LITERATURE REVIEW
PO.71.3.201.19.1.192
JURUSAN KEPERAWATAN
MAKASSAR
2022
STUDI LITERATUR PENERAPAN MTBS DENGAN
CAKUPAN PNEMONIA
LITERATURE REVIEW
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
PO.71.3.201.19.1.192
NIM : PO.71.3.201.19.1.192
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini adalah benar- benar
merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil Jiplakan
,maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuata tersebut.
Pembuat Pernyataan
Mengetahui:
Hj. Ningsih Jaya, SKM,S.Kep, M.Kes Hj. Sitti Aminah, SKM, S.Kep.,M.Kes
Nip : 196005161983032002 Nip : 195811241985032002
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Marselyna Limbong Ma’dika NIM PO713201181168 dengan
judul “Studi Literatur Resiko Gangguan Integritas Kulit Pada Anak Yang
.................................................
Tim Penguji
Mengetahui,
Nip. 196504121988032002
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposalpenelitian karya tulis
ilmiah yang berjudul “ studi literatur MTBS dengan cakupan pnemonia
Adapun proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat tahap akademik Program Studi
Diploma III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar. Penulis menyadari bahwa
selama penyusunan proposal ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikannya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada: Pemegang ridho dunia dan akhirat kedua orang tua yang terkasih dan tersayang,
yang terus mendoakan dan mendukung berbagai langkah dalam kehidupan penulis.
Terkhusus kepada ibu terhebat dan luar biasa yang sudah mengiringi langkah dengan penuh
doa dan keridhaan.
1. Dr. Ir. H. Agustian Ipa, M. Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes Makassar
2. Hj. Harliani, S.Kp, M. Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Makassar.
3. Hj. Hartati, S.Pd, S.Kep., M.Kes, Ketua Program Studi Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Makassar
Penulis
vi
ABSTRAK
Studi Literatur penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia
(shyfa nabila atika,2022)
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Makassar. Dibimbing oleh Hj.Ningsih Jaya, SKM., S.Kep.,M.Kes.dan
Hj.St. Aminah, SKM., S.Kep., M.Kes.
Pendahuluan: Setiap tahunnya lebih dari dua juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai 5
tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan oleh lima kondisi yang sebenarnya dapat dicegah
seperti pneumonia, diare, malaria, demam berdarah dan malnutrisi.Sering kali kombinasi dari
beberapa penyakit lain. Metode: Google scholar Hasil dan analisis: sepuluh jurnal berbeda
menganalisis penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia. Diskusi dan kesimpulan:
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan Puskesmas bisa meningkatkan pelayanan preventif dan
promotif. Selain itu, diharapkan adanya peningkatan jumlah tenaga kesehatan dan tim MTBS agar
proses kegiatan bisa berjalan dengan baik. Selain itu, diharapkan instruksi yang jelas dan tegas
serta evaluasi yang benar oleh kepala Puskesmas bontobahari kepada tim pengelola MTBS agar
penanganan MTBS dapat berjalan dengan baik.
Kata kunci : penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia
vii
ABSTRACT
DAFTAR ISI
HALAMANSAMPUL......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
BAB 2 METODE........................................................................................................3
3.1. Hasil......................................................................................................................8
BAB 4 PEMBAHASAN..............................................................................................24
BAB 5 PENUTUP........................................................................................................32
x
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
PEMBIMBING PENDAMPING
xiv
DAFTAR SINGKATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO tahun 2009 telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok
kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita bila dilaksanakan
dengan lengkap dan baik. Karena pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional yaitu periode 2000-2004
peningkatan terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 63,45% (Kemenkes RI, 2016)
MTBS yang di ikuti oleh seluruh Puskesmas Kabupaten Bulukumba, namun dalam
hingga menjadi 459 kasus. Tahun 2018 sampai bulan juni sebanyak 94 kasus.
sebesar 7,92%, tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 12,82%, hingga bulan
Program MTBS merupakan suatu pendekatan yang dibuat untuk mengatasi masalah
ini, namun dalam perjalanannya belum dapat mencapai tujuannya sehingga program
ini perlu diteliti melalui beberapa komponen input, proses,output yang secara
penelitian tentang " Hubungan Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
B. Rumusan Masalah
cakupan pneumonia
C. Tujuan Penelitian
cakupan pneumonia
3
BAB 2
METODE
Penelitian ini menggunakan literature review. literature review yang berisi uraian
tentang teori, hasil, dan bahan penelitian lainnya dari referensi yang digunakan sebagai
dasar untuk kegiatan penelitian. Uraian dalam literature review ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman yang jelas tentang solusi dari masalah yang dijelaskan di
bagian rumusan masalah. Literatur berisi abstrak, dan pemikiran penulis dari berbagai
sebagainya) tentang topik yang sedang dibahas, dan biasanya ditempatkan pada bab
berbagai teori yang berkaitan dengan kasus tertentu. Dalam studi ini, peneliti secara
Rangkuman secara menyeluruh dalam bentuk literatur review tentang penerapan MTBS
dengan cakupan pnemonia. Protokol dan evaluasi literatur menggunakan diagram alur
untuk mengidentifikasi pilihan penelitian yang telah sesuai dengan tujuan literatur
review.
