.2 Definisi Operasional 20

Tabel 3.3 Rerata Tekanan Darah PreTest dan Posttest Kelompok Kontrol 24

Tabel 3.4 Rerata Tekanan Darah PreTest dan PostTest Kelompok Intervensi 25

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia 27

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 27

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan 28

Tabel 4.5 Distribusi Nilai Statistik Deskriptif Responden Sistolik Sebelum Treatmen
Obat 28

Tabel 4.6 Distribusi Nilai Statistik Deskriptif Responden Diastolik Sebelum Treatment
Obat 28

Tabel 4.7 Distribusi Nilai Statistik Deskriptif Responden Sistolik

Treatmen Obat dan Puding Kelor 29

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Dengan Sweknes Kurtosis 29

Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Dengan Sweknes Kurtosis 30

Tabel 4.10 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Obat 30

Tabel 4.11 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Puding 31

Tabel 4.12 Perbedaan Tekanan Darah Setelah diberikan Obat dan Puding Kelor 31

xi
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Konsep………………………………………...….18
Skema 3.1 Desain Penelitian……………………………………...…….20

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tanaman Daun Kelor 12

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Observasi
Lampiran 4. Lembar Surat Izin Pra Riset
Lampiran 5. Lembar Surat Izin Etik
Lampiran 6. Lembar Surat Selesai Penelitian
Lampiran 7. Lembar Hasil Master Tabel
Lampiran 8. Lembar Hasil Output SPSS
Lampiran 9. Dokumentasi
Lampiran 10. Lembar Bimbingan Skripsi

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis serius yang
secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung, otak, ginjal, dan
penyakit lainnya. Diperkirakan 1,28 milliar orang dewasa berusia 30-79 tahun
diseluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di
Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan 46% orang
dewasa dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi
tersebut. Kurang dari setengah orang dewasa (42%) dengan hipertensi
didiagnosis dan diobati. Sekitar 1 dari 5 orang dewasa (21%) dengan
hipertensi dapat mengontrolnya. Hipertensi merupakan penyebab utama
kematian dini di seluruh dunia. Salah satu target global penyakit tidak menular
adalah merupakan prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan
2030. Data dari World Health Organization (WHO, 2021).
WHO (2021) mendukung Negara-negara untuk mengurangi hipertensi
sebagai masalah kesehatan masyarakat. Pada tahun 2021, WHO merilis
pedoman baru tentang pengobatan farmakologis hipertensi pada orang
dewasa. Publikasi ini memberikan rekomendasi berbasis bukti untuk memulai
pengobatan hipertensi, dan interval yang direkomendasikan untuk
pengendalian, dan informasi tentang siapa, dalam sistem perawatan kesehatan,
yang dapat memulai pengobatan.
Prevalensi hipertensi bervariasi antara daerah dan kelompok pendapatan
Negara. WHO wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi (27%)
sedangkan wilayah WHO Amerika memiliki prevalensi hipertensi terendah
(18%). Jumlah orang dewasa degan hipertensi meningkat dari 594 juta pada
tahun 1975 menjadi 1,13 milliar pada tahun 2015, dengan peningkaan yang
sebagian besar terlihat di Negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan factor
resiko hipertensi pada populasi tersebut (WHO, 2021).

1
2

Hipertensi yang tidak segera ditangani dapat mengakibatkan dampak yang


buruk bagi penderita. Antara lain adanya kelainan pembuluh darah, jantung,
dan gangguan ginjal, bahkan pecahnya pembuluh darah kapiler di otak atau
lebih biasa disebut stroke dan berakhir dengan kematian. Komplikasi yang
terjadi pada penderita hipertensi diakibatkan ketidakpatuhan dalam
menjalankan terapi pengobatan dan tidak rutin dalam mengontrol
tekanan darah (Kartika et al., 2021)
Hipertensi dapat dikendalikan dengan pengobatan farmakologi dan non
farmakologi. Pengobatan farmakologi berupa pemberian obat-obat senyawa
kimia dengan jenis-jenis medikasi antihipertensi meliputi diuretik, penyekat
beta-adregenik, atau beta-blocker, vasodilator dan penghambat enzim
pengubah angiotensin. Sedangkan pengobatan non farmakologi atau
pengobatan alternatif dapat dilakukan dengan cara terapi pijat, terapi
refleksi, akupreseur dan juga pemberian obat herbal (Alam & Jama, 2020).
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan pendekatan farmakologi
maupun non farmakologi. Pendekatan non farmakologi atau disebut
pendekatan komplementer sangat popular di Indonsesia. Dewasa ini,
pendekatan non farmakologis menjadi alternatif pengobatan pasien hipertensi
karena dinilai lebih aman dan dapat meningkatkan efektivitas terapi obat anti
hipertensi, dibandingkan dengan pemberian obat saja. 10 Terapi non
farmakologis lebih efektif dan mudah dilaksanakan namun faktanya kurang
diminati oleh masyarakat, karena terapi ini realtif lebih lama sampai terjadi
efek dibandingkan dengan terapi farmakologis, selain itu diperlukan
ketekunan dan konsisten dalam menjalankan terapi (Iqbal & Handayani,
2022).
Daun kelor mengandung antioksidan antara lain alkaloid, saponin,
fitosterols, tannins, polyphenol dan flavonoid. Kadar polyphenol dan
flavonoid pada daun kelor diketahui lebih tinggi dibandingkan daun lain
seperti daun labu siam dan daun pakis. Daun kelor juga memiliki kandungan
Vitamin C, daun kelor ini hampir 4 kali lebih banyak dari pada daun lainnya
seperti daun kenikir yang memiliki kandungan vitamin C 64,6mg/100g dan
3

daun papaya yang memiliki kandungan vitamin C 61,8mg/100g daun. Semua


zat yang terkandung tersebut dapat mencegah LDL-oks. (Saputra et al., 2020).
Daun kelor mengandung potassium yang dapat mengendalikan tekanan darah
dan kandungan fitosferol yang mencegah peningkatan kolestrol jahat dalam
darah (Aminah et al., 2015).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (E. Yanti, 2019)
menunjukkan bahwa air rebusan daun kelor dapat menurunkan tekanan darah.
Hasil penelitiannya terdapat penurunan sistolik 153,50 menjadi 129,56 dan
diastolik 94,38 menjadi 86,25. Didapat bahwa dengan meminum air rebusan
daun kelor secara rutin dapat menurunkan tekanan darah secara perlahan-lahan
tanpa efek samping
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 14
desember 2022 didapatkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Riau
bahwa penyakit hipertensi tertinggi pada tahun 2022 berada di Puskesmas
Rejosari dengan di dapatkan data dari Januari – Desember 2022 jumlah
kunjungan pasien hipertensi sebanyak 3.546 orang. Hasil wawancara yang
dilakukan terhadap 10 pasien hipertensi, 70% diantaranya mengatakan
melakukan terapi non farmakologi. Mereka mengatakan tidak hanya
mengkonsumsi obat dari Puskesmas saja, pasien berkeyakinan dengan
mengkomsumsi obat tradisional dapat membantu menurunkan tekanan darah,
pasien menyebutkan mengkomsumsi timun dan seledri. Saat wawancara
mereka mengatakan belum pernah mengkomsumsi puding daun kelor, mereka
mengatak selama ini hanya tahu bahwa tanaman kelor dikonsumsi untuk
dibuat sebagai sayur. 30% pasien lagi mengatakan hanya mengkonsumsi obat
dari puskesmas saja. Berdasarkan pernyataan berikut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “pengaruh puding daun kelor terhadap tekanan
darah pasien hipertensi”.
4

B. Rumusan Masalah
Bentuk yang lebih parah mungkin menunjukkan kelelahan, mual, muntah,
kebingungan, kecemasan, nyeri dada, dan tremor otot. Jika tidak diobati,
hipertensi dapat menyebabkan nyeri dada yang persisten (juga disebut
angina), serangan jantung, gagal jantung, dan detak jantung tidak teratur,
yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Hipertensi sendiri dapat
disebabkan oleh genetik, pola makan, gaya hidup, dan karakteristik,
apabila dari keempat penyebab hipertensi itu tidak di perhatiakan dengan baik
maka akan menimbulkan kondisi yang dapat menjadi berbahaya dan bisa
mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan
gagal jantung.
Berdasarkan latar belakang yang ada rumusan masalah dalam penelitian
iniadalah untuk mengetahui “Bagaimana pengaruh puding daun kelor terhadap
tekanan darah pasien hipertensi?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
puding daun kelor terhadap perubahan tekanan darah pada pasien
hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tekanan darah sebelum pemberian puding kelor pada
kelompok kontrol dan intervensi.
b. Mengidentifikasi tekanan darah sesudah pemberian puding kelor pada
kelompok kontrol dan intervensi.
c. Mengidentifikasi perbedaan tekanan darah pada kelompok kontrol dan
kelompok hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah bagi
tenaga keperawatan demi peningkatan ilmu pengetahuan khususnya yang
5

terkait dengan pengembangan sumber daya manusia dalam bidang


keperawatan profesional.
2. Manfaat Praktis
Pelayanan Kesehatan yang berkualitas dapat dilihat dari perilaku,
maupun keterampilan yang ditunjukkan oleh perawat atau pemberian
layanan Kesehatan lainnya selain dari ilmu yang dimiliki. Hasil penelitian
ini akan menambahkan manfaat keilmuan berdasarkan mengenai pengaruh
Pengaruh Puding Kelor Terhadap Pasien Hipertensi di Puskesmas Rejosari
Pekanbaru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Hipertensi
a. Defenisi Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh gelap (silent
killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan
gejala lebih dahulu. Hipertensi suatu keadaan dimana tekanan darah
meningkat diatas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai
dengan usia. Seseorang dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg, pada
pemeriksaan yang berulang. Penyebab tekanan darah meningkat adalah
peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan)
dari pembuluh darah dari tepi. peningkatan volume aliran darah Tekanan
darah sistolik merupakan pengukur utama yang menjadi dasar penentuan
diagnosis hipertensi (Astuti, 2019).
Tekanan darah merupakan suatu gaya yang diberikan darah kepada
dinding pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap
dinding arteri ketika darah dipompa dari jantung menuju jaringan.
Besarnya tekanan tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung.
tekanan darah paling tinggi ketika ventrikel berkontraksi (tekanan sistolik)
dan paling rendah ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolik). Pada
keadaan hipertensi, tekanan darah meningkat yang ditimbulkan karena
darah dipompakan melalui pembuluh darah dengan kekuatan yang
berlebih (Lastri, Yarmaliza, 2022).
Menurut WHO (2021), hipertensi adalah kekuatan yang diberikan
oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri tubuh, hipertensi ketika
tekanan darah terlalu tinggi. Tekanan darah dibagi menjadu dua, yang

