Anda di halaman 1dari 70

i

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI LITERATUR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


PENERAPAN MANAJEMEN SYOK TERHADAP KEKURANGAN
CAIRAN PADA IBU ABORTUS

ISLAWANGGY
PO.71.3.202.17.1.013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATANMAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
2020

i
KARYA TULIS ILMIAH

STUDI LITERATUR ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN PENERAPAN MANAJEMEN SYOK TERHADAP
KEKURANGAN CAIRAN PADA IBU ABORTUS

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

ISLAWANGGY
PO.71.3.202.17.1.013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KEPERAWATAN MAKASSAR
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
2020

ii
RIWAYAT

A. IDENTITAS

1. Nama : ISLAWANGGY

2. Tempat / Tanggal Lahir : UJUNG, 02 JULI 1999

3. Jenis Kelamin : PEREMPUAN

4. Agama : ISLAM

5. Alamat : PINRANG

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tamat SD Negeri 60 ujung Tahun 2011

2. Tamat MTS DDI UJUNG Tahun 2014

3. Tamat SMA Negri 10 pinrang Tahun 2017

4. Sementara menyelesaikan pendidikan di Politeknik

Kesehatan Makassar Program Studi Keperawatan Parepare

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Islawanggy
Nim : PO.71.3.202.17.1.013
Program Studi : D-III Keperawatan Parepare
Institusi : Poltekkes Kemenkes Makassar

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Parepare, juli 2020

Pembuat Pernyataan,

Islawanggy
PO.71.3.202.17.1.013

Mengetahui:
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Hj. Itakko P, SKM.,M.Kes


Yulianti, S.ST.,M.Kes.,M.Keb
Nip.19640908 198503 2 012
Nip.

iv
HALAMAN

Proposal Penelitian oleh Islawanggy, NIM: PO.71.3.202.17.1.013, dengan judul

“Studi literatur Asuhan Keperawatan dengan penerapan manajemen syok

terhadap kekurangan cairan pada ibu abortus” telah diperiksa dan disetujui

untuk diujikan pada seminar karya tulis ilmiah Program Studi Keperawatan

Parepare, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar.

Parepare, juli 2020

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Hj. I Takko P, SKM.,M.Kes Yulianti, S.ST.,M.Kes.M.Keb

NIP.136409081985032012

v
HALAMAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah/Studi Kasus oleh Islawanggy Nim:


PO.71.3.202.17.1.013 dengan Judul “Studi literatur Asuhan keperawatan
dengan penerapan manajemen syok terhadap kekurangan cairan pada ibu
abortus” telah dipertahankan di depan tim Program Studi Keperawatan Parepare,
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar penguji pada
tanggal,. juli 2020, dan disetujui untuk penelitian/studi kasus

Ketua Penguji:

Penguji Ketua : Yulianti,S.Kep.,Ns (................

Penguji Anggota I : Yulianti,S.ST.,M.Kes.,M.Keb (................)

Penguji Anggota II : HJ.I takko P,SKM.,M.Kes : (................)

Mengetahui:
Ketua Program Studi Keperawatan Parepare,

H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.iT, M.Si, M.Kes


Nip. 19641231 198502 1 003

vi
ABSTRA
Meningkatkan kesehatan ibu adalah tujuan kelima Millenium
Development Goals (MDGs) yang harus dicapai oleh 191 negara anggota PBB
pada tahun 2015, termasuk Indonesia. Mengurangi 2/3 AKI saat melahirkan
(1990- 2015) menjadi salah satu target meningkatkan kesehatan ibu, selain
akses terhadap pelayanan kesehatan standar hingga tahun 2015. AKI
ditargetkan turun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur seperti buku
jurnal ilmiah yang telah dipublikasi, hasil-hasil penelitian (skripsi, tesis,
desertasi), dan internet dan membandingkan hasil penelitian yang satu dengan
yang lainnya.
Hasil peneltian yang diperoleh menunjukkan bahwa penerapan
manajemen syok terhadap kekurangan cairan pada ibu abortus berdasarkan
hasil kajian dari 5 literatur jurnal Berdasarkan hasil pencarian literatur dari
berbagai sumber, terdapat beberapa artikel yang memenuhi kriteria inklusi namun
peneliti fokus pada 4 artikel. Penelitian-penelitian tersebut mengidentifikasi
tentang perdarahan pada abortus.
Kata kunci: asuhan keperawatan manejemen syok, kekurangan cairan
pada ibu abortus

vii
KATA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

Rahmat dan Taufiq-Nyalah sehingga Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat

diselesaikan sebagai tugas akhir dalam rangka penyelesaian studi pada Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar Program Studi Keperawatan Parepare dengan

judul “Studi Literatur Asuhan keperawatan dengn penerapan manajemen syok

terhadap kekurangan cairan pada ibu abortus’’

Dalam penyelesaian Hasil Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menemui

tantangan dan hambatan, namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai

pihak, segala tantangan dan hambatan dapat diatasi. Karena itu sepantasnyalah

penulis menghaturkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada, selaku

Pembimbing Utama HJ.I takko P,SKM.,M.Kes, Yulianti,S.ST.,M.Kes,M.Keb

selaku Pembimbing Pendamping dan Yulianti,S.Kep.,Ns selakau Penguji I yang

telah tulus ikhlas meluangkan waktunya dalam memberikan petunjuk, arahan dan

motivasi kepada penulis dalam penyusunan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini sampai

selesai. Selanjutnya penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Agustian Ipa, M.Kes. Selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Makassar yang telah memberikan waktu dan

kesempatan dalam penulisan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu. Hj. Harliani, SKp, M.Kes. Selaku Ketua Jurusan Politeknik Kesehatan

Kemenkes Makassar yang telah memberikan waktu dan kesempatan dalam

penulisan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini.

viii
3. Bapak H. Muhammad Asikin, S.Pd, S.SiT, M.Si, M. Kes. Selaku Ketua

Program Studi Keperawatan Parepare yang telah memberi kesempatan pada

penulis dalam rangka penyusunan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Kedua orang tuaku (bapak dan Ibu) atas segala bantuannya baik secara

material dan moril selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi

Keperawatan Parepare Poltekkes Kemenkes Makassar

5. Bapak dan ibu Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Program

Studi Keperawatan Parepare

6. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2017 atas segala kerjasamanya dalam

kegiatan perkuliahan maupun dalam proses penyusunan Hasil Karya Tulis

Ilmiah ini.

Hanya kepada Allah SWT jugalah penulis berharap semoga segala bantuan

yang diberikan dapat bernilai ibadah di sisi-Nya, dan semoga Hasil Karya Tulis

Ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Parepare, Juli 2020

Salam hormat,

Islawanggy

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP........................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN......................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... v

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ vi

ABSTRAK ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

C. Tujuan penelitian ........................................................................................ 4

D. Manfaat penelitian .......................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Kasus Abortus............................... 6

1. Pengkajian.............................................................................................

2. Diagnosa keperawatan ......................................................................... 9

3. Intervensi keperawatan ......................................................................... 10

B.Tinjauan Pustaka Tentang Manajemen Syok Pada Ibu Abortus 14

1. Definisi ................................................................................................ 14

x
2. Etiologi.................................................................................................. 15

3. Jenis-Jenis yok...................................................................................... 16

4. Faktor Resiko........................................................................................ 21

5. Gejala Klinis.......................................................................................... 22

6. Prognosis ................................................................................................. 30

7. Patogenesis .............................................................................................. 30

8. Mekanisme Terjadinya Syok.................................................................... 32

9. Diagnosis.................................................................................................. 33

10. Tanda Dan Gejala ................................................................................... 34

11. Komplikai................................................................................................ 34

12. Manajemen Syok Berdasarkan Jenisnya ................................................. 35

13. Penanganan Prinsip Dasar Syok ............................................................. 37

14. Penangan Awal Syok .............................................................................. 37

15. Penanganan Kasus ................................................................................... 38

16. Terapi Obat-Obat an ............................................................................... 39

17. Prinsip Dasar Dalam Merujuk Kasus Gawat Darurat ............................. 40

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Jenis penelitian ........................................................................................ 42

B. Fokus studi ................................................................................................ 42

C. Sumber data .............................................................................................. 42

D. Kriteria literatur ........................................................................................ 43

E. Metode pengumpulan data............................................................................ 43

F. Analisis data dan penyajian data ............................................................... 43

xi
BAB IV HASIL

A. Hasil ............................................................................................................ 44

B. Pembahasan ................................................................................................. 48

C. Keterbatasan ................................................................................................ 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................................. 56

B. Saran ............................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 58

LAMPIRAN .....................................................................................................

xii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut organisasi kesehatan dunia atau world health organization

(WHO), kematian ibu didefinisikan sebagai kematian yang terjadi pada saat

masa kehamilan atau waktu 42 hari setelah persalinan. Di Indonesia, angka

kematian ibu (AKI) masih tergolong tinggi. Berdasarkan data tahun 2012,

angka kematian ibu cukup tinggi, yaitu sekitar 359/ 100.000/ kelahiran.

Meningkatkan kesehatan ibu adalah tujuan kelima Millenium

Development Goals (MDGs) yang harus dicapai oleh 191 negara anggota PBB

pada tahun 2015, termasuk Indonesia. Mengurangi 2/3 AKI saat melahirkan

(1990- 2015) menjadi salah satu target meningkatkan kesehatan ibu, selain

akses terhadap pelayanan kesehatan standar hingga tahun 2015. AKI

ditargetkan turun dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990

menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Hingga tahun 2015, ternyata target MDGs 5 tersebut tidak dapat

dicapai. Hal ini memang sudah diprediksi sebelumnya. Dengan prediksi linier

AKI, Kementerian Kesehatan telah memperkirakan pada tahun 2015 Indonesia

baru akan mencapai angka 161 per100.000 kelahiran hidup. Hasil Survei

Demografi Kesehatan Indonesia 2012 menunjukkan AKI sebesar 359 per

100.000 kelahiran hidup. Sedangkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus

(SUPAS) 2015 menunjukkan AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup,

masih sangat tinggi dibandingkan perkiraan Kementerian Kesehatan.

1
2

Data lain ditunjukkan oleh Bank Dunia yang menyatakan bahwa

sejak 2000, AKI di Indonesia menunjukkan tren menurun, dengan

menyebutkan bahwa rasio AKI di Indonesia sebesar 177 per 100.000

kelahiran hidup pada 2017.

Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development

Goals (SDGs), target AKI adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2030. Untuk mencapai target tersebut diperlukan kerja keras, terlebih jika

dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN, AKI di Indonesia relatif

masih sangat tinggi. AKI di negara-negara ASEAN rata-rata sebesar 40-60 per

100.000 kelahiran hidup. Bahkan, AKI di Singapura sebesar 2-3 per 100.000

kelahiran hidup.(Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI/Vol. XI,

No.24/II/Puslit/Desember/2019)

Kematian ibu terjadi sebagai akibat dari komplikasi selama dan

setelah kehamilan dan persalinan. Sebanyak 80% kematian ibu di dunia

disebabkan perdarahan berat (paling sering perdarahan setelah persalinan),

infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia dan eklampsia)

serta aborsi yang tidak aman.2,4 Perdarahan postpartum adalah penyebab

utama kematian ibu di negara berkembang dan penyebab primer dari hampir

seperempat dari seluruh kematian ibu secara global. Perdarahan postpartum

adalah perdarahan yang terjadi setelah partus (persalinan), sebanyak 500 ml

pada persalinan per vaginam atau lebih dari 1000 ml pada seksio sesarea.6,7

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andriza 2013, abortus

sebanyak 5% dan perdarahan sebanyak 28% adalah penyebab langsung AKI


3

di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan. Penyebab lain yaitu

preeklamsia dan eklamsia 24%, infeksi sebanyak 11%, partus lama sebanyak

5% (Andriza, 2013)

Sampai saat ini aborsi tidak aman (unsafe abortion) akibat kehamilan

yang tidak diinginkan masih merupakan salah satu penyebab tingginya AKI.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi,

aborsi hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu, yaitu berdasarkan

indikasi kedaruratan medis atau kehamilan akibat pemerkosaan.

Distribusi penyebab kematian ibu di Provinsi Sulawesi Selatan pada

tahun 2014 karena perdarahan yang didalamnya termasuk kasus abortus

karena dalam laporan hanya disebutkan pedarahan atau sepsis sebanyak 55

orang (39,85%), infeksi sebanyak 3 orang (2,17%), karena gangguan system

peredaran darah sebanyak 2 kasus (1,44%), dan karena penyebab lain

sebanyak 34 kasus (24,63%) (Profil Dinkes Sul-Sel, 2014).

Penyebab syok dalam kebidanan terbanyak adalah perdarahan, lalu

neurogenik, kardiogenik, endotoksik, anafilaktik dan penyebab syok lain

seperti emboli air ketuban.Penyebab syok dalam kebidanan terbanyak adalah

perdarahan, lalu neurogenik, kardiogenik, endotoksik, anafilaktik dan

penyebab syok lain seperti emboli air ketuban.

Perdarahan dan kehilangan cairan yang banyak akibat sekunder dari

muntah, diare, luka bakar, atau dehidrasi menyebabkan pengisian ventrikel

tidak adekuat, seperti penurunan preload berat, direfleksikan pada penurunan


4

volume, dan tekanan end diastolic ventrikel kanan dan kiri. Perubahan ini

yang menyebabkan syok dengan menimbulkan isi sekuncup (stroke volume)

dan curah jantung yang tidak adekuat, salah satu tindakan dalam menghadapi

pasien syok hipovolemik akibat perdarahan adalah melakukan manajemn

syok yang tepat diantaranya adalah mempertahankan suhu tubuh normal dan

pemberian cairan yang tepat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah

dengan judul”Studi Literatur Asuhan keperawatan dengan penerapan

manajemen syok terhadap kekurangan cairan pada ibu Abortus”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah rekomendasi penelitian mengenai gambaran penerapan

manajemen syok terhadap kekurangan cairan pada ibu Abortus.

C. Tujuan Penelitian

 Tujuan dari studi literatur ini adalah untuk mengidentifikasi asuhan

keperawatan penerapan manajemen syok terhadap kekurangan cairan

pada ibu Abortus

 Tujuan dari studi literatur ini adalah untuk mengidentifikasi penerapan

manajemen syok terhadap kurangan cairan pada ibu Abortus


5

D. Manfaat Penelitian

1. Mamfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan akan memberi kontribusi ilmah pada kajian

tentang penerapan manajemen syok terhadap kekurangan cairan pada ibu

Abortus.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menambah keluasan ilmu dan teknologi

terapan bidang kesehatan, khususnya tenaga keperawatan tentang

penerapan manajemen syok terhadap kekurangan cairan pada ibu Abortus.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asuhan Keperawatan pada ibu dengan kasus Abortus

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dan berbagai

sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan

klien. Pengkajian keperawatan pada ibu abortus sebagai berikut.

a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;

nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status

perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat

b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya

perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang

c. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :

1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi

ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan

pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari

usia kehamilan.

2) Riwayat kesehatan masa lalu

d. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami

oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan

tersebut berlangsung.
7

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang

pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah

ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya

f. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan

dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan

dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

g. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus

menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya

dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan

yang menyertainya

h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan

anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana

keadaan kesehatan anaknya.

i. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis

kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.

j. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-

obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

k. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,

eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan,

baik sebelum dan saat sakit.

l. Pemeriksaan fisik, meliputi :


8

1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya

terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan

penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :

mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi

terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan

kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan

ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya

2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan

jari.

3) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat

kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi

uterus.

4) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati

turgor.

5) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon

nyeri yang abnormal

6) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada

permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ

atau jaringan yang ada dibawahnya.

7) Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang

menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.


9

8) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya

refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah

ada kontraksi dinding perut atau tidak

9) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan

stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi

yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk

tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising

usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

10) Pemeriksaan laboratorium :

Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi,

pap smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien

tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan

kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang membahas

tentang respons pasien secara indivdu, keluarga maupun komunitas

terhadap suatu masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik

secara berlangsung secara aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI,

2016)

Diagnosa keperawatan yang muncul pada ibu abortus yaitu :

a. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan

b. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan

sirkulasi
1

c. Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan kerusakan

jaringan intrauteri

d. Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva

lembab

e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

3. Rencana Tindakan (intervensi)

Devisit Volume Cairan berhubungan dengan Perdarahan

Intervensi :

a. Kaji kondisi status hemodinamika

Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus

memiliki karekteristik bervariasi

b. Ukur pengeluaran harian

Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian

ditambah dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal

c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian

Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan

massif

d. Evaluasi status hemodinamika

Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui

pemeriksaan fisik

Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi

Intervensi :

a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas


1

Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi

perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien

lebih buruk

b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan

Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi

organ reproduksi

c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari

Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal

d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan

kemampuan/kondisi klien

Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,

istirahat mutlak sangat diperlukan

e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

Rasional : Menilai kondisi umum klien

Gangguan rasa nyaman Nyeri berhubungan dengan Kerusakan jaringan

intrauteri

Intervensi :

a. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien

Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan

skala maupun dsekripsi.

b. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya

Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance

mengatasi nyeri
1

c. Kolaborasi pemberian analgetika

Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan

pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum

luas/spesifik

Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva

lembab

Intervensi :

a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau

Rasional : Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat

dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak

mungkin merupakan tanda infeksi

b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama masa

perdarahan

Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital

yang lebih luar

c. Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart

Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart

d. Lakukan perawatan vulva

Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat

menyebabkan infeksi.

e. Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi


1

Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda

nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin

merupakan gejala infeksi

f. Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama

se;ama masa perdarahan

Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk

kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk

kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko

infeksi pada pasangan.

Cemas berhubungan dengan kurang

pengetahuan Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap

penyakit

Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas

b. Kaji derajat kecemasan yang dialami klien

Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan

penialaian objektif klien tentang penyakit

c. Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan

Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan

merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan

meningkatkan kesadaran diri klien

d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama


1

Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi

menurunkan kecemasan

e. Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan

keluarga

Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk

meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga;

untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

4. Implementasi

Implemetasi pada perawatan ibu dengan kasus abortus adalah fase ketika

perawat mengimplemetasikan intervensi guna pencapai tujuan dan hasil

yang diperkirakan dari asuhan keperawatan pada ibu abortus untuk

`meningkatkan status/ derajat sehat ibu/ keluarga ibu

5. Evaluasi

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri

dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program

berlangsung.Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program

selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan

keputusan.Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk

SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing) (Achjar.2010).

B. Tinjauan Pustaka tentang manajemen syok pada ibu abortus

1. Definisi Syok

Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untum mempertahankan

perfusi yang adekuat organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi


1

yang mengancam jiwa dan membutuhkan tindakan segera dan intensif

(BPPPKMN, 2010).

Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah

kedalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan

nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme

(Sarwono, 2012).

Penyebab syok dalam kebidanan terbanyak adalah perdarahan, lalu

neurogenik, kardiogenik, endotoksik, anafilaktik dan penyebab syok lain

seperti emboli air ketuban.

Gejala klinis pada umumnya sama yaitu tekanan darah turun, nadi

cepat lemah, pucat keringat dingin, sianosis jari, sesak, penglihatan kabur,

gelisah dan oligouri

Sifat khas syok dapat berubah pada berbagai derajat keseriusan, syok

dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :

a. Tahap nonprogresif (disebut juga tahap kompensasi). Pada tahap ini

mekanisme kompensasi sirkulasi yang normal pada akhirnya akan

menimbulkan pemulihan sempurna tanpa dibantu terapi dari luar.

b. Tahap progresif. Pada tahap ini, tanpa terapi, syok menjadi semakin

buruk sampai timbul kematian.

c. Tahap irreversibel. Ketika syok telah jauh berkembang sedemikan rupa

sehingga semua bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi

menolong pasien, meskipun pada saat itu, orang tersebut masih hidup.
1

2. Etiologi

Syok obstetrik dapat disebabkan oleh berbaga hal, diantaranya adalah :

a. Perdarahan

b. Infeksi berat

c. Solusio plasenta

d. Luka-luka jalan lahir

e. Emboli air ketuban

f. Inversio uteri

g. Syok postural

h. Kolaps vasomotor post partum

i. Faktor-faktor predisposisi timbulnya syok adalah anemia, malnutrisi,

dehidrasi, partus lama, dan asidosis.

3. JENIS-JENIS SYOK

a. Syok Hivopolemik

Syok hipovolemik disebabkan oleh hilangnya volume cairan sirkulasi

yang tidak terkompensasi, seperti pada perdarahan, tetapi dapat juga

terjadi karena muntah yang hebat. Sekitar 10% darah dapat hilang

tanpa menimbulkan efek yang merugikan. Kehilangan akut darah yang

melebihi 10% dari volume total darah akan menyebabkan penurunan

curah jantung dan tekanan darah. Kehilangan yang melebihi 30% dari

volume total darah biasanya berakibat fatal kecuali jika segera

ditangani.
1

Tubuh bereaksi terhadap hilnagnya cairan sirkulasi dalam beberapa

tahapan, yaitu:

1) Tahap awal

Berkurangnya cairan atau darah membuat aliran balik vena ke

jantung menurun.ventrikel jantung menurun. Ventrikel jantung

tidak terisi secara adekuat, menyebabkan berkurangnya isi

sekuncup dan curah jantung. Karena curah jantung dan aliran balik

vena menurun, tekanan darah juga menurun. Turunnya tekanan

darah menurunkan suplai oksigen kejaringan dan fungsi sel juga

terpengaruh.

2) Tahap kompensasi

Menurunnya curah jantung menimbulkan respon dari sistem syaraf

simpatis melalui aktivasi reseptor di aorta dan arteri karotis. Darah

didistribusikan ke organ vital. Pembuluh darah di saluran cerna,

ginjal,kulit dan paru mengalami konstriksi. Respon ini terlihat

dengan kulit yang menjadi pucat dan dingin. Peristaltis melambat,

urin berkurang, dan pertukaran gas di paru terganggu karena aliran

darah berkurang. Frekuensi jantung meningkat untuk

meningkatkan tekanan darah dan curah jantung.pupil mata

berdilatasi. Kelenjar-kelenjar terstimulasi dan kulit menjadi basah

dan lembab. Adrenalin (epinefrin) dilepaskan dari medula adrenal

dan aldosteron dari korteks adrenal. Hormon antidiuretik (ADH)

diseksresi dari lobus posterior pituitari. Efek gabugan keduanya


1

menyebabkan vasokontriksi, peningkatan curah jantung dan

penurunan pengeluara urin. Aliran balik vena ke jantung akan

meningkat, tetapi tidak akan bertahan, kecuali jika cairan hilang

digantikan.

3) Tahap progresif

Tahap ini mengarah pada kegagalan multisistem. Mekanisme

kompensasi mulai gagal, dan organ vital tidak mendapatkan perfusi

yang adekuat. Deplesi volum emenyebabkan semakin rendahnya

tekanan darah dan curah jantung. Arteri koroner mengalami

kekurangan suplai darah. Sirkulasi perifer buruk, dengan nadi yang

lemah atau tidak ada.

4) Tahap akhir (irreversibel)

Kegagalan multisistem dan kerusakan sel tidak dapat diperbaiki

dan terjadi kematian.

Penatalaksanaan :

Resusitasi darurat diperlukan untuk mencegah perburukan kondisi

ibu dan kerusakan yang ireversibel.

Prioritasnya adalah :

a) Panggil bantuan

Syok adalah kondisi yang progresif sehingga keterlambatan

penanganan hipovolemia dapat menyebabkan kematian ibu.


1

b) Pertahankan jalan nafas

Jika ibu mengalami kolaps yang berat, ia harus dimiringkan

dan diberikan oksigen 40% dengan kecepatan 4-6 liter per

menit. Jika ibu tidak sadar, jalan nafas buatan harus dipasang.

c) Ganti cairan

Pasang dua kanula intra vena berdiameter besar agar cairan dan

obat dapat diberikan dengan cepat. Darah harus diambil untuk

pencocokan silang sebelum memulai pemberian cairan

intravena. Larutan kristaloid seperti Hartman atau Laktat

Ringer diberikan sampai kondisi ibu membaik. Tinjauan

sistematik terhadap bukti yang ada menunjukkan bahwa koloid

tidak memberikan perbedaan dalam mempertahankan nyawa

pasien dan lebih mahal dari kristaloid (alderson et al 2001).

Namun demikian kristaloid berkaitan dengan hilangnya cairan

ke dalam jaringan sehingga untuk mempertahankan volume

intravaskuler, pemberian koloid dianjurkan setelah pemberian 2

liter kristaloid melalui infus. Pemberian koloid seperti

gelofusine atau haemocell tidak boleh lebih dari 1000-1500 ml

harus diberikan dalam 24 jam. Jika tersedia, berikan infus

packed red cell dan fresh frozen plasma setelah kondisi ibu

stabil.

d) Jaga agar ibu tetap hangat


2

Menjaga agar ibu tetap hangat merupakan hal yang sangat

penting, tetapi jangan terlalu panas atau dihangatkan terlalu

cepat karena dapat menyebabkan vasodilatasi perifer dan

mengakibatkan hipotensi.

e) Hentikan perdarahan

Sumber perdarahan harus diidentifikasi dan dihentikan. Setiap

kondisi yang menyebabkan harus dilatasi dengan tepat.

b. Syok Endotoksik/septic

1) Pengertian

Merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah

disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab utama adalah infeksi

bakteri gram negative. Sering dijumpai pada abortus septik,

korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan (Sarwono, 2008).

Syok septik adalah keadaan kolapsnya sirkulasi yang disertai

dengan diseminasi intravaskular bakteri atau produknya.

2) Etiologi

Syok septik dapat terjadi karena infeksi bakteri gram positif, virus,

atau jamur. Kebanyakan syok septik karena bakteri gram negative :

Escherichia coli, pseudomonas aeroginos, bacterioid, klebsiella

species, dan serratia. Escherichia coli, pseudomonas aeroginos,

bacterioid yang mengeluarkan endotoksin adalah fosfo-lipo-

polisakarida yang lepas dari dinding sel yang mengalami lisis.


2

Gambaran yang sama juga terjadi karena eksotoksin dari

streptokokus beta hemolitik, anaerob, dan klostridia.

Syok septik dalam obstetric dapat disebabkan oleh hal – hal

berikut:

a) Abortus septic

b) Ketuban pecah yang lama / korioamnionitis

c) Infeksi pascapersalinan : manipulasi dan instrumentasi

d) Trauma

e) Sisa plasenta

f) Sepsis puerperalis

g) Pielonefritis akuta

3) Patogenesis

Mikroorganisme mengeluarkan endotoksin yang dapat

mengaktifkan system komplemen dan sitoksin, mengawali reaksi

inflamasi. Kejadian ini berhubungan dengan DIC yang ekstensif

karena antiplasmin tidak dapat mengatasinya. Sepsis menyebabkan

vasodilatasi, tahanan perifer pembuluh darah menurun., dan

hipotensi. Selanjutnya distribusi aliran darah kurang / jelek

sehingga perfusi darah ke organ tidka adekuat menyebabkan

kerusakan jaringan multi organ dan kematian. Mediator inflamasi

meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga cairan keluar dari

pembuluh darah, khusus pada parenkim paru akan menyebabkan

edema pulmonum.
2

Selama sepsis produksi surfaktan pneumosit akan terganggu yang

menyebabkan alveolus kolaps dan mengakibatkan hipoksemia

berat yang disebut acute respiratory distreaa syndrome (ARDS).

Endotoksin lepas karena meningkatnya permiabilitas lisosomal dan

sitotoksik. Selanjutnya dalam beberapa menit dapat terjaid

stimulasi medulla adrenal dan saraf simpatis serta kontriksi arteriol

dan venul. Selanjutnya menyebabkan asidosis local yang dpaat

menyebabkan dilatasi anteriol, tetapi kontriksi venul jika berlanjut

terus mengakibatkan pembendungan darah kapiler , perdarahan

karena pembendungan pada gaster, hati, ginjal dan paru.

4) Faktor Resiko

Ketuban pecah yang lama, sisa konsepsi yang tidak keluar dan

instrumentasi saluran urogenital merupakan faktor resiko yang lain

untuk terjadinya sepsis. Syok septik akan menunjukkan gejala-

gejala seperti menggigil, hipotensi, gangguan mental, takikardia,

takipnea, dan kulit merah. Bila syok tambah berat, akan terjadi

kulit dingin dan basah, bradikardia dan sianosis.

Penggunaan mifeprison intravaginal pada abortus medicinalis dapat

menyebabkan syok septik yang fulminant dan letal disebabkan

infeksi clostridium sordeli pada endometrium, suatu bakteri gram

positif dan mengeluarkan toksin.

Mifeprison mempengaruhi pengeluaran dan fungsi kortisol dan

sitokin dengan jalan menduduki (blocking) reseptor progesterone


2

dan glukokortikoid . Kegagalan pengeluaran kortisol dan sitokin

akan menghambat mekanisme pertahanan tubuh yang dibutuhkan

untuk menghambat penyebaran infeksi C sordeli dalam

endometrium. Pelepasan eksotoksin dan endotoksin dari C sordeli

akan mempercepat terjadi nya syok septik yang letal.

5) Gejala Klinis

Syok septik (endotoksik) terjadi dalam 2 fase utama yaitu fase

refersibel dan fase irrifersibel, Sedamgkan fase refersibel terdiri

atas fase panas dan fase dingin. Fase panas disertai dengan gejala-

gejala hipotensi, takikardi, pireksia dan menggigil. Kulit kelihatan

merah dan panas. Pasien biasa nya masih sadar dan leukositosis

terjadi dalam beberapa jam

Pada fase dingin dijumpai gejala dan tanda-tanda kulit dingin dan

mengeriput, sianosis, purpura,/jaundice, penurunan kesadaran yang

progresis dan koma

Selanjutnya bila syok berlanjut terus pasien akan jatuh kedalam

fase irrefersibel dimana terjadi hipoksia sel yang berkepanjangan

yang menyebabkan gejala asidosis metabolic, gagal ginjal akut,

gagal jantung, edeme pulmonum, gagal adrenal dan kematian.

c. Syok Hemorargik

Adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak.

Akibat perdarahan pada:


2

1) Kehamilan muda, misalnya: Abortus, Kehamilan ektopik dan

penyakit trofoblas (mola hidatidosa).

2) Perdarahan antepartum seperti plasenta previa, solusio plasenta,

rupture uteri.

3) Perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan laserasi jalan

lahir.

Adapun syok hemoragik terbagi ats fase-fase berikut :

1) Fase Syok

Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadap

perdarahan 500-1000 ml pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh

karena daya adaptasi fisiologik kardiovaskuler dan hematologik

selama kehamilan. Jika perdarahan terus berlanjut, akan timbul

fase-fase syok sebagai berikut.

2) Fase Kompensasi

Rangsangan/refleks simpatis : Respons pertama terhadap

kehilangan darah adalah vasokontriksi pembuluh darah perifer

untuk mempertahankan pasokan darah ke organ vital.

Gejala klinik : pucat, takikardia, takipnea.

3) Fase Dekompensasi

Perdarahan lebih dari 1000 mlpada pasien normal atau kurang

karena faktor-faktor yang ada.

Gejala klinik : sesuai gejala klinik syok diatas.


2

Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan

dengan cepat tanpa meninggalkan efek samping.

4) Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian

Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia

jaringan yang lamadan kematian jaringan dengan akibat berikut ini.

a) Asidosis metabolik : disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi karena

kekurangan oksigen.

b) Dilatasi arteriol : akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya

menyebabkan penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan keluarnya cairan

ke dalam jaringa ekstravaskular.

c) Koagulasi intravaskular yang luar (DIC) disebabkan lepasnya tromboplastin

dari jaringan yang rusak.

d) Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner.

e) Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak adekuat lagi

dan jika penyembuhan (recovery) dari fase akut terjadi, sisa-sisa

penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul.

d. Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik ini akibat depresi berat kerja jantung sistolik.

Tekanan arteri sistolik < 80 mmHg, indeks jantung berkurang dibawah

1,8 L/ Menit/ m2, dan tekanan pengisian ventrikel kiri meningkat.

Pasien sering tampak tidak berdaya, pengeluaran urine kurang dari 20

ml/jam, ekstremitas dingin dan sianotik.


2

Penyebab paling sering adalah 40% lebih miokard infark ventrikel kiri,

yang menyebabkan penurunan kontraktilitas ventrikel kiri yang berat,

dan kegagalan pompa ventrikel kiri. Penyebab lainnya miokarditis akut

dan depresi kontraktilitas miokard setelah henti jantung dan

pembedahan jantung yang lama.

Bentuk lain bisa karena gangguan mekanis ventrikel. Regurgitasi aorta

atau mitral akut, biasanya disebabkan oleh infark miokard akut, dapat

menyebabkan penurunan yang berat pada curah jantung forward dan

karenanya menyebabkan syok kardiogenik.

e. Syok Neorogenik

Yaitu syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan

oleh kehamilan ektopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan

dengan forceps atau persalinan letak sungsang di mana pembukaan

serviks belum lengkap, versi dalam yang kasar, firasat/tindakan crede,

ruptura uteri, inversio uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu

cepat (pecah ketuban pada polihidramnion), dan penurunan tekanan

tiba-tiba daerah splanknik seperti pengangkatan tiba-tiba tumor

ovarium yang sangat besar.

Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok

distributif, syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor

karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh

tubuh, sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada

pembuluh tampung (cappacitance vessel).


2

Disebabkan oleh gangguan susuna saraf simpatik, yang menyebabkan

dilatasi arteriola. Dan kenaikan kapasitas vaskuler. Tekanan darah

sistolik biasanya akan turun hingga di bawah 80 sampai 90 mmHg

walaupun curah jantung normal atau menigkat. Pingsan yang biasa

merupakan contoh syok neurogenik sementara. Kerusakan medua

spinalis servikalis merupakan sebab tersering syok neurogenik

traumatik.

Trauma pada otak sendiri hampir tak pernah menyebabkan syok.

Kenyataannya ia hampir selalu menimbulkan kenaikan tekanan darah.

Biasanya trauma kepala parah meningkatkan tekanan intrakranial dan

mengurangi perfusi serebral. Secara reflektorik ia merangsang pusat

vasomotor untuk meningkatkan vasokontraksi perifer dan

meningkatkan tekanan darah. Pada tahap kematian otak yang sangat

lanjut, bisa terjadi hipotensi karena disfungsi pusat vasomotor dalam

medula oblongata, tetapi hanya terjadi di setelah pernapasan spontan

berhenti.

f. Syok Anafilaktik

Anafilaksis adalah, respon alergi berpotensi mengancam nyawa serius

yang ditandai dengan pembengkakan, gatal-gatal, menurunkan tekanan

darah, dan pembuluh darah melebar. Dalam kasus yang parah,

seseorang akan masuk ke shock. Jika syok anafilaksis tidak segera

diobati, dapat berakibat fatal.


2

Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mengembangkan

antibodi spesifik alergen pertempuran (disebut immunoglobulin E atau

IgE) yang mendorong reaksi yang tidak pantas atau berlebihan

terhadap suatu zat yang biasanya tidak berbahaya, seperti makanan.

Tubuh Anda mungkin tidak bereaksi pada paparan awal tetapi dapat

menghasilkan antibodi dengan eksposur nanti. Ketika Anda terkena

substansi kemudian, pengikatan antibodi alergen dapat menyebabkan

adanya sejumlah besar protein yang disebut histamin, yang kemudian

dapat menyebabkan gejala yang dijelaskan di atas.

1) Pembagian syok anafilaksis

Anafilaksis dapat terjadi sebagai respon terhadap alergen apapun.

Penyebab umum termasuk:

a) Alergi obat

b) Alergi makanan seperti kacang-kacangan, kerang

(udang, lobster), produk susu, putih telur, dan biji wijen

c) Serangga gigitan / sengatan seperti sengatan lebah

2) Gejala syok anafilaktik

Anafilaksis dapat dimulai dengan gatal parah mata atau wajah dan,

dalam beberapa menit, kemajuan gejala yang lebih serius. Gejala

ini termasuk menelan dan bernapas kesulitan, sakit perut, kram,

muntah, diare, gatal-gatal, dan angioedema (pembengkakan mirip

dengan gatal-gatal, tapi bengkak itu adalah di bawah kulit bukan di

permukaan).
2

Gejala berkembang dengan cepat, sering dalam beberapa detik atau

menit. Mereka mungkin termasuk yang berikut: nyeri perut,

abnormal (bernada tinggi) suara pernapasan, kecemasan, dada

sesak, batuk, dieare, kesulitan menelan, pusing, gatal, hidung

tersumbat, mual atau muntah, kulit kemerah, pembengkakan wajah,

mata atau lidah, tidak sadar dan desah.

3) Komplikasi syok anafilaktik

Anafilaksis adalah gangguan parah yang bisa mengancam hidup

tanpa pengobatan yang tepat. Namun, gejala biasanya membaik

dengan terapi yang tepat, sehingga sangat penting untuk bertindak

segera. Sedangkan komplikasi dari syok anafilaktik antara lain :

Airway penyumbatan, henti jantung (tidak ada detak jantung

efektif). pernapasan (tidak bernapas) dan syok.

