Anda di halaman 1dari 105

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

PADA LANSIA DI PUSBILA DUSUN PASIRGINTUNG


DESA KARYAMUKTI KECAMATAN BANJARANYAR
KABUPATEN CIAMIS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Studi


pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Bina Putera Banjar

Oleh :
NENDI SUGIANTO
NIM: 4002210042

STIKES BINA PUTERA BANJAR


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2023

i
PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI


PADA LANSIA DI PUSBILA DUSUN PASIRGINTUNG
DESA KARYAMUKTI KECAMATAN BANJARANYAR
KABUPATEN CIAMIS

Oleh :
NENDI SUGIANTO
NIM: 4002210042

Proposal ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan dewan penguji
Pada tanggal 10 Mei 2023

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II Penguji III

Dr. H. Oman Rokhman, S.Sos., M.Kes. Ns. Kusmawati, S.Kep., M.Kep. Ns. Aneng Yuningsih, S.Kep., M.Kep, Sp.,Kom.

Mengetahui,
STIKes Bina Putera Banjar
Ketua,

Dr. H. Oman Rokhman, S.Sos., M.Kes

ii
PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI


PADA LANSIA DI PUSBILA DUSUN PASIRGINTUNG
DESA KARYAMUKTI KECAMATAN BANJARANYAR
KABUPATEN CIAMIS

Oleh :
NENDI SUGIANTO
NIM: 4002210042

Proposal Penelitian ini telah disetujui oleh pembimbing


layak untuk diujikan

Menyetujui,

Pembimbing I

Ns. Aneng Yuningsih, S.Kep., M.Kep, Sp.,Kom Banjar, Juli 2023

Pembimbing II

Yayi Siti Khaeriyah, S,Kp., M.Kep Banjar, Juli 2023

iii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Nendi Sugianto
NPM : 4002210042
Prodi : Program Studi Ilmu Keperawatan
Judul Skripsi : Hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada lansia
di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti
Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penelitian ini berdasarkan hasil
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik naskah laporan
maupun kegiatan yang tercantum sebagai dari skripsi ini. jika terdapat karya orang
lain, saya mencantumpkan sumber yang jelas.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena skripsi ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di STIKes
Bina Putera Banjar.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadartanpa paksaan dari
pihak manapun.
Banjar,...........................2023
Yang membuat pernyataan

NENDI SUGIANTO
NPM: 4002210042

i
ABSTRAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES BINA PUTERA


BANJAR
Skripsi, September 2023

Aneng Yuningsih1. Yayi Siti Khaeriyah 2, Nendi Sugianto 3.


HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN HIPERTENSI PADA
LANSIA DI PUSBILA DUSUN PASIRGINTUNG DESA KARYAMUKTI
KECAMATAN BANJARANYAR KABUPATEN CIAMIS
xiv + 55 Halaman + 10 Lampiran.
Apendik merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari
bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Apendik besarnya sekitar kelingking
tangan dan terletak di perut kanan bawah. Apendik banyak mengandung kelenjar
yang senantiasa mengeluarkan lendir dan dipercaya sebagai sistem imun. Pasien-
pasien dengan post apendiktomi menjalani proses perawatan di ruang perawatan
bedah di rumah sakit. Lama hari rawat inap pasien bervariasi tergantung jenis
apendik yang dideritanya. Jika apendik tidak ruptur, pasien dapat pulang dalam
1-2 hari, jika terdapat perforasi, ia dapat tinggal selama 4-7 hari, terutama jika
terjadi peritonitis.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang berhubungan
dengan lama hari rawat pasien post operasi apendiktomi di Badan Layanan Umum
Daerah RSU Majenang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi korelasi, dan rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi restropektif yaitu
penelitian yang berusaha melihat kebelakang. Populasi dalam penelitian ini adalah
kasus apendik pada Januari 2016 sampai dengan Januari 2018 di Badan Layanan
Umum Daerah RSU Majenang yaitu sebanyak 101 kasus. Teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Dari hasil analisa diktehaui
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang berhubungan
dengan lama hari rawat pasien post operasi apendiktomi di Badan Layanan Umum
Daerah RSU Majenang, dengan masing-masing nilai p value sebesar 0.000 lebih
kecil dari alfa 0.05.
Saran bagi praktisi keperawatan diharapkan agar dapat mengurangi faktor-
faktor yang bisa menyebabkan terjadinya penambahan lama hari rawat pasien post
oporasi apendiktomi, terutama factor terjadinya infeksi, walaupun factor tersebut
bukan merupakan factor infeksi yang terjadi dirumah sakit akan tetapi diharapkan
dapat mencegah terjadinya infeksi yang lebih luas terutama pada luka operasi
yang baru.

Kata Kunci : Usia, Komplikasi, Infeksi, Lama Hari rawat.


Kepustakaan : 31 Buku (2010-2022).
Keterangan : 1. Nama Mahasiswa, 2. Pembimbing 1, 3. Pembimbing 2

ii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Nendi Sugianto

NPM : 4002210042

Tempat/Tanggal Lahir :

Alamat :

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan

1. SD :

2. SMP :

3. SMA :

4. D3 Keperawatan : STIKes

Muhammadiyah Ciamis

5. S1 Keperawatan : STIKes Bina

Putera Banjar

Pekerjaan : Perawat

Motivasi Hidup :

iii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena

dengan Rahmat dan HidayahNya akhirnya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi

yang berjudul “Hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada lansia di

Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten

Ciamis”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera

Banjar.

Proses penyusunan Skripsi ini peneliti banyak mengalami hambatan-

hambatan, namun hambatan tersebut dapat diatasi berkat bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Dr. H. Herman Sutrisno, dr., MM., selaku Dewan Pembina Yayasan

Pendidikan Tinggi Banjar Mandiri.

2. Dr. H Dahlan, SH., M.Si., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Tinggi Banjar

Mandiri

3. Dr. H. Oman Rokhman, S.Sos., M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Bina Putera Banjar.

4. Fenty Rosmala, SP., M.Pd., selaku Wakil Ketua I bidang akademik Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar.

iv
5. H. Rachwan, Drs., M.Si., selaku Wakil Ketua II bidang umum dan keuangan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar.

6. Ns. Aneng Yuningsih., S.Kep., M.Kep.,Sp.,Kom, selaku Wakil Ketua III

bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar,

sekaligus pembimbing I dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Yayi Siti Khaeriyah, S.Kp., M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar, sekaligus

pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini.

8. H. Abdurrauf K, dr., MMR, selaku keua LPPM Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Bina Putera Banjar.

9. Seluruh Dosen pengajar beserta staf karyawan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Bina Putera Banjar, yang telah memberikan banyak pengajaran

yang bermanfaat bagi penulis.

10. Kepala Desa Karyamukti dan seluruh lansia di Pusbila Dusun pasirgintung

Kecmatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis yang telah memberi ijin penelitian

dan turut berpartisipasi dalam proses penelitian.

11. Keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril dan materil selama

penyusunan Skripsi ini.

12. Teman-teman senasib dan seperjuangan jurusan Ilmu Keperawatan atas

kebersamaannya selama mengikuti perkuliahan di STIKes Bina Putera

Banjar.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut

berperan dalam membantu penulis menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

v
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan dimasa datang.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi para pembaca

pada umumnya. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan

yang telah diberikan kepada penulis. Amin Yaa Robbal Alamin.

Banjar, Juli 2023


Peneliti

Nendi Sugianto

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

PENGESAHAN......................................................................................................ii

PERSETUJUAN...................................................................................................iii

PERNYATAAN.......................................................................................................i

ABSTRAK..............................................................................................................ii

RIWAYAT HIDUP...............................................................................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL.................................................................................................ix

DAFTAR BAGAN..................................................................................................x

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................7
1.3 Tujuan........................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................8
1.5 Keaslian Penelitian..................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................13

2.1 Landasan Teori........................................................................................13


2.2 Kerangka Konsep....................................................................................36
2.3 Hipotesis..................................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................38

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................................38

vii
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian..............................................................39
3.3 Variabel dan Definisi Operasional..........................................................42
3.4 Pengumpulan Data..................................................................................43
3.5 Alur Penelitian.........................................................................................48
3.6 Jalannya Penelitian..................................................................................49
3.7 Pengolahan dan Analisis Data.................................................................50
3.8 Etika Penelitian........................................................................................54
3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................57

4.1 Hasil Penelitian........................................................................................57


4.2 Pembahasan.............................................................................................63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................70

5.1 Simpulan..................................................................................................70
5.2 Saran........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................72

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Jumlah Sampel...................................................................... 36

Tabel 3.2 Definisi operasional............................................................................... 39

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen ............................................................................... 41

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian .................................................................................. 52

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka konsep..................................................................................32

Bagan 2.2 Kerangka kerja ....................................................................................33

Bagan 3.1 Alur Penelitian .....................................................................................46

x
DAFTAR SINGKATAN

BPS : Badan Pusat Statistik

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinkes : Dinas Kesehatan

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid

DSAS 21 : Depression Anxiety Stress Scales 21

FFQ : Food Frequency Questionnaire

HST : Hipertensi sistolik terisolasi

IHME : Institute for Health Metrics and Evaluation

ISH : isolated systolic hypertension

ISPA : Infeksi Saluran Pernafasan Akut

IPAQ : International Physical Activity Questionnaire

Lansia : Lanjut Usia

LPPM : Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat

NHD : Natonal Health Documentation

PERHI : Perhimpunan Hipertensi Indonesia

PTM : Penyakit tidak Menular

PUSBILA : Pusat Bina Lansia

RT : Rukun Tetangga

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

SPM : Standar Pelayanan Minimal

xi
UUD : Undang-undang Dasar

UPTD : Unit Pelaksana Teknik Dinas

WHO : World Health Organiation

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing

Lampiran 2 Lembar Bimbingan

Lampiran 3 Persetujuan Penelitian

Lampiran 4 Lembar Kuesioner

Lampiran 5 Master Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6 Master Tabel Hasil Penelitian

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 8 Hasil Analisis Data Penelitian

Lampiran 9 Keaslian Penelitian

Lampiran 10 Surat-surat

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan bagian dari anggota keluarga

dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

peningkatan usia harapan hidup. Lansia didunia tumbuh dengan cepat bahkan

tercepat dibanding kelompok usia lainnya (Azizah, 2018). World Helath

Organization (WHO) memperkirakan jumlah lansia di dunia pada tahun tahun

2025 akan mencapai angka 1,2 milyar lansia dan tahun 2050 akan menjadi 2

milyar (21% total penduduk dunia), dimana   sekitar 80% hidup di negara

berkembang. Asia dan Pasifik merupakan bagian dunia yang tercepat

pertumbuhannya dan salah satu negara yang cepat pertumbuhan lansianya

adalah Indonesia (BPS, 2020).

Berbagai pihak menyadari bahwa jumlah warga lansia di Indonesia yang

semakin bertambah akan membawa pengaruh besar dalam pengelolaan

masalah kesehatannya. Golongan usia lanjut ini akan memberikan masalah

kesehatan khusus yang membutuhkan pelayanan kesehatan tersendiri mulai

dari gangguan mobilitas alat gerak sampai pada gangguan kardiovaskuler.

Lima penyakit utama yang banyak diderita oleh penduduk usia lanjut di

Indonesia adalah penyakit kardiovaskuler dengan persentase sebesar 50%,

anemia memiliki persentase sebesar 29,5%, infeksi saluran pernafasan sebesar

1
12,2%, penyakit kanker memiliki persentase sebesar 12,2% dan TBC

memiliki persentasi

2
3

sebesar 11,5% (Depkes RI, 2020).Penyebab kematian terbesar pada populasi

usia 65 tahun ke atas didunia adalah penyakit kardiovaskuler, dengan jumlah

kematian lebih banyak di negara berkembang dan diperkirakan penyakit

kardiovaskuler merupakan 50% sebab kematian di negara industri maju dan ¼

kematian di negara berkembang. Indonesia sendiri telah mengalami

pergeseran penyakit, dari penyakit menular menjadi penyakit degeneratif,

diantaranya penyakit hipertensi (WHO, 2022). Berdasarkan Global Burden of

Desease dan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) 2014-2019

penyakit jantung menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia, data Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 menunjukan tren peningkatan

penyakit jantung yakni 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018. angka

kematian tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi 20,5 juta orang

pada tahun 2020 dan 24,2 juta orang meninggal karena penyakit jantung pada

tahun 2030 (Kemenkes RI, 2022).

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang dapat menyerang usia

tua maupun muda dan merupakan penyakit tidak menular yang sampai saat ini

menjadi masalah kesehatan secara global. Sekitar 1 milyar penduduk di seluruh

dunia menderita hipertensi dimana dua pertiganya terdapat di negara-negara

berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta penduduk di seluruh dunia

meninggal setiap tahunnya, dimana hampir 1,5 juta penduduk diantaranya

terdapat dikawasan Asia Tenggara. WHO mencatat pada tahun 2012 terdapat

839 juta kasus penderita hipertensi dan diperkirakan akan meningkat menjadi

1,15 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia,
4

dimana penderitanya lebih banyak pada wanita (30%) dibandingkan pada pria

(29%) (WHO, 2022).