6
pertama (sistolik) mewakili tekanan dalam pembuluh darah saat jantung
berkontraksi atau berdenyut, yang kedua (diastolik) mewakili tekanan
dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat di antara detak. Hipertensi
didiagnosis jika, diukur pada dua hari yang berbeda, pembacaan tekanan
darah sistolik pada kedua hari adalah 140 mmHg atau pembacaan tekanan
darah diastolik pada kedua hari adalah 90 mmHg.
b. Etiologi Hipertensi
Menurut (Delfriana et al., 2022) Beberapa faktor risiko yang tidak
dapat diubah yaitu: Usia, Jenis kelamin, laki-laki mempunyai risiko lebih
tinggi mengalami peningkatan tekanan darah dibanding perempuan setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan naik setelah
usia 65 tahun akibat faktor hormonal pada perempuan kejadian hipertensi
lebih tinggi dari pada laki-laki, riwayat keluarga. Faktor risiko yang dapat
diubah yaitu: Merokok, kurang makan buah dan sayur, konsumsi garam
berlebih, berat badan berlebih/kegemukan (obesitas), kurang aktivitas
fisik, konsumsi alkohol berlebihan, dislipidemia, diet tinggi lemak.
c. Klasifikasi Hipertensi
Seseorang dapat dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg,
pada pemeriksaan yang berulang dilakukan. Adapun pembagian derajat
keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar
penentuan tatalaksana hipertensi
Tabel 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi Sistolik Keterangan Diastolik
Optimal Normal < 120 Dan <80
Normal tinggi 120-129 Dan/ atau Dan/ 80-84
Hipertensi derajat 1 130-139 atau Dan/ atau 84-89
Hipertensi derajat 2 140-159 Dan/ atau Dan/ 90-99
Hipertensi derajat 3 160-179 atau Dan 100-109
Hipertensi sistolik ≥ 180 ≥110
terisolasi ≥ 140 <90
(Sumber: PERKI, 2015)
d. Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara
faktor genetik dan lingkungan yang dihubungkan oleh penjamu medikator
neurohormonal. Secara umum penyebab hipertensi adalah tahanan perifer
dan atau volume darah yang mengalami peningkatan. Gen yang
mempengaruhi hipertensi primer (faktor keturunan diestimasikan
mencakup 30% hingga 40% hipertensi primer) meliputi reseptor
angiotensin II, gen angiotensin dan renin, gen sintetase oksida nitrat
endotelial, gen protein reseptor kinase G, gen reseptor adrenergik, gen
kalsium transport dan natrium hidrogen antiporter (mempengaruhi
sensitivitas garam), dan gen yang relevan pada resistensi insulin, obesitas,
hyperlipidemia, dan hipertensi sebagai kelompok bawaan
Teori terkini mengenai hipertensi primer meliputi peningkatan
aktivitas sistem saraf simpatis (SNS) yaitu terjadi respons maladaptif
terhadap stimulasi saraf simpatis dan perubahan gen pada reseptor
ditambah kadar katekolamin serum yang menetap, peningkatan aktivitas
sistem reninangiotensis-aldosteron (RAA), secara langsung menyebabkan
vasokontriksi, tetapi juga menyebabkan aktivitas SNS meningkat dan
menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat,
mengakibatkan terjadinya remodeling arteri (perubahan struktural pada
dinding pembuluh darah), memediasi kerusakan organ akhir pada jantung
(hipertrofi), pembuluh darah, dan ginjal. Defek pada transport garam dan
air menyebabkan gangguan aktivitas peptide natriuretik otak (brain
natriuretic peptide, BNF), peptide natriuretik atrial (atrial natriuretic
peptide, ANF), adrenomedulin, urodilatin, dan endotelin dan berkaitan
dengan rendahnya atau kurangnya asupan diet kalsium, magnesium, dan
kalium. Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi
endotel, hipertensi tidak jarang ditemukan pada penderita diabetes, dan
resistensi insulin ditemukan pada banyak pasien hipertensi yang tidak
mengalami diabetes klinis. Resistensi insulin berkaitan dengan
menurunnya jumlah endothelial oksida nitrat yang lepas dan vasodilator
lain serta mempengaruhi fungsi ginjal. Resistensi insulin dan kadar insulin
yang tinggi meningkatkan aktivitas (SNS) dan (RAA) (Manuntung, 2019)
Tekanan darah arteri merupakan resistensi perifer dan curah
jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang meningkatkan
frekuensi jantung, volumenya sekuncup atau keduanya. Resistensi perifer
meningkat disebabkan karena faktor yang meningkatkan viskositas darah
atau yang menurunkan ukuran lumen pembuluh darah khususnya
pembuluh arteri. Ada beberapa teori menjelaskan terjadinya hipertensi
diantaranya:
a. Perubahan pada bantalan dinding pembuluh darah arteriol yang
menyebabkan peningkatan resisten perifer.
b. Peningkatan tonus pada system saraf simpatik yang abnormal dan
berasal dari dalam system vasomotor: peningkatan tonus
inimenyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.
c. Penambah volume darah yang terjadi karena disfungsi renal atau
hormonal.
d. Peningkatan dinding penebalan arteriol akibat faktor genetic yang
menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer.
e. Pelepasan renein yang abnormal sehingga terbentuk anginotensin II
yang menimbulkan kontriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.
Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja
jantung karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel
kiri. Untuk meningkatkan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami
hipertrofi tidak lagi mampu mempertahankan curah jantung yang
memadai. Karena hipertensi memacu pross aterosklerosis arteri
koronaria, maka jantung dapat mengalami gangguan lebih lanjut akibat
penurunan aliran darah ke dalam miokardium sehingga timbul angina
pictoris atau infark miokard. Hipertensi juga dapat menyebabkan
kerusakan pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
ateroslerosis serta kerusakan organ, seperti cedera retina, gagal ginja,
stroke, dan aneurisma (Kartiningrum & Auli, 2021).
e. Gejala Hipertensi
Pada penderita hipertensi biasanya penderita tidak menunjukkan
gejala pada awalnya. Pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan tidak
ada kelainan kecuali tekanan darah tinggi. Gejala awal hipertensi
menurut Yanti dan Rizkia, (2022) diataranya yaitu :
a. Sakit kepala. Sel darah merah yang membawa oksigen mengalami
kesulitan mencapai otak karena pembuluh yang meyempit,
menyebabkan sakit kepala, dan juga terkadang disertai dengan
mual muntah akibat peningkatan intrakranial.
b. Pusing disebabkan karena konsentrasi oksigen yang rendah yang
mencapai otak.
c. Sakit dada, disertai nyeri dada terjadi juga kerena kadar oksigen
menurun.
d. Penglihatan kabur, dapat terjadi kemudian karena terlalu banyak
penyempitan pada pembuluh darah mata sehingga sel darah merah
yang membawa oksigen tidak dapat melewati.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler. Gejala lain biasanya yaitu keluarnya darah dari hidung
secara tiba-tiba, tungkuk terasa pegal.
f. Komplikasi Hipertensi
Siswanto et al.,(2020) mengatakan hipertensi pada tingkat parah
dan penurunan pada otak akan berdampak kematian secara mendadak,
komplikasi yang akan terjadi, yaitu:
a. Jantung koroner
Jantung koroner terjadinya pengerasan pada pembuluh darah arteri di
seluruh tubuh terutama di jantung.
b. Stroke
Stroke merupakan suatu kondisi dimana pembuluh darah yang sudah
lemah menjadi pecah, pecahnya pembuluh darah ini mengakibatkan
tekanan darah yang berlebihi kekuatan pembuluh darah, Apabila
pembuluh darah mengalami penyumbatan di bagian otak akan
mengakibatkan perdarahan otak sehingga menyebabkn kematian.
c. Kerusakan ginjal
Kerusakan ginjal akibat adanya penyumbatan pembuluh darah menuju
ginjal. Kerusakan ginjal akan mengganggu fungsi ginjal melakukan
penyariangan, sehinnga darah penuh kotoran yang beredar di seluruh
tubuh, dari kondisi ini mengakibatkan tubuh menjadi keracunan.
d. Kerusakan penglihatan
Kondisi ini terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di mata, awalnya
penderita hanya menderita gannguan penglihatan berupa pandangan
kabur, tetapi pada lama-kelamaan memungkinkan bisa menjadi
kebutaan.
g. Penatalaksanaan Hipertensi
1) Penanganan farmakologis
Tindakan untuk mengatasi hipertensi dapat mengunakan terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi. Terapi farmakologi
merupakan terapi pemberian obat anti hipertensi kepada pasien.
Pemberian obat anti hipertensi yang biasa dijumpai dimasyarakat
yaitudiuretik, ACE inhibitor, vasodilator minoxidil.
2) Penangan nonfarmakologis
Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa
anjuran modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat dapat menurunkan
darah tinggi. Pemberian terapi farmakologi dapat ditunda pada pasien
hipertensi 1 dengan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular rendah.
Jika dalam 4-6 bulan tekanan darah belum mencapai target atau
terdapat faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya maka pemberian
medikamentosa sebaiknya dimulai. Rekomendasi terkait gaya hidup
adalah sebagai berikut:
1. Penurunan berat badan, target penurunan berat badan perlahan
hingga mencapai berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis
dan peningkatan aktivitas fisik dengan latihan jasmani.
2. Mengurangi asupan garam, diet tinggi garam akan meningkatkan
retensi cairan tubuh. Asupan garam sebaiknya tidak melebihi 2 gr/
hari.
3. Diet DASH, ini merupakam salah satu diet yang
direkomendasikan. Diet ini pada intinya mengandung makanan
kaya sayur dan buah, serta produk rendah lemak. Pemerintah
merekomendasikan diet hipertensi berupa pembatasan pemakaian
garam dapur ½ sendok teh per hari dan penggunaan bahan
makanan yang mengandung natrium seperti soda kue.
4. Olahraga, rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara
teratur sebanyak 30 menit/hari, minimal 3hari/ minggu.
5. Mengurangi konsumsi alkohol, pembatasan konsumsi alkohol tidak
lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada
wanita dapat menurunkan hipertensi.
6. Berhenti merokok, merokok termasuk faktor risiko penyakit
kardiovaskular. Oleh karena itu penderita hipertensi dianjurkan
untuk berhenti merokok demi menurunkan risiko komplikasi
penyakit kardiovaskular.
2. Tanaman Kelor
a. Definisi Tanaman Kelor
Tanaman kelor adalah salah satu tanaman perdu dengan ketinggian 7-
11 meter, tahan terhadap musim kering dengan toleransi terhadap
kekeringan sampai 6 bulan serta mudah dibiakkan dan tidak memerlukan
perawatan yang intensif. Di Indonesia, tanaman kelor memiliki beragam
nama di beberapa wilayah di antaranya kelor (Jawa, Sunda, Bali,
Lampung), maronggih (Madura), moltong (Flores), keloro (Bugis), ongge
(Bima), murong atau barunggai (Sumatera) dan hau fo (Timur). Kelor
merupakan spesies dari keluarga monogenerik yang paling banyak
dibudidayakan, yaitu Moringaceae yang berasal dari India sub- Himalaya,
Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan (Marhaeni, 2021).
Gambar 2.1
Tanaman Kelor