4. Klasifikasi Perdarahan

Kelas I : 15% (Ringan), Gejala Klinik : Tekana darah dan nadi

normalTes Tilt (+)

Kelas II : 20-25% (sedang), Gejala Klinik : Takikardi-Takipnea,

Tekanan nadi < 30 mmHg, Tekanan darah sistolik

rendah, Pengisian darah kapiler lambat

Kelas III : 30-35%(Berat) Gejala Klinik : Kulit dingin, berkerut,

pucat, Tekanan darah sangat rendah, Gelisah, Oliguria

(<30 ml/jam), Asidosis metabolic (pH < 7.5)


3

Kelas IV : 40-45% (sangat berat), Gejala Klinik : Hipertensi berat

Hanya nadi karotis yang teraba Syok ireversibel

5. Derajat Syok

Berat ringannya Syok menurut Tambunan Karmel:

a. Syok Ringan

Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti

kulit, otot rangka dan tulang. Kesadaran tidak terganggu, produksi

urine normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada

atau ringan.

b. Syok Sedang

Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun ( hati, usus, ginjal,

dan lainnya ). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih

lama seperti lemak, kulit, dan otot. Oliguria bisa terjadi dan asidosi

metabolik, akan tetapi kesadaran relative masih baik.

c. Syok Berat

Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi

syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital.

d. Pada syok lanjut terjadi vasokonstriksi disemua pembuluh darah lain.

Terjjadi oliguria dan asidisis berat, gangguan kesadaran dan tanda-

tanda hipoksia jantung ( EKG Abnormal, curah jantung menurun 0

6. Prognosis

Jika tidak diobati, biasanya berakibat fatal. Jika diobati hasilnya

tergantung kepada penyebabnya, jarak antara timbulnya syok sampai


3

dilakukannya pengobatan serta jenis pengobatan yang diberikan.

Kemungkinan terjadinya kematian pada syok karena serangan jantung atau

syok septik pada penderita usia lanjut sangat tinggi.

7. Patogenesis

Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara

mengaktifkan 4 sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem

kardiovaskular, sistem renal dan sistem neuroendokrin.system hematologi

berespon kepada perdarahan hebat yang terjadi secara akut dengan

mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan pembuluh

darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan membentuk

sumbatan immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak

akan mendedahkan lapisan kolagennya, yang secara subsekuen akan

menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan yang dibentuk.

Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin yang

sempurna dan formasi matur. Sistem kardiovaskular awalnya berespon

kepada syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung,

meninggikan kontraktilitas myocard, dan mengkonstriksikan pembuluh

darah jantung. Respon ini timbul akibat peninggian pelepasan norepinefrin

dan penurunan tonus vagus (yang diregulasikan oleh baroreseptor yang

terdapat pada arkus karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh darah

paru. System kardiovaskular juga merespon dengan mendistribusikan

darah ke otak, jantung, dan ginjal dan membawa darah dari kulit, otot, dan

GI. System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang


3

meningkatkan pelepasan rennin dari apparatus justaglomerular. Dari

pelepasan rennin kemudian diproses kemudian terjadi pembentukan

angiotensi II yang memiliki 2 efek utama yaitu memvasokontriksikan

pembuluh darah dan menstimulasi sekresi aldosterone pada kortex adrenal.

Adrenal bertanggung jawab pada reabsorpsi sodium secra aktif dan

konservasi air. System neuroendokrin merespon hemoragik syok dengan

meningkatkan sekresi ADH. ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior

yang merespon pada penurunan tekanan darah dan penurunan pada

konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan reabsorsi air dan

garam (NaCl) pada tubulus distal. Ductus colletivus dan the loop of Henle.

Patofisiologi dari hipovolemik syok lebih banyak lagi dari pada yang telah

disebutkan . Untuk mengexplore lebih dalam mengenai patofisiology,

referensi pada bibliography bisa menjadi acuan. Mekanisme yang telah

dipaparkan cukup efektif untuk menjaga perfusi pada organ vital akibat

kehilangan darah yang banyak. Tanpa adanya resusitasi cairan dan darah

serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya

gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.

8. Mekanisme Terjadinya Syok

a. Syok Hipovolemik

Terjadi karena volume cairan darah intravaskula berkurang dalam

jumlah yang banyak dan dalam waktu yang singkat. Penyebab utama

adalah perdarahan akut. 20 % volume darah total.


3

b. Syok Septik

Sering terjadi pada orang dengan gangguan imunitas dan pada usia tua.

Akibat dari reaksi tubuh melawan infeksi, bakteri mati dan

mengeluarkan endotaksin melalui mekanisme yang belum jelas

mempengaruhi metabolisme sel dan merusak sel jaringan disekitarnya.

Yang dirusak ini mengeluarkan enzim usosom dan histamin. Enzim

usosom masuk kedalam peredaran darah sampai ke jaringan lain dan

menyebabkan kerusakan sel lebih banyak lagi serta sebagai pemicu

dikeluarkan bradiknin. Bradiknin dan histamin menyebabkan

vasodilasi pembluh darah tepi secara masif dan meningkatakan

permebilitas kapiler.

c. Syok Endotoksik

Mikroorganisme mengularkan endoktoksik yang dapat mengaktifkan

sistem komplemen dan sitokin, mengawali reaksi imflamasi. Sepsis

menyebabkan vasodilatasi, tahanan perifer pembuluh darah menurun,

dan hipotensi. Selanjutnya di distribusi aliran darah kurang sehingga

perfusi darah ke organ tidak adekuat menyebabkan kerusakan jaringan

multi organ dan kematian. Mediator inflamasi meningkatkan

permeabilitas kapilar sehingga cairan keluar dari pembuluh darah,

khusus pada parenkim paru akan menyebabkan odema pulmonum.

Selama sepsis produksi surfaktan pneomosit akan terganggu yang

menyebabkan alveolus kolaps dan menyebabkan hipoksemia berat

yang disebut Acute Respiratory Distress Syndrom (ARDS).


3

Endotoksik lepas karena meningkatnya permeabilitas lisosomal dan

sitotoksik. Selanjutnya dalam beberapa menit dapat terjadi stimulasi

medula adrenal dan saraf simpatis serta kontriksi arteriol dan venul.

Selanjutnya menyebabkan asidosis lokal yang dapat menyebabkan

dilatasi arteriol, tetapi kontriksi venul dan jika berlanjut terus

mengakibatkan pembendungan darah kapiler, perdarahan karena

pembendungan pada gaster, hati, ginjal, dan paru.

9. Diagnosis

Syok adalah kondisi kritis akibat penurunan mendadak dalam aliran darah

yang melalui tubuh. Ada kegagalan sistem peredaran darah untuk

mempertahankan aliran darah yang memadai sehingga pengiriman oksigen

dan nutrisi ke organ vital terhambat. Kondisi ini juga mengganggu ginjal

sehingga membatasi pembuangan llimbah dari tubuh (Nomenklatur

Kebidanan)

10. Tanda dan Gejala

a. Nadi cepat dan lemah (110 x/menit atau lebih).

b. Tekanan darah yang rendah (sistolik <90 mmHg).

Tanda dan gejala lain dari syok:

a. Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam, telapak tangan, atau

sekitar mulut).

b. Keringat atau kulit terasa dingin dan lembab.

c. Pernapasan yang cepat (30 x/menit atau lebih).

d. Gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran.


3

e. Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml/jam).

11. Komplikasi

Komplikasi akibat dari penanganan yang tidak adekuat dapat

menyebabkan asidosis metabolik akibat metabolisme anaerob yang terjadi

karena kekurangan oksigen. Hipoksia atau iskemia yang lama pada

hipofise dan ginjal dapat menyebabkan nekrosis hipofise dan gagal ginjal

akut. Koagulasi intravaskular yang luas disebabkan oleh lepasnya

tromboplastin dari jaringan yang rusak. Kegagalan jantung akibat

berkurangnya aliran darah koroner dalam fase ini kematian mengancam.

Transfusi darah saja tidak adekuat lagi dan jika penyembuhan (recorvery)

fase akut terjadi, sisa-sisa penyembuhan akibat nekrosis ginjal atau

hipofise akan timbul.

12. Manajemen Syok Berdasarkan Jenisnya

a. Syok Hipovolemik

1) Mempertahankan suhu tubuh

Suhu tubuh dipertahankan dengan memakaikan selimut pada

penderita untuk mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan

panas. Jangan sekali-kali memanaskan tubuh penderita karna

akan sangat berbahaya.

2) Pemberian cairan

a) Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak

sadar, mual-mual, muntah, atau kejang karena bahaya

terjadinya aspirasi cairan kedalam paru


3

b) Jangan memberi minum kepada penderita yang akan

dioperasi atau dibius dan yang mendapat trauma pada perut

serta kepala (otak)

c) Penderita hanya boleh minum bila hanya penderita sadar

betul dan tidak ada kontra indikasi.

d) Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid

merupakan pilihan pertama dalam melakukan resusitasi

cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler,

intrastitial, dan intra sel.pada

e) Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus

seimbang dengan jumlah cairan yang hilang.

f) Pemantauan tekanan vena sentral penting untuk mencegah

pemberian cairan yang berlebihan.

b. Syok Neurogenik

1) Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah daripada kaki.

2) Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya

dengan menggunakan masker.