Data yang digunakan merupakan tinjauan komprehenshif dari beberapa studi terpilih
tentang “penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia”. Data yang digunakan dalam
studi literatur ini bukan berasal dari observasi langsung,Kata kunci yang digunakan
4
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan olehpeneliti. Data sekunder berasal dari
jurnal ahli terkenal di dalam dan di luar negeri tentang penerapan MTBS dengan
Scholar.
2.1.3Kata Kunci
Kata kunci yang digunakan adalah “penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia”
1.Kriteria Inklusi
2.Kriteria Eksklusi
Format PICOS yang digunakan dalam studi literatur tentang penerapan MTBS
pnemonia
rs
pnemonia pnemonia
publicatio
type
Hasil seleksi artikel studi dapat digambarkan dalam diagram flow di bawah
ini :
7
Eksklusi (n=806)
Screening berdasarkan
identifikasi Populations
judul(n=2,179)
Tidak berfokus pada permasalahan (n=300)
Intervention
Screening Intervensi tidak sesuai (n=228) outcome
berdasarkan
identifikasi abstrak (n Tidak membahas mengenai intervensi (n=278)
=30)
Ekskluded (n=128)
Assesment Populations
berdasaarkan fuul
text dan criteria Tidak berfokus pada permasalahan (n=43)
kelayakan (n=10)
Intervention
Literatur review dianalisis dengan menggunakan metode naratif, yaitu mengelompokkan data
yang sama dan serupa serta hasil pengukuran untuk memenuhi tujuan penelitian. Kemudian
mengumpulkan jurnal penelitian yang memenuhi kriteria inklusi,dan membuat abstrak jurnal
yang meliputi tahun terbit, judul penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, dan database.
8
BAB 3
HASIL PENELITIAN
3.1 hasil
Hasil dari studi literatur ini adalah penelitian ilmiah dari tahun 2017-2021 dengan kata
kunci “penerapan MTBS dengan cakupan pneumonia”. Sangat penting bagi keluarga dan
orang tua untuk menjagakomunikasi yang baik, sehingga dapat memotivasi anak-anak
yang berisiko mengalami cakupan pneumonia , agar dapat melakukan aktivitas secara
Instrumen:
Wawancara
Variabel: -
Analysis:
kecil untuk
ditinggal, sehingga
mempengaruhi
sikap responden
dalam melakukan
aktifitas pelayanan
di puskesmas.
Instrumen:
intervensi
3. Rani 2018 Vol. 4 No. 2 Evaluasi Design: Sebanyak 71 balita Google
Sauriasari kesesuaian (71,7%) diresepkan scholar
penulisan resep ARI non Puyer Batuk Pilek
pada kasus ISPA pneumonia, IMCI (PB) yang sudah
non pneumonia Polyclinic, menjadi formula di
di poli MTBS suitability of Puskesmas
Puskesmas prescription Cengkareng. Puyer
Kecamatan Batuk Pilek sudah
Cengkareng, sampel: dilengkapi dengan
Jakarta berat badan pasien,
Penyakit infeksi sehingga
saluran pernapasan memudahkan ketika
akut (ISPA) penyesuaian resep
merupakan masalah dan mengurangi
kesehatan utama di kemungkinan
Indonesia. pemberian dosis
Pneumonia dapat yang tidak sesuai.
terjadi sepanjang
tahun dan dapat
diderita semua usia.
Pada banyak negara
berkembang, lebih
dari 50% kematian
pada umur anak-
anak balita
disebabkan karena
ISPA pneumonia.
Pneumonia
merupakan salah
satu penyebab
kematian tertinggi
pada anak usia
balita
Variabel:
Penelitian ini
dilakukan dengan
desain potong
12
lintang dan
pengambilan data
secara retrospektif
menggunakan data
sekunder pasien
balita yang
didiagnosa batuk
bukan pneumonia
berdasarkan tanda
atau gejala penyakit
yang dinilai oleh
dokter yang
diperoleh dari buku
register MTBS
selama bulan
Februari 2016
Analysis:
Pneumonia pada
balita merupakan
salah satu penyakit
yang menjadi
perhatian khusus
bagi Pemerintahan
Indonesia. Di
lapangan, dokter
sulit membedakan
pneumonia yang
disebabkan antara
virus dan bakteri
sehingga dokter
melihat dari tanda-
tanda klinis,
pemeriksaan fisik,
dan riwayat
penyakit yang
dialami oleh pasien
Instrumen:
intervensi
variabel: -
Analysis :
alah satu
keberhasilan dalam
upaya untuk
menurunkan angka
kesakitan dan
kematian yang
disebabkan oleh
pneumonia pada
balita ditentukan
dengan penemuan
sedini mungkin di
pelayanan
kesehatan
Penemuan .
pneumonia di
pelayanan
kesehatan yaitu di
Puskesmas dengan
melakukan
pemeriksaan dan
tatalaksana standar
pneumonia baik
melalui pendekatan
Manajemen
Terpadu Balita Sakit
(MTBS) maupun
program P2 ISPA.
