Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

STUDI LITERATUR PENERAPAN MTBS

DENGAN CAKUPAN PNEMONIA

LITERATURE REVIEW

SHYFA NABILA ATIKA

PO.71.3.201.19.1.192

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN

MAKASSAR

2022
STUDI LITERATUR PENERAPAN MTBS DENGAN
CAKUPAN PNEMONIA

LITERATURE REVIEW

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

SHYFA NABILA ATIKA

PO.71.3.201.19.1.192

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPRAWATAN
MAKASSAR
2022
i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : SHYFA NABILA ATIKA

NIM : PO.71.3.201.19.1.192

Program Studi : DIII Keperawatan

Insitusi : Politeknik Kesehatan Makassar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah benar- benar
merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil Jiplakan
,maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuata tersebut.

Makassar, 24Juni 2022

Pembuat Pernyataan

SHYFA NABILA ATIKA

Mengetahui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Hj. Ningsih Jaya, SKM,S.Kep, M.Kes Hj. Sitti Aminah, SKM, S.Kep.,M.Kes
Nip : 196005161983032002 Nip : 195811241985032002
ii

HALAMAN PERSETUJUAN
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Marselyna Limbong Ma’dika NIM PO713201181168 dengan

judul “Studi Literatur Resiko Gangguan Integritas Kulit Pada Anak Yang

Mengalami Diare” telah dipertahankan di depan tim penguji Program StudiDiploma

Tiga Keperawatan, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassarpada tanggal

.................................................

Tim Penguji

Ketua Penguji : Dr. Ruslan Hasani, S.Sit, S.Kep. Ns., M.Kes ( )


Nip. 196801041989031003

Anggota Penguji :Hj.Hartati,S.pd,.S.Kep. Ns., M.Kes ( )


Nip. 196801041989031003

Pembimbing Utama : Hj.St. Aminah, SKM., S.Kep., M.Kes ( )


Nip:195811241985032002

Pembimbing Pendamping : Hj.Ningsih Jaya, SKM., S.Kep.,M.Kes ( )


Nip. 196005161983032002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Makassar

Hj. Harliani, S.Kep., M. Kes

Nip. 196504121988032002
iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposalpenelitian karya tulis
ilmiah yang berjudul “ studi literatur MTBS dengan cakupan pnemonia
Adapun proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat tahap akademik Program Studi
Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar. Penulis menyadari bahwa
selama penyusunan proposal ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikannya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada: Pemegang ridho dunia dan akhirat kedua orang tua yang terkasih dan tersayang,
yang terus mendoakan dan mendukung berbagai langkah dalam kehidupan penulis.
Terkhusus kepada ibu terhebat dan luar biasa yang sudah mengiringi langkah dengan penuh
doa dan keridhaan.
1. Dr. Ir. H. Agustian Ipa, M. Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes Makassar
2. Hj. Harliani, S.Kp, M. Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Makassar.

3. Hj. Hartati, S.Pd, S.Kep., M.Kes, Ketua Program Studi Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Makassar

4. Iwan, Skp, M.kes, sekretaris jurusan keperawatan makassar

5. HJ.ningsih jaya,SKM,,S.kep,M.kes , selaku pembimbing utama dan, HJ.St aminah


SKM,S.kep, M.kes selaku pembimbing pendamping yang senantiasa memberikan
arahan, masukan, serta motivasi meskipun di tengah-tengah kesibukan yang ada demi
kelancaran penyusunan proposalpenelitian ini.

6. Dr.Ruslan Hasani, S.Sit, S.Kep.NS,M,kes sebagai penguji 1 dan.


Hj.Hartati,S.Pd,S.Kep.,M.Kes selaku penguji 2 yang selalu memberikan saran,kritik
dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah saya.
7. Seluruh dosen dan staf Jurusan Keperawatan Makassar Poltekkes Kemenkes Makassar
yang telah memberikan bantuan, bimbingan, pengetahuan dan keterampilan yang
v

bermanfaat bagi penulis selama mengikuti pendidikan.


8. Serta segala pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Dengan segala keterbatasan penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan


proposal penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis menerima kritik, saran dan masukan
yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan proposalpenelitian ini. Semoga
proposal penelitian Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 31 Maret 2022

Penulis
vi

ABSTRAK
Studi Literatur penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia
(shyfa nabila atika,2022)
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Makassar. Dibimbing oleh Hj.Ningsih Jaya, SKM., S.Kep.,M.Kes.dan
Hj.St. Aminah, SKM., S.Kep., M.Kes.
Pendahuluan: Setiap tahunnya lebih dari dua juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai 5
tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan oleh lima kondisi yang sebenarnya dapat dicegah
seperti pneumonia, diare, malaria, demam berdarah dan malnutrisi.Sering kali kombinasi dari
beberapa penyakit lain. Metode: Google scholar Hasil dan analisis: sepuluh jurnal berbeda
menganalisis penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia. Diskusi dan kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan Puskesmas bisa meningkatkan pelayanan preventif dan
promotif. Selain itu, diharapkan adanya peningkatan jumlah tenaga kesehatan dan tim MTBS agar
proses kegiatan bisa berjalan dengan baik. Selain itu, diharapkan instruksi yang jelas dan tegas
serta evaluasi yang benar oleh kepala Puskesmas bontobahari kepada tim pengelola MTBS agar
penanganan MTBS dapat berjalan dengan baik.
Kata kunci : penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia
vii

ABSTRACT

Literature study of IMCI implementation with pneumonia coverage


(shyfa nabila atika, 2022)
Diploma Three Nursing Study Program Nursing Department Health Polytechnic Ministry of
Health Makassar. Supervised by Hj. Ningsih Jaya, SKM., S.Kep., M.Kes. and Hj.St. Aminah,
SKM., S.Kep., M.Kes.
Introduction: Every year more than two million children in the world die before reaching 5 years.
More than half of these are caused by five preventable conditions such as pneumonia, diarrhea,
malaria, dengue fever and malnutrition. Often a combination of several other diseases. Methods:
Google scholar.Results and analysis: ten different journals analyzed the implementation of IMCI
with pneumonia coverage. Discussion and conclusion: Based on the research results, it is hoped
that the Puskesmas can improve preventive and promotive services. In addition, it is hoped that
there will be an increase in the number of health workers and the IMCI team so that the activity
process can run well. In addition, it is hoped that clear and firm instructions and correct
evaluations by the head of the Bontobahari Health Center to the IMCI management team can be
carried out so that the management of IMCI can run well.
Keywords : IMCI implementation with pneumonia coverage
viii

DAFTAR ISI

HALAMANSAMPUL......................................................................................