3) Untuk keseimbangan haemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan

resusitasi cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau RL

sebaiknya diberikan per infus secara cepat 250 – 500 cc bolus

dengan pengawasan yang cermat.

4) Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan

obat-obat vasoaktif.
3

c. Syok Anafilaktik

Kalau terjadi komplikasi syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau

zat kimia, baik peroral maupun parental, maka tindakan yang perlu

dilakukan adalah:

1) Segera baringkan penderita pada alas yang keras, kaki diangkat

lebih tinggi dari kepala.

2) Penilaian A, B, C dari tahapan jantung paru, yaitu:

a) Airway ( membuka jalan nafas )

b) Breathing Support, segera memberikan bantuan nafas buatan

bila tidak ada tanda-tanda bernafas, baik melalui mulut ke

mulut atau mulut ke hidung.

c) Circulation Support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri

besar (a. Karotis atau a. Femoralis ) segera lakukan kompresi

jantung luar.

13. Prinsip Dasar Penanganan Syok

a. Tujuan utama pengobatan syok adalah melakukan penanganan awal

dan khusus untuk:

1) Menstabilkan kondisi pasien,

2) Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah,

3) Mengefisiensikan sistem sirkulasi darah.

b. Setelah pasien stabil tentukan penyebab syok


3

14. Penanganan Awal Syok

a. MINTALAH BANTUAN. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada

dan siapkan fasilitas tindakan gawatdarurat.

b. Lakukan pemeriksaan secara tepat keadaan umum ibu dan harus

dipastikan bahwa jalan napas bebas.

c. Pantau tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, dan suhu tubuh).

d. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan

resiko terjadinya aspirasi jika ia muntah dan untuk memastikan jalan

napasnya terbuka.

e. Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan teralalu panas karena

hal ini akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi alliran

darah ke organ vitalnya.

f. Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke jantung.

15. Penanganan Khusus

a. Mulailah infus intravena (lakukan pemeriksaan secara tepat keadaan

umum ibu dan harus dipastikan bahwa jalan napas bebas jika

memungkinkan) dengan menggunakan kanul atau jarum terbesar).

Darah diambil sebelum pemberian cairan infus untuk pemeriksaan

golongan darah dan uji kecocokkan, pemeriksaan hemoglobin, dan

hematokrit. Jika memungkinkan pemeriksaan darah lengkap termasuk

trombosit, ureum, kreatinin, pH darah dan elektrolit, faal hemostatis

dan uji pembekuan.

b. Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi lakukan venous cut-down.


3

c. Pantau terus tanda-tanda vital setiap 15 menit dan darah yang hilang.

Apabila kondisi pasien membaik, hati-hati agar tidak berlebihan

memberi cairan. Napas pendek dan pipi bengkak merupakan tanda

kemungkinan kelebihan pemberian cairan.

d. Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk

dan jumlah urin yang keluar.

e. Berikan oksigen dengan kecepatan 6–8 liter/menit dengan sungkup

atau kanula hidung.

Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil atau ada perbaikan adalah :

a. Tekanan darah mulai naik , sistolik mencapai 100 mmHg

b. Denyut jantung stabil

c. Kondisi mental pasien membaik , ekspresi ketakutan berkurang

d. Produksi urin bertambah .Diharapkan produksi urin paling sedikit 100

ml/4jam atau 30 ml/jam .

16. Terapi obat-obatan

a. Analgesik: morfin 10-15 mg IV jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan

atau gelisah.

b. Kortikosteroid: hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg IV pelan-

pelan. Cara kerjanya masih kontroversial, dapat menurunkan resistensi

perifer dan meningkatkan kerja jantung vdan meningkatkan perfusi

jaringan.

c. Sodium bikarbonat: 100 mEq IV jika terdapat asidosis


4

d. Vasopresor: untuk menaikkan tekanan darah dan mempertahankan

perfusi renal.

e. Dopamin: 2,5 mg/kg/menit IV sebagai pilihan utama

f. Beta-adrenergik stimulant: isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa 5%

IV infuse pelan-pelan.

Obat pengurang rasa nyeri :

a. Dalam memilih obat pengurang rasa nyeri yang tepat harus

dipertimbangkan kondisi pasien pada saat itu, saat dan cara pemberian

obat dan beberapa hal khusus yang harus diperhatikan untuk setiap

jenis obat yang dipilih .

b. Penderita dalam syok atau akan mengalami pembedahan segera, hanya

boleh mendapat obat I.V dan I.M .

c. Hindarilah sedasi berlebihan, sebab sedasi berlebihan dapat

menyembunyikan gejala yang penting untuk membuat diagnosis.

d. Setiap narkotika dapat menekan pernafasan yang mungkin fatal, oleh

sebab itu pasien yang mendapat narkotika harus dalam pengamatan

yang ketat dan cermat.

e. Obat anti radang nonsteroid dan aspirin dapat menganggu pembekuan

darah.

f. Kombinasi obat pengurang rasa nyeri dengan obat penenang seperti

diazepam meningkatkan resiko depresi pernafasan

Obat analgetika yang direkomendasikan adalah :

a. Morfin 10 – 15 mg I.M. atau 15 mg I.V.


4

b. Petidin 50 – 100 mg I.M .

c. Paracetamol 500 mg / oral

d. Paracetamol dan kodein 30 mg / oral

e. Tramadol oral / I.M 50 mg / Supositoria 100 mg

17. Prinsip Dasar Dalam Merujuk Kasus Gawat Darurat

Setelah kondisi pasien stabil, penanganan terhadap penyebab syok

perdarahan maupun septik harus dilakukan. Jika penyakit yang menjadi

dasar penyebab syok septik tidak dapat ditangani ditempat itu, pasien

harus dirujuk kefasilitas yang lebih mampu menangani.

Hal yang harus diperhatikan dalam merujuk kasus gawat darurat :

a. Stabilisasi penderita dengan :

1) Pemberian oksigen,

2) Pemberian cairan invus intravena dan transfuse darah,

3) Pemberian obat-obatan (antibiotika, analgetika dan toksoid tetanus

b. Transportasi

c. Paien harus didampingi oleh tenaga yang terlatih dan keluarganya

d. Ringkasan kasus harus disertakan

e. Komunikasi dengan keluarga

f. Mortalitas
4

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kepustakaan atau

study literature, yakni penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan

data atau karya tulis ilmiah yang bertujuan dengan obyek penelitian atau

pengumpulan data yang bersifat kepustakaan, atau telaah yang

dilaksanakan untuk memecahkan suatu msalah yang pada dasarnya

tertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

pustaka yang relevan.

B. Fokus Studi

Penerapan manajemen syok terhadap kekurangan cairan pada ibu

abortus.

C. Sumber Data

Data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari

buku-buku teks, jurnal ilmiah, hasil-hasil penelitian (skripsi, tesis,

desertasi), dan internet serta sumber-sumber lainnya yang relevan dengan

penerapan manajemen syok terhadap kekurangan cairan pada ibu Abortus.

D. Kriteria Literatur

1. Kriteria Inklusi

a. Artikel/ jurnal yang dipublikasiakan pada priode 2015-2020.

b. Dipublikasikan pada jurnal terakreditasi misalnya sinta dan scopus


4

c. Hasil penelitian (skripsi, tesis, desertasi) terdahulu yang relevan

dengan fokus studi pada priode 2015-2020.

d. Buku-buku teks yang relevan dengan fokus studi.

2. Kriteria Ekslusi

a. Artikel literature review

E. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data pada penelitian ini diambil dari

sumber data yang berkaitan dengan manajemen syok terhadap kekurangan

cairan pada ibu abortus. Memulai dengan materi hasil penelitian yang

secara sekuensi diperhatiakan dari yang relevan, relevan, dan cukup

relevan. Membaca abstrak dari setiap penelitian terlebih dahulu untuk

memberikan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan

yang hendak dipecahkan dalam penelitian. Mencatat bagian-bagian

penting dan relevan dengan permasalahan penelitian penelitian. Hasil

penelusuran kemudian dianalisis dan disimpulkan.

F. Analisis Data dan Penyajian Data

Setelah keseluruhan data terkumpul maka langkah selanjutnya

penulis menganilisis data tersebut sehingga ditarik suatu kesimpulan. Data

disajikan secara setekstular/narasi dan dibuat sintesis GRID. Untuk

memperoleh hasil yang benar dan tepat dalam menganalisis data, penulis

menggunakan teknik analisis isi. (conten Analysis) adalah penelitian yang

bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau

tercetak di media massa.


4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Studi literatur ini melalui penelusuran hasil publikasi ilmiah dengan

rentang tahun 2015-2020 dengan menggunakan onlinelibrary.wiley.com.

Keyword yang digunakan “perdarahan pada abortus” tidak ditemukan

literature. Penelusuran dilanjutkan menggunakan Google Scholar dengan

keyword “perdarahan pada abortus” dan ditemukan beberapa literatur pada

rentang tahun 2010-2020.