b. Kandungan Daun Kelor


Salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti
kandungan gizi dan kegunaannya baik untuk bidang pangan dan
kesehatan adalah bagian daun. Di bagian tersebut terdapat ragam
nutrisi, di antaranya kalsium, besi, protein, vitamin A, vitamin B dan
vitamin C.
Tabel 2.2
Kandungan Daun Kelor
Komponen gizi Daun segar Daun kering
Kadar air (%) 94.01 4.09
Protein (%) 22.7 28.44
Lemak (%) 4.65 2.74
Kadar abu - 7.95
Karbohidrat (%) 51.66 57.01
Serat (%) 7.92 12.63
Kalsium (mg) 350-550 1600-2200
Energi (Kcal/100g) - 307.30
Sumber: Melo et al (2013); Shiriki et
al (2015)
c. Manfaat Daun Kelor
Menurut (Islam et al., 2021) sebagai pangan fungsional, bagian
daun, kulit batang, biji hingga akar dari tanaman kelor tidak hanya
sebagai sumber nutrisi tetapi juga berfungsi sebagai herbal buat
kesehatan yang sangat berkhasiat Saat ini penelitian dan uji klinis
tentang fungsi kelor sebagai obat mulai berkembang meskipun
manfaat dan khasiatnya belum banyak diketahui oleh masyarakat.
Penemuan terbaru adalah fungsi daun kelor sebagai farmakologis,
yaitu:
1) Antimikroba
Aktivitas Antimikroba dan Anthelmintik. Ekstrak daun, kulit akar
bunga, dan kulit batang Moringa oleifera memiliki sifat
antimikroba dan antelmintik. Pterygospermin memiliki aktivitas
antibakteri dan fungisida yang kuat
2) Antidiabetes
Moringa dilaporkan sebagai elemen penting dalam mengendalikan
diabetes. Daun kelor dilaporkan sebagai agen yang signifikan
dalam
menurunkan kadar glukosa darah segera setelah diminum
3) Antihipertensi
Senyawa alkaloid bioaktif dari pohon kelor bertindak sebagai
stimulan jantung yang terbukti menstabilkan tekanan darah
mempengaruhi aktivitas diuretik dan mengurangi lemak dan
kolesterol untuk mencegah hiperlipidemia dan mengurangi serum
trigliserida dan kolesterol serum.
4) Antipiretik
Aktivitas antipiretik. Aktivitas antipiretik Moringa dinilai pada
tikus menggunakan ekstrak yang berbeda (etanol, petro leum eter,
dan etil asetat dll) dimana ekstrak biji (etanol dan etil)
menunjukkan aktivitas yang signifikan
5) Antikanker
Senyawa daun yang bertanggung jawab atas aktivitas antikanker
adalah glucosinolates, niazimicin, dan benzyl isothiocyanate.
d. Cara Pengolahan Puding Daun Kelor
(Mallapiang & Haerana, 2022) Alat dan bahan yang diguakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Persiapan alat dan bahan
a) Alat
(1) Kompor
(2) Panci
(3) Pengaduk
(4) Saringan
(5) Wadah/cup
(6) Gelas pengukur
b) Bahan
(1) 1000 ml air
(2) 10 sendok makan daun kelor
(3) 1 bks bubuk agar-agar
(4) 50g gula pasir
2. Cara Pembuatan Puding
a) Rebus bubuk kelor dan bubuk agar-agar dengan air 1000 ml selama 3
menit
b) Setelah mendidih lalu saring ke dalam wadah.
c) Kemudian tuangkan ke cup dan tunggu sampai dingin.

B. Penelitian Terkait
a. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (E. Yanti, 2019)
menunjukkan bahwa air rebusan daun kelor dapat menurunkan tekanan
darah. Analisa peneliti pada penelitian yang telah peneliti lakukan
terdapat penurunan sistolik 153,50 menjadi 129,56 dan diastolik 94,38
menjadi 86,25. Didapat bahwa dengan meminum air rebusan daun
kelor secara rutin dapat menurunkan tekanan darah secara perlahan-
lahan tanpa efek sampingBerdasarkan penelitian oleh Yanti dan Novia
2018 setelah pemberian rebusan daun kelor nilai p value yang
didapatkan yaitu p=0,000 < 0,05 yang berarti ada pengaruh air rebusan
daun kelor terhadap penurunan tekanan darah.
b. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Riniasih & Hapsari,
2021) ada perbedaan rata-rata pre dan post pada pengukuran tekanan
darah sistolik dengan perlakuan pemberian daun kelor (164,33-148,33
=16.00) begitu pula pada tekanan darah diastolik dengan perlakuan
pemberian daun kelor (103,33-89=14,67) dengan demikian ada
perbedaan yang bermakna antara pre dan post perlakuan pemberian
daun kelor dengan nilai p (0.000) < (0.05).
c. Berdasarkan penelitian (Aulia et al., 2020) Ada pengaruh tekanan
darah sebelum dan sesudah diberikan teh daun kelor (moringa oleifera)
pada kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Sibela
Surakarta, didapatkan tekanan darah sistole dengan p-value sebesar
0,000 < α (0,05) dan diastole dengan p-value 0,001 < α (0,05).
Terdapat perbedaan anatara tekanan darah sistole dan diastole pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol di wilayah kerja
Puskesmas Sibela Surakarta, didapatkan tekanan darah sistole dengan
p-value sebesar 0,001 < α (0,05) dan diastole dengan pvalue 0,210 > α
(0,05).
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep merupakan turunan dari kerangka teori yang
telah disusun sebelumnya dalam telaah pustaka. Kerangka konsep
merupakan visualisasi hubungan antara berbagai variabel, yang
dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai teori yang ada dan
kemudian menyusun teorinya sendiri yang akan digunakannya sebagai
landasan untuk penelitiannya. Pengertian lainnya tentang kerangka konsep
penelitian yaitu kerangka hubungan antara konsep – konsep yang akan
diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Diagram
dalam kerangka konsep harus menunjukkan hubungan antara variabel-
variabel yang akan diteliti. Kerangka yang baik dapat memberikan
informasi yang jelas kepada peneliti dalam memilih desain penelitian.
Skema 2.1
Rancangan Penelitian
Kontrol

Obat
Hipertensi
PreTest PostTest

Tekanan Tekanan Darah


Darah Sesudah
Sebelum
Intervensi
Obat
Hipertensi +
Puding Daun
Kelor

D. Hipotesis
Hipotesis ini merupakan jawaban sementara berdasarkan pada teori yang
belum dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan
pengujian hipotesis melalui uji statistik (Dharma, 2015)
Ha: Ada Pengaruh Puding Daun Kelor Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi di Puskesmas Rejosari Pekanbaru
Ho: Tidak Ada Pengaruh Puding Daun Kelor Terhadap Tekanan Darah Pasien
Hipertensi di Puskesmas Rejosari Pekanbaru
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan Quasi
experiment dengan pendekatan Pre and posttest control group design.
Penelitian quasi experimen adalah penelitian yang menguj icoba suatu
intervensi pada sekelompok subyek dengan atau tanpa kelompok pembanding
namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subyek ke dalam
kelompok perlakuan atau kontrol (Dharma, 2015).
Skema 3.1
Desain Penelitian

R1: O1 X1 O2

R R2: O1 X0 O2

Keterangan :
R : Responden Penelitian

R1 : Responden kelompok perlakuan

R2 : Responden kelompok kontrol

O : Pretest pada kedua kelompok sebelum perlakuan

O2 : Posttest pada kedua kelompok sesudah perlakuan

X : Intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol

X0 : Kelompok kontrol tanpa intervensi


B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru.
Alasan penulis mengambil tempat penelitian ini dikarenakan, Puskesmas
Rejosari merupakan Puskesmas dengan kasus hipertensi tertinggi di
Pekanbaru dengan jumlah 3546 orang di tahun 2022.