Data dari Natonal Health Documentation (NHD) di Amerika Serikat

menemukan prevalensi hipertensi 15-17% pada orang-orang berusia 65 tahun

keatas. Pada tahun 2017 rata-rata kasus penyakit hipertensi di Jawa Barat

adalah 9.800,54 kasus. Prevalensi hipertensi secara nasional sebanyak 34,1%.

Provinsi Jawa Barat menduduki urutan ke dua sebagai Provinsi dengan kasus

Hipertensi tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 39,6% (Kemenkes RI, 2019).

Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa

Barat dalam tiga tahun terakhir, dimana pada tahun 2017 terdapat 40.916

kasus, tahun 2018 terdapat 64.097 kasus dan tahun 2019 terdapat 99.404 kasus

(Dinkes Prop. Jabar 2021). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis

diketahui bahwa berdasarkan 10 besar penyakit di Wilayah Kabupaten Ciamis,

hipertensi merupakan peringkat pertama 10 besar penyakit tersebut dengn

jumlah kasus sebanyak 80.612 kasus, disusul oleh gastritis dengan 52.735

kasus, Comon Cold sebanyak 27.122 kasus, ISPA sebnyak 24.007 kasus,

Myalgi sebanyak 17.546 kasus, Rheumatoid sebanyak 16.195 kasus, Headache

sebanyak 15.808 kasus, Influenza sebanyak 15.233 kasus, Dispepsia sebanyak

13.114 kasus dan Dermatitis sebanyak 12.980 kasus (Profil Dinas Kesehatan

Kabupaten Ciamis, 2021).

Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyakit Tidak Menular

(PTM) Tahun 2021 Kabupaten Ciamis diketahui bahwa angka kasus hipertensi

dengan sasaran paling banyak adalah di Puskesmas Pamarican dengan jumlah


5

sasaran mencapai 16.547 kasus dengan jumlah absolut mencapai 2.630 kasus,

peringkat kedua adalah Puskesmas Purwadadi dengan jumlah sasaran 13.077

kasus dan jumlah absolut 5.263 kasus, peringkat ketiga adalah Puskesmas

Banjarsari dengan total sasaran 12.129 kasus dengan jumlah absolut mencapai

angka 6.877 kasus, dan peringkat empat terbanyak kasus hipertensi adalah

wilayah Desa Karyamukti dengan jumlah sasaran sebanyak 10.008 kasus dan

jumlah absolut sebanyak 1.605 kasus (Dinkes Ciamis, 2022).

POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu) adalah kegiatan monitoring dan

deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular terintegrasi serta gangguan

akibat kecelakaan dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola

oleh masyarakat melalui pembinaan terpadu, sedangkan Pusbila (Pusat

Pembinaan Lanjut Usia) merupakaan pusat pelayanan terpadu untuk

masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang

digerakkan oleh Puskesmas dan kader kesehatan (Depkes RI, 2022).

Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar

merupakan salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Ciamis dengan angka

kejadian hipertensi yang masih tinggi. Tahun 2019 terdapat 1.314 kasus, tahun

2020 angkanya meningkat menjadi 1.512 kasus dan tahun 2021 angkanya

meningkat lagi menjadi 1.605 kasus. Desa Karyamukti merupakan salah satu

dari 10 desa yang ada di wilayah kerja Banjaranyar dengan kasus hipertensi

paling tinggi pada tahun 2021 yaitu sebanyak 741 kasus. Melihat banyaknya

kasus hipertensi tersebut, maka UPTD Puskesmas membentuk dan

mengembangkan Pusbila. Terdapat 8 Pusbila dari 10 Desa yang berada di


6

wilayah tersebut dan jumlah kunjungan Pusbila paling banyak di Desa

Karyamukti, dimana peserta yang datang ke Pusbila tersebut 50% nya adalah

kelompok pra lansia yaitu rentang usia 45-59 tahun (Puskemas Cigayam,

2022).

Hipertensi terjadi karena berbagai faktor risiko, faktor risiko tekanan

darah tinggi antara lain usia, jenis kelamin, Riwayat keluarga, genetik,

kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebih, konsusmsi lemak jenuh,

penggunaan jelantah, obesitas, stress, kebiasaan minum-minuman alkohol,

penggunaan estrogen, kurang aktifitas fisik, dan tentunya pola makan

penderita. Menurut pusat Data dan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,

penyakit terbanyak pada golongan lanjut usia adalah hipertensi (57,6%) artritis

(51,9%), stroke (46,1%) masalah gigi dan mulut (19,1%) penyakit paru

obstruktif menahun (8,6%) dan diabetes melitus (4,8%) (Manik & Wulandari,

2020)

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan masih

tergolong sangat rendah terutama tentang pola makan, terbukti dengan

kebiasaan masyarakat yang lebih memilih makanan cepat saji, merokok,

minuman beralkohol, dan tidak menjaga pola tidur serta jarang berolahraga. Di

Indonesia sendiri kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi masih

sangat rendah hal ini terbukti, masyarakat lebih memilih makanan siap saji

yang umumya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula dan mengandung banyak

garam, pola makan yang kurang sehat ini merupakan pemicu penyakit

hipertensi (Kusumadewi, 2018).


7

Pola makan adalah suatu cara atau prilaku seseorang dalam memilih

bahan makanan untuk di konsumsi setiap hari, yaitu meliputi jenis makanan,

jumlah makanan, dan frekuensi makanan dengan maksud tertentu seperti

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, dan membantu kesembuhan

penyakit. Pola makan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan

darah pada lansia. Pada umumnya orang menyukai jenis makanan yang asin

dan gurih, yang mengandung kolesterol tinggi, seperti makanan masakan

mengandung santan, jeroan, dan berbagai olahan daging yang memicu

kolestorol tinggi, serta makanan cepat saji yang mengandung lemak jenuh dan

garam dengan kadar tinggi. Mereka yang senang makan-makanan asin,

berlemak dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi. Kandungan Na

(Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air (retensi) sehingga

meningkatkan jumlah volume darah. Akibat nya jantung harus bekerja keras

memompa darah dan tekanan darah menjadi naik (Sutanto, 2018).

Pola makan yang baik bagi penderita hipertensi adalah 5 sampai 6 kali

sehari, yaitu sarapan pagi, snack pagi, makan siang, snack sore, makan malam.

Pola makan yang baik adalah menghindari makanan yang berkadar lemak

jenuh tinggi, makanan yang di olah dengan menggunakan garam natrium,

makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan memperbanyak makanan

tinggi serat seperti buah dan sayuran yang mengandung kalium, kalsium

(Kurniadi, 2018). Teori ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh

Melisa (2016) didapatkan hanya hubungan antara pola makan dengan tingkat

hipertensi pada lanjut usia di posyandu lansia yaitu sebagian besar lansia
8

mengonsumsi makanan yang menyebabkan hipertensi seperti mengkonsumsi

asupan garam berlebih, makanan kolesterol tinggi, gula, serta makanan yang

mengandung lemak.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada 10 orang

lansia yang ada di Desa Karyamukti, dari aspek pola makan 7 dari 10 lansia

mengatakan sulit menghindari makanan yang beresiko terhadap hipertensi

diantaranya konsumsi ikan asin, makanan berlemak dan bersantan, konsumsi

makanan cepat saji dan kurangnya konsumsi buah dan sayur pada lansia, hal

tersebut tidak terlepas dari kurangnya pengetahuan responden mengenai

hipertensi, responden tidak mengetahui penyebab dari hipertensi, tidak

mengetahui pencegahan hipertensi dan responden tidak mengetahui

penatalaksanaan hipertensi. Berdasarkan informasi yang didapatkan,

penyuluhan kesehatan mengenai pola makan pada penderita hipertensi sudah

pernah dilakukan, namun masih ada sasaran yang belum mengetahui beberapa

hal terkait hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Penderita hipertensi atau penyakit darah tinggi perlu memperhatikan

asupan makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Pasalnya, cara menurunkan

tekanan darah tinggi agar tetap stabil tak cukup dengan mengonsumsi obat.

Gaya hidup sehat dari pola makan, pola tidur, manajemen stres, sampai

olahraga juga penting untuk mengendalikan penyakit kronis ini. Pola makan
9

untuk menurunkan tensi tinggi harus lebih diperhatikan, karena asupan ini

bisa membantu mengurangi resiko meningkatnya tekanan darah.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti memutuskan permasalahan

sebagai berikut: apakah terdapat hubungan antara pola makan dengan

hipertensi pada lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti

Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada lansia di Pusbila

Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar

Kabupaten Ciamis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola makan lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung

Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis.

2. Mengidentifikasi hipertensi pada lansia di Pusbila Dusun

Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten

Ciamis

3. Menganalisis hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada

lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan

Banjaranyar Kabupaten Ciamis.


10

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu

pengetahuan, pengembangan keilmuan tentang pola makan pada

penderita hipertensi secara teoritis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan perbandingan guna

pengembangan ilmu keperawatan, tentang hubungan antara pola

makan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Selain itu sebagai

bahan masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam

bidang keperawatan gerontik khususnya dalam perawatan lansia pada

sistem kardiovaskuler (hipertensi).

2. Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan perencanaan dan evaluasi

bagi dinas terkait yaitu Dinas Kesehatan dan Puskesmas terhadap

proses pelayanan kesehatan khususnya pembinaan lansia mengenai

hipertensi. Penelitian ini juga dapat digunakaan sebagai bahn

evaluasi dan intervensi bagi pemegang program lansia di Puskesmas

dalam mengevluasi kesehatan lansia dengan hipertensi. Selain itu

penelitian ini dapat digunakan oleh kader kesehatan dalam

memberikan konseling kepada masyarakat khususnya lansia, tentang

pentingnya pola makan dan hubungannya dengan kejadian hipertensi.


11

3. Bagi Lansia

Memberikan pengetahuan tentang pentingnya pola makan yng sehat

khususnya untuk penderita hipertensi usia lansia, selaaain itu

penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi konseling bagi lansia

dalam upaya pencegahan penyakit tidak menular (PTM) pada lansia.

4. Bagi Peneliti

Dengan hasil penelitian ini peneliti lebih memahami dan

memperdalam analisis tentang pola makan pada penderita hipertensi

usia lansia. Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

beberapa Peneliti dalam menyusun kebijakan dan penatalaksanaan

pasien Hipertensi.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian dengan masalah hipertensi pada lansia sudah banyak

dilakukan sebelumnya, akan tetapi penelitian dengan judul Hubungan antara

pola makan dengan hipertensi pada lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung

Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis, sepengetahuan

penulis belum pernah dilakukan, Adapun penelitian yang hampir mirip

dengan judul penulis diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Damayanti dkk, dengan judul “Hubungan Pola Makan dengan Derajat

Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ubud I Gianyar Bali”. Desain

penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi dengan pendekatan

cross sectional. Sampel yang diteliti sebanyak 84 lansia yang dipilih


12

dengan Teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisioner dan

melakukan observasi pengukuran tekanan darah, analisis data pada

penelitian ini menggunakan uji rank spearman. Perbedaan penelitian

penulis dengan penelitian tersebut terletak pada Teknik analisis data yang

digunakan yaitu peneliti menggunakan uji chi sqare sedangkan penelitian

Daamayanti menggunakan uji rank spearman, perbedaan lainnya adalah

lokasi dan waktu penelitian, Teknik pengambilan sampel peneliti

menggunakan random sampling sedangkan penelitian Damayanti

menggunakan total sampling, sedangkan persamaan nya terletak pada

kedu variabel serta jenis dan rancangan penelitian.

2. Bertalina dan Mulyani (2021), dengan judul “Hubungan Pola Makan,

Asupan Makanan dan Obesitas Sentral dengan Hipertensi di Puskesmas

Rajabasa Indah Bandar Lampung”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

hubungan pola makan, asupan makanan dan obesitas sentral dengan

tekanan darah pada pasien hipertensi di PuskesmasRajabasa Indah Bandar

Lampung. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi analitik

pendekatan cross sectional. Sampel adalah pasien hipertensi yang

berkunjung ke Puskesmas Rajabasa Indah pada dalam waktu 1 bulan, yang

diambil secara acidental sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini

menggunakan kuisioner dan lembar observasi, serta uji analisis dengan

menggunakan uji rank spearman. Perbedaan penelitian penulis dengan

penelitian tersebut terletak pada beberapa variabel asupan makanan dan


13

obesitas sentral, Teknik pengambilan sampel, serta lokasi dan waktu

penelitian, sedangkan persamaannya adalah terletak pada variabel pola

makan dan hipertensi, jenis dan rancangan penelitian serta Teknik analisis

data yang digunakan.

