KTI
KTI
i
LAPORAN KASUS
KTI
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
NIM : P1337420515051
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Kasus yang saya tulis ini
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
pengelolaan kasus ini adalah hasil jiplakan atau plagiat, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
judul
Pembimbing I Pembimbing II
iv
LEMBAR PENGESAHAN
dengan judul:
Soedjono Magelang”
Dewan Penguji
Mengetahui,
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
tulis ilmiah ini penulis menghadapi banyak hambatan, tetapi atas berkat bantuan,
arahan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal karya tulis ilmiah
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
Kemenkes Semarang.
vi
6. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes selaku tim penguji karya tulis
ilmiah.
7. Bapak dan Ibu dosen beserta para staf Program Studi Keperawatan
Magelang
9. Ayah, Ibu dan Adik tercinta yang memberikan doa, motivasi, dukungan
10. Ryan, Esty, Fitri, dan Devi yang bersama – sama saling memotivasi untuk
12. Nurila, Setya, Rima, Husein, Harlis, dan Latifa yang telah memberikan
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
karya tulis ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
D. Manfaat Penulisan....................................................................................... 4
A. Konsep Penyakit
1. Typhoid ................................................................................................. 6
2. Etiologi.................................................................................................. 7
viii
5. Patofisiologi ........................................................................................ 16
6. Pathway ............................................................................................... 19
8. Penatalaksanaan .................................................................................. 23
9. Komplikasi .......................................................................................... 24
B. Kebutuhan Nutrisi
1. Definisi................................................................................................ 25
3. Ketidakseimbangan Nutrisi................................................................. 33
4. Penatalaksanaan .................................................................................. 34
1. Pengkajian ........................................................................................... 36
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................ 40
3. Intervensi Keperawatan....................................................................... 46
B. Subjek Penelitian....................................................................................... 60
D. Definisi Operasional.................................................................................. 61
ix
E. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 61
B. Pembahasan............................................................................................... 91
C. Analisa..................................................................................................... 102
B. Saran........................................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan
atau minuman yang tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri
menderita typhoid dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000
Selatan, Asia Tenggara dan kemungkinan Afrika Selatan (insidens > 100
kasus per 100.000 populasi per tahun). Incidents Typhoid yang tergolong
sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) berada di wilayah
1
2
Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru).
pada populasi dengan usia 3-9 tahun. Kejadian Typhoid di Indonesia juga
menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat
buang air besar dalam rumah. (Djoko Widodo, 2014). Dalam buku yang
10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia
Berdasarkan data dari Rekam Medis RST dr. Soedjono Magelang yang
periode bulan Januari sampai bulan Oktober tahun 2017 sebanyak 1198
183 pasien (15,22%), penderita dengue fever sebanyak 148 pasien (12,55%),
pencernaan yang ditandai dengan demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna dan dapat pula terjadi gangguan kesadaran pada penderita.
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang
Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama
salmonelosis. Jenis lain dari demam enteric adalah demam paratyphoid yang
Pasien yang mengalami nyeri hebat juga dapat mengalami syok neurogenic,
Data ini adalah hal yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian
4
kasus berjudul “Asuhan Keperawatan pada anak Typhoid dengan fokus studi
dr.Soedjono Magelang”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Soedjono Magelang.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
kasus Typhoid.
b. Perawat
c. Perpustakaan
d. Pembaca
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Typhoid
kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau
b. Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang di sebabkan oleh
c. Typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus, dan terkadang
pada aliran darah, yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi atau
6
7
yang ditandai dengan demam yang berlangsung lebih dari satu minggu,
2. Etiologi
limfatik usus halus, hati, limpa, dan aliran darah yang terinfeksi. Kuman ini
berupa gram negative yang akan nyaman hidup dalam suhu tubuh manusia.
Kuman ini akan mati pada suhu 70o C dan dengan pemberian antiseptic. Masa
inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada juga yang memiliki masa
inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling panjang yaitu 60 hari. (Marni,
2016)
8
termolabil.