18
Tabel 3.1
Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Tahun 2023

Jan Feb Mar Apr Mei Jun


1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan Bab 1-3
3. Ujian Proposal
4. Pengumpulan Data
Dan Pengolahan
Data
5. Penyusunan Laporan
Skripsi
6. Presentasi/Seminar
Hasil

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan terapkan
(Dharma, 2015) Populasi di penelitian ini adalah seluruh penderita
hipertensi yang berada dalam cakupan wilayah kerja Puskesmas Rejosari
Pekanbaru, dimana jumlah penderita hipertensi di tahun 2021 berjumlah
3546 orang, dan jumlah pasien hipertensi di Puskesmas Rejosari ditahun
2022 berjumlah 884 orang. Rata-rata populasi per bulan adalah 295 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota pupulasi
yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya. Jumlah sampel penelitian ini yaitu 30 responden yang dibagi
dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol obat dan kelompok tretmen
obat dan puding.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah suatu cara yang ditetapkan peneliti untuk
menentukan atau memilih sejumlah sampel dari populasinya. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purpose Accidental
Sampling yaitu teknik penentuan sampel secara kebetulan bertemu
ditempat penelitian, dapat digunakan sebagai sampel jika memenuhi
kriteria inklusi dan eklusi (Dharma, 2015). Sampel diambil berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien hipertensi yang mengkonsumsi obat antihipertensi
(amlodipine)
b. Kriteria Inklusi
1) Pasien hipertensi dengan komplikasi.
D. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena. Data yang diperoleh
dari suatu pengukuran kemudian dianalisis dan dijadikan sebagai bukti
(evidence) dari suatu penelitian. Sehinga instrument atau alat ukur merupakan
bagin yang penting dalam suatu penelitian (Dharma, 2015). Dalam penelitian
ini instrumen yang digunakan sebagai berikut
a. Pengukuran tekanan darah, dengan alat yang digunakan adalah lembar
Observasi, pulpen dan juga sphygmomanometer digital merek omron
sebagai alat ukur dalam pemeriksaan tekanan darah.
b. Lembar observasi hipertensi, pedoman observasi merupakan panduan
berupa ceklist yang digunakan untuk menilai secara langsung perilaku
yang ditunjukkan oleh responden.
E. Definisi Operasional
Penelitian pada dasarnya adalah mengukur/menilai variabel penelitian,
kemudian memberikan gambaran tenttang variabel tersebut atau
menghubungkan sehingga penting untuk untuk menjelaskan variabel
penelitian, meliputi variabel-variabel yang diteliti, jenis variabel, definisi
konseptual, dan operasional, serta bagaimana melakukan
pengukuran/penilaian terhadap variabel (Dharma, 2015)
Tabel 3.2
Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil ukur


operasional ukur
1. Variabel bebas Salah satu Lembar Nominal Mengkomsu
(independent) metode non- observasi msi puding
farmakologi daun kelor
Puding Daun yang sebelum(pre-
Kelor digunakan test) dan
peneliti untuk sesudah
tekanan darah intervensi
pasien dengan (post-test)
cara
memberikan
puding daun
kelor yang
dikomsumsi di
pagi dan sore
hari
2. Variabel Hasil Lembar Rasio Rerata
terikat pengukuran observasi tekanan
(dependen) tekanan darah dan darah
tekanan darah sebelum dan spyhmom kelompok
sesudah anometer kontrol (pre-
pemberian post) dan
daun kelor kelompok
intervensi
(post-test)

F. Etika Penelitian
Menurut Dharma, (2015) secara umum terdapat empat prinsip utama
dalam etika penelitian keperawatan :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Penelitian harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia. Subyek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk
menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy). Tidak
boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subyek agar subyek
bersedia ikut dalam penelitian.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek (respect for privacy and
confidentialy) Manusia sebagai subyek penelitian memiliki privasi dan
hak asasi untuk mendapatkan kerahasian informasi. Prinsip ini dapat
diterapkan dengan cara meniadakan identitas seperti nama dan alamat
subyek kemudian diganti dengan kode tertentu.
3. Menghormati keadilan dan inklusivasi (respect for justice
inclusiveness) Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung
makna bahwa penelitian dilakukan secara jujur, tepat, cermathati-hati
dan dilakukan secara professional. Sedangkan prinsip keadlian
mengandung makna bahwa penelitian memberikan keuntungan dan
beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subyek.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang yang ditimbulkan
(balancing harm and benefits) Priinsip ini mengandung makna bahwa
setiap penelitian harus mempertimbangkan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi subyek penelitian dan populasi dimana hasill penelitian
akan diterapkan (beneficience). Kemudian meminimalisir resiko
/dampak yang merugikan bagi subyek penelitian (nonmalficience).
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh peneliti Ketika
megajukan usulan peneliti untuk mendapatkan persetujuan etik dari
komite etik penelitian.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dapat dilakukan dalam 3 tahap,yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Tahap persiapan dimulai dari menentukan masalah penelitian.
b. Melakukan studi pendahuluan yang diawali dengan pengurusan
surat untuk mendapatkan data pra-riset.
c. Menyusun proposal yang telah mendapatkan persetujuan dari
pembimbing serta izin penelitian dari kampus STIKes Payung
Negeri Pekanbaru.
d. Ujian proposal
2. Tahap Pelaksanaan
a. Tahap pelaksanaan dimulai setelah peneliti menyelesaikan urusan
surat izin penelitian dan juga ujian proposal.
b. peneliti menandatangi lokasi penelitian di Puskesmas Rejosari
Pekanbaru untuk melihat data pasien hipertensi, alamat dan juga
usia pasien hipertensi yang sesuai dengan kriteria inklusi.
c. Penulis mencari responden yang bersedia dan sesuai dengan
kriteria inklusi.
d. Lalu peneliti mendatangi alamat responden yang sesuai kreteria
inklusi, responden yang bersedia mendatangani Informed consent
e. Penulis mengelompokkan responden dengan kelompok ganjil
genap, Untuk kelompok ganjil mendapatkan treatment obat dan
kelompok genap mendapatkan obat dan treatment puding daun
kelor selama satu minggu.
f. Penulis kemudian menjelaskan tujuan dan juga dampak dari
treatment yang akan diperoleh responden.
g. Penulis melakukan Pretest di hari pertama pada reponden treatment
obat dan puding daun kelor. Di hari ke 7 peneliti melakukan
posttest.
h. Kemudian setelah pemberian puding daun kelor selama 7 hari,
penulis melakukan penilian dengan mengukur tekanan darah
responden (post-test), sebanyak 1 kali pengukuran tekanan darah
setelah itu penulis mengucapkan terimakasih atas kerjasama dan
kebersedian responden
Proses pengambilan data pada pasien hipertensi, treatment obat dan
puding daun kelor yaitu:
1) Pasien dengan nomor ganjil mendapat perlakuan obat sedangkan
dengan pasien nomor genap mendapatkan perlakuan puding daun
kelor. Pasien mendapatkan treatment pada hari pertama sampai
dengan hari ke tujuh
2) Pengukuran tekanan darah pada pasien nomor genap (puding daun
kelor)
3) Pengukuran tekanan darah pada pasien dengan nomor ganjil (obat)
3. Tahap Akhir
Setelah proses pengumpulan data selesai, peneliti akan melakukan
analisis dengan menggunakan uji statistik yang sesuai dengan data.
Selanjutnya pada tahap akhir penyusunan laporan hasil penelitian.
H. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data ini dapat dilakukan melaui beberapa cara, baik
secara manual atau menggunakan aplikasi. Berikut tahapan dari
pengolahan data. Pengumpulan data di lakukan setelah pengumpulan data
selesai dari responden, perlu di lakukan pengolahan data dalam penelitian
ini, sebagai berikut:
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan data isian
formulir. Kegiatan editing meliputi, pemeriksaan kelengkapan data,
apakah jawaban atau tulisan bisa terbaca atau cukup jelas, apakah jawaban
relevan dengan pertanyan dan jawaban yang konsisten.
2. Coding
Coding merupakan suatu pemberian kode atau angka terhadap data yang
terdiri atas beberapa kategori Pemberian kode ini sangat diperlukan
terutama dalam rangka pengolahan data, baik secara manual, maupun
dengan menggunakan komputer. Sebagai usaha menyederhanakan data,
yaitu untuk kategorik usia member tanda 1 untuk umur (26-35 tahun),
angka 2 (36-45 tahun), angka 3 untuk umur (46-55 tahun), dan angka 4
untuk umur (56-65 tahun), untuk kategori jenis kelamin member tanda 1
(laki-laki) dan angka 2 (perempuan), dan untuk kategori tekanan darah
member angka 1 (sebelum intervensi), lalu angka 2 (sesudah diberikan
intervensi).
3. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
kedalam master tabel atau database computer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel
kontigensi.
4. Cleaning Data
Cleaning data merupakan tahap pemeriksaan kembali terhadap data- data
yang sudah dimasukkan untuk melihat kemungkinan- kemungkinan
adanya kesalahan kode, kemudian dialakukan pembenaran atau koreksi
Kembali.
I. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan jenis analisis yang melibatkan hanya
satu variabel, dalam kaitannya analisis hubungan antarvariabel, maka
analisis univariat hanya melibatkan satu variabel respon atau dependen
(Lusiana & Mahmudi, 2020). Analisis univariat digunakan untuk
mendapatkan distribusi frekuensi jenis kelamin, usia, pekerjaan, obat yang
dikomsumsi. Pendidikan terakhir dan juga tekan darah sebelum dan
sesudah diberi perlakuan mengkomsumsi puding daun kelor. Hasil dari
analisis akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentasi
melalui program komputerisasi, sedangkan pengukuran tekanan darah
disajikan dalam bentuk mean, standar deviasi, serta nilai minimum dan
maksimum.
Tabel 3.3
Rerata Tekanan Darah Pretest Dan Posttest
Pada Kelompok Intervensi

