Anda di halaman 1dari 103

HALAMAN SAMPUL

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA YANG MENGALAMI GOUT


ARTHRITIS DENGAN MASALAH NYERI KRONIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LETWARU

SAHRA RAHAYAAN
P07120320027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA YANG MENGALAMI GOUT
ARTHRITIS DENGAN MASALAH NYERI KRONIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LETWARU

HALAMAN SAMPUL DALAM


Karya Tulis Ilmiah ini Disusun sebagai Salah Satu Persyaratan untuk
Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Program Studi
Keperawatan Masohi Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Maluku

SAHRA RAHAYAAN
P07120320027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN AJARAN 2022/2023

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sahra Rahayaan

Nim : P07120320027

Program studi : Keperawatan Masohi

Institusi : Poltekkes Kemenkes Maluku

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar benar merupakan hasil karya saya tulis sendri dan bukan

merupakan pengambilan alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui

sebagai hasil tulis atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut

Masohi, 16 Agustus 2023

Materai 10.000

Sahra Rahayaan

iii
LEMBARAN PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Sahra Rahayaan NIM P07120320027 dengan

judul ‘’Asuhan Keperawatan pada Lansia yang Mengalami Gout Arthritis dengan

Masalah Nyeri Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Letwaru” telah diperiksa dan

disetujui, oleh:

Pembimbing utama Pembimbing Pendamping

Ns. La Syam Abidin, M.Kep.,Sp.Kep.Kom. Dr.N.B.Marasabessy,S.ST.,M.Kes.

NIP.198408292009121004

NIP.197209231997032002

iv
LEMBARAN PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Sahra Rahayaan dengan judul Asuhan

Keperawatan Pada Lansia yang mengalami Gout Arthritis dengan Masalah Nyeri

Kronis di Wilayah kerja puskesmas Letwaru telah dipertahankan di depan dewan

penguji pada tanggal

Dewan penguji

Ketua

Dr. Saidah Rauf, S.Kep., M.Sc.

NIP. 19831210 200604 2 002

1. Ns. Marice B.Olla, M.Kep., Sp.Kep.J. ……………………… (TTD)

NIP: 19770503 200212 2 006

2. Ns.La Syam Abidin, M.Kep.,Sp.Kep.Kom. ……………………… (TTD)

NIP: 198408292009121004

3. Dr. N. B. Marasabessy, S.ST., M.Kes. ……………………… (TTD)

NIP. 197209231997032002

Mengetahui

Ketua Program Studi Keperawatan Masohi

Rigoan Malawat, S.Kep., M.Kes.

NIP. 19700729 199503 2 002

v
KATA PENGANTAR

Puji sуukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas

Rahmat dan Hidayah Nya sehingga penulis dapat menуelesaikan penulisan

Karуa Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan Pada Lansia yang

mengalami Gout Arthritis dengan Masalah Nyeri Kronis di Wilayah Kerja

Puskesmas Letwaru” guna memenuhi salah satu persуaratan untuk

menуelesaikan program D-III Keperawatan pada Politeknik Kementerian

Kesehatan Maluku Program Studi Keperawatan Masohi.

Selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

banyak terima kasih pertama-tama kepada kedua orang tua yang sudah

memberikan dukungan baik materiil maupun non materiil berupa doa, semangat

dan perhatian serta kasih sayang.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Hairuddin Rasako, S.KM.,M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Maluku, yang telah memfasilitasi peneliti selama mengikuti pendidikan pada

Program Studi Keperawatan Masohi Politeknik Kementrian Kesehatan

Maluku.

2. Rigoan Malawat, S.Kep., M. Kes., selaku ketua Program Studi Keperawatan

Masohi Politeknik Kementrian Kesehatan.

3. Ns. La Syam Abidin, M.Kep.,Sp.,Kep.,Kom. selaku pembimbing utama dan

Dr. N. B. Marasabessy, S.ST.,M.Kes., selaku pembimbing pendamping yang

telah sabar meluangkan waktu, merelakan tenaga dan pikiran serta turut

vi
memberikan perhatian sekaligus motivasi dalam memberikan pendampingan

selama proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

4. Norce Kainama, S.ST., M. Kes selaku koordinator dan Feby A. Metekohy,.

S,SiT.,M.Kes selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi

dan dukungan untuk menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah

5. Semua staf dosen prodi keperawatan masohi atas ilmu yang sudah diberikan

selama ini.

6. Dewi Rahayaan Penyemangat yang selalu memberikan dorongan dan

dukungan untuk menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah

7. Sahabat yang selalu memberikan dukungan berupa doa dan memberikan

semangat dalam proses penulisan karya tulis ilmiah.

Masohi, 16 Agustus 2023

Penulis

vii
ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Pada Lansia Yang Mengalami Gout Arthritis Dengan


Masalah Nyeri Kronis Di Wilayah Kerja Puskesmas Letwaru

Sahra Rahayaan
(2023)
¹Mahasiswa ¹Poltekkes Kemenkes Maluku Program Studi Keperawatan Masohi
¹Ns. La Syam Abidin, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.
¹Dr. N.B. Marasabessy, S.ST.,M.Kes.

Email : sahrarahayaan55@gmail.com

Latar Belakang: Gout Arthtritis merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya kandungan
asam urat yang tinggi dan tersimpan di dalam sendi. Maka dapat menyebabkan penumpukan
kristal asam urat dalam persendian. Kadar Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas
normal dapat menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan organ tubuh
lainnya.Permasalahan yang sering dialami lansia dengan gout arthritis adalah rasa panas,
bengkak, nyeri, dan kaku pada persendian. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Tujuan: Tujuan
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengambarkan Asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami gout Arthritis dengan masalah nyeri kronis. Metode: metode penilitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus. Implementasi asuhan keperawatan yang
diberikan adalah kompres hangat jahe sebanyak 4 kali dalam seminggu pada dua orang subjek
yang merupakan lansia dengan gout arthritis diwilayah kerja Puskesmas Letwaru. Hasil: Penelitian
ini menemukan bahwa kompres hangat jahe yang diberikan pada dua orang subjek penelitian
dapat menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis. Kesimpulan bahwa masalah nyeri kronis
pada lansia dengan gout artritis dapat berkurang atau menurun tingkat nyeri dengan pendekatan
proses keperawatan melalui intervensi manajemen nyeri

Kata kunci : Nyeri, Gout Arthritis, Lansia

viii
ABSTRACT

Nursing care for the elderly who experience gout arthritis with
Chronic Pain Problems in the Working Area of Letwaru Health Center

Sahra Rahayaan
(2023)
¹Poltekkes Student of the Ministry of Health Maluku Masohi Nursing Study Program
¹Ns. La Syam Abidin, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.
¹Dr. N.B. Marasabessy, S.ST.,M.Kes.

Email : sahrarahayaan55@gmail.com

Background: Gout Arthritis is a disease caused by the presence of high uric acid content and
stored in the joints. Then it can cause a buildup of uric acid crystals in the joints. High levels of uric
acid in the blood exceeding normal limits can cause a buildup of uric acid in the joints and other
organs of the body. Problems that are often experienced by the elderly with gout arthritis are heat,
swelling, pain, and stiffness in the joints. Pain is an unpleasant sensory and emotional experience
resulting from actual and potential tissue damage. Objective: Purpose This study generally aims to
describe nursing care in the elderly who experience gout Arthritis with chronic pain problems.
Method: this research method is a descriptive research with a case study design. The
implementation of nursing care provided was a warm compress of ginger 4 times a week on two
subjects who were elderly with gout arthritis in the work area of the Letwaru Health Center.
Results: This study found that warm compresses of ginger given to two study subjects can reduce
pain in people with gout arthritis. Conclusion that chronic pain problems in the elderly with gouty
arthritis can reduce or decrease pain levels with a nursing process approach through pain
management interventions

Keywords : Pain, Gout Arthritis, Elderly

ix
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................ i
HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................................. iii
LEMBARAN PERSETUJUAN ......................................................................................... iv
LEMBARAN PENGESAHAN .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT..................................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................ 5
C. Tujuan penelitian .............................................................................................. 5
D. Manfaat penelitian ............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
A. Tinjauan umum tentang Gout Arthritis ............................................................... 6
1 Definisi.............................................................................................................. 6
2 Penyebab atau Etiologi gout arthritis................................................................. 7
3 Faktor risiko gout arthritis .................................................................................. 8
4 Tanda dan gejala .............................................................................................. 9
5 Klasifikasi gout arthritis ................................................................................... 10
6 Patofisiologi gout arthritis ................................................................................ 10
7 Komplikasi gout arthritis .................................................................................. 12
8 Penatalaksanaan gout arthritis........................................................................ 12
B. Asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami gout arthritis dengan
masalah nyeri kronis ................................................................................................. 14
1 Pengkajian gerontik secara umum .................................................................. 14
2 Diagnosa Keperawatan................................................................................... 17
3 Perencanaan Keperawatan............................................................................. 18
3 Implementasi .................................................................................................. 20

x
4 Evaluasi .......................................................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 27
A. Rancangan studi kasus................................................................................... 27
B. Subjek studi kasus .......................................................................................... 27
C. Fokus study kasus .......................................................................................... 28
D. Definisi operasional ........................................................................................ 28
E. Tempat dan waktu .......................................................................................... 29
F. Metode Pengumpulan data ............................................................................. 29
G. Analisis data dan Penyajian data .................................................................... 31
H. Etika penelitian ............................................................................................... 31
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN .................................................... 33
A. Hasil studi kasus ............................................................................................. 33
B. Pembahasan .................................................................................................. 53
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 58
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 58
B. Saran .............................................................................................................. 58
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 59

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan ................................................................................ 1


Lampiran 2 Informed Consent .............................................................................. 2
Lampiran 3 Format Pengkajian ............................................................................ 3
Lampiran 4 Instrumen Pengukuran Nyeri ........................................................... 13
Lampiran 5 Lembar Observasi ........................................................................... 14
Lampiran 6 Catatan Anecdotal........................................................................... 16
Lampiran 7 Pengkajian Status Fungsional ......................................................... 18

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua merupakan proses biologis yang kompleks, tidak

dapat dihindarkan, dan tidak dapat dirubah yang bisa berdampak negatif

pada berbagai sistem organ dan kemampuannya untuk berfungsi. Proses

menua juga biasanya memiliki masalah dan perubahan yang sering

muncul baik secara fisik, sosial, ekonomis, maupun mental. Perubahan

tersebut dapat menjadi salah satu faktor terjadinya berbagai masalah

kesehatan yang terjadi pada lansia (Ayyub, 2016).

Lansia adalah sesorang yang sudah mencapai umur 60 tahun

atau lebih (Rizal, 2022). Populasi lansia di dunia saat ini diperkirakan

lebih dari 629 juta jiwa (1 dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun).

Populasi lansia diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar Pada tahun 2025

(Sari, 2017). Menurut data BPS 2021 Persentase penduduk lanjut usia di

Indonesia meningkat dari 4,5 persen pada tahun 1971 menjadi sekitar

10,7 persen pada tahun 2020, di perkirakan meningkat hingga mencapai

19,9 persen pada tahun 2045 (Ahmad, 2021)

Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia

adalah masalah muskokeletal (osteoporosis dan gout arthritis).

Perubahan tersebut pada umumnya diakibatkan pada kemunduran

kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada

ekonomi dan sosial Lansia (Hidayah, 2019). Gout Arthtritis merupakan

1
2

penyakit yang disebabkan karena adanya kandungan asam urat yang

tinggi dan tersimpan di dalam sendi. Maka dapat menyebabkan

penumpukan kristal asam urat dalam persendian (Sa’diya, 2021). Kadar

Asam Urat yang tinggi dalam darah melebihi batas normal dapat

menyebabkan penumpukan Asam Urat di dalam persendian dan organ

tubuh lainnya. Penumpukan Asam Urat ini yang membuat sendi sakit,

nyeri, dan meradang (Hidayah, 2019).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun

2020 sekitar 335 juta orang di dunia mengalami penyakit gout arthritis.

Pada tahun 2020 hampir 8% orang yang berusia 50 tahun keatas memiliki

keluhan nyeri sendi, yang diakibatkan oleh penyakit gout artritis. Gout

arthritis menduduki urutan kedua setelah osteoarthritis. Hasil Riskesdas

2018, angka kejadian asam urat berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan

sebanyak 7,3 % , dan jika dilihat dari karakteristik usia, prevalensi

tertinggi pada kategori usia ≥ 75 tahun sebanyak 18,9%. Penderita wanita

sebanyak 8,5 %, sedangkan pada pria hanya 6,1% (Andriani, 2022).

Penyakit Gout Artritis merupakan suatu penyakit metabolis

(metabolic syndrome). Adapun tanda dan gejala gout arthritis adalah nyeri

yang tiba- tiba dan parah pada persendian, nyeri terasa hangat pada

saat disentuh, kekakuan pada sendi bisa mengakibatkan keterbatasnya

pergerakan, sendi yang sering kali terkena adalah sendi jempol kaki,

pergelangan kaki, tumit yang tampak merah dan panas, siku, pergelangan

tangan, dan jari-jari tangan (Sa’diya, 2021).

Permasalahan yang sering dialami lansia dengan gout arthritis

adalah rasa panas, bengkak, nyeri, dan kaku pada persendian (Rafika,
3

2019). Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.

Nyeri juga mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat,

konsentrasi dan kegiatan yang biasa dilakukan. Keadaan ini akan dapat

semakin buruk jika tidak segera ditangani. Untuk itu perlu penanganan

yang lebih efektif untuk meminimalkan nyeri pada penderita gout arthtritis

(Sa’diya, 2021). Menurut PPNI (2016) nyeri akut termasuk dalam masalah

keperawatan pada klien yang harus diselesaikan oleh perawat. Nyeri

kronis adalah pengalaman sensorik yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung lebih

dari 3 bulan.

Seorang perawat dapat memberikan intervensi keperawatan

terhadap penderita Arthritis Gout dengan masalah keperawatan nyeri

kronis ialah Menghindari stress, efek samping penggunaan obat, infeksi,

dan melakukan perubahan pola makan, aktifitas seperti melakukan

olahraga di pagi hari atau jalan-jalan pagi yang dapat mengurangi rasa

nyeri di persendian pada penderita Arthritis Gout. Selain itu, perawat juga

dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada penderita seperti cara

menangani asam urat yang kambuh, memberikan informasi atau

pengetahuan kepada penderita tentang penyebab dan penanganan

penurunan skala nyeri gout arthritis, mengedukasi perubahan pola

makan, melakukan aktifitas seperti melakukan olahraga di pagi hari atau

jalan-jalan pagi, mengedukasi pasien agar dapat memonitor nyeri secara

mandiri, dan dapat memberikan terapi musik (Mozart dan klasik) (Rafika,

2019).
4

Menurut (Sopiah, 2023) Gout arthritis adalah penyakit yang tidak

menular, asam urat dikenal dengan istilah gout arthritis merupakan jenis

arthritis yang sangat menyakitkan, hasil dari metabolisme di dalam tubuh

yang disebakan oleh penumpukan kristal pada persendian sehingga

kadar asam urat di dalam tubuh tinggi. pada diagnosa prioritas pertama

(nyeri kronis) Manajemen nyeri yang diberikan dapat menurunkan skala

nyeri menjadi toleransi untuk bisa melakukan aktivitas pasien. Menurut

buku (SLKI, 2018) untuk mencegah nyeri akibat asam urat dapat

dilakukan intervensi manajemen nyeri, yang meliputi Observasi:

identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas

nyeri, identifikasi skala nyeri, identifikasi respons nyeri nonverbal, monitor

keberhasilan terapi komplementer yang sudah. Terapeutik: berikan teknik

non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres jahe). Edukasi:

anjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. Pada

Data yang dapatkan dari puskesmas letwaru kota Masohi pada

tahun 2022 penyakit gout arthritis merupakan salah satu dari 10 penyakit

terbanyak dan menempati peringkat kelima, Data menunjukan bahwa

tahun 2022 kasus gout arthritis sebanyak 25 orang. Upaya yang

dilakukan oleh puskesmas untuk mencegah dan menanggulangi penyakit

gout arthritis dengan monitoring asam urat setiap bulan, pemberian

edukasi (atur pola makan, olahraga, minum obat teratur).

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas bahwa

penanganan nyeri pada lansia yang menderita gout artritis dibutuhkan

tindakan yang komprehensif sehingga peneliti tertarik untuk meneliti


5

tentang asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami gout arthritis

dengan masalah nyeri kronis.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian

ini adalah bagaimanakah Asuhan keperawatan pada lansia yang

mengalami gout Arthritis dengan masalah nyeri kronis di wilayah kerja

puskesmas letwaru?

C. Tujuan penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengambarkan Asuhan

keperawatan pada lansia yang mengalami gout Arthritis dengan masalah

nyeri kronis

D. Manfaat penelitian

1 Bagi lansia

Meningkatkan pengetahuan dan intervensi keperawatan untuk

mengatasi nyeri kronis pada gout arthritis

2 Bagi pengebangan ilmu dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan

dengan masalah nyeri kronis pada lansia yang mengalami gout

arthritis

3 Bagi penulis

Penulisan karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat sebagai acuan

referensi dan informasi untuk mengetahui perbandingan antara teori

dan kasus nyata yang terjadi dilapangan serta memperoleh


6

pengalaman dalam mengimplementasi intervensi untuk mengatasi

nyeri kronis pada lansia dengan gout arthritis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang Gout Arthritis

1 Definisi

Gout Arthtritis merupakan penyakit persendian yang

diakibatkan oleh tinnginya asam urat di dalam darah. Kadar asam

urat yang tinggi di dalam darah melebihi batas normal bisa

mengakibatkan penumpukan asam urat di dalam sendi dan organ

tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah yang bisa membuat

sendi sakit, nyeri atau juga bisa terjadi peradangan (Sa’diya, 2021),

Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah

memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang

dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging

Process atau proses penuaan (Hidayah, 2019).

Biasanya, asam urat dikeluarkan melalui urine atau feses,

namun karena ginjal sudah tidak mampu mengeluarkan asam urat

yang ada, maka terjadinya peningkatan kadar asam urat pada

tubuh. Jadi tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga

menyebabkan penumpukan asam urat dan di sertai rasa nyeri pada

tulang dan sendi. Dan penyakit ini sering dikenal penyakit metabolik

(Sa’diya, 2021).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gout

arthritis , sebegai berikut faktor genetik, gaya hidup, pola makan,

6
7

gangguan metabolism purin dalam tubuh, dan produksi asam urat

yang berlebihan (Hajar, 2022).

2 Penyebab atau Etiologi gout arthritis

Gout arthritis secara garis besar disebabkan oleh faktor primer

dan faktor sekunder. Faktor primer penyebabnya belum diketahui

secara pasti (idiopatik), namun diduga berkaitan dengan faktor

genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan

metabolisme dalam tubuh sehingga mengakibatkan adanya

peningkatan produksi asam urat pada serum. Peningkatan kadar

asam urat pada lansia dapat disebabkan karena menurunnya fungsi

kerja ginjal dalam mengekskresikan asam urat melalui urin.

Peningkatan asam urat yang terjadi terus-menerus dapat

menyebabkan penimbunan kristal asam urat dipersendian.

Penimbunan kristal asam urat menyebabkan terjadinya peradangan

pada sendi dan pembentukan thopus. Sehingga muncul masalah

kesehatan gout arthritis pada lansia. Faktor sekunder meningkatnya

kadar asam urat pada klien dengan gout arthritis dapat disebabkan

karena pola makan yang tidak terkontrol dan sering mengkonsumsi

makanan yang mengandung tinggi purin. Mengkonsumsi makanan

tinggi purin dapat memicu tingginya kadar asam urat didalam darah,

contoh makanan kaya purin seperti makanan laut, jeoran, dan

kacang-kacangan. bisa juga disebabkan karena obesitas dan kadar

trigliserida yang tinggi (Faiz, 2022).

Kadar asam urat dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa

faktor,contohnya yaitu pola makan dan gaya hidup. Pola makan


8

meliputi frekuensi makan, jenis makanan, dan jumlah makanan. Gaya

hidup merupakan pola tingkah laku seharihari yang patut dijalankan

oleh suatu sosial ditengah masyarakat meliputi aktivitas fisik,

kebiasaan istirahat, dan kebiasaan merokok (Hajar, 2022).

3 Faktor risiko gout arthritis

Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi gout arthritis adalah

(Hajar, 2022)

a. Usia

Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada

laki-laki mulai dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun,

sedangkan pada wanita serangan gout arthritis terjadi pada usia

lebih tua dari pada laki- laki, biasanya terjadi pada saat

Menopause. Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon

inilah yang dapat membantu proses pengeluaran asam urat

melalui urin sehingga asam urat didalam darah dapat terkontrol.

b. Jenis kelamin

Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari

pada wanita, sebab wanita memiliki hormon ektrogen.

c. Konsumsi purin yang berlebih

Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar

Asam Urat di dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang

mengandung tinggi Purin.

d. Konsumsi alkohol

e. Obat – obatan
9

Serum asam urat dapat meningkat pula akibat salisitas

dosis rendah (kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat diuretik,

serta antihipertensi.

4 Tanda dan gejala

Beberapa tanda dan gejala gout arthritis menurut (Faiz, 2022)

adalah sebagai berikut:

a. Sendi terasa nyeri, ngilu, linu, kesemutan, bahkan membengkak

berwarna kemerahan (meradang)

b. Biasanya persendian terasa nyeri saat pagi hari saat bangun

tidur atau malam hari

c. Rasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang

d. Serangan gout biasanya terjadi pada sendi jari kaki, jari tangan,

lutut, tumit, pergelangan tangan dan siku.

e. Pada kasus yang parah, persendian akan terasa sangat sakit

saat membengkak, tidak dapat berjalan atau bisa mengalami

pengapuran

Serangan pada atritis gout akut dapat terjadi ditandai dengan nyeri

hebat pada sendi dan biasanya disebut dengan monoartikular.Pada

serangan pertama 50% terjadi pada metatarsophalangeal-1 (MPT-1)

atau biasa disebut dengan podagra. Bila dibiarkan semakin lama

akan semakin parah dan serangan mungkin bersifat poliartikular dan

dapat menyerang ke ankles, knee, wrist, dan dapat menyerang

sampai degan sendi pada tangan (Alawiyah, 2021).


10

5 Klasifikasi gout arthritis

Klasifikasi gout dibagi menjadi dua menurut (Andriani, 2022) yaitu:

a. Gout Primer Gout primer diakibatkan oleh defek yang diturunkan

oleh metabolisme purine, mengakibatkan ekskresi renal yang

meningkat dan menurun. Hal ini termasuk 85% dari keseluruhan

kasus, dimana 95% mengenai pria.

b. Gout Sekunder Gout sekunder merupakan kondisi yang dapat

terjadi mengikuti kelainan hematopoetik (mieloma multiple,

polisitemia vera, dan leukmia), atau kelainan ginjal.

6 Patofisiologi gout arthritis

Menurut (Rachmasari, 2021) Patofisiologi dari asam urat

berkaitan dengan kadar asam urat tinggi dalam dara yaitu

hiperurisemia. Saat pencapaian cairan tubuh kadar asam urat

meningkat. Berakibatkan pengkristalan tidak larut membentuk

presipita dan dalam jaringan lunak akan terposit pada sekujir tubuh.

sementara proses yang bisa Deposisi monosodium urat ialah :

1) Penurunan suhu tubuh berakibat pengurangan larutan urat

monosodium, tubuh bagian perifer yaitu presipital monosodium

urat

2) Glikosaminoglikan atau juga bisa di artikan menurunnya kadar

albumin yang bisa penurunan larutan urat.

3) Perangsangn deposisi urat terjadi modifikasi kadar ion dan

menurunya pH.

4) Perangsangan Kristal urat presipital berhubungan dengan

trauma.
11

Penyebabnya inflamensi sendi akut dan mengalami nyeri

terjadi saat pengkristalan pada cairan synovial, kondisi ini yaitu gout

artritis. Cara menghindari kerusakan jaringan dengan inflamensi ialah

reaksi ketahanan tubuh non spesifik berakibatan agen penyebabnya

ialah terjadi di sendi monosodium urat. proses dan tujuan tersebut

ialah menetralkandan melenyapkan agen penyebab dan percegahan

luasnya tempat jaringan lainya. Metode inflamasi tersebut belum di

pastikan tetapi dugaan berpautan dengan perannya mediator kimia

dan jaringan salah satunya pengaktifan jalur komplemen

(Rachmasari, 2021).

Adanya kristal monosodium urat ini akan menyebabkan

inflamasi. Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan

menyebabkan terbentuknya endapan seperti kapur putih yang

disebut tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di

tempat tersebut endapan akan memicu reaksi peradangan

granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf (kristal)

dikelilingi oleh makrofag, lomfosit, fibroblast, dan sel raksasa benda

asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan

fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi

(ankilosis). Tofus dapat berbentuk di tempat lain (misalnya tendon,

bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat dalam tubulus

ginjal dapat mengakibatkan penyumbutan dan nefropati gout (Rafika,

2019)
12

7 Komplikasi gout arthritis

Komplikasi mencakup beberapa hal diantaranya Osteoartritis

(OA), infeksi sekunder, batu ginjal, da fraktur pada sendi. Dan proses

inflamasi akut dan oksidan juga yang berperan sebagai proses

inflamasi kronis sehingga dapat menyebabkan sinovitis kronis,

dekstrusi kartilago, da erosi tulang. Kerusakan juxtra articular tulang

nantinya akan berkontribusi terhadap fungsi anabolic sehingga

Kristal monosodium urat mengaktivitasi osteoblast yang dapat terjadi

pada penurunan fungsi anabolic tersebut. Kristal monosodium urat

dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan IL-1, dan akan

merangsang sintesis nitric oxide dan ,matriks metalloproteinase yang

nantinya dapat menyebabkan dektruksi kartilago. Peningkatan gout

arthritis sudah lama diasosiasikan dengan resiko terjadinya batu

ginjal. Penderita ini juga memiliki pH rendah yang dapat mendukung

terjadinya asam urat yang tidak terlarut sehingga dapat membentuk

batu ginjal. Ada tiga hal yang signifikan kelainan pada urine yang

digambarkan pada penderita dengang uric acid nepbrolithiasis yaitu

hiperurikosuria (dapat disebabkan karena peningkatan kandungan

asam urat dalam urin), rendahnya pH (yang dapat melarutkan asam

urat), dan rendahnya volume urin (yang dapat menyebabkan

peningkatan konsentrasi asam urat pada urin) (Alawiyah, 2021).

8 Penatalaksanaan gout arthritis

Secara umum penatalaksanaan gout arthritis adalah dengan

memberikan edukasi, pengaturaan diet, istirahatkan sendi dan


13

pengobatan. Penatalaksanaan gout arthritis ada dua macam, yaitu

penatalaksanaan farmakologi dan penatalaksanaan non farmakologi.

a. Terapi Farmakologis

1) Stadium I (Asimptomatik)

a) Biasanya tidak membutuhkan pengobatan.

b) Turunkan kadar asam urat dengan obat-obat urikosurik dan

penghambat xanthin oksidase.

2) Stadium II (Artritis Gout akut)

a) Kalkisin diberikan 1 mg (2 tablet) kemudian 0,5 mg (1

tablet) setiap 2 jam sampai serangan akut menghilang.

b) Indometasin 4 x 50 mg sehari.

c) Fenil butazon 3 x 100-200 mg selama serangan,

kemudian diturunkan. Penderita ini dianjurkan untuk diet

rendah purin, hindari alkohol dan obatobatan yang

menghambat ekskresi asam urat

3) Stadium III (Interkritis)

a) Hindari faktor pencetus timbulnya serangan seperti

banyak makan lemak, alkohol dan protein, trauma dan

infeksi.

b) Berikan obat profilaktik (Kalkisin 0,5-1 mg indometasin tiap

hari).

4) Stadium IV (Gout Kronik)

a) Alopurinol 100 mg 2 kali/hari menghambat enzim xantin

oksidase sehingga mengurangi pembentukan asam urat.


14

b) Obat-obat urikosurik yaitu prebenesid 0,5 g/hari

dansulfinpyrazone (Anturane) pada pasien yang tidak

tahan terhadap benemid.

c) Tofi yang besar atau tidak hilang dengan pengobatan

konservatif perlu dieksisi (Sa’diya, 2021).

b. Terapi Non- Farmakologi

Terapi non-farmakologi merupakan strategi esensial dalam

penanganan gout arthritis, seperti istirahat yang cukup,

menggunakan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri,

modifikasi diet dan menjaga pola makan, mengurangi asupan

alkohol, menurunkan berat badan, hindari obat-obatan yang

mengakibatkan peningkatan asam urat dan penerapan kompres

hangat memakai parutan jahe (Rafika, 2019).

B. Asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami gout arthritis dengan

masalah nyeri kronis

1 Pengkajian gerontik secara umum

Dalam konsep asuhan keperawatan ini, penulis menguraikan

konsep asuhan keperawatan pada pasien Gout Artritis yang meliputi

Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

keperawatan (Rafika, 2019).

Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:

a. Data umum

Pengkajian Hal-hal yang berhubungan dengan kasus penyakit

yang diangkat antara lain (Rafika, 2019) :

b. Identitas
15

Meliputi: Nama , Tempat Tanggal Lahir , Jenis Kelamin , Status

Perkawinan , Agama , Suku

c. Keluhan Utama

a) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir

b) Gejalah yang dirasakan

c) Faktor pencetus

d) Keluhan utama yang menonjol (Rafika, 2019).

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang

diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan

sampai klien dibawa ke rumah sakit, dan apakah pernah

memeriksakan diri ke tempat lain selain rumah sakit umum serta

pengobatan apa yang pernah diberikan dan bagaimana

perubahannya dan data yang didapatkan saat pengkajian (Rafika,

2019).

d. Riwayat Penyakit Dahulu

a) Penyakit yang pernah di derita di masa lalu

b) Penyakit di derita berapa lama

c) Riwayat alergi

d) Riwayat masuk RS

a. Riwayat Penyakit Keluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang

menderita penyakit yang sama karena faktor genetik/ keturunan

(Rafika, 2019).

b. Riwayat Psikososial
16

Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita

dan penyakit klien dalam lingkungannya.

c. Riwayat Nutrisi

Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi

makanan yang mengandung tinggi purin, frekuensi makan, jenis

makanan, alergi makanan, pantangan makanan

d. Riwayat eliminasi

BAK: Frekuensi & waktu, kebiasaan BAK pada malam hari,

keluhan yang berhubungan dengan BAK

BAB: Frekuensi & waktu, konsistensi, keluhan yang berhubungan

dengan BAB, pengalaman memakai pencahar.

e. Pola istirahat dan tidur

Kaji berapa kali sehari tidur (malam dan siang), keluhan saat tidur

f. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

b) Kesadaran

c) TTV

d) BB/TB

e) Teknik pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi

dan auskultasi dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to

toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi dilakukan dengan

inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati

daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya


17

dan posisi saat bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba

daerah nyeri pada kulit apakah terdapat kelainan seperti

benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan anjurkan

klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa

gerakan bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah

gerakan tersebut aktif, pasif atau abnormal (Rafika, 2019).

f) Kulit

g) Ekstremitas Atas

h) Ekstremitas bawah

i) Pola fungsi kesehatan

2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

individu,keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah

Kesehatan yang dialami dan sebagai dasar dalam penyusunan

rencana tindakan keperawatan (Faiz, 2022).

Menurut SDKI (2017) diagnosa yang dapat muncul pada klien

Gout Arthritis adalah :

a. Nyeri Kronis berhubungan dengan gangguan fungsi metabolic

(D.0078).

b. Defisit Pengetahuan Berhubungan dengan Kurang terpapar

informasi, kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan

sumber informasi (D.0111)

c. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri persendian

(D.0054).
18

Dari 3 diagnosa yang ada hanya 1 diagnosa yang di pilih

yaitu Nyeri Kronis, alasan memilih diagnosa tersebut karena lansia

banyak terkena penyakit gout arthtritis dan memeliki keluhan nyeri

pada persendian, gout arthtritis juga biasanya dikeluarkan melalui

urine atau feses, namun karena ginjal sudah tidak mampu

mengeluarkan asam urat yang ada, maka terjadinya peningkatan

kadar asam urat pada tubuh. Jadi tubuh tidak dapat mengontrol

asam urat sehingga menyebabkan penumpukan asam urat dan di

sertai rasa nyeri pada tulang dan sendi.

3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi

masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan

dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien (Hidayah, 2019).

Intervensi Keperawatan memilih 1 diagnosa yang sering

muncul yaitu Nyeri Kronis, alasan memilih diagnosa tersebut

karena lansia banyak terkena penyakit gout arthtritis dan memeliki

keluhan nyeri pada persendian, gout arthtritis juga biasanya

dikeluarkan melalui urine atau feses, namun karena ginjal sudah

tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada, maka terjadinya

peningkatan kadar asam urat pada tubuh. Jadi tubuh tidak dapat

asam urat sehingga menyebabkan penumpukan asam urat dan di

sertai rasa nyeri pada tulang dan sendi.

a. Nyeri Kronis berhubungan dengan gangguan fungsi metabolik

(D.0078)
19

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka tingkat

Table 1 Standar Luaran Keperawatan Indonesia

Tingkat Nyeri L.08066

Defenisi :
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsonal, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan.
Ekspetasi Menurun

Kriteria hasil :

Kemampuan menuntaskan Menurun Cukup Sedang Cukup


Meningkat
Aktivitas Menurun Meningkat
1 2 3 4
5
Meningkat Cukup Sedang Cukup
Menurun
Meningkat Menurun
Keluhan nyeri 1 2 3 4
5
Meringis 1 2 3 4
5
Sikap protektif 1 2 3 4
5
Gelisah 1 2 3 4
5
Memburuk Cukup Sedang Cukup
Membaik
Memburuk Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4
5
Pola napas 1 2 3 4
5
Tekanan darah 1 2 3 4
5
(Tim Pokja SLKI DPP

PPNI, 2018)
20

a. Manajemen nyeri (1.08238) menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

1) Observasi :

a) Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri

b) Identifikasi skala nyeri

c) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

d) Monitor TTV

2) Terapeutik :

a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

b) Kontrol lingkungan yang memperlambat rasa nyeri

3) Edukasi :

a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

c) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

4) Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian analgetik

3 Implementasi

Implementasi / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan

dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada

nuersing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang

diharapkan. Ada 3 tahap implementasi :

a. Fase orientasi Terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama

kalinya bertemu dengan perawat untuk melakukan validasi data

diri.
21

b. Fase kerja Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi

terapeutik, dimana perawat mampu memberikan pelayanan dan

asuhan keperawatan, maka dari itu perawat diharapakan

mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang klien dan

masalah kesehatanya.

c. Fase terminasi Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir,

dimana perawat meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh

klien dengan tujuan, ketika dievaluasi nantinya klien sudah

mampu mengikuti saran perawat yang diberikan, maka dikatakan

berhasil dengan baik komunikasi terapeutik perawat-klien apabila

ada umpan balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan

atau asuhan keperawatan yang sudah direncanakan (Sa’diya,

2021).

a. Implementasi untuk manejemen nyeri sendi dan pemberian

analgesic sumber SIKI dapat di proses sebagai berikut :

1) Observasi :

a) Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri

Ketika seseorang pasien mengalami nyeri, untuk menentukan

lokasi nyeri tersebut caranya meminta pasien menunjuk area

yang terasa nyeri dan harus mengetahui nyeri tersebut di satu

tempat atau menyebar dengan cara menekan bagian yang

dirasakan sakit dan kalau nyeri itu terasa sakit, menusuk-

nusuk sepanjang hari atau beberapa jam harus dilakukan cara


22

teknik farmakologi dan teknik non farmakologi, kita harus

mengetahui juga berapa skala nyeri yang dirasakan dengan

memakai skala penilaian numeric, caranya menanyakan

kepada pasien dari angka 0-10 pasien merasakan nyeri di

angka berapa kalau 0 ( tidak ada nyeri ), 1-3 ( nyeri ringan), 4-

6 ( nyeri sedang), 7-10 ( nyeri berat ) dan kita harus melihat

ekspresi wajah pasien (Eliopoulos, 2018)

b) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Ketika seorang pasien mengalami nyeri di bagian tubuhnya

kita harus mengetahui faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri tersebut, caranya menanyakan kepada

pasien faktor apa saja yang memperberat dan memperingan

nyeri apakah melakukan aktivitas yang berlebihan, suasana

hati atau cara pola tidur yang tidak teratur (Eliopoulos, 2018)

c) Monitor TTV

Untuk mengetahui seorang pasien memeliki tekanan darah

yang tinggi, nadi yang cepat, respirasi yang cepat dan suhu

tubuh yang tinggi maka harus monitor setiap hari caranya yaitu

mengukur tekanan darah dengan mengunakan alat tensi

meter (Sphygmomanometer) supaya mengetahui apakah

sistolik dan diastoliknya tinggi atau rendah, cara menghitung

nadi yaitu dengan putar pergelangan tangan sehingga telapak

tangan menghadap ke atas,tempatkan jari telunjuk dan jari


23

tengah di pergelangan tangan bagian dalam yang dilewati

pembuluh darah arteri dan hitung denyut nadi selama 60 detik,

cara menghitung respirasi yaitu dengan meminta pasien rileks

dan meminta pasien bernafas seperti biasanya setelah itu

melakukan pengitungan dalam waktu 1 menit dengan

menggunakan respirometer atau arloji, cara mengukur suhu

tubuh yaitu mengatur thermometer dan meminta pasien untuk

mengangkat tangan setelah itu meletakan thermometer ke

axsila pasien dan meminta pasien rapatkan tangan dengan

thermometer kemudia tunggu sampai thermometernya

berbunyi selama 5-10 menit

2) Terapeutik :

a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Ketika kita ingin melakukan teknik untuk mengurangi rasa

nyeri kepada pasien, pasien harus mengetahui teknik apa saja

yang di berikan, caranya dengan memebrikan kompres hangat

jahe, kompres hangat, imajinasi terbimbing, akupersur dan

terapi music (Eliopoulos, 2018)

a) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

Ketika seorang pasien mengalami nyeri kadang pemicunya

yaitu seperti cahaya yang terang karena cahaya yang terlalu

terang kadang membuat nyeri pasien bertambah (Eliopoulos,

2018)

3) Edukasi :

a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri


24

Seorang pasien yang mengalami nyeri biasanya disebabkan

karena faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer belum

diketahui (idiopatik). Hal ini diduga berkaitan dengan

kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang

menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat

mengakibatkan peningkatan produksi asam urat atau bisa juga

disebabkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari

tubuh. Faktor sekunder, meliputi peningkatan produksi asam

urat, terganggunya proses pembuangan asam urat, dan

kombinasi kedua penyebab tersebut, periode nyeri yang

dirasakan pasien misalnya 3 kali dalam sehari dengan

dilakukan intervensi keperawatan berupa teknik farmakologi (

pemberian analgesic) dan nonfarmakologi (Kompres Hangat

Jahe) kemungkinan periode nyerinya bisa menurun menjadi 1

kali atau tidak lagi merasakan nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

Semua strategi yang dilakukan untuk mengatasi saat rasa

nyeri muncul yaitu dengan cara teknik farmakologi (Pemberian

Analgesik agen nonopioid dan opioid) dan obat tambahan

antidepresan, antikonvulsan, preparat herbal semuanya

ditemukan berperan dalam meningkatkan kenyamanan pada

lansia yang merasakan nyeri) dan nonfarmakologis yaitu

dengan dilakukan ke pasien Kompres Hangat Jahe,


25

Akupuntur, Akupresur, imajinasi terbimbing dan terapi musik

(Touhy, 2010)

c) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Ketika nyeri yang di rasakan pasien muncul ajarkan kepada

pasien teknik nonfarmakologis caranya yaitu dengan

dilakukan Kompres hangat jahe caranya yaitu celupkan

waslap dalam air hangat rebusan jahe, peras sebelum

digunakan untuk mengompres kemudian lakukan kompres

selama 5-10 menit pada lutut atau daerah yang nyeri/rematik

dan ulangi beberapa kali, Akupuntur caranya berikan posisi

yang sesuai dan buka area yang akan di terapi sesuai

kebutuhan, tentukan titik-titik yang akan dilakukan akupuntur,

lakukan tusukan pada daerah yang sesuai keluhan klien,

disinfektan terlebih dahulu daerah yang akan dilakukan

penusukan, Akupresur caranya atur posisi pasien, cuci tangan,

cari titik rangsangan yang ada di tubuh menekanya hingga

masuk ke sistem saraf, hanya menggunakan gerakan dan

tekanan jari yaitu tekan putar, tekan titik, dan tekan lurus,

kemudian lakukan penekanan pada 12 titik atau jalur meridian

utama tubuh dan 2 titik meridian tubuh tambahan, dilakukan

selama 10-15 menit, Imajinasi terbimbing caranya

menanyakan tempat yang di sukai, atur posisi yang senyaman

mungkin, meminta pasien memejamkan mata ,

mengintruksikan pasien untuk menarik nafas dalam melalui


26

hidung dan mengeluarkan secara perlahan-lahan melalui

mulut, meminta pasien mengulangi selama 3 kali dan meminta

pasien untuk membanyangkan berada di tempat yang disukai,

membawa pasien berada pada suasana yang di sukai dan

meminta pasien untuk merasakan nyamannya berada di

tempat yang disukai, Terapi music caranya siapkan beberapa

music tunjukan kepada pasien, menanyakan kepada pasien

dari beberapa music tersebut mana yang disukai,

memasangkan headset di telinga pasien dan meminta pasien

menutup mata dengan perlahan-lahan, setelah itu

membayangkan berada di tempat yang disukai, sampai rasa

nyeri tersebut redah (Touhy, 2010).

4) Kolaborasi :

a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

Ketika nyeri yang di rasakan pasien muncul berikan kepada

pasien teknik farmakologis dengan cara memberikan

analgesik kepada pasien (Eliopoulos, 2018).

4 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan,

pada tahap ini dapat diketahui apakah tujuan dalam proses

keperawatan sudah tercapai atau belum, masalah apa yang sudah

dipecahkan dan apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan

dan dinilai kembali (Rafika, 2019).

Evaluasi keperawatan merupakan tahap kelima yang

dilakukan setelah tahap implementasi, pada tahap ini dilakukan


27

kegiatan yang terus-menerus untuk menentukan apakah rencana

keperawatan yang telah disusun efektif dan bagaimana rencana

keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan

rencana keperawatan (Faiz, 2022).

Evaluasi yang dilakukan berdasarkan kriteria hasil yang telah disusun

pada perencanaan yaitu meliputi:

 Keluhan nyeri menurun

 Meringis menurun

 Sikap protektif menurun

 Gelisah menurun

 Frekuensi nadi membaik

 Pola nafas membaik

 Tekanan darah membaik


28
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode penulisan yang digunakan dalam

menyelenggarakan studi kasus terhadap Asuhan Keperawatan pada Lansia

yang mengalami Gout Arthritis dengan masalah Nyeri Kronis, penelitian atau

acuan strategi penelitian ini agar peniliti dapat mencapai data lebih valid. Bab

ini memuat penjelasan yang singkat tentang metode yang diambil untuk

menjawab pertanyaan penelitian (Rafika, 2019).