instrumen:
deskriptif kualitatif
6. Tisnawati 2020 Vol.2 no.4 Usaha Design: hasil pelatihan Google
meningkatkan supaya pengetahuan scholar
kemampuan ibu ISPA,pneumonia, maupun ketrampilan
yang memiliki ,Media kartu baca ibu balita langgeng,
balita pada saat maka
melakukan Sampel: kegiatanpemantauan
tindakan untuk sekaligus pembinaan
gangguan ispa di Pemberian secara rutin, oleh
rumahnya informasi pada ibu kader, petugas
peningkatan tentang pneumonia kesehatan,
15
Instrumen:
Metode yang
digunakan dalam
kegiatan
pengabdian
masyarakat ini
adalah dengan
mengadakan
pelatihan dan
simulasi
penggunaan media
kartu baca MTBS
terhadap ibu Balita
yang berada di
wilayah kerja
puskesmas
Belimbing.
7. Ade Nuraeni 2019 . Volume 2 pengaruh steam Desigh: Hasil penelitian Google
Nomor 1 inhalation menunjukkan bahwa scholar
terhadap usaha balita pneumonia status gizi balita
bernapas pada seluruhnya berada
balita dengan Sampel: pada rentang
pneumonia di normal. Berdasarkan
puskesmas Pneumonia sering data dari wawancara
kabupaten terjadi pada masa dengan orang tua
bayi dan masa yang membawa
16
Variabel:
Analysis:
(MTBS) adalah
dengan pemberian
antibiotik yang
sesuai yaitu
kotrimoksazole.
Kotrimoksazole
adalah antibiotik
pilihan utama yang
diberikan pada anak
dengan pneumonia.
Instrumen:
eksperimen dengan
menggunakan
kelompok kontrol
8. Agung 2019 vol. 1, no. 2 Penerapan Deep Design: setelah dilakukan Google
Perdananto Learning Pada perbandingan scholar
Aplikasi Prediksi Deep Learning dengan kedua model
Penyakit yang dirancang pada
Pneumonia Sampel: bab sebelumnya
Berbasis didapatkan hasil
Convolutional Pneumonia diatas 75% baik
Neural Networks merupakan dengan evaluasi
pembunuh utama menggunakan data
anak dibawah usia testing dan random
lima tahun (Balita) sample, namun
di dunia, lebih kendala yang
banyak ditemukan karena
dibandingkan nilai akurasi masih
dengan penyakit dibawah angka 85%
lain seperti AIDS, sehingga masih
Malaria dan harus dilakukan
Campak. Namun, penelitian kembali
belum banyak untuk meningkatkan
perhatian terhadap nilai akurasi dari
penyakit ini. model tersebu
Variabel:
Pneumonia bisa
terjadi karena
berbagai organisme,
pneumonia karena
bakteri atau virus.
Upaya pemerintah
18
dalam menekan
angka kematian
akibat pneumonia
diantaranya melalui
penemuan kasus
pneumonia Balita
sedini mungkin di
pelayanan
kesehatan dasar,
penatalaksanaan
kasus dan rujukan.
Adanya
keterpaduan
dengan lintas
program melalui pe
Analysis:
pengendalian
penyakit ISPA
memiliki kendala
diantaranya
cakupan penemuan
masih sangat
rendah akibat
tingginya mutasi
tenaga kesehatan.
Selain itu
pengendalian
pneumonia bukan
program prioritas
karena di beberapa
daerah anggaran
untuk pneumonia
jumlahnya tidak
memadai bahkan
tidak ada sama
sekali. Untuk
pneumonia karena
bakteri kita punya
pilihan pengobatan
yang lebih banyak.
Jadi dapat dikatakan
bahwa lebih baik
terkena pneumoia
karena bakteri.
Sedangkan
pneumonia karena
virus, kita semua
19
pernah mendengar
mengenai flu. Flu
adalah proses
infeksi sangat
umum yang
menyebabkan
pneumonia. Dan
kita tidak punya
banyak pilihan
untuk
mengobatinya
Instrumen:
intervensi
9. Mia Sri Aulina 2017 Volume 5, pola sebaran Design: Kasus pneumonia Google
Nomor 5 kejadian pada balita di scholar
penyakit Pneumonia, under Kecamatan Bergas
pneumonia pada five years old pada bulan Oktober
balita di children 2016 hingga April
kecamatan 2017 tersebar di 11
bergas, Sampel: desa/kelurahan
kabupaten dengan pola sebaran
semarang Diperkirakan ada mengelompok
1,8 juta atau 20 % (clustered).
dari kematian anak Terdapat hubungan
diakibatkan oleh antara jenis lantai
pneumonia, rumah responden (p-
melebihi kematian value 0,010; OR =
akibat AIDS, malaria 3,509 dan Cl 95% =
dan tuberkulosis.2 1,438-8,563), dan
Perkiraan kasus jenis bahan bakar
pneumonia secara memasak (p-value
Nasional di 0,019; OR = 3,071
Indonesia sebesar dan Cl 95% = 1,286-
3,55% namun angka 7,329) dengan
perkiraan kasus di kejadian pneumonia
masingmasing pada balita di
provinsi Kecamatan Berga
menggunakan
angka yang
berbeda-beda
sesuai angka yang
telah ditetapkan
Variabel:
20
pneumonia
dikategorikan dalam
penyakit menular
yang ditularkan
melalui udara,
dengan sumber
penularan adalah
penderita
pneumonia yang
menyebarkan
kuman dalam
bentuk droplet ke
udara pada saat
batuk atau bersin
Analysis:
penelitian ini
dilakukan untuk
mengetahui pola
persebaran kejadian
pneumonia pada
balita di Kecamatan
Bergas berdasarkan
pada faktor
lingkungan.