Variable Perlakuan N Mean SD SE P


value
Tekanan darah
(konsumsi puding pretest
daun kelor)
treatment A
Tekanan darah
(konsumsi puding posttest
daun kelor)
treatment A
Tekanan darah
(konsumsi puding pretest
daun kelor)
treatment B
Tekanan darah
(konsumsi puding posttest
Daun kelor)
treatment B

Tabel 3.4
Rerata Tekanan Darah Pretest Dan Posttest
Pada Kelompok Kontrol

Variable Perlakuan N Mean SD SE P


value
Tekanan darah
(konsumsi puding pretest
daun kelor)
treatment A

Tekanan darah
(konsumsi puding posttest
daun kelor)
treatment A

Tekanan darah
(konsumsi puding pretest
daun kelor)
treatment B

Tekanan darah
(konsumsi puding posttest
Daun kelor)
treatment B

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisa dat yang melibatkan lebih dari
satu variabel atau memiliki banyak variabel dependen yang dianalisis
(Lusiana & Mahmudi, 2020) Syarat dari uji dependent sample t-test
adalah data harus terdistribusi normal, kelompok data dependent dan
variabel yang dihubungkan berbentuk numerik. Dependent sample t-test
digunakan untuk mengetahui rata-rata (mean) tekanan darah sebelum dan
sesudah intervensi komsumsi puding daun kelor dan juga rata-rata (mean)
setelah dan sesudah mengkomsumsi obat. Derajat kepercayaan (p=0,05),
apabila dari uji statistik di dapatkan p<0,05, maka diartikan tidak terdapat
pengaruh puding daun kelor terhadap penurunan tekanan darah pada
kelompok intervensi, maka H0 ditolak. Setelah melakukan uji normalitas
data ditemukan data berdistribusi normal sehingga dilakukan uji analisis
bivariat dengan t dependen dan t independent. Uji t independen dilakukan
oleh peneliti untuk lebih efektif dan lebih baik pengaruhnya.
BAB IV
ANALISIS DATA
Bab ini menjabarkan hasil penelitian “Pengaruh Puding Daun Kelor
Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi”, penelitian dilakukan di Puskesmas
Rejosari Pekanbaru pada 22 Mei sampai 28 Mei 2023 dengan melibatkan
responden yang dibagi dalam 2 kelompok kontrol dan intervensi, dimana
kelompok intervensi diberikan obat dan puding daun kelor. Sedangkan kelompok
kontrol diberikan obat. Sudah dilakukan uji etik terlebih dahulu dengan nomor
izin 061/STIKES PN/KEPK/V/2023. Hasil penelitian in disajikan dengan dua
analisis yang berbeda yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil yang
didapatkan seperti berikut:
A. Analisis Data
1. Analisis Univariat
a. Data Umum
1) Usia
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Puskesmas Rejosari Pekanbaru
Kategori Usia Frekunesi Presentase(%)
Dewasa akhir 40-45 3 10%
Lansia awal 48-55 8 30%
Lansia akhir 56-64 15 50%
manula 67-75 3 10%
(Sumber: Analisis Data Primer, 2026).
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui dari 30 responden di Puskesmas Rejosari
Pekanbaru, karakteristik responden berdasarkan usia 40-75 tahun memiliki
presentase 100%.
2) Jenis Kelamin
Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas Rejosari
Pekanbaru
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Perempuan 18 60%
Laki-laki 12 20%

28
Total 30 100%
(Sumber: Analisis Data Primer,2026)

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui responden berdasarkan jenis kelamin,


responden perempuan ada sebanyak 18 orang (60%) dan responden laki-laki
sebanyak 12 orang (20%).
3) Pekerjaan

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Puskesmas Rejosari
Pekanbaru

Pekerjaan Frekuensi Persen (%)


IRT 18 60%
Wiraswasta 12 20%
Total 30 100%
(Sumber: Analisis Data Primer,2026)

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui responden berdasarkan pekerjaan


responden terbanyak IRT (ibu rumah tangga) 18 orang (60%) dan wiraswasta 12
orang (20%)
b. Data Khusus
1) Tekanan Darah Kelompok Kontrol
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Kelompok
Kontrol
Kelompok Nilai N Min-Max Mean S.Deviation
Tekanan Darah
Nilai Pretest Sistol 15 138-202 156.20 15.479
Nilai Posttest Sistol 15 110-167 131.80 12.611
(Sumber: Analisis Data Primer,2026)
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa data pretest sistolik di dapatkan
nilai minimum 138 dan maksimum 202 dengan nilai Mean 156.20 dan
S.Deviation 15.479. Sedangkan Posttest sistolik didapatkan nilai minimum 110
dan maksimum 167 dengan nilai Mean 131.80 dan S.Deviation 12.611.
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik Kelompok
Kontrol
Kelompok Nilai Tekanan N Min-Max Mean S.Deviation
Darah
Nilai Pretest Diastol 15 49-101 77.13 14.422
Nilai Posttest Diastol 15 70-90 77.47 5.878
(Sumber: Analisis Data Primer,2026)
Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa data pretest diastolik di dapatkan
nilai minimum 49 dan maksimum 101 dengan nilai Mean 77.13 dan S.Deviation
14.422. Sedangkan Posttest diastolik didapatkan nilai minimum 70 dan
maksimum 90 dengan nilai Mean 77.47 dan S.Deviation 5.878.
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik
Kelompok Intervensi
Nilai Tekanan Darah Sistol N Min-Max Mean S.Deviation
Nilai Pretest Sistol 15 133-194 153.40 18.696
Nilai Postest Sistol 15 110-150 131.20 9.908
(Sumber: Analisis Data Primer,2026)
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa nilai pretest sistolik di dapatkan
nilai minimum 133 dan maksimum 194 dengan nilai Mean 153.40 dan
S.Deviation 18.696. Sedangkan Posttest sistolik didapatkan nilai minimum 121
dan maksimum 150 dengan nilai Mean 131.20 dan S.Deviation 9.908.
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Diastolik Kelompok
Intervensi
Nilai Tekanan Darah N Min- Mean S.Deviation
Sistol Max
Nilai Pretest Diastol 15 58-100 78.73 9.588
Nilai Postest Diastol 15 67-89 74.53 6.198
(Sumber: Analisis Data Primer,2026)
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai prettest diastolik di
dapatkan nilai minimum 58 dan maksimum 100 dengan nilai Mean 78.73 dan
S.Deviation 9.588. Sedangkan Posttest diastolik didapatkan nilai minimum 67
dan maksimum 101 dengan nilai Mean 74.53 dan S.Deviation 6.198.
2. Analisis Bivariat
Analis bivariat digunakan untuk mengetahui Pengaruh Puding
Kelor Terhadap Tekanan Darah Terhadap Pasien Hipertensi. Untuk
mengetahu perbedaan nilai pretest dan posttest pada treatmen obat dan
treatmen puding kelor menggunakan uji paired T-Test. Apabila dari uji
statistic didapatkan p<0,05 maka diartikan ada pengaruh puding kelor
terhadap tekanan darah pasien. Apabila p>0,05 maka diartikan tidak ada
pengaruh puding kelor terhadap tekanan darah pasien. Berikut ini hasil
dari paired T-Test

a. Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol


Tabel 4.8
Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Shapiro Wilk
Shapiro Wilk
Frekuensi Statistik Df Sig
15 .914 15 .154
15 .980 15 .971
15 .936 15 .337
15 .881 15 .049
(Sumber: Analisis Data Primer, 2026)