3. Muji Triyani, Hesti Permata Sari, Hiya Alfi Rahmah (2019) dengan judul

hubungan Pola Konsumsi Makanan Kemasan Tinggi Natrium, Aktivitas

Fisik, Lingkar Perut Dan Tingkat Stres Dengan Tekanan Darah di Polres

Banyumas. Metodologi: Penelitian cross-sectional melibatkan 51 anggota

polisi laki-laki di Polres Banyumas. Tekanan darah diukur menggunakan

sphygmomanometer, pola makan menggunakan FFQ, aktivitas fisik

menggunakan IPAQ, lingkar perut menggunakan metlin, tingkat stres

menggunakan Tes DASS21. Analisis bivariat menggunakan uji Rank

Spearman. Hasil Penelitian: Sebanyak 21,6% responden memiliki tekanan

darah sistolik tinggi dan 41,5% responden memiliki tekanan darah

diastolik tinggi. Responden sering mengonsumsi makanan kemasan tinggi

natrium (45,1%), aktivitas fisik sedang (56,9%), obesitas sentral (52,9%)

dan tingkat stres normal (74,5%). Terdapat hubungan lingkar perut (

0,009) dengan tekanan darah diastolik dengan nilai r=0,360. Tidak terdapat

hubungan antara pola konsumsi makanan kemasan tinggi natrium (

0,165), aktivitas fisik ( 0,933), lingkar perut ( 0,056) dan tingkat stres (

0,194) dengan tekanan darah sistolik. Tidak terdapat hubungan pola

konsumsi makanan kemasan tinggi natrium ( 0,422), aktivitas fisik (

0,463) dan tingkat stres ( 0,151) dengan tekanan darah diastolik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pola makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan

setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas suatu kelompok

masyarakat tertentu (Sulistyoningsih, 2017). Pola makan adalah cara

atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud

tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah

atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan yang sehat selalu

mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu terpenuhinya semua zat gizi

sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2020). Pola makan adalah cara

atau perilaku seseorang dalam memilih makanan, menggunakan bahan

makanan dalam mengpola makan setiap hari yang meliputi jenis

makanan, porsi makanan, dan frekuensi makan. Jenis makanan yang

dikonsumsi dikelompokan menjadi dua yaitu makanan utama dan

makanan selingan. Makanan utama berupa makan pagi, siang dan makan

malam terdiri dari makanan pokok, sayur, lauk pauk, buah dan minuman

yang mengandung kalori dan protein. Makanan selingan biasanya

dilakukan sekali atau dua kali diantara waktu makan.

13
14

Porsi makanmerupakan jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali

makan (Pratiwi, 2018).

Frekuensi makan yang baik apabila frekuensi makan seseorang

setiap hari 3 kali makanan utama atau 2 kali makanan utama dengan 1

kali makanan selingan. Frekuensi makan dinilai kurang jika frekuensi

makan setiap hari 2

kali makan makanan utama atau kurang (Pratiwi, 2018). Pola makan

memiliki 3 (tiga) komponen yaitu jenis, frekuensi dan jumlah makan.

1. Jenis Makanan

Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari

terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran dan

buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber

makanan utama di negara indonesia yang dikonsumsi setiap orang

atau sekelompok masyarakat terdiri dari beras, jangung, sagu, umbi-

umbian dan tepung (Sulistyoningsih, 2017).

2. Frekuensi Makan
15

Frekuensi makan adalah berapa kali makan dalam sehari meliputi

makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan

(Depkes RI, 2020). Frekuensi makan adalah jumlah makan sehari-

hari baik kualitatif dan kuanitatif, secara alamiah makanan diolah

dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai

usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis

makanan, jika rata-rata lambung kosong antara 3-4 jam, jadwal

makanpun menyesuaikan dengan kosongnya lambung. Pola makan

yang baik dan benar mengandung karbohidrat, lemak, protein,

vitamin dan mineral. Pola makan 3 kali sehari yaitu makan pagi,

selingan siang, makan siang, selingan sore, makan malam dan

sebelum tidur. Makanan selingan sangat diperlukan, terutama jika

porsi makanan utama yang dikonsumsi saat makan pagi, makan

siang dan makan malam belum mencukupi. Makan selingan tidak

boleh berlebihan karena dapat menyebabkan nafsu makan saat

menyantap makanan utama berkurang akibat kekenyangan makanan

selingan.

3. Jumlah Makan
16

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan setiap

orang atau setiap individu dalam kelompok. Jumlah dan jenis

makanan sehari-hari merupakan cara makan seorang individu atau

sekelompok orang dengan mengkonsumsi makanan mengandung

karbohidrat, protein, sayuran dan buah. Frekuensi tiga kali sehari

dengan makan selingan pagi dan siang mencapai gizi tubuh yang

cukup, konsumsi makanan yang berlebihan dapat mengakibatkan

kegemukan atau obesitas pada tubuh.

Berikut sejumlah makanan yang sebaiknya dihindari penderita

hipertensi dilansir Cleveland Clinic (2022):

1. Makanan tinggi garam, natrium, sodium

Penyedap makanan yang mengandung garam, natrium atau sodium

adalah salah satu penyebab hipertensi. Kendungan itu bisa

meningkatkan tekanan darah karena memengaruhi keseimbangan

cairan dalam darah. Penderita hipertensi disarankan benar-benar

membatasi asupan garam, natrium atau sodium. Jika ingin rasa asin

bisa didapatkan dari rempah-rempah. Hindari menambahkan garam

tambahan atau garam meja dalam makanan.

2. Daging olahan
17

Daging olahan seperti sosis, burger, kornet dan lainnya memang

praktis untuk dikonsumsi. Namun, umumnya daging olahan tinggi

natrium atau sodium yang ditambahkan sebagai bumbu penambah

cita rasa sekaligus pengawet.

3. Acar dan aneka asinan

Sekilas acar dan asinan dari sayur atau buah-buahan tampak seperti

makanan sehat. Padahal umumnya makanan ini diawetkan

menggunakan banyak garam agar tidak gampang busuk dan tahan

lama. Semakin lama diawetkan, semakin banyak natrium yang

terserap ke dalam makanan itu.

4. Makanan kaleng

Makanan kaleng memang praktis dan rasanya relatif enak. Tapi

makanan kaleng banyak mengandung natrium atau sodium. Karena

itu ganti kebiasaan tidak sehat itu dengan mengonsumsi makanan

dari bahan segar.

5. Saus dan penyedap

Segala jenis saus, penyedap dan aneka penguat rasa mengandung

sodium tinggi. Hindari menambahkan aneka penguat rasa ke dalam

menu makanan penderita hipertensi. Untuk tetap menjaga cita rasa,

tambahkan rempah-rempah.

6. Makanan tinggi gula

Makanan tinggi gula seperti boba, dessert box, kue kering, dan

aneka hidangan penutup juga perlu dihindari penderita hipertensi.


18

Gula dapat meningkatkan tekanan darah secara tidak langsung

karena berkontribusi pada penambahan berat badan. Batasi asupan

gula termasuk dalam makanan dan minuman setiap harinya.

7. Makanan tinggi lemak jenuh dan trans

Hindari makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan lemak

trans. Lemak jenuh banyak ditemukan dalam susu dan krim,

mentega, daging merah, jeroan dan kulit ayam. Sedangkan lemak

trans adalah jenis lemak buatan yang meningkatkan umur simpan

dan stabilitas makanan kemasan. Lemak trans banyak terdapat

dalam gorengan. Namun, lemak jenuh dan lemak trans bisa

meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan

risiko hipertensi dan penyakit kronis.


19

Frekuensi makanan dan minuman adalah jumlah makanan dan

minuman yang akan dikonsumsi sehari-hari baik kualitatif maupun

kuantitatif. Secara fisiologis makanan diolah didalam tubuh melalui

saluran pencernaan mulai dari mulut sampai ke usus halus. Lama

makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan yang

dikonsumsi. Pada umumnya lambung kosong antara 3 sampai 4 jam,

maka seharusnya jadwal makan menyesuaikan dengan kosongnya

lambung. Sesorang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur

mudah terserang gastritis dikarenakan saatperut harus diisi namun

dibiarkan tetap kosong atau ditunda pengisiannya, maka yang akan

terjadi adalah asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung

(Kusumadewi, 2018).

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung

dalam jumlah yang kecil setelah 4 sampai 6 jam sesudah makan

biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai

sehingga tubuh akan merasakan lapar maka pada saat itu jumlah asam

lambung akan terstimulasi dan produksinya akan semakin banyak dan

berlebihan. Asam lambung yang berlebihan ini dapat mengiritasi

mukosa lambung dan dapat menimbulkan rasa nyeri pada daerah

epigastrium. (Kusumadewi, 2018).


20

Pola makan seimbang adalah cara pengaturan jumlah dan jenis

makan dalam bentuk susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat

gizi, terdiri dari enam zat yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, air dan keaneka ragam makanan. Pola makan seimbang adalah

susunan jumlah makanan yang dikonsumsi mengandung gizi seimbang

dalam tubuh dan mengandung dua zat yaitu zat pembagun dan zat

pengatur. Makan seimbang ialah makanan yang memiliki banyak

kandungan gizi dan asupan gizi yang terdapat pada makanan pokok, lauk

hewani, lauk nabati, sayur dan buah (Depkes RI, 2020).

Menu seimbang adalah makanan beraneka ragam yang memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).

Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan

nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu sedangkan dari hewani

adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti keju. Zat

pembangun berperan untuk perkembangan kualitas tingkat kecerdasan

seseorang. Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur dan buah

banyak mengandung vitamin dan mineral yang berperan untuk

melancarkan fungsi organ tubuh (Depkes RI, 2020).


21

Pola makan adalah suatu cara atau prilaku seseorang dalam memilih

bahan makanan untuk di konsumsi setiap hari, yaitu meliputi jenis makanan,

jumlah makanan, dan frekuensi makanan dengan maksud tertentu seperti

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, dan membantu kesembuhan

penyakit (Depkes, 2020). Jumlah makanan harus di seimbangkan dan di

sesuaikan dengan jumlah kalori yandibutuhkan. Jumlah makanan yang

dikonsumsi lansia hendaknya mempunyai proporsi yang seimbang antara

karbonhidrat (60-65%), protein (15% preotein ikan,10% protein hewani, dan

75% protein nabati), dan lemak (20-25% dari total kal/hari) (Iriyanto dan

Waluyo, 2017).

Jadwal makan dan pola makan yang baik bagi penderita hipertensi

adalah 5 sampai 6 kali sehari, yaitu sarapan pagi,snack pagi, makan siang,

snack sore, makan malam. Pola makan yang baik bagi penderita hipertensi

adalah menghindari makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi, makanan yang

diolah dengan menggunakan garam natrium, makanan yang diawetkan,

makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium, makanan yang

diawetkan, makanan siap saji dan memperbanyak makanan tinggi serata seperti

buah dan sayuran yang mengandung kalium, kalium (Kurniadi, 2018).


22

Pola makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan

darah pada lansia. Pada umumnya orang menyukai jenis makanan yang asin

dan gurih, yang mengandung kolesterol tinggi, seperti makanan balado,

rendang, santan, jeroan, dan berbagai olahan daging yang memicu kolesterol

tinggi serta makanan cepat saji yang banyak mengandung lemak jenuh dan

garam dengan kadar tinggi. Mereka yang senang makan-makanan asin,

berlemak dan gurih berpeluang besar terkena hipertensi. Kandungan Na

(Natrium) dalam garam yang berlebihan dapat menahan air (retensi) sehingga

meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja keras

memompa darah dan tekanan darah menjadi naik. Inilah yang menyebabkan

hipertensi (Sutanto, 2018).

Pola makan yang banyak mengandung lemak dapat menyebabkan

penimbuan lemak di sepanjang pembuluh darah yang menyebabkan

penyempitan pada pembuluh darah dan aliran menjadi kurang lancar, hal ini

memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memenuhi

kebutuhan darah ke jaringan, akibatnya tekanan darah menjadi meningkat dan

terjadilah hipertensi. Menerapkan pola makan yang sehat dan rendah lemak

jenuh, kolesterol, dan total lemak, serta kaya akan buah, sayuran, serta produk

susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan

darah. (Susilo, 2017).

Pola makan membentuk gambaran kebiasaan makan seseorang,

secara umum faktor yang mempengaruhi pola makan adalah faktor

ekonomi, sosial budaya, agama, pendidikan dan lingkungan

(Sulistyoningsih, 2017).

1. Faktor Ekonomi
23

Variabel ekonomi mencukup dalam peningkatan peluang untuk daya

beli pangan dengan kuantitas dan kualitas. Pendapatan yang tinggi

dapat mencakup kurangnya daya beli, mempengaruhi pola makan

masysrakat sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih

didasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi dan

kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan impor

(Sulistyoningsih, 2017)

2. Faktor Sosial Budaya

Pantangan mengkonsumsi jenis makanan dapat dipengaruhi faktor

budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang menjadi

kebiasaan atau adat. Kebudayaan masyarakat memiliki pola makan

dengan cara sendiri. Budaya mempunyai bentuk macam pola makan

seperti dimakan, bagaimana pengolahanya, persiapan dan penyajian

(Sulistyoningsih, 2017).

3. Faktor Agama

Pola makan dalam agama suatu cara makan dengan diawali berdoa

sebelum makan dengan diawali makan mengunakan tangan kanan.

Pantangan yang didasari agama khususnya islam disebut haram dan

individu yang melanggar hukumnya berdosa (Depkes RI, 2020).


24

4. Faktor Pendidikan Pola makan dalam pendidikan pengetahuan yang

dipelajari berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan

penentuan kebutuhan gizi. Pendidikan dalam hal ini

biasanyadikaitkan dengan engetahuan berpengaruh terhadap

pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi

(Sulistyoningsih, 2017).