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv

ABSTRAK ................................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xi

DAFTAR SINGKATAN................................................................................................xv

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1. latar Belakang......................................................................................................1

1.2. Rumusan masalah................................................................................................2

1.3. Tujuan penelitian.................................................................................................2

BAB 2 METODE........................................................................................................3

2.1. Strategi pencarian literatur................................................................................3

2.1.1. Protokol dan registrasi....................................................................................3

2.1.2. Database data search engine yang digunakan...............................................3

2.1.3. Kata kunci.........................................................................................................4

2.2 Kriteria inklusi dan ekslusi.................................................................................4

2.3. Seleksi studi dan penelitian................................................................................6

2.3.1. Hasil seleksi dan pencarian studi kasus .......................................................6

2.3.2. Daftar artikel hasil penelitian........................................................................7

BAB 3 HASIL PENELITIAN....................................................................................8


ix

3.1. Hasil......................................................................................................................8

3.2. Karakteristik Responden Studi..........................................................................23

BAB 4 PEMBAHASAN..............................................................................................24

BAB 5 PENUTUP........................................................................................................32
x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Format PICOS .......................................................................5


Tabel 2.3.1. Hasil Seleksi dan Pencarian Studi Kasus............................6
Tabel 3.1. Hasil..........................................................................................7
xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : LEMBAR PENGAJUAN JUDUL KTI


xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 2 : BIMBINGAN KONSULTASI PEMBIMBING


xiii

PEMBIMBING PENDAMPING
xiv

LAMPIRAN 3 : Bukti Cek Plagiarisme


xv

DAFTAR SINGKATAN

WHO World Health Organization

MTBS Manajemen terpadu balita sakit

kemenkes Kementrian kesehatan

depkes Departemen kesehatan


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO tahun 2009 telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok

diterapkan di Negara -negara berkembang dalam upaya menurunkan angka

kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita bila dilaksanakan

dengan lengkap dan baik. Karena pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk

mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian pada

balita di dunia, termasuk pneumonia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya

preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa

konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) (WHO, 2009).

Sejak tahun 2000, angka cakupan pneumonia berkisar antara 20%-36%.

Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional yaitu periode 2000-2004

sebesar 86%, sedangkan periode 2005-2009 adalah dalam kisaran 46%-86%.

cakupan penemuan pneumonia balita cenderung tidak berubah periode 2011-2014.

peningkatan terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 63,45% (Kemenkes RI, 2016)

Menurut data yang dihimpun dari dinas kesehatan kabupaten Bulukumba,

bahwa setiap tahunnya dinas kesehatan Bulukumba selalu mengadakan pelatihan

MTBS yang di ikuti oleh seluruh Puskesmas Kabupaten Bulukumba, namun dalam

penerapan MTBS di Puskesmas memiliki perkembangan yang berbeda-beda. .

Berdasarkan profil kesehatan kabupaten Bulukumba pada tahun 2016

kejadian pneumonia balita sebanyak 381, tahun 2017 mengalami peningkatan

hingga menjadi 459 kasus. Tahun 2018 sampai bulan juni sebanyak 94 kasus.

Cakupan penemuan penderita pneumonia yang berobat ke puskesmas ditahun 2016


2

sebesar 7,92%, tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 12,82%, hingga bulan

juni 2018 sebesar 2,76% (Dinkes kabupaten Bulukumba 2018).

Program MTBS merupakan suatu pendekatan yang dibuat untuk mengatasi masalah

ini, namun dalam perjalanannya belum dapat mencapai tujuannya sehingga program

ini perlu diteliti melalui beberapa komponen input, proses,output yang secara

keseluruhan membentuk suatu kesatuan pelayanan yang bermutu terhadap balita

sakit (Depkes RI 2007).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang " Hubungan Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

dengan Cakupan Pneumonia.

B. Rumusan Masalah

bagaimana Hubungan Penerapan Manajemen Terpadu balita sakit terhadap

cakupan pneumonia

C. Tujuan Penelitian

Menjelaskan hubungan penerapan manajemen terpadu balita sakit pada

cakupan pneumonia
3

BAB 2

METODE

2.1Strategi Pencarian Literatur

Penelitian ini menggunakan literature review. literature review yang berisi uraian

tentang teori, hasil, dan bahan penelitian lainnya dari referensi yang digunakan sebagai

dasar untuk kegiatan penelitian. Uraian dalam literature review ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman yang jelas tentang solusi dari masalah yang dijelaskan di

bagian rumusan masalah. Literatur berisi abstrak, dan pemikiran penulis dari berbagai

sumber literatur (terdapat di jurnal, artikel, buku, informasi di internet, dan

sebagainya) tentang topik yang sedang dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab

pengantar. Tujuannya untuk mendapatkan landasan teori, pencarian literatur dapat

dilakukan untuk membantu memecahkan masalah penelitian dan mengidentifikasi

berbagai teori yang berkaitan dengan kasus tertentu. Dalam studi ini, peneliti secara

khusus mempelajari penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia

2.1.1Protokol dan Registrasi

Rangkuman secara menyeluruh dalam bentuk literatur review tentang penerapan MTBS

dengan cakupan pnemonia. Protokol dan evaluasi literatur menggunakan diagram alur

untuk mengidentifikasi pilihan penelitian yang telah sesuai dengan tujuan literatur

review.

2.1.2 Database dan Search Engine yang digunakan

Data yang digunakan merupakan tinjauan komprehenshif dari beberapa studi terpilih

tentang “penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia”. Data yang digunakan dalam

studi literatur ini bukan berasal dari observasi langsung,Kata kunci yang digunakan
4

adalah “penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia”melainkandata sekunder dari

hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan olehpeneliti. Data sekunder berasal dari

jurnal ahli terkenal di dalam dan di luar negeri tentang penerapan MTBS dengan

cakupan pnemonia. Literatur review ini menggunakan tigadatabase, yaitu Google

Scholar.

2.1.3Kata Kunci

Kata kunci yang digunakan adalah “penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia”

2.2Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1.Kriteria Inklusi

a. Artikel yang diterbitkan pada tahun 2017 – 2021


b. Dipublikasikan di jurnal terakreditasi.
c. Jumlah populasi umum dan sampel representatif.

2.Kriteria Eksklusi

d. Artikel literatur review.


e. Jurnal penelitian dengan subjek yang berbeda.
5

Format PICOS yang digunakan dalam studi literatur tentang penerapan MTBS

dengan cakupan pneumonia

Tabel 2.1 format PICOS

Kriteria inklusi ekslusi

Population Penerapan MTBS dengan bukan penerapan MTBS

cakupan pnemonia dengan cakupan pnemonia

Interventio Perencanaan tentang Perencanaan tentang

n penerapan MTBS pada penerapan MTBS pada anak

anak yang mengalami yang mengalami pnemonia

pnemonia

Camparato Tidak adanya pembanding Tidak adanya perbandingan

rs

Outcomes Adanya hubungan Tidak ada suatu hubungan

mengenai perencanaan mengenai perencenaan

tentang penerapan MTBS tentang penerapan MTBS

pada anak yang mengalami pada anak yang mengalami

pnemonia pnemonia

Study Segala jenis design Systemimatic atau literatur

desigand penelitian review

publicatio

type

Publicatio Artikel atau jurnal yang Artikel atau jurnal yang


6

n diterbikan dari tahun 2017 diterbitkan sebelum 2017

years hingga 2021

language Bahasa inggris dan bahasa Selain bahasa inggris dan

indonesian bahasa indonesia

2.3.Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

2.3.1.Hasil Seleksi dan Pencarian Studi Kasus

Berdasarkan hasil penelusuran literatur, penelusuran publikasi di tiga

database dan menggunakan kata kunci “penerapan MTBS dengan cakupan

pnemonia”. Hasil pencarian yang sudah didapatkan kemudian diperiksa

publikasi, ditemukan terdapat 134 artikel. Peneliti kemudian melakukan

screening berdasarkan judul (n=7490), abstrak (n=3,210), dan full text

(n=138) yang disesuaikan dengan tema literature review. Assessment yang

dilakukan berdasarkan kelayakan terhadap kriteria inklusi dan eksklusi

didapatkan sebanyak 10 artikel yang bias digunakan dalam literature review.