Tabel 4.9
Distribusi Hasil Uji Normalitas Data Sweknes dan Kurtosis
Intervensi N Mean Sweknes Kurtosis
Statistik S.Error Statistik S.Error
Pretest 15 153.40 .636 .580 -.305 1.121
Sistolik
Pretest 15 78.73 .007 .580 1.841 1.121
Diastolik
Posttest 15 131.20 -.234 .580 .564 1.121
Sistolik
Posttest 15 74.53 .859 .580 .258 1.121
Diastolik
(Sumber: Analisis Data Primer, 2026)

b. Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelompok Intervensi


Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas Data Shapiro Wilk
Shapiro Wilk
Frekuensi Statistik Df Sig
15 .803 15 .004
15 .878 15 .044
15 .958 15 .657
15 .857 15 .031
Tabel 4.11
Uji Normalitas Data Dengan Sweknes Kurtosis
Intervensi N Mean Sweknes Kurtosis
Statistik S.error Statistik S.error
Pretest sistolik 15 156.20 1.742 .580 5.273 1.121
Pretest diastolik 15 77.13 -.375 .580 -.542 1.121
Posttest sistolik 15 131.80 1.243 .580 4.095 1.121
Posttest diastolik 15 77.47 1.66 .580 -.175 1.121
(Sumber: Analisis Data Primer, 2026)

Tabel 4.12
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Obat
Kelompok Mean N SD Mean P.value
Pretest Sistolik 156.20 15 15.479 3.997 0.00
Postest Sitolik 131.80 15 12.611 3.256
Pretest Diastolik 77.13 15 14.422 3.724 0.00
Postest Diastolik 77.47 15 5.878 1.518
(Sumber: Analisis Data Primer, 2026)
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui kelompok pretest pasien kelompok
kontrol (sistol) memiliki nilai mean sebesar 156.20, SD 15.479 dan postest
sistolik memiliki nilai mean 131.80 SD 12.611. memiliki selisih mean
sebesar 3.997 dan nilai P value 0,00 yang berarti < 0.05. Kelompok pretest
pasien kelompok kontrol (diastol) memiliki nilai mean sebesar 77.13 SD
14.422. Postest pasien kelompok kontrol (diastol) memiliki mean sebesar
77.47 SD 5,878. Maka selisih nilai mean sebesar 1.518 dan nilai P value
0.00 yang berarti < 0,005. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima
atau ada pengaruh obat terhadap tekanan darah pada pasien.
Tabel 4.11
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Puding Kelor
Kelompok Mean N SD Mean P.value
Pretest Sistolik 156.40 15 18.696 4.827 0.00
Postest Sitolik 131.20 15 9.908 2.558
Pretest Diastolik 78.73 15 9.588 2.476 .016
Postest Diastolik 74.53 15 6.198 1.600
(Sumber: Analisis Data Primer. 2026)
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui kelompok pretest pasien kelompok
intervensi (sistol) memiliki nilai mean sebesar 156.40, SD 18.696 dan
postest sistolik memiliki nilai mean 131.20 SD 18.696. memiliki selisih
mean sebesar 4.827 dan nilai P value 0,00 yang berarti < 0.05. Kelompok
pretest pasien kelompok intervensi (diastol) memiliki nilai mean sebesar
78.73 SD 9.588. Postest pasien kelompok intervensi (diastol) memiliki
mean sebesar 74.53 SD 6.198. Maka selisih nilai mean sebesar 1.600 dan
nilai P value .016 yang berarti > 0,005. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha
diterima atau ada pengaruh puding kelor terhadap tekanan darah pada
pasien.
Tabel 4.12
Perbedaan Tekanan Darah Setelah diberikan Obat dan Puding Kelor
Intervensi Kelompok Mean difference SE P.value
Kontrol Posttest sistolik -.600 4.141 .886
Intervensi Posttest sistolik -.600 4.141
Kontrol Posttest diastolik -.194 2.205 .194
Intervensi Posttest diastolik -.194 2.205

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa hasil uji statistik uji


independent t test didapatkan hasil mean posttest sistolik kelompok kontrol
-.600 sedangkan mean post diastolik -.194. Hasil mean post sistolik
kelompok intervensi -.600 sedangkan mean post diastolik -.194. Hasil uji
statistik diperoleh p velue antara post test sistolik kelompok kontrol dan
intervensi .886 >α (0,05) dan diperoleh p value posttest diastolik kelompok
kontrol dan intervensi .194 >α (0,05). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok obat
terhadap tekanan darah.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan pembahasan dari bab IV yaitu hasil penelitian
pengaruh puding kelor terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di
puskesmas rejoasi Pekanbaru . Data tersebut dapat dijadikan acuan atau tolak ukur
dalam melakukan pembahasan serta sebagai hasil akhir , dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Hasil Analisis Univariat
a. Data Umum
1) Usia
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 30 reponden, usia
berdasarkan kategori usia terbanyak yaitu 56-64 tahun terdapat 15 orang
(50%). Bertambahnya usia seseorang maka terjadi penurunan fisiologis
dan daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan seseorang rentan
terhadap penyakit salah satunya yaitu hipertensi. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian (Yunus, 2021) hasil analisis hubungan antara
usia dengan kejadian hipertensi I Puskesmas Haji Pemanggilan
Kecematan Anak Tuha Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020
diperoleh hasil uji statistic chi square dengan p value adalah 0,00
sehinggga ada hubungan yang bermakna antara usia dngan kejadian
hipertensi di Puskesmas Haji Pemanggilan Kecematan Anak Tuha
Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020.
Semakin umur bertambah, terjadi perubahan pada arteri dalam
tubuh menjadi lebih lebar dan kaku yang mengakibatkan kapasitas dan
rekoil darah yang diakomodasikan melalui pembuluh darah menjadi
berkurang. Pengurangan ini menyebabkan tekanan sistol menjadi
bertambah. sehingga terjadi peningkatan tekanan darah hipertensi
(Nuraeni, 2022).
Menurut asumsi peneliti meningkatnya tekanan darah seseorang
tidak hanya tergantung oleh umur tetapi meningkatnya tekanan darah
juga disebabkan oleh kebiasaan dan pola hidup seseorang.