A. Rancangan studi kasus

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan

studi kasus. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih

menekankan pada data faktual dari pada penyimpulan. Penyusunan

dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam pada pasien Gout

Arthtritis. Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan

keperawatan pada lansia yang mengalami gout arthritis dengan masalah

nyeri kronis. Pendekatan yang digunakan merupakam pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

B. Subjek studi kasus

Subjek studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian

yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khusus dari keseluruhan.

Adapun penentuan subjek yang diteliti yaitu lansia yang menderita gout

27
28

arthritis di wilayah kerja puskesmas letwaru. Adapun kriteria sampel

penelitian mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1 Kriteria inklusi:

a. klien didiagnosa menderita Gout Arthritis

b. klien berjenis kelamin perempuan atau laki-laki

c. klien dengan usia ≥ 60 tahun

d. klien memiliki keluhan nyeri kronis (≥ 3 bulan)

e. skala nyeri sedang dan berat

f. Nilai asam urat ≥ 8,5 mg/dl

g. klien bersedia menjadi responden selama penelitian berlangsung

2 Kriteria eksklusi

a. Klien tidak kooperatif dan tidak bersedia menjadi responden

b. Klien mengundurkan diri.

C. Fokus studi kasus

Penelitian ini bermaksud menggambarkan asuhan keperawatan pada

lansia yang mengalami gout arthritis dengan masalah nyeri kronis. Dengan

demikian yang menjadi fokus penelitian ini adalah lansia yang menderita gout

arthritis dengan memiliki nyeri kronis yang skalanya (4-6) sedang dan sangat

berat (10).

D. Definisi operasional

1. Asuhan keperawatan pada Lansia yang mengalami gout arthritis dengan

masalah nyeri kronis merupakan suatu proses atau tahapan kegiatan

yang diberikan kepada pasien gout arthritis dalam tatanan pelayanan


29

kesehatan mulai dari tahapan pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi

2. Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan

dengan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan.yang

berlangsung lebih dari tiga bulan.

3. Lansia adalah kelompok umur pada manusia yang telah memasuki

tahapan akhir dari fase kehidupannya, seseorang dikatakan lansia apabila

umurnya sudah 60 tahun atau lebih

4. Penderita gout arthritis adalah seseorang yang didiagnosa menderita gout

arthritis berdasarkan data sekunder di puskesmas lokasi penelitian.

E. Tempat dan waktu

1. Tempat dan lokasi studi kasus

Lokasi studi kasus adalah wilayah kerja Puskesmas Letwaru di Kota

Masohi

2. Waktu pelaksanaan penelitian

Penelitian ini direncanakan berlangsung pada minggu keempat bulan juli

2023.

F. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu observasi dan

perlengkapan seperti alat Easy Touch Gcu Meter Device atau alat cek asam

urat yang berfungsi menghitung kadar asam urat pasien

1. Prosedur pengumpulan data


30

a. Pengurusan izin penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik

Kabupaten Maluku Tengah

b. Setelah mendapatkan surat rekomendasi dari Badan Kesatuan

Bangsa Dan Politik Kabupaten Maluku Tengah, peneliti mengurus izin

penelitian di Puskesmas Letwaru

c. Setelah diizinkan untuk memulai penelitian, peneliti melakukan seleksi

terhadap penderita Gout Arthritis yang ada untuk mendapatkan

responden penelitian sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

d. Setelah mendapatkan dua orang responden yang sesuai kriteria,

peneliti mulai melakukan penelitian

e. Penelitian dilakukan selama dua minggu

f. Hasil penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis

g. Hasil analisis data, dituangkan dalam laporan penelitian dalam bentuk

karya tulis ilmiah

h. Konsultasi hasil penelitian dengan pembimbing

i. Ujian akhir karya tulis ilmiah

2. Instrumen penelitian

a. Format pengkajian gerontik

b. Alat cek asam urat

c. Pengukuran nyeri menggunakan skala numerik NRS (Numerical

Rating Scale)

d. Lembaran observasi

1) Hari/tanggal

2) Jam

3) Keluhan Sebelum Implementasi yang terdiri dari:


31

a) Nilai asam urat

b) Skala nyeri

c) Tekanan darah

d) Pernapasan

e) Nadi

f) Suhu

4) Keluhan Setelah Implementasi yang terdiri dari dari:

a) Nilai asam urat

b) Skala nyeri

c) Tekanan darah

d) Pernapasan

e) Nadi

f) Suhu

e. Catatan anekdotal

G. Analisis data dan Penyajian data

Data yang disajikan secara teskstur atau narasi dan dapat disertai

dengan cuplikan ungkapan variable dan study kasus yang merupakan data

pendukung.

Lansia yang menderita gout arthritis melakukan pemeriksaan yang

rutin dan tidak mengingatkan lansia untuk minum obat tepat waktu, hal ini

berisiko menyebabkan komplikasi gout arthritis yang lebih parah.

H. Etika penelitian

Etika menggambarkan aspek-aspek etik, dalam penelitian ini

dilaksanakan dengan memenuhi prinsip-prinsip Lima hak tersebut meliputi


32

hak untuk self determination, hak terhadap privacy dan dignity, hak terhadap

anonymity dan confidentiality, hak untuk mendapatkan penanganan yang adil

dan hak terhadap perlindungan dari ketidaknyamanan atau kerugian.

1 Informed Concent (surat persetujuan) sebelum peneliti mengambil data

awal langkah pertama yang harus dilakukan penelitih, memperkenalkan

diri, memberikan penjelasan tentang judul, subjek dalam penelitian ini

harus mendapatkan informasi secara lengkap mengenai tujuan penelitian

yang akan dilaksanakan, Klien memiliki membuat keputusan hak untuk

secara sadar dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini atau untuk mengundurkan

diri dari penelitian ini.

2 Anonymity (tanpa nama), dalam tahap ini penelti menjaga privasi pasien

dimana tidak menulis nama pasien hanya Menggunakan inisial untuk

melindungi hak hak privasi pasien.


BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil studi kasus

Studi kasus ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskemas Letwaru

selama dua minggu mulai dari tanggal 03 Juli 2023 sampai dengan tanggal

16 Juli 2023 . sebelum hasil studi kasus dijelaskan, berikut ini akan dijelaskan

terlebih dahulu tentang gambaran umum lokasi penelitian.

1. Gambaran umum lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Letwaru

kecamatan kota masohi, Dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 2

orang. Puskesmas Letwaru adalah unsur pelaksanaan pemerintah

daerah di bidang pelayanan kesehatan dipimpin oleh seorang kepala

puskesmas yaitu Drg. J. Napitupulu dengan jumlah pegawai 55 orang

dengan tugas masing-masing Puskesmas Letwaru ini berlokasi di Jl.

Bangao kecamatan kota Masohi yang terdiri dari beberapa ruangan

salah satunya poli umum. Jumlah penduduk yang berada diwilayah

puskesmas letwaru berjumlah 20.933 jiwa. 10 penyakit terbanyak yaitu

hipertensi, DM, Atritis Gout, Kolestrol, Gastritis, Karies gigi, infeksi,

Alergi, dermatitis, dan influensa

2. Karakteristik subjek

Sebelum memulai tindakan, peneliti memperkenalkan diri dan memberi

penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan serta tujuan dan

manfaat bagi subjek. Peneliti menskrining 4 subjek tetapi yang di

dapatkan cuman 2 subjek karena 2 subjek tersebut termasuk dalam

33
34

kriteria insklusif Peneliti meminta kesediaan subjek dengan

menyerahkan surat persetujuan penelitian dan meminta subjek

menandatangani informed consent (persetujuan menjadi partisipan).

Kemudian lanjut melakukan pengkajian cek asam urat menggunakan alat

test asam urat (Easy Touch GCU) serta mencatat hasil di lembar

anecdotal.

Subjek penelitian ditetapkan berdasarkan pasien yang terdiagnosis Gout

Arthritis di Puskesmas letwaru, peneliti mendapatkan 2 pasien dengan

diagnosis Gout Arthritis, kemudian peneliti mengobservasi pasien sesuai

kriteria inklusi.

a. Subjek 1

Tn.L. K terdiagnosis Gout Arthritis dan sesuai dengan kriteria inklusi

yaitu Nilai gout arthritis 9.0 , usia 64 tahun, dan skala nyeri 6.

b. Subjek 2

Tn. H.R.T terdiagnosis Gout Arthritis sesuai dengan kriteria inklusi

yaitu Nilai gout arthritis 10.0 , usia 80 tahun, dan skala nyeri 8.

Maka didapatkan 2 pasien yang dapat dijadikan responden. Setelah itu

responden mengisi lembar informed concent yang telah disediakan dan

peneliti melakukan pengkajian dengan teknik wawancara lansung dan

observasi langsung kepada responden 1 dan 2. Saat pengkajian peneliti

mendapatkan keluhan yang dirasakan dan akhirnya peneliti bisa

melakukan asuhan keperawatan selama 1 minggu. Maka peneliti

melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan pada lansia

yang mengalami Gout Arthritis dengan masalah Nyeri Akut di wilayah

puskesmas letwaru”
35

3. Pelaksanaan studi kasus

a. Pengkajian Karakteristik Demografi

1) Subjek 1

Tn L. K berusia 64 tahun, lahir di Ambon,16/03/1959 seorang

petani, tamat SD tinggal di Depan as Yonif 731 Waipo-Haruru

kecamata kota Masohi, telah menikah, beragama Islam dan

terdiagnosa Gout Arthritis. Keluarga atau orang terdekat reponden

1 adalah Nama Ny. S.O.K alamat Depan as Yonif 731 Waipo-

Haruru kota masohi, agama Islam, Ny. S.O.K adalah seorang istri

dari Tn L. K. Pekerjaan dan status ekonomi responden 1 Tn L. K

mengatakan pekerjaan saat ini dan sebelumnya sama yaitu petani

dan jasa simpan pinjam, Sumber pendapatan dari Tn L.K yaitu

hasil kebun dan jasa simpan pinjam (1 bulan 3 juta) pendapatan

tersebut sanggat cukup untuk kehidupan sehari-hari. Tn. L K

memeliki hobi yaitu mancing, bercocok tanam, tetapi ketika sakit

Tn L. K masi bisa melakukan hobi tersebut tetapi sesekali.

Berpergian/berwisata Tn L. K mengatakan sering berpergian

karena Tn L. K biasanya melakukan jasa simpan pinjam. Tn L. K

biasanya tidak pernah berpartisipasi dalam organisasi apapun. Tn

L. K juga biasanya menghabiskan waktu dengan bekerja dan

sesekali waktu duduk jahit jarring dirumah.

2) Subjek 2
36

Tn. H.R,T jenis kelamin laki-laki, berusia 80 tahun , lahir di Kailolo

seorang Pensiunan guru, tamatan sekolah pendidikan guru (Spg),

telah menikah, beragama Islam dan terdiagnosa Gout Arthritis.

Keluarga yang terdekat yaitu Nama Ny. A.T alamat BTN air

Pepaya kecamatan kota masohi, agama Islam , merupakan istri

dari Tn. H.R,T. Tn.H.R.T mengatakan saat ini dan sebelumnya

yaitu pensiunan guru dan guru, Sumber pendapatan dari Tn.H.R.T

yaitu hasil pensiun 1 bulan 500 pendapatan tersebut sangat cukup

itu yang di katakan oleh Ny.A.T. Hobi Tn. H.R,T yaitu berkebun.

Tn. H.R,T mengatakan saat ini tidak kemana-mana dan suka

jalan-jalan. Klien mengatakan tidak pernah berpartisipasi dalam

organisasi apapun. Rutinitas Biasanya menghabiskan waktu di

rumah dan masjid

3) Aktifitas kehidupan sehari-hari (ADL) ke-2 responden mandiri

untuk berpakaian, ke toilet, mandi, dan berpindah tempat tidak

ada keluhan

a. Instrumen aktifitas kehidupan sehari-sehari responden 1 lebih

mandiri dan setiap melekukan aktifitas tidak dengan bantuan,

sedangkan responden yang ke-2 masih ada tergantung atau

meminta bantuan.

4) Tinggi badan reponden 1 (155 cm), berat badan (62 kg), dan

indeks massa tubuh (IMT) 22,44. Sedangkan responden ke-2 tingi

badan 160, berat badan 65, dan indkes masa tubuh (IMT) 33,75.

5) Skrining penyakit dari k-2 responden nutrisi yang tidak baik dan

pendengaran yang baik


37

6) Defisit fungsi kongnitif atau melatih daya ingat responden 1 masih

baik daya ingatnya, bisa mengulang 3 kata yang ingat dan di

ucapkan, bisa menggambar jam. responden ke-2 daya ingatnya

masih baik, bisa mengulang 3 kata yang diingat dan diucap dan

bisa menggambar jam.

b. Keadaan Fisik

1) Keluhan utama :

a) Responden 1 Tn L. K mengatakan :

“bapa pung kaki kiri deng kanan skali-skali rasa sakit, rasa

ngilu, kram deng kaki dua-dua ini bangkak, apalai kalau

jalan talalu lama”.

“bapak punya kaki kiri dan kanan sesekali rasa sakit, rasa

ngilu,kram dan kedua kaki bengkak, apalagi kalau jalan

terlalu lama”

b) Responden 2 Tn. H.R,T mengatakan:

“ina tete ini pung telapak kaki bagian kanan sparu kram,

deng kalau buka sandal injak di muka rumah tar bisa lama

ina, barang tete pung kaki kalau injak lama saki paskali

sampe di rasa di kapala”.

“kakak kakek punya telapak kaki di bagian kanan sesekali

kram, dan ketika membuka sandal menginjak di halaman

rumah tidak terlalu lama kakak, karena kakek punya kaki

ketika menginjak di halaman rumah sangat sakit samapi

ke ubun-ubun”
38

2) Riwayat medis masalalu :

Responden 1 Tn L. K mengatakan sebelumnya beliau menderita

Hipertensi, tetapi pada saat mengecek gout arthritis, gout arthritis

beliau naik atau tinggi (10.0 mg/dl) dan beliau sudah mengalami

Gout Arthritis sejak masih bekerja, beliau mengatakan ada

makanan pantangan atau makan yang dilarang untuk dikonsumsi

yaitu daging dan sayuran. Sedangkan responden 2 Klien

mengatakan sebelumnya menderita Hipertensi, tetapi saat sakit

dan pergi ke puskesmas klien di cek gout arthrisnya naik atau

tinggi (10.5 mg/dl) dan klien suda lama mengalami Gout Arthritis,

sebelum sakit klien tidak ada makanan pantangan atau makanan

yang dilarang untuk dikonsumsi

3) Riwayat medis sekarang :

Responden 1 Klien mengatakan merasa nyeri di kaki kiri dan

kanan, skala nyeri 6, nyeri seperti ditusuk dan kram, nyeri bisa

berlangsung lama jika pasien sedang berjalan dan terlalu

beraktivitas, nyeri hilang timbul klien mengalami gout arthritis

suda 1 tahun. Sedangkan responden 2 Klien mengatakan merasa

sakit di telapak kaki bagian kanan dan terasa sampai ke ubun-

ubun, skala nyeri 8 nyeri terasa seperti di tusuk tusuk, kadang –

kadang nyeri terasa ketika pasien melakukan aktivitas, nyeri

hilang timbul,klien mengalami gout arthritis 1 tahun 2 bulan.

4) Riwayat kesehatan keluarga dan sosial :

Responde 1 Klien mengatakan ada anggota keluarga yang

memiliki riwayat penyakit Gout Arthritis, dan penyakit Hipertensi.


39

Sedangkan responde 2 Klien mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang memiliki riwayat penyakit Gout Arthritis, dan

penyakit menular lainnya.

5) Pengkajian tambahan dari responden 1 beliau mengatakan

sebelumnya tidak ikut posyandu lansia dan beliau sering

mengecek asam urat di dokter dan hasilnya diatas normal, beliau

juga mendapatkan obat, 1 bulan kemuadia beliau tidak

mengeceknya kembali dan beliau tidak rutin minum obat.

Sedangkan responen ke-2 mengatakan tidak pernah ikut

posyandu lansia dan beliau sering mengecek asam urat di dokter

dan hasilnya diatas normal, mendapatkan obat sesuai resep dan

rutin minum obat saat melakukan pengakajian obatnya sudah

habis di konsumsi.

6) Monitor tanda dan gejala dari ke-2 responden mengalami keluhan

dan masalah yang sama gejala yang dirasakan juga sama.

c. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Kesadaran pada ke-dua responden composmentis dan GCS atau

tingkat kesadaran dari kedua responden hasilnya 15 artinya

kesadaran penuh. Mengkaji tanda-tanda vital dari responden 1

hasilnya TD:130/80 MmHg, N: 70x/menit, P: 20 x/menit, S :

36.5C. Sedangkan responden ke-2 TD:130/100 MmHg,

N:75x/menit, P: 24x/menit, S: 35.5C.

Bagian pengkajian kepala dari ke-2 responden bersih,

tidak ada kerontokan di rambut. Bagian konjungtiva mata dari ke-


40

2 responden sedikit pucat, tidak ikterik, dan dari ke-2 responden 1

mengalami keluhan yaitu penglihatan kabur dan responden 2

tidak ada keluhan.

Bagian hidung dari ke-2 responden tidak ada masalah.

Bagian mulut tenggorokan dari ke-2 responden bersih dan

responden 1 tidak ada masalah, dan gigi masi lengkap.

Sedangkan responden ke-2 sudah ompong sebagian dan

mengeluh sakit gigi

Pengkajian telinga dari kedua responden bersih tidak ada

masalah. Bagian leher tidak ada masala. Pengkajian dada dari

responden 1 tidak ada masalah, sedangkan responden ke-2

terlihat sesak nafas akibat terlalu mengisap roko.

Pengkajian abdomen dan genitlia dari ke-2 responden

baik tidak ada masalah dan keluhan, bagian ektremitas dari

responden 1 sering mengeluh kedua kaki nyeri dan edema

sedangkan responden ke-2 sering mengeluh telapak kaki bagian

kanan mengalami nyeri. Bagian pengkajian integumen dari ke-2

responden warnah kulit sawo matang dan tidak ada keluhan

apapun.

2) Catatan asupan makanan biasa pasien berdasarkan ingatan diet

24 jam

Pada responden 1 jenis makan pagi Air putih dan pisang

siangnya Kasbi, kepiting dan air putih waktu sore Pisang dan air

putih dan waktu malam jenis makanannya Nasi putih, kepiting.


41

Sedangkan responden ke-2 jenis makanan pagi Roti dan

the, di siang hari nasi putih, ikan dan air putih, saat sore klien

makan gorengan dan the, kemudian jenis makanan di malam hari

Nasi puti, ikan, dan air putih.

Lingkungan tempat tinggal ke-2 responden, Kebersihan

dan kerapihan ruangan Responden 1 Ruangan Dalam rumah

kurang bersih dan peralatan dalam rumah tidak tertata dengan

baik,penerangan dalam rumah cukup baik karena menggunakan

listrik, Sirkulasi udara dalam rumah baik karena setiap jendela

mempunyai fentilasi dan jendela setiap hari dibuka kecuali

malam, Keadaan kamar mandi dan wc terlihat bersih,

Pembuangan air kotor di Selokan, sumber air minum langsung

dari ledeng, Klien mengatakan biasannya membuang sampah

pada tempat sampah, Klien mengatakan sumber pencemaran

dari got depan rumah dan ketika hujan terdapat genangan di

samping-samping rumah, Penataan halaman kosong tidak

tanam-tanaman seperti bunga-bunga,sedangkan Responden 2

Ruangan dalam rumah bersih dan peralatan tertata dengan baik,

Penerangan dalam rumah baik karena menggunakan listrik,

Sirkulasi udara dalam rumah baik karena setiap jendela

mempunyai fentilasi dan jendela setiap hari dibuka kecuali

malam, Keadaan kamar mandi dan wc terlihat cukup bersih,

sumber air minum langsung dari ledeng, Klien mengatakan

biasanya sampah di kumpulkan lalu di bakar, Halama di gunakan

untuk tanam tanaman contohnya bunga


42

3) Persamaan Data yang bermasalah dari ke-2 respoden

Ke-2 responden mempunyai masalah yang sama yaitu gout

arthritis, responden 1 memiliki skala nyeri 6 dan nilai asam

uratnya 9,0 mg/dl dalam pemeriksaan fisik di bagian ekstremitas

bawah terjadi bengkak di kedua kaki dan terasa nyeri, sedangkan

responden ke-2 memiliki skala nyeri 8 dan nilai asam uratnya

10.0 mg/dl, dalam pemeriksaan fisik di bagian ekstremitas bawah

terasa nyeri di telapak kaki bagian kanan.

4. Diagnosa Keperawatan

a. Analisa data responden 1

Klien mengeluh sakit di bagian kaki kiri dan kanan sesekali

sakit, rasa ngilu, kram dan bengkak, apalagi ketika berjalan

terlalu lama, P :Klien Mengatakan sakit di bagian kaki kiri dan

kanan sesekali sakit, rasa ngilu, kram dan bengkak ,Q: Nyeri

terasa seperti ditusuk, R: Nyeri terasa di kaki kiri dan kanan, S:

Skala nyeri 6, T: nyeri hilang timbul ketika pasien berjalan dan

melakukan aktivitas

Klien tampak meringis dan Klien tampak gelisah cek tanda-

tanda vital, TD; 130 /80 MmHg, N: 70x/menit P : 20 x/menit, S :

36.50 C

b. Analisa data responden 2

Klien mengeluh sakit pada telapak kaki bagian kanan,

kram, dan kalau lepas sandal menginjak di halaman rumah

sangat sakit sampai ke ubun-ubun, kadang-kadang terasa ketika

pasien melakukan aktivitas, P: Klien Mengatakan sakit kepala


43

terasa sampai ke ubun- ubun, Q: Nyeri terasa seperti di tusuk, R:

Nyeri terasa di telapak kaki bagian kanan,S: Skala nyeri 8, T: dan

nyeri hilang timbul ketika pasien melakukan aktivitas

Klien tampak meringis dan Klien tampak gelisa cek tanda-

tanda vital: TD;130/90 MmHg, N: 7 5 x/menit, P : 19 x/menit , S:

35.50 C

Etiologi atau penyebab dari ke-2 agen pecedera fisiologi .

Diagnosa keperawatan yang di ambil dari ke-2 responden Nyeri

Akut.

5. Perencanan Kepetawatan

Diangonsa keperawatan

Nyeri Kronis berhubungan dengan gangguan fungsi metabolik di

tandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah dan bersikap

protektif.

Intervensi keperawatan yang di ambil dari diagnosa keperawatan

yang dijelaskan di atas maka kedua responden tersebut mengambil

manajemen Nyeri, tujuannya agar dapat menurunkan nyeri dan

mengstabilkan kadar asam urat dalam darah tetap dalam batas

normal atau stabil.

Manajemen Nyeri mengobservasi : Identifikasi lokasi, karakteristik,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi

respon nyeri non verbal, Identifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri, Identifikasi pengetahun dan keyakinan tentang

nyeri, Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri, Identifikasi


44

pengaruh nyeri pada kualitas hidup, Monitor keberhasilan terapi

komplementer yang sudah diberikan, Monitor efek samping

penggunaan analgesic, Terapeutik: Berikan tehnik non

farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri, Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri, Edukasi: Jelaskan penyebap, periode, dan

pemicu nyeri, Jelaskan strategi meredakan nyeri, Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri, Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat,

Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

6. Implementasi

a. Sebelum melakukan tindakan kompres hangat jahe dan

mengecek asam urat

1) Subjek pertama

Hari pertama pengkajian pada tanggal 03 juli 2023, hari

senin, pukul 15:00 WIT

Data subjek: klien mengeluh sakit, ngilu, kram, bengkak

dan apalagi ketika berjalan terlalu lama. Hasil observasi

pengkajian nyeri (PQRST) didapatkan, P (profokes): klien

Mengatakan sering merasakan sakit pada kedua kaki, kram,

ngilu dan bengkak, Q (quality): Nyeri yang dirasakan seperti

ditusuk tusuk, R (Region): letak nyeri yang dirasakan pada

kaki, S (severity): Skala nyeri yang dirasakan 6, T (time) : dan

nyeri hilang timbul ketika klien berjalan dan melakukan

aktivitas

Data objektif: keadaan umu klien pada saat dikaji

sebelum dilakukan tindakan kompres hangat jahe, klien


45

tampak meringis dan tampak gelisa Nilai asam urat : 9.0mg/dl,

TD; 130 /80 MmHg, N: 70x/menit, P : 20 x/menit, S : 36.50 C

2) Subjek kedua

Hari pertama pengkajian pada tanggal 08 juli 2023, hari

sabtu, pukul 10.00 WIT

Data Subjektif: mengeluh sakit pada telapak kaki bagian

kanan dan terasa sampai ke ubun-ubun, rasa sakit terasa

ketika klien terlalu lama berjalan, ketika nyeri timbul pasien

tidak melakukan aktivitas karna nyeri yang dirasakan, hasil

observasi pengkajian nyeri (PQRST) didapatkan, P (profokes):

Klien Mengatakan sakit pada telapak kaki bagian kanan dan

terasa sampai ke ubun-ubun, Q (quality):: Nyeri yang

dirasakan seperti ditusuk jarum, R (Region): letak nyeri yang

dirasakan pada kaki kanan, S (severity): Skala nyeri 8, T

(time): dan nyeri yang dirasakan pasien hilang timbul

Data objektif: keadaan umum klien pada saat dikaji

sebelum dilakukan tindakan pemberian terapi kompres

hangat jahe, Klien tampak meringis dan Klien tampak gelisa,

Nilai asam urat: 10.0mg/dl, TD:130/90mmhg, N: 80x/menit, P:

21 x/menit, S: 36.5°C

b. Sesudah dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe

1) Subjek pertama

Hari pertama dilakukan pemberian kompres hangat jahe

pada tanggal 03 juli 2023, hari senin, pukul 15.40 WIT


46

Data subjektif: klien mengatakan ‘‘masih sama saja kaya

kamareng bapa pung kaki kiri deng kanan masi saki (seperti

biasa kedua kaki klien masih terasa sakit)

Data objektif: keadaan umum klien pada saat dikaji

sebelum dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe,

klien tampak meringis dan klien tampak gelisa, skala nyeri 6,

Nilai asam urat : 9.0mg/dl, TD : 130/80mmhg , N : 70 x/menit,

P : 20 x/menit S : 36,5 0C

Keadaan umum klien pada saat dikaji setelah dilakukan

tindakan pemberian kompres hangat jahe 5-10 menit, klien

tampak meringis dan sesekali memegang kedua kaki, klien

tampak gelisa, dan pada saat pemberian kompres hanga jahe

sedang berlangsung klien mengatakan ‘‘ sara bapa pung kaki

dua-dua bangka e deng bapa jag rasa kaki kram’’ (klien

mengatakan kedua kakinya bengkak dan terasa kram)

Hari kedua dilakukan pemberian Kompres hangat jahe

pada tanggal 04 juli 2023, hari selasa, pukul 10.30 WIT

Data subjektif: klien mengatakan “sara bapa pung

bangka sadiki turun barang kamareng su biking kompres

hangat pake jahe” (Klien mengatakan bengkaknya sudah

sedikit menurun karena kemarin melakukan kompres hangat

memakai jahe)

Data Objektif: keadaan umum klien setelah 1 hari

dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe, klien

tampak masih meringis dan gelisa, skala nyeri 5, Nilai asam


47

urat : 8.0 mg/dl, TD: 130/70mmhg, N: 80 x/menit, R: 20

x/menit, S: 36,7 0C

Keadaan umum klien pada saat dikaji setelah dilakukan

tindakan pemberian kompres hangat jahe 5-10 menit,klien

tampak lebih rileks, tidak meringis lagi dan bengkak menurun

dan pada saat kompres hangat jahe sedang berlangsung klien

mengatakan “biasa sara bapa pung kaki dua-dua masi rasa

sakit tapi rasa nilu su sadiki kurang, kram deng bangka jua su

sadiki turun’’ (pasien mengatakan seperti biasa sakit di bagian

kaki kiri dan kanan, tetapi rasa ngilunya suda sedikit

berkurang, kram dan bengkaknya sudah sedikit menurun

setiap di berikan kompres hangat jahe), dan ketika ditanya

mengenai penekan pada setiap kompres, klien mengatakan

“adoo tekan bagitu akang rasa saki tapi mau biking bagiman

ini par katong pung bae ni jadi tahang jua’’ (klien mengatakan

ketika ditekan disetiap kompres klien merasa sakit tetapi demi

kesembuhan pasien rela menahan sakit)

Hari ketiga dilakukan pemberian kompres hangat jahe

pada tanggal 05 juli 2023, hari rabu, pukul 14.00 WIT

Data subjektif: klien mengatakan “seng rasa saki di kaki

kiri dan kanan lai tapi masi rasa sadiki nyeri kalau bapa talalu

kerja” (tidak merasakan sakit di kedua kaki lagi tetapi hanya

merasakan sedikit nyeri ketika melakukan aktivitas)

Data objektif: keadaan umum klien setelah 2 hari

dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe, klien


48

suda tidak meringis, skala nyeri 4, nilai asam urat: 7.8 mg/dl,

TD: 130/90mmhg, N: 80 x/menit, R: 20 x/menit , S: 36,5 0C

Keadaan umum klien pada saat dikaji setelah dilakukan

tindakan pemberian kompres hangat jahe 5-10 menit, klien

tampak lebih rileks

Hari keempat dilakukan pemberian kompres hangat jahe

pada tanggal 06 juli 2023, hari kamis, pukul 09.00 WIT

Data subjektif: klien mengatakan “bapa su tra rasa sakit

di kaki dua-dua lai sara kram deng bangka jua menurun bapa

jua su lakukan kerja jua deng baik” (Klien mengatakan tidak

lagi merasakan sakit di kedua kaki, kram dan bengkak

menurun dan bapak sudah bias melakukan aktivitas dengan

baik)

Data subjektif: keadaan umum klien setelah 3 hari

dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe, klien

tampak lebih rileks, skala nyeri 3, nilai asam urat: 7.0 mg/dl

TD: 130/80mmhg, N: 83x/menit, R: 19 x/menit, S: 36,5 0C

Keadaan umum klien pada saat dikaji setelah dilakukan

tindakan pemberian kompres hangat jahe 5-10 menit, klien

tampak lebih rileks

Hari kelima dilakukan pemberian kompres hangat jahe

pada tanggal 06 juli 2023, hari kamis, pukul 15.00 WIT

Data subjektif: Klien mengatakan “bapa pung kaki dua-

dua su tra rasa nyeri lai deng bangkanya jua su turun” (tidak

lagi merasakan nyeri di bagian kaki kiri dan kanan)


49

Data objektif: keadaan umum klien setelah 4 hari

dilakukan tindakan pemberian terapi kompres hangat jahe,

Klien tampak lebih rileks, skala nyeri 2, nilai asam urat : 6,5

mg/dl, TD: 120/80mmhg, N:70 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,7


0
C

Hari keenam dilanjutkan dengan mengobservasi kondisi

klien pada tanggal 07 juni 2023, hari jumat, pukul 09.00

WIT

Data subjektif: Klien mengatakan ”bapa su seng rasa

nyeri lai di kaki deng su bias tidur sediki enak” (tidak lagi

merasakan nyeri di kedua kaki dan bias tidur dengan nyenyak)

Data objektif: keadaan umum klien setelah 5 hari

dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe, Klien

tampak lebih rileks, skala nyeri 2, TD: 130/80mmhg, N: 80

x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,6 0C

2) Subjek kedua

Hari pertama dilakukan pemberian kompres hangat jahe

pada tanggal 08 juli 2023, hari sabtu, pukul 10.10 WIT

Data subjektif: “ina tete ini pung telapak kaki bagian

kanan sparu kram, deng kalau buka sandal injak di muka

rumah tar bisa lama ina, barang tete pung kaki kalau injak

lama saki paskali sampe di rasa di kapala” (kakak kakek

punya telapak kaki di bagian kanan sesekali kram, dan ketika

membuka sandal menginjak di halaman rumah tidak terlalu


50

lama kakak, karena kakek punya kaki ketika menginjak di

halaman rumah sangat sakit samapi ke ubun-ubun)

Data objektif: keadaan umum klien pada saat dikaji

sebelum dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe,

Klien tampak meringis, skala nyeri 8, nilai asam urat: 10.0

mg/dl, TD: 130/90mmhg, N: 80 x/menit, R: 21 x/menit. S: 36,5


0
C

Keadaan umum klien pada saat dikaji setelah dilakukan

tindakan pemberian kompres hangat jahe 5-10 menit, Klien

tampak meringis, pada saat kompres hangat jahe berlangsung

klien mengatakan “ina e tete pung kaki rasa sadiki enak pas

ina kompres deng tete pung kaki padahal bangka e” (klien

mengatakan ketika di kompres klien merasa kakinya lebih

enak dan kakek punya kaki bengkak)

Hari kedua dilakukan pemberian kompres hangat jahe

pada tanggal 09 juli 2023, hari minggu, pukul 15.10 WIT

Data subjektif: “ina e tete pung kaki paling saki kalau

injak halaman barang tete ini kan talalu banyak aktivitas deng

tete kan su tua to ina” (Klien mengatakan masi merasakan

sakit di kaki ketika menginjak halaman rumah karena kakek

terlalu banyak beraktivitas dan kakek umurnya suda tua)

Data objektif: keadaan umum klien setelah 1 hari

dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe, Klien

tampak meringis, skala nyeri 7, nilai asam urat: 10.0 mg/dl,

TD: 130/80mmhg, N: 70 x/menit, R: 21 x/menit, S: 35,0 0C


51

Keadaan umum klien pada saat dikaji setelah dilakukan

tindakan pemberian kompres hangat jahe 5-10 menit, Klien

tampak meringis dan pada saat kompres hangat jahe sedang

beralngsung klien mengtakan “ina ee tete in su tua maka dari

itu tete kaki jaga saki’’ (klien mengatakan kalau kakek sudah

tua maka dari itu kakek punya kaki jaga terasa sakit)

Hari ketiga dilakukan pemberian kompres hangat jahe

pada tanggal 10 juli 2023, hari senin, pukul 10.00 WIT

Data objektif: “ina e tete kalau bajalang deng sandal rasa

saki tapi skali-skali” (Klien mengatakan ketika berjalan dengan

sandal rasa sakit timbul sekali-kali)

Data objektif: keadaan umum klien setelah 2 hari

dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe, klien

tampak rileks, skala nyeri 6, nilai asam urat: 8,5 mg/dl, TD:

130/90mmhg, N: 75 x/menit, R: 21 x/menit, S: 36,7 0C

Keadaan umum klien pada saat dikaji setelah dilakukan

tindakan pemberian kompres hangat jahe 5-10 menit, klien

tampak lebih rileks

Hari keempat di lakukan pemberian kompres hangat jahe

pada tanggal 11 juli 2023, hari selasa, pukul 14.30 WIT

Data subjektif: “ina e tete pung kaki di bagian kanan nyeri

suda berkurang tapi kalau tete talalu bajang pi kerja kaki rasa

sakit (mengatakan nyeri di telapak kaki bagian kanan suda

berkurang tetapi ketika terlalu banyak melakuka aktivitas

telapak kaki bagian kanan rasa sakit)


52

Data objektif: keadaan umum klien setelah 3 hari

dilakukan tindakan pemberian kompres hangat jahe, Klien

tampak lebih rileks, skala nyeri 5, nilai asam urat: 7,6 mg/dl

TD: 130/70mmhg, N: 72 x/menit, R: 22 x/menit, S: 35,6 0C

Keadaan umum klien pada saat dikaji setelah dilakukan

tindakan pemberian kompres hangat jahe 10 menit, klien

tampak lebih rileks.

Hari kelima di lakukan pemberian kompres hangat jahe

pada tanggal 13 juli 2023, hari rabu, pukul 10.20 WIT

Data subjektif: ‘’ina e tete seng rasa nyeri lai’’ (Klien

mengatakan tidak lagi merasakan nyeri)

Data objektif: keaadaan umu klien setelah 4 hari

dilakukan kompres hangat jahe, Klien tampak lebih rileks,

skala nyeri 4, nilai asam urat: 6,0 mg/dl TD: 130/80 mmhg, N:

78 x/menit, R: 20 x/menit, S: 36,6 0C

Keadaan umum klien pada saat dikaji setelah dilakukan

tindakan pemberian kompres hangat jahe 10 menit, klien

tampak lebih rileks.

Hari keenam dilanjutkan dengan mengobservasi kondisi

pasien pada tanggal 13 juni 2023, hari kamis, pukul 09.00

WIT

Data subjektif: ‘’tete su bisa kerja lai deng nyeri di tete

kaki su berkurang’’ (Klien mengatakan suda bisa kerja kembali

dan nyerinya sudah berkurang)


53

Data objektif: keaadaan umu klien setelah 5 hari

dilakukan kompres hangat jahe, Klien tampak lebih rileks,

skala nyeri 3,TD: 130/80 mmhg, N: 78 x/menit, R: 22 x/menit,

S: 36,2 0C

B. Pembahasan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengambarkan Asuhan

keperawatan pada lansia yang mengalami gout Arthritis dengan masalah

nyeri kronis. Peneliti mengambil subyek sesuai kriteria inklusi dan esklusi

meliputi didiagnosa menderita Gout Arthritis, berjenis kelamin perempuan

atau laki-laki, usia ≥ 60 tahun, memiliki keluhan nyeri kronis (≥ 3 bulan), skala

nyeri sedang dan berat, nilai kadar asam urat ≥ 8,5 mg/ dl. Sebelum memulai

tindakan, peneliti memperkenalkan diri dan memberi penjelasan tentang

tindakan yang akan dilakukan serta tujuan dan manfaat bagi subjek. Setelah

itu peneliti menskrining 4 subjek, skrining tersebut yang berisi Nama, TTL,

umur, BB,TB, Pemeriksaan asam urat dan menentukan tingkat nyeri. Dari

skrining tersebut yang di dapatkan cuman 2 subjek karena 2 subjek tersebut

termasuk dalam kriteria insklusif Peneliti meminta kesediaan subjek dengan

menyerahkan surat persetujuan penelitian dan meminta subjek

menandatangani informed consent (persetujuan menjadi partisipan).

Kemudian lanjut melakukan pengkajian cek asam urat menggunakan alat test

asam urat (Easy Touch GCU) serta mencatat hasil di lembar anecdotal.

Hasil Pengkajian pada kedua responden ditemukan permasalahan yang

sama yaitu nyeri kronis. Subjek pertama memiliki skala nyeri 6 dengan nilai

asam urat 9.0 mg/dl sedangkan subjek kedua memiliki skala nyeri 8 dengan
54

nilai asam urat 10.0 mg/dl dengan, tingginya asam urat pada kedua subjek di

sebabkan karena tidak mengikuti aturan dalam pola kehidupan sehari-hari.

Hasil pengkajian lainnya tentang nyeri pada subyek 1 yaitu P: nyeri

karena Asam Urat dan banyak berjalan, Q: seperti ditusuk- tusuk, R: lutut kiri,

S: skala 5, T: hilang timbul, kadar Asam Urat 8,3 g/dl dan terlihat adanya

kemerahan dan bengkak di sekitar lutut kiri sedangkan pada subyek 2 yaitu

P: nyeri karna Asam Urat, Q: kram dan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: lutut

kanan, S: skala 7, T: hilang timbul. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

(Rizal, 2022) menjelaskan bahwa adanya kemerahan dan bengkak di sekitar

lutut kanan dikarenakan kadar Asam Urat yang meningkat 9,3 g/dl dan klien

tampak meringis apabila berjalan lama.

Menurut Penelitian (Sierly, 2021) menjelaskan bahwa adanya gangguan

metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat

tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat akan mengasilkan

akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah (hiperurisemia),

sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh.

Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi

yang mengakibatkan nyeri.

Pada penelitian ini untuk mengukur intensitas nyeri menggunakan skala

Numerik Rating Scale (NRS) dimana Skala ini menggunakan angka 0 hingga

10 untuk menggambarkan tingkat nyeri yang dirasakan oleh seseorang. Pada

skala NRS, 0 biasanya diartikan sebagai "tidak ada nyeri sama sekali" dan 10

diartikan sebagai "nyeri terhebat yang bisa dibayangkan". Intensitas nyeri

adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu.

Pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual sehingga


55

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda.

Pengukuran nyeri dengan pendekatan obyektif yang paling mungkin adalah

menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun

pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti

tentang nyeri itu sendiri (Putri, 2017).

Hasil pengkajian terhadap kedua subyek ditemukan bahwa subyek

mengalami nyeri karena menderia Asam Urat semenjak 1 tahun silam yang

lalu sehingga diagnosis keperawatan yang diangkat adalah nyeri kronis.

Menurut (PPNI, 2018) Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau

emosional yang berkaitan dengan jaringan actual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan

konstan.yang berlangsung lebih dari tiga bulan, sehingga menyebabkan

riwayat posisi kerja statis dan salah satu penyebab adalah peningkatan

indeks masa. Selain itu, gejala dan tanda mayor yang harus ada meliputi

mengeluh nyeri, gelisa, tidak mampu menuntasakan aktivitas serta gejala dan

tanda minor yang ada yaitu pola tidur berubah.

Berdasarkan hasil analisa data pada kedua responden, didapatkan

diagnosa keperawatan pada kedua responden yaitu Nyeri Kronis

berhubungan dengan gangguan fungsi metabolik ditandai dengan mengeluh

nyeri, tampak meringis, gelisah dan bersikap protektif. Intervensi yang dipilih

adalah manejemen nyeri. Manajemen nyeri merupakan tindakan

mengidentifikasi dan mengelolah pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset

mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan konstan

( PPNI, DPP SIKI 2018).


56

Intervensi ini dipilih berdasarkan tautan antara standar intervensi

keperawatan Indonesia (PPNI, DPP SIKI, 2018) sesuai diagnosis yang

diangkat yaitu nyeri kronis. Menurut standar luaran keperawatan Indonesai (

PPNI, DPP SLKI, 2018) Tujuan yang akan dicapai setelah dilakukan tindakan

keperawatan adalah tingkat nyeri menurun. Tingkat nyeri merupakan

pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat dan konstan.

Implementasi awal dalam penelitian ini adalah melakukan pengkajian

nyeri (PQRST) dan menentukan dampak dari pengalaman nyeri terhadap

aktivitas sehari-hari yang dilakukan pada tanggal 03 juli 2023 responden 1

dan pada tanggal 08 juli 2023 responden 2, kemudian dilanjutkan pada

tanggal 14 juli 2023 s/d 15 juli 2023 untuk kedua responden selama 6 hari

perawatan hasil pengukuran menunjukan perbaikan nyeri (PQRST) pada

responden 1 dan 2 terutama pada skala nyeri.

Implementasi intervensi manejemen nyeri dilakukan dengan beberap

tahapan. intervensi utama sebagai berikut: Manjemen nyeri: Obsevasi (1)

identifikasi lokasi, karakteristik, nyeri, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri, (2) identifikasi skala nyeri, (3) identifikasi respon nyeri non verbal, (4)

Menanyakan faktor yang memperberat dan memperingan nyeri (5)

Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan:

akupresur, Terapeutik (1) Berikan tehnik non farmakologi untuk mengurangi

rasa nyeri , (2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri, Edukasi (1)

Jelaskan penyebap, periode, dan pemicu nyeri, (2) Jelaskan strategi


57

meredakan nyeri, (3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, (4) Ajarkan

teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.

Setelah implementasi dilakukan evaluasi. Evaluasi ialah tahap akhir

pelaksanaan proses keperawatan untuk mengukur keberhasilan rencana

keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan klien, jika masalah tidak bisa

dipecahkan atau menimbulkan rencana baru dari perawat harus bisa

mengurangi atau menangani yang terjadi permasalahan pada klien yang ada

(Rachmasari, 2021). Hasil evaluasi pada kedua subyek dapat dilihat pada

grafik berikut:

5
Responden 1
4 Responden 2
3

0
hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6

Gambar 1. Bagan Evaluasi Subjek 1 dan Subjek 2

Dalam grafik nyeri diatas dapat dilihat ada penurunan nyeri dari hari

kedua sampai hari terakhir, dimana peneliti mengajarkan responden 1 dan 2

tentang terapi kompres hangat jahe dengan menurunkan bengkak dan

melancarkan peredaran darah sehingga nyeri di kaki dapat berkurang.


58

Menurut (Rizal, 2022) Terapi Kompres hangat jahe memiliki banyak fungsi

bagi kesehatan tubuh salah satunya adalah menurunkan nyeri kronis.

Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan (Radharani, 2020)

tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh kompres hangat terhadap

penurunan nyeri pada penderita penyakit Gout Arthritis. Kompres hangat

meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot, merangsang nyeri,

menyebabkan vasodalatasi dan peningkatan aliran darah. Pembuluh darah

akan melebar sehingga memperbaiki peredaran darah dalam jaringan

tersebut. Manfaatnya dapat memfokuskan perhatian pada sesuatu selain

nyeri, atau dapat tindakan pengalihan seseorang tidak terfokus pada nyeri

lagi, dan dapat relaksasi. Air panas dan pedasnya jahe dapat mengakibatkan

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan sirkulasi

darah dan menyebabkan penurunan nyeri dengan menyingkirkan produk-

produk inflamasi seperti bradikinin, histamine dan prostaglandin yang

menimbulkan nyeri. Panas akan merangsang sel saraf menutup sehingga

transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan otak dapat dihambat

C. Keterbatasan Penelitian

1 Sibuknya petugas kesehatan setempat sehingga harus menunggu waktu

untuk mengambil obat yang telah di janjikan kepada keluarga subjek.

2 Waktu yang di gunakan sangatlah singkat sehingga hasil yang di

dapatkan kurang maksimal


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa masalah nyeri kronis pada

lansia dengan gout artritis dapat berkurang atau menurun tingkat nyeri

dengan pendekatan proses keperawatan melalui intervensi manajemen nyeri.

B. Saran

Berdasarakan kesimpulan yang telah di uraikan di atasa maka saran yang

dapat penulis kemukakan yaitu

1. Bagi tempat penelitian

Disarankan kepada pihak Puskesmas untuk melakukan penyuluhan

secara kelompok tentang pencegahan dan penanganan Gout Arthritis

termasuk pelatihan terapi kompres hangat jahe untuk mengurangi nyeri

pada masyarakat yang menderita Gout Arthritis.

2. Bagi intitusi pendidikan

Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan untuk meningkatkan

pemahaman mahasiswa terhadap Asuhan Keperawatan dan bisa

menambah wawasan dalam perkembangan ilmu keperawatan.

3. Bagi penderita Gout Arthritis

Motivasi untuk berpatisipasi dalam perawatan diri secara mandiri itu perlu

di tingkatkan sehingga tidak terjadi komplikasi gout arthritis yang tidak di

inginkan serta pengetahuan klien harus lebih di tingkatkan sehingga

dapat menambah pemahaman klien dalam menjaga perawatan diri.

58
59

Daftar Pustaka

Ahmad (2021) Statistika Penduduk Lanjut Usia.

Alawiyah (2021) Asuhan keperawatan dengan gangguan masalah asam urat


(gout) di desa temurejo karang rayung.

Andriani (2022) Nyeri Kronis Akibat Arthritis Gout Pada Ny.S Di Wilayah
Puskesmas Pembantu Pal IX Dusun Parit Keladi II.

Ayyub (2016) ‘Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Klien Gout Arthritis Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Kronis Di Uptd Griya Wredha Medokan Asri
Surabaya’.

Eliopoulos (2018) Keperawatan Gerontologi (Edisi Kesembilan ).

Faiz (2022) Asuhan Keperawatan Dengan Nyeri Kronis Pada Lansia Yang
Mengalami Gout Arthritis Di Wilayah Upt Puskesmas Bangsal Kabupaten
Mojokerto.

Hajar (2022) Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Nyeri Kronis Pada Kasus
Gout Arthritis Di Lingkungan Mentikan Rt 03 Rw 01 Kecamatan Prajurit
Kulon Kota Mojokerto.

Hidayah (2019) Asuhan keperawatan pada lansia dengan gout Arthritis di pantai
sosial tresna werdha nirwana puri samarinda, Αγαη.

PPNI, DPP SIKI, P.T. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Cetakan I. Edited by P.P.N. indonesia
Dewan Pengurus Pusat. Jakarta selatan.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia.

Putri (2017) ‘Pengaruh Pemberian Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Gout
Artritis Pada Lansia Di Pstw Budi Sejahtera Kalimantan Selatan’, Dunia
Keperawatan, 5(2), p. 90. Available at:
https://doi.org/10.20527/dk.v5i2.4112.

59
60

Rachmasari (2021) Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.S Dengan Penyakit


Gout Artritis Di Desa Kabongan Lor Kabupaten Rembang.

60
60

Radharani (2020) ‘Kompres Jahe Hangat Dapat Menurunkan Intesitas Nyeri


Pada Pasien Gout Artritis’, 11(1), pp. 573–578. Available at:
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.349.

Rafika (2019) Asuhan Keperawaatan Gerontik Gout Arthritis Pada Ny.T Dan Tn.K
Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Kronis Di Upt Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Jember.

Rizal (2022) ‘Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gout Arthritis’, Open
Access Jakarta Journal of Health Sciences, 1(4), pp. 129–132. Available
at: https://doi.org/10.53801/oajjhs.v1i4.14.

Sa’diya (2021) Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Nyeri Kronis Pada
Diagnosa Medis Gout Arthritis Di Desa Kampung Baru Grati Pasuruan.

Sari (2017) Gambaran kualitas hidup lansia di panti sosial Tresna werdha budi
luhur dan lansia di kelurahan paal v - kota jambi mila triana sari 1 ,
susanti.

Sierly (2021) Asuhan keperawatan lansia gout arthritis dengan masalah


keperawatan nyeri akut di desa cukurgondang.

Sopiah (2023) ‘Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Gout Arthritis


Dengan Pemberian Intervensi Kompres Jahe Untuk Mengurangi Tingkat
Nyeri Di Panti Werdha Kasih Ayah Bunda merupakan masalah
degenaratif yang menyerang persendian dan paling sering dijumpai di
penyakit’, 2(3), pp. 1–6.

Touhy (2010) Keperawatan Gerontologis dan Penuaan Sehat Ebersole and


Hess. Available at: https://doi.org/10.1111/j.1533-2500.
61
56

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan


1

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN

No KEGIATAN JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan proposal

2. Seminar proposal

3. Penilitian

4. Pengumpulan data

5. Pengolahan data

6. Pembuatan laporan

7. Ujian KTI
2

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

(Persetujuan menjadi partisipasi)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapatkan

penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang dilakukan oleh

Sahra Rahayaan dengan judul Asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami

gout arthritis dengan masalah nyeri akut di wilaya kerja puskesmas letwaru

,2023

Yang memberikan persetujuan

…………………………………

Saksi (keluarga pasien)

………………………….

Penelit
3

Sahra Rahayaan

Lampiran 3 Format Pengkajian

Lampiran 3

FORMAT PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

1. Pengkajian

A. Karakteristik Demografi

1. Identitas Diri Klien

Nama Lengkap : Pendidikan terakhir :

Tempat/tgl lahir Diagnosis medis (bila ada) :

Jenis Kelamin : Alamat :

Status Perkawinan :

Agama :

Suku Bangsa :

2. Orang dekat yang dapat dihubungi

 Nama :
4

 Alamat :

 No. Telepon :

 Hubungan dengan klien :

3. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi

 Pekerjaan saat ini :

 Pekerjaan sebelumnanya :

 Sumber pendapatan :

 Kecukupan

4. Aktivitas , Rekrasi

 Hobi :

 Berpergian/Wisata :

 Keanggotaan organisasi :

 Rutinitas : berkebun/melaut ……

B. Kesehatan Fisik

1. Keluhan utama :

2. Penyakit saat ini :

3. Riwayat medis masa lalu dan saat ini :

4. Riwayat kesehatan keluarga dan sosial :

5. Pemeriksaan fisik :

a. Keadaan umum
5

 Kesadaran : Composmentis/Apatis/Somnolen/Koma/Delirium

 GSC :

 TTV : TD ………….mmHg N : ……..x/menit P : ……x/menit S

:……..º

b. Head to toe

1) Kepala

 Kebersihan : kotor/bersih

 Kerontokann rambut : ya/tidak

 Keluhan : ya/tidak

 Jika , ya jelaskan :

2) Mata

 Konjungtiva : anemis/tidak

 Sklera : ikhterik/tidak

 Strabismus : ya/tidak

 Penglihatan : kabur/tidak

 Peradangan : ya/tidak

 Katarak : ya/tidak

 Penggunaan kacamata : ya/tidak

 Keluhan : ya/tidak
6

 Jika ya , jelaskan :

3) Hidung

 Bentuk : simetris/tidak

 Peradangan : ya/tidak

 Penciuman : ternganggu/tidak

 Keluhan : ya/tidak

4) Mulut dan Tenggorokan

 Kebersihan : baik/tidak

 Mukosa : kering/lembab

 Peradangan/stomatitis : ya/tidak

 Gigi : ya/tidak

 Radang gusi : ya/tidak

 Kesulitan mengunyah : ya/tidak

 Kesulitan menelan :

5) Telinga

 Kebersihan : bersih/tidak

 Peradangan : ya/tidak

 Pendengaran : terganggu/tidak

 Jika terganggu , jelaskan :


7

 Keluhan lain : ya/tidak

 Jika ya , jelaskan :

6) Leher

 Pembesaran kelenjar : ya/tidak

 JVD : ya/tidak

 Kaku/kuduk : ya/tidak

 Keluhan lain : ya/tidak

 Jika ya , jelaskan :

7) Dada

 Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest

 Retraksi : ya/tidak

 Suara nafas : vesikuler/tidak

 Wheezing : ya/tidak

 Ronchi : ya/tidak

 Suara jantung tambahan : ada/tidak

 Ictus cordis : ICS…..

 Keluhan lain : ya/tidak

 Jika ya , jelaskan :

8) Abdomen
8

 Bentuk : distented/flat/lainnya

 Nyeri tekan : ya/tidak

 Kembung : ya/tidak

 Supel : ya/tidak

 Bising usus : ada/tidal , frekuensi : ………x/menit

 Massa : ya/tidak , regio :

 Keluhan lain : ya/tidak

 Jika ya , jelaskan :

9) Genitilia

 Kebersihan : baik/tidak

 Hemoroid : ya/tidak

 Hernia : ya/tidak

 Keluhan lain : ya/tidak

 Jika ya , jelaskan :

10) Ekstermitas

 Kekuatan otot (skala 1-5) :

 Kekuatan otot :

0. Lumpuh

1. Ada kontraksi

2. Melawan gratifikasi dengan sokongan


9

3. Melawan gratifikasi tapi tidak ada tahanan

4. Melawan gratifikasi dengan

5. Melawan gratifikasi dengan kekuatan penuh

 Rentang gerak : maksimal/terbatas

 Deformitas : ya/tidak , jika ya jelaskan : ………

 Tremor : ya/tidak

 Edema : ya/tidak , pitting edema , ya/tidak

 Pengguanan alat bantu : ya/tidak

 Nyeri persendian : ya/tidak

 Paralysis : ya/tidak

 Reflex : kanan/kiri , biceps , triceps , pattelar ,

achiles

11) Integumen

 Kebersihan : baik/tidak

 Warna : pucat/tidak

 Kelembaban : kering/lembab

 Lesi/luka : ya/tidak

 Perubahan terstruktur : ya/tidak

 Gangguan pada kulit : ya/tidak

 Jika ya , jelaskan :

Uraikan hasil temuan :


10

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………

C. Skrining penyakit

1. Nutrisi

a. Riwayat gizi dengan menggunakan daftar periksa kesehatan gigi

Daftar Periksa Kesehatan Gigi

Bacalah pernyataan dibawah ini dan lingkari angka pada kolom “ya” untuk

setiap pernyataan yang sesuai dengan lansia. Jumlahkan angka yang

dilingkari untuk mendapatkan skor nutrisi lansia.

Pernyataan Ya

Anda memiliki penyakit yang membuat anda mengubah jenis 2

atau jumlah makanan yang dimakan

Anda makan kurang dari 2 kali sehari 3

Anda makan sedikit buah, sayuran atau produk susu 3

Anda minum 3 atau lebih bir, minuman keras, atau anggur 2

hamper setiap hari

Anda memiliki masalah gigi atau mulut yang membuat anda sulit 2

untuk makan

Anda tidak selalu punya cukup uang untuk membeli makanan 2

yang dibutuhkan

Anda lebih sering makan sendirian 1


11

Anda mengonsumsi 3 atau lebih obat resep atau obat bebas 1

yang berbeda setiap hari

Tanpa mau, anda telah kehilangan atau mendapatkan 5kg dalam 2

satu bulan terakhir

Anda tidak selalu mampu secara fisik untuk berbelanja, memasak 2

atau makan sendiri

CACATAN : Daftar periksa kesehatan gigi dikembangkan untuk insiatif

penyaringan nutrisi

SCORING :

 0 – 2 = Anda memiliki nutrisi yang baik. Periksa kembali skor gizi

anda dalam 6 bulan

 3 – 5 = Anda berada pada resiko gizi sedang , dan anda harus

melihat apa yang kembali skor gizi anda dalam tiga bulan

 6 atau lebih = Anda berada pada resiko gizi tinggi , dan anda harus

membawa daftar periksa saat ini anda mengunjungi dokter , ahli diet ,

atau profesionalan perawatan kesehatan lain.

b. Catatan asupan makanan biasa pasien berdasarkan ingatan diet 24

jam

NO Pagi Siang Sore Malam


12

Jenis menu Jenis Jenis menu Jenis

menu menu

c. Skrining nutrisi lanjutaan :

1) Tampilan secara umum tubuh lansia

2) TB : ……. Cm

3) BB : …….. kg

4) IMT : berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan

dalam meter (kg/m²)

Normal : Pria (20,1-25,0) Wanita (18,7-23,8)

2. Penglihatan

Pemeriksaan menggunakan grafik snellen untuk menyaring ketajaman

visual.

3. Pendengaran

a. Tes suara berbisik

Tes suara berbisik dilakukan dengan berdiri sekitar 3 kaki (1 kaki – 30 , 48

cm) di belakang pasien dan membisikkan serangkaian hurud dan angka

setelah menghembuskan nafas untul memastikan bisikan yang tenang.

Kegagalan untuk mengulang sebagian besar huuf dan angka


13

menunjukkan gangguan pendengaran.

D. Lingkungan dan tempat tinggal

1. Kebersihan dan kerapihan ruangan :

2. Penerangan :

3. Sirkulasi udara :

4. Keadaan kamae mandi dan wc :

5. Pembuangan air kotor :

6. Sumber air minum :

7. Pembuangan sampah :

8. Sumber pencemaran :

9. Penataan halaman (kalau ada) :

10. Privasi

Lampiran 4 Instrumen Pengukuran Nyeri

Lampiran 4

INSTRUMEN PENGUKURAN NYERI MENGGUNAKAN

Numerical Rating Scale (NRS)


14

Keterangan:

1. Tidak Nyeri : skala 0

2. Nyeri Ringan : skala 1-3

3. Nyeri sedang : skala 4-6

4. Nyeri berat : skala 7-9

5. Nyeri Hebat : skala 10

Lampiran 5 Lembar Observasi

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI

Nama: Tn. L. K Usia: 64 thn


Jenis Kelamin: laki-laki Diagnosa Medis:
Gout Arthritis
15

No Hari/tanggal Jam Sebelum implementasi Setelah implementasi

Skala nyeri : 6 Skala nyeri : 6


1 Senin, TD : 130/70 MmHg TD :130/80 MmHg
03/07/2023 15:00-16:00 P : 73 x/mnt P : 70 x/mnt
N : 19 x/mnt N : 20 x/mnt
S : 35,6 0C S : 36,5 0C
Nilai asam urat : 9.0 mg/dl Nilai asam urat : 9.0 mg/dl
Skala nyeri : 6 Skala nyeri : 5
2 Selasa, 10:30-12:00 TD : 130/90 MmHg TD :130/70 MmHg
04/07/2023 P : 80 x/mnt P : 80 x/mnt
N : 22 x/mnt N : 20 x/mnt
S : 35,5 0C S : 35,7 0C
Nilai asam urat : 8.0 mg/dl
Skala nyeri : 5 Skala nyeri : 4
3 Rabu, 14.00-15.30 TD :130/90 MmHg TD :130/90 MmHg
05/07/2023 P : 76 x/mnt P : 80 x/mnt
N : 20 x/mnt N : 22 x/mnt
S : 36,0 0C S : 35,5 0C
Nilai asam urat : 7.8 mg/dl
Skala nyeri : 4 Skala nyeri : 3
4 Kamis, 09.00-10.00 TD :130/80 MmHg TD :130/70 MmHg
06/07/2023 P : 70 x/mnt P : 76 x/mnt
N : 22 x/mnt N : 22 x/mnt
S : 35,6 0C S : 35,0 0C
Nilai asam urat : 7.0 mg/dl
Skala nyeri : 4 Skala nyeri : 3
5 Kamis, 14.20-15.00 TD :130/70 MmHg TD :130/70 MmHg
06/07/2023 P : 72 x/mnt P : 70 x/mnt
N : 20 x/mnt N : 20 x/mnt
S : 36,0 0C S : 35,5 0C
Nilai asam urat : 6.5 mg/dl
Skala nyeri : 3 Skala nyeri : 2
6 Jumat, 09.00-09.30 TD :130/80 MmHg TD :130/70 MmHg
07/07/2023 P : 70 x/mnt P : 72 x/mnt
N : 22 x/mnt N : 22 x/mnt
S : 35, 6 0C S : 36,8 0C

Nama: Tn. H.R.T Usia:80 thn

Jenis Kelamin: laki-laki Diagnosa Medis: Gout


Arthritis
16

No Hari/tanggal Jam Sebelum implementasi Setelah implementasi

Skala nyeri : 8 Skala nyeri : 8


1 Sabtu, 10:10-11:00 TD :130/80 MmHg TD :130/80 MmHg
08/07/2023 P : 70 x/mnt P : 70 x/mnt
N : 22 x/mnt N : 22 x/mnt
S : 35, 6 0C S : 35, 6 0C
Nilai asam urat: 10.0 mg/dl Nilai asam urat : 10.0 mg/dl
Skala nyeri : 8 Skala nyeri : 7
2 Minggu, 15:10-16:00 TD :130/70 MmHg TD :130/80 MmHg
09/07/2023 P : 80 x/mnt P : 70 x/mnt
N : 20 x/mnt N : 21 x/mnt
S : 36, 8 0C S : 35, 0 0C
Nilai asam urat : 10.0 mg/dl
Skala nyeri : 7 Skala nyeri : 6
3 Senin, 10:10-11:00 TD :130/80 MmHg TD :130/70 MmHg
10/07/2023 P : 72 x/mnt P : 70 x/mnt
N : 22 x/mnt N : 22 x/mnt
S : 36, 2 0C S : 35, 8 0C
Nilai asam urat : 8.5 mg/dl
Skala nyeri :6 Skala nyeri : 5
4 Selasa, 14:30-15:00 TD :130/90 MmHg TD :130/70 MmHg
11/07/2023 P : 70 x/mnt P : 72 x/mnt
N : 20 x/mnt N : 22 x/mnt
S : 36, 0 0C S : 35, 6 0C
Nilai asam urat : 7.6 mg/dl
Skala nyeri : 5 Skala nyeri : 4
5 Rabu, 10:20-11:22 TD :130/80 MmHg TD :130/80 MmHg
12/07/2023 P : 75 x/mnt P : 78 x/mnt
N : 22 x/mnt N : 20 x/mnt
S : 35, 7 0C S : 36, 6 0C
Nilai asam urat : 6.0 mg/dl
Skala nyeri : 4 Skala nyeri : 3
6 Kamis, 09:00-10:00 TD :130/70 MmHg TD :130/80 MmHg
13/07/2023 P : 70 x/mnt P : 76 x/mnt
N : 20 x/mnt N : 22 x/mnt
S : 35, 9 0C S : 36, 2 0C
Lampiran 6 Catatan Anecdotal

Lampiran 6

CACATAN ANECDOTAL
17

Nama: Tn. L. K Usia: 64 thn

Jenis Kelamin: laki-laki Diagnosa Medis:


Gout Arthritis

No Hari/Tanggal Jam Gejala-gejala khusus Gejala luar biasa Respon

Merasa cape kaki sering sakit Pasien


1 Senin, 10:00 Sakit/nyeri di mengatakan
03/07/2023 ekstremitas bawah badan-badan
sakit, merasa
lelah yang
berlebihan
Cape/lelah kaki sering kram Pasien
2 Selasa, 15:20 Pusing megatakan
04/07/2023 beliau sering
merasakan
nyeri di kaki
Cape/lelah Pasien
3 Rabu, 13.00 Pusing - mengatakan
05/07/2023 merasa kram
di kaki
Marasa sedikit lelah Pasien
4 Kamis, 11.00 Merasa sedikit sakit - mengatakan
06/07/2023 pada kaki masih
merasa
sedikit pusing
Sedikit pusing Pasien
5 Kamis, 13.20 - mengatakan
06/07/2023 sudah
merasa
seperti biasa
Sedikit pusing dan Pasien sudah
6 Jumat, 08.00 lelah - merasa
07/07/2023 seperti biasa
saja.
18

Nama: Tn. H.R.T Usia:80 thn

Jenis Kelamin: laki-laki Diagnosa Medis: Gout


Arthritis
No Hari/Tanggal Jam Gejala-gejala Gejala luar Respon
khusus biasa
Merasa pusing Pasien mengatakan
1 Sabtu, 09:10 beliau marsa seperti
08/07/2023 - biasa saja
Merasa sakit pada Pasien mengatakan
2 Minggu, 13:00 ekstremitas - beliau terlalu banyak
09/07/2023 sampai ke ubun- beraktivitas
ubun

Merasa pusing, Pasien mengatakan


3 Senin, 08:22 sakit pada kaki badan-badan sakit
10/07/2023 Tidak kuat
berdiri
Mersa sedikit Pasien mengatakan
4 Selasa, 11:30 pusing - beliau rasa biasa
11/07/2023 Mersa lelah saja

Pusing Pasien sudah tidak


Rabu, 09:20 Lelah - mersa sakit pada
5 12/07/2023 ekstremitas bawa
Mersa sedikit Pasien sudah
6 Kamis, 07:00 pusing - mengontrol makanan
13/07/2023 dengan baik dan
dapat menghindari
makanan yang
menyebabkan asam
urat naik.

:
19

Lampiran 7 Pengkajian Status Fungsional

Lampiran 7

1. Pengkajian Status Fungsional, Kognitif, Afektif, Psikologis dan Sosial

a) Pengkajian Status Fungsional

Tabel 2.1 Index Katz

No Aktivitas Mandiri Tergantung


1. Mandi Bantuan hanya pada satu Bantuan mandi lebih dari
Poin : bagian mandi (seperti satu bagian tubuh,
punggung atau ekstremitas bantuan masuk dan
yang tidak mampu) atau keluar dari bak mandi,
mandi sendiri sepenuhnya serta tidak mandi sendiri
2. Berpakaian Mengambil baju dari lemari, Tidak dapat memakai
Poin : memakai pakaian, baju sendiri atau hanya
melepaskan pakaian, sebagian
mengancingi/mengikat
pakaian
3. Ke Kamar Masuk dan keluar dari kamar Menerima bantuan untuk
Kecil kecil kemudian masuk ke kamar kecil dan
Poin : membersihkan genetalia menggunakan pispot
sendiri
4. Berpindah Berpindah ke dan dari tempat Bantuan dalam naik atau
Poin : tidur untuk duduk, bangkit turun dari tempat tidur
dari kursi sendiri atau kursi, tidak
melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5. Kontinensia BAK dan BAB seluruhnya Inkontinensia parsial atau
tinja dan dikontrol sendiri total; penggunaan kateter,
urin pispot, enema dan
20

Poin : pembalut (pampers)

6. Makan Mengambil makanan dari Dalam hal mengambil


Poin : piring dan menyuapinya makanan dari piring dan
sendiri menyuapinya, tidak
makan sama sekali, dan
makan parenteral (NGT)
Keterangan :

Mandiri : tidak aada pengawasan, arahan, atau bantuan pribadi

Ketergantuan : dengan pengawasan, arahan, bantuan pribadi, atau berhatian


penuh

Penilaian : skor 6 = tinggi (pasien mandiri) ; skor 0=rendah (pasien sangat


tergatung).

Interpertasi : klien skor 6 = pasien mandiri

f.) Pengkajian Defisit fungsi Kognitif

Nama (Inisial) :

Jenis kelamin :

Kode pasien :

Instrumen penilaian kognitif mini

Langkah 1. Minta pasien untuk mengulang tiga kata yang tidak berhubungan, seperti
“bola”, “ayam”, “jendela”. (satu poin diberikan untuk setiap item yang diingat dengan
benar) : pasien dapat mengulang 3 kata yang di sebutkan
Langkah 2. Minta pasien untuk menggambar jam sederhana pada waktu 11:10 atau
08:20 (jam digambar pada lembar kertas kosong atau lingkaran jam yang telah
disediakan). Tanggapan yang benar adalah menggambar lingkaran dengan angka-angka
yang ditempatkan disekitar posisi yang benar. Jika pasien tidak melakukan selama 3
menit lanjut ke langkah 3 : pasien dapat menggambar jam dengan waktu yang benar
Langkah 3. Minta pasien untuk mengingat tiga kata dari langkah 1 (satu poin diberikan
21

untuk setiap item yang diingat dengan benar) : pasien hanya mengingat 1 kata dari 3
kata di langkah pertama.
Interpertasi:
Skor klien untuk daya Mengingat (recall) : 3 = klien negatif untuk dimensia
Skor 0 sampai 3 diberikan untuk tes mengingat. Sebuah poin diartikan untuk setiap kata
yang diingat.
Tes menggambar jam (clock drawing test (CDT))
Skor 0 atau 2 diberikan untuk tes ini. 2 poin diberikan untuk meggambar yang benar dan
tidak ada poin jika salah.
Skor mini-cog
Untk mendapatkan skor mini-cog, tambahkan skor recall dan CDT.
0 sampai 2 menunjukkan poisitif untuk dimensia.
3 sampai 5 menunjukkan negatif untuk dimensia.
22

Lampiran 8

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

NAMA PEMBIMBING : Ns. La Syam Abidin, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.

NIP : 198408292009121004

No Tanggal Rekomendasi pembimbing Paraf pembimbing

10 Januari Konsul Judul


1 2023

Konsul Judul
2 17 Januari
2023
Konsul latar belakang
3 18 Januari
2023
Konsul perbaikan latar belakang
4 19 Januari
2023
Konsul perbaikanlatar belakang
5 04 April 2023
23

Konsuk BAB II
6 10 April 2023

Konsul perbaikan BAB II dan BAB III


7 23 April 2023

Konsul perbaikan BAB II dan perbaikan BAB


8 02 Mei 2023 III

9 04 Mei 2023 Konsul perbaikan BAB II dan perbaikan BAB


III

10. 03 juni 2023 Perbaiki pengetikan dokumen pada bab I


sampai bab III

Tambah referensi di latar belakang


11. 05 juni 2023 Tambah proses pengumpulan data di bagian
bab III

Bab III : tambah kriteria inklusi

12 06 juni 2023 Perbaiki cuplikan peneliti bab I sampai bab III

13 07 juni 2023 Perbaiki di bab I tujuan penelitian

Anda mungkin juga menyukai