Informasi yang ada,
diharapkan dapat
membantu
memberikan
kontribusi positif
untuk menurunkan
angka kejadian
pneumonia pada
balita di Kecamatan
Bergas.
Instrumen:
Penelitian ini
bersifat analitik
observasional
dengan pendekatan
kuantitatif dan
rancangan case
control.
Pengumpulan data
21
dilakukan melalui
wawancara
10. Chandra 2020 Vol. 1, No. 1 Klasifikasi Design: Dengan melakukan Google
Wijaya Pneumonia proses cropping scholar
Menggunakan Pneumonia, pada citra rontgen
Metode Thresholding, paru-paru dapat
KNearest GLCM, KNN meningkatkan hasil
Neighbor dari akurasi..
Dengan Sampel:
Ekstraksi GLCM
eiring
perkembangan
teknologi yang
semakin pesat,
pneumonia dapat di
identifikasi melalui
analisis citra
rontgen atau x-ray.
Analysis:
Penelitian yang
menggunakan citra
rontgen paru-paru
normal, kanker
paru, dan penyakit
paru lainnya, tujuan
dari penelitian ini
untuk mencari
karakteristik tekstur
dari citra paru-paru,
citra paru-paru akan
dilakukan cropping
menjadi ukuran
640x640 piksel
dengan tujuan
untuk memotong
citra pada daerah
paru dan merubah
dimensi citra
menjadi lebih kecil
dari ukuran asli,
selanjutnya citra
yang telah di-
cropping dengan
ukuran 640x640
22
piksel dilakukan
ekstraksi
menggunakan
GLCM
menggunakan
empat (4) sudut
yaitu sudut 0o, 45o,
90o, dan 135o
kemudian dicari
lima (5) fitur GLCM
yang digunakan
yaitu angular
second moment
(ASM), kontras,
inverse different
moment (IDM),
entropi, dan
korelasi.
Berdasarkan lima
(5) fitur GLCM
tersebut terdapat
tiga (3) fitur GLCM
yang memiliki
perbedaan nilai
yaitu IDM, kontras
dan entropi
Variabel:
penelitian untuk
mengidentifikasi
pneumonia
berdasarkan dataset
public yang di dapat
dari website
Mendeley sebanyak
74 citra, yaitu 22
citra
Bronchopneumonia,
25 citra Pneumonia
Lobaris dan 27 citra
paru-paru normal,
data tersebut
digunakan sebagai
data pelatihan dan
data pengujian.
Instrumen:
23
intervensi
pada tiga database yang diperoleh dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (2017-
2021) berupa laporan penelitian dan review. Kata kunci yang disesuaikan
yang berisi data tentang kata kunci tersebut. Kemudian, peneliti melakukan
pemilihan berdasarkan judul (n = 10), abstrak (n = 10), dan full text (n = 10)
yang cocok dengan subjek pencarian literatur. Data hasil pencarian internet
Google Scholar berasal dari 10 jurnal, dan kata kuncinya adalah penerapan
BAB 4
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pencarian di berbagai artikel. Peneliti menemukan bukti dalam 10 jurnal yang
dikumpulkan, yang penting untuk menemukan penerapan MTBS dengan cakupan pneumonia.
Jurnal yang relevan dengan hasil yang sesuai, yaitu penelitian yang di lakukan Sri Maya Guswahyuni
2019 tentang Penemuan kasus pneumonia secara pasif dengan pendekatan MTBS pada balita di Puskesmas.
Upaya pokok dalam mencegah kematian anak karena pneumonia antara lain adalah menemukan dan
melakukan tatalaksana standar pada kasus pneumonia. Cakupan penemuan pneumonia pada balita di
Indonesia sampai dengan tahun 2014 berkisar 20%-30%. Pada tahun 2015 meningkat menjadi 63,5% dan
tahun 2016 menjadi 65,27%. Peningkatan ini disebabkan oleh perubahan angka perkiraan kasus yang semula
sebesar 10%, kemudian turun menjadi 3,55%. Pada tahun 2017 penemuan pneumonia mencakup 447.431
kasus (46,3%) yang terdiri dari pneumonia berat dan ringan, dan 965.559 dari penemuan tersebut merupakan
pneumonia pada balita . Implementasi Program P2 ISPA dalam kegiatan penemuan kasus pneumonia secara
pasif di puskesmas Sungai Tutung belum berjalan secara optimal karena petugas tidak melakukan
pemeriksaan batuk sesuai dengan standar seperti yang tertera pada formulir MTBS. Tidak berjalannya
program P2 ISPA pada kegiatan penemuan kasus pneumonia pada balita secara pasif dikarenakan kurangnya
pengetahuan petugas karena belum pernah mengikuti pelatihan atau workshop, serta rendahnya motivasi
dalam memberikan pelayanan terbaik. Keterbatasan ruangan pemeriksaan balita sakit menyebabkan
baiq fiya apriani,2019 tentang Penerapan Program Manejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Deteksi Dini
Pneumonia Dengan Tingkat Kepatuhan Petugas Dalam Memberikan Pelayanan Di Puskesmas bagu. Angka
kesakitan dan kematia balita merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan. Pneumonia merupakan salah satu penyakit yang sering dialami oleh balita, setiap
25
tahun anak di dunia meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun dan penyebab utamanya karena
pneumonia diare, malaria,campak malnutrisi dan sering kali merupakan kombinasi dari/keadaan
tersebut diatas. Tingkat pengetahuan petugas dalam penerapan program MTBS pada deteksi dini
pneumonia di Puskesmas Bagu di peroleh hasil baik dari 20 responden dengan persentasi (70%). Sikap
petugas dalam penerapan program MTBS pada deteksi dini pneumonia di Puskesmas Bagu di peroleh hasil
Penelitian rani sauriasari 2017 tentang Evaluasi kesesuaian penulisan resep pada kasus ISPA non
pneumonia di poli MTBS Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Jakarta.Pneumonia pada balita merupakan
salah satu penyakit yang menjadi perhatian khusus bagi Pemerintahan Indonesia. Di lapangan, dokter sulit
membedakan pneumonia yang disebabkan antara virus dan bakteri sehingga dokter melihat dari tanda-tanda
klinis, pemeriksaan fisik, dan riwayat penyakit yang dialami oleh pasien. Kebijakan Departemen Kesehatan
RI dalam pedoman penatalaksanaan ISPA tahun 2012 adalah pemberian antibiotika dapat dilakukan hanya
jika balita telah didiagnosis pneumonia. Jika penyebabnya adalah virus, maka penggunaan antibiotika tidak
diperlukan. Antibiotika tidak efektif apabila diberikan untuk anak yang menderita batuk bukan pneumonia,
terlebih pada balita. Tingginya pemberian antibiotika pada balita batuk bukan pneumonia yang tidak sesuai
dengan Buku Bagan MTBS dapat memicu terjadinya resistensi. Resistensi didefinisikan sebagai tidak
terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotika secara sistemik dengan dosis normal yang
seharusnya atau kadar hambat minimalnya. Beberapa faktor yang mendukung terjadinya resistensi antara lain
adalah penggunaan antibiotika kurang tepat (irrasional), seperti terlalu singkat, dosis terlalu rendah, diagnosa
awal salah, potensi yang tidak adekuat; faktor yang berhubungan dengan pasien yaitu pasien meminta
diberikan terapi antibiotika; serta peresepan ketika diagnosa awal belum pasti.
Penelitian ahmad syabandi 2019 tentang Pengetahuan yang dimiliki serta kemampuan ibu anak dalaam
melaksanakan tindakan dan Kemampuan Ibu dalam Penatalaksanaan pada balita yang menderita Pneumonia.
pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih banyak
dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Namun, belum banyak
perhatian terhadap penyakit ini. Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap
26
tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita,
satu diantaranya disebabkan pneumonia. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka
kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi
23,8%, dan Balita 15,5% (Riskesdas 2007). Pada tatanan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya
Puskesmas seringkali menggunakan dengan pendekatan MTBS. Metode yang digunakan adalah
meningkatkan keterampilan dan pendidikan kesehatan ibu-ibu dalam penatalaksanaan pneumonia yang
sesuai dengan standar MTBS di posyandu desa Tambakreja Wilayah UPTD Puskesmas Cilacap Selatan
Pneumonia dengan Pendekatan MTBS mempunyai tingkat pengetahuan dengan kategori Baik sebanyak
20 (66,7%). Kesimpulan: terdapat peningkatan pengetahuan dan ketrampilan Ibu setelah dilakukan
Penelitian siti khodija 2020 tentang analisis implementasi penemuan dan tatalaksana pneumonia pada
program infeksi saluran pernapasan akut di puskesmas ciampea. Diketahui Kabupaten Bogor pada tingkat
provinsi Jawa Barat menempati posisi ke empat cakupan penemuan pneumonia terendah sebanyak 27,14%
dan pada tahun 2020 diketahui cakupan penemuan pneumonia di Puskesmas Ciampea belum mencapai
target. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis implementasi penemuan dan tatalaksana pneumonia
pada program pengendalian ISPA di Puskesmas Ciampea. Metode yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kualitatif dengan pendekatan Rapid Assessment Procedure dan menggunakan teknik purposive
sampling yang terdiri dari informan kunci, informan inti dan informan pendukung serta menggunakan
instrumen penelitian yaitu wawancara mendalam terstruktur, observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian
didapatkan bahwa sumber daya manusia yang menangani pneumonia belum mendapatkan pelatihan
tatalaksana pneumonia. Proses implementasi kegiatan penemuan kasus pneumonia sudah dilakukan dengan
baik dan untuk proses tatalaksana pneumonia tahapan yang sudah dilakukan dengan baik yaitu menilai anak
batuk atau kesukaran bernapas, mengklasifikasi pneumonia dan tindakan, menentukan pengobatan dan
rujukan, memberi tindak lajut, pencatatan dan pelaporan, serta pemantauan. Sedangkan tahapan yang belum
27
dijalankan dengan baik yaitu memberi konseling kepada ibu dan evaluasi yang belum dijalankan. Capaian
cakupan penemuan pneumonia di Puskesmas Ciampea masih belum memenuhi target cakupan yaitu 34,05%
dari target 90%. Disarankan untuk pihak Puskesmas menjalin kerja sama dengan tokoh masyarakat dan
tokoh agama bukan hanya dengan kader semata serta mengoptimalkan kerja sama dengan jejaring di wilayah
kerjanya.