Padila (2013) dalam buku yang di tulis Dewi dan Meira (2016)
dan C. ada dua sumber penularan Salmonella thyphi yaitu pasien dengan
demam typhoid dan pasien carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja
dan air kemih selama lebih dari satu tahun. (Dewi & Meira, 2016)
3. Manifestasi Klinis
pada anak biasanya lebih ringan dibandingkan penderita dewasa. Masa tunas
rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi
gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,
dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala – gejala klinis
sebagai berikut :
9
a. Demam
sifat febris remitten dan suhu tidak seberapa tinggi. Minggu pertama suhu
meningkat setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan
demam. Minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal pada
tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai
diare.
c. Gangguan kesadaran
Menurut pendapat Padila dari buku yang di tulis Dewi dan Meira
(2016) masa tunas typhoid adalah sekitar 10-14 hari dengan rincian
sebagai berikut :
a. Minggu 1
dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
10
b. Minggu ke – 2
2016)
4. Anatomi fisiologi
Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sumber : Buku Anatomi Fisiologi, 2014
11
besar menjadi ukuran yang kecil dan halus. Proses tersebut juga meliputi
Zat makanan yang sudah dicerna akan diserap oleh tubuh. Proses
pencernaan makanan pada tubuh manusia dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu :
Proses mengubah makanan dari bentuk besar atau kasar menjadi bentuk
Proses mengubah makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang
1) Saluran Pencernaan
a) Mulut
pencernaan dan untuk memulai proses pencernaan dengan air liur dan
meliputi : bibir, rongga mulut, palatum, faring, gigi, lidah dan kelenjar
ludah
b) Kerongkongan
bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Otot
ini disebut gerak peristalsis. Gerak ini terjadi karena otot yang
bergantian.
13
c) Lambung
disebelah kiri rongga perut. Ini adalah tempat sejumlah proses pencernaan
belas jari
d) Usus halus
Usus halus terdiri dari, usus duabelas jari (duodenum), usus kosong, usus
e) Usus besar
bersama dengan lender akan menuju ke usus besar menjadi feses, didalam
usus besar terdapat bakteri Escherichia Coli. Bakteri ini membantu dalam
f) Anus
bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang, maka otot spinker
a) Hati
Hati adalah organ serta kelenjar terbesar dari tubuh manusia. Hati
terletak di rongga perut, yaitu ruang yang berada diantara dada dan daerah
kuadran kanan atas perut. Fungsi hati adalah membantu dalam sintesis
berbagai zat penting seperti sintesis glukosa dan gliserol. Organ ini juga
b) Ginjal
c) Pancreas
Panjang organ ini 15 cm dan berbentuk seperti ikan atau tabung. Ada
menyusun pancreas. Kelompok sel tersebut termasuk sel – sel beta, sel
gamma, sel-sel alfa dan sel-sel delta. Masing-masing ini memiliki fungsi
sel –sel delta pancreas, serta oleh beberapa sel-sel dari otak dan anus. Sel
d) Kandung empedu
5. Patofisiologi
histiosit dan system RES adalah istilah lama yang merupakan sebutan kolektif
untuk semua sel fagosit yang dapat hidup lama diseluruh jaringan tubuh.
Sekarang system itu disebut system fagosit makrofag. Dalam hal ini system
typhi yang merupakan bakal penyakit typhoid. (Baratawidjaja dan Iris, 2012)
dilambung dan sebagian lagi lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang
baik maka kuman akan menembus sel sel epitel (terutama sel-M) dan
difagositkan oleh sel-sel fagosit terutama magrofag. Kuman dapat hidup dan
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam
sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, karena
mialgia, sakit kepala, sakit perut, gangguan vaskular, mental, dan koagulasi.
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar
limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat
mengakibatkan perforasi.
18
Infeksi terjadi pada saluran pencernaan basil yang diserap di usus halus.
berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ – organ tersebut akan
gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus. (Arfiana
6. Pathway
Gambar 2.2
Pathway Typhoid
Sumber : Dikembangkan dari Dermawan & Rahayuningsih
(2010)
20
7. Pemeriksaan Penunjang
(2013) dalam buku yang di tulis oleh Dewi dan Meira (2016) terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
SGOPT dan SGPT pada klien typhoid sering kali meningkat tetapi
c. Biakan darah
juga tetap dapat terjadi penyakit typhoid. Hal ini karena hasil biakan
laboratorium yang lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan
21
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutini dalam serum klien
e. Uji Typhidot
Uji thypidot dapat mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat
pada protein membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji
secara spesifik antibody IgM dan IgG terhadapa antigen s.typhi seberat
pada specimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang
perlengkapan ini stabil untuk disimpan selama 2 tahun pada suhu 4-250 C
dengan inkubasi strip pada larutan campuran reagen deteksi dan serum,
selama 3 jam pada suhu kamar. Setelah inkubasi, strip dibilas dengan air
8. Penatalaksanaan
a. Non farmakologi
1) Bed rest
2) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi
rendah serat.
b. Farmakologi
saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilan dengan
9. Komplikasi
a. Usus halus
1) Perdarahan usus
melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan
tanda-tanda renjatan.
2) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi
yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan
tegak.
3) Peritonitis
pada tekanan.
25
timbul akibat masukan makanan yang kurang dan perspirasi akibat suhu
B. Kebutuhan Nutrisi
1. Definisi
dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energy
berperan adalah system pencernaan yang terdiri dari saluran pencernaan dan
organ assesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus
bagian distal, dan organ assesoris terdiri dari hati, kandung empedu dan
pancreas.
a. Zat gizi
dan air. Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat didalam makanan,
26
dalam mulut melalui enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum
kedalam lambung. Dari lambung hidrat arang dikirim terus ke usus dua
belas jari. Getah pancreas yang dialirkan ke usus dua belas jari
usus mengikuti hokum difusi osmose dan tidak memerlukan tenaga serta
penyerapan pasif.
27
menjadi asam lemak dan serin, kemudian diangkut melalui getah bening
hati. Dalam saluran getah bening itu terjadi sintesa kembali dalam lemak
dalam bentuk glycerol asam lemak, glycerol diserap dengan cara pasif.
Asam lemak mempunyai sifat empedu, asam lemak yang teremulsi ini
mampu diserap melewati dinding usus halus, pada proses penyerapan ini
aktif selektif.
Selanjutnya dalam usus dua belas jari terdapat enzim tripsin yang
berasal dari pancreas, dan tripsin mengubah sisa protein ynag belum
halus, dimana terdapat enzim pepsin, maka oleh enzim pepsin ini
air, seperti halnya hidrat arang, asam amino yang mudah larut didalam air
ini juga dapat diserap secara pasif dan langsung memasuki pembuluh
darah.
molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa
cukup.
terdiri kira-kira 50% - 70% air. Pemasukan air secara teratur sangat
b. Keseimbangan energi
tabel berikut :
c. Kebutuhan kalori
dalam pengelolaan nutrisi, maka dari itu jumlah makanan yang diberikan
AKG (sesuai umur) X BB/PB ideal AKG (sesuai umur) X BB/PB ideal
BB saat ini BB saat ini
31
d. Basal metabolisme
kira-kira sesuai dengan 1500 kkal/24 jam untuk tiap m 2 luas permukaan
tubuh, atau lebih kurang 55 kkal/kg BB/hari. Setiap kenaikan suhu tubuh
e. Jenis metabolisme
disaccharide diserap melalui mukosa usus, namun yang kita dapati setelah
monosaccharide.
dalam bentuk glycerol asam lemak, glycerol larut dalam air, maka dapat
a. Pengetahuan
c. Kebiasaan
3. Ketidakseimbangan nutrisi
keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak puasa atau beresiko
berat badan 10-20% dibawah normal, tinggi badan dibawah secara ideal,
lingkar kulit trisep dan lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar, adanya
kelemahan dan nyeri tekan pada otot, terjadi penurunan albumin serum, dan
berat badan yang berhubungan dengan masukan yang berlebih dari kebutuhan
metabolism, dengan tanda klinik sebagai berikut : kelebihan berat badan lebih
dari 10% berat ideal, obesitas (lebih dari 20% berat ideal), lipatan kulit trisep
lebih dari 15 mm pada pria dan wanita 25 mm, adanya jumlah asupan yang
4. Penatalaksanaan
makan pasien.
35
tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu
menelan makanan dengan cara member makan melalui pipa lambung atau
baik sentral (untuk nutrisi parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi
pasien yang tidak bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik, dengan
pasien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat di gunakan adalah cairan
lemak seperta intra lipid. Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui
1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epitaksis,
penurunan kesadaran.
1) Data biografi
dapat dihubungi.
2) Keluhan utama
7) Riwayat imunisasi
8) Riwayat psikososial
diare.
b. Pemeriksaan fisik
1) System kardiovaskuler
atau septicemia
2) System pernapasan
3) System pencernaan
limpa, dan hati, nyeri perut perabaan, bising usus melemah atau
4) System genitourinarius
5) System saraf
Nyeri sendi.
7) System endokrin
8) System integument
9) System pendengaran
meningkat.
menyokong diagnosis.
2. Diagnosa keperawatan
Definisi :
Batasan karateristik :
1) Factor biologis
2) Factor ekonomi
3) Gangguan psikososial
4) Ketidakmampuan makan
Definisi :
Batasan karateristik :
1) Haus
2) Kelemahan
5) Peningkatan hematrokit
c. Hipertermi (00007)
Definisi :
termoregulasi.
Batasan karakteristik :
1) Apnea
3) Gelisah
4) Hipotensi
5) Kejang
43
6) Koma
7) Kulit kemerahan
9) Letargi
11) Stupor
12) Takikardia
13) Takipnea
1) Ages farmaseutikal
2) Aktivitas berlebihan
3) Dehidrasi
4) Iskemia
7) Penurunan perspirasi
8) Penyakit
9) Sepsis
11) Trauma
44
Definisi :
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
Batasan karakteristik :
5) Laporan isyarat
6) Diaforesis
Definisi :
Batasan karakteristik :
2) Keletihan
2) Imobilitas
3) Tirah baring
3. Intervensi Keperawatan
– 1100)
Cairan - 4120)
4120)
c. Hipertermia (00007)
3740)
3900)
Demam - 3740)
– 1400)
0180)
2107)
– 1004)
muntah – 2107)
cairan - 0601)
0601)
c. Hipertermi (00007)
besar, jumlah , ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter).
(skill / keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.
anak yaitu faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan.
1. Faktor Herediter
Faktor yang tidak dapat diubah ataupun dimodifikasi. Melalui genetik yang
terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan
kuantitas pertumbuhan.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon yang
hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada
b. Lingkungan Eksternal
10-12 Berat badan tiga Sudah mulai Visual aculty Emosi positif,
bulan kali berat badan belajar berdiri 20-50 positif, cemburu,
saat lahir, gigi tetapi tidak sudah dapat marah, lebih
bagian atas dan bertahan lama, membedakan senang pada
bawah sudah belajar berjalan bentuk lingkungan
tumbuh dengan bantuan, yang sudah
sudah bisa diketahuinya,
berdiri dan merasa takut
duduk sendiri, pada situasi
mulai belajar yang asing,
akan dengan mulai mengerti
menggunakan akan perintah
sendok, mulai sederhana,
senang sudah
moncoret-coret mengerti
kertas. namnya
sendiri, sudah
dapat
,menyebut abi,
ummi.
57
24 Berlari sudah baik, dapat naik Sudah bisa membuka pintu, membuka
bulan tangga sendiri dengan kedua kunci, menggunting sederhana, minum
kaki tiap tahap dengan menggunakan gelas atau
cangkir, sudah dapat menggunakan
sendok dengan baik
METODE PENULISAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penulisan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode
keperawatan dengan fokus pada salah satu masalah penting dalam kasus yang
dipilih yaitu asuhan keperawatan pada klien typhoid dengan fokus studi
B. Subjek Penelitian
1. Pasien anak dengan typhoid yang dirawat di RST dr. Soedjono Magelang
bangsal Flamboyan
Jumlah kasus kelolaan pada karya tulis ilmiah (KTI) ini adalah dua
anak yang memiliki kasus sama yaitu typhoid dengan fokus studi pengelolaan
Magelang.
60
61
C. Fokus Studi
Fokus studi pada studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada
D. Definisi Operasional
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
F. Pengumpulan Data
1. Wawancara
kurang dari kebutuhan tubuh yang diberikan pada klien typhoid dengan
3. Pemeriksaan fisik
4. Studi dokumentasi
seperti pemeriksaan darah lengkap. Lab dan uji widal untuk mengetahui
5. Instrumen Penlitian
analisis dalam studi kasus ini dilakukan secara deskriptif yang akan disajikan
secara narasi yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah mengacu pada
klien dan mengevaluasi keadaan klien sesuai dengan tujuan yang telah
pendukung data.
teori dan respon serta pelaksanaan pada klien typhoid dengan fokus studi
I. Etika Penulisan
penelitian ini mencakup beberapa hal mengenai etika yang ditekankan, yaitu
sebagai berikut :
Dalam studi kasus ini penulis menggunakan nama inisial klien untuk
3. Confidentiality (kerahasiaan)
klien typhoid. Kerahasiaan informal respon dan dijamin oleh peneliti dan
An. A dan An. M dengan Typhoid di Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. A dan An. M dengan Typhoid di
pukul 14.00 WIB yaitu hari ketiga setelah pasien dirawat, di ruang
Typhoid.
65
66
Kota Magelang
b. Riwayat Kesehatan
makan, muntah sudah 2 kali disertai tidak nafsu makan. Ibu klien
dalam keluarga An. A tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang
sama (Typhoid) dan dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
67
klien sekarang 12 kg, tinggi badan 100 cm, Lingkar lengan 14 cm,
bahwa An. A sudah mampu merangkak pada usia 6 bulan dan mampu
berjalan sejak usia 12 bulan. Pada usia kurang lebih 10 bulan An. A
sudah mulai dapat berbicara satu kata (bu,pa dll). Sekarang An. A
klien merupakan tipe anak yang aktif dan bersemangat. Klien lebih
Hepatitis B.
c. Pemeriksaan fisik
x/menit.
68
rambut bersih, warna hitam lurus, tidak mudah rontok dan tidak ada
ditemukan hidung simetris, tidak terdapat sekret, tak ada polip, tidak
bibir pucat dan kering, mulut bersih, tidak ada pembengkakan gusi,
tidak terdapat stomatitis, lidah kotor dan putih dibagian tengah serta
simetris, tak ada serumen, tidak ada tanda peradangan di telinga atau
terlihat ada retraksi dada, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi
simetris. Palpasi, tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus sama antara
bagian kanan dan kiri. Perkusi, terdengar suara sonor pada semua
usus 9 kali per menit. Palpasi, tidak teraba pembesaran pada hati dan
limpa, tidak ada distensi abdomen, turgor kulit kembali kurang dari 2
detik, tidak ada hematoma pada abdomen, tidak ada nyeri tekan pada
1 porsi makanan terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah. Makanan
kesukaan klien adalah sayur soup dan ayam goreng. An. A minum
kurang lebih minum 8 gelas belimbing setiap harinya. Saat sakit, An.
70
dari bubur halus, lauk biasa, sayur rendah serat, dan buah. Klien
(bisquit) dan minuman. Asupan cairan An. A diperoleh dari cairan per
oral dan per parenteral. Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya minum
sakit 14 Kg (BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg,
tinggi badan 100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil
PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign
BAB dan BAK An.A. Sebelum sakit. An. A BAB 1 kali sehari
lembek, selama dirawat dirumajh sakit klien belum BAB. Ibu An. A
kurang lebih 200 cc, warna kuning jernih dan berbau khas, namun
pada saat sakit An. A BAK 2-4 x per hari dengan warna kuning jernih
perubahan, saat sakit. An. A biasanya tidur pukul 20.00 - 05.00 WIB
dan jarang tidur siang. Selama sakit An.A kualitas tidurnya terganggu,
perawat.
nyeri.
2018 didapatkan : WBC 10,2 K/uL, RBC 3,98 M/uL, PLT 207 K/uL,
e. Analisa Data
januari 2018 didapatkan data fokus meliputi data subyektif dan data
14 Kg (BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg, tinggi
badan 100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil
PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign
ujung dan pinggir, bising usus klien 9 x/menit, keadaan umum klien
lemah dan untuk diit yaitu bubur halus klien menghabiskan 5 sendok
f. Perencanaan
normal, kehilangan berat badan tidak ada, resiko berat badan / tinggi
baik.
74
dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara
g. Pelaksanaan
1) Hari pertama
dengan bantuan ibu klien untuk menyuapi klien roti dan snack
minum 1/2 gelas ukuran 200 cc setelah makan. Pukul 08.00 WIB
dengan obat masuk dan tidak terdapat reaksi penolakan serta tidak
2) Hari kedua
x/menit, BB 12, 3 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT
12,3. Pukul 07.15 WIB memberikan makan pagi porsi dari rumah
3) Hari ketiga
x/menit, BB 12,5 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT
makanan dalam porsi kecil tetapi sering dan klien bersedia makan
6,25 mg sesuai advis dokter dengan obat masuk dan tidak terdapat
reaksi penolakan
h. Evaluasi
1) Hari pertama
minum 1/2 gelas air putih, mukosa bibir agak kering, turgor kulit
dan merah muda di pinggir dan ujung, klien beserta ibunya dapat
2) Hari kedua
secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien An. A, Ibu klien
3) Hari ketiga
secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien 1 (An. A), Ibu
78
pukul 07.00 WIB yaitu hari kedua klien di rawat di rumah sakit di
sebagai berikut, nama An. M usia 4 tahun 9 bulan, jenis kelamin laki-
Selatan.
b. Riwayat kesehatan
dengan hasil Serologi tes widal Typhi O (+) 1/160, paratyphi AO (+)
lengan 16 cm, lingkar dada 56 cm, dan lingkar kepala 43 cm. Ibu
80
bulan dan mampu berjalan sejak usia 10 bulan. Pada usia kurang lebih
9 bulan An. M sudah mulai dapat berbicara satu kata (pa,ma), saat ini
klien merupakan tipe anak yang aktif dan bersemangat. Klien lebih
papan.
Hepatitis B.
c. Pemeriksaan fisik
bersih, warna hitam dan bergelombang, tidak mudah rontok dan tidak
simetris, tidak terdapat sekret, tak ada polip, tidak terdapat pernafasan
bagian ujung dan pinggir. Telinga terlihat bersih, simetris, tak ada
dada pada paru, inspeksi, tidak terlihat ada retraksi dada, gerakan
dada saat inspirasi dan ekspirasi simetris. Palpasi, tidak ada nyeri
tekan, fokal fremitus sama antara bagian kanan dan kiri. Perkusi,
usus 13 kali per menit. Palpasi, tidak teraba pembesaran pada hati dan
limpa, nyeri tekan pada perut, tidak ada distensi abdomen, tidak ada
hangat, tidak ada edema pada kedua ekstremitas, klien terpasang infus
D5 ½ NS 12 tetes per menit pada tangan kiri, tidak ada nyeri tekan,
tambah jajanan. Dimana 1 porsi makanan terdiri dari nasi, lauk, sayur
minum kurang lebih minum 7-8 gelas belimbing setiap harinya. Saat
sakit, An.M makan 2-3 suap setiap porsi yang dihadangkan, 1 porsi
makanan terdiri dari bubur, lauk biasa, sayur rendah serat, dan buah
terasa tidak enak. Asupan cairan An. M diperoleh dari cairan per oral
83
banyak minum susu dari pada makan, setiap hari klien dapat
menghabiskan minuman sekitar 3-4 gelas susu / hari dan klien juga
berat badan selama sakit 16 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm,
PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %, hasil. Clinical sign
mukosa bibir kering dan agak pucat dan untuk diit yang diberikan
kakaknya setelah pulang sekolah, pada saat sakit An. M tidak dapat
berbau khas dan konsentrasi agak keraas, saat sakit. An. M BAB 2
hari sekali dengan warna feces kuning kecoklatan, berbau khas dan
4-5 X/ hari masing-masing kurang lebih 200 cc, warna kuning jernih
dan berbau khas. Pada saat sakit An. M BAK 3-4 kali per hari
tidur. Sebelum sakit An. M biasanya tidur pukul 20.30- 05.00 WIB
dan kadang An. M tidur siang, namun saat sakit An. M kualitas
4,04 M/uL, PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %, hasil Uji
e. Analisa data
januari 2018 didapatkan data fokus meliputi data subyektif dan data
menurun sudah 1 bulan karena mual dan perasaan tidak enak pada
kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, Lingkar lengan 16 cm, lingkar
dada 56 cm dan IMT 17,7, clinical sign keadaan umum lemah, lidah
pinggir lidah, mukosa bibir kering dan agak pucat, turgor kulit baik
PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %, Diit klien bubur halus,
An.M makan 2-3 suap setiap porsi yang dihadangkan, Ibu An. M
f. Perencanaan
vital normal, kehilangan berat badan tidak ada, resiko berat badan /
tinggi badan tidak menyimpang dari rentang normal, asupan gizi tidak
baik.
87
dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara
g. Pelaksanaan
1) Hari pertama
dan klien sangat suka minum susu. Pukul 09.30 WIB memberikan
makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan bantuan ibu klien
untuk menyuapi klien roti yang disediakan rumah sakit serta susu
dan minum ½ gelas air putih setelah makan dan ½ gelas susu.
2) Hari kedua
sehari sesuai advis dokter dengan obat masuk dan tidak terdapat
reaksi penolakan.
3) Hari ketiga
h. Evaluasi
1) Hari pertama
(BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT 17,7, klien bersedia
½ gelas air putih setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak
intervensi.
2) Hari kedua
sendok makan porsi rumah sakit dan minum ½ gelas air putih
tengah dan merah di pinggir serta ujung lidah. Dari hasil pemberian
3) Hari ketiga
gelas air putih setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak
B. Pembahasan
13 Januari 2018.
1. Pengkajian
pada sore sampai malam hari dan menurun pada pagi hari, lidah
tertutup selalput putih kotor (coated tongue), bibir kering dan pecah-
dan klien 2 (An. M) . Data dari klien 1 (An. A) data subjektif yaitu ibu
klien mengatakan nafsu makan turun, mual dan muntah sudah 2 kali,
ideal adalah 18,4 kg dan berat badan selama sakit adalah 12 kg, tinggi
badan klien adalah 100 cm. Biokikimia : WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98
M/uL, PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign
lidah kotor dan putih dibagian tengah serta kemerahan di bagian ujung
dan pinggir, bising usus klien 9 x/menit, dan keadaan umum klien
lemah. Diit klien 1 (An. A) yaitu sebelum masuk rumah sakit klien
93
makan 3 kli sehari dengan menu seimbang, selama sakit diit klien
adalah bubur halus dan klien tidak pernah menghabiskan porsi diet
yang diberikan. Data yang didapat dari klien 2 (An. M) data subjektif
yaitu ibu klien mengatakan mual dan nafsu makan turun sudah 1
ideal adalah 17,8 kg dan berat badan selama sakit adalah 16 kg, tinggi
badan klien adalah 95 cm. Biokikimia : WBC 12,2 K/uL, RBC 4,04
M/uL, PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %. Hasil Clinical sign
mukosa bibir kering dan agak pucat, lidah kotor dan putih dibagian
Typhi O (+) 1/160 dan S Typhi H (+) 1/640, hal ini sesuai dengan
adalah anak dengan usia 4-5 tahun yang dimulai dengan mampu
angka, huruf dan menulis kata kata, pada usia ini anak cenderung
cepat yaitu berat badan meningkat 2,5 kg/tahun dan tinggi badan
1/320 dan hasil serologi tes Widal klien 2 yaitu lTyphi O (+) 1/160,
disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Thypi pada usus kecil dan
aliran darah. Bakteri ini tercampur didalam air yang kotor atau
2017).
2. Diagnosa Keperawatan
ke peredaran darah menuju hati dan limfa, kuman tersebut keluar dari
klien 1 (An. A) nafsu makan klien turun, mual dan muntah sudah 2
sebelum sakit adalah 14 kg, berat badan ideal adalah 18,4 kg dan berat
badan selama sakit adalah 12 kg, selama sakit diit klien adalah bubur
halus dan klien tidak pernah menghabiskan porsi diet yang diberikan.
Sedangkan data yang diperoleh pada klien 2 (An. M) yaitu ibu klien
mengatakan klien mual dan nafsu makan turun sudah 1 bulan, klien 2
badan sebelum sakit adalah 17 kg, berat badan ideal adalah 17,8 kg
dan berat badan selama sakit adalah 16 kg, selama sakit dit yang
badan tidak ada, resiko berat badan / tinggi badan tidak menyimpang
4. Intervensi
dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara
makanan, dan yang terakhir tentukan obat apa yang diperlukan dan
5. Implementasi
klien 1 mengeluh mual, kurang nafsu makan, diit klien adalah bubur
98
bulan dan mual ketika makan, diit klien bubur halus dan hanya
sakit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Desi Wulandari & Meira
vital) dengan hasil dari klien 1 (An. A) nadi 80 x/menit, suhu 36,8 0C,
IMT 12,5 dan klien 2 (An. M) dengan hasil nadi 82 x/menit, suhu 37
0
C, RR 24 x/menit, BB 16,5 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm,
dan IMT 18,2. Dalam buku yang ditulis Swann dan England (2012)
klien.
klien sesuai advis dokter dengan respon obat masuk dan tidak
seperti anitid 2 x 6,25 mg. Ranitidine dan Anitid merupakan jenis obat
yang sama, tujuan dari diberikannya Ranitidin karena obat ini mampu
untuk anak 2-4 mg/kg bb 2 kali sehari. (Thamrin dkk, 2008). Syrup
diberikan pada anak usia diatas 2 tahun : 1 sendok teh (5 ml) sekali
sehari. (farmasi-id.com)
6. Evaluasi
(BBI : 18,4 kg), TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT 12,5. klien
bibir klien agak kering, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik,
(BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT 18,2, klien bersedia
air putih dan setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak lembab,
turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah berwarna merah
muda.
(An. A) berat badan sekarang 12,5 kg (BBI : 18,4 kg), dan klien 2
hal ini dijelaskan oleh Almatsier (2010) bahwa pangan atau makanan
tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-
zat gizi.
atau intoleransi makanan yang dimiliki klien, monitor nadi, suhu dan
asupan energi dari makanan, dan tentukan obat apa yang diperlukan
C. Analisa
kebutuhan tubuh pada klien 1 dan klien 2. Hasil yang dadapatkan dari
dan didukung oleh keluarga klien yang selalu antusias melakukan anjuran
yang diberikan pada klien 1 dan klien 2 sebagian sudah teratasi dan
sebagian yang lainya belum teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang
D. Keterbatasan
klien kelompok umur sama, karena dalam 7 hari di rumah sakit belum
A. KESIMPULAN
lakukan pada An. A dan An. M di ruang Flamboyan RST dr. Soedjono
sebagai berikut :
1. Pengkajian
sakit 14 Kg (BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg,
tinggi badan 100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil
PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign
ujung dan pinggir, bising usus klien 9 x/menit, keadaan umum klien
104
105
lemah dan untuk diit yaitu bubur halus klien menghabiskan 5 sendok
mual dan perasaan tidak enak pada makanan. Data obyektif, nadi: 110
cm, Lingkar lengan 16 cm, lingkar dada 56 cm dan IMT 17,7, clinical
sign keadaan umum lemah, lidah kotor dengan warna putih ditengah
dan kemerahan di ujung dan pinggir lidah, mukosa bibir kering dan
agak pucat, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, bising usus
K/uL, RBC 4,04 M/uL, PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %,
Diit klien bubur halus, An.M makan 2-3 suap setiap porsi yang
minum susu dari pada makan An. M. Sehingga dari kedua klien
bawah rentang berat badan ideal, kurang minat pada makanan, mual
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
dan/atau protokol.
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
bahwa klien sudah tidak mengalami mual muntah lagi, ibu klien juga
sekarang 16,5 Kg, ibu klien mengatakan bahwa klien nafsu makanya
B. SARAN
1. Bagi mahasiswa
Typhoid
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Arfiana & Lusiana, A. (2016) Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak PraSekolah
.Yogyakarta : Trans Medika
http//:www.farmasi-id.com/apialys-drops-syrup-multivitamin-untuk -bayi-dan-
anak.html, diakses pada 20 Maret 2018
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Profil Data Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2013
(http://www.riskesdas.com, diakses 29 Oktober 2017).
Widodo, D. (2014). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi6 ; Demam Tifoid. Jakarta :
Interna Publishing
TYPHOID
2. Penyebab Typhoid
Magelang
diharapkan mampu :
b. Perkenalan Mendengarkan
d. Kontrak waktu
e. Apersepsi Menjawab
Typhoid penjelasan
Typhoid
gejala Typhoid
penularan Typhoid
pengobatan Typhoid
Typhoid
g. Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya Bertanya
a. Memberikan evaluasi
kepada peserta
penutup
IV. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
V. Media
a. Leaflet
VI. Materi
Terlampir
VII. Evaluasi
3. Kriteria hasil :
Penyuluh,
a
diare, perasaan tidak enak di perut dan
sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan
dalah penyakit infeksi akut pada kembung, meteorismus). yaitu usus halus. Dan melalui peredaran
usus halus dengan gejala demam
4. Hepatosplenomegali (nyeri perabaan) darah, kuman sampai di organ tubuh
satu minggu atau lebih disertai
5. Gejala infeksi akut lainnya ( nyeri terutama hati dan limpa. Ia kemudian
gangguan pada saluran pencernaan dengan
berkembang biak dalam hati dan limpa yang
atau tanpa gangguan kesadaran. kepala, pusing, nyeri otot, batuk,
menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
epistaksis).
Penyebab
6. Penurunan kesadaran.
Cara Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan jalan
mengisolasi penderita dan melakukan
Infeksi kuman . . .
desinfeksi pakaian, feces dan urine untuk
a. Salmonella thyposa mencegah penularan. Pasien harus berbaring
b. Salmonella parathypii A di tempat tidur selama tiga hari hingga panas
c. Salmonella parathypii B turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri
d. Salmonella parathypii S dan berjalan.
e. Salmonella parathypii C
Mempertahankan asupan kalori Makanan yang TIDAK dianjurkan perawatan dipersingkat. Namun
dan cairan yang adekuat: beberapa dokter ada yang memilih
Makanan yang merangsang
obat antibiotika lain seperti
a. Memberikan diet bebas yang contohnya: lombok, pare, buah yang
ampicillin, trimethoprim-
rendah serat pada penderita masam seprti jeruk, tomat,
sulfamethoxazole, kotrimoksazol,
tanpa gejala meteorismus belimbing
sefalosporin, dan ciprofloxacin
(kembung), dan diet bubur Makanan yang tinggi serat : sesuai kondisi pasien.
saring pada penderita dengan pare
meteorismus. Makanan yang menimbulkan SUMBER:
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-
gas : nanas, kol, sawi demam-tifoid.html
Makanan yang dianjurkan
A. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD di SDN 1 Karangsari, Kuthowinangun, lulus tahun 2009
2. Pendidikan SLTP di SMP Negeri 3 Kebumen, lulus tahun 2012
3. Pendidikan SLTA di SMA Negeri 1 Kutowinangun, lulus tahun 2015