5. Faktor Lingkungan

Pola makan dalam lingkungan berpengaruh terhadap pembentukan

perilaku makan berupa lingkungan keluarga, promosi media

elektroni dan media cetak (Sulistyoningsih, 2017).

6. Faktor Kebisaan Makan

Kebiasaan makan ialah cara seseorang yang mempunyai kebiasaan

makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi dan jenis

makanan yang dimakan. Kebiasaan makan tiga kali sehari adalah

kebiasaan makan setiap waktu.

2.1.2 Hipertensi

Hipertensi diambil dari bahasa Inggris ”Hypertension” yang

berasal dari bahasa Latin, Hyper berarti super, dan tension berarti

tekanan. Hypertension akhirnya menjadi istilah kedokteran yang popular

untuk menyebut penyakit tekanan darah tinggi (Bangun, 2016).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap yang

penyebabnya masih tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau


25

primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit yang lain

(hipertensi sekunder). Hipertensi juga dapat didefinisikan sebagai

peningkatan tekanan darah arteri di atas batas normal yang diharapkan

pada kelompok usia tertentu (Rahajeng & Tuminah, 2018).

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan,

berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah

120/80 mmHg. Dalam aktifitas sehari-hari, tekanan darah normalnya

adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka

pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat waktu

aktifitas atau berolahraga. Bila seseorang mengalami tekanan darah

tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara teratur, maka hal ini

akan membawa penderita ke dalam kasus-kasus serius bahkan dapat

menyebabkan kematian (Thomas etc, 2018).

Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung

seseorang bekerja ekstra keras, akhirnya kondisi tersebut berakibat

terjadinya kerusakan pada pembuluh jantung, ginjal, otak, dan mata.

Penyakit hipertensi merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan

serangan jantung (Adrian etc, 2019).

Menurut Garnadi, (2017), hipertensi berdasarkan ada dan tidaknya

penyebab dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Hipertensi primer

Hipertensi yang terjadi tanpa adanya kondisi atau penyakit penyebab

disebut sebagai hipertensi primer. Berdasarkan penelitian, sebagian


26

besar masyarakat mengidap hipertensi jenis ini meski tidak

disebabkan adanya kondisi atau penyakit, tetapi ada beberapa faktor

resiko penyebab gangguan kemampuan tubuh untuk mengatur

tekanan darah. Faktor resiko tersebut antara lain : faktor keturunan,

usia, fisik dan psikis, kegemukan dan obesitas, pola makan tidak

sehat dan kurangnya aktivitas fisik.

2. Hipertensi sekunder

Hanya sedikit kasus hipertensi yang terdeteksi akibat penyakit atau

kondisi tertentu, misalnya hipertensi yang terjadi karena adanya

penyakit ginjal, kelainan hormon (penyakit endokrin), penyakit

jantung, dan penyakit pembuluh darah. Penanganan pada pengidap

hipertensi sekunder tidak hanya menurunkan tekanan darah, tetapi

harus disertai dengan terapi kondisi atau terapi penyakit penyebab.

Sekitar 50% penderita hipertensi tidak menyadari bahwa tekanan

darah mereka meninggi. Selain itu adanya gejala pada orang tersebut

juga dikarenakan sikap acuh tak acuh penderita. Gejala baru timbul

sesudah terjadi komplikasi pada sasaran organ seperti ginjal, mata, sakit

kepala, gangguan fungsi ginjal, gangguan pengelihatan, gangguan

serebral atau gejala akibat peredaran pembuluh darah otak berupa

kelumpuhan, gangguan kesadaran bahkan sampai koma (Yusgintoro,

2019). Gejala hipertensi sebagai berikut:

1. Sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk.

2. Sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing.


27

3. Dada berdebar-debar.

4. Lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.

Kalsifikasi hipertensi pada lansia menurut PERHI (2021) dikutip

dari International Society of Hypertension Global Hypertension

Practice Guidelines. Untuk lebih mudahnya dapat dilihat dari tabel di

bawah ini.

Tabel 2.2
Klasifikasi Tekanan Darah Klinik
Derajat Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik
(mmHg)

Normal <130 Dan <85

Pre Hipertensi 130-139 Atau 85-89

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat 2 >160 Atau >100

(Sumber : PERHI, 2021)

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:

hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya atau idiopatik dan hipertensi sekunder atau hipertensi

renal (Wijaya, 2016).

Hipertensi esensial meliputi 90% dari seluruh penderita

hipertensi, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia,

jenis kelamin, obesitas, asupan garam berlebih, keturunan, stres,

konsumsi alkohol dan gaya hidup (Guyton & Hall, 2015).

Faktor-faktor penyebab hipertensi sebagai berikut:

1. Usia
28

Tekanan darah cenderung rendah pada usia remaja dan mulai

meningkat pada masa dewasa awal. Kemudian meningkat lebih

nyata selama masa pertumbuhan dan pematangan fisik di usia

dewasa akhir sampai usia tua dikarenakan system sirkulasi darah

akan terganggu, karena pembuluh darah sering mengalami

penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi keras dan tebal

serta berkurangnya elastisitasnya pembuluh darah sehingga

menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi (Guyton & Hall,

2015).

Dengan bertembahnya usia system sirkulasi darah akan

terganggu, karena pembuluh darah sering mengalami

penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi keras dan tebal

serta berkurangnya elastisitasnya pembuluh darah sehingga

menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Orang dengan usia

lebih dari 60 tahun memiliki resiko hipertensi sebesar 7,78 kali

bila dibandingkan dengan usia 25 – 39 tahun, kemudian usia 55 –

59 tahun memiliki resiko hipertensi sebesar 6 kali bila

dibandingkan dengan dengan usia 25 – 39 tahun, sedangkan usia

40 – 45 tahun memiliki resiko hipertensi sebesar 3,36 kali

dibandingkan dengan usia 25 – 39 tahun.

2. Jenis Kelamin

Kejadian hipertensi biasaanya lebih banyak pada laki-laki

dari pada wanita, dikarenakan laki-laki memiliki gaya hidup yang


29

cenderung meningkatkan tekanan darah. Wanita dewasa

mempunyai prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dari pada laki-

laki hal ini umumnya disebabkan karena perempuan mengalami

kehamilan dan menggunakan alat kontrasepsi hormonal.

Berdasarkan penelitian Kusumadewi (2018), diketahui bahwa

jumlah penderita hipertensi lebih banyak pada perempuan

dibandingkan dengan laki-laki. Dari intensitasnya, hipertensi pada

perempuan lebih berat daripada laki-laki. Frekuensi laki-laki

mengalami hipertensi ringan lebih besar daripada perempuan.

3. Obesitas

Obesitas merupakan istilah yang digunakan untuk

menunjukan adanya penumpukan lemak yang melebihi batas

normal, tetapi orang yang berat badannya melebihi batas normal

belum tentu tergolong obesitas, karena besar kecilnya perawakan

atau postur tubuh juga berpengaruh.

Obesitas akan meningkatkan resiko kesakitan dan

kematangan dari penyakit berikut ini: penyakit jantung, hipertensi,

stroke, ginjal, batu empedu dan sirosis hati.

Bila berat badan meningkat diatas berat badan normal, maka

resiko hipertensi akan meningkat pula. Penurunan berat badan dan

pengaturan berat badan yang efektif untuk hipertensi. Bila berat

badan turun, maka volume darah total juga berkurang, hormon-


30

hormon yang berkaitan dengan tekanan darah berubah dan tekanan

darah menurun.

4. Asupan Garam Berlebih

Asupan garam dalam hal ini natrium yang meningkat,

menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume

darah, sehingga harus memompa keras karena ruang semakin

sempit akibat terjadi hipertensi. Selain konsumsi garam atau unsur

Na yang berlebih, meningkatnya tekanan darah dapat disebabkan

oleh rendahnya konsumsi kalsium, magnesium, dan kalium.

5. Keturunan

Faktor keturunan dari orang tua penting dalam menentukan

apakah anak akan menderita hipertensi atau tidak. Semakin dekat

hubungan darah atau keturunan seseorang dengan orang yang

menghidap hipertensi, semakin besar kemungkinannya orang

tersebut terkena hipertensi. Jika salah satu dari orang tua

menderita hipertensi atau pernah menderita stroke sebelum usia 70

tahun, maka resiko terkena hipertensi adalah 1 : 3.

6. Stress

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara

waktu, dan apabila stres sudah hilang maka tekanan darah akan

kembali normal. Peristiwa mendadak yang menyebabkan stres


31

dapat meningkatkan tekanan darah seseorang, namun akibat dari

stres yang berkelanjutan dapat menimbulkan hipertensi belum

dapat dipastikan. Orang dengan stres memiliki resiko tekanan

hipertensi sebesar 1,6 kali dibandingkan dengan orang yang tidak

stres.

7. Konsumsi Alkohol

Peningkatan kadar kolestrol dan peningkatan volume sel

darah merah serta kekentalan darah berperan dalam meningkatkan

tekanan darah. Efek terhadap tekanan darah baru akan nampak

apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas per hari dengan

ukuran standar.

8. Gaya Hidup

Dalam mengatur gaya hidup sangat dianjurkan bagi penderita

hipertensi untuk menghindari atau mengatur gaya hidup yang

dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi seperti

mengatur pola makan yang sehat, aktivitas fisik yang cukup,

menghindari stres yang berlebih, istirahat yang cukup, makan

secara teratur, menghentikan atau mengurangi kebiasaan merokok,

menghentikan atau mengurangi kebiasaan minum minuman

beralkohol. Pola makan yang baik mengandung makanan sumber

energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena

semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan

tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta


32

dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan

pola makan sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk

mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang

optimal

Hipertensi jika diabaikan tanpa perawatan yang tepat dapat

menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Penderita hipertensi sering

tidak menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi

besar seperti stroke, infak miokardium, gagal ginjal, dan ensefalopati.

Menurut Wijaya, (2016), beberapa komplikasi yang diakibatkan

oleh hipertensi adalah sebagai berikut:

1. Stroke

Stroke dapat terjadi perdarahan di otak, atau akiban embolus

yang terlepas dari pembuluh darah non-otak yang terpajan tekanan

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila ateri-

ateri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya

berkurang. Ateri-ateri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah dan kehilangan elastisitas sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya anuerisma.

2. Infark Miokardium

Infak miokardium dapat terjadi apabila ateri koroner yang

aterosklerotik tidak dapat menyuplai darah yang cukup oksigen ke


33

miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat

aliran darah melalui ateri koroner. Karena hipertensi koronik dan

hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infark.

3. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan yang tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, yaitu glomerulus.

Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit

fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane

glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan

osmotik koloid plasma berkurang menyebabkan edema yang sering

dijumpai pada hipertensi kronik.

4. Ensefalopati

Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna

(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi

pada kelainan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan kapiler

dan mendorong cairan kedalam ruang interstitium di seluruh

susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan terjadi

koma serta kematian.

Lanjut Usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang.

Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua. Hal ini normal, dengan
34

perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi

pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap

perkembangan kronologis tertentu. Dimasa ini lansia akan mengalami

keunduran fisik secara bertahap (Azizah, 2016). Menurut World

Health Organization (WHO) yang dikatakan lanjut usia tersebut di

bagi kedalam tiga kategori yaitu: lanjut usia dengan rentang usia 60-

74 tahun, lanjut usia tua : 75-89 tahun dan usia sangat lanjut dengan

rentang lebih dari 90 tahun.

Hipertensi pada lansia dapat didefinisikan sebagai tekanan darah

persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik

di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan

sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg

(Smeltzer, 2016). Sedangkan menurut Darmojo (2019) hipertensi pada

usia lanjut dibedakan atas : Hipertensi dimana tekanan sistolik sama

atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau

lebih besar dari 90 mmHg.

2.1.3 Lansia

Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik

secara fisik masuk berkemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-

hari maupun yang karena masalah kesehatannya tidak lagi mampu


35

melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak lagi berperan dalam

pembangunan pada umumnya (Barker, 2019).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa

usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik

secara fisik masih berkemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari

maupun yang karena masalah kesehatannya tidak lagi mampu

melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak lagi berperan dalam

pembangunan pada umumnya. Dalam UU No. 13 tahun 1998 pasal 1

ayat (2) menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah

mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Depkes RI, 2020).

Secara umum masalah kesehatan pada seseorang lansia diawali

dengan terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau lebih dan

bertabahnya resiko. Masalah kesehatan lansia sering terjadi pada usia

lebih dari 60 tahun. Dimana usia 45-49 sebagai pra lansia, usia 60-69

tahun sebagai kelompok lansia, usia 70 tahun ke atas dengan masalah

kesehatan sebagai kelompok lansia beresiko. Adapun menurut

organisasi kesehatan dunia (WHO) di dalam Azizah, (2018)

menguraikan tentang batasan-batasan lansia yaitu meliputi:

1. Usia pertengahan (midle age), ialah kelompok usia 45 sapai 59

tahun.

2. Lansia (elderly), yaitu antara 60 dan 74 tahun.

3. Lanjut tua (old), yaitu antara 75 dan 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old), yaitu diatas 90 tahun.