35
2) Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa jenis kelain responden
terbanyak berada pada perempuan yaitu 10 orang (66,7%) sedangkan pada
laki-laki terdapat 5 orang (33,3). Hasil penelitian ini sejalan dengan
peenelitian oleh Falah, (2019). Jenis kelamin merupakan faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi. Maka perlu dilakukan pencegahan sehingga tidak
terjadinya hipertensi. Hipertensi bertanggung jawab setidaknya 45%
kematian yang dikarenakan penyakit jantung dan 51% kematian
dikarenakan stroke. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa wanita
cenderung lebih tinggi terjadi hipertensi dibandingkan dengan laki- laki.
Wanita yang mengalami menopause merupakan salah satu faktor
penyebab wanita memiliki kecenderungan angka kejadian hipertensi lebih
tinggi dari pada laki-laki. perempuan yang telah mengalami menopause
memiliki kadar estrogen yang rendah.
Estrogen berfungsi meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL) yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh darah.
Pada wanita, kadar estrogen yang menurun juga akan diikuti dengan
penurunan kadar HDL jika tidak diikuti dengan gaya hidup yang baik.
penurunan estrogen yang diikuti dengan penurunan kadar HDL
mengakibatkan dampak yang akan ditimbulkan ketika HDL rendah dan
Low Density Lipoprotein (LDL) tinggi adalah terjadinya atherosclerosis
sehingga tekanan darah akan tinggi. Pada wanita selain memiliki
hubungan erat dengan hipertensi yang disebabkan oleh hormonal, Wanita
juga memiliki potensi hipertensi yang disebabkan oleh kegemukan (Falah,
2019)
Menurut asumsi peneliti penderita hipertensi lebih banyak perempuan dari
pada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh kadar estrogen yang rendah.
estrogen berfungsi meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL)
yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh darah.
3) Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 15 orang
responden di Puskesmas Rejosari Pekanbaru didapatkan mayoritas
responden berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah IRT (ibu rumah tangga)
dengan jumlah 10 orang (66,7%) dan bekerja sebagai wiraswasta sebanyak
5 orang (33,3%) hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan (L.O et al., 2020). Perilaku pencegahan hipertensi yang baik
berdasarkan pekerjaan responden yang bekerja sebesar (78,3%) lebih
tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja sebesar (48,6).
Hipertensi salah satunya disebabkan oleh faktor gaya hidup modern, orang
zaman sekarang mengutamakan pekerjaan untuk mencapai kesuksesan.
Kesibukan dan kerja keras mengakibatkan timbulnya rasa stres dan
menimbulkan tekanan yang tinggi. Perasaan tertekan membuat tekanan
darah menjadi naik. Kesibukaan dalam pekerjaan membuat tidak sempat
untuk berolahraga. Akibatnya lemak dalam tubuh semakin banyak dan
tertimbun yang dapat menghambat aliran Pembuluh darah yang terhimpit
oleh tumpukan lemak menjadikan tekanan darah menjadi tinggi terjadinya
hipertensi. Tingkat ekonomi yang rendah dapat menjadi faktor risiko
hipertensi. Kebanyakan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah,
banyak menggunakan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan pokok
seperti membayar kebutuhan hidup yaitu membayar sewa rumah, bayar
listrik dan bayar air dari pada mengutamakan makan makanan sehat dan
memeriksakan Kesehatan (Lestari & Nugroho, 2020)
Menurut asumsi peneliti bahwa pekerjaan yang terlalu berat dan
berlebihan dapat kelelahan dan stress yang semakin meningkat sehingga
akan menyebabkan tekanan darah meningkat.
4) Tekanan Darah Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 15
responden di Puskesmas Rejosari Pekanbaru, pada 15 responden.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan merek Omron.
Pengukuran ini dilakukan 2 kali yaitu sebelum diberikan perlakuan (pre-
test) dan sesudah perlakuan (post-test). Hasil tekanan darah diukur setelah
diberikan perlakuan selama 7 hari. Hasil pengukuran rata-rata tekanan
darah pada treatment obat sebelum dilakukan perlakuan tekanan darah
sistolik 156,20 dengan standar deviasi 15,479. dan tekanan darah posttest
Sistolik 132,47 dengan standar deviasi 12,200. Hasil pengukuran tekanan
darah pretest diastolik denan mean 77,13 dengan S.Deviation 14,422 dan
posttest diastolik didapatkan mean 77,47 dengan S.Deviation 5,878.
Jantung memompa darah secara kontinu kedalam aorta , tekanan
darah di aorta menjadi tinggi rata-rata sekitar 100mmHg karena
pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, tekanan arteri berganti-ganti
antara nilai tekanan sistolik 120 mm Hg dan nilai tekanan diastolik 80 mm
Hg, Selama darah mengalir melalui sirkulasi sistemik, tekanan rata-rata
menurun secara progresif sampai sekitar 0 mm Hg pada waktu mencapai
ujung vena cava superior dan inferior yang merupakan tempat
mengosongkan darah ke dalam atrium kanan jantung. Tekanan dalam
kapiler sistemik bervariasi dari setinggi 35 mm Hg di dekat ujung arteriol
sampai serendah 10 mm Hg di dekat ujung vena, tetapi tekanan
"fungsional" rata rata pada sebagian besar pembuluh darah adalah 17 mm
Hg, merupakan tekanan yang cukup rendah sehingga hanya sedikit plasma
akan bocor keluar dari pori-pori kecil di dinding kapiler, walaupun zat
makanan dapat berdifusi dengan mudah melalui pori-pori yang sama ke
sel-sel jaringan yang lebih jauh yang memperlihatkan tekanan pada
berbagai bagian sirkulasi paru.
Pada arteri pulmonalis, tekanan bersifat pulsatil, sama seperti pada
aorta, tetapi tekanannya jauh lebih rendah: tekanan sistolik arteri
pulmonalis rata-rata sekitar 25 mm Hg dan tekanan diastolik rata-rata
sekitar 8 mm Hg, dengan rerata tekanan arteri pulmonalis hanya 16 mm
Hg. Rerata tekanan kapiler paru hanya sekitar 7 mm Hg. Namun demikian,
total aliran darah melalui paru setiap menitnya sama dengan yang melalui
sirkulasi sistemik. Tekanan rendah di sistem paru sesuai dengan kebutuhan
paru, karena yang diperlukan hanya agar darah di kapiler paru terpajan
dengan oksigen dan gas-gas lain dalam alveoli paru (Guyton and hall,
2018).
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji t dependen
diperoleh hasil terdapat pengaruh yang signifikan antara tekanan darah
sebelum dan sesudah diberikan treatment obat dengan p value tekanan
darah (0,00). Hal ini sejalan dengan penelitian (Ulfa et al., 2018) Pada
hasil penelitian tekanan darah sistolik dan diastolik pre, post dan selama
terapi obat Amlodipin, dari 14 sampel yang diteliti untuk masing- masing
kelompok terapi, menunjukkan bahwa mayoritas tekanan darah pre
Amlodipin adalah pada kategori hipertensi stage II (≥160 atau ≥100
mmHg) yaitu 13 pasien (92,86%). Dari obat antihipertensi Amlodipin
dapat menurunkan tekanan darah dari kategori hipertensi stage II (≥160
atau ≥100 mmHg) menjadi kategori prehipertensi (120-139 atau 80-89
mmHg). Hal ini disebakan karena merupakan obat antihipertensi golongan
CCB dihidropiridin yang memiliki peran menurunkan tekanan darah,
mengurangi kejadian hipertrofi ventrikel kiri dan memperbaiki kalsium
intrasel dengan mekanisme kerja pada penghambat kanal Ca++ dengan
cara menghambat masuknya Ca++ ke dalam sel, akibatnya terjadi relaksasi
otot polos vaskular, menurunnya kecepatan nodus SA serta konduksi AV.
Penghambatan kanal Ca++ meningkatkan suplai oksigen otot jantung
dengan cara dilatasi koroner, penurunan tekanan darah danenyut jantung
yang mengakibatkan perfusi subendokard membaik. Golongan CCB
mempunyai kemampuan yang baik dalam menurunkan tekanan darah
dalam waktu singkat.
Menurut asumsi peneliti bahwa obat merupakan cara yang efektif
yang cepat untuk menurunkan tekanan darah, jika dikonsumsi rutin oleh
pasien hipertensi dapat mengontrol tekanan darah agar tetap stabil.
5) Tekanan Darah Kelompok Intervensi
Kelompok intervensi diberikan selama 7 hari berturut-turut.
Berdasarkan uji statistic dengan menggunakan uji t dependent diperoleh
hasil terdapat pengaruh yang signifikan pada kelompok intervensi antara
tekanan darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi puding kelor. Hasil
pengukuran rata-rata tekanan darah pre-test sistolik 156,20 dengan standar
deviasi 15,479. dan rata-rata tekanan darah pre-test diastolik 77,13 dengan
standar deviasi 14,42. Sedangkan rata-rata tekanan darah post-test sistolik
132,47 dengan standar deviasi 12,200 dan rata-rata tekanan darah diastolik
77,47 dengan standar deviasi 5,878. Berdasarkan uji statistik dengan
menggunakan uji t dependent diperoleh hasil terdapat pengaruh yang
signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah mengkonsumsi
puding kelor dengan p value (0,00).
2. Hasil Analisis Bivariat
a. Pengaruh Puding Kelor dan Obat Terhadap Tekanan Darah
Berdasarkan hasil analisis data secara statistik yang telah
dijabarkan, dapat diketahui bahwa ada pengaruh puding kelor dan obat
terhadap tekanan darah pada pasien. Hal ini diketahui melalui pengujian
statistik dengan menggunakan uji T- dependent paired T- Test. Diperoleh
hasil bahwa rata-rata sampel pada intervensi sistolik obat memiliki nilai p
value sebesar 0,00 yang artinya < 0,05. Sedangkan hasil nilai p value
diastolik obat sebesar 0,00 yang artinya < 0,05. Dengan demikian, maka
hipotesis pada penelitian ini terdapat pengaruh pemberian treatment obat
terhadap tekanan darah pada pasien. Sedangkan hasil rata-rata sampel
pada intervensi sistolik puding memiliki nilai p value sebesar 0,00 yang
artinya < 0,05. Dan hasil nilai p value diastolik puding sebesar 0,00 yang
artinya < 0,05.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Riniasih, (2021). Ada
pengaruh yang signifikan dalam perlakuan pemberian daun kelor
terhadap tekanan darah. Pengukuran tekanan darah sistolik uji statistik
dengan menggunakan wilcoxon test kelompok perlakuan pada tekanan
darah Hipertensi baik sistole maupun diastole mengalami penurunan pada
nilai rata-rata sebelum dan sesudah diberikan daun kelor yaitu penurunan
16,00 pada sistole dan penurunan 14,33 pada diastole. Artinya ada
perbedaan tekanan darah baik sistole maupun diastole sebelum dan
sesudah pemberian daun kelor. Nilai signifikansi dari perbedaan tersebut
masing-masing didapatkan  (0,000)  α (0,05) pada taraf kepercayaan
95%.
Adanya pengaruh kelor terhadap tekanan darah karena tumbuhan
kelor memiliki kandungan senyawa alkaloid bioaktif bertindak sebagai
stimulant jantung yang terbukti menstabilkan tekanan darah
mempengaruhi aktifitas diurektik. Daun kelor memiliki kandungan
kalium yang tinggi, yaitu 259 mg kalium / 100 g daun kelor, sedangkan
kandungan natrium daun kelor yang relatif rendah bermanfaat dan aman
bagi penderita hipertensi
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian adalah kelemahan atau hambatan yang
dialami peneliti sebagai berikut:
1. Pada saat penelitian, peneliti tidak mudah dalam mencari responden yang
bersedia menjadi calon responden dalam penelitian ini.
2. Peneliti mengalami kendala dalam mencari alamat responden yang
didapatkan melalui data dari puskesmas, karena alamat yang didapatkan
tidak spesifik.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Pengaruh Puding Kelor Terhadap
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Rejosari Pekanbaru”
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Distribusi nilai sistolik statistik deskriptif responden kelompok
kontrol, diketahui bahwa data pretest sistolik di dapatkan nilai
minimum 138 dan maksimum 202 dengan nilai Mean 156,20 dan
S.Deviation 15,479. Sedangkan Posttest sistolik didapatkan nilai
minimum 110 dan maksimum 167 dengan nilai Mean 131,80 dan
S.Deviation 12.611. Dan data pretest diastolik di dapatkan nilai
minimum 49 dan maksimum 101 dengan nilai Mean 77,13 dan
S.Deviation 14,422. Sedangkan Posttest diastolik didapatkan nilai
minimum 70 dan maksimum 90 dengan nilai Mean 77,47. dan
S.Deviation 5,878.
2. Distribusi nilai sistolik statistik deskriptif responden kelompok
kontrol, diketahui diketahui bahwa nilai pretest sistolik di dapatkan
nilai minimum 133 dan maksimum 194 dengan nilai Mean 153,240
dan S.Deviation 18.696. Sedangkan Posttest sistolik didapatkan nilai
minimum 121 dan maksimum 150 dengan nilai Mean 131.20. dan
S.Deviation 9.908. Dan nilai posttest diastolik di dapatkan nilai
minimum 58 dan maksimum 100 dengan nilai Mean 78.73 dan
S.Deviation 9.588. Sedangkan Posttest diastolik didapatkan nilai
minimum 67 dan maksimum 101 dengan nilai Mean 74.53. dan
S.Deviation 6.198.
3. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian obat
diketahui kelompok pretest pasien kelompok kontrol (sistol)
memiliki nilai mean sebesar 139,07, SD 8,071 dan posttest sistolik
memiliki nilai mean 129.57. SD 5.331. memiliki selisih mean
sebesar 9,500 dan nilai P Value 0,00 yang berarti < 0,05. kelompok

42
pretest pasien dengan kelompok kontrol (diastol) memiliki nilai
mean sebesar 90,35, SD 4,431. Posttest pasien kontrol (diastol)
memiliki nilai mean sebesar 84,28, SD 2,894. memiliki selisih mean
sebesar 6,071 dan nilai P Value 0,00 yang berarti < 0,05. Dengan
demikian H0 ditolak dan Ha diterima atau ada pengaruh puding kelor
terhadap tekanan darah pada pasien.
4. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian
rebusan,diketahui kelompok pretest pasien dengan kelompok
intervensi (sistol) memiliki nilai mean sebesar 153,40, SD 18,696
dan posttest sistolik memiliki nilai mean 131.20, SD 9.908. memiliki
selisih mean sebesar 22,2 dan nilai P Value 0,00 yang berarti < 0,05.
kelompok pretest pasien kelompok intervensi (diastol) memiliki nilai
mean sebesar 78,733 SD 9,5876. Posttest pasien dengan kelompok
intervensi (diastol) memiliki nilai mean sebesar 75,933, SD 2,3693.
Memiliki selisih mean sebesar 2,8 dan nilai P Value 0,00 yang
berarti < 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima atau
ada pengaruh puding kelor terhadap tekanan darah pada pasien
5. Hasil uji statistik uji independent t test didapatkan hasil hasil uji
statistik uji independent t test didapatkan hasil mean posttest sistolik
kelompok obat pada intervensi Obat adalah 0,00 Sedangkan mean
posttest diastolik adalah .421. Hasil mean posttest sistolik pada
kelompok intervensi adalah 0,00. Sedangkan mean posttest diastolik
adalah 4.21. Hasil uji statistik diperoleh p value antara posttest
sistolik kelompok dan puding >α (0,05). Dan diperoleh p value
posttest diastolik kelompok kontrol dan intervensi < α (0,05),

B.Saran
1. Bagi institusi pendidikan keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
pengetahuan dan juga perkembangan ilmu keperawatan khususnya
ilmu keperawatan medikal bedah (KMB) dalam penanganan
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Bagi responden
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan atau dapat
dijadikan sebagai pengetahuan mengenai pengobatan non-
farmakologi untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber
informasi dan hasil penelitian ini untuk menyarankan peneliti selanjutnya
untuk meneliti perbandingan pengaruh puding kelor dan puding kelor
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA

A, D. A., Sinaga, A. F., Syahlan, N., Siregar, S. M., Sofi, S., Zega, R. S., Annisa,
A., & Dila, T. A. (2022). Faktor - Faktor Yang Menyebabkan Hipertensi Di
Kelurahan Medan Tenggara. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 10(2),
136–147. https://doi.org/10.14710/jkm.v10i2.32252

Alam, R. I., & Jama, F. (2020). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi


Ketidakpatuhan Berobat Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pampang. Jurnal Ilmiah Kesehatan …, 09(2), 115–125.
https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/view/173

Aminah, S., Tezar, R., & Yanis, M. (2015). Kandungan Nutrisi dan Sifat
Fungsional Tanam an Kelor ( M oringa oleifera ). Buletin Pertanian
Perkotaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, 5(30), 35–44.

Astuti, A. P. (2019). Hipertensi.

Aulia, B. H., Safitri, W., Adi, G. S., Kesehatan, I., Kusuma, U., Surakarta, H.,
Fakultas, D., Kesehatan, I., Kusuma, U., Surakarta, H., & Kelor, D. (2020).
Pengaruh Pemberian Teh Kelor (Moringa Oleifera) Terhadap Perubahan
Tekanan Darah. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(21), 320–333.

Dharma, K. K. (2015). Metodologi Penelitian Keperawatan.

Falah, M. (2019). Hubungan Jenis Kelamin Dengan Angka Kejadian Hipertensi


Pada Masyarakat Di Kelurahan Tamansari Kota Tasikmalaya. Jurnal
Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya, 3(1), 88.

Iqbal, M. F., & Handayani, S. (2022). Terapi Non Farmakologi pada Hipertensi.
6(1).

Kartika, M., Subakir, S., & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota
Sungai Penuh Tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 1–9.
https://doi.org/10.22437/jkmj.v5i1.12396

Kartiningrum, E. D., & Auli, N. (2021). Studi kualitatif perawatan keluarga pasien
hipertensi di dusun sumber desa sebaung gending probolinggo. Hospital
Majapahit, 13(1), 46–60.

L.O, E. S., Widyarni, A., & Azizah, A. (2020). Analisis Hubungan Riwayat
Keluarga dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi di Kelurahan
Indrasari Kabupaten Banjar. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,
20(3), 1043. https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i3.1094

Lastri Fitria, Yarmaliza, Z. (2022). RESIKO KEJADIAN HIPERTENSI DESA


PURWODADO TAHUN Hipertensi sering dikenal sebagai Non
Communicable Dease / Penyakit Tidak Menular , yang dapat menimbulkan
terjadinya komplikasi seperti stroke dan penyakit. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (J-KESMAS), 08(1), 73–82.
https://scholar.archive.org/work/enh3c6wsdreo7gytr364ce737a/access/wayba
ck/https://journal.lppm-
unasman.ac.id/index.php/jikm/article/download/2858/pdf_1

Lestari, Y. I., & Nugroho, P. S. (2020). Hubungan Tingkat Ekonomi dan Jenis
Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas. Borneo
Student Researh, 269–273.

Lusiana, E. D., & Mahmudi, M. (2020). Teori dan praktek analisa data. UB
Press.

Mallapiang, F., & Haerana, B. T. (2022). Pembuatan produk diversifikasi pudding


dengan daun kelor untuk pencegahan hipertensi. Sociality (Journal of …,
1(1), 14–20.

Manuntung, A. (2019). Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi.

Marhaeni, L. sutji. (2021). DAUN KELOR (Moringa oleifera) SEBAGAI


SUMBER PANGAN FUNGSIONAL DAN ANTIOKSIDAN Luluk. Agrisia,
13(2), 40–53.

Riniasih, W., & Hapsari, W. D. (2021). Pengaruh Pemberian Daun Kelor


Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Lansia
Selama Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Smart Keperawatan, 8(2), 101.
https://doi.org/10.34310/jskp.v8i2.491

Saputra, A., Arfi, F., & Yulian, M. (2020). Literature Review: Analisis Fitokimia
Dan Manfaat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera). Amina, 2(3), 114–119.
https://journal.ar-raniry.ac.id/index.php/amina/article/view/1220

Siswanto, Y., Widyawati, S. A., Wijaya, A. A., Salfana, B. D., & Karlina, K.
(2020). Hipertensi pada Remaja di Kabupaten Semarang. Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 1(1), 11–17.
https://doi.org/10.15294/jppkmi.v1i1.41433

Yanti, D. A., & Rizkia, D. (2022). The Effect of Isometric Handgrip Therapy
Towar Blood Pressure on Hypertension Patients in the Work Area OF
batangkuis Public Health Center. Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf),
4(2), 124–131. https://doi.org/10.35451/jkf.v4i2.948

Yanti, E. (2019). PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KELOR


(Moringa Olifiera) TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA
HIPERTENSI. Jik : Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1), 24–29. https://doi.org/10
Lampiran

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu Responden Penelitian Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru yang mengadakan penelitian
dengan judul Pengaruh Puding Kelor Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh
Puding Kelor terhadap tekanan darah. Penelitian in tidak menimbulkan kerugian
bagi Bapak/Ibu sebagai responden. Kerahasiaan identitas Bapak/Ibu akan dijaga
dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja, tidak ada ancaman khusus
jika Bapak/Ibu menolak menjadi responden penelitian ini. Jika Bapak/Ibu setuju
menjadi responden dan saat pelaksanaan terdapat hal yang membuat Bapak/Ibu
ingin mundur sebagai respnden maka dipersilahkan. Jika Bapak/Ibu bersedia,
mohon untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan oleh
peneliti. Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Lampiran

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami penjelasan yang diberikan oleh saudari


Desi Mastika (19301007) mahasiswi STIKes Payung Negeri Pekanbaru yang
melaksanakan penelitian tentang “Pengaruh Puding Kelor Terhadap Tekana
Darah Pada Pasien Hipertensi Di Puskemas Rejosari Pekanbaru”. Saya
mengerti penelitian ini tidak akan membawa akibat yang buruk kepada saya dan
saya mengerti bahwa penelitian ini hanya untuk mengetahui informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti sebagaimana yang sudah disampaikan saat penejlasan
diawal. Dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden
tanpa paksaan atau ancaman dari pihak manapun juga.

Pekanbaru, 15 Mei 2023

( )
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

“PENGARUH PUDING DAUN KELOR TERHADAP TEKANAN DARAH


PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS REJOSARI PEKANBARU”

Data Umum :

Hari / Tgl Pengisisan :

No. Responden :

Nama Responden :

Obat :

Umur :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Data Khusus :

No. Nama Tekanan Darah

Tekanan sebelum Tekanan sesudah


darah darah
Systole Diastole Systole Diastole

Anda mungkin juga menyukai