Hasil seleksi artikel studi dapat digambarkan dalam diagram flow di bawah

ini :
7

Tabel 2.3.1. Hasil Seleksi dan Pencarian Studi Kasus

Artikel didentifikasi Google scholar (n=12,295)


berdasarkan publikasi
(n=14,027)

Eksklusi (n=806)
Screening berdasarkan
identifikasi Populations
judul(n=2,179)
Tidak berfokus pada permasalahan (n=300)

Intervention
Screening Intervensi tidak sesuai (n=228) outcome
berdasarkan
identifikasi abstrak (n Tidak membahas mengenai intervensi (n=278)
=30)

Ekskluded (n=128)

Assesment Populations
berdasaarkan fuul
text dan criteria Tidak berfokus pada permasalahan (n=43)
kelayakan (n=10)
Intervention

Intervensi tidak sesuai (n=43) outcome tidak


Artikel yang membahas mengenai intervensi (n=42)
sesuai dan bisa
digunakan (n=10)

2.1.1Daftar Artikel Hasil Pencarian

Literatur review dianalisis dengan menggunakan metode naratif, yaitu mengelompokkan data
yang sama dan serupa serta hasil pengukuran untuk memenuhi tujuan penelitian. Kemudian
mengumpulkan jurnal penelitian yang memenuhi kriteria inklusi,dan membuat abstrak jurnal
yang meliputi tahun terbit, judul penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, dan database.
8

BAB 3

HASIL PENELITIAN

3.1 hasil

Hasil dari studi literatur ini adalah penelitian ilmiah dari tahun 2017-2021 dengan kata

kunci “penerapan MTBS dengan cakupan pneumonia”. Sangat penting bagi keluarga dan

orang tua untuk menjagakomunikasi yang baik, sehingga dapat memotivasi anak-anak

yang berisiko mengalami cakupan pneumonia , agar dapat melakukan aktivitas secara

normal dan mencegah agar anak yang menderita cakupan pneumonia

Tabel 3.1 hasil

NO AUTHOR TAHUN VOLUME JUDUL METODE HASIL DATA BASE


(DESIGN, PENELITIAN
SAMPEL,
VARIABEL)
1. Sri Maya 2019 Volume 35 Penemuan kasus Design: Implementasi Google
Guswahyuni Nomor 6 pneumonia Program P2 ISPA scholar
Tahun secara pasif case finding; dalam kegiatan
dengan pneumonia; ARI; penemuan kasus
pendekatan primary health care pneumonia secara
MTBS pada pasif di puskesmas
balita di sampel: Sungai Tutung
belum berjalan
Puskesmas
secara optimal
Penelitian ini adalah
karena petugas tidak
penelitian evaluasi melakukan
menggunakan pemeriksaan batuk
metode kualitatif sesuai dengan
dengan rancangan standar seperti yang
studi kasus tertera pada formulir
implementasi MTBS. Tidak
program, berjalannya program
menggunakan P2 ISPA pada
kerangka teori kegiatan penemuan
evaluasi model kasus pneumonia
logika dengan pada balita secara
langkah penelitian pasif dikarenakan
mengacu kepada kurangnya
program evaluation pengetahuan petugas
karena belum pernah
framework yang
mengikuti pelatihan
direkomendasikan
9

oleh Center For atau workshop, serta


Disease Control and rendahnya motivasi
Prevention dalam memberikan
pelayanan terbaik.
Variabel: - Keterbatasan
ruangan pemeriksaan
Analysis: balita sakit
menyebabkan
pemeriksaan tidak
Penelitian dilakukan
dilakukan sesuai
di puskesmas standar
Sungai Tutung
berdasarkan hasil
pertemuan dengan
stakeholder dinas
kesehatan
kabupaten Kerinci,
karena memenuhi
tiga dari lima faktor
risiko yang terkait
terjadinya
pneumonia pada
balita yaitu ASI
Eksklusif, cakupan
imunisasi campak
dan kunjungan ISPA.
Hasil dari penelitian
ini akan ditampilkan
hanya lingkup
penemuan
pneumonia secara
pasif.

Instrumen:
Wawancara

2. Baiq fiya 2019 Vol.7.no.2 Penerapan Design: terdapat hubungan Google


apriani Program yang sangat kuat scholar
Manejemen antara pengetahuan
10

Terpadu Balita pneumony dengan tindakan


Sakit (MTBS) detection child responden dalam
Deteksi Dini penerapan program
Pneumonia sampel: MTBS pada deteksi
Dengan Tingkat dini pneumonia
Kepatuhan dengan nilai
Petugas Dalam (p=0,000). Sikap
Memberikan penelitian tidak berhubungan
Pelayanan Di menunjukkan dengan tindakan
Puskesmas Bagu sebagian besar responden dalam
responden penerapan program
menerapkan MTBS pada deteksi
tindakan yang baik dini pneumonia ( p=
dalam penerapan 0,083 r= - 0,397),
program MTBS pada Sikap responden
deteksi dini yang positif belum
pneumonia (75%) tentu diikuti oleh
sedangkan yang tindakan yang baik
tindakannya cukup karena banyak faktor
ada (25%) eksternal dan
khususnya dalam internal baik dari
mengidentifikasi petugas itu sendiri
tanda dan gejala, maupun sarana dan
tindakan responden fasilitas pendukung
rata-rata baik, deteksi dini
sedangkan cukup pneumonia.
dalam hal
mengklasifikasi
tanda dan gejala
serta
penatalaksanaan
pneumonia.

Variabel: -

Analysis:

ada responden ini


ada masalah interen
dengan keinginan
untuk ditempatkan
dan dimutasikan di
puskesmas lain yang
sangat jauh dengan
tempat responden
berdomisilir dan
responden memiliki
anak yang masih
11

kecil untuk
ditinggal, sehingga
mempengaruhi
sikap responden
dalam melakukan
aktifitas pelayanan
di puskesmas.

Instrumen:

intervensi
3. Rani 2018 Vol. 4 No. 2 Evaluasi Design: Sebanyak 71 balita Google
Sauriasari kesesuaian (71,7%) diresepkan scholar
penulisan resep ARI non Puyer Batuk Pilek
pada kasus ISPA pneumonia, IMCI (PB) yang sudah
non pneumonia Polyclinic, menjadi formula di
di poli MTBS suitability of Puskesmas
Puskesmas prescription Cengkareng. Puyer
Kecamatan Batuk Pilek sudah
Cengkareng, sampel: dilengkapi dengan
Jakarta berat badan pasien,
Penyakit infeksi sehingga
saluran pernapasan memudahkan ketika
akut (ISPA) penyesuaian resep
merupakan masalah dan mengurangi
kesehatan utama di kemungkinan
Indonesia. pemberian dosis
Pneumonia dapat yang tidak sesuai.
terjadi sepanjang
tahun dan dapat
diderita semua usia.
Pada banyak negara
berkembang, lebih
dari 50% kematian
pada umur anak-
anak balita
disebabkan karena
ISPA pneumonia.
Pneumonia
merupakan salah
satu penyebab
kematian tertinggi
pada anak usia
balita

Variabel:

Penelitian ini
dilakukan dengan
desain potong
12

lintang dan
pengambilan data
secara retrospektif
menggunakan data
sekunder pasien
balita yang
didiagnosa batuk
bukan pneumonia
berdasarkan tanda
atau gejala penyakit
yang dinilai oleh
dokter yang
diperoleh dari buku
register MTBS
selama bulan
Februari 2016

Analysis:

Pneumonia pada
balita merupakan
salah satu penyakit
yang menjadi
perhatian khusus
bagi Pemerintahan
Indonesia. Di
lapangan, dokter
sulit membedakan
pneumonia yang
disebabkan antara
virus dan bakteri
sehingga dokter
melihat dari tanda-
tanda klinis,
pemeriksaan fisik,
dan riwayat
penyakit yang
dialami oleh pasien
Instrumen:

intervensi

4. Ahmad 2019 Vol 1,no.2. Pengetahuan Design: penelitian ini Google


sybandi yang dimiliki pengetahuan yang scholar
serta health education didapatkan yaitu
kemampuan ibu pengetahuan
anak dalaam petugas tentang
melaksanakan klasifikasi
13

tindakan dan Sampel: pneumonia, lama


Kemampuan Ibu waktu balita
dalam 7 atau sebagian melakukan follow up
Penatalaksanaan besar ibu belum pemeriksaan
pada balita yang mengetahui dan pneumonia, serta
menderita belum bisa pengetahuan umum
Pneumonia melakukan tentang pneumonia.
tatalaksana Dalam penelitian ini
penyakit diketahui bahwa
pneumonia secara petugas yang berada
mandiri di rumah pada puskesmas
dengan pendekatan dengan cakupan
MTBS tinggi memiliki
pengetahuan yang
lebih baik tentang
pneumonia
Instrumen: dibandingkan
dengan petugas di
wawancara puskesmas dengan
cakupan rendah.
5. Siti Khodijah 2020 Vol. 5 No. 1 analisis Design: Karakteristik subjek Google
implementasi penelitian scholar
penemuan dan Tatalaksana memperlihatkan
tatalaksana Pneumonia bahwa proporsi
pneumonia pada subjek penelitian
program infeksi Sampel: berjenis kelamin
saluran Puskesmas Ciampea perempuan lebih
pernapasan akut merupakan salah banyak dibandingkan
di puskesmas satu puskesmas dengan laki- laki
ciampea yang berada di yaitu 7 orang
Kabupaten Bogor. (63,63%), sedangkan
Berdasarkan karakteristik umur,
Laporan Program berat badan dan
Pengendalian ISPA tinggi badan subjek
Puskesmas Ciampea penelitian secara
Tahun 2020 garis besar
diketahui bahwa
cakupan penemuan
pneumonia di
Puskesmas Ciampea
yaitu 34,05%, angka
tersebut masih
belum memenuhi
target capaian
penemuan
pneumonia (Target
Standar Pelayanan
Minimal 90%)
14

variabel: -

Analysis :
alah satu
keberhasilan dalam
upaya untuk
menurunkan angka
kesakitan dan
kematian yang
disebabkan oleh
pneumonia pada
balita ditentukan
dengan penemuan
sedini mungkin di
pelayanan
kesehatan
Penemuan .

pneumonia di
pelayanan
kesehatan yaitu di
Puskesmas dengan
melakukan
pemeriksaan dan
tatalaksana standar
pneumonia baik
melalui pendekatan
Manajemen
Terpadu Balita Sakit
(MTBS) maupun
program P2 ISPA.

instrumen:

deskriptif kualitatif
6. Tisnawati 2020 Vol.2 no.4 Usaha Design: hasil pelatihan Google
meningkatkan supaya pengetahuan scholar
kemampuan ibu ISPA,pneumonia, maupun ketrampilan
yang memiliki ,Media kartu baca ibu balita langgeng,
balita pada saat maka
melakukan Sampel: kegiatanpemantauan
tindakan untuk sekaligus pembinaan
gangguan ispa di Pemberian secara rutin, oleh
rumahnya informasi pada ibu kader, petugas
peningkatan tentang pneumonia kesehatan,
15

keterampilan sangat penting. bimbingan dan


ibu balita dalam Variabel:- supervisi dari
penatalaksanaan petugas kesehatan
ispa/pneumonia Analysis: akan berpengaruh
di rumah terhadap
Hasil kegiatan peningkatan
pengabmas pengetahuan dan
tersebut keterampilan ibu
memberikan balita.
gambaran bahwa
pelatihan
menggunakan
media baca MTBS
dapat
meningkatkan
keterampilan ibu
balita secara
bermakna,

Instrumen:

Metode yang
digunakan dalam
kegiatan
pengabdian
masyarakat ini
adalah dengan
mengadakan
pelatihan dan
simulasi
penggunaan media
kartu baca MTBS
terhadap ibu Balita
yang berada di
wilayah kerja
puskesmas
Belimbing.

7. Ade Nuraeni 2019 . Volume 2 pengaruh steam Desigh: Hasil penelitian Google
Nomor 1 inhalation menunjukkan bahwa scholar
terhadap usaha balita pneumonia status gizi balita
bernapas pada seluruhnya berada
balita dengan Sampel: pada rentang
pneumonia di normal. Berdasarkan
puskesmas Pneumonia sering data dari wawancara
kabupaten terjadi pada masa dengan orang tua
bayi dan masa yang membawa
16

subang propinsi kanak-kanak, dan anaknya berobat ke


jawa barat biasanya terjadi puskesmas
selama musim mengatakan bahwa
dingin serta lebih mereka sudah
sering terjadi di mengetahui
lingkungan yang pentingnya asupan
berpenghuni gizi yang cukup dan
padatmakan karena seimbang
pada anak dengan
pneumonia akan
menurun nafsu
makannya.
Pemberian nutrisi
disesuaikan dengan
umur anak, bila
masih menyusui
lanjutkan
pemberian ASI

Variabel:

Salah satu strategi


pencegahan yang
dapat dilakukan
untuk anak yang
menderita
pneumonia yaitu
dengan
memperhatikan
lingkungan. Faktor
lingkungan yaitu
dengan menjaga
kebersihan rumah
dan sirkulasi udara
dari polusi

Analysis:

Saat ini tata laksana


pneumonia untuk
mengatasi gejala
yang muncul terkait
pneumonia
menurut
Manajemen
Terpadu Balita Sakit
17

(MTBS) adalah
dengan pemberian
antibiotik yang
sesuai yaitu
kotrimoksazole.
Kotrimoksazole
adalah antibiotik
pilihan utama yang
diberikan pada anak
dengan pneumonia.

Instrumen:

eksperimen dengan
menggunakan
kelompok kontrol

8. Agung 2019 vol. 1, no. 2 Penerapan Deep Design: setelah dilakukan Google
Perdananto Learning Pada perbandingan scholar
Aplikasi Prediksi Deep Learning dengan kedua model
Penyakit yang dirancang pada
Pneumonia Sampel: bab sebelumnya
Berbasis didapatkan hasil
Convolutional Pneumonia diatas 75% baik
Neural Networks merupakan dengan evaluasi
pembunuh utama menggunakan data
anak dibawah usia testing dan random
lima tahun (Balita) sample, namun
di dunia, lebih kendala yang
banyak ditemukan karena
dibandingkan nilai akurasi masih
dengan penyakit dibawah angka 85%
lain seperti AIDS, sehingga masih
Malaria dan harus dilakukan
Campak. Namun, penelitian kembali
belum banyak untuk meningkatkan
perhatian terhadap nilai akurasi dari
penyakit ini. model tersebu
Variabel:

Pneumonia bisa
terjadi karena
berbagai organisme,
pneumonia karena
bakteri atau virus.
Upaya pemerintah
18

dalam menekan
angka kematian
akibat pneumonia
diantaranya melalui
penemuan kasus
pneumonia Balita
sedini mungkin di
pelayanan
kesehatan dasar,
penatalaksanaan
kasus dan rujukan.
Adanya
keterpaduan
dengan lintas
program melalui pe
Analysis:

pengendalian
penyakit ISPA
memiliki kendala
diantaranya
cakupan penemuan
masih sangat
rendah akibat
tingginya mutasi
tenaga kesehatan.
Selain itu
pengendalian
pneumonia bukan
program prioritas
karena di beberapa
daerah anggaran
untuk pneumonia
jumlahnya tidak
memadai bahkan
tidak ada sama
sekali. Untuk
pneumonia karena
bakteri kita punya
pilihan pengobatan
yang lebih banyak.
Jadi dapat dikatakan
bahwa lebih baik
terkena pneumoia
karena bakteri.
Sedangkan
pneumonia karena
virus, kita semua
19

pernah mendengar
mengenai flu. Flu
adalah proses
infeksi sangat
umum yang
menyebabkan
pneumonia. Dan
kita tidak punya
banyak pilihan
untuk
mengobatinya

Instrumen:

intervensi

9. Mia Sri Aulina 2017 Volume 5, pola sebaran Design: Kasus pneumonia Google
Nomor 5 kejadian pada balita di scholar
penyakit Pneumonia, under Kecamatan Bergas
pneumonia pada five years old pada bulan Oktober
balita di children 2016 hingga April
kecamatan 2017 tersebar di 11
bergas, Sampel: desa/kelurahan
kabupaten dengan pola sebaran
semarang Diperkirakan ada mengelompok
1,8 juta atau 20 % (clustered).
dari kematian anak Terdapat hubungan
diakibatkan oleh antara jenis lantai
pneumonia, rumah responden (p-
melebihi kematian value 0,010; OR =
akibat AIDS, malaria 3,509 dan Cl 95% =
dan tuberkulosis.2 1,438-8,563), dan
Perkiraan kasus jenis bahan bakar
pneumonia secara memasak (p-value
Nasional di 0,019; OR = 3,071
Indonesia sebesar dan Cl 95% = 1,286-
3,55% namun angka 7,329) dengan
perkiraan kasus di kejadian pneumonia
masingmasing pada balita di
provinsi Kecamatan Berga
menggunakan
angka yang
berbeda-beda
sesuai angka yang
telah ditetapkan

Variabel:
20

pneumonia
dikategorikan dalam
penyakit menular
yang ditularkan
melalui udara,
dengan sumber
penularan adalah
penderita
pneumonia yang
menyebarkan
kuman dalam
bentuk droplet ke
udara pada saat
batuk atau bersin

Analysis:

penelitian ini
dilakukan untuk
mengetahui pola
persebaran kejadian
pneumonia pada
balita di Kecamatan
Bergas berdasarkan
pada faktor
lingkungan.
Informasi yang ada,
diharapkan dapat
membantu
memberikan
kontribusi positif
untuk menurunkan
angka kejadian
pneumonia pada
balita di Kecamatan
Bergas.

Instrumen:

Penelitian ini
bersifat analitik
observasional
dengan pendekatan
kuantitatif dan
rancangan case
control.
Pengumpulan data
21

dilakukan melalui
wawancara

10. Chandra 2020 Vol. 1, No. 1 Klasifikasi Design: Dengan melakukan Google
Wijaya Pneumonia proses cropping scholar
Menggunakan Pneumonia, pada citra rontgen
Metode Thresholding, paru-paru dapat
KNearest GLCM, KNN meningkatkan hasil
Neighbor dari akurasi..
Dengan Sampel:
Ekstraksi GLCM
eiring
perkembangan
teknologi yang
semakin pesat,
pneumonia dapat di
identifikasi melalui
analisis citra
rontgen atau x-ray.
Analysis:

Penelitian yang
menggunakan citra
rontgen paru-paru
normal, kanker
paru, dan penyakit
paru lainnya, tujuan
dari penelitian ini
untuk mencari
karakteristik tekstur
dari citra paru-paru,
citra paru-paru akan
dilakukan cropping
menjadi ukuran
640x640 piksel
dengan tujuan
untuk memotong
citra pada daerah
paru dan merubah
dimensi citra
menjadi lebih kecil
dari ukuran asli,
selanjutnya citra
yang telah di-
cropping dengan
ukuran 640x640
22

piksel dilakukan
ekstraksi
menggunakan
GLCM
menggunakan
empat (4) sudut
yaitu sudut 0o, 45o,
90o, dan 135o
kemudian dicari
lima (5) fitur GLCM
yang digunakan
yaitu angular
second moment
(ASM), kontras,
inverse different
moment (IDM),
entropi, dan
korelasi.
Berdasarkan lima
(5) fitur GLCM
tersebut terdapat
tiga (3) fitur GLCM
yang memiliki
perbedaan nilai
yaitu IDM, kontras
dan entropi

Variabel:

penelitian untuk
mengidentifikasi
pneumonia
berdasarkan dataset
public yang di dapat
dari website
Mendeley sebanyak
74 citra, yaitu 22
citra
Bronchopneumonia,
25 citra Pneumonia
Lobaris dan 27 citra
paru-paru normal,
data tersebut
digunakan sebagai
data pelatihan dan
data pengujian.
Instrumen:
23

intervensi

3.2Karakteristik Responden Studi

Berdasarkan hasil penelusuran pustaka, peneliti melakukan penelusuran pustaka

pada tiga database yang diperoleh dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2017-

2021) berupa laporan penelitian dan review. Kata kunci yang disesuaikan

(penerapan MTBS dengan cakupan pneumonia) Peneliti menerima 1.132 artikel

yang berisi data tentang kata kunci tersebut. Kemudian, peneliti melakukan

pemilihan berdasarkan judul (n = 10), abstrak (n = 10), dan full text (n = 10)

yang cocok dengan subjek pencarian literatur. Data hasil pencarian internet

Google Scholar berasal dari 10 jurnal, dan kata kuncinya adalah penerapan

MTBS dengan cakupan pneumonia.


24

BAB 4

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pencarian di berbagai artikel. Peneliti menemukan bukti dalam 10 jurnal yang

dikumpulkan, yang penting untuk menemukan penerapan MTBS dengan cakupan pneumonia.

Jurnal yang relevan dengan hasil yang sesuai, yaitu penelitian yang di lakukan Sri Maya Guswahyuni

2019 tentang Penemuan kasus pneumonia secara pasif dengan pendekatan MTBS pada balita di Puskesmas.

Upaya pokok dalam mencegah kematian anak karena pneumonia antara lain adalah menemukan dan

melakukan tatalaksana standar pada kasus pneumonia. Cakupan penemuan pneumonia pada balita di

Indonesia sampai dengan tahun 2014 berkisar 20%-30%. Pada tahun 2015 meningkat menjadi 63,5% dan

tahun 2016 menjadi 65,27%. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan angka perkiraan kasus yang semula

sebesar 10%, kemudian turun menjadi 3,55%. Pada tahun 2017 penemuan pneumonia mencakup 447.431

kasus (46,3%) yang terdiri dari pneumonia berat dan ringan, dan 965.559 dari penemuan tersebut merupakan

pneumonia pada balita . Implementasi Program P2 ISPA dalam kegiatan penemuan kasus pneumonia secara

pasif di puskesmas Sungai Tutung belum berjalan secara optimal karena petugas tidak melakukan

pemeriksaan batuk sesuai dengan standar seperti yang tertera pada formulir MTBS. Tidak berjalannya

program P2 ISPA pada kegiatan penemuan kasus pneumonia pada balita secara pasif dikarenakan kurangnya

pengetahuan petugas karena belum pernah mengikuti pelatihan atau workshop, serta rendahnya motivasi

dalam memberikan pelayanan terbaik. Keterbatasan ruangan pemeriksaan balita sakit menyebabkan

pemeriksaan tidak dilakukan sesuai standar

baiq fiya apriani,2019 tentang Penerapan Program Manejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Deteksi Dini

Pneumonia Dengan Tingkat Kepatuhan Petugas Dalam Memberikan Pelayanan Di Puskesmas bagu. Angka

kesakitan dan kematia balita merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang

kesehatan. Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh balita, setiap
25

tahun anak di dunia meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun dan penyebab utamanya karena

pneumonia diare, malaria,campak malnutrisi dan sering kali merupakan kombinasi dari/keadaan

tersebut diatas. Tingkat pengetahuan petugas dalam penerapan program MTBS pada deteksi dini

pneumonia di Puskesmas Bagu di peroleh hasil baik dari 20 responden dengan persentasi (70%). Sikap

petugas dalam penerapan program MTBS pada deteksi dini pneumonia di Puskesmas Bagu di peroleh hasil

positif dari 20 responden dengan persentasi (95%).

Penelitian rani sauriasari 2017 tentang Evaluasi kesesuaian penulisan resep pada kasus ISPA non

pneumonia di poli MTBS Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Jakarta.Pneumonia pada balita merupakan

salah satu penyakit yang menjadi perhatian khusus bagi Pemerintahan Indonesia. Di lapangan, dokter sulit

membedakan pneumonia yang disebabkan antara virus dan bakteri sehingga dokter melihat dari tanda-tanda

klinis, pemeriksaan fisik, dan riwayat penyakit yang dialami oleh pasien. Kebijakan Departemen Kesehatan

RI dalam pedoman penatalaksanaan ISPA tahun 2012 adalah pemberian antibiotika dapat dilakukan hanya

jika balita telah didiagnosis pneumonia. Jika penyebabnya adalah virus, maka penggunaan antibiotika tidak

diperlukan. Antibiotika tidak efektif apabila diberikan untuk anak yang menderita batuk bukan pneumonia,

terlebih pada balita. Tingginya pemberian antibiotika pada balita batuk bukan pneumonia yang tidak sesuai

dengan Buku Bagan MTBS dapat memicu terjadinya resistensi. Resistensi didefinisikan sebagai tidak

terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotika secara sistemik dengan dosis normal yang

seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Beberapa faktor yang mendukung terjadinya resistensi antara lain

adalah penggunaan antibiotika kurang tepat (irrasional), seperti terlalu singkat, dosis terlalu rendah, diagnosa

awal salah, potensi yang tidak adekuat; faktor yang berhubungan dengan pasien yaitu pasien meminta

diberikan terapi antibiotika; serta peresepan ketika diagnosa awal belum pasti.

Penelitian ahmad syabandi 2019 tentang Pengetahuan yang dimiliki serta kemampuan ibu anak dalaam

melaksanakan tindakan dan Kemampuan Ibu dalam Penatalaksanaan pada balita yang menderita Pneumonia.

pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih banyak

dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Namun, belum banyak

perhatian terhadap penyakit ini. Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap
26

tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita,

satu diantaranya disebabkan pneumonia. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka

kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi

23,8%, dan Balita 15,5% (Riskesdas 2007). Pada tatanan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya

Puskesmas seringkali menggunakan dengan pendekatan MTBS. Metode yang digunakan adalah

meningkatkan keterampilan dan pendidikan kesehatan ibu-ibu dalam penatalaksanaan pneumonia yang

sesuai dengan standar MTBS di posyandu desa Tambakreja Wilayah UPTD Puskesmas Cilacap Selatan

I. Hasil: Ibu setelah diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Penatalaksanaan

Pneumonia dengan Pendekatan MTBS mempunyai tingkat pengetahuan dengan kategori Baik sebanyak

20 (66,7%). Kesimpulan: terdapat peningkatan pengetahuan dan ketrampilan Ibu setelah dilakukan

pendidikan kesehatan tentang penatalaksanaan pneumonia sesuai dengan standar MTBS.

Penelitian siti khodija 2020 tentang analisis implementasi penemuan dan tatalaksana pneumonia pada

program infeksi saluran pernapasan akut di puskesmas ciampea. Diketahui Kabupaten Bogor pada tingkat

provinsi Jawa Barat menempati posisi ke empat cakupan penemuan pneumonia terendah sebanyak 27,14%

dan pada tahun 2020 diketahui cakupan penemuan pneumonia di Puskesmas Ciampea belum mencapai

target. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis implementasi penemuan dan tatalaksana pneumonia

pada program pengendalian ISPA di Puskesmas Ciampea. Metode yang digunakan adalah penelitian

deskriptif kualitatif dengan pendekatan Rapid Assessment Procedure dan menggunakan teknik purposive

sampling yang terdiri dari informan kunci, informan inti dan informan pendukung serta menggunakan

instrumen penelitian yaitu wawancara mendalam terstruktur, observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian

didapatkan bahwa sumber daya manusia yang menangani pneumonia belum mendapatkan pelatihan

tatalaksana pneumonia. Proses implementasi kegiatan penemuan kasus pneumonia sudah dilakukan dengan

baik dan untuk proses tatalaksana pneumonia tahapan yang sudah dilakukan dengan baik yaitu menilai anak

batuk atau kesukaran bernapas, mengklasifikasi pneumonia dan tindakan, menentukan pengobatan dan

rujukan, memberi tindak lajut, pencatatan dan pelaporan, serta pemantauan. Sedangkan tahapan yang belum
27

dijalankan dengan baik yaitu memberi konseling kepada ibu dan evaluasi yang belum dijalankan. Capaian

cakupan penemuan pneumonia di Puskesmas Ciampea masih belum memenuhi target cakupan yaitu 34,05%

dari target 90%. Disarankan untuk pihak Puskesmas menjalin kerja sama dengan tokoh masyarakat dan

tokoh agama bukan hanya dengan kader semata serta mengoptimalkan kerja sama dengan jejaring di wilayah

kerjanya.

Penelitain tisnawati 2020 tentang Upaya peningkatan keterampilan ibu balita dalam penatalaksanaan

ispa/pneumonia di rumah dengan menggunakan media kartu baca MTBS di wilayah kerja puskesmas

balimbing kota padang. Program pengabdian kepada masyarakat adalah program yang berorientasi kepada

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat berdasarkan pengamatantiapdisiplin ilmu terhdap

perkembangan bidang kesehatan. Tujuan dilakukannyapengabdian kepada masyarakat adalah: menerapkan

teori-teori keilmuan di bidangkesehatan untuk mengatasi masalah yang terjadi di lapangan sehingga dapat

memberi manfaat pada masyarakat, berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan kesehatan, meningkatkan

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan, meningkatkankemampuan masyarakat akademik (dosen

dan atau mahasiswa) dalammenerapkanteori-teori keilmuan baik secara mandiri maupun kelompok,

membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat dengan metode

ilmiahsecara praktis, hal ini ditujukan untuk menciptakan perilaku masyarakat untuk hidupsehat (Kemenkes,

2014). Pemberian informasi pada ibu tentang pneumonia sangat penting. Sebuahstudi yang dilakukan oleh

Ferdous et al., (2014) menjelaskan bahwa ibu–ibu yang menjadi responden dapat menjelaskan bahwa

pneumonia merupakan penyakit yang serius danmengancam nyawa, namun ibu tidak dapat menentukan

apakah anaknya mengalami pneumonia atau tidak. Selain hal tersebut, terdapat hambatan utama dalam

perilaku pencarian pelayanan kesehatan yaitu penyakit tidak dianggap serius atau jarakyangjauh dari fasilitas

pelayanan kesehatan ataupun kurangnya keuangan untuk mencari perawatan.

Penelitian adenuraeni 2019 tentang pengaruh steam inhalation terhadap usaha bernapas pada balita dengan

pneumonia di puskesmas kabupaten subang propinsi jawa barat. Berdasarkan hasil penelitian rerata frekuensi

napas pemeriksaan pertama pada adalah 46,00 kali per menit dan rerata frekuensi napas pemeriksaan kedua

adalah 45,64.kali per menit kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan adanya penurunan walaupun tidak
28

bermakna. Rerata frekuensi napas sebelum steam inhalation adalah 47,07 kali per menit dan rerata frekuensi

napas sesudah steam inhalation adalah 46,50 kali per menit pada kelompok intervensi. Hal ini menunjukkan

adanya perbedaan dan penurunan rerata tetapi tidak bermakna. Rerata frekuensi napas balita pada

pemeriksaan kedua kelompok kontrol dan rerata frekuensi napas balita sesudah steam inhalation pada

kelompok intervensi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh adanya hubungan antara umur dengan frekuensi napas dimana p value 0,05. Orang tua yang

memiliki balita dengan pneumonia dapat melakukan steam inhalation di rumah dengan menggunakan alat-

alat sederhana dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, dan tindakan ini merupakan cara alternatif

untuk menurunkan frekuensi napas pada balita. Bagi Dinas Kesehatan sebagai pemegang kebijakan mulai

menerapkan pemberian steam inhalation di puskesmas-puskesmas terutama dalam program MTBS sebagai

salah satu alternatif untuk menurunkan frekuensi napas pada balita. Perawat yang bertugas di ruangan MTBS

diharapkan meningkatkan pengetahuan agar lebih kreatif dan inovatif tentang penatalaksanaan pneumonia

pada balita. Untuk tempat pelaksanaan tindakan, sebaiknya menggunakan ruangan tindakan tersendiri dan

ruangan yang tertutup tetapi pada kenyataannya baik di rumah maupun di puskesmas tindakan dilakukan di

ruangan yang terbuka sehingga mempengarui suhu air yang digunakan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan

landasan bagi penelitian lebih lanjut di lingkup keperawatan anak baik di institusi pelayanan maupun

institusi pendidikan terutama tentang penatalaksanaan pneumonia pada balita. Diharapkan ada penelitian

lanjutan tentang pengaruh steam inhalation yang dilakukan terhadap semua anak pada tahap pertumbuhan

dan perkembangan sehingga diketahui efek dari tindakan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pemberian steam inhalation tidak berhubungan dengan penurunan frekuensi napas, hal ini dipengaruhi

karena pelaksanaan steam inhalation hanya dilakukan satu kali sedangkan pada penelitian seharusnya

dilakukan sebanyak 4 kali sehari. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan pemberian steam

inhalation lebih dari satu kali, dan gelas yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang dapat

menyimpan panas lebih lama agar suhu dapat dipertahankan sesuai standar.

Penelitian agung perdananto 2019 tentang Penerapan Deep Learning Pada Aplikasi Prediksi Penyakit

Pneumonia Berbasis Convolutional Neural Networks. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian
29

anak-anak tertinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa penyakit ini memicu

15% dari seluruh kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun (WHO, 2015). Dalam mengenali foto rontgen

terdapat banyak metode yang bisa diimplementasikan. Salah satu dari implementasinya adalah dengan

menggunakan Convolutional Neural Network (CNN). Orang tua yang memiliki balita dengan pneumonia

dapat melakukan steam inhalation di rumah dengan menggunakan alat-alat sederhana dan terjangkau oleh

semua lapisan masyarakat, dan tindakan ini merupakan cara alternatif untuk menurunkan frekuensi napas

pada balita. Bagi Dinas Kesehatan sebagai pemegang kebijakan mulai menerapkan pemberian steam

inhalation di puskesmas-puskesmas terutama dalam program MTBS sebagai salah satu alternatif untuk

menurunkan frekuensi napas pada balita. Perawat yang bertugas di ruangan MTBS diharapkan meningkatkan

pengetahuan agar lebih kreatif dan inovatif tentang penatalaksanaan pneumonia pada balita. Untuk tempat

pelaksanaan tindakan, sebaiknya menggunakan ruangan tindakan tersendiri dan ruangan yang tertutup tetapi

pada kenyataannya baik di rumah maupun di puskesmas tindakan dilakukan di ruangan yang terbuka

sehingga mempengarui suhu air yang digunakan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi penelitian

lebih lanjut di lingkup keperawatan anak baik di institusi pelayanan maupun institusi pendidikan terutama

tentang penatalaksanaan pneumonia pada balita. Diharapkan ada penelitian lanjutan tentang pengaruh steam

inhalation yang dilakukan terhadap semua anak pada tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga

diketahui efek dari tindakan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian steam inhalation

tidak berhubungan dengan penurunan frekuensi napas, hal ini dipengaruhi karena pelaksanaan steam

inhalation hanya dilakukan satu kali sedangkan pada penelitian seharusnya dilakukan sebanyak 4 kali sehari.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan pemberian steam inhalation lebih dari satu kali, dan gelas

yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang dapat menyimpan panas lebih lama agar suhu dapat

dipertahankan sesuai standar.

Penelitian mia sriauliana 2017 tentang pola sebaran kejadian penyakit pneumonia pada balita di kecamatan

bergas, kabupaten semarang. Diperkirakan ada 1,8 juta atau 20 % dari kematian anak diakibatkan oleh

pneumonia, melebihi kematian akibat AIDS, malaria dan tuberkulosis.2 Perkiraan kasus pneumonia secara

Nasional di Indonesia sebesar 3,55% namun angka perkiraan kasus di masingmasing provinsi menggunakan
30

angka yang berbeda-beda sesuai angka yang telah ditetapkan.3 Penemuan dan penanganan penderita

pneumonia pada balita di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 53,31%, hal ini meningkat cukup signifikan

dibandingkan capaian pada tahun 2014 yakni sebesar 26,11%. Meskipun mengalami peningkatan, capaian

tersebut masih jauh dari target SPM yaitu 100%.5 SIG (Sistem Informasi Geografis ) merupakan suatu

sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi

geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objekobjek dan fenomena-

fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan

demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data yang

bereferensi geografis.10 SIG ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang ilmu lingkungan, ekonomi, juga

kesehatan.11 SIG memungkinkan untuk melihat hubungan, pola dan trend secara spasial, sehingga dapat

lebih mudah dalam melakukan pemecahan masalah.12 Kejadian pneumonia pada balita yang masih cukup

tinggi di Kecamatan Bergas perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pihak pelayanan kesehatan di

Kabupaten Semarang. Karakteristik faktor lingkungan Kecamatan Bergas memiliki kesamaan dengan faktor

risiko kejadian pneumonia balita yaitu seperti kepadatan penduduk tinggi, sosial ekonomi rendah, dan masih

banyaknya kondisi fisik rumah kurang sehat. Analisis spasial bertujuan untuk melihat pola persebaran

kejadian pneumonia pada balita di Kecamatan Bergas sehingga dapat memudahkan dalam pengendalian dan

penanganannya. Kecamatan Bergas terdapat banyak pabrik besar dan juga ada beberapa daerah yang

melewati jalur lintas Solo-Yogyakarta yang bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya kejadian

pneumonia di Kecamatan Bergas. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola persebaran

kejadian pneumonia pada balita di Kecamatan Bergas berdasarkan pada faktor lingkungan. Informasi yang

ada, diharapkan dapat membantu memberikan kontribusi positif untuk menurunkan angka kejadian

pneumonia pada balita di Kecamatan Bergas..

Penelitian chandra wijaya 2020 tentang Klasifikasi Pneumonia Menggunakan Metode KNearest Neighbor

Dengan Ekstraksi GLCM. penelitian yang menggunakan citra rontgen paru-paru normal, kanker paru, dan

penyakit paru lainnya, tujuan dari penelitian ini untuk mencari karakteristik tekstur dari citra paru-paru, citra

paru-paru akan dilakukan cropping menjadi ukuran 640x640 piksel dengan tujuan untuk memotong citra
31

pada daerah paru dan merubah dimensi citra menjadi lebih kecil dari ukuran asli, selanjutnya citra yang

telah di-cropping dengan ukuran 640x640 piksel dilakukan ekstraksi menggunakan GLCM

menggunakan empat (4) sudut yaitu sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o kemudian dicari lima (5) fitur GLCM yang

digunakan yaitu angular second moment (ASM), kontras, inverse different moment (IDM), entropi, dan

korelasi. Berdasarkan lima (5) fitur GLCM tersebut terdapat tiga (3) fitur GLCM yang memiliki

perbedaan nilai yaitu IDM, kontras dan entropi [3]. Selain itu, klasifikasi K-Nearest Neighbor (KNN)

merupakan metode yang dapat digunakan untuk proses klasifikasi atau mengelompokkan data citra uji

yang sudah ditentukan kelasnya pada data latih yang sudah disimpan pada datastore. Penelitian untuk

mengidentifikasi pneumonia berdasarkan dataset public yang di dapat dariwebsit Mendeley sebanyak 74

citra, yaitu 22 citra Bronchopneumonia, 25 citra PneumoniaLobaris dan 27 citra paru-paru normal, data

tersebut digunakan sebagai data pelatihan dan data pengujian. Pada tahap Preprocessin citra rontgen paru-

paru dilakukan Scaling dengan ukuran 300x300 piksel, lalu citra di-Grayscale, kemudian citra grayscale

dilakukan contrast stretching dengan tujuan untuk mendapatkan citra baru dengan kontras yang lebih bagus

dari citra asalnya. Tahapan setelah preprocessing yaitu thresholding yang bertujuan untuk menghasilkan

citra menjadi warna hitam dan putih dengan nilai threshold adalah 170, dan metode yang digunakan untuk

proses klasifikasi yaitu Convolutional Neural Network, penelitian ini memiliki tingkat akurasi mencapai

83,3% [5]. Kasus pneumonia pada balita di Kecamatan Bergas pada bulan Oktober 2016 hingga April 2017

tersebar di 11 desa/kelurahan dengan pola sebaran mengelompok


32

BAB 5

PENUTUP

5.1. kesimpulan

Pada studi literatur review penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia. Pnemonia adalah
kondisi inflamasi yang terjadi saat seseorang mengalami infeksi pada kantung-kantung udara
dalam paru-paru. Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak
purulen). Gangguan ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil,
hingga kesulitan bernapas.Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi
paru-paru maupun keduanya. Penyebab utama dari gangguan inflamasi ini adalah infeksi virus,
bakteri, ataupun jamur. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia. Penyakit
ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan
bayi yang baru lahir.Baik pneumonia virus dan bakteri adalah penyakit yang menular. Berarti,
seseorang yang mengidapnya dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara
dari bersin atau batuk. Maka dari itu, pengidap gangguan ini perlu menghindari cairan keluar dari
mulutnya dengan menggunakan masker. Program MTBS merupakan suatu pendekatan yang
dibuat untuk mengatasi masalah ini, namun dalam perjalanannya belum dapat mencapai tujuannya
sehingga program ini perlu diteliti melalui beberapa komponen input, proses,output yang secara
keseluruhan membentuk suatu kesatuan pelayanan yang bermutu terhadap balita sakit.

5.2. conflict ofinterest

Pada penelitian studi literatur ini penulis tidak memiliki kendala dalam penulisan artikel ilmiah
yang berjudul “Studi Literatur pnerapan MTBS dengan cakupan pnemonia”.
33

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Modul 1-7, Edisi 2 Dirjen Kesehatan
RI

_________. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul 2 Penilaian dan Klasifikasi Anak Umur
2 Bulan sampai 5 Tahun. Jakarta: Depkes RI

_________. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul 3 Menentukan Tindakan Dan Memberi
Pengobatan. Jakarta: Depkes RI

_________. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul 7 Pedoman Penerapan MTBS di
Puskesmas. Jakarta: Depkes RI

Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Bulukumba Angka
Kejadian Pneumonia 2016. Bulukumba: Dinkes Bulukumba.
Ad
Kemenkes RI. 2016. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Jakarta : Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

um WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Department of Child and
Adolescent Health and Development (CAH).
oni Kartasasmita, Cissi B. 2016. Pneumonia Pembunuh Balita. Volume 3. Jakarta: Kemenkes RI

https://media.neliti.com/media/publications/11-2865-id-hubungan-penerapan-manajemen-
terpadu-balita-sakit, diakses tanggal 12 Juni 2018

https://scholar.google.com/

Anda mungkin juga menyukai