Penelitain tisnawati 2020 tentang Upaya peningkatan keterampilan ibu balita dalam penatalaksanaan
ispa/pneumonia di rumah dengan menggunakan media kartu baca MTBS di wilayah kerja puskesmas
balimbing kota padang. Program pengabdian kepada masyarakat adalah program yang berorientasi kepada
teori-teori keilmuan di bidangkesehatan untuk mengatasi masalah yang terjadi di lapangan sehingga dapat
memberi manfaat pada masyarakat, berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan kesehatan, meningkatkan
dan atau mahasiswa) dalammenerapkanteori-teori keilmuan baik secara mandiri maupun kelompok,
membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi pemerintah maupun masyarakat dengan metode
ilmiahsecara praktis, hal ini ditujukan untuk menciptakan perilaku masyarakat untuk hidupsehat (Kemenkes,
2014). Pemberian informasi pada ibu tentang pneumonia sangat penting. Sebuahstudi yang dilakukan oleh
Ferdous et al., (2014) menjelaskan bahwa ibu–ibu yang menjadi responden dapat menjelaskan bahwa
pneumonia merupakan penyakit yang serius danmengancam nyawa, namun ibu tidak dapat menentukan
apakah anaknya mengalami pneumonia atau tidak. Selain hal tersebut, terdapat hambatan utama dalam
perilaku pencarian pelayanan kesehatan yaitu penyakit tidak dianggap serius atau jarakyangjauh dari fasilitas
Penelitian adenuraeni 2019 tentang pengaruh steam inhalation terhadap usaha bernapas pada balita dengan
pneumonia di puskesmas kabupaten subang propinsi jawa barat. Berdasarkan hasil penelitian rerata frekuensi
napas pemeriksaan pertama pada adalah 46,00 kali per menit dan rerata frekuensi napas pemeriksaan kedua
adalah 45,64.kali per menit kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan adanya penurunan walaupun tidak
28
bermakna. Rerata frekuensi napas sebelum steam inhalation adalah 47,07 kali per menit dan rerata frekuensi
napas sesudah steam inhalation adalah 46,50 kali per menit pada kelompok intervensi. Hal ini menunjukkan
adanya perbedaan dan penurunan rerata tetapi tidak bermakna. Rerata frekuensi napas balita pada
pemeriksaan kedua kelompok kontrol dan rerata frekuensi napas balita sesudah steam inhalation pada
kelompok intervensi menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh adanya hubungan antara umur dengan frekuensi napas dimana p value 0,05. Orang tua yang
memiliki balita dengan pneumonia dapat melakukan steam inhalation di rumah dengan menggunakan alat-
alat sederhana dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, dan tindakan ini merupakan cara alternatif
untuk menurunkan frekuensi napas pada balita. Bagi Dinas Kesehatan sebagai pemegang kebijakan mulai
menerapkan pemberian steam inhalation di puskesmas-puskesmas terutama dalam program MTBS sebagai
salah satu alternatif untuk menurunkan frekuensi napas pada balita. Perawat yang bertugas di ruangan MTBS
diharapkan meningkatkan pengetahuan agar lebih kreatif dan inovatif tentang penatalaksanaan pneumonia
pada balita. Untuk tempat pelaksanaan tindakan, sebaiknya menggunakan ruangan tindakan tersendiri dan
ruangan yang tertutup tetapi pada kenyataannya baik di rumah maupun di puskesmas tindakan dilakukan di
ruangan yang terbuka sehingga mempengarui suhu air yang digunakan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
landasan bagi penelitian lebih lanjut di lingkup keperawatan anak baik di institusi pelayanan maupun
institusi pendidikan terutama tentang penatalaksanaan pneumonia pada balita. Diharapkan ada penelitian
lanjutan tentang pengaruh steam inhalation yang dilakukan terhadap semua anak pada tahap pertumbuhan
dan perkembangan sehingga diketahui efek dari tindakan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemberian steam inhalation tidak berhubungan dengan penurunan frekuensi napas, hal ini dipengaruhi
karena pelaksanaan steam inhalation hanya dilakukan satu kali sedangkan pada penelitian seharusnya
dilakukan sebanyak 4 kali sehari. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan pemberian steam
inhalation lebih dari satu kali, dan gelas yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang dapat
menyimpan panas lebih lama agar suhu dapat dipertahankan sesuai standar.
Penelitian agung perdananto 2019 tentang Penerapan Deep Learning Pada Aplikasi Prediksi Penyakit
Pneumonia Berbasis Convolutional Neural Networks. Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian
29
anak-anak tertinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa penyakit ini memicu
15% dari seluruh kematian anak-anak di bawah usia 5 tahun (WHO, 2015). Dalam mengenali foto rontgen
terdapat banyak metode yang bisa diimplementasikan. Salah satu dari implementasinya adalah dengan
menggunakan Convolutional Neural Network (CNN). Orang tua yang memiliki balita dengan pneumonia
dapat melakukan steam inhalation di rumah dengan menggunakan alat-alat sederhana dan terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat, dan tindakan ini merupakan cara alternatif untuk menurunkan frekuensi napas
pada balita. Bagi Dinas Kesehatan sebagai pemegang kebijakan mulai menerapkan pemberian steam
inhalation di puskesmas-puskesmas terutama dalam program MTBS sebagai salah satu alternatif untuk
menurunkan frekuensi napas pada balita. Perawat yang bertugas di ruangan MTBS diharapkan meningkatkan
pengetahuan agar lebih kreatif dan inovatif tentang penatalaksanaan pneumonia pada balita. Untuk tempat
pelaksanaan tindakan, sebaiknya menggunakan ruangan tindakan tersendiri dan ruangan yang tertutup tetapi
pada kenyataannya baik di rumah maupun di puskesmas tindakan dilakukan di ruangan yang terbuka
sehingga mempengarui suhu air yang digunakan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi penelitian
lebih lanjut di lingkup keperawatan anak baik di institusi pelayanan maupun institusi pendidikan terutama
tentang penatalaksanaan pneumonia pada balita. Diharapkan ada penelitian lanjutan tentang pengaruh steam
inhalation yang dilakukan terhadap semua anak pada tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga
diketahui efek dari tindakan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian steam inhalation
tidak berhubungan dengan penurunan frekuensi napas, hal ini dipengaruhi karena pelaksanaan steam
inhalation hanya dilakukan satu kali sedangkan pada penelitian seharusnya dilakukan sebanyak 4 kali sehari.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan pemberian steam inhalation lebih dari satu kali, dan gelas
yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang dapat menyimpan panas lebih lama agar suhu dapat
Penelitian mia sriauliana 2017 tentang pola sebaran kejadian penyakit pneumonia pada balita di kecamatan
bergas, kabupaten semarang. Diperkirakan ada 1,8 juta atau 20 % dari kematian anak diakibatkan oleh
pneumonia, melebihi kematian akibat AIDS, malaria dan tuberkulosis.2 Perkiraan kasus pneumonia secara
Nasional di Indonesia sebesar 3,55% namun angka perkiraan kasus di masingmasing provinsi menggunakan
30
angka yang berbeda-beda sesuai angka yang telah ditetapkan.3 Penemuan dan penanganan penderita
pneumonia pada balita di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 53,31%, hal ini meningkat cukup signifikan
dibandingkan capaian pada tahun 2014 yakni sebesar 26,11%. Meskipun mengalami peningkatan, capaian
tersebut masih jauh dari target SPM yaitu 100%.5 SIG (Sistem Informasi Geografis ) merupakan suatu
sistem berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi
geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis objekobjek dan fenomena-
fenomena dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis. Dengan
demikian, SIG merupakan sistem komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data yang
bereferensi geografis.10 SIG ini dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang ilmu lingkungan, ekonomi, juga
kesehatan.11 SIG memungkinkan untuk melihat hubungan, pola dan trend secara spasial, sehingga dapat
lebih mudah dalam melakukan pemecahan masalah.12 Kejadian pneumonia pada balita yang masih cukup
tinggi di Kecamatan Bergas perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pihak pelayanan kesehatan di
Kabupaten Semarang. Karakteristik faktor lingkungan Kecamatan Bergas memiliki kesamaan dengan faktor
risiko kejadian pneumonia balita yaitu seperti kepadatan penduduk tinggi, sosial ekonomi rendah, dan masih
banyaknya kondisi fisik rumah kurang sehat. Analisis spasial bertujuan untuk melihat pola persebaran
kejadian pneumonia pada balita di Kecamatan Bergas sehingga dapat memudahkan dalam pengendalian dan
penanganannya. Kecamatan Bergas terdapat banyak pabrik besar dan juga ada beberapa daerah yang
melewati jalur lintas Solo-Yogyakarta yang bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya kejadian
pneumonia di Kecamatan Bergas. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola persebaran
kejadian pneumonia pada balita di Kecamatan Bergas berdasarkan pada faktor lingkungan. Informasi yang
ada, diharapkan dapat membantu memberikan kontribusi positif untuk menurunkan angka kejadian
Penelitian chandra wijaya 2020 tentang Klasifikasi Pneumonia Menggunakan Metode KNearest Neighbor
Dengan Ekstraksi GLCM. penelitian yang menggunakan citra rontgen paru-paru normal, kanker paru, dan
penyakit paru lainnya, tujuan dari penelitian ini untuk mencari karakteristik tekstur dari citra paru-paru, citra
paru-paru akan dilakukan cropping menjadi ukuran 640x640 piksel dengan tujuan untuk memotong citra
31
pada daerah paru dan merubah dimensi citra menjadi lebih kecil dari ukuran asli, selanjutnya citra yang
telah di-cropping dengan ukuran 640x640 piksel dilakukan ekstraksi menggunakan GLCM
menggunakan empat (4) sudut yaitu sudut 0o, 45o, 90o, dan 135o kemudian dicari lima (5) fitur GLCM yang
digunakan yaitu angular second moment (ASM), kontras, inverse different moment (IDM), entropi, dan
korelasi. Berdasarkan lima (5) fitur GLCM tersebut terdapat tiga (3) fitur GLCM yang memiliki
perbedaan nilai yaitu IDM, kontras dan entropi [3]. Selain itu, klasifikasi K-Nearest Neighbor (KNN)
merupakan metode yang dapat digunakan untuk proses klasifikasi atau mengelompokkan data citra uji
yang sudah ditentukan kelasnya pada data latih yang sudah disimpan pada datastore. Penelitian untuk
mengidentifikasi pneumonia berdasarkan dataset public yang di dapat dariwebsit Mendeley sebanyak 74
citra, yaitu 22 citra Bronchopneumonia, 25 citra PneumoniaLobaris dan 27 citra paru-paru normal, data
tersebut digunakan sebagai data pelatihan dan data pengujian. Pada tahap Preprocessin citra rontgen paru-
paru dilakukan Scaling dengan ukuran 300x300 piksel, lalu citra di-Grayscale, kemudian citra grayscale
dilakukan contrast stretching dengan tujuan untuk mendapatkan citra baru dengan kontras yang lebih bagus
dari citra asalnya. Tahapan setelah preprocessing yaitu thresholding yang bertujuan untuk menghasilkan
citra menjadi warna hitam dan putih dengan nilai threshold adalah 170, dan metode yang digunakan untuk
proses klasifikasi yaitu Convolutional Neural Network, penelitian ini memiliki tingkat akurasi mencapai
83,3% [5]. Kasus pneumonia pada balita di Kecamatan Bergas pada bulan Oktober 2016 hingga April 2017
BAB 5
PENUTUP
5.1. kesimpulan
Pada studi literatur review penerapan MTBS dengan cakupan pnemonia. Pnemonia adalah
kondisi inflamasi yang terjadi saat seseorang mengalami infeksi pada kantung-kantung udara
dalam paru-paru. Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak
purulen). Gangguan ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil,
hingga kesulitan bernapas.Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi
paru-paru maupun keduanya. Penyebab utama dari gangguan inflamasi ini adalah infeksi virus,
bakteri, ataupun jamur. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia. Penyakit
ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan
bayi yang baru lahir.Baik pneumonia virus dan bakteri adalah penyakit yang menular. Berarti,
seseorang yang mengidapnya dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara
dari bersin atau batuk. Maka dari itu, pengidap gangguan ini perlu menghindari cairan keluar dari
mulutnya dengan menggunakan masker. Program MTBS merupakan suatu pendekatan yang
dibuat untuk mengatasi masalah ini, namun dalam perjalanannya belum dapat mencapai tujuannya
sehingga program ini perlu diteliti melalui beberapa komponen input, proses,output yang secara
keseluruhan membentuk suatu kesatuan pelayanan yang bermutu terhadap balita sakit.
Pada penelitian studi literatur ini penulis tidak memiliki kendala dalam penulisan artikel ilmiah
yang berjudul “Studi Literatur pnerapan MTBS dengan cakupan pnemonia”.
33
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Modul 1-7, Edisi 2 Dirjen Kesehatan
RI
_________. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul 2 Penilaian dan Klasifikasi Anak Umur
2 Bulan sampai 5 Tahun. Jakarta: Depkes RI
_________. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul 3 Menentukan Tindakan Dan Memberi
Pengobatan. Jakarta: Depkes RI
_________. 2009. Manajemen Terpadu Balita Sakit Modul 7 Pedoman Penerapan MTBS di
Puskesmas. Jakarta: Depkes RI
Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Bulukumba Angka
Kejadian Pneumonia 2016. Bulukumba: Dinkes Bulukumba.
Ad
Kemenkes RI. 2016. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Jakarta : Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
um WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Department of Child and
Adolescent Health and Development (CAH).
oni Kartasasmita, Cissi B. 2016. Pneumonia Pembunuh Balita. Volume 3. Jakarta: Kemenkes RI
https://media.neliti.com/media/publications/11-2865-id-hubungan-penerapan-manajemen-
terpadu-balita-sakit, diakses tanggal 12 Juni 2018
https://scholar.google.com/