36

Upaya mempelajari proses penuaan / menua (menjadi tua) telah

dilakukan sejak lama oleh para ahli, diawali oleh Aristoteles, Glen, dan

Bacon yang mengemukakan teori penuaan dan membuat daftar tentang

umur terpanjang dari berbagai spesies. Pada abad ke-20, Elie Metenikof

memperkenalkan konsep penuaan akibat aborsi terus menerus toksin

oleh kuman usus (Azizah, 2018).

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai dengan

adanya penurunan kondisi fisik maupun sosial yang saling berinteraksi

satu sama lainnya (Kuntjoro, 2016). Menua (menjadi tua) adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk

infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang derita (Azizah, 2018).

Setiabudhi, (2015), menyatakan bahwa proses penuaan merupakan

suatu proses biologis yang kompleks yang terdiri dari :

1. Adanya perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam biologis

(biological clock).

2. Terjadinya aksi dari zat metabolik akibat mutasi spontan, radikal,

bebas dan adanya kesalahan di molekul DNA.

3. Perubahan yang terjadi di dalam sel dapat primer akibat gangguan

sysem pengaturan pertumbuhan, atau secara sekunder akibat

pengaruh dari luar sel.


37

Proses penuaan yang dikemukakan oleh Hahn sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Christ et al dalam Setiabudhi, (2015), teori biologis

tentang penuaan yang mengemukakan bahwa penuaan merupakan

proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif

dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakibat kematian.

Beberapa pendapat tentang proses penuaan, dapat disimpulkan

bahwa proses penuaan tidak hanya dipengaruhi oleh salah satu

mekanisme saja tetapi dipengaruhi oleh berbagai penyebab yang berdiri

sendiri. Proses penuaan merupakan proses yang terus menerus

(berlanjut) secara alamiah, dimulai sejak lahir dan semuanya dialami

pada semua makhluk hidup.

2.2 Kerangka Konsep

2.2.1 Kerangka Konsep

Faktor Yang Pola Makan Kejadian


Mempengaruhi Pola 1. Jenis Makanan Hipertensi
Makan: 2. Frekuensi Makanan Pada
1. Ekonomi 3. Jumlah Makan Lansia
2. Sosial budaya
3. Agama
4. Pendidikan
5. Lingkungan
6. Kebiasaan Makan
38

Faktor Yang
Mempengaruhi
Hipertensi:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Obesitas
4. Asupan Garam
4. Asupan Garam
Berlebih
Berlebih
5. Keturunan
6. Stress
7. Konsumsi Alkohol
8. Gaya Hidup

Sumber: Sulistyoningsih (2017) dan Guyton & Hall (2015).


Keterangan :
= Tidak di teliti
= Di teliti

Bagan 2.1
Kerangka Konsep
2.2.2 Kerangka Kerja
Ada
Hubungan

Pola Hipertensi
Makan Pada Lansia

Tidak Ada
Hubungan
Bagan 2.2
Kerangk Kerja
2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian,

oleh karena itu perumusan hipotesis sangat berbeda dengan perumusan


39

pertanyaan penelitian (Azwar, 2016). Hipotesis dalam penelitian ini adalah

Ada hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada lansia di Pusbila

Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten

Ciamis.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain analitik korelational.

Penelitian korelational merupakan tipe penelitian dengan karakteristik

masalah berupa hubungan atau korelational dua variabel atau lebih.

Peneliti dapat mencari, menjelaskan hubungan, memperkirakan,

menguji berdasarkan teori yang ada (Badriah, 2019). Penelitian ini

bertujuan mencari hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada

lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan

Banjaranyar Kabupaten Ciamis.

3.1.2 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan

penelitian cross-sectional yaitu jenis rancangan penelitian yang

menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen

dan dependen hanya satu kali pada suatu saat (Notoatmodjo, 2017).

40
41

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2017).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia di Pusbila Dusun

Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten

Ciamis yang berjumlah 185 orang.

3.2.2 Sampel

1) Jumlah Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Hidayat, 2015). Sampel dalam

penelitian ini adalah lansia sebanyak 185 orang. Menurut Setiadi

(2012), besarnya sampel dapat menggunakan rumus Slovin sebagai

berikut:

N
n=
1 + N (d 2 )

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan (0,1)

185
n= 2
1 + 185 (0,1 )

185
n=
1+ 1,85

185
n=
2.85
42

n = 64.9

n =65 Responden.

Dari hasil perhitungan diatas maka sampel yang dijadikan

sebagai subyek penelitian adalah 65 responden dengan

pengelompokkan menggunakan rumus sebagai berikut:


Ni
ni= ×n
N
Keterangan :

ni = jumlah sampel ke i yang dicari

Ni = Jumlah sampel ke i

n = Jumlah sampel

N = Jumlah seluruh sampel

Jumlah sampel tiap dusun dapat dilihat pada tabel 3.1 Berikut ini:

Tabel 3.1
Distribusi Sampel Tiap RT di Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti
Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis

No RT Ni ni Pembulatan Sampel
1 RT 1 22 7,7 8
2 RT 2 19 6,6 7
3 RT 3 31 10,8 11
4 RT 4 28 9,8 10
5 RT 5 26 9,1 9
6 RT 6 24 8,4 8
7 RT 7 18 6,3 6
8 RT 8 17 5,9 6
 Jumlah 185 65 65
Sumber: Data Sekunder

2) Teknik Sampling

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan cara

randomized proporsional sampling dimana jumlah sampel

diperoleh dengan cara membandingkan jumlah lansia di suatu RT


43

dibagi dengan jumlah keseluruhan responden di suatu dusun

kemudian dikalikan jumlah sampel. Sedangkan untuk penentuan

responden yang dijadikan sampel, penulis menggunakan cara

seperti arisan yaitu dengan menuliskan 185 nama dalam sampel

kedalam potongan kertas kecil kemudian menggulungnya dan

dimasukkan kedalam gelas kocokan. Nama yang keluar dari

kocokan itulah yang dijadikan sampel penelitian. Pengocokan

dilakukan sebanyak 65 kali sampai keluar 65 nama lansia, apabila

dari 65 nama yang keluar ada yang tidak bersedia menjadi

responden maka akan dilakukan pengundian ulang untuk mengganti

responden yang tidak bersedia ataupun tidak masuk kriteria

responden penelitian.

Kriteria sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian

yaitu kriteria sampel inklusi dan eklusi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Lansia yang bersedia diteliti

2) Lansia yang berumur 60-74 tahun

3) Lansia yang mampu diajak berkomunikasi

4) Lansia yang berdomisili di Dusun Pasirgintung

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :

1) Lansia yang sedang sakit

2) Lansia yang sedang berpergian ke luar kota.


44

3.3 Variabel dan Definisi Operasional

3.3.1 Variabel

Variabel adalah suatu sifat yang akan diukur atau diamati yang

nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainnya dan terukur

(Riyanto, 2016).

1. Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,

prediktor, antecendent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut

sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2017). Variabel

independen dalam penelitian ini adalah pola makan.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen sering disebut juga sebagai variabel output,

kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2017). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kejadian hipertensi.

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan variabel-variabel yang akan

diteliti secara operasional dilapangan. Definisi operasional bermanfaat

untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap


45

variabel-variabel yang akan diteliti serta untuk pengembangan

instrumen (Riyanto, 2013). Definisi operasional dalam penelitian ini

adalah:

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Independen Pola makan sehaari- Kuisioner 1. Baik Nominal
Pola makan hari pada lansia yang bila skor T ≥
terdiri dari: Jenis Mean T
makanan, fekuensi 2. Buruk
makanan, dan jumlah bila skor T ≤
Makan Mean T

Dependen Suatu Kondisi Lem 1. Tidak Ordinal


Kejadian terjadinya bar Hipertensi bila
Hipertensi tekanan darah Obse tekanan darah
seseorang rvasi sistol kurang
melebihi batas Sphi dari 130-139
normal dimana gmo mmHg, dan
tekanan mano tekanan diastol
sistoliknya mete 85-89 mmHg.
diatas 140 r 2. Hipertensi
mmHg dan Steto dimana
tekanan skop tekanan
diaatoliknya sistolik sama
diatas 90 atau lebih
mmHG besar dari 140
mmHg dan /
atau tekanan
diastolik sama
atau lebih
besar dari 90
mmHg.
3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui pihak

pertama, biasanya dapat melalui wawancara, jejak pendapat dan lain-

lain (Arikunto, 2018). Data primer dalam penelitian ini didapatkan


46

dari penelitian terhadap seluruh lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung

Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpulan data. Data sekunder didapatkan dari sumber

yang dapat mendukung penelitian antara lain dari dokumentasi dan

literatur (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini data sekunder

didapatkan dari literatur, jurnal, atau laporan yang dialakukan

melalui metode studi kepustakaan atau melalui internet browsing,

dan data yang diperoleh dari instansi terkait yaitu Dusun

Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten

Ciamis.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pengumpulan data yang telah baku atau alat

pengumpulan data yang memiliki standar validitas dan reliabilitas.

Instrumen yang valid dan reliabel sangat menentukan kualitas data yang

dikumpulkan. Suatu instrumen selain memiliki norma validitas dan

reliabilitas, juga harus memiliki nilai objektivitas dan prosedur baku

untuk penggunaannya (Sugiyono, 2017).

Instrumen penelitian ini terdiri dari kuisioner pola makan

sebanyak 20 pernyataan dan Sphigmomanometer, Stetoskop serta

lembar observasi hipertensi. Kisi – kisi instrumen pola makan dapat

dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut ini:


47

Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Nomor Item Jumlah Item


Pola Makan 1. Jenis Makanan 1.2.3.4.5.6.7.8.9.10. 10
2. Frekuensi Makan 11.12.13.15. 5
3. Jadwal Makan 16.17.18.19.20. 5
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui apakah

instrumen yang disiapkan benar-benar mengukur apa yang akan

diukur (validitas) dan untuk mengetahui tingkat kehandalan atau

ketepatan hasil pengukuran yang dilakukan (reliabilitas). Sebelum

kuesioner diberikan kepada responden, terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas.

1. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang akan diukur yaitu dengan

menggunakan tehnik korelasi product moment dengan rumus

sebagai berikut:

N ( Σ xy )−(Σ x Σ y )
Rxy=
√¿ ¿ ¿

N = Jumlah responden

x = Nomor pertanyaan

y = Skor total

xy = Skor nomor pertanyaan dikali skor total

Butir pertanyaan dikatakan valid jika rxy lebih besar jika

dibandingkan dengan r tabel dengan derajat kebebasan dk=n-2.

(Arikunto, 2017).
48

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu

alat ukur cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa

yang diukur. Reliabilitas berkaitan dengan tingkat kepercayaan dari

suatu macam instrumen sebagai alat pengumpulan data (Sugiyono,

2017). Dalam penelitian ini digunakan reliabilitas internal yaitu

menganalisis data dari satu kali hasil pengetesan, yang dibantu

dengan tata cara pendekatan statistik dengan menggunakan teknik

spearman brown yang lebih dikenal dengan sebutan tes belah dua

(tes ganjil genap) (Sugiyono, 2017). Rumusnya adalah sebagai

berikut :

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

r1/21/2 = rxy disebut sebagai Indeks Korelasi antar dua belahan

butir tes

Uji reliabilitas  yang reliabel untuk variabel yang diteliti

harus lebih besar daripada r tabel. Kaidah keputusannya adalah jika

r  > r tabel, maka instrumen dinyatakan reliabel dan dapat

digunakan untuk mengumpulkan data variabel yang bersangkutan,

sedangkan jika r  < r tabel, maka instrumen dinyatakan tidak


49

reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengumpulkan data

variabel yang bersangkutan.

Uji validitas dan reliabilitas instrumen telah peneliti lakukan pada

20 responden di Dusun Karanganyar Desa Karyamukti Kecamatan

Banjarsari Kabupaten Ciamis, peneliti mengambil lokasi tersebut

dikarenakan Dusun Karanganyar Desa Karyamukti memiliki kesamaan

dengan lokasi penelitian baik dari segi bahasa, budaya, dan kondisi

geografis. Dari hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut terlihat bahwa

nilai r hitung dan alfa hitung dari masing-masing pertanyaan lebih besar

dari r tabel yaitu 0.468. nilai r hitung uji validitas terletak antara nilai

0.479 - 0.811 dan nilai rata-rata alfa cronbach sebesar 0.946, lebih besar

dari r tabel yaitu 0.468.


50

3.5 Alur Penelitian

Daftar Skripsi
S1 Ilmu Keperawatan
Ditolak

Pengajuan
Outline Penelitian Mencari Lagi

Jurusan Mengajukan Usulan Pembimbing


Utama dan Pendamping

LPPM mengesahkan pembimbing Skripsi

Bimbingan Proposal

Bimbingan proposal dikoordinir oleh


LPPM (terbuka)

Penelitian, bimbingan, penyusunan


laporan
Tidak
Sempurna
Sidang hasil dikoordinir oleh LPPM
(tertutup)

Tidak Lulus
Yudisium
Tidak Lulus Tidak memperbaiki
dalam 1 Semester
Dinyatakan lulus dengan perbaikan
Tidak
Perbaikan Lulus
Lulus

51
Bagan 3.1
Alur Penelitian

3.6 Jalannya Penelitian

3.6.1 Pra Penelitian

Tahap ini diawali dengan peneliti mengidentifikasi masalah,

merumuskan masalah, mengadakan study pendahuluan atau pra survey,

merumuskan hipotesis, menentukan sampel penelitian dan menyusun

rencana penelitian. Pada tahap ini peneliti memulai dengan mengirim

surat permohonan ijin penelitian dan pengambilan data awal penelitian

kepada instansi terkait. Pengambil data awal dilakukan setelah

menerima surat balasan dari instansi terkait. Tahap pra survey dilakukan

pada bulan Februari 2023. Dan selanjutnya dilakukan penyusunan

Proposal sampai bulan Mei 2023. Proposal disusun dan diajukan

kepada tim penguji untuk kemudian diberikan rekomendasi untuk

melanjutkan penelitian.

3.6.2 Tahap Penelitian

Penelitian ini berlangsung dengan diawali pengajuan izin

penelitian tempat yang dijadikan lokasi penelitian. Setelah mendapatkan

izin penelitian, kemudian peneliti melakukan pendekatan kepada

responden penelitian setelah responden setuju untuk menjadi subjek


52

penelitian, maka peneliti menjelaskan cara pengisian kuisioner dan

melakukan penelitian sesuai jadwal dan waktu yang telah ditentukan.

Penelitian dilakukan pada saat pelaksanaan Posyandu Lansia dengan

pembagian kuisioner dibantu oleh kader kesehatan yang bertugas saat

melaksanakan Posyandu Lansia. Setelah dilakukan penelitian serta

kuisioner dan lembar observasi terisi, kemdian dilakukan proses analisis

data dengan cara melakukan tabulasi dari tiap variabel dan menganalisis

pola makan dan kejadian hipertensi untuk memperoleh jawaban

penelitian.

3.6.3 Tahap Laporan Penelitian

Kuisioner yang telah diolah berdasarkan tahap-tahap pengolahan

data kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, setelah

disetujui maka hasil tersebut diuji dalam sidang proposal. Hasil sidang

proposal direvisi dan kemudian disetujui untuk melakukan penelitian.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan

menggunakan aplikasi program komputer langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Editing

Kegiatan ini meliputi pemeriksaan atas kelengkapan pengisian

kuesioner, jumlah kuesioner yang dikumpulkan sesuai tidaknya


53

dengan jumlah responden. Dari hasil editing semua kuisioner sesuai

dengan jumlah sampel.

2. Scoring

Setelah dilakukan editing, peneliti melakukan scoring terhadap data

tersebut yaitu merubah data yang berbetuk huruf menjadi berbentuk

angka sehingga mempercepat entry data dan mempermudah proses

analisis data. Pemberian skor untuk variabel pola makan adalah jika

Selalu diberi skor 5, sering skor 4, kadang-kadang skor 3, pernah

skor 2, dan tidak pernah skor 1.

3. Coding

Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data/jawaban

menurut kategorinya masing-masing. Coding dilakukan terhadap 2

variabel yang diteliti. Pemberian kode untuk variabel pola makan

adalah jika baik diberi kode 1, dan buruk diberi Kode 2. Sedangkan

pemberian kode untuk variabel kejadian hipertensi adalah tidak

hipertensi diberi Kode 1 dan Hipertensi diberi kode 2.

4. Entry

Entry adalah kegiatan untuk memasukan data yang telah dibersihkan

ke dalam alat elektronik yaitu komputer dengan tujuan untuk

mempercepat proses analisa data dan meminimalisir kesalahan.

5. Cleaning Data yaitu pengecekan terakhir terhadap data yang sudah

di enteri untuk memastikan adanya kesalahan data.


54

6. Tabulating yaitu melakukan pengolahan data berdasarkan hasil

kuesioner untuk mempermudah hasil pemahaman, maka data yang

diperoleh disajikan dalam bentuk tabel yaitu tabel karakteristik

responden, tabel univariat dan tabell bivariat.

3.7.2 Analisa Data

1. Analisis univariat

Analisis univariat digunakan untuk melakukan analisis terhadap

distribusi frekuensi variabel pola makan dan kejadian hipertensi.

Langkah-langkah analisis univariat yang akan dilakukan adalah

sebagai berikut:

1) Untuk melakukan pengolahan data hasil penelitian, terlebih

dahulu ditetapkan nilai / bobot skor dari setiap alternatif jawaban.

2) Setelah diberikan skor dan diprosentasekan kemudian untuk

aspek pola makan diinterprestasikan kedalam standar kriteria

objektif, yaitu:

(1) Baik bila skor T > Mean T

(2) Buruk bila skor T < Mean T

3) Aspek kejadian hipertensi diinterprestasikan kedalam standar

kriteria objektif, yaitu :


55

(1) Tidak Hipertensi bila tekanan darah sistol kurang dari 130-

139 mmHg, dan tekanan diastol 85-89 mmHg.

(2) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari

140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar

dari 90 mmHg.

4) Data dikategorikan dan diberi kode kemudian data dianalisis

dengan cara statistik deskriptif yaitu dengan prosentase dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Arikunto, 2012)

sebagai berikut :

X
P= x 100 %
N

Keterangan:

P : Persentase

X : Jumlah responden sesuai hasil ukur

N : Jumlah keseluruhan responden.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mencari pengaruh antara 2

variabel, yaitu variabel bebas (variabel indevenden) dan variabel

terikat (variabel devenden). Uji statistik yang digunakan adalah uji

chi square. Uji chi square adalah suatu teknik statistik yang

dimaksudkan untuk mengetahui korelasi atau menguji perbedaan

antara dua kelompok atau lebih (Arikunto, 2017). Uji Chi Square

digunakan untuk mengetahui korelasi data dengan tabel 2x2 atau

lebih bila memenuhi syarat yaitu bila nilai expected nya kurang dari
56

lima mencapai 80%, apabila tidak memenuhi syarat maka akan

dilakukan uji alternatif yaitu uji Fisher (Dahlan, 2018). Uji statistik

Chi Square menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Sugiyono,

2018) sebagai berikut :


2
X =Σ ¿ ¿

Keterangan :

2 = Chi Square

fo = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

Untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kedua variabel,

hasil 2 dibandingkan dengan 2 tabel pada taraf signifikan 5 %.

Apabila hasil 2 hitung > 2 tabel berarti didapatkan hubungan yang

signifikan, jadi dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima,

pengujian hipotesis dapat juga dilihat pada nilai probabilitasnya ()

jika nilai  value ≤ 0,05 maka hasil hitungan statistik Ha ditolak,

(Sugiyono, 2017). Sehingga dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1) Jika  value ≤ , maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti:

Ada Hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada lansia

di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan

Banjaranyar Kabupaten Ciamis.

2) Jika  value ≥ , maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang berarti:

tidak ada Hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada


57

lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti

Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi mahasiswa, institusi

tempat praktek, dan tenaga kesehatan, di samping tetap perlu mendukung

penelitian yang bertujuan memajukan ilu pengetahuan guna meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam bidang pelayanan

keperawatan. Adapun syarat penelitian ini adalah:

1. Sukarela / voluntary

Penelitian bersifat sukarela, tidak ada unsur paksaan atau tekanan secara

langsung maupun tidak langsung, atau paksaan secara halus, atau adanya

ketergantungan.

2. Anonymity

Anonymity merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang disajikan. Peneliti hanya mencantumkan

nomor responden dan data demografi responden.

3. Comfidetiality

Comfidetiality merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data


58

tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian yaitu data demografi, analisa

univariat dan analisa bivariat.

4. Privacy

Privacy merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian yang

mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan.

5. Self determination

Self determination merupakan jaminan yang diberikan kepada subjek agar

diperlakukan secara manusiawi. Sebjek mempunyai hak memutuskan

untuk bersedia menjadi responden ataupun tidak, tanpa adanya sangsi

apapun. Hal ini dibuktikan dengan pemberian informed consent kepada

responden, yang menyatakan bahwa responden berhak mengatakan

bersedia atau tidak bersedia menjadi responden.

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.9.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Pusbila Dusun Pasirgintung

Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis.

3.9.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini dimulai bulan Februari

Sampai dengan Bulan Agustus tahun 2023, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Penelitian
59

Bulan Dalam Tahun 2023


N Kegiatan Feb
Maret A Me
Juni Juli
Agus
o LPPM pr
il
Studi Pendahuluan dan
1 Penyusunan Proposal

Proses Bimbingan
2
Proposal
3 Ujian Sidang Proposal
4 Penelitian
Bimbingan dan
5
Penyusunan Skripsi
Ujian Sidang
6
Skripsi/KTI
7 Revisi Skripsi
8 Wisuda
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti merupakan salahsatu

wilayah yang berada di Kecamatan Banjaranyar dan merupakan Suatu

Wilayah yang berada di bagian Barat Wilayah Kecamatan Banjarsari

yang pada dasarnya secara giografis  85% merupakan kawasan

pegunungan dan 15%  merupakan lembah / Dataran rendah. Sebelum

menjadi Wilayah Kecamatan , sekitar tahun 1986 sampai dengan tahun

1990 adalah merupakan kawasan Kamantren yang di beri

nama Kamantren Cigayam kemudian sekitar 1990 sampai dengan tahun

2015 merupakan wilayah bekas Kamantren Cigayam  dan masih bagian

dari Wilayah Kecamatan banjarsari.

Dengan berdasarkan Pertimbangan dan memperhatikan

kebutuhan masyarakat dalam segi pelayanan Birokrasi Pemerintahan

terasa sangat sulit , maka para tokoh masyarakat yang ada di Wilayah

Utara Kecamatan Banjarsari berembug dan merencanakan serta

mengusulkan adanya Pemekaran Kecamatan Banjarasari menjadi Dua

yakni ingin adanya Pemekaran menjadi Kecamatan Banjaranyar, karena

dipandang Kecamatan Banjarsari Terlalu Luas dengan Jumlah Desa 22

Desa dan layak untuk di mekarkan.

60
61

Dengan segenap perjuangan masyarakat secara swadaya semangat

memisahkan diri dari Kecamatan Banjarsari dan membentuk Kecamatan

Baru akhirnya membuahkan hasil dan persetujuan Pemerintah. Tepatnya

sejak tahun 2015, Berdasarkan Perda No. 11 Tahun 2015 Tanggal 03

Nopember Tahun 2015 (Tentang Pembentukan Kecamatan Banjaranyar)

yang mencakup 10 Desa yaitu Banjaranyar, Cigayam, Cikaso, Cikupa,

Kalijaya, Karyamukti, Langkapsari, Pasawahan, Sindangrasa dan

Tanjungsari. Secara Geografis Kecamatan Banjaranyar terletak diantara

108031 bujur timur dan 07027 lintang selatan dengan luas wilayahnya

11.834,38 Ha, dengan ketinggian 34,25 diatas permukaan laut,

suhumaksimum 350C dan suhu minimum 250C. Dengan Jarak ke Ibu

Kota Kabupaten Ciamis ± 55. Km. Adapun batas-batas Kecamatan

Banjaranyar yaitu :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Pamarican(Pemkot Banjar)

2. Sebelah Timur : Kecamatan Banjarsari

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Banjarsari dan Kec. Cugugur

Kab.Pangandaran

4. Sebelah Barat : Kecamatan Langkaplancar Kab. Pangandaran

4.1.2 Gambaran Karakteristik Responden

Karakteristik lansia yang akan dipaparkan dalam penelitian ini

adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pe,neliti tidak

mencantumkan distribusi frekuensi usia karena responden pada

penelitian ini memili usia yang homogen yaitu berusia 60-74 tahun,
62

untuk lebih jelasnya mengenai karaktersitik lansia adalah sebagai

berikut:

1. Gambaran Lansia Menurut Jenis Kelamin

Gambaran lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa

Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis menurut

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Lnsia Menurut Jenis Kelamin di Pusbila Dusun
Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar
Kabupaten Ciamis
N Jenis Kelamin frekuensi Prosentase
o
1 Perempuan 26 40.0
2 Laki-laki 39 60.0
Jumlah 65 100.0
Sumber : Data Primer 2023.

Data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden dengan

jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan responden

dengan jenis kelamin perempuan yaiu sebanyak 39 responden

(60.0%), dan perempuan sebanyak 26 responden (40.0%).

2. Gambaran Lansia Menurut Pendidikan

Gambaran lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa

Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis menurut

pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Lansia Menurut Pendidikan di Pusbila Dusun
Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar
KabupatenCiamis
N Pendidikan frekuensi Prosentase
o
1 Pendidikan Dasar 48 73.8
2 Pendidikan Menengah 16 24.6
3 Pendidikan Tinggi 1 1.5
63

Jumlah 65 100.0
Sumber : Data Primer 2023.

Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas lansia

memiliki pendidikan dasar sebanyak 48 orang (73.8%), pendidikan

menengah sebanyak 16 responden (24.6%), dan pendidikan tinggi

sebanyak 1 responden (1.5%).

3. Gambaran Lansia Menurut Pekerjaan

Gambaran lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa

Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis menurut

pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Lansia Menurut Pekerjaan di Pusbila Dusun
Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar
Kabupaten Ciamis
No Pekerjaan frekuensi Prosentase
1 Tidak Bekerja 53 81.5
2 Bekerja 12 18.5
Jumlah 65 100.0
Sumber : Data Primer 2023.

Data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas lansia sudah

tidak aktif bekerja yaitu sebanyak 53 lansia (81.5%) dan sisanya

sebanyak 12 lansia (18.5%) masaih aktif bekerja, pada umumnya

mayoritas lansia yang aktif bekerja, mereka bekerja sebagai petani.

4.1.3 Analisa Univariat

1. Pola Makan Lansia

Pola makan lansia diukur denga menggunakan kuisioner dengan

skala likert menggunakan 20 pernyataan baik positif dan negatif.

Dari hasil analisis kuisioner didapatkan nilai mean sebesar 67.6

dibulatkan menjadi 68. Gambaran pola makan lansia di Pusbila


64

Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar

Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pola Makan Lansia di Pusbila Dusun
Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar
Kabupaten Ciamis

No Pola Makan frekuensi Prosentase


1 Baik 36 55.4
2 Buruk 29 44.6
Jumlah 65 100.0
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2023.

Data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa pola makan lansia

dalam kategori baik sebanyak 36 lansia (55.4%), dan pola makan

buruk sebanyak 29 lansia (44.6%).

2. Kejadian Hipertensi

Gambaran kejadian hipertensi pada lansia di Pusbila Dusun

Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten

Ciamis dapat dilihat pada table 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Pusbila
Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar
Kabupaten Ciamis

N Kejadian Hipertensi frekuensi Prosentase


o
1 Tidak Hipertensi 33 50.8
2 Hipertensi 32 49.2
Jumlah 65 100.0
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2023.

Data pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa lansia yang

mengalami hipertensi sebanyak 32 lansia (49.2%), dan lansia yang

tidak mengalami hipertensi sebanyak 33 responden (50.8%).


65

3.4.2. Analisa Bivariat

Hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada

lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan

Banjaranyar Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6
Hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di
Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar
Kabupaten Ciamis

Pola Makan Kejadian Hipertensi Total P Value


Tidak Hipertensi
Hipertensi
f % f % f %
Baik 33 91.7 3 8.3 36 100.0
Buruk 0 0.0 29 100.0 29 100.0 0.000
Jumlah 33 50.8 32 49.2 65 100.0
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2023.

Berdasarkan data pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari 36

lansia dengan pola makan baik mayoritas sebanyak 33 lansia (91.7%)

tidak mengalami hipertensi dan hanya 3 orang lansia (8.3%) yang

mengalami hipertensi, sedangkan dari 29 lansia dengan pola makan

yang buruk seluruhnya 100.0% mengalami hipertensi. Hasil uji statistik

dengan menggunakan chi square dan fisher exact test didapat p value

sebesar 0.000 lebih kecil dari alfa 0.05 yang berarti ada hubungan yang

signifikan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia di

Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar

Kabupaten Ciamis.
66

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pola Makan

Hasil penelitian mengenai pola makan lansia menunjukkan

bahwa pola makan lansia paling banyak dalam katregori baik

dibandingkan dengan pola makan buruk atau tidak sehat dengan

persentase 55.4% dan 44.6%. Pola makan lansia sudah didominasi oleh

pola makan yang sehat atau baik akan tetapi pola makan lansia yang

tidak sehat persentase nya masih cukup besar, hal tersebut bisa

diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah dari faktor

pendidikan dan pengetahuan lansia.

Dari hasil analisis terlihat bahwa sebesar 44.6% lansia memiliki

pola makan yang buruk. Faktor yang mempengaruhi pola makan lansia

yang tidak sehat tersebut adalah faktor pendidikan. Menurut Depkes RI,

(2018), pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pilihan

makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anggota

keluarganya. Pendidikan gizi terhadap lansia bertujuan meningkatkan

penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Hal ini dapat

diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada lansia tinggi bila

pendidikan lansia tinggi, sementara itu dari hasil analisis dilapangan

tentang pendidikan didapatkan bahwa pendidikan lansia di Dusun

Pasirgintung didominasi oleh pendidikan dasar dengan persentase

(73.8%), berdasarkan hal tersebut asumsi peneliti terbukti bahwa


67

pendidikan yang mengakibatkan pola makan lansia yang tidak baik di

wilayah tersebut.

Suhardjo, (2019), menyatakan bahwa bila lansia memiliki

pengetahuan tentang pola makan dan makanan yang dapat

menyebabkan hipertensi atau memiliki kandungan gizi yng baik dan

seimbang maka akan mampu untuk memilih makanan-makanan yang

tepat untuk dikonsumsi, dan bila pengetahuan tentang pola makan yang

baik masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa

dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengenyangkan perut

saja tanpa memikirkan apakah makanan itu baik atau buruk untuk

kesehatan, sehingga kebutuhan gizi energi dan zat gizi lansia tidak

tercukupi atau bahkan memperburuk kesehaatannya.

Pola makan buruk akan memberi dampak pada kesehatan

individu dan selanjutnya pada kesehatan orang lain. Kesadaran

masyarakat dalam mengontrol diri dan lingkungannya sangat

dibutuhkan demi keselamatan bersama dari ancaman meluasnya

penyakit degenerative. Pola makan yang tidak sehat dapat dirubah

dengan cara memberdayakan individu untuk merubah pola hidupnya

dan merubah lingkungan sosial serta kondisi kehidupan yang

mempengaruhi pola perilakunya.

Sutomo, (2019) menjelaskan bahwa mengatur pola makan,

olahraga secara teratur dan memilih jenis makanan yang sehat

merupakan kunci dari kesehatan lansia. Adapun beberapa jenis diet atau
68

makanan untuk lansia, yakni diet rendah garam, diet rendah kolestrol

dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet kalori. Diet yang

diterapakan bisa disesuikan dengan kondisi hipertensi. Dengan

mengatur makanan yang tepat, tekanan darah bisa turun dengan lebih

cepat.

4.2.2 Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Hasil penelitian mengenai kejadian hipertensi pada lansia

menunjukkan bahwa lansia yang mengalami hipertensi sebesar 49.2%

dan yang tidak mengalami hipertensi sebesar 50.8%.

Banyaknya lansia yang mengalami hipertensi tidak terlepas dari

beberapa faktor yang mempengaruhi. Walaupun belum diketahui secara

pasti faktor yang menyebabkan hipertensi pada lansia, namun, para ahli

telah mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang memudahkan

seseorang terkena hipertensi, yakni faktor yang tidak dapat dikontrol

dan faktor yang dapat dikontrol. Beberapa faktor risiko yang termasuk

dalam faktor risiko yang tidak dapat dokontrol seperti genetik, usia,

jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol

berhubungan dengan faktor lingkungan berupa perilaku atau gaya hidup

seperti obesitas, kurang aktivitas, stres dan pola makan. Pola makan

yang memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah konsumsi

makanan asin, konsumsi makanan manis, konsumsi makanan berlemak

dan konsumsi minuman berkafein yaitu kopi atau teh (Purwati, 2018).
69

Berdasarkan hasil pengamatan dan keterangan dari beberapa

lansia yang mengalami hipertensi, mereka menyebutkan bahwa gaya

hidup dan pola makan menjadi penyebab mereka mengalami hipertensi,

mereka melakukan pola makan yang salah seperti asupan garam yang

tinggi, banyak mengkonsumsi yang mengandung garam seperti asinan,

makanan cepat saji dll, dan ditambah lagi dengan jarangnya

memeriksakan diri terutama mengonrol tekanan darah ke petugas

kesehatan.

Faktor lain yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah

lansia adalah faktor usia. Guyton & Hall, (2017) menyatakan bahwa

tekanan darah cenderung rendah pada usia remaja dan mulai meningkat

pada masa dewasa awal. Kemudian meningkat lebih nyata selama masa

pertumbuhan dan pematangan fisik di usia dewasa akhir sampai usia tua

dikarenakan system sirkulasi darah akan terganggu, karena pembuluh

darah sering mengalami penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi

keras dan tebal serta berkurangnya elastisitasnya pembuluh darah

sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi.

Menurut Khomsah, (2019) hipertensi atau penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic

(bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah

menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air

raksa ataupun alat digital lainnya.


70

Hanata, (2018) menjelaskan bahwa faktor yang dapat dikontrol

untuk penderita hipertensi adalah gaya hidup sehat yang meliputi pola

makan sehat, kebiasaan-kebiasaan merokok, minum alkohol, tidak mau

olahraga, kelebihan berat badan dan stress. Ini berarti penderita

hipertensi mau tidak mau harus meninggalkan gaya hidupnya yang

lama dan menyesuaikan diri dengan gaya hidup yang baru menjaga agar

tekanan darahnya tetap normal

Hipertensi erat kaitannya dengan tekanan sistolik dan diastolik.

Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan arteri saat jantung

berkontraksi sedangkan tekanan diastolik berkaitan dengan tekanan

arteri saat jantung berelaksasi diantaran dua denyut jantung. Hipertensi

yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan organ tubuh menjadi rusak.

Kerusakan tersebut dapat menyerang fungsi-fungsi otak, ginjal, mata,

dan dapat menyebabkan kelumpuhan organ-organ gerak.

Dampak dari penyakit hipertensi pada lansia adalah dapat

menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. Kuswardhani, (2017)

menyatakan bahwa hipertensi masih merupakan faktor risiko utama

untuk stroke, gagal jantung penyakit koroner, dimana peranannya

diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda.

4.2.3 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Hipertensi di Pusbila

Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar

Kabupaten Ciamis
71

Hasil analisis antara pola makan dengan kejadian hipertensi

menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik menggunakan chi square di

dapat nilai p value sebesar 0.000 lebih kecil dari alfa 0.05 yang berarti

ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian

hipertensi di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan

Banjaranyar Kabupaten Ciamis, dimana lansia yang memiliki pola

makan baik lebih banyak yang tidak mengalami hipertensi dan

sebaliknya lansia yang memiliki pola makan yang tidak baik semuanya

mengalami hipertensi.

Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya hidup atau

yang sulit untuk dilakukan dalam jangka pendek, oleh karenanya faktor

yang mennetukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah diri

sendiri. Upaya pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan upaya

pengobatan non medik, termasuk perubahan pola makan yang tidak

sehat. Sebesar (40.9%) penderita hipertensi di Desa Cigayam memiliki

pola makan yang tidak baik, hal tersebut merupakan faktor utama yang

menyebabkan hipertensi, maka dari itu perubahan pola makan pada

lansia hipertensi harus lebih sehat.

Hasil penelitian peneliti sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hetty Nurul Elivia (2022), mengenai Hubungan Pola Konsumsi

Makanan Dan Tindakan Pengendalian Tekanan Darah Dengan Kejadian

Hipertensi Lansia Di Masa Pandemi (Studi Kasus Usia 60-70 tahun),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan asupan lemak dengan


72

hipertensi lansia (p=0,027), hubungan asupan natrium dengan hipertensi

lansia (p=0,000), hubungan asupan kalium dengan hipertensi lansia

(p=0,106), hubungan tindakan pengendalian tekanan darah dengan

hipertensi lansia (p=0,030). Kesimpulan, terdapat hubungan antara

asupan lemak, asupan natrium, dan tindakan pengendalian dengan

kejadian hipertensi lansia di masa pandemi. Tidak terdapat hubungan

antara asupan kalium dengan kejadian hipertensi lansia.

Adanya hubungan yang signifikan antara pola makan dengan

kejadian hipertensi diharpakan bahwa lansia dapat memulai pola makan

yang sehat. Pola makan yang sehat adalah dengan memulai

mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan dalam porsi yang

memadai akan menjadi sumber asupan antioksidan bagi tubuh, serta

mengurangi asupan makanan berlemak dan mengangdung natrium yang

tinggi. Dalam hal ini, antioksidan mampu menangkap radikal bebas dan

mencegah dimulainya proses kerusakan pembuluh darah. Radikal bebas

adalah suatu molekul oksigen dengan atom pada orbit terluarnya

memiliki elektron yang tidak berpasangan. Karena kehilangan

pasangannya itu, molekul lalu menjadi tidak stabil, liar, dan radikal.

Dalam hal ini, antioksidan mampu menstabilkan radikal bebas dengan

melengkapi kekurangan elektronnya dan menghambat terjadinya reaksi

berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat menimbulkan

stress oksidatif.
73
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian tentang hubungan antara pola makan dengan

kejadian hipertensi pada lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa

Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis dengan mengambil

sampel 65 orang responden, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan

dari penelitian ini, yaitu :

1. Pola makan lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti

Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis dalam kategori baik 55.4%

2. Kejadian hipertensi pada lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa

Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis dalam kategori

tidak mengalami hipertensi sebesar 50.8%

3. Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada lansia

di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar

Kabupaten Ciamis dengan p value sebesar 0.000 lebih kecil dari alfa 0.05.

5.2 Saran

5.2.1 Teoritik

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan

dapat mengembangkan teori tentang hipertensi pada lansia yang

74
75

dipengaruhi oleh pola makan, sehingga mampu menjadi referensi bagi

mahasiswa atau peserta didik lain yang mencari kajian pustaka yang

berhubungan dengan penelitian peneliti.

5.2.2 Praktisi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan

profesi keperawatan dapat lebih aktif untuk memberikan informasi

lebih lanjut tentang efek dari pola makan yang tidak baik dan kaitanya

dengan kejadian peningkatan tenakanan darah pada lansia melalui

penyuluhan kesehatan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

tentang pola makan yang sehat dan gaya hidup yang lebih baik. Selain

itu praktisi keperawatan diharapkan dapat memberikan pembinaan yang

dikhususkan terhadap lansia hipertensi agar memeriksakan kesehatanya

secara rutin kepada petugas kesehatan, serta memberikan wawasan

kepada lansia penderita hipertensi agar mengkonsumsi makanan yang

tidak menimbulkan terjadinya peningkatan tekanan darah pada lansia.

Bagi lansia diharapkan mampu memenuhi pola makan yang baik dan

dapat mengurangi asupan makanan yang dapat memicu meningkatnya

tekanan darah seperti mengurangi asupan makanan yang mengandung

garam tinggi dan mengurangi asupan makanan yang mengandung

kolesterol sehingga kesehatan lansia dapat terjaga.


DAFTAR PUSTAKA

Adrian, S.J., Tommy, 2019. Hipertensi Esensial : Diagnosis dan Tatalaksana.


Terbaru pada Dewasa. Cermin Dunia Kedokteran.

Arikunto S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta.
Azwar. Saifuddin. 2016. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azizah L.M. (2018). Keperawatan Lansia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Badriah D L. (2019). Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu Kesehatan. Bandung:


Multazam.

Bangun. (2016). Hiertensi dan Penanganan Dini. Yogyakarta : Nuha Medika.

Barker, Sue dan Board, Michelle. 2019. Penanganan Demensia dalam


Keperawatan (Dementia Care in Nursing) ed, 1. Yogyakarta : Rapha
Publishing

BPS. 2020. Data Jumlah Kependudukan Indonesia. Jakarta.

Cleveland Clinic. (2022). 7 Makanan yang Perlu Dihindari Lansia Penderita


Hipertensi. Available On; https://www.geriatri.id/artikel/1405/7-
makanan-yang-perlu-dihindari-lansia-penderita-hipertensi

Dahlan, Sopiyudin. 2018. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Edisi 6.


Jakarta, Salmba Medika.

Departemen Kesehatan. (2020). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit


Hipertensi. Buku Saku Available
On.http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf ,dia
kses Bulan Maret 2023.

Depkes RI. (2022). Pedoam PTM. Jakarta.

Dinkes Kabupaten Ciamis. (2022). Data Kegiatan Lansia Kabupaten Ciamis


Tahun 2022. Kabupaten Ciamis.

Garnadi Y. (2017). Tanaman Obat dan Jus Untuk Mengatasi Penyakit Jantung,.
Hipertensi, Kolesterol. Jakarta : EGC.
Guyton AC, Hall JE. (2015). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Penterjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: EGC.

Hidayat A A. (2015). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.

Irianto, K. dan Waluyo, K., 2017. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: CV.
Yrama Widya.

Kurniadi. (2018). Hipertensi Primer dan Sekunder. Available On


http://ridwanaz.com/kesehatan/apakah-pengertian-hipertensi-
hipertensi-adalah/undefined. Diakses Bulan Maret 2023.

Kusumadewi. 2018. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rajawali Pers.

Manik LA, & Wulandari, I. S. M. (2020). Hubungan Pola Makan Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Anggota Prolanis Di Wilayah Kerja
Puskesmas Parongpong. Encyclopedia of Pain, 4(April), 494–494.
https://doi.org/10.1007/978-3-540-29805-2_936

Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. (2018). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

PERHI. 2021. Konsesnsu Pentaalaksanaan Hipertensi. PERHI: Jakarta.

Pratiwi .2018. Pengantar Gizi Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media


Group.

Rahajeng E, Tuminah S. (2018). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di


Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan
Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar 2023. Panduan Penulisan Dan
Penyusunan Skripsi / Riset. Banjar.

Setiadi. (2015). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Sugiyono, (2017). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Sutanto, (2018). Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius.


Susilo. (2017). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Yogyakarta :
Nuha Medika.

Sutanto, (2018). Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.

Sulistyoningsih, 2017. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Yogiantoro M. 2019. Hipertensi Esensial Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
V ed. Jakarta: InternaPublishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam.

WHO, (2022). Angka Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Wijaya. (2016). Keperawatan Keluarga Lansia Hipertensi. Yogyakarta : Nuha


Medika.
SURAT PERNYATAAN PENELITIAN

Kepada Yth: Bapak/Ibu


Dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan di Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar, maka saya :
Nama : Nendi Sugianto
NPM : 4002210042
Memohon kesediaan Ibu Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam tugas
riset saya yang berjudul “ Hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada
lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar
Kabupaten Ciamis” yang sedang saya kerjakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada lansia di Pusbila
Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis.
Kuesioner ini bukanlah suatu penilaian yang akan mempengaruhi
kondisi Bapak/Ibu jadi tidak perlu ragu untuk memberikan jawaban yang
sejujurnya. Kuesioner ini juga bukan merupakan test terhadap kemampuan yang
dimiliki Bapak/Ibu, yang penting jawaban tersebut sesuai dengan yang Bapak/Ibu
rasakan. Apabila dengan penelitian ini merasa terganggu, maka anda boleh untuk
tidak ikut menjadi responden.
Kami menjamin kerahasiaan identitas Bapak/Ibu dan semua data yang
diberikan hanya digunakan dalam menyelesaikan tugas akhir. Setiap jawaban
yang Bapak/Ibu berikan merupakan bantuan yang tidak ternilai dalam
penyelesaian tugas ini. Atas partisipasinya saya ucapkan terimakasih. Semoga
sukses.

Bnjar,....................................2023
Peneliti

Nendi Sugianto
PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Saya bersedia menjadi responden dalam penyelesaian tugas akhir yang


berjudul “ hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada lansia di Pusbila
Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti Kecamatan Banjaranyar Kabupaten
Ciamis”, yang dilakukan oleh Nendi Sugianto (NPM 4002210042) Mahasiswa
STIKes Bina Putera Banjar Jurusan Ilmu Keperawatan.
Saya telah membaca penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian
ini. Saya sadar bahwa penelitian ini tidak mengandung resiko terhadap diri saya
karena data yang diberikan dijamin kerahasiannya dan hanya digunakan dalam
penyelesain tugas. Penjelasan tersebut dibaca pada keadaan tenang sehingga saya
dapat memahaminya.
Saya juga menyadari bahwa ini bukan merupakan test terhadap
kemampuan saya, sehingga jawaban yang saya berikan adalah jawaban yang
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Demikian pernyataan ini saya sampaikan untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Ciamis,……………….. 2023

Paraf
(responden)
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN HIPERTENSI PADA


LANSIA DI PUSBILA DUSUN PASIRGINTUNG DESA KARYAMUKTI
KECAMATAN BANJARANYAR
KABUPATEN CIAMIS

I. IDENTITAS RESPONDEN
Nomor Responden : 

Umur : ………. tahun

Jenis Kelamin :  Laki-laki  Perempuan


Pendidikan :  SD
 SMP/Sederajat
 SMA/Sederajat
 Perguruan Tinggi
Pekerjaan :  Bekerja
 Tidak Bekerja

II. KUESIONER
1. Pola Makan
Alternatif jawaban
SL : Selalu
SR : Sering
KK : Kadang-kadang
PR : Pernah
TPR : Tidak Pernah
Berilah tanda (√) pada alternative jawaban sesuai dengan bapak/ibu
rasakan.
Alternatif jawaban
No Pernyataan SL SR KK PR TPR
III. KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA 5 4 3 2 1
Jenis Makanan
1Tekanan
TidakDarah makan makanan Klasifikasi

Sistole
mengandung banyak garam
Diastole Tidak Hipertensi Hipertensi
2 Mengkonsumsi masakan ber
santan
3 Tidak mengkonsumsi
minuman yang mengandung
feremntasi
4 Tidak mengkonsumsi alkohol
5 Mengkonsumsi buah dan sayur
6 Mengkonsumsi susu rendah
lemak
7 Mengkonsumsi mie instan
secara terus menerus
8 Mengkonsumsi jeroan
9 Mengkonsumsi makanan cepat
saji
10 Mengkonsumsi daging tanpa
lemak
Frekuensi Makan
11 Makan 3 x sehari
12 Sarapan, makan siang dan
makan malam dengan waktu
yang teratur
13 Porsi makan sedikit tapi sering
14 Makan makanan yang
mengandung garam ketika
perut kosong di pagi hari
15 Minum minuman bersoda
Jadwal Makan
16 Makan 5-6 kali sehari
17 Makan makanan yang
mengandung protein seperti
daging maximal 3 x sehari
18 Mengkonsumsi buah-buahan
setiap hari
19 Makan makanan yang
mengandung karbohidrat
sepuasnya
20 Tidak mengkonsumsi buah
yang mengandung serat
STIKES BINA PUTERA BANJAR
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023

KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Nendi Sugianto


NPM : 4002210026
Judul Penelitian : Hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada
lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti
Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis.
Pembimbing I : Ns. Aneng Yuningsih, S.Kep., M.Kep, Sp.Kom.

No Tanggal Pokok Bahasan yang Saran Pembimbing Paraf


. Bimbingan dikonsulkan Pembimbing

STIKES BINA PUTERA BANJAR


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023

KEGIATAN BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Nendi Sugianto


NPM : 4002210026
Judul Penelitian : Hubungan antara pola makan dengan hipertensi pada
lansia di Pusbila Dusun Pasirgintung Desa Karyamukti
Kecamatan Banjaranyar Kabupaten Ciamis.
Pembimbing II : Yayi Siti Khaeriyah, S.Kp., M.Kep.

No Tanggal Pokok Bahasan yang Saran Pembimbing Paraf


. Bimbingan dikonsulkan Pembimbing
KEASLIAN PENELITIAN

No Nama Judul/Tempat Tahun Rancangan Variabel Teknik Hasil


Peneliti Pengmbilan
Sampel
1 Damayanti Hubungan Pola Makan 2020 Analitik korelasi Independen: Teknik Terdapat hubungan yang kuat antara
dkk dengan Derajat Hipertensi dengan Pola Makan. purposive pola makan dengan derajat
pada Lansia di Puskesmas pendekatan Dependen: sampling hipertensi pada lansia di Puskesmas
Ubud I Gianyar Bali cross sectional Derajat Ubud I Gianyar Bali, dengan
Hipertensi. diperoleh nilai koefisien korelasi
sebesar 0.943.
2 Bertalina Hubungan Pola Makan, 2016 is penelitian Independen: Accidental Hasil penelitian menunjukkan Pola
Bertalina, Asupan Makanan dan kuantitatif Pola Makan, Sampling makan yang berisiko meningkatkan
Muliani Obesitas Sentral dengan dengan desain asupan tekanan darah adalah sering
Hipertensi di Puskesmas studi analitik makanan, mengkonsumsi  biskuit, telur dan
Rajabasa Indah Bandar pendekatan obesitas terasi dinyatakan signifikan secara
Lampung cross sectional sentral statistik dengan hipertensi. Asupan
Dependen: makanan  yang  memiliki hubungan
Hipertensi yang signifikan dengan hipertensi 
yaitu asupan protein hewani,
kolesterol, asupan asam lemak
jenuh, asupan serat, dan asupan
natrium, obesitas sentral juga
memiliki hubungan yang signifikan
dengan hipertensi.
3 Muji Hubungan Pola Konsumsi 2019 Penelitian Independen: Total Sebanyak 21,6% responden
Triyani, Makanan Kemasan Tinggi cross-sectional Pola Sampling memiliki tekanan darah sistolik
Hesti Natrium, Aktivitas Fisik, Konsumsi tinggi dan 41,5% responden
Permata Lingkar Perut Dan Tingkat Makanan memiliki tekanan darah diastolik
Sari, Hiya Stres Dengan Tekanan Kemasan tinggi. Responden sering
Alfi Darah di Polres Banyumas. Tinggi mengonsumsi makanan kemasan
Rahmah Natrium, tinggi natrium (45,1%), aktivitas
Aktivitas fisik sedang (56,9%), obesitas
Fisik, Lingkar sentral (52,9%) dan tingkat stres
Perut dan normal (74,5%). Terdapat hubungan
Tingkat Stres lingkar perut (p=0,009) dengan
Dependen: tekanan darah diastolik dengan nilai
Tekanan r=0,360. Tidak terdapat hubungan
darah. antara pola konsumsi makanan
kemasan tinggi natrium (p=0,165),
aktivitas fisik (p=0,933), lingkar
perut (p=0,056) dan tingkat stres
(p=0,194) dengan tekanan darah
sistolik. Tidak terdapat hubungan
pola konsumsi makanan kemasan
tinggi natrium (p=0,422), aktivitas
fisik (p=0,463) dan tingkat stres
(p=0,151) dengan tekanan darah
diastolik.
4 Nendi Hubungan antara pola 2023 Penelitian ini Independen: Purposive
Sugianto makan dengan hipertensi menggunakan Konsumsi Random
pada lansia di Pusbila desain analitik Makanan Sampling
Dusun Pasirgintung Desa korelational Dependen:
Karyamukti Kecamatan Rancangan Hipertensi
Banjaranyar Kabupaten penelitian yang pada lansia.
Ciamis digunakan
adalah
rancangan
penelitian cross-
sectional

Anda mungkin juga menyukai