Berdasarkan hasil pencarian literatur dari berbagai sumber, terdapat

beberapa artikel yang memenuhi kriteria inklusi namun peneliti fokus pada 4

artikel. Penelitian-penelitian tersebut mengidentifikasi tentang perdarahan

pada abortus.
4

Tabel 4.1 Sintesis GRID


Peneliti (tahun) Tujuan Desain Pengumpulan
No Responden Hasil Penelitian
dan Judul Penelitian Penelitian Data
1. Yenie, 2015. mengetahui Desain Populasi adalah Pengambilan data ada perbedaan efektivitas
Perbedaan tentang penelitian ini ibu dengan dengan lembar Pemberian
efektivitas perbedaan adalah perdarahanpada observasi dan MgSO4 Drip dengan Duvadilan
pemberian mgso4 efektivitas penelitian kasus abortus dilakukan analisis Drip
drip pemberian eksperimental imminen di data terhadap penanganan perdarahan
Dengan duvadilan MGSO4 RSUD Dr. A bivariat pada kasus abortus imminens di
drip terhadap drip dengan Dadi Tjokrodipo menggunakan uji RSUD Dr. A.
penanganan Duvadilan Drip pada Mei sampai t-Independent Dadi Tjokrodipo Kota Bandar
Perdarahan pada terhadap Juni 2015 yaitu Lampung
kasus abortus penanganan sebanyak 4 orang Tahun 2015, Duvadilan Drip lebih
imminens perdarahan ibu. Sampel total efektif
antepartum di populasi dibandingkan dengan MgSO4
RSUD Dr. A. sebanyak 4 Drip
Dadi Tjokrodipo responden
Kota
Bandar
Lampung Tahun
2015
2. Hamidah (2011) untuk survey sampel adalah data rekam medik Dari hasil analisis
Faktor mengetahui observasional semua ibu yang ibu yang bivariat diperoleh usia, paritas,
dominan yang factor yang secara cross mengalami mengalami usia kehamilan, dan riwayat
berhubungan berhubungan sectiona perdarahan pada abortus abortus berhubungan
dengan kejadian kehamilan yang dari Januari 2011 dengan obortus imminens.
dengan abortus dirawat diruang sampai Desember Variabel pendidikan tidak
kejadian imminens rawat 2011 berhubungan dengan kejadian
4

Abortus inap dengan abortus imminens. Analisis


imminens criteria inkusi multivariate menyatakan bahwa
dan eklusi yang paritas > 3 berisiko 6,9
telah ditetapkan, kali > besar dibandingkan paritas
sebanyak 2015 1-3. Usia < 20 dan > 35 tahun
berisiko 4 kali
> besar dibandingkan usia 20-35
tahun, riwayat obortus berisiko 4,2
kali > besar
dari ibu yang tidak memiliki
riwayat abortus. Paritas
merupakan factor risiko yang
dominan terhadap kejadian
obortus imminens.
3. Febriyanti (2019) Untuk Studi kasus 1 kasus Pengkajian, Perawatan selama 4 hari, pada saat
asuhan mengetahui diagnosa, pengkajian terjadi perdarahan,
keperawatan pada asuhan intervensi, diagnosa yang didapati adalah
ny. N dengan keperawatan implementasi, nyeri akut, resiko infeski,
diagnosis medis pada ny. n evaluasi gangguan pola tidur dan
pendarahan post dengan kekurangan volume cairan,
partum di ruang diagnosis medis intervensi dan implementasi
nifas rsud. Bangil pendarahan post keperawatan yang di tampilkan
pasuruan partum di ruang antara tinjauan
nifas rsud. pustaka dan tinjauan kasus terjadi
bangil pasuruan kesamaan namun masing masing
intervensi tetap mengacu pada
sasaran kriteria hasil, evaluasi
diperoleh semua tujuan dapat
4

dicapai karena adanya


kerjasama yang baik antara,
keluarga dan tim kesehatan
4. Lestari, dkk. Memberikan Studi kasus 1 kasus metode Asuhan Kebidanan telah diberikan
2018. asuhan kebidanan Varney,memperoleh kepada Ny S GIIPIA0 umur 26th hamil 12
ibu hamil pada Ny data yang digunakan minggu dengan Abortus Kompletus
Asuhan S GIIPIA0 26th untuk membuat
kebidanan hamil 12 minggu gambaran tentang
kegawatdaruratan dengan Abortus keadaan secara
kehamilan pada Kompletus Obyektif
ny s giipia0 umur
26th hamil 12
minggu dengan
abortus kompletus
di puskesmas
pertungkriyono
kabupaten
pekalongan

5. Zainiya, 2014 Mengetahui metode analitik 97 responden point time Menunjukkan hasil bahwa Ada
Hubungan antara Hubungan korelasi approach(pengump hubungan riwayat abortus dengan
dengan ulan data sekaligus
usia dan riwayat antara usia dan pendekatan pada suatu saat)
kejadian plasenta previa ibu
abortus dengan riwayat abortus cross sectional bersalin di RS Syarifah Ambami
kejadian plasenta dengan kejadian Rato Ebuh Bangkalan.
previa Pada ibu plasenta previa
bersalin. Pada ibu
bersalin.
4

B. Pembahasan

a. Referensi pertama

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yenie, 2015.

Perbedaan efektivitas pemberian mgso4 drip Dengan duvadilan drip

terhadap penanganan Perdarahan pada kasus abortus imminen, yang

menunjukkan hasil ada perbedaan efektivitas Pemberian MgSO4 Drip

dengan Duvadilan Drip terhadap penanganan perdarahan pada kasus

abortus imminens di RSUD Dr. A.Dadi Tjokrodipo Kota Bandar

Lampung Tahun 2015, Duvadilan Drip lebih efektif dibandingkan dengan

MgSO4 Drip. Perdarahan merupakan penyebab utama kematian ibu

didominasi oleh perdarahan post partum (34%) dan sebagian disebabkan

oleh retensio plasenta (Depkes, 2006).

Kelebihan dari penelitian ini adalah terletak pada desain penelitian

yaitu eksperimental, dan hal ini memperlihatkan langsung hasil dari

pemberian pemberian mgso4 drip Dengan duvadilan drip terhadap

penanganan Perdarahan, serta meanmbah iformasi bahwa Duvadilan Drip

lebih efektif dibandingkan dengan MgSO4 Drip.

Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak didapatinya efek

samping dari penggunaan kedua onat tersebut sehingga masih diperlukan

pencarian tentang efek samping kedua obat perdarahan tersebut

b. Referensi kedua

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hamidah (2011)

Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian Abortus imminens,


4

menunjukkan hasil diperoleh usia, paritas, usia kehamilan, dan riwayat

abortus berhubungan dengan obortus imminens.

Pada penelitian ini mengambil beberpa faktir yang dimaksud

adalah usia, paritas, usia kehamilan, dan riwayat abortus, Hasil odds

ratio juga menunjukkan bahwa usia ibu merupakan faktor risiko untuk

terjadinya abortus, dimana ibu yang berusia < 20 tahun dan > 35 tahun

yang mengalami abortus imminens mempunyai proporsi sebanyak 51,9%,

sedangkan 48,1% lainnya tidak mengalami abortus imminen.

Paritasdengan kejadian abortus imminens juga memiliki keterkaitan

dimana ibu yang paritasnya > 3 pada penderita abortus imminens

mempunyai proporsi 13%, Adapun risiko dari faktor usia <20 dan >35

tahun terhadap terjadinya abortus imminens adalah sebesar 4 kali lebih

besar dibandingkan usia 20-35 tahun. Usia kehamilan juga memiliki

keterkaitandengan kejadian abortus dimana usia kehamilan < 12 mg pada

ibu yang mengalami abortus imminens mempunyai proporsi sebanyak

27,1%, dibandingkan yang tidak mengalami abortus imminens.

Kelebihan dari penelitian ini karena mengambil beberapa faktor

yang dijadikan variabel independen sehinnga bisa menjadi beberapa

informasi mengenai faktor-faktir yang memeiliki keterkaitan dengan

kejadian abortus.

Kekurangan dari penilitian ini adalah kurangbya teori yang

mendukung tentang faktor penyebab abortus sehingga tidak dapat

disandingkan antara hasil dan teori.


5

c. Refrensi ketiga

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Febriyanti (2019)

asuhan keperawatan pada ny. N dengan diagnosis medis pendarahan post

partum di ruang nifas rsud. Bangil pasuruan, menunjukkan bahwa asuhan

keperawatan berjalan dengan baik.

Pada penelitian ini memberikan data bahwa hasil pengkajian

menunjukkan adanya pendarahan hebat dan nyeri yang kuat dibagian

perineum seperti ditusuk tusuk skala nyeri 6 di daerah perineum, Pada

pasien dengan persalinan normal semasa nifas masih mengalami

pendarahan hebat yang perlu diperhatikan saat pengkajian adalah pada

berapa banyak darah yang dikeluarkan setiap harinya. nyeri akut, resiko

infeski, gangguan pola tidur dan kekurangan volume cairan ke empat

diagnosa tersebut muncul karena didapatkan data data dari keadaan pasien

itu sendiri.

Intervensi diagnosa keperawatan yang di tampilkan antara tinjauan

pustaka dan tinjauan kasus terjadi kesamaan namun masing masing

intervensi tetap mengacu pada sasaran kriteria hasil. Pelaksanaan rencana

keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk

pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama pada tinjauan

pustaka. Evaluasi dilakukan penulis dengan metode per 24 jam dengan

harapan penulis dapat mengetahui perkembangan yang terjadi pada pasien

setiap saat. Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat dicapai karena adanya

kerjasama yang baik antara, keluarga dan tim kesehatan kelebihan dari
5

penelitian ini adalah masalah keperawatan yang dialamai oleh responden

memiliki 3 diagnisa yang sama dengan diagnisa tinjauan pustaka, hal ini

dikarenaka masalah yang diangkat berdasarkan masalah yang muncul

pada kasus.

Kekurangan dari penelitian ini adalah peneliitian ini hanya

menguraikan tentang dua diagnisa perioritas dari tiga masalah utama,

dalam memberikan asuhan keperawatan haruslah dilakukan secara

menyeluruh berdasarkan masalah yang muncul pada pasien. Adapun

masalah keperawatan yang tidak dibahas dalam penelitian ini adalah

diagnisa ketiga yaitu gangguan pola tidur, dimana pasien yang mengalami

perdarahan dan nyeri membutuhkan waktu istirahan yang cukup guna

mendukung pemulihan kesehatan pasien. Masa postpartum, ibu

membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup. Istirahat sangat penting

untuk ibu menyusui, serta untuk memulihkan keadaannya setelah hamil

dan melahirkan. (Bahiyatun, 2009).

Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, dapat

dipenuhi melalui istirahat malam dan siang (Sulistyawati, 2009). Kurang

istirahat/tidur pada ibu postpartum akan mengakibatkan kurangnya suplai

ASI, memperlambat proses involusi uterus, menyebabkan

ketidakmampuan merawat bayi serta depresi (Suhana, 2010). Selain itu,

kurang istirahat/tidur pada ibu postpartum bisa berkembang menjadi

insomnia kronis, mengakibatkan rasa kantuk di siang hari, mengalami

penurunan kognitif, kelelahan, cepat marah serta mempunyai masalah


5

dengan tidur merupakan salah satu gejala postpartum blues (Dorheim,

Bondevik, Eberhard-Gran, & Bjorvatn, 2009a).

d. Referensi keempat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk. 2018,

Asuhan kebidanan kegawatdaruratan kehamilan pada Ny S GIIPIA0 umur

26th hamil 12 minggu dengan abortus kompletus di puskesmas

pertungkriyono kabupaten pekalongan, menunjukkan hasil bahwa telah

diberikanasuhan kebidanan kepada Ny S GIIPIA0 umur 26th hamil 12

minggu dengan Abortus Kompletus Pengkajian terhadap ibu hamil

dengan Abortus Kompletus diperoleh data umur kehamilan 12 minggu

keluar darah dan gumpalan seperti jaringan disertai perut yang mules dan

kenceng. Data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik,pemeriksaan

dalam dan pemeriksaan penunjang yang diperoleh dari hasil laboratorium.

Masalah yang timbul adalah kecemasan ibu terhadap kehamilannya

,kebutuhan yang diberikan adalah dukungan moril dan informasi tentang

Abortus Kompletus, Diagnose Potensial pada ibu hamil dengan Abortus

Kompletus tidak akan terjadi jika dilakukan penanganan yang tepat dan

juga kolaborasi dengan dokter.

Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada ibu hamil dengan Abortus

kompletus sesuai dengan rencana yang telah dibuat yaitu member

penjelasan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yang

dilakukan,memantau keadaan umum ibu dan vital sign,perdarahan dan

tindakan pengeluaran sisa jaringan serta pemberian therapy sesuai advis


5

dokter Evaluasi dari asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny S dengan

Abortus Kompletus diperoleh hasil akhir pengeluaran sisa telah

dilakukan,perut ibu jauh lebih nyaman,perdarahan. Setelah dilakukan

perawatan selama 2 hari ibu sudah merasa tenang dan nyaman dan ibu

diijinkan pulang .

Kekurangan dari penelitian ini adalah terdapat kesenjangan antara

teori dan praktek yaitu pada perencanaan yang tidak dilakukan penilaian

tanda-tanda syock.

e. Referensi kelima

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zainiya, 2014

Hubungan antara usia dan riwayat abortus dengan kejadian plasenta

previa Pada ibu bersalin. Menunjukkan hasil bahwa Ada hubungan

riwayat abortus dengan kejadian plasenta previa ibu bersalin di RS

Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan. hasil penelitian dapat dijelaskan

bahwa dari 97 responden didapatkan data sebagian besar 58 responden

(59,8%) berusia 20- 35 tahun karena pada usia ini adalah usia reproduktif

dimana kondisi fisik Perempuan sangat prima dan mengalami puncak

kesuburan. menurut Manuaba (2007), klasifikasi usia reproduksi yaitu,

usia < 20 tahun (fase menunda kehamilan), usia 20-35 tahun (fase

menjarangkan kehamilan), usia > 35 tahun (fase mengakhiri kehamilan).

hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa dari 97 responden didapatkan data

sebagian besar 51 responden (52,6%) tidak mempunyai riwayat abortus


5

dan ada juga yang mengalami riwayat abortus hampir setengahnya 46

responden (47,40%) .

Abortus adalah dikeluarkan hasil konsepsi sebelum mampu hidup

diluar kandungan dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu

(Manuaba, 2007). Menurut Prawirohardjo (2009) riwayat abortus

merupakan salah satu faktor risiko maternal yang dapat mengakibatkan

komplikasi pada ibu hamil maupun bersalin Riwayat abortus pada ibu

hamil mempunyai risiko komplikasi yang dapat mempengaruhi kehamilan

karena terdapat keadaan abnormal dari tubuh yaitu pernah mengalami

kuretasi untuk mengeluarkan jaringan dari cavum uteri sehingga akan

terjadi disrupsi endometrium atau luka endometrium yang mungkin akan

mengganggu proses kehamilan selanjutnya yang akan menyebabkan

komplikasi Menurut hasil penelitian dengan uji statistik Chi Square test

dengan SPSS for windows yang menunjukkan nilai probalility (0,000) <

nilai taraf signifikan (0,05) maka H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti

ada hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian plasenta previa di

RS Syarifah Ambami Rato Ebuh Bangkalan.

Kekurangan dari penelitian ini adalah tidak menampilkan hasi

korelasi dalam bentuk analisis bivariat antara antara usia dan riwayat

abortus dengan kejadian plasenta previa Pada ibu bersalin, melainkan

hanya mena,pilkan data distribusi frekuensi masing-masing variabel.

Disamping itu isi dari pada bagian abstrak penelitian ini tidak tidak
5

memiliki sedikitpin hibungan dengan judul dan isi penelitian, sehingga

perlu penelitian ini perli dikaji ulang.

C. Keterbatasan

1. Peneliti mengalami kesulitan dalam menemukan literatur yang sesuai

kreteria sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam memenuhi

jumlah literatur tersebut.

2. Terbatasnya jumlah literatur sesuai rujukan tahun 2015-2020, sehingga

peneliti terpaksa mengambil literatur diluar tahun rujukan


5

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Abortus adalah dikeluarkan hasil konsepsi sebelum mampu hidup

diluar kandungan dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, kejadian

abortus yang tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan masalah yang

lebih lanjut seperti kasus perdarah. Berdasarkan dari 5 lima literature yang

telah dijadikan bahan kajian maka dapat disimpulkan bahwa penanganan

perdarahan dalam bentuk farmakologi memperlihatkan bahwa MgSO4 Drip

lebih baik cepat reaksi dibandingkan dengan Duvadilan Drip, disamping itu

ada beberapa factor yang ikut berpengaruh dalam terjadinya abortus yaitu

usia ibu, paritas, usia kehamilan, dan riwayat abortus. Disamping itu studi

literature tersebut menambah informasi bahwa kejadian plasenta previa

mempunyai hibungan dengan kejadian abortus.

B. Saran

1. Perawat dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang berfokus

pada asuhan keperawatan dalam penaganan syok akibat perdarahan pada

kasus abortus..

2. Pihak institusi dapat menggunakan penelitian ini sebagai referensi untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa Poltekkes Kemenkes

Makassar Jurusan Keperawatan, khususnya dalam hal asuhan keperawatan

dalam penaganan syok akibat perdarahan pada kasus abortus.


5

3. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan penelitian ini sebagai dasar

pengembangan model-model intervensi keperawatan lainnya dalam

manajemen syok akibat perdarahan pada kasus abortus


5

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan; Laporan Hasil Kegiatan Program


Lingkup Sekretariat Dinas Kesehatan Prov. Sulawesi Selatan Tahun 2015.
DINKES 2016

Fitria (2010) Syok dan Penanganannya GASTER, 2010 Vol.7 No.2 Agustus
2010

Fegita & Satria. (2018). Hemorrhagic Post Partum: Syok Hemorrhagic Ec Late
Hemorrhagic Post Partum. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(Supplement
4). http://jurnal.fk.unand.ac.id

Fidianty, dkk. 2010. Kecemasan Pada Wanita Hamil Pasca Abortus. http:/ /isjd.
pdii. lipi.go.id/admin/ jurnal /2210117127_2087-1325.pdf.

Info Singkat. (N.D.) 2020. Angka Kematian Ibu : Faktor penyebab dan upaya
penanganan. Vol. XI, No.24/II/Puslit/Desember/2019

Kata data. (n.d.). angka kematian ibu di indonesia. April 17. 2020.
https://databoks. katadata.co.id/datapublish/2019/10/08/ tren-angka-
kematian-ibu-di-indonesia

Matjino. (2013). Faktor Risiko Kejadian Abortus di RSUD dr. Chasan Boesoirie
Ternate Provinsi Maluku Utara. UNHAS Pasca Sarjana

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Rizal Ridwan et al.,. (2016). Interaksi Sosial dalam Kejadian Abortus


Provokatus Kriminalis di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi
Selatan. Vol. 3 | No. 3 | Desember 2016| Jurnal Kesehatan Reproduksi:
149-154

Rosmanengs. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Dengan


Abortus Inkomplit Di RSUD Syekh Yusuf Gowa. UIN Alauddin Makassar

Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai