Anda di halaman 1dari 83

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. N


DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL:
GOUT ARHTRITIS DI DESA SEKIP KECAMATAN
LUBUK PAKAM

Oleh:
ANANG MARUF
190207008

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah di bimbing dan di periksa oleh pembimbing dan layak
untuk di presentasikan di dalam sidang Karya Tulis Ilmiah

Medan, Juni 2022

Pembimbing :

(Ns. Johansen Hutajulu, AP, S. Kep, M. Kep)

Di setujui Oleh
Program Studi D III Keperawatan
Fakultas Pendidikan Vokasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia

(Ns. Flora Sijabat, S. Kep, MNS)

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri
Nama : Anang Maruf
Nim : 190207008
Tempat, Tgl Lahir : Bagansiapiapi, 31 Agustus 2001
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Anak ke : 1 dari 5 bersaudara
No.HP : 082268717486
Email : anangmaruuuf31@gmail.com

II. Identitas Orang Tua


Nama Ayah : Samsul Bahri
Nama Ibu : Atun
Alamat : JL. Rintis, Kecamatan Bangko, Rokan
Hilir

III. Pendidikan
Tahun 2007-2013 : SDN 003 Bagan Hulu
Tahun 2013-2016 : SMPN 2 Bangko
Tahun 2016-2019 : SMAN 1 Bangko
Tahun 2019-2022 : Menyelesaikan Program Studi D-III
Keperawatan Fakultas Pendidikan Vokasi
di Universitas Sari Mutiara Indonesia

ii
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
FAKULTAS PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Karya Tulis Ilmiah, 06 Juni 2022


Anang Maruf
Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. N Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal Di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam

ABSTRAK

Arhtritis Gout merupakan peradangan pada sendi akibat peningkatan kadar asam urat dalam darah,
karena terganggunya metabolisme purin (hiperurisemia) dalam tubuh yang di tandai dengan nyeri
sendi sehingga dapat menganggu aktifitas penderita. pada keadaan ini bisa terjadi obserkresi asam
urat,atau penurunan fungsi ginjal yang mengakibatkan penurunan ekresi asam urat, atau kombinasi
keduanya. Penyebab kadar asam urat yang tinggi dalam darah dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan pembentukkan kristal urat yang biasanya terkonsentrasi pada sendi yang biasanya
sekitarnya. Kristal ini lama kelamaan menumpuk merusak jaringan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri dan peradangan. Adapun sendi yang sering terkena penumpukkan asam
urat ini antara lain pangkal ibu jari kaki, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan dan siku.
Penanganan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah,
antara lain pengaturan diet, menghindari makanan tinggi purin, konsumsi vitamin dan mineral
yang cukup, olahraga rutin, berhenti merokok,kompres hangat, pengendalian stres dan dapat
diberikan obat-obatan untuk terapi farmakologi. Pengobatan lain yang dapat digunakan untuk
mengatasi peningkatan kadar asam urat yaitu dengan pengobatan herbal. Dari hasil data yang di
peroleh kejadian gout arhtritis di sebabkan karena adanya mengkomsumsi makanan yang tinggi
purin. Dari hasil penyusunan Karya Tulis Ilmiah saya mendapat gambaran dan pengalaman nyata
dalam pengetahuan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. N dengan gangguan sistem
muskuloskeletal gout arhtritis di desa sekip kecamatan lubuk pakam di laksanakan cukup baik.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Gout Arhtritis, Tn. N

iii
D-III NURSING STUDY PROGRAM
FACULTY OF VOCATIONAL EDUCATION
SARI MUTIARA UNIVERSITY INDONESIA

Scientific Paper, 06 June 2022


Anang Maruf
Family Nursing At Mr. N With Musculoskeletal System Disorders in
Sekip Village, Lubuk Pakam District

ABSTRACT

Gout arthritis is inflammation of the joints due to increased levels of uric acid in the blood, due to
disruption of purine metabolism (hyperuricemia) in the body which is characterized by joint pain
so that it can interfere with the patient's activities. In this situation, there may be observation of
uric acid, or decreased kidney function resulting in decreased uric acid excretion, or a
combination of both. The cause of high uric acid levels in the blood over a long period of time can
lead to the formation of urate crystals which are usually concentrated in the joints that usually
surround them. Over time, these crystals accumulate and damage tissue, which in turn causes pain
and inflammation. The joints that are often affected by this buildup of uric acid include the base of
the big toe, knee, ankle, wrist and elbow. Handling is done to prevent an increase in uric acid
levels in the blood, including diet regulation, avoiding foods high in purines, consuming adequate
vitamins and minerals, regular exercise, quitting smoking, warm compresses, stress control and
can be given drugs for pharmacological therapy. . Another treatment that can be used to treat
increased uric acid levels is herbal medicine. From the results of the data obtained, the incidence
of gout arthritis is caused by consuming foods that are high in purines. From the results of the
preparation of scientific papers, I got a real picture and experience in the knowledge of family
nursing care for Mr. N with disorders of the musculoskeletal system, gout, arthritis, in Sekip
village, Lubuk Pakam sub-district, was carried out quite well.

Keywords: Nursing care, gout arhtritis, Mr. N

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat, dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
proposal dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn.N dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal Gout Arhtritis di Desa Sekip Kecamatan
Lubuk Pakam”

Penelitian Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat memenuhi tugas
akhir dalam menyelesaikan Program Studi D III Keperawatan di Universitas Sari
Mutiara Indonesia Medan, pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik secara moral maupun
material, terutama kepada Bapak / Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep, M.Kep selaku Wakil Rektor III
Universitas Sari Mutiara Indonesia. sekaligus sebagai Pembimbing pada
Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Elsarika Damanik, SST, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Pendidikan Vokasi
Universitas Sari Mutiara Indonesia. sekaligus sebagai Penguji pada Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Ns. Flora Sijabat, S.Kep, MNS, selaku ketua program studi D-III
Keperawatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
6. Dosen dan semua Civitas Akademik Prodi D-III Keperawatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
7. Teristimewa kepada Kedua Orang Tua saya Samsul Bahri dan Atun serta
saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungan baik materi maupun
doa kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

v
Peneliti menyadari bahwa isi Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2022

(Anang Maruf)

vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR SAMPUL
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... ii
ABSTRAK....................................................................................................... iii
ABSTRACT..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum........................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................... 4
1.4 Manfaat Asuhan Keperawatan............................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5


2.1 Konsep Penyakit................................................................... 5
2.1.1 Definisi Gout Arhtritis.............................................. 5
2.1.2 Etiologi Gout Arhtritis.............................................. 6
2.1.3 Faktor risiko Gout Arhtritis...................................... 6
2.1.4 Patofisiologi Gout Arhtritis..................................... 7
2.1.5 Manifestasi klinis Gout Arhtritis.............................. 9
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Gout Arhtritis.................... 11
2.1.7 Penatalaksanaan Medis Gout Arhtritis…………….. 12
2.1.8 Penatalaksanaan Tradisional Gout Arhtritis............. 14
2.2. Konsep keluarga................................................................... 14
2.2.1 Definisi keluarga....................................................... 14
2.2.2 Bentuk keluarga........................................................ 15
2.2.3 Struktur keluarga...................................................... 15
2.2.4 Tahap keluarga.......................................................... 17
2.2.5 Fungsi keluarga......................................................... 22
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga .............................. 24
2.3.1 Pengkajian................................................................. 24
2.3.2 Diagnosis.................................................................. 28
2.3.3 Intervensi.................................................................. 29
2.3.4 Implementasi............................................................. 34
2.3.5 Evaluasi .................................................................... 34
2.3.6 Discharge Planning................................................... 34

vii
BAB III METODE STUDI KASUS........................................................... 36
3.1 Jenis Studi Kasus.................................................................. 36
3.2 Lokasi Studi Kasus............................................................... 36
3.3 Subjek dan Studi Kasus........................................................ 36
3.4 Waktu Studi Kasus............................................................... 36
3.5 Instrument Studi Kasus........................................................ 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data................................................... 36

BAB IV TINJAUAN KASUS..................................................................... 37


4.1 Pengkajian............................................................................ 37
4.1.1 Data Umum............................................................... 37
4.1.2 Riwayat Tahap perkembangan Keluarga.................. 38
4.1.3 Lingkungan............................................................... 39
4.1.4 Struktur keluarga ..................................................... 39
4.1.5 Fungsi keluarga......................................................... 40
4.1.6 Stress dan koping keluarga....................................... 40
4.1.7 Pemeriksaan Fisik..................................................... 41
4.1.8 Harapan Keluarga..................................................... 41
4.2 Analisa Data.......................................................................... 42
4.3 Diagnosa keperawatan.......................................................... 43
4.4 Intervensi.............................................................................. 44
4.5 Implementasi......................................................................... 47
4.6 Evaluasi................................................................................. 49
4.7 Pembahasan.......................................................................... 51
4.7.1 Pengkajian................................................................ 52
4.7.2 Diagnosa................................................................... 53
4.7.3 intervensi.................................................................. 53
4.7.4 Implementasi ........................................................... 54
4.7.5 Evaluasi.................................................................... 54

BAB V PENUTUP.................................................................................... 56
5.1 Kesimpulan ......................................................................... 56
5.2 Saran.................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 arhtritis gout secara monoartikuler dengan tanda inflamasi
yang jelas seperti merah, bengkak, nyeri, terasa panas, dan
sakit kalau di gerakkan pada sendi metatarshophangeal
pertama...................................................................................... 10
Gambar 2.2 kiri: arhtritis gout akut dengan gejala inflamasi pada sendi
metatarsophalangeal pertama. Kanan: arhtritis gout menahun
dengan tofipada sendi tangan.................................................... 11
Gambar 2.3 Radiografi pada arhtritis gout krosis, dimana di dapatkan
adanya erosi dan klasifikasi sendi metatarsophalangeal
pertama...................................................................................... 11

ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perencanaan................................................................................... 31
Tabel 4.1 Komposisi Keluarga...................................................................... 37
Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik.......................................................................... 41
Tabel 4.3 Analis Data.................................................................................... 42
Tabel 4.4 Diagnosa Keperawatan.................................................................. 43
Tabel 4.5 Intervensi ...................................................................................... 44
Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan............................................................ 47
Tabel 4.7 Evaluasi.......................................................................................... 49

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian dari UPT Puskesmas Pagar Jati


Lampiran 2 : Surat Balasan Penelitian dari UPT Puskesmas Pagar Jati
Lampiran 3 : Lembar Data Penelitian
Lampiran 4 : Lembar Informed Consent
Lampiran 5 : Lembar Persetujuan setelah Penjelasan
Lampiran 6 : Lembar Format Pengkajian
Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Pembimbing
Lampiran 8 : Dokumentasi

xi
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arhtritis Gout merupakan peradangan pada sendi akibat peningkatan kadar
asam urat dalam darah, karena terganggunya metabolisme purin (hiperurisemia)
dalam tubuh yang di tandai dengan nyeri sendi sehingga dapat menganggu
aktifitas penderita. pada keadaan ini bisa terjadi obserkresi asam urat,atau
penurunan fungsi ginjal yang mengakibatkan penurunan ekresi asam urat, atau
kombinasi keduanya. Kadar asam urat normal pada wanita : 2,6 mg/dl, dan pada
pria : 3-7 mg/dl (Andriani, 2016). Kadar asam urat yang tinggi dalam darah dalam
jangka waktu lama dapat menyebabkan pembentukkan kristal urat yang biasanya
terkonsentrasi pada sendi yang biasanya sekitarnya. Kristal ini lama kelamaan
menumpuk merusak jaringan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri dan
peradangan. Adapun sendi yang sering terkena penumpukkan asam urat ini antara
lain pangkal ibu jari kaki, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan dan siku
(Rusita,2016).
Di dunia pravelensi penyakit gout arthritis terjadi sebanyak 34,2% (World
Health Organization, 2017). gout arthritis sering terjadi di negara maju seperti
Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara Amerika sebesar 26,3% dari total
penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis tidak hanya terjadi di negara maju
saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah satunya di
Negara Indonesia. Prevalensi gout arthritis di Indonesia semakin mengalami
peningkatan. Pada tahun 2013 kejadian gout arthritis sebesar 11,9% (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Menurut (World Health Organization, 2015). Angka kejadian gout
arthritis mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang gout arthritis,
dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka
yang berusia 55 tahun. Berdasarkan hasil penelitian (Riskesdas, 2015). Prevalensi
nyeri gout arthritis di Indonesia mencapai 25,6% hingga 33,3%, angka ini
menunjukkan bahwa nyeri akibat gout arthritis sudah sangat mengganggu
aktivitas masyarakat Indonesia. Berdasarkan data pasien dengan Gout Arhtritis
2

yang di peroleh di Rumah Sakit Sari Mutiara Lubuk Pakam dari 4 tahun terakhir
2018-2021, pasien rawat inap berjumlah 418 kasus, dan pasien rawat jalan
berjumlah 5.625 kasus. Jadi angka total keseluruhan pasien dengan penyakit Gout
Arhtritis sebanyak 6.043 kasus. Berdasarkan pusat data Provinsi Sumatera Utara
5,9%. Angka kesakitan penduduk lanjut usia sebesar 26,93% artinya bahwa setiap
100 orang lanjut usia terdapat 27 orang diantaranya mengalami sakit. Kelompok
usia yang mengalami nyeri gout arthritis biasanya pertama kali muncul pada usia
50 tahun, dan antara usia 60 tahun. Prevelensi penyakit asam urat di Indonesia
semakin mengalami peningkatan.
Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit asam urat berdasarkan
diagnosa tenaga kesehatan di Indonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau
gejala 24,7% jika di lihat dari karekteristik umur,pravelensi tinggi pada umur 75
tahun (54,8%).penderita wanita juga lebih banyak (8,46%) di bandingkan dengan
pria (6,13%) (Riskesdas, 2018).
Artritis Gout (asam urat) adalah penyakit yang timbul akibat kadar asam
urat darah yang berlebihan, yang menyebabkan kadar asam urat darah berlebihan
adalah produksi asam urat di dalam tubuh lebih banyak dari pembuangannya,
selain itu penyebab produksi asam urat di dalam tubuh berlebihan dapat terjadi
karena faktor genetik (bawaan), faktor makanan dan faktor penyakit misalnya
kanker darah (Kertia, 2009). arhtritis gout lebih banyak dijumpai pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Prevalensi gout tertinggi pada kalangan lanjut usia
dikaitkan dengan insufisiensi renal atau gangguan metabolisme purin. Gejala yang
khas pada artritis gout adalah adanya keluhan nyeri, bengkak, dan terdapat tanda-
tanda inflamasi pada sendi metatarsal-phalangeal ibu jari kaki (atau yang disebut
dengan podagra). Estimasi prevalensi menyatakan bahwa sebesar 8,5% artritis
gout terjadi pada perempuan dan 6,1% terjadi pada laki-laki (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Berdasarkan onsetnya, arhtritis gout dibagi menjadi dua, yaitu episode
akut dan kronik. arhtritis gout fase akut menyebabkan morbiditas yang tinggi,
namun apabila diterapi segera setelah munculnya gejala dapat menghasilkan
prognosis yang baik. Pada fase kronik, gout dapat menyebabkan destruksi sendi
3

yang berat dan gangguan ginjal. rasa sakit akibat asam urat dapat terjadi pada
malam dan pagi hari saat bangun tidur dan bisa berlangsung selama 4-11 hari.
(Utomo, 2014; Setianingrum, Istika & Dwi, 2019).
Penanganan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan kadar
asam urat dalam darah, antara lain pengaturan diet, menghindari makanan tinggi
purin, konsumsi vitamin dan mineral yang cukup, olahraga rutin, berhenti
merokok, pengendalian stres dan dapat diberikan obat-obatan untuk terapi
farmakologi. Pengobatan lain yang dapat digunakan untuk mengatasi peningkatan
kadar asam urat yaitu dengan pengobatan herbal (Sari, & Syamsiyah, 2017).
Pengobatan tradisional sekarang ini sudah menjadi alternatif lain dari
pengobatan modern. Keuntungan dari penggunaan obat tradisional adalah efek
samping yang relatif kecil dibandingkan dengan obat yang modern dan
pengolahan pada obat tradisional juga sangat sederhana dan dapat digunakan
secara turun menurun.
Nyeri gout arthritis dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Kompres jahe merah merupakan terapi non farmakologi yang dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri gout arthritis. Adapun efek yang terdapat
dalam kompres hangat jahe merah yaitu respon tubuh terhadap panas
menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan ketegangan otot,
meningkatkan metabolisme jaringan. Pemberian kompres hangat jahe dapat
memperbaiki sirkulasi darah dalam tubuh, dan mengurangi rasa nyeri. Jahe merah
juga bisa mengurangi nyeri karena jahe merah memiliki kandungan senyawa
gingerol dan shogoal yaitu senyawa panas dan pedas pada jahe merah yang
memiliki sifat anti inflamasi non steroid, rasa pedas dari kompres hangat jahe
merah akan mengurangi peradangan, meredakan nyeri dan kaku (Savitri, 2016).
Berdasarkan survey awal yang di lakukan dari bulan januari 2022 sampai
bulan februari 2022, maka peneliti tertarik melakukan Asuhan keperawatan
keluarga pada Tn.N dengan gangguan sistem muskuloskeletal gout arhtritis di
Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam.
4

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada Tn.N dengan gangguan sistem


muskuloskeletal : gout arhtritis di desa sekip kecamatan lubuk pakam?
1.3 Tujuan Asuhan Keperawatan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan Asuhan Keperawatan keluarga pada Tn.N dengan
gangguan sistem muskuloskeletal : gout arhtritis di desa sekip kecamatan lubuk
pakam?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. N dengan gangguan
sistem muskuloskeletal gout arhtritis di desa sekip kecamatan lubuk pakam.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada Tn. N dengan gangguan
sistem muskuloskeletal : gout arhtritis di desa sekip kecamatan lubuk pakam.
3. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Tn. N dengan
gangguan sistem muskuloskeletal : gout arhtritis di desa sekip kecamatan
lubuk pakam.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi keperawatan pada Tn. N dengan
gangguan sistem muskuloskeletal : gout arhtritis di desa sekip kecamatan
lubuk pakam.
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi pada Tn. N dengan gangguan sistem
muskuloskeletal : gout arhtritis di desa sekip kecamatan lubuk pakam.
1.4 Manfaat Asuhan Keperawatan
1. Bagi Tn. N Gout Arhtritis
Sebagai informasi untuk pencegahan terjadinya nyeri gout arhtritis.
2. Bahan praktek
Sebagai bahan referensi dalam memberikan asuhan kepada Tn. N dengan
gangguan sistem muskuloskeletal : gout arhtritis di desa sekip kecamatan
lubuk pakam.
5

3. Bagi Peneliti
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada Tn.N dengan gangguan sistem
muskuloskeletal : Gout Arhtritis di desa sekip kecamatan lubuk pakam mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
BAB ll
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Definisi Gout Arhtritis
Arthritis Gout merupakan salah satu jenis radang sendi atau inflamasi pada
sendi yang disebabkan oleh pengendapan kristal monosodium urat dalam jaringan
sinovisial dan jaringan lainnya, arthritis gout akan menyebabkan kadar asam urat
penderita meningkat dan juga penderita akan merasa nyeri, bengkak, kemerahan,
dan hangat pada persendian. Apabila gejala yang muncul tidak diobati akan
menyebabkan kerusakan pada sendi (Mandel, 2018).
Arthritis Gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout juga merupakan istilah
yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang di tandai dengan
meningkatnya konsentrasi asam urat (Misnadiarly, 2017).
Arthritis Gout merupakan peradangan pada sendi akibat peningkatan kadar
asam urat dalam darah, karena terganggunya metabolisme purin (hiperurisemia)
dalam tubuh yang ditandai dengan nyeri sendi, sehingga dapat mengganggu
aktifitas penderita (Cumayunaro, 2017).
Arthritis Gout atau arthritis pirai adalah suatu peradangan sendi sebagai
manifestasi dari akumulasigendapan kristal monosodiumurt, yang terkumpul
didalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia). Tidak semua orang dengan hiperurisemia adalah penderita
arthritis pirai atau sedang menderita arthritis pirai. akan tetapi, resiko terjadi
arthritis pirai lebih besar dengan meningkatnya konsentrasi asam urat darah.
Penyakit ini dikaitkan dengan adanya abnormalitas kadar asam urat dalam serum
darah dengan akumulasi endapan kristal monosodium urat yang terkumpul di
dalam sendi. Keterkaitan antara gout dengan hiperurisemia yaitu produksi asam
urat yang berlebihan, menurunnya sekskresi asam urat melalui ginjal, atau
mungkin karena keduanya (Noor Zairin, 2016).
7

2.1.2 Etiologi Gout Arhtritis


Penyakit ini di kaitkan dengan adanya abnormalitas kadar asam urat dalam
serum darah dengan akumulasi endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul
di dalam sendi. Keterkaitan antara gout dengan hiperisemia yaitu adanya
reproduksi asam urat yang berlebih, menurunnya ekskresi asam urat melalui ginjal
, atau mungkin karena keduanya.
2.1.3 Faktor Risiko Gout Arhtritis
Faktor resiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat
adalah pola makan, kegemukan, dan suku bangsa. di dunia, suku bangsa yang
paling tinggi prevalensinya pada orang Maori di Australia. Prevalensi orang
Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali. Di Indonesia, prevalensi
tertinggi pada penduduk pantai dan paling tinggi di daerah Manado-Minahasa,
karena kebiasaan atau pola makan ikan dan mengonsumsi alkohol. Alkohol
menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine itu ikut berkurang sehingga
asam uratnya tetap bertahan di dalam darah. Konsumsi ikan laut yang tinggi juga
mengakibatkan asam urat. Asupan yang masuk ke tubuh juga mempengaruhi
kadar asam urat dalam darah. Makanan yang megandung zat purin yang tinggi
akan diubah menjadi asam urat. Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan,
udang, cumi, kerang, kepiting, dan ikan teri. Jika hasil pemeriksaan laboratorium
kadar asam urat terlalu tinggi, kita perlu memperhatikan masalah makanan.
Makanan dan minuman yang selalu dikonsumsi apakah merupakan pemicu asam
urat. Pada orang gemuk, asam urat biasanya naik sedangkan pengeluarannya
sedikit. Maka untuk keamanan, orang biasanya dianjurkan menurunkan berat
badan. Terpaling penting untuk diketahui adalah jika asam urat tinggi dalam
darah, tanpa kita sadari akan merusak organ-organ tubuh, terutama ginjal, karena
saringannya akan tersumbat. Tersumbatnya saringan ginjal akan berdampak
munculnya batu ginjal, pada akhirnya dapat mengakibatkan gagal ginjal. Asam
urat juga merupakan faktor resiko untuk penyakit jantung coroner. Diduga kristal
asam urat akan merusak endotel (lapisan dalam pembuluh darah) coroner. Karena
itu, siapapun yang kadar asam uratnya tinggi harus berupaya untuk
menurunkannya agar kerusakan tidak merembet ke organ-organ tubuh yang lain.
8

Wanita mengalami peningkatan resiko artritis gout setelah menopause, kemudian


resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dengan penurunan level estrogen
karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal ini menyebabkan artritis gout
jarang pada wanita muda. Kadar asam urat pada pria meningkat sejalan dengan
peningkatan usia seseorang. Hal ini terjadi karena pria Digital Repository
Universitas Jember tidak memiliki hormon estrogen yang dapat membantu
membuang asam urat sedangkan perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut
membantu membuang asam urat lewat urin (Untari & Wijayanti, 2017).
Ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi penyakit gout arthritis
yaitu
1. Gender pria
2. Usia
3. Diet : tinggi konsumsi daging dan makanan laut
4. Asupan alkohol, bir terutama
5. Konsumsi minuman ringan pemanis gula atau fruktosa
6. Obesitas
7. Medikasi : diuretik, aspirin (LeMone, 2015).
2.1.4 Patofisiologi Gout Arthritis
Peningkatan kadar asam urat serum dapat di sebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam
urat dapat di terangkan sebagai berikut : sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu
jalur denovo dan jalur penghematan (salvage pathway).
Jalur denovo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribose-5-fosfat, yang di ubah melalui
serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat,
asam adenilat). Jalur ini di kendalikan oleh serangkaian mekanisme yang
kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu : 5-
fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-
PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang
terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.
9

Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui


basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini
tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur denovo. Basa purin bebas
(adenine, guanine,hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk
precursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini di katalisis oleh dua enzim:
hipoxantin guanine fosforibosil transferase (HGPRT) dan adenine fosforibosil
transferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan difiltrasi
secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian
kecil asam urat yang di resorpsi kemudian di eksresikan di nefron distal dan di
keluarkan melalui urine.
Pada penyakit arhtritis gout, terdapat gangguan keseimbangan
metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi hal-hal
berikut.
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik.
2. Penurunan ekskresi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal.
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya di sebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin ( karena
defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan).
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin.
Peningkatan produksi atau hambatan eksreksi akan meningkatkan kadar asam
urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya
sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat
paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat.
Mekanismenya hingga saat ini masih belum di ketahui.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui
cara, yaitu sebagai berikut.
a. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a.
Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrophil ke
jaringan (sendi dan membrane sinovium). Fagositosis terhadap Kristal
memicu pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotriene, terutama
10

leukotriene B. kematian nutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom


yang destruktif.
b. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan Kristal urat dalam sendi
akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai
mediator proinflamasi seperti IL-1.IL-6,IL-8, dan TNF. Mediator-
mediator ini akan memperkuat respons peradangan, di samping itu
mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk menghasilkan
protease. Protease ini akan menyebabkan cedera jaringan.
Penimbunan Kristal urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan
terbentuknya endapan seperti kapur putih yang di sebut tofi/tofus (tophus) di
tulang rawan dan kapsul sendi. Pada tempat tersebut endapan akan memicu
reaksi peradangan granulomatosa, yang di tandai dengan masa urat amorf
(Kristal) di kelilingi oleh makrofag, limfosit, fibroblast, dan sel raksasa benda
asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan fibrosis
sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat di ikuti oleh fusi sendi (ankilosis).
Tofus dapat terbentuk di tempat lain(misalnya : tendon, bursa, jaringan
lunak). Pengendapan Kristal asam urat dalam tubulus ginjal dapat
mengakibatkan penyumbatan dan nefropati gout. (Noor Z. , Buku Ajar
Gangguan Muskuloskeletal, 2016).
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut (Noor Z, Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, 2016).
Manifestasi klinis di bagi menjadi atas dua jenis yaitu arhtritis gout tipikal dan
arhtritis gout atipikal.
1. Arhtritis Gout Tipikal
Beratnya serangan arhtritis mempunyai sifat tidak bisa berjalan, tidak dapat
memakai sepatu dan menganggu tidur. Rasa nyeri di gambarkan sebagai
excruciating pain dan mencapai puncak dalam 24 jam. Tanpa pengobatan
pada serangan permulaan dapat sembuh dalam 3-4 hari.
a. Serangan biasanya bersifat monoartikular dengan tanda inflamasi yang
jelas seperti merah, bengkak, terasa panas, dan sakit jika di gerakan.
Predileksi pada metatarsophalangeal pertama (MTP-1).
11

Gambar 2.1 Arhtritis Gout secara monoartikuler dengan tanda inflamasi yang
jelas seperti merah, bengkak, nteri, terasa panas, dan sakit kalau di gerakkan pada
sendi metatarshophangeal pertama.

b. Remisi sempurna antara serangan akut.


c. Hiperurisemia. Biasanya berhubungan dengan serangan arhtirits gout
akut, tetapi diagnosis arhtritis tidak harus di sertai hiperurikemia.
Fluktuasi asam urat serum dapat mempresipitasi serangan gout.
d. Faktor pencetus. Faktor pencetus adalah trauma sendi,alkohol, obat-
obatan dan tindakan pembedahan. Biasanya faktor-faktor ini sudah di
ketahui penderita.
2. Arhtritis Gout Atipikal
Gambaran klinik yang khas seperti arhtritis berat, monoartikular, dan remisi
sempurna tidak di temukan. Tofi biasanya timbul bebrapa tahun sesudah
serangan pertamma ternyata di temukan bersama dengan serangan akut. Jenis
atipikal ini jarang di temukan. Dalam menghadapi kasus gout yang atipikal,
diagnosis harus di lakukan secara cermat. Untuk hal ini diagnosis dapat di
pastikan dengan melakukan fungsi cairan sendi dan selanjutnya secara
mikroskopis di lihat dari Kristal urat.
Dalam evolusi arhtritis terdapat 4 fase, yaitu sebagai berikut.
a. Arhtritis gout akut
Manisfestasi serangan akut memberikan gambaran yang khas dan dapat
langsung menegakkan diagnosis. Sendi yang paling sering terkena
adalah sendi metatarshophalangeal pertama (75%). Pada sendi yang
terkena jelas terlihat gejala inflamasi yang lengkap.
b. Arhtritis gout interkritikal
Fase ini adalah fase antara dua serangan akut tanpa gejala klinik.
Walaupun tanpa gejala, Kristal monosodium dapat di temukan pada
12

cairan yang di aspirasi dari sendi. kristal ini dapat di temukan pada sel
sinovia, pada vakuola sel sinovia, dan pada vakulo sel monoklear
leukosit.

Gambar 2.2 kiri: arhtritis gout akut dengan gejala inflamasi pada sendi
metatarsophalangeal pertama. Kanan: arhtritis gout menahun dengan tofi pada
sendi tangan,

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Gout Arhtritis


Laboratorium
1. Pemeriksaan cairan sinovia di dapatkan adanya Kristal monosodium urat
intraselular.
2. Pemeriksaan serum asam urat meningkat > 7mg/dL.
3. Uranalisis 24 jam di dapatkan ekskresi > 800 mg asam urat.
4. Pemeriksaan kimia darah untuk mendeteksi fungsi ginjal, hati,
hipertrigliseridemia, tingginya LDL, dan adanya diabetes mellitus.
5. Leukositosis di dapatkan pada fase akut.
Radiodiagnostik
1. Radiografi untuk mendeteksi adanya kalsifikasi sendi.
2. Radiografi di dapatkan adanya erosi pada permukaan sendi dan kapsul sendi.

Gambar 2.3 Radiografi pada arhtritis gout krosis, dimana di dapatkan adanya
erosi dan klasifikasi sendi metatarsophalangeal pertama.
13

2.1.7 Penatalaksanaan Medis Gout Arhtritis


1. Farmakologis
a. Stadium I (Asimtomatik)
1) Biasanya tidak membutuhkan pengobatan
2) Turunkan kadar asam urat dengan obat-obat urikosurik dan
penghambat xanthin oksidase.
b. Stadium II (Arhtritis Gout akut)
a) Kalkisin di berikan 1 mg(2 tablet)kemudian 0,5 mg (1 tablet) setiap
2 jam sampai serangan akut menghilang
b) Indometasin 4 x 50 mg sehari.
c) Fenil butazon 3 x 100-200 mg selama serangan, kemudian di
turunkan.
d) Penderita ini di anjurkan untuk diet rendah purin, hindari alkohol dan
obat-obatan yang menghambat ekskresi asam urat.
c. Stadium III (Interkritis)
a) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti banyak makan
lemak, alcohol dan orotein, trauma dan infeksi.
b) Berikan obat profilaktik (kalkisin 0,5-1 mg indometasin tiap hari).
d. Stadium IV (Gout Kronik)
a) Allopurinol 100 mg 2 kali/hari menghambat enzim xantin oksidase
sehingga mengurangi pembentukan asam urat.
b) Obat-obat urikosurik yaitu prebenesid 0,5 mg/hari dan
sulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak tahan terhadap
benemid.
c) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan konservatif
perlu dieksisi (Aspiani, 2014).
2. Non Farmakologis
Penyakit asam urat memang sangat erat kaitannya dengan pola makan
seseorang. Pola makan yang tidak seimbang dengan jumlah purin yang sangat
tinggi merupakan penyebab penyakit ini. Meskipun demikian, bukan berarti
penderita asam urat tidak boleh mengkomsumsi makanan yang sangat
14

megandung protein asalkan jumlahnya di batasi. Selain itu , pengaturan diet


yang tepat bagi penderita asam urat mampu mengontrol kadar asam urat
dalam darah .berkaitan dengan diet tersebut, berikut ini beberapa prinsip diet
yang harus di patuhi oleh penderita asam urat.
a. Membatasi asupan purin atau rendah purin
Pada diet normal, asupan purin biasanya mencapai 600-1000 mg perhari.
Namun penderita asam urat harus membatasi menjadi 120-150 mg
perhari. Purin merupakan salah satu bagian dari protein. Membatasi
asupan purin berarti juga mengurangi konsumsi makanan yang berprotein
tinggi. Asupan protein yang di anjurkan bagi penderita asam urat sekitar
50-70 gram bahan mentah perhari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari.
b. Asupan energi sesuai dengan kebutuhan
Jumlah asupan energi harus di sesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi badan dan berat badan.
c. Mengonsumsi lebih banyak karbohidrat
Jenis karbohidrat yang di anjurkan untuk di konsumsi penderita asam
urat adalah karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi.
Karbohidrat kompleks ini sebaiknya di konsumsi tidak kurang dari 100
gram perhari, yaitu sekitar 65-75% dari kebutuhan energi total.
d. Mengurangi konsumsi lemak
Makanan yang mengandung lemak tinggi seperti jeroan, seafood,
makanan yang di goreng, makanan yang bersantan, margarin, mentega,
avokad, dan durian sebaiknya di hindari. Konsumsi lemak sebaiknya
hanya 10-15% kebutuhan energi total.
e. Mengkonsumsi banyak cairan
Penderita rematik dan asam urat di sarankan untuk menkonsumsi cairan
minuman 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Cairan ini bisa di peroleh dari air
putih, kopi, cairan dari buah-buahan yang mengandung banyak air seperti
: apel , pir, jeruk, semangka, melon, blewah, dan belimbing.
f. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol
Alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini bisa
menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Karena itu, orang yang
15

sering mengonsumsi minuman beralkohol memiliki kadar asam urat yang


lebih tinggi di bandingkan dengan orang tidak mengonsumsinya .
g. Mengonsumsi cukup vitamin dan mineral
Konsumsi vitamin dan mineral yang cukup, sesuai dengan kebutuhan
tubuh akan dapat mempertahankan kondisi kesehatan yang baik.
2.1.8 Penatalaksanaan Tradisional Gout Arhtritis
Kompres hangat jahe merah merupakan terapi non farmakologi yang dapat
digunakan untuk mengurangi nyeri gout arthritis. Adapun efek yang terdapat
dalam kompres hangat jahe merah yaitu respon tubuh terhadap panas
menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan ketegangan otot,
meningkatkan metabolisme jaringan. Pemberian kompres hangat jahe dapat
memperbaiki sirkulasi darah dalam tubuh, dan mengurangi rasa nyeri. Jahe merah
juga bisa mengurangi nyeri karena jahe merah memiliki kandungan senyawa
gingerol dan shogoal yaitu senyawa panas dan pedas pada jahe merah yang
memiliki sifat anti inflamasi non steroid, rasa pedas dari kompres hangat jahe
merah akan mengurangi peradangan, meredakan nyeri dan kaku. (Susanto dan
Fitriana, 2017).
2.2 Konsep Dasar Keluarga
2.2.1 Definisi Keluarga
Menurut Friedman (dalam Setiana, I.A, 2016), keluarga adalah dua atau
lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing – masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan.
Menurut Effendy (dalam Bangga D.F., 2015), keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan.
Menurut Padila (2014), keluarga adalah kumpulan dua orang tau lebih
yang hidup bersama dengan kerikatan aturan emosi dan emosional dan individu
mempunyai peran masing – masing yang merupakan bagian dari keluarga.
16

2.2.2 Bentuk Keluarga


Menurut Effendy (dalam Bangga D.F., 2015), bentuk keluarga adalah :
1. Keluarga inti (nuclear family) merupakan keluarga yang dibentuk karena
ikatan perkawinan yang di rencanakan dan terdiri dari suami, istri, dan anak –
anak, bak dilahirkan secara natural maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin) merupakan suatu unit keluarga tempat asal
seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga ini yang ditambah dengan
keluarga lain (karena ada hubungan darah) misalnya, kakek, nenek, bibi,
paman, sepupu.
4. Keluarga modern adalah keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga tanpa
anak, serta keluarga pasangan sejenis (gay/lesbian family).
5. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga lain.
6. Keluarga duda atau janda (single family) keluarga yang terbentuk karena
perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.
7. Keluarga komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan
poligami dan hidup bersama.
8. Keluarga kohabitasi (kohabitation) adalah dua orang yang menjadi satu
keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.
9. Keluarga inses (incest family) adalah seiring dengan masuknya nilai – nilai
global dan pengaruh informasi dalam beberapa tempat, dijumpai bentuk
keluarga yang tidak lazim, misalnya perempuan menikah dengan ayah
kandungnya.
10. Keluarga tradisional dan non tradisional adalah keluarga tradisional yang
terikat oleh perkawinan, sedangkan non tradisional tidak terikat perkawinan.
2.2.3 Struktur Keluarga
Menurut Friedman (dalam Harmoko hal 19. 2012), struktur keluarga
digambarkan sebagai berikut :
2.2.3.1 Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hirarki kekuatan. 20
17

Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesan, memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup ,
adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang
isu dan pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi,
ekspresi perasaan tidak jelas, judgemental ekpresi,dan komunikasi tidak sesuai.
Pnerima pesan gagal dalm mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negatif),
terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
1. Karakteristik pemberi pesan :
a. Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
b. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c. Selalu menerima dan meminta timbal balik.
2. Karakteristik pendengar :
1. Siap mendengarkan.
2. Memberikan umpan balik.
3. Melakukan validasi.
2.2.3.2 Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
Posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai
istri atau suami.
2.2.3.3 Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengkontrol,
memengaruhi atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legimate power), ditiru
(refent power), keahlian (exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive
power), dan efektif power.
2.2.3.4 Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide – ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang
18

diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga,dan lingkungan


masyarakat disekitar keluarga.
1. Nilai adalah suatu sistem sikap yang secara sadar atau tidak dapat
mempersatukan anggota keluarga.
2. Norma adalah pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
3. Budaya adalah kumpulan dari pada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2.2.4 Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Harmoko (2012), tahap perkembangan keluarga seperti berikut
ini :
1. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing- masing individu, yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah meninggalkan
keluarga masing masing secara psikologis keluarga tersebut perlu
mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan
penyesuaikan peran fungsi sehari - hari. Masing - masing pasangan
mengahadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya dan mulai membina
hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial masing – masing.
Masing – masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan
sendiri dan pasangannya. Misalnya, kebiasaan makan, tidur, bangun pagi,
bekerja, dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan waktu
yang tepat untuk mempunyai anak dan berupa jumlah anak yang diharapkan.
Tugas perkembangan le;uarga pada tahap ini antara lain :
a. Membina hubungan intim.
b. Menetapkan hubungan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok sosial.
d. Merencanakan anak (KB).
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan untuk menjadi
orang tua.
19

f. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing


family).
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan
(2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan
suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran
bayi pertama memberikan perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga
pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan
bayi. Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan
merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi.
23 Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas
perkembangan pada masa ini anatara lain :
a. Persiapan menjadi ruang tua.
b. Membagi peran dan tanggung jawab.
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suatu rumah yang
menyenangkan.
d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.
e. Memfasilitas role learning anggota keluarga.
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin
2. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (familie swith pre school)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir pada
saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap
kebutuhan – kebutuhan dan minat dari anak pra sekolah dalam meningkatkan
pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap sangat sibuk dan anak
sangat beruntung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa, sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan pekerjaan (punya
waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga
dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga dalam
merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan
perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan kerja sama
20

antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi


perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang barulahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot).
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
3. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with childern)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6
tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain
aktifitas disekolah, masing – masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri
demikian pula orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak.
Untuk itu, keluarga perlu bekerjasama untuk mencapai tugas perkembangan.
Pada tahap ini keluarga (orang tua)perlu belajar berpisah dengan anak,
memberikan kesempatan pada untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah
maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antar
lain :
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar.
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan.
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
d. Menyediakan aktifitas untuk anak.
e. Menyesuaikan pada aktifitas komunikasi dengan mengikutseratakan
anak.
21

4. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)


Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai usia 19 – 20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberikan tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubunan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
5. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lowsching
center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini tergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada
tahap ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anaknya untuk hidup mandiri. Saat semua anak meninggalkan
rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri
seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa kehilangan peran dalam
merawat anak dan merasa kosong karena anak – anaknya sudah tidak tinggal
serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu melakukan
aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memeliahara
hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara
lain :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua.
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
22

6) Bepergian sebagai suami, istri, kakek, nenek. 7) Menciptakan lingkungan


rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya.
6. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (muddle age families)
Tahap ini dimulai pada saat yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pension atau salah satu pasangan meninggal. Pasa saat ini semua anak
meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan
kesehatan dengan berbagai aktifitas. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini antara lain :
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah
minat sosial dan waktu santai.
c. Memulihkan hubungan antara generasi tua.
d. Keakraban dengan pasangan.
e. Memelihara hubungan atau kontak dengan anak dan keluarga.
f. Persiapan masa atau pension dengan meningkatkan keakraban pasangan.
7. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan
pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai
stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah
berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan
pekerjaan serta perasaan menurunya produktifitas dan fungsi kesehatan.
Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas
utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi
tinggal dirumah sendiri dari pada tinggal bersama anaknya. Tugas
perkembangan tahap ini antara lain :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Melakukan life review.
5) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.
23

2.2.5 Fungsi keluarga


Menurut Widyanto (2014), fungsi keluarga secara umum didefinisikan
sebagai hasil akhir atau akibat dari struktur keluarga. Adapun sebuah keluarga
mempunyai fungsi antara lain :
2.2.5.1 Fungsi afektif
Fungsi ini bekaitan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif untuk pemenuhan kebutuhan psikososial
keluarga. Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih sayang anggota keluarganya
karena respon kasih sayang satu anggota keluarga ke anggota keluarga lainnya
memberikan dasar penghargaan terhadap kehidupan keluarganya.
2.2.5.2 Fungsi sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Fungsi sosisalisasi dapat ditunjukkan dengan membina
sosialisasi pada anak, membentuk norma – norma tingkah laku sesuai tingkat
perkembangan anak, serta meneruskan nilai – nilai budaya keluarga.
2.2.5.3 Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
mansuai dengan memelihara dan membesarkan anak. Fungsi ini dibatasi oleh
adanya program KB, dimana setiap rumah tangga dianjurkan hanya memiliki dua
orang anak.
2.2.5.4 Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi keluarga dengan mencari sumber – sumber penghasilan
untuk memnuhi kebutuhan semua anggota keluarga seperti kebutuhan makanan,
tempat tinggal, pakaian, dan lain sebagainya. Fungsi ini juga termasuk pengaturan
pemakaian penghasilan keluarga serta menabung untuk memenuhi kebutuhan
keluarga dimasa yang akan datang.
2.2.5.5 Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan dengan melaksanakan praktik
asuhan keperawatan yaitu keluarga mempunyai tugas untuk memelihara kesehatan
anggota keluarganya agar tetap memiliki produktivitias dalam menjalankan
24

perannya masing-masing. Fungsi perawatan kesehatan ini dikembangkan menjadi


tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga (Friedman et
al, 2015).
1. Mengenal masalah atau gangguan kesehatan keluarga Kesehatan merupakan
kebutuhan keluarga yang perlu mendapatkan perhatian. Orang tua perlu
mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami anggota
keluarganya terutama berkaitan dengan kesehatan. Alasannya adalah ketika
terjadi perubahan sekecil apapun dialami keluarga, maka secara tidak
langsung menjadi perhatian orang tua atau keluarga.
2. Mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari bantuan yang tepat
sesuai dengan masalah kesehatan yang menimpa keluarga. Sumber daya
internal keluarga yang dianggap mampu memutuskan akan menentukan
tindakan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami. Jika
secara internal keluarga meiliki keterbatasan sumber daya, maka keluarga
akan mencari bantuan dari luar.
3. Merawat anggota keluarga yang sakit Tugas merawat anggota keluarga yang
sakit seringkali harus dilakukan keluarga untuk memberikan perawatan
lanjutan setelah memperoleh pelayanan kesehatan di isntitusi pelayanan
kesehatan. Tidak menutup kemungkinan juga ketika keluarga memiliki
kemampuan untuk melakukan tindakan pertolongan pertama, amak anggota
keluarga yang sakit dapat sepenuhnya dirawat oleh keluarga sendiri.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mendayagunakan potensi internal
yang ada di lingkungan rumah untuk mempertahankan kesehatn atau
membantu proses perawatan anggota keluarga yang sakit.
5. Menggunakan fasilitas kesehatan Tugas ini merupakan bentuk upaya keluarga
untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya dengan
memanfataakna fasilitas kesehatan yang ada.
25

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
keperawatan yang meliputi pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan keluarga,
perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan (Abi Muslihin,
2015).
Tahap – tahap proses keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya
(Andarmoyo, 2016).
2.3.1.1 Pengumpulan data
1. Data umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a. Kartu Keluarga (KK)
b. Alamat dan telepon
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di
identifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk komposisi
keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah
dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai
dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian
mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga tersebut,
tempat tinggal lahir atau umur, pekerjaan dan pendidikan. Genogram
keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan konstelasi
keluarga (pohon keluarga).
26

f. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga beserta kendala atau
masalah – masalah yang terjadi dengan jenis atau tipe keluarga.
g. Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa keluarga terkait dengan kesehatan.
h. Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
i. Status sosial ekonomi keluarga Status sosial ekonomi keluargaditentukan
oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga
lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh
kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang –
barang yang dimiliki oleh keluarga.
j. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama – sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan mengenai
tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala–kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti,
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing
anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit
termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
27

3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septi tank dengan 39
sumber air, sumber sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi
dengan denah rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW)
Menjelaskan mengenai karakterik dari tetangga dan komunitas setempat,
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga
dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas–fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan
dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk mengubah perilaku.
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing–masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
28

d. Nilai atau norma keluarga


Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
1) Berapa jumlah anak?
2) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga?
3) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga?
6. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga :
a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan.?
b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. ?
29

7. Stress dan koping keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang
1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
3) kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor yang dikaji
sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.
b. Strategi koping yang digunakan Dikaji strategi koping yang digunakan
keluarga apabila menghadapi permasalahan atau stress.
c. Strategi adaptasi disfungsional Dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan
atau stress.
8. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang diunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
9. Harapan keluarga ada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga kepada keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan
untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnyaterpapar informasi.
2. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakpercayaan diri mengatasi
masalah.
3. Jumlah skor untuk semua kriteria.
4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot.
Menurut Padila (2012), dalam menentukan prioritas banyak faktor yang
mempengaruhi untuk kriteria yang pertama yaitu sifat masalah, skor yang
lebih besar 3, diberikan pada tidak atau kurang sehat karena kondisi ini
30

biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga, ancaman kesehatan skor 2 dan
keadaan sejahtera 1. Untuk kriteria kedua yaitu kemungkinan masalah dapat
diubah, perawat perlu memperhatikan faktor – faktor berikut :
a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
b. Sumber daya keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan maupun tenaga.
c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
waktu.
d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi masyarakat
dan dukungan masyarakat.
Untuk kriteria ketiga yaitu potensi masalah dapat dicegah, perawat perlu
memperhatikan faktor – faktor berikut :
1) Kepelikan masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada.
3) Tindakan yang sedang dijalankan, yaitu tindakan – tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah.
4) Adanya kelompok high risk atau kelompok sangat peka menambah
masalah.
5) Untuk kriteria keempat yaitu menonjolnya masalah, perawat perlu
menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah
kesehatan tersebut.
2.3.3 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek – aspek yang dapat
diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku, atau persepsi pasien, keluarga
atau komunitas sebagai respon terhadap intervensi keperawatan. Luaran
keperawatan menunjukkan status status diagnosis keperawatan setelah dilakukan
31

intervensi keperawatan. Hasil akhir intervensi keperawatan terdiri dari indikiator –


indikator atau kriteria – kriteria hasil pemulihan masalah. Terdapat dua jenis
luaran keperawatan yaitu luaran positif (perlu ditingkatkan dan luaran negatif
(perlu diturunkan) (Tim Pokja SLKI PPNI, 2018).
32

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan


DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI SIKI
Defisit Pengetahuan Definisi : Setelah diberikan asuhan keperawatan Edukasi Kesehatan Observasi :
Ketidaktahuan atau kurangnya selama 2x 4 jam diharapkan keluarga 1. Identifikasi kesiapan dan
informasi kognitif yang berkaitan mampu meningkatkan pengetauan untuk kemampuan menerima informasi
dengan topik tertentu. menyelesaikan masalah. Luaran Utama 2. Identifikasi faktor yang dapat
Penyebab : Tingkat pengetahuan meningkatkan dan menurunkan
1. Keterbatasan kognitif 1) Perilaku sesuai anjuran motivasi perilaku hidup bersih dan
2. Gangguan fungsi kognitif meningkat sehat.
3. Kekeliruan mengikuti anjuran 2) Verbalisasi minat dalam belajar Terapeutik :
4. Kurang terpapar informasi meningkat Sediakan materi dan media pendidikan
5. Kurang minat dalam belajar 3) Kemampuan menjelaskan kesehatan jadwalkan pendidikan kesehatan
6. Kurang mampu mengingat pengetahuan tentang suatu sesuai kesepakatan, berikan kesempatan
7. Ketidaktahuan menemukan sumber topik meningkat untuk bertanya Edukasi :
informasi 4) Kemampuan menggambarkan Jelaskan faktor resiko yang dapat
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : pengalaman sebelumnya yang mempengaruhi kesehatan
a. Menanyakan masalah yang sesuai topik meningkat Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
dihadapi Objektif 5) Perilaku sesuai dengan Ajarkan strategi yang dapat di gunakan
b. Menunjukkan perilaku tidak sesuai pengetahuan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
anjuran 6) Pertanyaan tentang masalah dan sehat.
c. Menunjukkan persepsi yang keliru yang dihadapi menurun
terhadap masalah Gejala dan Tanda 7) Persepsi yang keliru terhadap
Minor Subjektif : masalah menurun Menjalani
 Objektif : pemeriksaan yang tidak tepat
a. Menjalani pemeriksaan yang tidak menurunPerilaku membaik
tepat
33

b. Menunjukkan prilaku berlebihan


( Apatis terhadap pertanyaan yang
diajukan)
Koping tidak efektif Definisi : Setelah diberikan asuhan keperawatan Dukungan pengambilan keputusan
Ketidakmampuan menilai dan selama 2x 4 jam diharapkan kemampuan 1. Observasi :
merespon stressor dan keluarga menilai dan merespon stressor a) identifikasi persepsi mengenal
ketidakmampuan menggunakan dan kemampuan menggunakan sumber masalah dan informasi yang
sumber sumber yang ada untuk sumber yang ada untuk mengatasi masalah memicu konflik
mengatasi masalah membaik. 2. Terapeutik :
. Penyebab : Luaran Utama a) fasilitasi melihat situasi secara
1. ketidakpercayaan terhadap Status koping realistik
kemampuan diri mengatasi 1. Kemampuan memenuhi peran b) motivasi mengungkapkan tujuan
masalah sesuai usia meningkat perawatan yang diharapkan
2. ketidakadekuatan sistem 2. Tanggung jawab diri meningkat c) hormati hak pasien untuk menolak
pendukung 3. Partisipasi social meningkat atau menerima informasi
3. ketidakadekuatan strategi koping 4. Sikap protektif menurun 3. Edukasi :
4. disfungsi system keluarga 5. Kemampuan membina hubungan a) informasikan alternative solusi
5. krisis situasional meningkat secara jelas
Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : b) berikan informasi yang diminta
1. mengungkapkan tidak mampu pasien.
mengatasi masalah Kolaborasi :
Objektif : a) Kolaborasi dengan tenaga
1. tidak mampu memenuhi peran kesehatanyang lain dalam
yang diharapkan memfasilitasi pengambilan
2. menggunakan meekanisme koping keputusan
yang tidak sesuai.
Gejala dan Tanda Minor
34

Subjektif :
1. tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasar
2. kehawatiran kronis
Objektif :
1. penyalahgunaan zat
2. memanipulasi orang lain untuk
memenuhi keinginan sendiri
3. prilaku tidak asertif
4. partisipasi social kurang
35

2.3.4 Implementasi keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Berdarsarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien
terhadap pencapain hasil dari tujuan keperawatan yang telah di tetapkan
sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan
klien, membandingkan respons klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan
hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan keperawatan klien.
Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian hasil, perawat akan mencatat
salah satu dari keputusan berikut, dalam lembar evaluasi atau dalam catatan
kemajuan pada saat di tentukan untuk melakukan evaluasi :
1. Lanjutkan : Diagnosis masih berlaku, tujuan dan kriteria standar masih
relevan
2. Direvisi : Diagnosis masih berlaku, tetapi tujuan dan tindakan
keperawatan memerlukan perbaikan
3. Teratasi : Tujuan keperawatan lebih di capai, dan rencana perawatan
tidak di lanjutkan
Evaluasi juga dapat di susun dengan menggunakan format SOAP, format
ini di gunakan apabila implementasi keperawatan dan evaluasi di dokumentasikan
dalam satu catatan yang di sebut catatan kemajuan. S (temuan perawat secara
subjektif), O (temuan perawat secara objektif), A (analisis), P (perencanaan)
(Sunaryo, 2015).
2.3.6 Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses yang sistematis dalam pelayanan
kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan kebutuhan,
mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan yang akan di
36

lakukan setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga meningkatkan atau
mempertahankan derajat kesehatannya (Nursalam, 2015).
Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis
dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang di lakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan
sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim
kesehatan, mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien
melakukan perawatan mandiri di rumah (Pribadi, 2019).
Discharge planning di dapatkan dari proses interaksi ketika perawat
professional, dokter, pasien, keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan
mengatur kontinuitas keperawatan. Perencanaan pulang di perlukan oleh pasien
dan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik,
rehabilitative, serta perawatan rutin yang sebenarnya, Perencanaan pulang akan
menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara perawatan yang di
terima pada waktu di rumah sakit dengan perawatan yang di berikan setelah
pasien pulang. Pemulangan pasien dari rumah sakit kembali ke rumah telah di
sepekati oleh pasien. Dengan melalui persetujuan pasien ini akan memberikan
kesempatan pada pasien untuk mempersiapkan diri untuk pemulangan. Persiapan
secara fisik, mental dan psikologis di perlukan untuk pemulangan (Junaidi, 2017).
BAB III
METODE STUDI KASUS

3.1 Jenis Studi Kasus


Jenis studi kasus dalam laporan ini adalah studi kasus Asuhan keperawatan
keluarga pada Tn.N dengan gout arhtritis di desa sekip kecamatan lubuk pakam.
3.2 Lokasi Studi Kasus
Studi kasus akan di lakukan di desa sekip kecamatan lubuk pakam.
3.3 Subjek dan Studi Kasus
Subjek dari studi kasus yang akan di lakukan adalah Tn.N dengan gout
arhtritis di desa sekip kecamatan Lubuk pakam.
3.4 Waktu Studi Kasus
Studi kasus akan di laksanakan Februari 2021- Mei 2022.
3.5 Instrumen Studi Kasus
Adapun teknik pengumpulan data dengan cara melakukan asuhan
keperawatan keluarga pada Tn.N.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang di gunakan adalah melakukan asuhan keperawatan
keluarga pada Tn.N untuk memperoleh keterangan yang jelas.

37
BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 Pengkajian
4.1.1 Data Umum
1. Nama KK : Tn. M
2. Usia : 56 Tahun
3. Alamat : JL. Pantai Labu Desa Sekip, Kec lubuk Pakam
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Pendidikan : SMA
6. Komposisi Keluarga :
Tabel 4.1 Komposisi Keluarga
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan
1. Tn. M 56 SMA Wiraswasta
2. Ny. R 54 SMA Ibu Rumah
Tangga
3. Tn. N 23 Mahasiswa Belum Bekerja
4. Tn. R 19 SMA Belum bekerja
5. Ny. Z 15 SMP Belum Bekerja

7. Genogram :

Tn. M Ny. R Ket :

: Laki-Laki

: Perempuan

Tn. N Tn. R Ny. Z


: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Klien

38
39

8. Tipe Keluarga : Keluarga Tn. N adalah tipe keluarga inti


yang terdiri dari bapak dan ibu dan
saudara kandung lainnya dengan status
Tn. N sebagai anak kandung tertua dari
tiga bersaudara.
9. Suku bangsa : Keluarga Tn. N merupakan mempunyai
dua suku dari bapak dan ibu yaitu bapak
suku jawa dan ibu suku minang dan pada
keluarga mereka tidak memiliki asuhan
kebiasaan–kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan anggota keluarganya.
10. Agama : Tn. N dan keluarga menganut ajaran
agama islam, kegiatan keagamaan yang di
lakukan oleh keluarga Tn. N di masjid
maupun di rumah.
11. Status sosial ekonomi keluarga : Tn. N sebagai mahasiswa di salah satu
universitas swasta kegiatan biasanya
sehari-hari menjaga toko selama masa
perkuliahan daring.
12. Aktifitas rekreasi keluarga : Keluarga Tn. N tidak banyak memiliki
waktu untuk berkumpul dan
berkomunikasi secara santai, pada siang
hari dan malam hari di karenakan bekerja.
4.1.2 Riwayat Tahap perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini : saat ini Tn. N Sebagai anak tertua
dari tiga bersaudara, tugas perkembangan keluarga Tn. N
a. Mempertahankan komunikasi terbuka
b. Mempersiapkan untuk hidup mandiri
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : tidak ada tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga Tn. N sedangkan tugas
keluarga yang belum optimal di capai sampai saat ini adalah merawat
40

kesehatan keluarga yaitu pada Tn.N yang menderita asam urat (Gout) yang
memerlukan pengetahuan dan perawatan dan perhatian khusus
3. Riwayat keluarga inti : Dalam Keluarga Tn. N menderita penyakit asam urat
(Gout). Sejak tahun 2021, Tn. M sebagai kepala keluarga dan keluarga tidak
mempunyai riwayat penyakit serius dan belum pernah di rawat rumah sakit.
4. Riwayat keluarga sebelumnya : kurang dari satu tahun yang lalu Tn. N
menderita asam urat (Gout) dengan hasil pemeriksaan lab yang urin acidnya
yang cukup tinggi atas batas normal
4.1.3 Lingkungan
1. Karakteristik Rumah : bangunan rumah terdiri dari satu lantai, terdiri ruang
tamu, 4 kamar, 2 kamar mandi, dan ruang makan, lantai rumah keadaan
bersih dan penataaan alat dan perabotan rumah tangga cukup rapi dan bersih,
setiap kamar tidur memiliki jendela yang penerangan cukup. Berikut adalah
denah dari hasil pengkajian yang di lakukan di rumah Tn.N :
Denah Rumah
a. Teras
b. Ruang tamu
c. Kamar tidur
d. Kamar mandi
e. Ruangan makan
2. Karaktersitk tetangga dan komunitas : sebagian besar tetangga Tn. N bekerja
sebagai buruh dan pedagang, Tn. N mengatakan hubungan dengan tetangga
sekitar baik dan komunikasi dengan tetangga juga baik Tn. N mengatakan
banyak menghabiskan waktu di tempat toko jualan yang sedang di jaganya.
4.1.4 Struktur keluarga
1. Struktur peran : Tn. N merupakan anak kandung dan tertua untuk adik-
adiknya
2. Norma dan Nilai Keluarga : peraturan maupun pandangan dan nilai-nilai yang
di terapkan keluarga adalah ketika siang hari adik Tn. N yang tinggal satu
rumah harus istirahat siang setelah beraktifitas/belajar di sekolah, begitupun
bapak dan ibunya Tn. N dan sejauh ini tidak ada norma yang dianut oleh
keluarga Tn. N selain aturan dari agama yang dianut yakni agama islam.
41

3. Pola komunikasi keluarga : setiap keputusan yang diambil oleh Tn. N


sebagai anak yang paling tua, sejauh ini tidak ada masalah komunikasi yang
di hadapi, dalam berkomunikasi sehari-hari Tn. N komunikasi dengan
keluarga menggunakan bahasa Indonesia,
4. Struktur kekuatan keluarga : keluarga terdiri dari bapak dan ibu, Tn. N dan
adiknya 2 orang dan keputusan di ambil oleh kepala keluarga yaitu Tn. M
selaku kepala keluarga.
4.1.5 Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif : Keluarga Tn. N adalah suatu keluarga yang berkecukupan.
Dalam menggapai satu tujuan selalu mendapatkan dukungan dari anggota
keluarga yang lain. Kehangatan dapat tercipta karena anggota keluarga penuh
pengertian, saling menghormati dan ada rasa tanggung jawab.
2. Fungsi sosial : keluarga Tn. N mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial
yang baik pada tiap anggota keluarga selain itu untuk bersosialisasi tidak
memandang ras, suku, dan agama pada orang sekitar dan tetangga
3. Fungsi perawatan kesehatan : keluarag Tn. N mengatakan jika ada salah satu
anggota keluarga sakit. Tn. M selaku kepala keluarga langsung membawa
anggota keluarga ke puskesmas terdekat.
Tn. M mengatakan sebenarnya anaknya Tn. N menderita asam urat (Gout)
yang begitu tidak normal, sudah satu tahun yang lalu, baru akhir-akhir ini Tn.
N memikirkan tentang penyakit yang di deritanya dan merasakan nyeri sendi
di kakinya terasa sakit sesaat.
4. Fungsi reproduksi : Tn. N masih seorang mahasiswa di suatu universitas
swasta dan mempunyai dua orang adik yang masih di bawah umur.
5. Fungsi ekonomi : Tn. N seorang mahasiswa,kegiatan sehari-hari menjaga
toko dan sambilan kuliah daring di karenakan pandemi, untuk sekarang yang
bekerja di keluarga Tn. N adalah bapak dan ibunya untuk menghidupi
kebutuhan sehari-hari keluarga nya terutama untuk anak-anaknya.
4.1.6 Stress dan koping keluarga
1. Stressor jangka panjang dan pendek : stressor yang di rasakan saat ini di
rasakan keluarga Tn. N selama beberapa bulan terakhir ini adalah penyakit
42

nyeri sendi pada kaki yang kadang muncul ketika Tn. N merasa kelelahan
fisik setelah beraktifitas.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor : keluarga Tn. N
sudah bisa beradaptasi dengan penyakit di derita. Setiap kali kambuh keluarga
menyuruh Tn, N untuk beristirahat dan berobat besoknya.
3. Strategi koping yang di gunakan : keluarga mengatakan bila ada masalah
yang muncul akan berusaha di selesaikan sendiri dan juga meminta pendapat
kepada anggota keluarga lainnya agar dapat mencari solusi atas penyakit yang
di derita Tn. N.
4. Strategi adaptasi disfungsional : setiap ada masalah keluarga Tn. N
menyelesaikannya dengan adaptasi terbuka dan positif.
4.1.7 Pemeriksaan Fisik :
keadaan fisik dari Tn. N pemeriksaan tanda tanda vital dapat di lihat dari
table di bawah ini.
Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik
kepala
No Nama Umur TTV dan Leher Dada Abdomen Ekstrimitas
rambut
1. Tn. N 23 TD: 117/60 Bersih Tidak ada Simetris Simetris Bagian ekstremitas
Tahun mmHg dan pembesar di bagian kaki
TB:167 cm simetris an kanan dan kiri di
BB: 51 Kg kelenjar karenakan kadang-
T: 36,C thiroid kadang mengalami
rasa nyeri

4.1.8 Harapan Keluarga


Harapan keluarga terutama kedua orang tua semoga penyakit asam urat
yang di derita pada Tn. N dapat teratasi dengan baik, dan berharap normal
kembali dan dapat beraktifitas seperti anak sebayanya pada umumnya. Karena
keluarga sangat menyayangkan untuk seumuran Tn. N sudah mempunyai kadar
asam urat yang di batas normal, maka dari itu keluarga berharap pengobatannya
secara rutin baik pengobatan medis maupun tradisional, berjalan dengan lancar,
supaya tidak timbulnya penyakit yang lain pada Tn. N dan selalu berdoa kepada
tuhan semoga di angkatkan segala penyakitnya. Sebab itu yang paling utama
untuk kesembuhan anak nya yaitu Tn. N.
43

4.2 Analisa Data


Tabel 4.3 Analis Data
No Data Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Data Subjektif : Defisit pengetahuan
a. Tn. N mengatakan tidak tahu
tentang penyakit, belum
mengerti bagaimana tanda dan
cara mengatasinya.
b. Tn. N bertanya tentang
penyebab penyakit yang di
derita.
c. Tn.N beranggapan bahwa
semua makanan sumber hayati
tidak menimbulkan penyakit.

Data Objektif :
Tn. N Kurang responsive pada saat
di beri informasi
a. Pemeriksaan kadar asam urat
13,3 mg/dl
b. TTV : TD :116/74 mmHg
BB : 51kg
TB : 165 cm
2. Data Subjektif Gangguan rasa nyaman
a. Tn. N mengatakan nyeri
muncul setelah mengkomsumsi
sayur ,daging karena Tn. N
selalu mengkonsumsi sayur
untuk dimakan sehari-hari dan .
Tn. N dan keluarga
mengatakan tidak tahu tentang
penyakit asam urat.(Gout)
b. Tn. N tidak tahu bagaimana
cara mengurangi rasa sakit saat
penyakit asam uratnya kambuh.

Data Objektif :
a. Pada bagian persendian pada
kaki masih tampak kaku
b. Kadar asam urat 13,3 mg/dl
c. TTV : TD : 116/74 mmHg
BB : 51 kg
TB : 165 cm
44

4.3 Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.4 Diagnosa Keperawatan
No Tanggal Muncul Diagnosa Tanggal teratasi TTD
1. 08 maret 2022 Defisit 08 maret 2022
pengetahuan
2. 08 maret 2022 Gangguan rasa 08 maret 2022
nyaman
45

4.4 Intervensi Keperawatan


Tabel 4.5 Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
Kode Diagnosa Keperawatan Kode Luaran Kode Intervensi
1. D.0111 Defisit Pengetahuan L. 12111 Setelah di berikan asuhan I.12383 Intervensi Utama :
Tanda dan Gejala : keperawatan selama 2x60 menit Edukasi Kesehatan
1. Menanyakan masalah yang keluarga mampu meningkatkan Observasi :
di hadapi pengetahuan akan masalah yang di 1. Identifikasi kesiapan dan
2. Menunjukkan perilaku alami Tn. N kemampuan menerima informasi
tidak sesuai anjuran Luaran Utama 2. Identifikasi faktor-faktor yang
3. Menunjukkan persepsi yang Tingkat pengetahuan dapat meniingkatkan dan
keliru terhadap masalah Kriteria: menurunkan motivasi perilaku
4. Menjalani pemeriksaan 1. Perilaku sesuai anjuran meningkat hidup bersih dan sehat
yang tidak tepat 2. Verbalisasi minat dalam belajar Terapeutik :
5. Menunjukkan perilaku meningkat 1. Sediakan materi dan media
berlebihan (mis, apatis, 3. Kemampuan menjelaskan pendidikan kesehatan
bermusuhan, agitasi, npengetahuan tentang suatu topik 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
histeria) meningkat sesuai kesepakatan
Faktor yang berhubungan : 4. Kemampuan menggambarkan 3. Berikan kesempatan untuk
1. Kurang terpapar informasi pengalaman sebelumnya yang bertanya
2. Kurang minat dalam belajar sesuai topik meningkat Edukasi :
3. Kurang mampu mengingat 5. Pertanyaan tentang masalah yang 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
4. Ketidaktahuan menemukan di hadapi menurun mempengaruhi kesehatan
sumber informasi 6. Persepsi yang keliru terhadap 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
masalah menurun sehat
7. Menjalani pemeriksaan yang tidak 3. Ajarkan strategi yang dapat di
tepat menurun gunakan untuk meningkatkan
46

8. Perilaku membaik perilaku hidup bersih dan sehat

Intervensi Pendukung :
1. Bimbingan sistem kesehatan
2. Promosi kesiapan penerimaan
informasi
:2. D.0074 Gangguan rasa nyaman L.08064 Setelah di berikan asuhan I.08238 Intervensi Utama :
Tanda dan Gejala : keperawatan selama 2x60 menit Tn. N Manajemen nyeri
1. Mengeluh tidak nyaman dan keluarga mampu mengatasi Observasi :
2. Gelisah masalah gangguan rasa nyaman yang 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
3. Menunjukkan gejala distress di alami Tn. N durasi, frekuensi, kualitas,
4. Tampak merintih/menangis Luaran Utama intensitas nyeri
5. Pola eliminasi berubah Status Kenyamanan 2. Identifikasi skala nyeri
6. Postur tubuh berubah Kriteria : 3. Identifikasi respons nyeri non
7. Iritabilitas 1. Kesejahteraan fisik meningkat verbal
Faktor yang berhubungan 2. Kesejahteraan psikologis 4. Identifikasi faktor yang
1. Gejala penyakit meningkat memperberat dan memperingan
2. Kurang pengendalian 3. Dukungan sosial dari keluarga nyeri
situasional/lingkungan meningkat 5. Identifikasi pengetahuan dan
3. Kurangnya privasi 4. Dukungan sosial dari teman keyakinan tentang nyeri
4. Gangguan stimulus meningkat 6. Identifikasi pengaruh budaya
lingkungan 5. Perawatan sesuai keyakinan terhadap respon nyeri
budaya menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
6. Perawatan sesuai kebutuhan kualitas hidup
meningkat 8. Monitor keberhasilan terapi
7. Kebebasan melakukan ibadah komplementer yang sudah di
meningkat berikan
47

8. Keluhan tidak nyaman menurun 9. Monitor efek samping penggunaan


9. Keluhan sulit tidur menurun analgetik
10. Merintih menurun Terapeutik :
11. Menangis menurun 1. Berikan teknik nonfarmakologis
12. Lelah cukup menurun untuk mengurangi rasa nyeri(mis,
13. Pola tidur membaik TENS, hipnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri ( mis, suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandi
4. Anjurkan menggunakann analgetik
secara tepat
5. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
48

6. Ajarkan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
Intervensi Pendukung :
1. Pemantauan nyeri
2. Kompres panas
49

4.5 Implementasi Keperawatan Keluarga


Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan Keluarga
No Hari/tgl Jam Implementasi Paraf
1. Kamis 10 Maret 2022 08.45 1. Memperkenalkan diri dan
Membina hubungan saling
percaya pada pasien dan
keluarga pasien
Respon : pasien dan keluarga
menerima kedatangan perawat
08.50 2. Menjelaskan kontrak dan
waktu dan tujuan pertemuan
Respon : pasien dan keluarga
memperhatikan saat di beri
penjelasan dan mampu
menjelaskan kembali.
09.20 3. Menjelaskan tentang penyakit
Gout Arhtritis
Respon : Pasien dan keluarga
memperhatikan saat di beri
penjelasan dan mampu
menjelaskan kembali.
09.30 4. Menganjurkan pasien dan
keluarga melaksanakan prilaku
hidup bersih dan sehat
09.35 5. Memberi kesempatan kepada
anggota keluarga untuk
bertanya terkait program
pengobatan gout arhtritis.
10.00 6. Menutup pertemuan hari ini.
7. Kontrak waktu pertemuan
berikutnya
2. Jumat,11 maret 2022 08.45 1. Membina hubungan saling
percaya pada pasien dan
keluarga pasien
Respon : pasien dan keluarga
menerima kedatangan perawat
08.50 2. Menjelaskan kontrak waktu
dan tujuan pertemuan
Respon : pasien dan keluarga
menyetujui kontrak yang di
buat oleh perawat
09.20 3. Menjelaskan penyakit gout
arhtritis
Respon : pasien dan keluarga
memperhatikan saat di beri
50

penjelasan dan mampu


menjelaskan kembali.
09.25 4. Meminta pasien dan keluarga
menjelaskan apa yang di bahas
pertemuan kemarin
09.28 5. Memberikan kesempatan
kepada anggota keluarga untuk
bertanya terkait program
pengobatan gout arhtritis
09.30 6. Menjawab pertanyaan yang dia
ajukan keluarga
09.35 7. Menutup pertemuan hari ini
3. Sabtu, 12 maret 2022 08.45 1. Membina hubungan saling
percaya pada pasien dan
keluarga
Respon : pasien dan keluarga
menerima kedatangan perawat
08.50 2. Menjelaskan kontrak waktu
dan tujuan pertemuan
Respon : pasien dan keluarga
menyetujui kontrak yang di
buat oleh perawat
09.20 3. Observasi tanda vital
TD : 120/90 mmHg
N :88 x/menit
S : 36,2 C
RR : 20 x/menit
09.25 4. Identifikasi persepsi mengenal
masalah yang di derita
09.28 5. Memberikan pendidikan
kesehatan pada pasien
09.30 6. Mengijinkan pasien untuk
bertanya
09.35 7. Menjawab pertanyaan pasien
09.45 8. Menutup pertemuan hari ini
10.00 9. Kontrak waktu pertemuan
berikutnya
51

4.6 Evaluasi
Tabel 4.7 Evaluasi keperawatan Keluarga
No Hari /tgl Diagnosa Evaluasi
keperawatan
1. Kamis, 10 Maret 2022 Defisit pengetahuan DS :
1. pasien maupun keluarga
mengatakan sebagian tau
tentang penyakit, tapi belum
mengerti bagaimana tanda
gejala dan cara mengatasinya
2. Tn. N maupun keluarga
mengatakan tidak tau diet
apa yang cocok untuk
penderita gout arhtritis
DO :
3. Ttv : TD : 120 /80 mmHg
S : 36,c
TB : 165 cm
BB : 50kg
Pemeriksaan kadar asam urat
:
13,3 mg/dl
a. Kegagalan Tn. N
menjelaskan diet yang
cocok untuknya.
b. Tn. N tidak mengetahui
apa saja yang di perlukan
untuk menurunkan kadar
asam urat

A. : masalah ketidak
mampuan keluarga
mengenal masalah
kesehatan belum
teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2. Jumat, 11 Maret 2022 Defisit pengetahuan DS :
1. Pasien mengatakan keluarga
sudah dapat menjelaskan
tentang penyakit, tanda dan
gejala dan cara mengatasinya
dengan baik.
2. Pasien maupun keluarga
mampu menjelaskan dan
melakukan diet apa yang
cocok untuk penderita gout
52

arhtritis
3. Pasien berusaha untuk rajin
berolahraga
DO :
1. TTV :
a. TD : 120/mmHg
b. S : 36,c
c. TB : 165 cm
d. BB : 50kg
e. Pemeriksaan kadar asam
urat 13,3 mg/dl
2. Tn. N mampu menjelaskan
diet yang cocok untuk nya
dengan benar
3. Tn. N mengetahui dan
melakukan apa saja yang di
perlu di lakukan untuk
menurunkan kadar asam urat
A : Masalah
ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah kesehatan
teratasi
P : intervensi di hentikan
3. Sabtu, 12 Maret 2022 Gangguan rasa nyaman DS :
1. Tn. N mengatakan sudah
paham cara mengatasi rasa
nyeri yang kadang muncul
Tn. N sudah memahami
makanan apa saja yang harus
dipantangi untuk penyakit (Gout)
2. Tn.N sudah mengetahui
tindakan apa yang harus di
lakukan ketika rasa nyeri
muncul
DO :
1. TD : 110/60mmHg
2. Pemeriksaan kadar asam urat
: 13,3 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Masalah Teratasi

4.7 Pembahasan
53

Dalam pembahasan ini peneliti akan menguraikan tentang kesenjangan


yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam Asuhan
keperawatan Gout Arhtritis dengan masalah keperawatan defisit pengetahuan dan
gangguan rasa nyaman yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
4.7.1 Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk di kaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik maupun spritual dapat di tentukan.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. N di jelaskan bahwa Tn. N kurang
mampu mengenal masalah kesehatan yang di alaminya. Dan keluarga tidak
mampu memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit di buktikan
dengan keluarga yang sakit di berikan makanan yang sama dengan anggota
keluarga yang sehat dan anggota keluarga yang sakit. Pada tinjauan kasus hal ini
bisa di ambil kesimpulan bahwa masalah keperawatan Tn.N adalah defisit
pengetahuan pada tinjauan kasus : faktor berhubungan dengan defisit pengetahuan
adalah gangguan fungsi kognitif, gangguan memori, kurang informasi, kurang
minat untuk belajar, kurang sumber pengetahuan, dan salah pengertian terhadap
orang lain. (tim pokja SDKI PPNI, 2017).
Pada tinjauan kasus pasien mengatakan akhir akhir ini sering merasakan
nyeri pada kaki kanan dan kiri karena tidak mengetahui diet yang cocok pada
penderita gout arhtritis. Gejala yang di rasakan nyerinya muncul secara tiba-tiba.
Pada tinjauan pustaka. kronologi peristiwa terjadi pada saat kadar asam urat dalam
darah melebihi batas normal yang dapat menyebabkan penumpukan asam urat
dalam persendian sehingga terjadi rekreasi inflamasi pada persendian dan muncul
gejala salah satunya nyeri.
Pada tinjauan kasus pasien mengatakan jumlah orang yang tinggal di
rumah ada 5 orang, ruangan bersih, dan rapi, penerangan dan sirkulasi udara baik,
kamar mandi dan wc tidak licin karena setiap 2 minggu sekali selalu di kuras dan
di pinggir tembok ada pegangan agar tidak jatuh, pencahayaan dan ventilasi di
kamar mandi dan wc sudah cukup baik, pembuangan air kotor di buang di
54

selokan, sumber air minum dari air hujan lalu di masak untuk di minum,
pembuangan sampah di bak penampungansampah lalu di bakar dan tidak ada
sumber penvemaran lingkungan di sekitar rumah.
Pada tinjauan kasus keadaan umum pasien terlihat cukup baik. Dan
terkadang pasien tampak meringis saat kaki terasa nyeri, pasien tampak gelisah,
skala nyeri : 6, TTV : TD : 120/mmHg, N : 80x/menit, RR : 22x/menit, S : 36,6 C
pemeriksaan kadar asam urat 13,1mg/dl. nilai tersebut artinya purin dalam tubuh
tergolong tinggi. Sedangkan pada tinjauan pustaka Hiperurisemia dan penyakit
ginjal memiliki hubungan sebab akibat. Gangguan fungsi ginjal bisa menganggu
ekskresi asam urat. Namun, kadar asam urat yang terlalu tinggi juga bisa
menganggu kinerja dan fungsi ginjal .
4.7.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien Gout Arhtritis adalah :
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi,
kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri
Dari semua diagnosis yang terdapat pada teori hanya muncul 2 diagnosis pada
kasus Tn. N yaitu defisit pengetahuan dan gangguan rasa nyaman, karena
pasien mengalami semua permasalahan yang di jabarkan dalam teori yang
meliputi keluhan keluhan yang di alami oleh pasien yaitu kurang terpapar
informasi, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber
informasi dan mengeluh nyeri di bagian lutut kanan dan kiri saja dimana
nyerinya itu hilang timbul dan terasa tertusuk-tusuk, sehingga wajah tampak
meringis dan gelisah, kesulitan bergerak saat nyeri itu muncul.
4.7.3 Intervensi Keperawatan
Pada rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa defisit
pengetahuan tentang kurangnya informasi dan gangguan rasa nyaman
berhubungan dengan nyeri di lakukan dalam bentuk asuhan keperawatan yang
disesuai kan dengan Standart Luaran Indonesia dan Standart Intervensi
Keperawatan Indonesia dengan kondisi pasien. Sedangkan pada tinjauan pustaka
di Intervensi Keperawatan dengan diagnosa defisit pengetahuan berhubungan
55

dengan kurangnya informasi dan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
fisologis semua tindakan asuhan keperawatan yang di rancang untuk membantu
pasien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ketingkat yang di inginkan
dalam hasil yang di harapkan. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai
oleh peneliti, perawat, atau intervensi kolaboratif. Menurut peneliti berdasarkan
intervensi yang sudah di rencanakan terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka
dan tinjauan kasus dengan pembahasan pada kasus Tn. N di sesuaikan dengan
kondisi sekarang dimana tahapan-tahapan perencanaan yang ada pada pasien
sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien, sedangkan pada tinjauan pustaka
tahapan-tahapan perencanaan yang ada tidak sesuai dengan keadaan dan kondisi
pasien tetapi di jabarkan secara rinci mengenai perencanaan keperawatan yang
muncul pada pasien Gout Arhtritis secara umum.
4.7.4 Implementasi Keperawatan
Pada implementasi keperawatan pertama pada Tn. N yang di lakukan pada
tanggal kamis 10, maret 2022 jam 08.45 WIB yaitu memperkenalkan diri, bina
hubungan saling percaya antara pasien dengan peneliti dan membantu pasien
mengidentifikasi pemicu penyebab terjadinya nyeri. Implementasi sudah di
laksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan ada pasien dengan Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan gangguan rasa
nyaman nyeri, dengan kurun waktu 3 hari yang disesuaikan dengan kondisi
pasien. Ada 3 tahap implementasi yaitu fase orientasi, fase kerja, fase terminasi.
Implementasi di katakan berhasil jika komunikasi terapeutik antara peneliti
dengan pasien ada umpan balik dari rencana asuhan keperawatan yang di
rencanakan. Menurut peneliti implementasi keperawatan terjadi kesenjangan
karena implementasi keperawatan di tinjauan pustaka hanya di jelaskan
konsepnya saja sedangkan pada pengkajian Tn. N implementasi keperawatan di
lakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Dalam pelaksanaanya peneliti tidak selalu lancar dalam melakukan tahapan-
tahapan yang telah di susun, tetapi pelaksanaannya peneliti melaksanakan
intervensinya secara berkesinambungan antara susunan intervensi yang telah di
tetapkan menurut Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI).
56

4.7.5 Evaluasi Keperawatan


Pada evaluasi keperawatan di lakukan dalam 4 hari berurut-turut setelah di
lakukan interakasi terhadap pasien. Secara keseluruhan tindakan keperawatan di
lakukan selama 3 hari yang di lakukan peneliti dapat di evaluasi bahwa pasien
mampu membina hubungan saling percaya, mampu memgidentifikasi faktor yang
yang memperberat dan meringankan nyeri, pasien sudah paham mengenai faktor
penyebab gout, diet yang cocok serta cara menurunkan asam urat dan pemicu
nyeri, pasien mampu melakukan kegiatan yang telah di latih serta mau mengikuti
kegiatan yang di rancang peneliti. Evaluasi dapat di bagi dua yaitu evaluasi hasil
atau formatif yang di lakukan setiap selesai melakukan tindakan dan evaluasi
proses atau sumatif yang di lakukan dengan membandingkan respon pasien pada
tujuan khusus dan umum yang telah di tentukan.
BAB V
PENUTUP

Setelah di lakukan penelitian dan melaksanakan asuhan keperawatan


secara langsung kepada pasien dengan kasus Gout Arhtrtis di Desa Sekip
Kecamatan Lubuk Pakam, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sekaligus
saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan
Keluarga pada Tn. N. dengan gangguan sistem muskuloskeletal gout arhtritis di
Desa Sekip kecamatan Lubuk Pakam.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang telah di uraikan tentang asuhan keperawatan gout arhtritis,
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian dan teori peneliti menemukan kesenjangan pada
pengkajian riwayat kesehatan keluarga, riwayat tempat tinggal dan
pemeriksaan fisik. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kedua
pengkajian tersebut ada yang tidak berpengaruh terhadap pasien dan keluarga
Tn. N.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang di dapat yaitu defisit pengetahuan dan gangguan rasa nyaman
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang di rumuskan pada diagnosa prioritas yang muncul pada
pasien di lakukan melalui 1 jenis tindakan yaitu tindakan mandiri seperti
kompres hangat
4. Implementasi Keperawatan
Semua tindakan yang di implementasikan kepada pasien sesuai dengan
rencana tindakan keperawatan yang telah di tetapkan oleh peneliti. Pada
diagnosa keperawatan defisit pengetahuan dan gangguan rasa nyaman di
butuhkan pelaksanaan 4 hari.
5. Evaluasi Keperawatan
Dari dua diagnosa keperawatan yaitu defisit pengetahuan dan gangguan rasa
nyaman yang terjadi pada Tn. N di dapatkan dua masalah teratasi. Kondisinya
Tn. N sudah cukup baik dan bisa beraktivitas seperti biasa.

57
58

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang di dapat peneliti berikan
yaitu:
1. Bagi Tn. N dan keluarga
Bagi keluarga dan Tn. N agar tetap mempertahankan kerjasama yang telah
terbina dalam memberikan asuhan keperawatan dan tetap melaksanakan
tindakan sesuai dengan kemampuan yang telah di capai keluarga dan
menghindari makanan yang tinggi purin, dan rajin olahraga
2. Bagi institusi
Hasil asuhan keperawatan di harapkan dapat menjadi bahan referensi
mengajar serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan
topik asuhan keperawatan gout arhtritis bagi mahasiswa di Universitas Sari
Mutiara Indonesia.
3. Bagi peneliti
Di harapkan peneliti dapat melakukan studi kasus yang lebih mendalam
dengan waktu yang lebih lama dan melakukan implementasi keperawatan
sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah di tetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Febriyanti, T. (2020). Hubungan Kemampuan Diet Rendah Purin Dengan Kadar


Asam Urat. Jurnal Ners LFebriyanti, T. (2020). Hubungan Kemampuan
Diet Rendah Purin Dengan Kadar Asam Urat. Jurnal Ners LENTERA,
8(1), 72–79.ENTERA, 8(1), 72–79.
Vino, N. N., Emira, A., & Fani, P. (2019). Pendidikan Kesehatan Tentang
Arthritis Gout Di Puskesmas Dadok Tunggul Hitam Padang. Jurnal
Abdimas Saintika, 1(1), 130–137.
file:///C:/Users/ACER/Desktop/JURNAL HIPERTENSI/jurnal revisi 1.pdf
Nababan, T., Silitonga, A. H., & Tamba, M. I. (2020). Penyuluhan Pemanfaatan
Jahe Merah untuk Nyeri pada Gout Arthritis di Posyandu Lansia
Puskesmas Helvetia Medan. Jurnal Mitra Keperawatan Dan Kebidanan
Prima, 2(1).
Pratiwi, N. D., Manurung, M., Khairullah, K., & ... (2020). Pengaruh Therapy Air
Rebusan Daun Sirih Merah Terhadap Nyeri Gout Arthritis. Jurnal Ilmu …,
8(1), 1–9.
Arciniegas Paspuel, O. G., Álvarez Hernández, S. R., Castro Morales, L. G., &
Maldonado Gudiño, C. W. (2021). No Title. 4, 6.
Anita, A., Astanta, J., Lafau, B. O., & Nababan, T. (2020). Pengaruh Pemberian
Kompres Hangat Memakai Parutan Jahe Merah (Zinger Officinale Roscoe
Var Rubrum) Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout
Arthritis Di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Medan Tahun 2020.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 6(2), 99–104.
https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v6i2.392
Marlinda, R., & Putri, D. (2019). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pasien Arthritis Gout The Effect
Of Indonesian Bay-Leaf Water Stew On Uric Acid Level In Patients With
Gout Arthritis. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 2(1), 62–70.
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/meditory/article/view/478
Verawati, B., Yanto, N., & Rahayu, S. (2020). Hubungan Konsumsi Protein ,
Status Gizi Dengan Kejadian Gout Arthritis. Jurnal Kesehatan Medika
Saintika, 4(1), 63–69.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/prepotif/article/view/
639/pdf%0A
Hasibuan, Chairani, D., & Angraini, S. F. (2020). JURNAL KESEHATAN
ILMIAH INDONESIA ( INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC
JOURNAL ) EFEKTIFITAS REBUSAN DAUN SIRSAK TERHADAP
PENURUNAN SKALA NYERI PADA PENDERITA GOUT
ARTHRITIS Devi Chairani Hasibuan , Febrina Angraini Simamora Dosen
Prodi Keperawatan Universitas. Indonesian Health Scientific Journal,
5(2), 74–80.
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Dari UPT Puskesmas Pagar Jati
Lampiran 2. Surat Balasan Penelitian Dari UPT Puskesmas Pagar Jati
Lampiran 3. Lembar Data Penelitian

DATA KASUS PENYAKIT GOUT ARHTRITIS PERTAHUN DI UPT


PUSKESMAS PAGAR JATI KECAMATAN LUBUK PAKAM 2018 - 2021

RAWAT JALAN

TAHUN JUMLAH DATA KASUS


2018 1.918
2019 1.993
2020 1.160
2021 554
Lampiran 4. Informed Consent

INFORMED CONSENT
MENDAPATKAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN :
INFORMASI ESENSIAL UNTUK CALON PESERTA PENELITIAN
(WHO-CIOMS 2016)

Sebelum meminta persetujuan individu untuk berpartisipasi dalam


penelitian, peneliti memberikan informasi sebagai berikut :
1. Tujuan penelitian yaitu melakukan Asuhan keperawatan keluarga pada Tn. N
dengan gangguan sistem muskuloskeletal Gout Arhtritis di Desa Sekip
Kecamatan Lubuk Pakam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus. Partisipan
penelitian akan di wawancara oleh peneliti.
2. Partisipan diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan terlebih
dahulu menyetujui dan bersedia menjadi partisipan penelitian dan bersifat
sukarela.
3. Individu bebas untuk menolak berpartisipasi dan bebas untuk menarik diri
dari penelitian kapan saja tanpa penalti atau kehilangan imbalan yang berhak
didapatkan.
4. Penelitian ini dilakukan satu kali untuk setiap partisipan secara langsung.
5. Peneliti ini akan dilakukan selama satu minggu dan Partisipan penelitian
hanya akan diberi cindera mata berupa Bingkisan/Makanan.
6. Setelah selesainya penelitian ini, Partisisipan akan diberitahu tentang hasil
penelitian secara umum.
7. Partisipan penelitian akan mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan
penting yang relevan.
8. Temuan yang tidak diminta/diharapkan akan diungkapkan jika terjadi.
9. Partisipan memiliki hak untuk mengakses data Partisipan yang relevan yang
diperoleh selama studi mengenail permintaan.
10. Penellitian ini tidak memililki risiko dan bahaya terhadap individu (atau
orang lain) yang terkait dengan partisipasi dalam penelitan ini. Termasuk
risiko terhadap kesehatan atau kesejahteraan kerabat langsung Partisipan.
11. Penelitian ini diharapkan bermanfaat kepada pemerintah, masyarakat dan
Rumah Sakit.
12. Partisipan hanya akan mendapatkan satu kali kunjungan dari peneliti dalam
mendapatkan data yang diperlukan.
13. Partisipan tidak menerima risiko intervensi yang tidak terdaftar jika menerima
akses lanjutan terhadap intervensi studi sebelum persetujuan peraturan.
14. Tidak ada intervensi atau pengobatan alternatif yang tersedia saat ini.
15. Akan ada informasi baru mungkin terungkap dari penelitian.
16. Privasi Partisipan, dan kerahasiaan catatan akan dijaga.
17. Data Partisipan akan secara langsung tersimpan di bank data peneliti.
18. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan dana pribadi.
19. Penelitian ini hanya dilakukan oleh peneliti dan pembimbing sebagai anggota
peneliti.
20. Peneliti akan membantu Partisipan dalam melakukan wawancara.
21. Proses pendampingan selama penelitian dilakukan peneliti secara sukarela.
22. Peneliti tidak memberikan kompensasi apapun untuk Partisipan
23. Tidak ada keharusan dari rumah sakit memberikan kompensasi.
24. Komite etik penelitian USM-Indonesia telah menyetujui protokol penelitian.
25. Peneliti akan menginformasikan kasus pelanggaran dan keselamatan serta
kesejahteraan Partisipan.
26. Peneliti ini menggunakan pemilihan Partisipan secara acak.
27. Informasi lengkap akan diberikan sebelum hasil studi di analisis dan peserta
diberi kemungkinan untuk menarik data/informasi yang dikumpulkan selesai
penelitan berlangsung.
28. Penelitian ini tidak menggunakan uji genetik.
29. Penelitian ini tidak menggunakan perawatan klinis.
30. Penelitian ini tidak menggunakan informed consent luas.
31. Penelitian ini tidak memiliki dampak bagi wanita.
32. Penelitian dilakukan secara langsung di Desa Sekip Kecamatan Lubuk
Pakam.
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Setelah Penelitian
FORMULIR PERSETUJUAN
UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Nomor Penelitian Komisi Etik :


Judul Penelitian : Asuhan Keperawatan pada Tn. N dengan
Gangguan Sistem : Muskuloskeletal Gout
Arhtritis di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
Saya : Anang Maruf
Secara suka rela menyetujui bahwa saya terlibat dalam penelitian di atas.
1. Saya yakin bahwa saya memahami tentang tujuan, proses, dan efek yang
mungkin terjadi pada saya jika terlibat dalam penelitian ini.
2. Saya telah memiliki kesempatan untuk bertanya dan saya puas dengan
jawaban yang saya terima.
3. Saya memahami bahwa penelitian ini telah mendapatkan izin dari RSU
Sari Mutiara Lubuk Pakam
4. Saya memahami bahwa partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat
sukarela dan saya dapat keluar sewaktu-waktu dari penelitian
5. Saya memahami bahwa saya akan menerima salinan dari lembaran
pernyataan informasi dan persetujuan.

Tanda Tangan Partisipan Tanggal

Tulis nama saksi pada penandatanganan :

Tanda Tangan saksi* Tanggal


Saya telah menjelaskan penelitian kepada partisipan yang bertanda tangan
diatas, dan saya yakin bahwa partisipan tersebut paham tentang tujuan, proses,
dan efek yang mungkin terjadi jika dia ikut terlibat dalam penelitian ini.
Peneliti :

Tanda Tangan Peneliti Tanggal

NB : semua pihak yang menandatangani formulir persetujuan ini harus memberi


tanggal pada tanda tangannya. Dibutuhkan jika diperlukan, seperti pada
kasus buta huruf.
Lampiran 6. Format pengkajian
Format Pengkajian Keluarga
1. DATA UMUM
a. Nama KK :
b. Usia KK :
c. Alamat KK :
d. Pekerjaan KK :
e. Pendidikan KK :
f. Komposisi Keluarga :
NO Nama L/P Hub dg Umr Tk. Status imunisasi Ket
KK pend BCG DPT Polio Hept Camp
123 123 123

g. Genogram :
h. Tipe Keluarga :
i. Suku Bangsa :
j. Agama :
k. Status Sosisl ekonomi keluarga :
l. Aktifitas rekreasi keluarga :
2 RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
c. Riwayat keluarga inti. :
d. Riwayat keluarga sebelumnya :
3. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah :
b. Denah Rumah :
c. Karakteristik tetangga dan komunitas :
d. Mobilitas geografis keluarga :
e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyrakat :
4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi keluarga :
b. Struktur kekuatan keluarga :
c. Struktrur peran (formal dan informal ) :
d. Nilai dan norma keluarga :
5. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif :
b. Fungsi social :
c. Fungsi perawatan kesehatan :
d. Fungsi reproduksi :
e. Fungsi ekonomi :
6. STRESS DAN KOPING KELUARGA
a. Stressor jangka panjang dan jangka pendek :
b. kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresso :
c. Strategi koping yang digunakan :
d. Strategi adaptasi disfungsional :
7. PEMERIKSAAN FISIK
No Nama Umr TTV epala Leher Dada Bdomn Ekstrimitas

Apabila terdapat balita dalam keluarga, harus dilakukan penilaian perkembangan (DDST),
Pengkajian lansia Jika ada lansia
8. HARAPAN KELUARGA
Lampiran 7. Lembar Konsultasi Pembimbing

LEMBAR KONSUL
Nama : Anang Maruf
Judul penelitian : Asuhan keperawatan Keluarga pada Tn. N Gangguan
Muskulokeletal Gout Arhtritis di Desa Sekip Kecamatan
Lubuk Pakam.
Pembimbing : Ns. Johansen Hutajulu, AP, S.Kep, M.Kep

N Tanggal Materi Yang Di konsulkan Paraf


o Pembimbing
1. 10 Januari 2022 Mencari pasien dengan Gangguan
Muskulokeletal di RSU Sari
Mutiara Lubuk Pakam, dan
Melengkapi Bahan cari Jurnal dan
Buku
2. 3 Februari 2022 Perbaiki Bab I

3. 7 Februari 2022 Perbaiki Bab II

4. 9 Februari 2022 Perbaiki Bab III

5. 1 Maret 2022 Lengkapi Lembar Lampiran

6. 5 Maret 2022 ACC dan Perbaikan


Lampiran 8. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai