Anda di halaman 1dari 171

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TYPHOID DENGAN FOKUS STUDI


PENGELOLAAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH DI RST Dr. SOEDJONO MAGELANG

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mata kuliah Tugas Akhir


Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

M. REZKY IRVAN ARFIANSYAH


NIM. P1337420515051

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2018
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TYPHOID DENGAN FOKUS STUDI


PENGELOLAAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH DI RST Dr. SOEDJONO MAGELANG

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mata kuliah Tugas Akhir


Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

M. REZKY IRVAN ARFIANSYAH


NIM. P1337420515051

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2018

i
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TYPHOID DENGAN


FOKUS STUDI PENGELOLAAN KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
DI RST dr. SOEDJONO MAGELANG

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mata kuliah Tugas Akhir


Pada Program Studi DIII Keperawatan Magelang

M. REZKY IRVAN ARFIANSYAH


NIM. P1337420515051

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2018

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : M. Rezky Irvan Arfiansyah

NIM : P1337420515051

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Kasus yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan

pengelolaan kasus ini adalah hasil jiplakan atau plagiat, maka saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Magelang, 23 Maret 2018

Yang membuat Pernyataan,

M. Rezky Irvan Arfiansyah

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan kasus oleh M. Rezky Irvan Arfiansyah, NIM. P1337420515051, dengan

judul

Asuhan Keperawatan pada Typhoid dengan Fokus Studi Pengelolaan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di RST Dr.

Soedjono Magelang ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Magelang,22 Maret 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Susi Tentrem R.Talib, S.Kep,Ns,M.Kes Tulus PujHastuti,S.Kep.Ns,M.Kes


NIP. 197309271996022001 NIP. 196710121990032001

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Hasil Laporan Kasus oleh M. Rezky Irvan Arfiansyah NIM.P1337420515051

dengan judul:

“Asuhan Keperawatan pada Typhoid dengan Fokus Studi Pengelolaan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di RST dr.

Soedjono Magelang”

ini telah dipertahankan di depan dewan penguji

pada tanggal, 26 Maret 2018.

Dewan Penguji

Tulus Puji Hastuti, S.Kep, Ns, M.Kes Ketua (...................................)


NIP. 196710121990032001

Susi T.R Talib, S.Kep, Ns, M.Kes Anggota (....................................)


NIP. 197309271996022001

Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes Anggota (....................................)


NIP. 196902221988032001

Mengetahui,

Ketua Perwakilan Jurusan Keperawatan Magelang

Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes


NIP. 196902221988032001

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada

Typhoid Dengan Fokus Studi Pengelolaan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

Dari Kebutuhan Tubuh di RST dr.Soedjono Magelang”, dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini penulis menghadapi banyak hambatan, tetapi atas berkat bantuan,

arahan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga proposal karya tulis ilmiah

ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Warijan S.Pd, S.Kep, M. Kes Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

melaksanakan studi kasus dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

2. Putrono, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Semarang.

3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes, Ketua Program Studi D III

Keperawatan Magelang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

melaksanakan studi kasus dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

4. Susi Tentrem R Talib, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing 1

penyusunan karya tulis ilmiah.

5. Tulus Puji Hastuti ,S. Kep.Ns, M.Kes selaku pembimbing 2 penyusunan

karya tulis ilmiah.

vi
6. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns, M.Kes selaku tim penguji karya tulis

ilmiah.

7. Bapak dan Ibu dosen beserta para staf Program Studi Keperawatan

Magelang

8. Perpustakan Program Studi Keperawatan Magelang atas bantuannya

dalam peminjaman buku-buku referensi

9. Ayah, Ibu dan Adik tercinta yang memberikan doa, motivasi, dukungan

moril dan material untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah

10. Ryan, Esty, Fitri, dan Devi yang bersama – sama saling memotivasi untuk

segera menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah

11. Teman-teman seperjuangan saya di kelas Kresna yang memberikan

motivasi dan doa

12. Nurila, Setya, Rima, Husein, Harlis, dan Latifa yang telah memberikan

dukungan, motivasi dan doa

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca

yang bersifat membangun sebagai masukan untuk melengkapi dan memperbaiki

karya tulis ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat

memberikan konstribusi bagi kemajuan profesi keperawatan.

Magelang, Maret 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN...................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. v

KATA PENGANTAR.......................................................................................... vi

DAFTAR ISI....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

D. Manfaat Penulisan....................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Typhoid ................................................................................................. 6

2. Etiologi.................................................................................................. 7

3. Manifestasi Klinis ................................................................................. 8

4. Anatomi Fisiologi ............................................................................... 10

viii
5. Patofisiologi ........................................................................................ 16

6. Pathway ............................................................................................... 19

7. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 20

8. Penatalaksanaan .................................................................................. 23

9. Komplikasi .......................................................................................... 24

B. Kebutuhan Nutrisi

1. Definisi................................................................................................ 25

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi................................. 33

3. Ketidakseimbangan Nutrisi................................................................. 33

4. Penatalaksanaan .................................................................................. 34

C. Asuhan Keperawatan Typhoid dengan fokus studi pengelolaan gangguan

pemenuhah kebutuhan nutrisi

1. Pengkajian ........................................................................................... 36

2. Diagnosa Keperawatan........................................................................ 40

3. Intervensi Keperawatan....................................................................... 46

4. Kriteria Hasil (Outcome)..................................................................... 49

D. Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh Kembang Anak ............................................................................. 8

BAB III METODE PENULISAN

A. Rancangan Penulisan ................................................................................ 60

B. Subjek Penelitian....................................................................................... 60

C. Fokus studi ................................................................................................ 61

D. Definisi Operasional.................................................................................. 61

ix
E. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 61

F. Pengumpulan Data .................................................................................... 61

G. Cara Pengolahan Data ............................................................................... 63

H. Analisis dan Penyajian Data ..................................................................... 63

I. Etika Penelitian ......................................................................................... 64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Laporan Kasus ................................................................................. 65

B. Pembahasan............................................................................................... 91

C. Analisa..................................................................................................... 102

D. Keterbatasan ........................................................................................... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................................. 104

B. Saran........................................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat Aktivitas................................................................................... 29

Tabel 2.2 KKB pada Bayi dan Anak .................................................................... 30

Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi......................................................................... 31

Tabel 2.4 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak ............................ 53

Tabel 2.5 Tumbuh Kembang Toddler (Balita)...................................................... 57

Tabel 2.6 Tumbuh Kembang Pra Sekolah ............................................................ 57

Tabel 2.7 Tumbuh Kembang Usia Sekolah .......................................................... 58

Tabel 2.5 Tumbuh Kembang Remaja (Adolescent) ............................................. 59

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan .............................................. 10

Gambar 2.1 Pathway Demam Typhoid ................................................................. 19

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Dokumen Asuhan Keperawatan

Lampiran 2 : SAP Typhoid

Lampiran 3 : Leaflet Typhoid

Lampiran 4 : Lembar DDST

Lampiran 5 : Surat Permohonan Studi Pendahuluan dan Pengambilan Kasus

Lampiran 6 : Lembar Bimbingan

Lampiran 7 : Daftar Riwayat Hidup

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh kuman Salmonella typhi dan dapat menular melalui makanan

atau minuman yang tercemar kuman tersebut. Kasus penyakit typhoid sendiri

memiliki angka tinggi di wilayah negara-negara berkembang yang beriklim

tropis, seperti di wilayah asia, salah satunya di Indonesia.

Penderita Typhoid sebagian besar berusia > 9tahun (10–12 tahun)

sedangkan sebagian besar berusia ≤ 9 tahun (7–9 tahun) tidak terdiagnosis

menderita typhoid dan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki lebih banyak

terdiagnosis menderita demam typhoid dibandingkan berjenis kelamin

perempuan. (Hilda dan Fariani, 2016)

Data WHO (World Health Organisation) memperkirakan angka

insidensi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000

orang meninggal karena Typhoid dan 70% kematiannya terjadi di Asia

(WHO, 2008 dalam Depkes RI, 2013).

Insidens Typhoid tergolong tinggi terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia

Selatan, Asia Tenggara dan kemungkinan Afrika Selatan (insidens > 100

kasus per 100.000 populasi per tahun). Incidents Typhoid yang tergolong

sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) berada di wilayah

1
2

Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru).

(Djoko Widodo, 2014)

Indonesia sendiri mempunyai insidens Typhoid yang banyak dijumpai

pada populasi dengan usia 3-9 tahun. Kejadian Typhoid di Indonesia juga

berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya anggota keluarga dengan

riwayat terkena Typhoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan,

menggunakan piring yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya tempat

buang air besar dalam rumah. (Djoko Widodo, 2014). Dalam buku yang

ditulis oleh Marni (2016), Khan, dkk (2013) menurut penelitianya

menyatakan bahwa kejadian Typhoid di Indonesia mencapai 148,7 per

100.000 penduduk. (Marni, 2016). Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan RI, melaporkan Typhoid menempati urutan ke-3 dari

10 pola penyakit terbanyak pada pasien rawat inap rumah sakit di Indonesia

(41.081 kasus). (Djoko Widodo, 2014)

Berdasarkan data dari Rekam Medis RST dr. Soedjono Magelang yang

dilakukan pada tanggal 8 Desember 2017 melaporkan angka kesakitan

periode bulan Januari sampai bulan Oktober tahun 2017 sebanyak 1198

pasien. Jumlah penderita gastro enteritis sebanyak 346 pasien (28,88%),

penderita Typhoid sebanyak 339 pasien (28,29%), penderita DHF sebanyak

183 pasien (15,22%), penderita dengue fever sebanyak 148 pasien (12,55%),

penderita kejang sebanyak 101 pasien (8,43%), penderita bronkitis sebanyak

82 pasien (6, 06%), penderita asthma sebanyak 69 pasien (5,7%), penderita


3

BRPN sebanyak 54 pasien (4,5%), penderita hidrodefalus sebanyak 31 pasien

(2,58%), dan penderita BBLR sebanyak 24 pasien (2,6%). Typhoid berada di

peringkat ke 2. (Rekam Medis RST dr. Soedjono Magelang, 2017).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran

pencernaan yang ditandai dengan demam lebih dari 7 hari, gangguan pada

saluran cerna dan dapat pula terjadi gangguan kesadaran pada penderita.

(Arfiana dan Arum, 2016).

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi yang menyerang usus halus khususnya

daerah ileum. (Bachrudin dan Najib, 2016)

Typhoid atau typhoid fever ialah suatu sindrom sistemik yang terutama

disebabkan oleh Salmonella typhi. Typhoid merupakan jenis terbanyak dari

salmonelosis. Jenis lain dari demam enteric adalah demam paratyphoid yang

disebabkan oleh S. paratyphi A, S. schottmuelleri (semula S. paratyphi B), dan

S.hirschfeldii (semula S. parathypi C).Typhoid memperlihatkan gejala lebih

berat dibandingkan demam enterik yang lain. (Widagdo, 2014)

Penanganan yang tidak adekuat atau terlambat akan menyebabkan

komplikasi di usus halus, diantaranya perdarahan, perforasi, dan peritonitis.

Pasien yang mengalami nyeri hebat juga dapat mengalami syok neurogenic,

komplikasi dapat menyebar di luar usus halus, misalnya bronkitis, kolelitiasis,

peradangan pada meningen, dan miokarditis. (Marni, 2016)

Data ini adalah hal yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian
4

kasus berjudul “Asuhan Keperawatan pada anak Typhoid dengan fokus studi

pengelolaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di RST

dr.Soedjono Magelang”

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah penatalaksanaan pasien yang mengalami mengalami

Typhoid dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di

RST dr. Soedjono Magelang.

C. Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan penatalaksanaan pasien yang mengalami Typhoid

dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di RST dr.

Soedjono Magelang.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Proposal ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi

mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan Typhoid

2. Manfaat Praktis

a. Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam menangani

kasus Typhoid.

b. Perawat

Sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus Typhoid.


5

c. Perpustakaan

Menambah jumlah pustaka dan sebagai bahan pembanding dengan

asuhan keperawatan lain guna kemajuan ke arah yang lebih baik.

d. Pembaca

Sumber informasi dan pengetahuan mengenai Typhoid serta

penanganannya sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan karya

tulis ilmiah selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Typhoid

a. Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang

disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas

berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur

endhotelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi

kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan

peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau

air yang terkontaminasi. (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015)

b. Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang di sebabkan oleh

Salmonella tipe A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fekal,

makanan dan minuman yang terkontaminasi. (Dewi & Meira, 2016)

c. Typhoid adalah penyakit infeksi bakteri pada usus halus, dan terkadang

pada aliran darah, yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi atau

salmonella paratyphi A, B dan C, yang terkadang juga dapat

menyebabkan gastroenteritis (keracunan makanan) dan septicemia (tidak

menyerang usus). Menurut Ardiansyah (2012) dalam buku yang di tulis

oleh Dewi & Meira (2016).

6
7

d. Typhoid ialah penyakit infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan

yang ditandai dengan demam yang berlangsung lebih dari satu minggu,

gangguan pencernaan dan bisa sampai terjadi gangguan kesadaran.

(Arfiana & Arum L, 2016)

Kesimpulan dari pengertian diatas dapat disimpulkan, typhoid

merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri usus

halus Salmonella typhi dengan ditandai panas berkepanjanga dan dapat

pula menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan serta gangguan

kesadaran, yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan dan

minuman yang terkontaminasi.

2. Etiologi

Typhoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella thyposa/Eberthela

thyposa yang merupakan mikroorganisme pathogen yang berada di jaringan

limfatik usus halus, hati, limpa, dan aliran darah yang terinfeksi. Kuman ini

berupa gram negative yang akan nyaman hidup dalam suhu tubuh manusia.

Kuman ini akan mati pada suhu 70o C dan dengan pemberian antiseptic. Masa

inkubasi penyakit ini antara 7-20 hari. Namun, ada juga yang memiliki masa

inkubasi paling pendek yaitu 3 hari, dan paling panjang yaitu 60 hari. (Marni,

2016)
8

Salmonella thyphosa memiliki 3 macam antigen yaitu :

a. Antigen O : Ohne Hauch, yaitu somatic antigen (tidak menyebar)

b. Antigen H : Hauch ( menyebar ), terdapat pada flagella dan bersifat

termolabil.

c. Antigen V : Kapsul, merupakan kapsul yang menyelimuti tubuh kuman

dan melindungi antigen O terhadap fagositosis. (Marni, 2016)

Padila (2013) dalam buku yang di tulis Dewi dan Meira (2016)

menyampaikan bahwa Salmonella parathyphi terdiri dari 3 jenis yaitu A, B,

dan C. ada dua sumber penularan Salmonella thyphi yaitu pasien dengan

demam typhoid dan pasien carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dari

demam typhoid dan masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja

dan air kemih selama lebih dari satu tahun. (Dewi & Meira, 2016)

3. Manifestasi Klinis

Dewi dan Meira (2016) mengungkapkan gejala klinis penyakit typhoid

pada anak biasanya lebih ringan dibandingkan penderita dewasa. Masa tunas

rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi

terjadi melalui makanan. Sedangkan, jika infeksi melalui minuman mana

tunas terlama berlangsung 30 hari. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan

gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing,

dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala – gejala klinis

sebagai berikut :
9

a. Demam

Demam khas (membentuk pelana kuda) berlangsung 3 minggu,

sifat febris remitten dan suhu tidak seberapa tinggi. Minggu pertama suhu

meningkat setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada

sore dan malam hari. Minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan

demam. Minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal pada

akhir minggu ketiga.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah

tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang disertai

tremor, anoreksia, mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen

kembung, hepatomegali, dan splenomegli, kadang normal, dapat terjadi

diare.

c. Gangguan kesadaran

Kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi

spoor, koma, atau gelisah. (Ardiansyah, 2012)

Menurut pendapat Padila dari buku yang di tulis Dewi dan Meira

(2016) masa tunas typhoid adalah sekitar 10-14 hari dengan rincian

sebagai berikut :

a. Minggu 1

Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada sore hari

dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri
10

kepala, anoreksia, dan mual, batuk, epistaksis, obstipasi atau diare,

perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu ke – 2

Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam,

bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),

hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran. (Dewi dan Meira,

2016)

4. Anatomi fisiologi

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sumber : Buku Anatomi Fisiologi, 2014
11

Pencernaan makanan adalah proses mengubah makanan, dari ukuran

besar menjadi ukuran yang kecil dan halus. Proses tersebut juga meliputi

pemecahan molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang lebih

sederhana dengan bantuan enzim dan organ-organ pencernaan.

Zat makanan yang sudah dicerna akan diserap oleh tubuh. Proses

pencernaan makanan pada tubuh manusia dapat dibedakan atas dua macam,

yaitu :

a. Proses pencernaan mekanik

Proses mengubah makanan dari bentuk besar atau kasar menjadi bentuk

kecil dan halus.

b. Proses pencernaan kimiawi

Proses mengubah makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang

lebih sederhana dengan bantuan enzim.

Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat

pencernaan makanan. Alat-alat pencernaan dapat dibedakan menjadi saluran

pencernaan dan kelenjar pencernaan.


12

1) Saluran Pencernaan

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima

makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap tubuh. Proses

pencernaan meliputi proses mengunyah, menelan, dan mencampur dengan

enzim-enzim yang diproduksi, mulai dari mulut sampai anus.

a) Mulut

Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut.

Rongga mulut merupakan bagian pertama dari tabung pencernaan. Fungsi

utamanya adalah untuk melayani sebagai pintu masuk dari saluran

pencernaan dan untuk memulai proses pencernaan dengan air liur dan

tenaga penggerak dari pencernaan bolus ke faring. Bagian-bagian mulut

meliputi : bibir, rongga mulut, palatum, faring, gigi, lidah dan kelenjar

ludah

b) Kerongkongan

Kerongkongan (esophagus) merupakan saluran penghubung antara

rongga mulut dengan lambung. Kerongkongan berfungsi sebagai jalan

bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju lambung. Otot

kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang, sehingga

mendorong makanan masuk ke dalam lambung, gerakan kerongkongan

ini disebut gerak peristalsis. Gerak ini terjadi karena otot yang

memanjang dan melingkari dinding kerongkongan mengerut secara

bergantian.
13

c) Lambung

Lambung (ventrikulus) merupakan kantung besar yang terletak

disebelah kiri rongga perut. Ini adalah tempat sejumlah proses pencernaan

berlangsung. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas

(kardiak), letaknya berdekatan dengan hati dan berhubungan dengan

kerongkongan, bagian tengah (fundus), yang berbentuk membulat, serta

bagian bawah (pylorus), yang berhubungan langsung dengan usus dua

belas jari

Ujung kardiak dan pylorus terdapat klep atau sfingter yang

mengatur masuk dan keluarnya makanan ke dan dari lambung.

d) Usus halus

Usus halus (intestinium) merupakan tempat penyerapan sari

makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang.

Usus halus terdiri dari, usus duabelas jari (duodenum), usus kosong, usus

penyerap (jejenum), dan usus penyerap (ileum)

e) Usus besar

Makanan yang tidak dicerna di usus halus, misalnya selulosa,

bersama dengan lender akan menuju ke usus besar menjadi feses, didalam

usus besar terdapat bakteri Escherichia Coli. Bakteri ini membantu dalam

proses pembusukan sisa makanan menjadi feses.


14

f) Anus

Anus merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.

Sebelum dibuang lewat anus, feses ditampung terlebih dahulu pada

bagian rectum. Apabila feses sudah siap dibuang, maka otot spinker

rectum mengatur pembukaan dan penutupan anus.

(Kirnanoro dan Maryana, 2014)

2) Saluran pengeluaran limbah

a) Hati

Hati adalah organ serta kelenjar terbesar dari tubuh manusia. Hati

terletak di rongga perut, yaitu ruang yang berada diantara dada dan daerah

panggul. Dengan kata lain hati terletak tepat dibawah diafragma, di

kuadran kanan atas perut. Fungsi hati adalah membantu dalam sintesis

berbagai zat penting seperti sintesis glukosa dan gliserol. Organ ini juga

membantu metabolisme lemak dan protein tertentu.

b) Ginjal

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh yang berfungsi

menyaring racun dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. Selain fungsi

tersebut, ginjal juga bekerja menghilangkan limbah yang dihasilkan

melalui proses metabolisme. Ginjal juga membantu dalam mengontrol

produksi sel darah merah dengan mengeluarkan hormone yang disebut

dengan eritropietin. Selain dengan mendukung produksi sel darah merah,


15

ginjal juga membantu dalam merangsang vitamin D. Ginjal memainkan

peran penting dalam menjaga tekanan darah dan volume darah.

c) Pancreas

Pancreas terletak di belakang lambung dan dibagian belakang perut.

Panjang organ ini 15 cm dan berbentuk seperti ikan atau tabung. Ada

kelompok sel yang berbeda, disebut sebagai Pulau Langerhans, yang

menyusun pancreas. Kelompok sel tersebut termasuk sel – sel beta, sel

gamma, sel-sel alfa dan sel-sel delta. Masing-masing ini memiliki fungsi

tertentu dalam tubuh. Sel alfa bertanggungjawab dalam memproduksi

glucagon sedangkan sel beta penting dalam produksi insulin. Glucagon

mempertahankan jumlah glukosa diantara waktu makan. Insulin

memungkinkan glukosa yang diambil oleh sel-sel yang berbeda di dalam

tubuh untuk digunakan. Somatostatin, protein atau hormon yang

membantu mengatur system saraf dan system endokrin, dilepaskan oleh

sel –sel delta pancreas, serta oleh beberapa sel-sel dari otak dan anus. Sel

gamma berfungsi untuk membantu dalam pengurangan nafsu makan.

d) Kandung empedu

Kandung empedu atau gallbladder adalah tempat cairan empedu

dikumpulkan sebelum di sekresikan kedalam usus halus. Cairan empedu

adalah cairan pencerna berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh

hati. Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang memiliki


16

bentuk seperti buah pir dengan panjang 7-10 cm dan merupakan

membrane berotot. Terletak di dalam fossa dari permukaan visceral hati.

(Kirnanoro dan Maryana, 2014)

5. Patofisiologi

Istilah system fagosit makrofag, system sel histiosit, system retikulo –

histiosit dan system RES adalah istilah lama yang merupakan sebutan kolektif

untuk semua sel fagosit yang dapat hidup lama diseluruh jaringan tubuh.

Sekarang system itu disebut system fagosit makrofag. Dalam hal ini system

makrofag memiliki peran penting dalam penyebaran dari kuman Salmonella

typhi yang merupakan bakal penyakit typhoid. (Baratawidjaja dan Iris, 2012)

Masuknya kuman Salmonella typhi ke dalam tubuh manusia terjadi

melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan

dilambung dan sebagian lagi lolos masuk kedalam usus dan selanjutnya

berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang

baik maka kuman akan menembus sel sel epitel (terutama sel-M) dan

selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan

difagositkan oleh sel-sel fagosit terutama magrofag. Kuman dapat hidup dan

berkembang biak didalam magrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyeri

ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesentrika. Selanjutnya

melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di makrofag ini masuk ke

dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik)

dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan


17

limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian

berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke

dalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya

dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.

Kuman dapat masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan

bersama cairan empedu di eksresikan secara intermitten ke dalam usus halus.

Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam

sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, karena

makrofag yang telah teraktvasi, hiperaktif; maka saat fogositosis kuman

Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya

akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise,

mialgia, sakit kepala, sakit perut, gangguan vaskular, mental, dan koagulasi.

Didalam plak payeri makrofag hiperaktif menimbukan reaksi

hyperplasia jaringan (S. typhi intra makrofag menginduksi reaksi

hipersensitivitas tipe lambat, hyperplasia jaringan dan nekrosis organ).

Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar

plague peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat

akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologis jaringan

limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat

mengakibatkan perforasi.
18

Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan

akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular,

pernapasan, dan gangguan organ lainnya. (Widodo Djoko, 2009)

Infeksi terjadi pada saluran pencernaan basil yang diserap di usus halus.

Melalui pembuluh limfe halus masuk kedalam peredaran darah sampai di

organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan

berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ – organ tersebut akan

membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke

dalam darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama dalam

kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada

mukosa di atas plak peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan

dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh endotoksin sedangkan

gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus. (Arfiana

& Arum , 2016)


19

6. Pathway

Gambar 2.2
Pathway Typhoid
Sumber : Dikembangkan dari Dermawan & Rahayuningsih
(2010)
20

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid menurut pendapat Padila

(2013) dalam buku yang di tulis oleh Dewi dan Meira (2016) terdiri dari :

a. Pemeriksaan leukosit

Didalam beberapa literature dinyatakan bahwa demam typhoid

terdapa leucopenia dan limpositosis relative tetapi kenyataannya

leucopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam

typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas

normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

komplikasi atau infeksi sekunder.

b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOPT dan SGPT pada klien typhoid sering kali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

c. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan adanya penyakit

typhoid, tetapi bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan

juga tetap dapat terjadi penyakit typhoid. Hal ini karena hasil biakan

darah tergantung dari beberapa factor yaitu ;

1) Teknik pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan

laboratorium yang lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan
21

media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik

adalah saat demam tinggi, yaitu pada saat bakterimia berlangsung.

2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada

minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.

Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

3) Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibody dalam darah klien, antibody ini dapat

menekan bakterimia sehingga biakan darah negative.

4) Pengobatan dengan obat antimikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat

anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan trerhambat

dan hasil biakan mungkin negative.

d. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella thypi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense

Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. Tujuan dari

uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutini dalam serum klien

yang disangka menderita typhoid.


(Dewi dan Meira, 2016)
22

e. Uji Typhidot

Uji thypidot dapat mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat

pada protein membrane luar Salmonella typhi. Hasil positif pada uji

typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi

secara spesifik antibody IgM dan IgG terhadapa antigen s.typhi seberat

50kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa. (Djoko widodo, 2014)

f. Uji IgM Dipstik

Uji ini khusus mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap s. typhi

pada specimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang

mengandung antigen lipopolisakarida (LKS) S.typhi dan antigen IgM

(sebagai control), reagen deteksi yang mengandung antibody antigen IgM

yang dilekati dengan lateks pewarna, cairan membasahi strip sebelum

diinkubasi dengan reagen dan serum pasien, tabung uji. Komponen

perlengkapan ini stabil untuk disimpan selama 2 tahun pada suhu 4-250 C

ditempat kering tanpa paparan sinar matahari. Pemeriksaan dimulai

dengan inkubasi strip pada larutan campuran reagen deteksi dan serum,

selama 3 jam pada suhu kamar. Setelah inkubasi, strip dibilas dengan air

mengalir dan dikeringkan. Secara semi kuantitatif, diberikan penilaian

terhadap garis uji dengan membandingkan dengan reference strip. Garis

control harus terwarna dengan baik. (Djoko widodo, 2014)


23

8. Penatalaksanaan

a. Non farmakologi

1) Bed rest

2) Diet, diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi

sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan

rendah serat.

b. Farmakologi

1) Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali

pemberian, oral atau IV selama 14 hari.

2) Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan

dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intervena

saat belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau amoksisilan dengan

dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,

oral/intravena selama 21 hari kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8

mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian oral selama 14 hari.

3) Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50

mg/kgBB/kali dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari,

sekali sehari, intravena, selama 5-7 hari.

4) Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika

adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.

(Amin & Kusuma , 2015)


24

9. Komplikasi

a. Usus halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu :

1) Perdarahan usus

Tanda adanya perdarahan hanya ditemukan jika dilakukan

pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi

melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyeri perut dengan

tanda-tanda renjatan.

2) Perforasi usus

Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu dan terjadi

pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis

hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum,

yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan

diafragma pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan

tegak.

3) Peritonitis

Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa

perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut

yang hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri

pada tekanan.
25

b. Komplikasi diluar usus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia)

yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan lain-lain. Terjadi karena

infeksi sekunder, yaitu bronkopneumia. Dehidrasi dan asidosis dapat

timbul akibat masukan makanan yang kurang dan perspirasi akibat suhu

tubuh yang tinggi.

(Arfiana & Arum Lusian, 2016)

B. Kebutuhan Nutrisi

1. Definisi

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan

dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energy

dan digunakan untuk tubuh dalam beraktifitas.

Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi terdapat system tubuh yang

berperan adalah system pencernaan yang terdiri dari saluran pencernaan dan

organ assesoris. Saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai usus halus

bagian distal, dan organ assesoris terdiri dari hati, kandung empedu dan

pancreas.

(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)

a. Zat gizi

Zat gizi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin

dan air. Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat didalam makanan,
26

pada umumnya dalam bentuk amilum. Pembentukan amilum ini terjadi

dalam mulut melalui enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum

diubah menjadi maltose. Maltose ini kemudian diteruskan kedalam

kedalam lambung. Dari lambung hidrat arang dikirim terus ke usus dua

belas jari. Getah pancreas yang dialirkan ke usus dua belas jari

mengandung amylase. Dengan demikian sisa amilum yang belum diubah

menjadi maltose, oleh amylase pancreas ini diubah seluruhnya menjadi

maltose. Maltose ini kemudian diteruskan ke dalam usus halus. Usus

halus mengeluarkan getah pancreas hidrat arang yaitu maltose yang

bertugas mengubah maltose menjadi dua molekul glukosa saccharose

menjadi fructose dan glukosa. Lactose bertugas mengubah laktosa

menjadi glukosa dan galaktosa. Setelah di usus halus seluruhnya menjadi

monosakarida oleh enzim-enzim tadi.

Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi/dimakan masih

ditemukan didalam tiga bentuk yaitu polisacharida, disacharida, dan

monosacharida. Disacharida dan monosacharida mempunyai sifat mudah

larut didalam air, sehingga dapat diserap melewati dinding usus/mucosa

usus mengikuti hokum difusi osmose dan tidak memerlukan tenaga serta

langsung memasuki pembuluh darah. Proses penyerapan yang tidak

memerlukan tenaga, dan mengikuti hukum difusi osmose dikenal sebagai

penyerapan pasif.
27

Lemak, pencernaan lemak dimulai sedikit di dalam lambung,

karena dalam mulut tidak ada enzim pemecah lemak. Lambung

mengeluarkan enzim lipase untuk mengubah sebagian kecil lemak

menjadi asam lemak dan serin, kemudian diangkut melalui getah bening

dan selanjutnya masuk kedalam peredaran darah untuk kemudian tiba di

hati. Dalam saluran getah bening itu terjadi sintesa kembali dalam lemak

glyserin menjadi lemak seperti aslinya.

Penyerapan lemak mengalami proses pencernaan akan ditemukan

dalam bentuk glycerol asam lemak, glycerol diserap dengan cara pasif.

Asam lemak mempunyai sifat empedu, asam lemak yang teremulsi ini

mampu diserap melewati dinding usus halus, pada proses penyerapan ini

membutuhkan tenaga, maka penyerapan lemak dikatakan dengan cara

aktif selektif.

Pencernaan protein, kelenjar-kelenjar ludah dalam mulut tidak

membuat enzim protease. Enzim protease baru terdapat dalam lambung

yaitu pepsin ini mengubah protein menjadi albuminosa dan pepton.

Selanjutnya dalam usus dua belas jari terdapat enzim tripsin yang

berasal dari pancreas, dan tripsin mengubah sisa protein ynag belum

sempurna diubah menjadi albuminosa dan pepton. Setelah dalam usus

halus, dimana terdapat enzim pepsin, maka oleh enzim pepsin ini

albuminosa dan pepsin seluruhnya menjadi asam-asam amino yang siap

untuk diserap oleh dinding usus halus.


28

Penyerapan protein yang dimakan setelah mengalami proses

pemcernaan menjadi bentuk asam amino, mempunyai sifat larutbdalam

air, seperti halnya hidrat arang, asam amino yang mudah larut didalam air

ini juga dapat diserap secara pasif dan langsung memasuki pembuluh

darah.

Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral – mineral tersebut

hadir dalam bentuk tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya.

Umumnya mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus

secara difusi pasif maupun transportasi aktif.

Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul-

molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa

penyerapan vitamin dilakukan dengan difusi sederhana, tetapi system

transportasi aktif sangat penting untuk memastikan pemasukan yang

cukup.

Air merupakan zat makanan yang paling mendasar, tubuh manusia

terdiri kira-kira 50% - 70% air. Pemasukan air secara teratur sangat

penting untuk bertahan hidup dibandingkan pemenuhan nutrisi yang lain.

(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)

b. Keseimbangan energi

Energy merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktifitas,

yang dapat diukur dengan melalui pembentukan panas. Energy pada

manusia dapat diperoleh dari berbagai masukan zat gizi diantaranya


29

protein, karbohidrat, lemak maupun bahan makanan yang disimpan dalam

tubuh. Dalam tubuh seseorang memerlukan keseimbangan energy untuk

melakukan sebuah aktifitas, keseimbangan tersebut dapat dihitung

melalui kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan seseorang, dapat dengan cara

kebutuhan kalori dasar/basal dan tingkat aktifitas

Berat Badan Ideal X 10 : KKB (Kebutuhan Kalori Basal)

Kemudian dilihat dari tingkat aktifitas, maka rumusnya seperti dalam

tabel berikut :

Table 2.1 Tingkat aktivitas


Tingkat aktivitas Kebutuhan kalori
Tetap KKB X 3
Sedang KKB X 5
Berat KKB X 10
Tingkat aktivitas
Sumber : Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia tahun 2012

(A .Aziz dan Musrifatul, 2012)

c. Kebutuhan kalori

Kebutuhan kalori adalah hal yang penting karena kalori diperlukan

dalam pengelolaan nutrisi, maka dari itu jumlah makanan yang diberikan

kepada anak hendaknya selalu dihitung dalam bentuk kebutuhan kalori.

Kebutuhan kalori diperlukan dalam pengelolaan nutrisi. Kebutuhan kalori

dapat dihitung dengan rumus:

KKB (kkal/hari) = 40 X (TB-100)


30

Tabel 2.2 : KKB pada bayi dan anak.


Umur 1 minggu- Umur 11-36 bulan Umur 3-16 tahun
10 bulan
BB Laki
BB Laki- Peremp BB Laki- Peremp
(kg) /perempu
(kg) laki uan (kg) laki uan
an
3,5 8,4 9,0 22,0 21,2 15 35,8 33,3
4,0 9,5 9,5 22,8 22,0 20 39,7 37,4
4,5 10,5 10,0 23,6 22,8 25 43,6 41,5
5,0 11,6 10,5 24,4 23,6 30 47,5 45,5
5,5 12,7 11,0 25,2 24,4 35 51,3 49,6
6,0 13,8 11,5 26,0 25,2 40 55,2 53,7
6,5 14,9 12,0 26,8 26,0 45 59,1 57,8
7,0 16,0 12,5 27,6 26,9 50 63,0 61,9
7,5 17,1 13,0 28,4 27,7 56 66,9 66,0
8,0 18,2 13,5 29,2 28,5 60 70,8 70,0
8,5 19,3 14,0 30,0 29,3 65 74,7 74,0
9,0 20,4 14,5 30,8 30,1 70 78,6 78,1
9,5 21,4 15,0 31,6 30,9 75 82,5 82,2
10,0 22,5 15,5 32,4 31,7
10,5 23,6 16,0 33,2 32,6
11,0 24,7 16,5 34,0 33,4
KKB pada bayi dan anak
Sumber : buku Diet Anak Sakit Gizi Klinik ed. 2
tahun 2014

Pemberian tunjangan nutrisi yang tepat pada anak didasarkan pada

banyaknya kebutuhan kalori dan protein tubuh yang dihitung berdasarkan

berat badan (BB) ideal menurut panjang/tinggi badan (PB/TB) dikali

AKG protein/kalori sesuai usia kemudian dibagi dengan BB saat ini.

Berikut adalah rumus perhitungannya :

Kebutuhan kalori : Kebutuhan protein :

AKG (sesuai umur) X BB/PB ideal AKG (sesuai umur) X BB/PB ideal
BB saat ini BB saat ini
31

Tabel 2.3: Angka Kecukupan Gizi (AKG)


Kalori
Umur Kkal/Kg Protein/g
0 – 6 bulan 108 13
6 – 12 bulan 98 14
1 – 3 tahun 102 16
4 – 6 tahun 90 24

Angka Kecukupan Gizi (AKG)


Sumber : buku Diet Anak Sakit Gizi Klinik ed. 2 tahun 2014

(A .Aziz dan Musrifatul, 2012)

d. Basal metabolisme

Basal metabolisme merupakan energy yang dibutuhkan seseorang

dalam keadaan istirahat dan nilainya disebut dengan BMR (Basal

Metabolisme Rate). Setiap orang nilai basal metabolismenya berbeda,

dapat dipengaruhi oleh berbagai factor diantaranya : usia, kehamilan,

malnutrisi, komposisi tubuh, jenis kelamin, hormonal dan suhu badan.

Metabolisme basal dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh, yakni

kira-kira sesuai dengan 1500 kkal/24 jam untuk tiap m 2 luas permukaan

tubuh, atau lebih kurang 55 kkal/kg BB/hari. Setiap kenaikan suhu tubuh

1o C menyebabkan kenaikan metabolisme basal 10%. Angka metabolisme

basal (basal metabolic rate, BMR) dapat dihitung dengan rumus :

BMR (kkal/m2/Jam) = 55- umur (Tahun)


(Suandi , 2014)

e. Jenis metabolisme

Metabolism terdiri atas, metabolisme karbohidrat, lemak, dan

protein. Metabolism karbohidrat, yang berbentuk monosaccharide dan


32

disaccharide diserap melalui mukosa usus, namun yang kita dapati setelah

proses penyerapan (di dalam pembuluh darah) semua berbentuk

monosaccharide.

Monosaccharida (fluktosa, galaktosa serta glucose) yang masuk

bersama – sama darah dibawa hati. Di hati ketiga monosaccharide ini di

ubah menjadi glukosa dan dialirkan melalui pembuluh darah ke otot

untuk dibakar, membentuk glycogen melalui proses glyconeogenesis.

Metabolism lemak diawali dengan prosesnya yaitu lemak diserap di

dalam bentuk glycerol asam lemak, glycerol larut dalam air, maka dapat

diserap secara pasif langsung memasuki pembuluh darah dan dibawa ke

hati, glycerol dengan melewati beberapa proses kimiawi diubah menjadi

glycogen, selanjutnya mengikuti metabolism hidrat arang sampai

menghasilkan tenaga. Jadi glycerol diubah menjadi tenaga melewati

proses yang dilakukan karbohidrat.

Asam lemak yang telah membentuk emulsi setelah melewati

dinding usus halus memasuki pembuluh limpa. Bersama-sama dengan

getah bening emulsi lemak dibawa ke dalam darah. Pertemuan pembuluh

getah bening dengan pembuluh darah terjadi pada vena porta.

Bersama-sama dengan darah sebagai emulsi asam lemak dibawa ke

hati dan dibentuk menjadi trigliserida yang akan dialirkan kembali ke

dalam pembuluh darah. Metabolisme lemak menghasilkan tenaga


33

berbentuk ATP dengan sisanya hydrogen dioksida dan karbondioksida.,

lemak yang dibakar mempunyai hasil sampingan yang disebut kolesterol.

Metabolisme protein, pada umumnya protein diserap di dalam asam

amino bersama – sama dengan darah dibawa ke hati dibersihkan dari

toxin. Proses masuknya asam amino dapat dikatakan tidak bersifat

dinamik, selalu diperbaharui yang masuk tidak sebanding dengan jumlah

asam amino yang diperlukan oleh tubuh untuk menutupi kekurangan

amino yang dipakai oleh tubuh.

(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)

2. Factor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi

a. Pengetahuan

b. Prasangka, anggapan atau persepsi terhadap jenis dan bahan makanan

c. Kebiasaan

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan juga

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak cukup

zat gizi yang diperlukan

e. Ekonomi, sangat berkaitan dengan kebutuhan penyediaan bahan makanan.

A . Aziz dan Musrifatul, 2012)

3. Ketidakseimbangan nutrisi

Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) merupakan suatu

keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak puasa atau beresiko

penurunan berat badan yang berkaitan dengan ketidakcukupan masukan atau


34

nutrisi untuk kebutuhan metabolism, dengan tanda klinik sebagai berikut :

berat badan 10-20% dibawah normal, tinggi badan dibawah secara ideal,

lingkar kulit trisep dan lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar, adanya

kelemahan dan nyeri tekan pada otot, terjadi penurunan albumin serum, dan

terjadi penurunan transferin.

Ketidakseimbangan nutrisi (lebih dari kebutuhan) merupakan suatu

keadaan yang dialami seseorang yang mempunyai resiko dalam peningkatan

berat badan yang berhubungan dengan masukan yang berlebih dari kebutuhan

metabolism, dengan tanda klinik sebagai berikut : kelebihan berat badan lebih

dari 10% berat ideal, obesitas (lebih dari 20% berat ideal), lipatan kulit trisep

lebih dari 15 mm pada pria dan wanita 25 mm, adanya jumlah asupan yang

berlebihan, aktivitas menurun atau monoton.

(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)

4. Penatalaksanaan

a. Pemberian nutrisi melalui oral

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang

tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan cara

membantu memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut), dengan tujuan

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera untuk

makan pasien.
35

b. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang

tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu

menelan makanan dengan cara member makan melalui pipa lambung atau

pipa penduga yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

c. Pemberian nutrisi parenteral

Pemberian nutrisi parenteral merupakan pemberian nutrisi melalui

parenteral (infuse) yang di masukan kedalam tubuh melalui darah vena

baik sentral (untuk nutrisi parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi

parenteral parsial). Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada

pasien yang tidak bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik, dengan

tujuan menunjang nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian

kebutuhan nutrisi harian.

Metode pemberian ada parenteral parsial, total dan melalui jalur

intravena. Nutrisi parenteral parsial melalui intravena yang digunakan

memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien karena pasien masih

dapat menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang biasanya digunakan

dalam bentuk dextrose atau cairan asam amino.

Nutrisi parenteral total melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi

sepenuhnya melalui cairan infuse karena keadaan saluran pencernaan

pasien tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat di gunakan adalah cairan

yang mengandung karbohidrat seperti Triofusin E 100, cairan yang


36

mengandung asam amino seperti Pan Amin G, cairan yang mengandung

lemak seperta intra lipid. Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui

vena sentral untuk jangka waktu lama dan melalui perifer.

(A. Aziz dan Musrifatul, 2012)

C. Asuhan keperawatan Typhoid dengan focus studi Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh.

1. Pengkajian

a. Riwayat Keperawatan

Kaji gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh, terutama pada

malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epitaksis,

penurunan kesadaran.

1) Data biografi

Data biografi meliputi : nama, alamat, umur, tanggal Masuk

rumah sakit, diagnose medis, catatan kedatangan, keluarga yang

dapat dihubungi.

2) Keluhan utama

Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran: apatis

sampai somnolen, dan gangguan saluran pencernaan seperti perut

kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau,

konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,

anoreksia dan muntah.


37

3) Riwayat kesehatan sekarang

Mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama

pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan

yang dapat muncul.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Apakah klien sudah pernah sakit dan dirawat dengan

penyakit yang sama

5) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada dalam keluarga klien yang sakit seperti klien

6) Riwayat kesehatan lingkungan

Demam typhoid ditemukan di Negara sedang berkembang

dengan kepadatan penduduk tinggi serta rendahnya tingkat

kesehatan. Keadaan cuaca terutama pada musim hujan sangat

berpengaruh terhadap banyaknya kasus typhoid yang terjadi.

Sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama pada

musim panas banyak di temukanya kasus typhoid.

7) Riwayat imunisasi

Pada typhoid congenital dapat lahir hidup sampai beberapa

hari dengan gejala tidak khas serta menyerupai sepsis neonatorum.

8) Riwayat psikososial

a) Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien(cemas/sedih)

b) Interpersonal : hubungan dengan orang lain


38

9) Pola fungsi kesehatan

a) Pola nutrisi metabolisme

Bisanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi

gangguan pada usus halus.

b) Pola istirahat tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena

pasien merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang

diare.

(Swann dan England, 2013)

b. Pemeriksaan fisik

1) System kardiovaskuler

Takikardi, hipotensi, dan syok jika perdarahan, infeksi sekunder

atau septicemia

2) System pernapasan

Batuk nonproduktif, sesak napas.

3) System pencernaan

Umumnya konstipasi daripada diare, perut tegang, pembesaran

limpa, dan hati, nyeri perut perabaan, bising usus melemah atau

hilang, muntah, lidah typhoid dengan ujung dan tepi kemerahan

dan tremor, mulut bau, bibir kering, dan pecah-pecah.

4) System genitourinarius

Distensi kandung kemih, retensi urine.


39

5) System saraf

Demam, nyeri kepala, kesadaran menurun, kejang.

6) System lokomotor / musculoskeletal

Nyeri sendi.

7) System endokrin

Tidak ada kelainan

8) System integument

Rose spot dimana hilang dengan tekanan, ditemukan pada dada

dan perut, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering.

9) System pendengaran

Tuli ringan atau otitis media.

(Dewi dan Meira, 2016)

c. Pemeriksaan diagnostic dan hasil

1) Jumlah leukosit normal/leucopenia/leukositosis

2) Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT, dan fosfat alkali

meningkat.

3) Minggu pertama biakan darah Salmonella typhi positif, dalam

minggu berikutnya menurun.

4) Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.

5) Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang

memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutini O dan H


40

meningkat sejak minggu ke dua. Titer reaksi widal di atas 1: 200

menyokong diagnosis.

(Dewi dan Meira, 2016)

2. Diagnosa keperawatan

Penegakan fokus diagnosa keperawatan mengacu pada NANDA :

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)

Definisi :

Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

metabolik. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan menerima makanan atau menyerap nutrien : hilang

nafsu makan, mual dan muntah

Batasan karateristik :

1) Berat badan kurang dari 20 % atau lebih di bawah berat badan

ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh.

2) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat.

3) Pembuluh kapiler rapuh

4) Diare atau steatore

5) (Adanya bukti ) kekurangan makanan

6) Bising usus hiperaktif

7) Kurang informasi, informasi yang salah

8) Kurangnya minat terhadap makanan


41

9) Membran mukosa pucat

10) Tonus otot buruk

11) Rongga mulut terluka

12) Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau mengunyah

Faktor yang berhubungan :

1) Factor biologis

2) Factor ekonomi

3) Gangguan psikososial

4) Ketidakmampuan makan

5) Ketidakmampuan mencerna makanan

6) Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient

7) Kurang asupan makanan

b. Kekurangan volume cairan (00027)

Definisi :

Kekurangan volume cairan merupakan penurunan cairan

intravaskular, interstisial, dan/atau intraseluler ini mengacu pada

dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.

Batasan karateristik :

1) Haus

2) Kelemahan

3) Membran mukosa kering

4) Peningkatan frekuensi nadi


42

5) Peningkatan hematrokit

6) Peningkatan konsentrasi urine

7) Penurunan berat badan tiba-tiba

8) Penurunan pengisian vena

9) Penurunan tekanan darah

10) Penurunan turgor lidah

11) Penurunan volume nadi

12) Penurunan turgor kulit

13) Perubahan status mental

Faktor yang berhubungan :

1) Kegagalan mekanisme regulasi

2) Kehilangan cairan aktif

c. Hipertermi (00007)

Definisi :

Suhu inti tubuh di atas kisaran normal karena kegagalan

termoregulasi.

Batasan karakteristik :

1) Apnea

2) Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu

3) Gelisah

4) Hipotensi

5) Kejang
43

6) Koma

7) Kulit kemerahan

8) Kulit terasa hangat

9) Letargi

10) Postur abnormal

11) Stupor

12) Takikardia

13) Takipnea

Faktor yang berhubungan :

1) Ages farmaseutikal

2) Aktivitas berlebihan

3) Dehidrasi

4) Iskemia

5) Pakaian yang tidak sesuai

6) Peningkatan laju metabolisme

7) Penurunan perspirasi

8) Penyakit

9) Sepsis

10) Suhu lingkungan tinggi

11) Trauma
44

d. Nyeri akut (00132)

Definisi :

Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau

digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa awitan yang tiba –

tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang

dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.

Batasan karakteristik :

1) Perubahan selera makan

2) Perubahan tekanan darah

3) Perubahan frekwensi jantung

4) Perubahan frekwensi pernafasan

5) Laporan isyarat

6) Diaforesis

7) Perilaku distraksi (mis, berjalan mondar-mandir mencari orang

lain dan atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang)

8) Mengekspresikan perilaku (mis, gelisah, merengek, menangis)

9) Masker wajah (mis, mata kurang bercahaya, tampak kacau,

gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus meringis)

10) Sikap melindungi area nyeri

11) Fokus menyempit (mis, gangguan persepsi nyeri, hambatan

proses fikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)


45

12) Indikasi nyeri yang dapat diamati

13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

14) Dilatasi pupil

15) Melaporkan nyeri secara verbal

16) Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan

1) Agens cedera biologis

2) Agens cedera biologis fisik

3) Agens cedera biologis kimiawi

e. Intoleransi aktivitas (00092)

Definisi :

ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk

mempertahankan atau menyelesaikan ativitas kehidupan sehari-hari

yang harus atau yang ingin dilakukan.

Batasan karakteristik :

1) Dispnea setelah beraktivitas

2) Keletihan

3) Ketidaknyamanan setelah beraktivitas

4) Perubahan elektrokardiogram (EKG)

5) Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas

6) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas


46

Faktor yang berhubungan :

1) Gaya hidup kurang gerak

2) Imobilitas

3) Tirah baring

4) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen


(Nanda Internasional, 2015)

3. Intervensi Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. (00002)

1) Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang

dimiliki klien. (Manajemen nutrisi - 1100)

2) Monitor TD, nadi, suhu dan status pernafasan dengan tepat.

(Monitor tanda-tanda vital – 6680)

3) Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta

tingkatkan porsi secara bertahap. (Manajemen diare – 0460)

4) Berikan arahan (informasi) bila diperlukan. (Manajemen nutrisi

– 1100)

5) Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep

dan/atau protokol (Manajemen obat – 2380)

6) Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan

energi dari makanan. (Manajemen energi – 0180)


47

b. Kekurangan volume cairan (00027)

1) Monitor status hidrasi (misalnya, membrane mukosa lembab ,

denyut nadi adekuat, dan tekanan darah ortostatik). (Manajemen

Cairan - 4120)

2) Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output pasien.

(Manajemen Cairan - 4120)

3) Dukung asupan cairan oral (misalnya., berikan cairan lebih dari

24 jam dan berikan cairan dengan makanan), jika tidak ada

kontraindikasi. (Manajemen Hipovolemi – 4180)

4) Berikan terapi IV seperti yang ditentukan. (Manajemen Cairan -

4120)

5) Dukung pasien dan keluarga untuk membantu dalam pemberian

makan dengan baik. (Manajemen Cairan - 4120)

c. Hipertermia (00007)

1) Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya. (Perawatan Demam -

3740)

2) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat. (Pengaturan Suhu –

3900)

3) Lakukan kompres hangat untuk mengatasi demam. (Perawatan

Demam - 3740)

4) Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada

fase demam (yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin;


48

menyediakan pakaian atau linen tempat tidur ringan untuk demam

dan fase bergejolak/flush). (Perawatan Demam - 3740)

5) Ajarkan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan

mengenali secara dini hipertermi. (Pengaturan Suhu – 3900)

6) Beri obat atau cairan IV (misalnya, antipiretik, agen antibakteri,

dan agen anti menggigil). (Perawatan Demam - 3740)

d. Nyeri akut (00132)

1) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi,

karakteristik, onset, frekuensi, kualitas, intensitas dan faktor

pencetus. (Manajemen nyeri – 1400)

2) Ajarkan menggunakan teknik nonfarmakologi. (Manajemen nyeri

– 1400)

3) Kurangi atau eliminasi faktor yang dapat mencetuskan atau

meningkatkan nyeri. (Manajemen nyeri – 1400)

4) Motivasi klien untuk istirahat atau tidur yang adekuat untuk

membantu penurunan nyeri. (Manajemen nyeri – 1400)

5) Beri informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa

lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan

akibat prosedur. (Manajemen nyeri – 1400)

6) Kolaborasi pemberian terapi analgetik. (Manajemen nyeri – 1400)


49

e. Intoleransi aktivitas (00092)

1) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai

dengan konteks usia dan perkembangan. (Manajemen energi –

0180)

2) Bantu pasien dalam aktivitas sehari-hari yang teratur sesuai

kebutuhan (ambulasi, bepindah, bergerak dan perawatan diri).

(Manajemen energi – 0180)

3) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan memperoleh sumber-

sumber yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas yang diinginkan.

(Terapi aktivitas – 4310)

4) Berikan kesempatan keluarga untuk terlibat dalam aktivitas,

dengan cara yang tepat. (Terapi aktivitas – 4310)

5) Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan

asupan energi dari makanan. (Manajemen energi – 0180)

(Gloria M, dkk, 2015)

4. Kriteria Hasil ( Outcome )

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. (00002)

1) Kehilangan berat badan tidak ada (Keparahan mual muntah –

2107)

2) Pertumbuhan (anak – anak) tidak menyimpang dari rentang

normal. (Status energi : energi – 1007)


50

3) Asupan gizi tidak menyimpang dari rentang normal (Status nutrisi

– 1004)

4) Frekuensi dan intensitas mual muntah tidak ada (Keparahan mual

muntah – 2107)

5) Pengetahuan sangat banyak mengenai makanan sesuai pedoman

gizi (Pengetahuan : diet yang sehat - 1854)

b. Kekurangan volume cairan (00027)

1) Intake dan output dalam 24 jam seimbangan. (keseimbangan

cairan - 0601)

2) Turgor Kulit normal. (keseimbangan cairan - 0601)

3) Kelembaban membran mukosa normal. (keseimbangan cairan -

0601)

4) Intake cairan tidak terganggu. (Hidrasi – 0602)

5) Fungsi kognisi tidak terganggu. (Hidrasi - 0602)

c. Hipertermi (00007)

1) Melaporkan kenyamanan suhu. (Termoregulasi – 0800)

2) Tidak terjadi hipertermia. (Termoregulasi – 0800)

3) Tidak ada perubahan warna kulit. (Termoregulasi – 0800)

4) Tingkat pernapasan normal. (Termoregulasi – 0800)

5) Tidak terjadi dehidrasi. (Termoregulasi – 0800)


51

d. Nyeri akut (00132)

1) Melaporkan nyeri yang terkontrol. (Kontrol nyeri – 1605)

2) Menggunakan teknik nonfarmakologi. (Kontrol nyeri – 1605)

3) Mengerang & menangis tidak ada. (Tingkat nyeri – 2102)

4) Ekspresi nyeri wajah tidak ada. (Tingkat nyeri – 2102)

5) TTV normal. (Tingkat nyeri – 2102)

e. Intoleransi aktivitas (00092)

1) Kemudahan dalam melakukan aktivitas hidup harian (ADL).

(Toleransi terhadap aktivitas – 0005)

2) Daya tahan otot tidak terganggu. (Daya tahan – 0001)

3) Aktivitas fisik tidak terganggu. (Daya tahan – 0001)

4) Hemoglobin tidak terganggu. (Daya tahan – 0001)

5) Tidak ada kelelahan yang berlebih. (Daya tahan – 0001)


(Sue M dkk, 2016)
52

D. Tumbuh kembang anak

Pertumbuhan (growth) merupakan masalah perubahan dalam ukuran

besar, jumlah , ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa

diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter).

Sedangkan perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan

(skill / keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tahap pertumbuhan dan perkembangan

anak yaitu faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor pelayanan kesehatan.

1. Faktor Herediter

Faktor yang tidak dapat diubah ataupun dimodifikasi. Melalui genetik yang

terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan

kuantitas pertumbuhan.

2. Faktor Lingkungan

a. Lingkungan internal

Hal yang berpengaruh adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon yang

mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu hormon somatotropin yaitu

hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada

masa pertumbuhan. Berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan

Gigantisme. Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan tulang,

kekurangan hormone ini akan menyebabakan kretinesme. Hormone

gonadotropin yang berfungsi untuk merangsang perkembangan seks laki-


53

laki dan memproduksi spermatozoa, sedangkan estrogen merangsang

perkembangan seks sekunder wanita dan produksi sel telur, jika

kekurangan hormon tersebut akan menghambat perkembangan seks.

b. Lingkungan Eksternal

Dalam lingkungan eksternal banyak yang mempengaruhinya yaitu

diantaranya kebudayaan, status sosial ekonomi keluarga, status nutrisi,

olahrag, dan posisi anak dalam keluarga.

3. Fakor Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang memadai di sekitar lingkungan dapat memantau

pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga apabila terdapat sesuatu yang

memicu keterlambatan dalam pertumbuhan maupun perkembangan anak dapat

segera ditangani dan diberi solusi untuk mencegahnya. (Ridha, 2014)

Tumbuh Kembang Infant/bayi, umur 0-12 bulan (Ridha, 2014)

Tabel 2.4 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Anak

Umur Fisik Motorik Sensoris Soialisasi

1 Berat badan Bayi akan Mata mengikuti Bayi sudah


bulan akan meningkat berusaha mulai sinar ke tengah mulai
150-200 gr/mg, mengangkat tersenyum
tinggi badan kepala dengan pada orang
meningkat 2,5 dibantu oleh yang ada
cm/bulan, orang tua, tubuh disekitarnya.
lingkar kepala ditengkurapkan,
meningkat 1,5 kepala menoleh
cm/ bulan. ke kiri ataupun
Besarnya ke kanan, reflek
54

Tabel 2.4 ( Lanjutan )


kenaikan seperti menghisap,
ini akan menelan,
berlangsung menggengam
sampai bayi sudah mulai
umur 6 bulan positif.

2-3 Fontanel Mengangkat Sudah bisa Mulai tertawa


bulan posterior sudah kepala, dada dan mengikuti arah pada
menutup berusaha untuk sinar ke tepi, seseorang,
menahannya koordinasi senang jika
sendiri dengan keatas dan tertawa keras,
tangan, kebawah, mulai menangis
memasukkan mendengarkan sudah mulai
tangan ke mulut, suara yang berkurang.
mulai berusaha didengarnya.
untuk meraih
benda-benda
menarik yang
ada
disekitarnya,
bisa di
dudukkan
dengan posisi
punggung
disokong, mulai
asik bermain-
main sendiri
dengan tangan
dan jarinya.

4-5 Berat badan Jika didudukan Sudah bisa Senang jika


bulan menjadi dua kali kepala sudah mengenal orang- berinteraksi
dari berat badan bisa seimbang orang yang dengan orang
lahir, ngeces dan punggung sering berada lain walaupun
karena tidak sudah mulai didekatnya, belum pernah
adanya kuat, bila di akomodasi mata dilihatnya/dike
koordinasi tengkurapkan positif. nalnya, sudah
menelan saliva sudah bisa mulai bisa
miring dan mengeluarkan
kapala sudah suara pertanda
bisa tegak lurus, tidak senang
reflek primitive bila
sudah mulai mainan/benda
menghilang, miiknya
55

Tabel 2.4 ( Lanjutan )


berusaha meraih diambil oleh
benda sekitar orang lain.
dengan
tangannya.

6-7 Berat badan Bayi sudah bisa Sudah dapat


bulan meningkat 90- membalikkan membedakan
150 badan sendiri, orang yang
gram/minggu, memindahkan dikenalnya
tinggi badan anggota badan dengan yang
meningkat 1,25 dari tanagn yang tidak
cm/bulan, satu ke tangan dikenalnya,
lingkar kepala yang lain, jika bersama
meningkat 0,5 mengambil dengan orang
cm/bulan, mainan dengan yang belum
besarnya tangannya, dikenalnya
kenaikan seperti senang bayi akan
ini akan memasukkan merasa cemas
berlangsung kaki ke mulut, (stangger
sampai bayi sudah bisa anxiety),
berusia 12 bulan memasukkan sudah dapat
(6 bulan kedua), sendiri ke menyebut atau
gigi sudah mulai mulutnya. mengeluarkan
tumbuh. suara
emm..emm..e
m.., bayi
biasanya cepat
menangis jika
terdapat hal-
hal yang tidak
disenanginya
tetapi akan
juga cepat
tertawa lagi.

8-9 Sudah bisa Bayi tertarik Bayi


bulan duduk dengan dengan benda- mengalami
sendirinya, benda kecil stranger
koordinasi yang ada di anxiety/merasa
tangan kemulut sekitarnya cemas
sangat sering, terhadap hal-
bai mulai hal yang
tengkurap belum
sendiri dan dikenalnya
mulai belajar (orang asing)
untuk sehingga dia
56

Tabel 2.4 ( Lanjutan )


merangkak, akan menangis
sudah bisa dan
mengambil mendorong
benda dengan serta meronta-
menggunakan ronta,
jari-jarinya. merangkul/me
meluk orang
yang
dicintainya,
jika dimarahi
dia sudah bisa
memberikan
reaksi
menangis dan
tidak senang,
mulai
mengulang
kata-kata
“dada..dada”
tetapi belum
punya arti

10-12 Berat badan tiga Sudah mulai Visual aculty Emosi positif,
bulan kali berat badan belajar berdiri 20-50 positif, cemburu,
saat lahir, gigi tetapi tidak sudah dapat marah, lebih
bagian atas dan bertahan lama, membedakan senang pada
bawah sudah belajar berjalan bentuk lingkungan
tumbuh dengan bantuan, yang sudah
sudah bisa diketahuinya,
berdiri dan merasa takut
duduk sendiri, pada situasi
mulai belajar yang asing,
akan dengan mulai mengerti
menggunakan akan perintah
sendok, mulai sederhana,
senang sudah
moncoret-coret mengerti
kertas. namnya
sendiri, sudah
dapat
,menyebut abi,
ummi.
57

Tumbuh Kembang Toddler (Batita), umur 1-3 tahun (Ridha, 2014)

Tabel 2.5 Tumbuh Kembang Toddler (Batita)

Umur Motorik kasar Motorik halus

15 Sudah bisa berjalan sendiri Sudah bisa memegangi cangkir,


bulan tanpa bantuan orang lain memasukkan jari ke lubang, membuka
kotak, melempar benda.

18 Mulai berlari tetapi masih Sudah bisa makan menggunakan


bulan sering jatuh, menarik-narik sendok, bisa membuka halaman buku,
mainan, mulai senang naik belajar menyusun balok-balok
tangga tetapi masih dengan
bantuan

24 Berlari sudah baik, dapat naik Sudah bisa membuka pintu, membuka
bulan tangga sendiri dengan kedua kunci, menggunting sederhana, minum
kaki tiap tahap dengan menggunakan gelas atau
cangkir, sudah dapat menggunakan
sendok dengan baik

36 Sudah bisa naik turun tangga Bisa menggambar lingkaran, mencuci


bulan tanpa bantuan, memakai baju tangannya sendiri, menggosok gigi.
dengan bantuan, mulai bisa
naik sepeda beroda tiga

Tumbuh Kembang Pra Sekolah (Ridha, 2014)

Tabel 2.6 Tumbuh Kembang Pra Sekolah

Usia Motori kasar Motorik halus Sosial Pertumbu


emosional han fisik

4 Berjalan berjinjit, Sudah bisa


tahun melompat, melompat menggunakan
dengan satu kaki, gunting dengan
menangkap bola dan lancar, sudah bisa
melemparkannya dari menggambar
atas kepala. kotak,
menggambar
58

Tabel 2.6 (Lanjutan )


garis vertical
maupun
horizontal, belajar
membuka dan
memasang
kancing baju.

5 Berjalan mundur sambil Menulis dengan Bermain Berat


berjinjit, sudah dapat angka-angka, sendiri badan
Tahun menangkap dan menulis dengan mulai meningka
melempar bola dengan huruf, menulis berkurang, t 2,5
baik, sudah dapat dengan kata-kata, sering kg/tahun,
melompat dengan kaki belajar menulis berkumpul tinggi
secara bergantian. nama, belajar dengan badan
mengikat tai teman meningka
sepatu. sebaya, t 6,75-7,5
interaksi cm/tahun.
sosial
selama
bermain
meningkat,
sudah siap
untuk
menggunak
an alat-alat
bermain.

Tumbuh Kembang Usia Sekolah (Ridha, 2014)

Tabel 2.7 Tumbuh Kembang Usia Sekolah

Motorik Sosial emosional Pertumbuhan


fisik

Lebih mampu Mencari lingkungan yang lebih Berat badan


menggunakan otot-otot luas sehingga cenderung sering meingka 2-3
kasar adri pada otot halus. pergi dari rumah hanya untuk kg/tahun,
Misalnya loncat tali, bermain dengan teman, saat ini tinggi badan
badminton, bola volley, sekolah sangat berperan untuk meningkat 6-7
pada mkhir masa sekolah membentuk pribadi anak, cm/tahun
motoric halus berkurang, disekolah anak harus berinteraksi
anak laki-laki lebih aktif dengan orang lain sekeluarganya,
daripada anak perempuan sehingga peranan guru sangatlah
besar.
59

Tumbuh Kembang Remaja (Adolescent) (Ridha, 2014)

Tabel 2.8 Tumbuh Kembang Remaja (Adolescent)

Pertumbuhan Fisik Sosial Emosional

Merupakan tahap pertumbuhan Kemapuan akan sosialisasi meningkat,


yang sangat pesat, tinggi badan relasi dengan teman wanita/pria akan tetapi
25%, berat badan 50%, semua lebih penting denagn teman yang sejenis,
system tubuh berubah dan yang penampilan fisik remaja sangat penting
paling banyak perubahan adalah karena mereka supaya ditrima oleh kawan
system endokrin, bagian-bagian dan disamping itu pula persepsi terhadap
tubuh tertentu memanjang misalnya badannya akan mempengaruhi konsep
tanagn, kaki, proporsi tubuh dirinya, peranan orang tua atau keluarga
memanjang. sudah tidak begitu penting tetapi sudah
mulai beralih pada teman sebaya.
BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan Penelitian

Metode penulisan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode

deskriptif, dengan pemaparan kasus dan menggunakan pendekatan proses

keperawatan dengan fokus pada salah satu masalah penting dalam kasus yang

dipilih yaitu asuhan keperawatan pada klien typhoid dengan fokus studi

pengelolaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

B. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam pengambilan kasus ini adalah yang

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Pasien anak dengan typhoid yang dirawat di RST dr. Soedjono Magelang

bangsal Flamboyan

2. Bersedia menjadi responden

3. Pasien berusia 1 bulan -18 tahun

Jumlah kasus kelolaan pada karya tulis ilmiah (KTI) ini adalah dua

anak yang memiliki kasus sama yaitu typhoid dengan fokus studi pengelolaan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di RST dr. Soedjono

Magelang.

60
61

C. Fokus Studi

Fokus studi pada studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada

klien dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

di RST dr. Soedjono Magelang.

D. Definisi Operasional

Asuhan keperawatan : pelaksanaan pengkajian, perencanaan, tindakan,

dan evaluasi pada klien yang mengalami typhoid dengan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

E. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Bangsal Flamboyan RST Dr.Soedjono Magelang

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober sampai 30 Maret.

F. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dengan

wawancara, observasi partisipatif dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Melakukan wawancara atau anamnesa secara langsung dengan

klien tentang keluhan dan penyakitnya meliputi menanyakan identitas,

keluhan, riwayat kesehatan, riwayat tumbuh kembang dan imunisasi,

pengetahuan mengenai penyakit, dan segala informasi mengenai kondisi

kesehatan anak kepada keluarga dan pasien. Kemudian melakukan diskusi

dengan tim medis berhubungan dengan penanganan klien typhoid dengan


62

fokus studi pengelolaan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh di RST dr. Soedjono Magelang

2. Observasi langsung dan pemeriksaan fisik

Melakukan pengamatan langsung pada keadaan klinis klien dan

mencatat hasil tindakan asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh yang diberikan pada klien typhoid dengan

fokus studi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan keadaan fisik klien dengan teknik IPPA

(inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi). Selain itu penulis ikut terlibat

dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak typhoid dengan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh baik tindakan

farmakologi dan nonfarmakologi serta menilai menilai respon pasien

terhadap tindakan dan mencatat hasil tindakan yang diberikan.

4. Studi dokumentasi

Menggunakan berbagai sumber catatan medis serta hasil

pemeriksaan penunjang yang relevan dengan masalah keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada klien typhoid

seperti pemeriksaan darah lengkap. Lab dan uji widal untuk mengetahui

ada tidaknya bakteri Salmonella thypi .

5. Instrumen Penlitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk

mengumpulkan data pada studi kasus ini adalah instrumen pengkajian


63

yang meliputi biodata, riwayat kesehatan, serta pengkajian fokus pada

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Kemudian alat

tulis, alat kesehatan (termometer, timbangan, midline)

G. Cara Pengolahan Data

Penelititian ini pengolahan data secara naratif yaitu bersumber dari

fokus studi dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

H. Analisis dan Penyajian Data

Pengolahan data dimulai dengan mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori lalu di masukkan dalam pembahasan. Teknik

analisis dalam studi kasus ini dilakukan secara deskriptif yang akan disajikan

secara narasi yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah mengacu pada

pengkajian dan pola fungsional gordon, sehingga mempermudah dalam hal

menentukan prioritas masalah sesuai dengan keluhan klien. Lalu menentukan

diagnosa keperawatan dan menyusun rencana keperawatan untuk mengatasi

masalah. Kemudian melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan respon

klien dan mengevaluasi keadaan klien sesuai dengan tujuan yang telah

direncanakan melalui ungkapan verbal dari subjek penelitian yang merupakan

pendukung data.

Analisis data yang dilakukan adalah untuk menilai kesenjangan antara

teori dan respon serta pelaksanaan pada klien typhoid dengan fokus studi

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang telah dipilih

menjadi objek penelitian.


64

I. Etika Penulisan

Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Dalam

penelitian ini mencakup beberapa hal mengenai etika yang ditekankan, yaitu

sebagai berikut :

1. Anonimity (tanpa nama)

Dalam studi kasus ini penulis menggunakan nama inisial klien untuk

menjaga keamanan dan keselamatan klien.

2. Informed Consent (persetujuan menjadi klien)

Bentuk persetujuan untuk menjadi klien dilakukan secara tertulis

sehingga tidak ada dorongan atau paksaan dari orang lain.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Data klien digunakan hanya sebagai studi kasus dalam pengelolaan

klien typhoid. Kerahasiaan informal respon dan dijamin oleh peneliti dan

hanya data-data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang ringkasan hasil dan pembahasan tentang

asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada

An. A dan An. M dengan Typhoid di Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono

Magelang pada tanggal 8 sampai dengan 13 Januari 2018.

A. Hasil Laporan Kasus

Hasil laporan kasus tentang asuhan keperawatan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. A dan An. M dengan Typhoid di

Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang

1. Asuhan Keperawatan Anak Typhoid dengan fokus studi

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh pada An. A di

Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang

a. Biodata Klien (biographic information)

Pengkajian dilakukan pada hari senin tanggal 8 Januari 2018

pukul 14.00 WIB yaitu hari ketiga setelah pasien dirawat, di ruang

Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang dengan hasil data sebagai

berikut, nama An. A usia 5 tahun 2 bulan, jenis kelamin perempuan,

beragama Islam, alamat Wates Prontaan, Wates, Magelang Utara,

Kota Magelang, nomor register 161XXX dengan diagnosa medis

Typhoid.

65
66

Penanggung jawab klien adalah Ibu kandung klien bernama Ny.

U, umur 39 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan

Ibu rumah tangga, alamat Wates Prontaan, Wates, Magelang Utara,

Kota Magelang

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat penyakit klien didapatkan bahwa klien belum pernah

di rawat di rumah sakit sebelumnya ataupun dengan penyakit yang

sama sebelumnya. Keluhan utama klien mual dan muntah ketika

makan, muntah sudah 2 kali disertai tidak nafsu makan. Ibu klien

mengatakan klien mulai mengalami sakit pada 1 minggu yang lalu,

kemudian keluarga membawa klien ke IGD RST dr.Soedjono

Magelang pada hari sabtu 6 Januari 2018 . Di IGD klien dilakukan

pemeriksaan laboratorium dan mendapatkan terapi. Hasil dari

pemeriksaan laboratorium menunjukkan An. A mengalami Typhoid

dengan hasil Serologi tes Widal : Paratyphi AO (+)1/160, Paratyphi

CO (+)1/160 dan Typhi H (+)1/320 kemudian dokter memberikan

terapi infus D5 ½ NS 15 tetes per menit, Injeksi Cefotaxim 3 x 1/3

gram, injeksi anitid 2 x 6,25 mg, syrup Lapifed 3 x 2 ml dan syrup

Ottopan 3 x 5 ml. Setelah mendapatkan terapi An.A di pindahkan ke

ruang Flamboyan (Bangsal Perawatan Anak).

Pengkajian riwayat kesehatan keluarga didapatkan data bahwa

dalam keluarga An. A tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang

sama (Typhoid) dan dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat
67

penyakit Diabetes Mellitus, Hipertensi, penyakit Jantung, TBC,

Hepatitis dan HIV.

Riwayat tumbuh kembang klien didapatkan data berat badan

klien sekarang 12 kg, tinggi badan 100 cm, Lingkar lengan 14 cm,

Lingkar dada 50 cm dan lingkar kepala 40 cm . Ibu klien mengatakan

bahwa An. A sudah mampu merangkak pada usia 6 bulan dan mampu

berjalan sejak usia 12 bulan. Pada usia kurang lebih 10 bulan An. A

sudah mulai dapat berbicara satu kata (bu,pa dll). Sekarang An. A

sudah duduk di TK, dan mampu berinteraksi secara aktif dengan

teman dan keluarga.

Riwayat pola asuh, klien merupakan anak ke-1 dari 2

bersaudara dimana dalam mengasuh orang tua tidak pernah

membeda-bedakan kasih sayang yang diberikan. Menurut orang tua

klien merupakan tipe anak yang aktif dan bersemangat. Klien lebih

banyak diasuh oleh Ibunya sementara ayahnya bekerja untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Riwayat imunisasi didapatkan data bahwa klien sudah

mendapatkan imunisasi lengkap yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, dan

Hepatitis B.

c. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik klien diperoleh data, keadaan umum

pasien tampak lemah, suhu 37,40C, nadi 96 x/menit, pernafasan 26

x/menit.
68

Bentuk kepala klien mesosephal, tidak ada lesi dan benjolan,

rambut bersih, warna hitam lurus, tidak mudah rontok dan tidak ada

ketombe. Pemeriksaan mata didapatkan konjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik, pupil berbentuk bulat, diameter 2 mm dan reflek

cahaya pupil mengecil, pandangan tidak kabur. Pemeriksaan hidung

ditemukan hidung simetris, tidak terdapat sekret, tak ada polip, tidak

terdapat pernafasan cuping hidung. Pemeriksaan mulut klien, mukosa

bibir pucat dan kering, mulut bersih, tidak ada pembengkakan gusi,

tidak terdapat stomatitis, lidah kotor dan putih dibagian tengah serta

kemerahan di bagian ujung dan pinggir. Telinga terlihat bersih,

simetris, tak ada serumen, tidak ada tanda peradangan di telinga atau

mastoid, fungsi pendengaran baik. Leher klien tidak terdapat

pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi.

Pemeriksaan dada pada jantung, saat inspeksi tidak tampak

retraksi dinding dada, perkusi suara jantung terdengar pekak dan

auskultasi terdengar bunyi jantung reguler I- II dan tidak ada suara

jantung tambahan. Pemeriksaan dada pada paru, inspeksi, tidak

terlihat ada retraksi dada, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi

simetris. Palpasi, tidak ada nyeri tekan, fokal fremitus sama antara

bagian kanan dan kiri. Perkusi, terdengar suara sonor pada semua

lapang paru dan auskultasi terdengar suara vasikuler.

Pemeriksaan abdomen, inspeksi, abdomen simetris, tampak

datar, tidak ada jejas di lapang abdomen, auskultasi terdengar bising


69

usus 9 kali per menit. Palpasi, tidak teraba pembesaran pada hati dan

limpa, tidak ada distensi abdomen, turgor kulit kembali kurang dari 2

detik, tidak ada hematoma pada abdomen, tidak ada nyeri tekan pada

abdomen. Perkusi, terdengar suara tympani.

Pemeriksaan pada genetalia didapatkan hasil genetalia bersih,

klien tidak memiliki keluhan terhadap genetalianya.

Pemeriksaan ekstremitas teraba hangat, tidak ada edema pada

kedua ekstremitas, terpasang infus D5 ½ NS pada tangan kanan, klien

dapat membedakan nyeri, sentuhan, dan temperatur. Nilai kekuatan

otot klien di masing-masing ekstremitas adalah 5.

d. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

Pengkajian kebutuhan dasar manusia menggunakan model

pola fungsional Gordon dimana pada manajemen kesehatan, Ibu An.

A mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit maka biasanya

keluarga akan memeriksakannya ke dokter keluarga karena sudah

terbiasa memeriksakan keluarga atau ke Puskesmas, setelah An.A di

periksakan ke dokter keluarga dan tidak sembuh, keluarga langsung

membawa klien ke rumah sakit.

Pengkajian pola nutrisi metabolik An. A, sebelum sakit An. A

makan 3 kali setiap hari dan menghabiskan 1 porsi makanan. Dimana

1 porsi makanan terdiri dari nasi, lauk, sayur dan buah. Makanan

kesukaan klien adalah sayur soup dan ayam goreng. An. A minum

kurang lebih minum 8 gelas belimbing setiap harinya. Saat sakit, An.
70

A makan 3 kali setiap hari. Klien menghabiskan 5 sendok dari porsi

makanan yang diberikan rumah sakit. Dimana 1 porsi makanan terdiri

dari bubur halus, lauk biasa, sayur rendah serat, dan buah. Klien

terkadang makan makanan yang dibeli sendiri seperti makanan kecil

(bisquit) dan minuman. Asupan cairan An. A diperoleh dari cairan per

oral dan per parenteral. Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya minum

kurang lebih 2 gelas / hari dan mendapatkan infus D5 ½ NS 5 tetes

per menit menjadi tambahan asupan cairan untuk An. A. Untuk

pemeriksaan Antropometri didapatkan berat badan klien sebelum

sakit 14 Kg (BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg,

tinggi badan 100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil

pemeriksaan darah di dapatkan WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98 M/uL,

PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign

didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, keadaan rambut

tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering

dan untuk diit yang diberikan yaitu bubur halus.

Pengkajian pola aktivitas klien, sebelum sakit An. A

merupakan siswa TK yang sehari-hari aktivitasnya adalah bersekolah

mulai pukul 07.300- 10.00 WIB dan bermain bersama teman-

temannya. Aktivitas klien saat di rumah yaitu menonton televisi dan

bermain dengan teman-temanya, pada saat sakit An. A tidak dapat

masuk ke sekolah. An. A hanya tidur di tempat tidur dan terpasang

infus sehingga dalam memenuhi kebutuhannya dibantu oleh Ibunya.


71

Pengkajian pola eliminasi, terdapat perubahan dalam pola

BAB dan BAK An.A. Sebelum sakit. An. A BAB 1 kali sehari

dengan warna feces kuning kecoklatan, berbau khas dan konsistensi

lembek, selama dirawat dirumajh sakit klien belum BAB. Ibu An. A

mengatakan sebelum sakit klien BAK 4-5 X/ hari masing-masing

kurang lebih 200 cc, warna kuning jernih dan berbau khas, namun

pada saat sakit An. A BAK 2-4 x per hari dengan warna kuning jernih

dan berbau khas. An. A tidak mengalami nyeri saat BAK.

Pola tidur, pada pengkajian pola tidur klien mengalami

perubahan, saat sakit. An. A biasanya tidur pukul 20.00 - 05.00 WIB

dan jarang tidur siang. Selama sakit An.A kualitas tidurnya terganggu,

lama klien tidur 8-9 jam/hari dan sering terbangun.

Pola hubungan dan peran, klien dapat berinteraksi secara aktif

dengan keluarga, dengan sesama pasien, dengan dokter maupun

perawat.

Pengkajian pola kognitif, persepsi dan sensori, ibu klien

mengatakan anaknya tidak memiliki gangguan panca indera,

kemampuan klien terhadap rangsang baik dan klien tidak mengeluh

nyeri.

Pola koping terhadap stress, keluarga mengetahui tentang

kondisi An. A sekarang namun tidak mengetahui penanganan

terhadap kondisi terutama penurunan nafsu makan yang dialami klien.

Ibu klien mengatakan selama ini jika anaknya mengalami penurunan


72

nafsu makan biasanya akan diberi makanan yang disukainya. Klien

biasanya sering menceritakan masalahnya kepada Ibu dan Ayahnya.

Klien sering bercerita tentang teman - temanya.

Konsep diri klien tampak lemas, klien memiliki harapan untuk

sembuh dan ingin kembali bermain dengan teman-teman sebayanya,

keluarga memiliki usaha untuk melakukan pengobatan.

Pengkajian pola Seksualitas dan Reproduksi didapatkan An. A

berjenis kelamin perempuan.

Pola Nilai, Kepercayaan dan Agama An. A beragama Islam

mengikuti agama orang tuanya dan belum mampu menjalankan sholat

5 waktu secara teratur.

Hasil pemeriksaan darah klien 1 An. A pada tanggal 6 januari

2018 didapatkan : WBC 10,2 K/uL, RBC 3,98 M/uL, PLT 207 K/uL,

HB 10,8 g/dL, HCT 29,4 %. Sedangkan pada pemeriksaan serologi

tes widal menunjukkan hasil : Paratyphi AO (+) 1/160, Paratyphi BO

(+) 1/160, Typhi H (+) 1/320. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

klien mengalami Typhoid.

e. Analisa Data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 8

januari 2018 didapatkan data fokus meliputi data subyektif dan data

obyektif. Data subyektif Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya

mengalami penurunan nafsu makan, mual dan muntah sudah 2 kali.

Data obyektif Nadi : 96 x/menit, RR : 26x/menit, Suhu : 37,6 0C,


73

pemeriksaan Antropometri didapatkan berat badan klien sebelum sakit

14 Kg (BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg, tinggi

badan 100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil

pemeriksaan darah di dapatkan WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98 M/uL,

PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign

didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, keadaan rambut

tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering,

lidah kotor dan putih dibagian tengah serta kemerahan di bagian

ujung dan pinggir, bising usus klien 9 x/menit, keadaan umum klien

lemah dan untuk diit yaitu bubur halus klien menghabiskan 5 sendok

makan. Berdasarkan data fokus tersebut maka muncul diagnosa

keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.

f. Perencanaan

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

An. A dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu tanda-tanda vital

normal, kehilangan berat badan tidak ada, resiko berat badan / tinggi

badan tidak menyimpang dari rentang normal, asupan gizi tidak

menyimpang dari rentang normal, frekuensi dan intensitas mual

muntah tidak ada ,pertumbuhan (anak – anak) tidak menyimpang dari

rentang normal, pengetahuan mengenai makanan sesuai pedoman gizi

baik.
74

Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi

adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki klien,

memonitor nadi, suhu dan status pernafasan, memberikan makanan

dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara

bertahap, berikan arahan (informasi) bila diperlukan, berkolaborasi

dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dri

makanan, dan menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola

menurut resep dan/atau protokol.

g. Pelaksanaan

1) Hari pertama

Tindakan keperawatan dilakukan 3 x 24 jam. Tindakan

pertama kali tanggal 8 Januari 2018 jam 07.00 WIB yaitu

melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan berat

badan An. A dengan hasil, Nadi 96 x/menit, suhu 37 0C, RR 26

x/menit, BB 12 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT 12

, selanjutnya mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi

makanan yang dimiliki klien dengan menanyakan kepada ibu

klien dengan hasil klien tidak memiliki alergi terhadap makanan

dan makanan yang paling disukai adalah ayam goreng. Pukul

08.30 WIB memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

dengan bantuan ibu klien untuk menyuapi klien roti dan snack

yang disediakan rumah sakit, klien mampu menghabiskan 1

potong roti dan minum ½ gelas susu. Pukul 10.30 WIB


75

memberikan informasi mengenai penyakit Typhoid, klien beserta

ibunya dapat mengetahui definisi, penyebab, gejala, dan

penanganan dari penyakit typhoid. Kemudian pada pukul 12.00

WIB membantu menyiapkan makan untuk klien makan siang,

klien menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah sakit dan

minum 1/2 gelas ukuran 200 cc setelah makan. Pukul 08.00 WIB

memberikan terapi injeksi Anitid 2 x 6,25 mg sesuai advis dokter

dengan obat masuk dan tidak terdapat reaksi penolakan serta tidak

terdapat tanda-tanda alergi pada An. A.

2) Hari kedua

Hari kedua tanggal 9 Januari 2018 jam 07.00 WIB

melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan berat

badan An.A dengan hasil nadi 96 x/menit, suhu 37 0C, RR 26

x/menit, BB 12, 3 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT

12,3. Pukul 07.15 WIB memberikan makan pagi porsi dari rumah

sakit klien menghabiskan ½ porsi makan dan minum ½ gelas

belimbing 200 cc. Pukul 09.00 WIB memberikan terapi berupa

Anitid 2 x 6,25 mg sesuai advis dokter dengan obat masuk dan

tidak terdapat reaksi penolakan. Kemudian pukul 09.45 WIB

memberikan makanan tambahan, klien belum bersedia makan

makanan tambahan, kemudian menganjurkan ibu klien untuk

memberikan klien makanan sedikit tapi sering setiap hari


76

3) Hari ketiga

Hari ketiga tanggal 10 Januari 2018 jam 14.00 WIB

melakukan pengukuran tanda tanda vital dan menimbang berat

badan An. A dengan hasil nadi 80 x/menit, suhu 36,8 0C, RR 23

x/menit, BB 12,5 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT

12,5. Pukul 15.00 WIB menganjurkan keluarga untuk memberi

makanan dalam porsi kecil tetapi sering dan klien bersedia makan

snack yang di berikan oleh rumah sakit dengan menghabiskan ½

gelas kacang hijau, selanjutnya pada pukul 17.00 membantu

menyiapkan makan sore porsi dari rumah sakit klien

menghabiskan ½ porsi makan dan minum ½ gelas belimbing.

Pukul 21.00 WIB memberikan terapi berupa Injeksi Anitid 2 x

6,25 mg sesuai advis dokter dengan obat masuk dan tidak terdapat

reaksi penolakan

h. Evaluasi

1) Hari pertama

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 8 januari

2018 didapatkan hasil dari wawancara secara subyektif yang

dilakukan terhadap Ibu klien An. A, Ibu klien mengatakan anaknya

sudah mulai bersedia makan walaupun agak mual. Data obyektif

keadaan umum klien agak lemah, Nadi 96 x/menit, suhu 37 0C, RR

26 x/menit, BB 12 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT

12, klien mampu menghabiskan 1 potong roti dan minum ½ gelas


77

susu, klien menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah sakit dan

minum 1/2 gelas air putih, mukosa bibir agak kering, turgor kulit

baik kembali kurang dari 2 detik, lidah berwarna putih di tengah

dan merah muda di pinggir dan ujung, klien beserta ibunya dapat

mengetahui definisi, penyebab, gejala, dan penanganan dari

penyakit typhoid. Dari hasil pemberian tindakan keperawatan

berarti masalah keperawatan yang dialami An. A teratasi sebagian

dan lanjutkan intervensi.

2) Hari kedua

Tanggal 9 Januari 2018 didapatkan hasil dari wawancara

secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien An. A, Ibu klien

mengatakan anaknya sudah mulai bersedia makan sedikit. Data

obyektif keadaan umum klien agak lemah, Nadi 92 x/menit, suhu

37 0C, RR 25 x/menit, BB 12,3 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida

50 cm, IMT 12,3. klien menghabiskan ½ porsi makan dan minum

½ gelas belimbing 200 cc. Klien belum bersedia makan makanan

tambahan, mukosa bibir agak kering, turgor kulit baik kembali

kurang dari 2 detik, lidah berwarna merah muda. Dari hasil

pemberian tindakan keperawatan berarti masalah keperawatan yang

dialami An. A teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi.

3) Hari ketiga

Tanggal 10 Januari 2018 didapatkan hasil dari wawancara

secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien 1 (An. A), Ibu
78

klien mengatakan anaknya sudah mulai bersedia makan sedikit -

sedikit. Data obyektif keadaan umum klien agak lemah nadi 80


0
x/menit, suhu 36,8 C, RR 23 x/menit, BB 12,5 Kg, TB 100 cm,

Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT 12,5. klien menghabiskan ½ porsi

makan porsi rumah sakit dan minum habis ½ gelas belimbing.

Klien menghabiskan ½ gelas kacang hijau, mukosa bibir klien agak

kering, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah

berwarna merah muda. Dari hasil pemberian tindakan keperawatan

berarti masalah keperawatan yang dialami An. A teratasi sebagian

dan lanjutkan intervensi.

2. Asuhan Keperawatan Anak Typhoid dengan fokus studi

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh pada An. M di

Ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang

a. Biodata Klien (biographic information)

Pengkajian dilakukan pada hari rabu tanggal 10 Januari 2018

pukul 07.00 WIB yaitu hari kedua klien di rawat di rumah sakit di

ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang dengan hasil data

sebagai berikut, nama An. M usia 4 tahun 9 bulan, jenis kelamin laki-

laki, beragama Islam, alamat Kedungsari I no. 288 Magelang Selatan,

nomor register 163XXX dengan diagnosa medis Typhoid.

Penanggung jawab klien adalah Ibu kandung klien bernama

Ny. P, umur 40 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMA,


79

pekerjaan Ibu Rumah Tangga, alamat Kedungsari I no. 288 Magelang

Selatan.

b. Riwayat kesehatan

Keluhan utama klien yaitu mual dan nafsu makan turun.

Riwayat kesehatan sekarang Ibu klien mengatakan nafsu makan klien

turun sudah 1 bulan, kemudian keluarga membawa klien ke Dokter

keluarga akan tetapi sudah 3 kali menjalani pengobatan dan tidak

kunjung sembuh akhirnya keluarga membawa klien ke RST dr.

Soedjono Magelang pada 9 Januari 2018. Klien dilakukan

pemeriksaan laboratorium dan mendapatkan terapi. Hasil dari

pemeriksaan laboratorium menunjukkan An. M mengalami Typhoid

dengan hasil Serologi tes widal Typhi O (+) 1/160, paratyphi AO (+)

1/320, paratyphi BO (+) 1/80, Typhi H (+) 1/640, kemudian dokter

memberikan terapi infus D5 ½ NS 12 tetes per menit, injeksi

ceftriaxon 2 x 500 mg, injeksi ranitidine 2 x 20 mg, syrup sanmol 3 x

1 (200 mg/8 jam), drop Nindya 3 x 1 cc, Lapyfed syrup 3 x 1 sdt,

Apialys syrup 1 x 1 sdt. Setelah mendapatkan terapi An.M di

pindahkan ke ruang Flamboyan (Bangsal Perawatan Anak).

Pada pengkajian di riwayat kesehatan dahulu didapatkan

bahwa An. M belum pernah masuk rumah sakit sebelumnya. Riwayat

tumbuh kembang didapatkan berat badan klien sekarang 16 kg berat

badan sebelumnya 17 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, Lingkar

lengan 16 cm, lingkar dada 56 cm, dan lingkar kepala 43 cm. Ibu
80

klien mengatakan bahwa An. M sudah mampu merangkak pasa usia 7

bulan dan mampu berjalan sejak usia 10 bulan. Pada usia kurang lebih

9 bulan An. M sudah mulai dapat berbicara satu kata (pa,ma), saat ini

klien berusia 4 tahun 9 bulan, belum bersekolah dan mampu

berinteraksi secara aktif dengan teman dan keluarga.

Riwayat pola asuh, klien merupakan anak ke-2 dari 2

bersaudara dimana dalam mengasuh orang tua tidak pernah

membeda-bedakan kasih sayang yang diberikan. Menurut orang tua

klien merupakan tipe anak yang aktif dan bersemangat. Klien lebih

banyak diasuh dan diajar oleh ibunya sementara ayahnya bekerja

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti sandang, pangan dan

papan.

Riwayat imunisasi didapatkan data bahwa klien sudah

mendapatkan imunisasi lengkap yaitu BCG, Campak, Polio, DPT, dan

Hepatitis B.

c. Pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data, keadaan umum pasien

tampak lemah, suhu 37,50C, nadi 110 x/menit, pernafasan 26 x/menit.

Bentuk kepala mesosephal, tidak ada lesi dan benjolan, rambut

bersih, warna hitam dan bergelombang, tidak mudah rontok dan tidak

ada ketombe. Pada mata, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik, palpebrae tidak ada oedema, pupil berbentuk bulat, diameter 2

mm dan reflek cahaya pupil mengecil, pandangan tidak kabur. Hidung


81

simetris, tidak terdapat sekret, tak ada polip, tidak terdapat pernafasan

cuping hidung. Pemeriksaan mulut, mukosa bibir agak pucat dan

kering, mulut bersih, tidak ada pembengkakan gusi, tidak terdapat

stomatitis, lidah kotor dan putih dibagian tengah serta kemerahan di

bagian ujung dan pinggir. Telinga terlihat bersih, simetris, tak ada

serumen, tidak ada tanda peradangan di telinga atau mastoid, fungsi

pendengaran baik. Pemeriksaan leher, tidak terdapat pembesaran

kelenjar tiroid, tidak ada lesi.

Pemeriksaan dada pada jantung, saat inspeksi tidak tampak

retraksi dinding dada, perkusi suara jantung terdengar pekak dan

auskultasi terdengar bunyi jantung I- II, irama teratur. Pemeriksaan

dada pada paru, inspeksi, tidak terlihat ada retraksi dada, gerakan

dada saat inspirasi dan ekspirasi simetris. Palpasi, tidak ada nyeri

tekan, fokal fremitus sama antara bagian kanan dan kiri. Perkusi,

terdengar suara sonor pada semua lapang paru dan auskultasi

terdengar suara vasikuler.

Pemeriksaan abdomen, inspeksi, abdomen simetris, tampak

datar, tidak ada jejas di lapang abdomen, auskultasi, terdengar bising

usus 13 kali per menit. Palpasi, tidak teraba pembesaran pada hati dan

limpa, nyeri tekan pada perut, tidak ada distensi abdomen, tidak ada

hematoma pada abdomen, turgor kulit baik kembali kurang dari 2

detik. Perkusi, terdengar suara tympani.


82

Pemeriksaan pada genetalia An. M berjenis kelamin laki-laki,

genetalia bersih, sedangkan pada pemeriksaan ekstremitas teraba

hangat, tidak ada edema pada kedua ekstremitas, klien terpasang infus

D5 ½ NS 12 tetes per menit pada tangan kiri, tidak ada nyeri tekan,

klien dapat membedakan nyeri, sentuhan, dan temperatur, skor nilai

kekuatan otot di masing-masing ekstremitas adalah 5.

d. Pengkajian pola fungsional Gordon

Pengkajian kebutuhan dasar manusia menggunakan model

pola fungsional Gordon, pada manajemen kesehatan Ibu klien

mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit maka biasanya

keluarga akan memeriksakannya ke dokter keluarga, puskesmas atau

pelayanan kesehatan terdekat. Ibu klien mengatakan bahwa An.M

telah 3 kali di periksakan pada Dokter keluarga dan tidak sembuh,

keluarga langsung membawa An.M ke rumah sakit.

Pengkajian pola nutrisi dan cairan anak, sebelum sakit An. M

makan 3 kali setiap hari dan mengahabiskan 1 porsi makanan di

tambah jajanan. Dimana 1 porsi makanan terdiri dari nasi, lauk, sayur

dan buah. Makanan kesukaan klien adalah sayur bayam. An. M

minum kurang lebih minum 7-8 gelas belimbing setiap harinya. Saat

sakit, An.M makan 2-3 suap setiap porsi yang dihadangkan, 1 porsi

makanan terdiri dari bubur, lauk biasa, sayur rendah serat, dan buah

Klien makan sedikit karena merasakan makanan yang dimakannya

terasa tidak enak. Asupan cairan An. M diperoleh dari cairan per oral
83

dan per parenteral. Ibu An. M mengatakan bahwa anaknya lebih

banyak minum susu dari pada makan, setiap hari klien dapat

menghabiskan minuman sekitar 3-4 gelas susu / hari dan klien juga

mendapatkan infus D5 ½ NS 12 tetes per menit. Pemeriksaan

Antropometri didapatkan berat badan klien sebelum sakit 17 Kg dan

berat badan selama sakit 16 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm,

Lingkar lengan 16 cm, lingkar dada 56 cm dan IMT 17,7 . Hasil

pemeriksaan darah didapatkan : WBC 12,2 K/uL, RBC 4,04 M/uL,

PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %, hasil. Clinical sign

didapatkan turgor kulit baik kembali segera kurang dari 2 detik,

keadaan rambut tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis,

mukosa bibir kering dan agak pucat dan untuk diit yang diberikan

yaitu bubur halus.

Pengkajian pola aktivitas, sebelum sakit An. M di asuh oleh

ibunya dan sering bermain bersama teman-temannya. Aktivitas klien

selama di rumah yaitu menonton televisi, bermain dengan teman serta

kakaknya setelah pulang sekolah, pada saat sakit An. M tidak dapat

beraktivitas secara leluarsa seperti biasanya. An. M hanya berbaring

di tempat tidur di temani ibunya, terkadang kakaknya menjenguk

setelah pulang sekolah, klien hanya beraktivitas di tempat tidur dan

terpasang infus D5 ½ NS 12 tetes per menit pada tangan kiri

sehingga dalam memenuhi kebutuhannya seperti ke kamar mandi dan

makan dibantu oleh Ibunya.


84

Pengkajian pola eliminasi, pola BAB An. M sebelum sakit

klien BAB 1 kali sehari dengan warna feces kuning kecokelatan,

berbau khas dan konsentrasi agak keraas, saat sakit. An. M BAB 2

hari sekali dengan warna feces kuning kecoklatan, berbau khas dan

konsistensi lembek. Ibu An. M mengatakan klien sebelum sakit BAK

4-5 X/ hari masing-masing kurang lebih 200 cc, warna kuning jernih

dan berbau khas. Pada saat sakit An. M BAK 3-4 kali per hari

masing-masing kurang lebih 200 cc dengan warna kuning jernih dan

berbau khas. An. M tidak mengalami nyeri saat BAK.

Pola tidur, pada pola tidur klien mengalami perubahan pola

tidur. Sebelum sakit An. M biasanya tidur pukul 20.30- 05.00 WIB

dan kadang An. M tidur siang, namun saat sakit An. M kualitas

tidurnya terganggu klien sering terbangun saat tidur, klien tidur

kurang lebih 9-10 jam perhari.

Pola hubungan dan peran, klien dapat berinteraksi secara aktif

dengan keluarga, sesama pasien, dokter maupun perawat. Hubungan

klien paling dekat dengan ibu dan kakak klien.

Pengkajian pola kognitif, persepsi dan sensori klien tidak

memiliki gangguan panca indera, kemampuan klien terhadap

rangsang baik dan klien tidak mengeluh nyeri.

Pola koping terhadap stress, keluarga mengetahui tentang

kondisi An. M sekarang namun tidak mengetahui penanganan

terhadap kondisi terutama penurunan nafsu makan yang dialami An.


85

M, saat merasakan sakit biasanya An. M menangis dan gelisah, klien

sering bercerita dan bermain dengan kakaknya.

Konsep diri klien tampak lemas, klien memiliki harapan ingin

sembuh dan keluarga memiliki usaha untuk melakukan pengobatan,

klien dapat berinteraksi dengan keluarga dan lingkungan sekitar, klien

mengetahui perannya sebagai anak.

Pengkajian pola Seksualitas dan Reproduksi, An. M berjenis

kelamin laki-laki, klien tidak mmiliki keluhan pada genetalianya.

Pola Nilai, Kepercayaan dan Agama An. M beragama Islam

mengikuti agama orang tuanya dan belum mampu menjalankan sholat

5 waktu secara teratur.

Pemeriksaan penunjang menggunakan pemeriksaan

laboratorium hematologi di dapatkan hasil : WBC 12,2 K/uL, RBC

4,04 M/uL, PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %, hasil Uji

widal ditemukan : Typhi O (+) 1/160, Paratyphi AO (+) 1/320,

Paratyphi BO (+) 1/80, Typhi H (+) 1/640 (H). Hasil tersebut

menunjukkan bahwa klien mengalami Typhoid.

e. Analisa data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 10

januari 2018 didapatkan data fokus meliputi data subyektif dan data

obyektif. Data subyektif Ibu An. M mengatakan nafsu makan anaknya

menurun sudah 1 bulan karena mual dan perasaan tidak enak pada

makanan. Data obyektif, nadi : 90 x/menit, RR : 25 x/menit, BB : 16


86

kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, Lingkar lengan 16 cm, lingkar

dada 56 cm dan IMT 17,7, clinical sign keadaan umum lemah, lidah

kotor dengan warna putih ditengah dan kemerahan di ujung dan

pinggir lidah, mukosa bibir kering dan agak pucat, turgor kulit baik

kembali kurang dari 2 detik, bising usus klien 13 x.menit, hasil

pemeriksaan darah didapatkan : WBC 12,2 K/uL, RBC 4,04 M/uL,

PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %, Diit klien bubur halus,

An.M makan 2-3 suap setiap porsi yang dihadangkan, Ibu An. M

mengatakan bahwa anaknya lebih banyak minum susu dari pada

makan. Berdasarkan data fokus tersebut maka muncul diagnosa

keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.

f. Perencanaan

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh An. A dapat teratasi dengan kriteria hasil yaitu tanda-tanda

vital normal, kehilangan berat badan tidak ada, resiko berat badan /

tinggi badan tidak menyimpang dari rentang normal, asupan gizi tidak

menyimpang dari rentang normal, frekuensi dan intensitas mual

muntah tidak ada ,pertumbuhan (anak – anak) tidak menyimpang dari

rentang normal, pengetahuan mengenai makanan sesuai pedoman gizi

baik.
87

Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi

adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki klien,

memonitor nadi, suhu dan status pernafasan, memberikan makanan

dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara

bertahap, berikan arahan (informasi) bila diperlukan, berkolaborasi

dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dri

makanan, dan menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola

menurut resep dan/atau protokol.

g. Pelaksanaan

1) Hari pertama

Tindakan keperawatan dilakukan 3 x 24 jam. Tindakan

pertama kali tanggal 10 Januari 2018 pukul 07.00 WIB yaitu

melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan berat

badan An. M dengan hasil, nadi 110 x/menit, suhu 37,50C, RR 26

x/menit, BB 16 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT

17,7, selanjutnya mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi

makanan yang dimiliki klien dengan menanyakan kepada ibu

klien dengan hasil klien tidak memiliki alergi terhadap makanan

dan klien sangat suka minum susu. Pukul 09.30 WIB memberikan

makanan dalam porsi kecil tapi sering dengan bantuan ibu klien

untuk menyuapi klien roti yang disediakan rumah sakit serta susu

untuk klien, klien bersedia menghabiskan 1 potong roti dan

minum ½ gelas susu. Kemudian pada pukul 11.30 WIB


88

membantu menyiapkan makan untuk klien dengan respon klien

mau makan dan menghabiskan 3 sendok makan porsi rumah sakit

dan minum ½ gelas air putih setelah makan dan ½ gelas susu.

Pada pukul 09.30 WIB memberikan informasi mengenai penyakit

Typhoid dan klien beserta ibunya dapat mengetahui definisi,

penyebab, tanda dan gejala serta penanganan dari penyakit

typhoid. Pada pukul 07.30 memberikan terapi injeksi Ranitidine 2

x 20 mg dan syrup Apialis 1 x 1 sdt sehari sesuai advis dokter

dengan obat masuk dan tidak terdapat reaksi penolakan.

2) Hari kedua

Hari kedua tanggal 11 Januari 2018 pukul 07.00 WIB yaitu

melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan berat

badan An. M dengan hasil, nadi 84 x/menit, suhu 37,40C, RR 25

x/menit, BB 16 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT

17,7. Pukul 09.30 WIB memberikan makanan dalam porsi kecil

tapi sering dengan bantuan ibu klien untuk memberikan klien

biskuit serta susu untuk klien, klien bersedia menghabiskan 4

biskuit dan minum ½ gelas susu. Kemudian pada pukul 11.00

WIB membantu menyiapkan makan untuk klien dengan respon

klien mau makan dan menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah

sakit dan minum ½ gelas setelah makan dan menghabiskan ½

gelas susu. Pada pukul 07.15 memberikan terapi injeksi

Ranitidine 2 x 20 mg dan memberikan syrup Apialis 1 x 1 sdt


89

sehari sesuai advis dokter dengan obat masuk dan tidak terdapat

reaksi penolakan.

3) Hari ketiga

Hari ketiga tanggal 12 Januari 2018 pukul 14.00 WIB

yaitu melakukan pengukuran tanda tanda vital dan penimbangan

berat badan An. M dengan hasil, nadi 82 x/menit, suhu 37 0C, RR

24 x/menit, BB 16,5 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan

IMT 18,2. Pukul 15.00 WIB memberikan makanan dalam porsi

kecil tapi sering dengan bantuan ibu klien untuk memberikan

klien biskuit serta susu untuk klien, klien bersedia menghabiskan

4 biskuit dan minum ½ gelas susu. Kemudian pada pukul 17.00

WIB membantu menyiapkan makan untuk klien dengan respon

klien mau makan dan menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah

sakit dan minum ½ gelas setelah makan dan menghabiskan ½

gelas susu. Pada pukul 21.00 memberikan terapi injeksi

Ranitidine 2 x 20 mg sesuai advis dokter dengan obat masuk dan

tidak terdapat reaksi penolakan.

h. Evaluasi

1) Hari pertama

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 10 Januari

2018 didapatkan hasil dari wawancara secara subyektif yang

dilakukan terhadap Ibu klien An. M, Ibu klien mengatakan anaknya

susah makan, nafsu makan menurun. Data obyektif keadaan umum


90

lemah, nadi 110 x/menit, suhu 37,50C, RR 26 x/menit, BB 16 kg

(BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT 17,7, klien bersedia

menghabiskan 1 potong roti dan minum ½ gelas susu, saat makan

klien menghabiskan 3 sendok makan porsi rumah sakit dan minum

½ gelas air putih setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak

lembab, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah

berwarna putih di tengah dan merah di pinggir serta ujung lidah.

Dari hasil pemberian tindakan keperawatan berarti masalah

keperawatan yang dialami An. M teratasi sebagian dan lanjutkan

intervensi.

2) Hari kedua

Hari kedua tanggal 11 Januari 2018 didapatkan hasil dari

wawancara secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien An.

M, Ibu klien mengatakan nafsu makan klien mulai membaik nadi

84 x/menit, suhu 37,40C, RR 25 x/menit, BB 16 kg (BBI : 17,8 kg),

tinggi badan 95 cm, dan IMT 17,7, klien bersedia menghabiskan 4

biskuit dan minum ½ gelas susu, saat makan klien menghabiskan 5

sendok makan porsi rumah sakit dan minum ½ gelas air putih

setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak lembab, turgor

kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah berwarna putih di

tengah dan merah di pinggir serta ujung lidah. Dari hasil pemberian

tindakan keperawatan berarti masalah keperawatan yang dialami

An. M teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi.


91

3) Hari ketiga

Hari kedua tanggal 12 Januari 2018 didapatkan hasil dari

wawancara secara subyektif yang dilakukan terhadap Ibu klien An.

M, Ibu klien mengatakan nafsu makan klien mulai membaik, nadi

82 x/menit, suhu 37 0C, RR 24 x/menit, BB 16,5 kg (BBI : 17,8

kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT 18,2, klien bersedia

menghabiskan 4 biskuit dan minum ½ gelas susu, saat makan klien

menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah sakit dan minum ½

gelas air putih setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak

lembab, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah

berwarna merah muda. Dari hasil pemberian tindakan keperawatan

berarti masalah keperawatan yang dialami An. M teratasi sebagian

dan lanjutkan intervensi.

B. Pembahasan

Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan Typhoid pada An.

A dan An. M dengan fokus studi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh di bangsal Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang dari

pengkajian hingga evaluasi mulai tanggal 8 Januari 2018 sampai dengan

13 Januari 2018.

Penulis memperoleh data pengkajian dari hasil wawancara dengan

klien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik, dan kolaborasi dengan

laboratorium dalam melakukan pemeriksaan penunjang.


92

1. Pengkajian

Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran cerna, dengan gejala kurang lebih 1 minggu, ganguuan pada

pencernaan, dan gangguan kesadaran (Sodikin, 2011). Diagnosa

Typhoid dapat ditegakkan karena sesuai dengan manifestasi klinis

yaitu demam lebih dari 1 minggu dengan karakteristik demam naik

pada sore sampai malam hari dan menurun pada pagi hari, lidah

tertutup selalput putih kotor (coated tongue), bibir kering dan pecah-

pecah, dan mual. (Suriadi, 2010)

Dokter menegakkan diagnose medis Typhoid karena saat

dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif dari klien 1 (An. A)

dan klien 2 (An. M) . Data dari klien 1 (An. A) data subjektif yaitu ibu

klien mengatakan nafsu makan turun, mual dan muntah sudah 2 kali,

data objektif klien 1 (An. A) menunjukan, klien 1 (An. A)

Antropometri : Berat badan sebelum sakit adalah 14 kg, berat badan

ideal adalah 18,4 kg dan berat badan selama sakit adalah 12 kg, tinggi

badan klien adalah 100 cm. Biokikimia : WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98

M/uL, PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign

didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, keadaan rambut

tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering,

lidah kotor dan putih dibagian tengah serta kemerahan di bagian ujung

dan pinggir, bising usus klien 9 x/menit, dan keadaan umum klien

lemah. Diit klien 1 (An. A) yaitu sebelum masuk rumah sakit klien
93

makan 3 kli sehari dengan menu seimbang, selama sakit diit klien

adalah bubur halus dan klien tidak pernah menghabiskan porsi diet

yang diberikan. Data yang didapat dari klien 2 (An. M) data subjektif

yaitu ibu klien mengatakan mual dan nafsu makan turun sudah 1

bulan, data objektif klien 2 (An. M) menunjukan, klien 2 (An. M)

Antropometri : Berat badan sebelum sakit adalah 17 kg, berat badan

ideal adalah 17,8 kg dan berat badan selama sakit adalah 16 kg, tinggi

badan klien adalah 95 cm. Biokikimia : WBC 12,2 K/uL, RBC 4,04

M/uL, PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %. Hasil Clinical sign

didapatkan turgor kulit baik kembali segera kurang dari 2 detik,

keadaan rambut tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis,

mukosa bibir kering dan agak pucat, lidah kotor dan putih dibagian

tengah serta kemerahan di bagian ujung dan pinggir. Diit yang

diberikan yaitu bubur halus dan klien tidak pernah menghabiskan

porsi diet yang diberikan. Pemeriksaan laboratorium pada klien 1 hasil

uji widal didapatkan S Typhi H (+) 1/320 dan klien 2 didapatkan S

Typhi O (+) 1/160 dan S Typhi H (+) 1/640, hal ini sesuai dengan

teori bahwa untuk membuat diagnose, pemeriksaan yang diperlukan

ialah hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis

Typhoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan

terinfeksi bakteri ini. (Djoko Widodo ,2014). Marni (2016) juga

menjelaskan bahwa gejala penyakit Typhoid diantaranya gangguan

saluran pencernaan meliputi : mual, muntah, dan anoreksia. Hal ini


94

terjadi karena makanan yang bercampur bakteri telah masuk ke dalam

usus halus melalui pembuluh limfe yang akhirnya timbul nekrosis

serta peradangan sehingga timbul demam, perasaan tidak nafsu

makan, mual, dan terkadang disertai muntah.

Tanggal 8 dan 10 Januari 2018 saat dilakukan pengkajian

didapatkan data klien 1 (klien 1) dan klien 2 (An. M) yaitu suka

bermain dengan teman sebayanya dan sering jajan makanan

sembarangan. Ridha (2014) menjelaskan bahwa anak usia pra sekolah

adalah anak dengan usia 4-5 tahun yang dimulai dengan mampu

menggunakan alat – alat sederhana, mampu menggambar, menulis

angka, huruf dan menulis kata kata, pada usia ini anak cenderung

sering berkumpul dengan teman sebaya dan mengurangi intensitas

bermain sendiri, anak juga mengalami peningkatan dalam

berinteraksi sosial selama bermain dan siap untuk menggunakan lata-

alat bermain. Pada anak usia pra sekolah,anak mengalami

pertumbuhan fisik yang cepat dan mengalami peningkatan yang lebih

cepat yaitu berat badan meningkat 2,5 kg/tahun dan tinggi badan

meningkat 6,75-7,5 cm/tahun. Berdasarkan hasil pemeriksaan

laboratorium juga didapatkan hasil serologi tes Widal klien 1 (An. A)

yaitu Paratyphi AO (+) 1/160, Paratyphi CO (+) 1/160, Typhi H (+)

1/320 dan hasil serologi tes Widal klien 2 yaitu lTyphi O (+) 1/160,

Paratyphi AO (+) 1/320, Paratyphi BO (+) 1/80, Typhi H (+) 1/640

menunjukkan bahwa di dalam tubuh klien 1 (An. A) dan klien 2 (An.


95

M) positif terdapat bakteri Salmonella typhi. Typhoid adalah suatu

penyakit yang biasa menyerang anak usia sekolah atau prasekolah,

disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella Thypi pada usus kecil dan

aliran darah. Bakteri ini tercampur didalam air yang kotor atau

makanan yang terinfeksi. Bakteri tersebut akan masuk ke dalam

saluran pencernaan makanan melalui mulut menuju lambung yang

sebagian akan dimusnahkan oleh asam lambung sedangkan sebagian

lainya akan masuk ke usus halus, jaringan limfoid dan berkembang

biak, kemudian bakteri tersebut masuk ke aliran darah. (Ridha N,

2017).

2. Diagnosa Keperawatan

Fokus diagnose keperawatan : Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan

makan. Namun penulis melakukan pembenaran terhadap fokus

diagnose keperawatan kedua klien, pembenaran utamanya dilakukan

pada etiologi. Etiologi dilakukan perubahan karena pada klien dengan

Typhoid menurut Marni (2016) kuman Salmonella typhosa masuk ke

saluran pencernaan, khususnya usus halus bersama makanan, melalui

pembuluh limfe, kuman ini masuk atau menginvasi jaringan limfoid

mesenterika, kuman yang berada pada jaringan limfoid tersebut masuk

ke peredaran darah menuju hati dan limfa, kuman tersebut keluar dari

hati dan limfa kemudian kembali ke usus halus dan kuman

mengeluarkan endotoksin yang dapat menyebabkan reinfeksi di usus


96

halus. Hal ini menyebabkan gangguan metabolisme akibat

terganggunya fungsi usus halus dalam mengabsorbsi makanan dan

mengakibatkan perubahan nutrisi.

Sehingga setelah dilakukan pembenaran, fokus diagnose

keperawatan menjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorpsi

nutrien ditandai dengan klien 1 (An. A) yaitu ibu klien mengatakan

klien 1 (An. A) nafsu makan klien turun, mual dan muntah sudah 2

kali, klien 1 (An. A) mengalami penuruan berat badan, berat badan

sebelum sakit adalah 14 kg, berat badan ideal adalah 18,4 kg dan berat

badan selama sakit adalah 12 kg, selama sakit diit klien adalah bubur

halus dan klien tidak pernah menghabiskan porsi diet yang diberikan.

Sedangkan data yang diperoleh pada klien 2 (An. M) yaitu ibu klien

mengatakan klien mual dan nafsu makan turun sudah 1 bulan, klien 2

(An. M) mengalami penurunan berat badan dengan ditandai berat

badan sebelum sakit adalah 17 kg, berat badan ideal adalah 17,8 kg

dan berat badan selama sakit adalah 16 kg, selama sakit dit yang

diberikan yaitu bubur halus dan klien tidak pernah menghabiskan

porsi diet yang diberikan.

3. Tujuan asuhan keperawatan

Tujuan asuhan keperawatan pada klien 1 dan 2 adalah setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi


97

dengan kriteria hasil yaitu tanda-tanda vital normal, kehilangan berat

badan tidak ada, resiko berat badan / tinggi badan tidak menyimpang

dari rentang normal, asupan gizi tidak menyimpang dari rentang

normal, frekuensi dan intensitas mual muntah tidak ada ,pertumbuhan

(anak – anak) tidak menyimpang dari rentang normal, pengetahuan

mengenai makanan sesuai pedoman gizi baik. (NOC, 2016).

4. Intervensi

Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk klien 1 dan 2

yaitu identifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki

klien, monitor nadi, suhu dan status pernafasan, memberikan makanan

dalam porsi kecil dan lebih sering serta tingkatkan porsi secara

bertahap, berikan arahan (informasi) bila diperlukan, kolaborasi

dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dri

makanan, dan yang terakhir tentukan obat apa yang diperlukan dan

kelola menurut resep dan/atau protokol. (NIC , 2016).

5. Implementasi

Penyelesaian masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh dengan rencana keperawatan yang telah di

implementasikan kepada klien yaitu identifikasi adanya alergi atau

intoleransi terhadap makanan yang dimiliki klien dengan hasil klien 1

dan klien 2 tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun,

intoleransi makanan dari klien 1 (An. A) adalah ibu klien mengatakan

klien 1 mengeluh mual, kurang nafsu makan, diit klien adalah bubur
98

halus, klien hanya menghabiskan 5 sendok makan dari makanan yang

diberikan rumah sakit sedangkan klien 2 (An. M) ibu klien

mengatakan bahwa klien mengalami penurunan nafsu makan sudah 1

bulan dan mual ketika makan, diit klien bubur halus dan hanya

mengahaniskan 3 sendok makan dari makanan yang diberikan rumah

sakit. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Desi Wulandari & Meira

Irawati (2016) yang menyatakan gangguan pencernaan pada

penderita Typhoid ditandai dengan adanya mual, muntah, anoreksia

serta penurunan berat badan.

Memonitor Nadi, Suhu dan status pernafasan (tanda-tanda

vital) dengan hasil dari klien 1 (An. A) nadi 80 x/menit, suhu 36,8 0C,

RR 23 x/menit, BB 12,5 Kg, TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm,

IMT 12,5 dan klien 2 (An. M) dengan hasil nadi 82 x/menit, suhu 37
0
C, RR 24 x/menit, BB 16,5 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm,

dan IMT 18,2. Dalam buku yang ditulis Swann dan England (2012)

disampaikan bahwa Nadi, Respirasi dan Temperatur merupakan tolak

ukur dari keadaan umum pasien, disamping itu juga penimbangan

berat badan bertujuan untuk mengetahui adanya penurunan berat

badan karena ketidakmampuan mengabsorpsi makanan, sehingga

dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang di butuhkan dari masing masing

klien.

Tindakan berikutnya yaitu menganjurkan klien untuk makan

sedikit tapi sering untuk meningkatkan pemasukan peroral. Klien 1


99

bersedia makan makanan kecil yang disajikan rumah sakit dan

menghabiskan 1 potong roti dan ½ gelas Bubur kacang hijau,

sedangkan klien 2 hanya makan bubur kacang hijau dan

menghabiskan ½ gelas, akan tetapi klien 2 bersedia minum susu yang

di sajikan oleh ibunya dan menghabiskan 1 gelas belimbing 200 cc

Tujuan dari tindakan ini adalah menurunkan kelemahan dan

meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster. (Doengoes,

Moorhouse dan Geissler , 2000)

Memberikan informasi mengenai tentang penyakit typhoid

yang bertujuan menambah pengetahuan tentang penyakit dan

mencegah penularan penyakit typhoid. Respon masing - masing dari

keluarga dan klien adalah paham tentang informasi mengenai penyakit

typhoid. Menurut Djoko Widodo (2009) Typhoid merupakan penyakit

endemik di Indonesia. Penyakit ini mudah menular dan dapat

menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.

Sehingga klien diberikan informasi mengenai penyakit typhoid supaya

penyakit typhoid tidak menular, terutama pada orang terdekat klien.

Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi klien

dengan membantu menyiapkan makanan yang di tujukan untuk klien

1 dan klien 2 yaitu bubur halus.Klien 1 bersedia menghabiskan ½

porsi, porsi rumah sakit sedangkan klie 2 hanya mampu menghabiskan

5 sendok makan. Dewi dan Meira (2016) menjelaskan bahwa

makanan yang kurang akan menurunukan keadaan umum dan gizi


100

penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi

lama. Pemberian diit bubur halus ditujukan untuk menghindari

komplikasi perdarahan saluran cerna atau perporasi usus pada

penderita Typhoid. (Morton dan England, 2013)

Tindakan terakhir adalah memberikan Anitid 2x 6,25 mg pada

klien 1 dan pada klien 2 diberikan Ranitidine 2 x 20 mg ditambah

Apialys syrup 1 x 1 sdt, masing masing obat yang diberikan kepada

klien sesuai advis dokter dengan respon obat masuk dan tidak

terdapat reaksi penolakan. Injeksi ranitidine 2 x 20 mg sama kegunaan

seperti anitid 2 x 6,25 mg. Ranitidine dan Anitid merupakan jenis obat

yang sama, tujuan dari diberikannya Ranitidin karena obat ini mampu

mereduksi lebih dari 90% dalam basal, rangsangan makanan, dan

sekresi nokturnal asam lambung. (Katzung, 2011). Ranitidin adalah

obat tukak lambung, tukak duodenum atau kondisi lain dimana

pengurangan asam lambung akan bermanfaat. Dosis yang diberikan

untuk anak 2-4 mg/kg bb 2 kali sehari. (Thamrin dkk, 2008). Syrup

Apialys diberikan kepada klien 2 bertujuan untuk menambah nafsu

makan dan memenuhi kebutuhan vitamin pada anak, dosis yang

diberikan pada anak usia diatas 2 tahun : 1 sendok teh (5 ml) sekali

sehari. (farmasi-id.com)

6. Evaluasi

Evaluasi pada klien 1 (An. A) tanggal 10 januari 2018 dan

klien 2 (An. M) tanggal 13 januari 2018 didapatkan hasil klien 1 (An.


101

A) data subjektif : Ibu klien mengatakan anaknya sudah mulai

bersedia makan sedikit - sedikit. Data obyektif keadaan umum klien

agak lemah nadi 80 x/menit, suhu 36,8 0C, RR 23 x/menit, BB 12,5kg

(BBI : 18,4 kg), TB 100 cm, Lila 14 cm, Lida 50 cm, IMT 12,5. klien

menghabiskan ½ porsi makan porsi rumah sakit dan minum habis ½

gelas belimbing. Klien menghabiskan ½ gelas kacang hijau,mukosa

bibir klien agak kering, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik,

lidah berwarna merah muda. Hasil dari klien 2 ditemukan (An. M)

data subyektif : Ibu klien mengatakan nafsu makan klien mulai

membaik, nadi 82 x/menit, suhu 370C, RR 24 x/menit, BB 16,5 kg

(BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95 cm, dan IMT 18,2, klien bersedia

menghabiskan 4 biskuit dan minum ½ gelas susu, saat makan klien

menghabiskan 5 sendok makan porsi rumah sakit dan minum ½ gelas

air putih dan setelah makan ½ gelas susu, mukosa bibir agak lembab,

turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, lidah berwarna merah

muda.

Data yang telah didapatkan menunjukan bahwa masalah

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dari klien 1

(An. A) dan klien 2 (An. M) teratasi sebagian ditandai dengan berat

badan menyimpang dari rentang normal yang ditemukan pada klien 1

(An. A) berat badan sekarang 12,5 kg (BBI : 18,4 kg), dan klien 2

(An. M) berat badan sekarang 16,5 kg (BBI : 17,8 kg), selanjutnya

asupan gizi menyimpang dari rentang normal (NOC, 2015), dengan


102

bukti masing – masing klien tidak pernah menghabiskan porsi makan

yang diberikan rumah sakit dan masing – masing klien mengeluh

kurang nafsu makan. Kurangnya asupan makanan pada klien

menandakan kurangnya asupan gizi yang masuk ke dalam tubuh klien,

hal ini dijelaskan oleh Almatsier (2010) bahwa pangan atau makanan

merupakan salah satu sumber kebutuhan pokok yang dibutuhkan

tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-

zat gizi.

Tindakan intervensi selanjutnya yaitu identifikasi adanya alergi

atau intoleransi makanan yang dimiliki klien, monitor nadi, suhu dan

status pernafasan,berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering

serta tingkatkan porsi secara bertahap, berikan arahan (informasi) bila

diperlukan, kolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan

asupan energi dari makanan, dan tentukan obat apa yang diperlukan

dan kelola menurut resep dan/atau protokol. (NIC, 2015)

C. Analisa

Hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3 x 24

jam dengan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutris kurang dari

kebutuhan tubuh pada klien 1 dan klien 2. Hasil yang dadapatkan dari

klien 1 selama tindakan keperawatan dilakukan yaitu klien 1 kooperatif

dan didukung oleh keluarga klien yang selalu antusias melakukan anjuran

dari perawat. Kemudian pada klien 2 selama dilakukan tindakan

keperawatan yaitu respon klien 2 kooperatif dan dengan dibantu keluarga


103

klien untuk melakukan anjuran dari perawat. Hasil tindakan keperawatan

yang diberikan pada klien 1 dan klien 2 sebagian sudah teratasi dan

sebagian yang lainya belum teratasi sesuai dengan kriteria hasil yang

diharapkan, maka masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh teratasi sebagian dan perlu dilanjutkan intervensi.

D. Keterbatasan

Kegiatan penyusunan karya tulis ilmiah ini terdapat beberapa

keterbatasan dalam pelaksanaanya. Keterbatasan yang dialami penulis

adalah waktu yang kurang mencukupi, diamana penelitian mengacu pada

klien kelompok umur sama, karena dalam 7 hari di rumah sakit belum

tentu mendapatkan klien dengan diagnose typhoid dan masuk dalam

kelompok umur yang sama, keterbatasan waktu juga menjadikan peneliti

tidak mampu melaksanakan rencana keperawatan hingga teratasi masalah

keperawatanya. Peneliti juga tidak melakukan discharge planning dimana

tindakan ini bertujuan untuk mencapai tingkat kesehatan klien yang

optimal agar klien tidak mengalami kekambuhan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sesuai dengan asuhan keperawatan dengan typhoid yang penulis telah

lakukan pada An. A dan An. M di ruang Flamboyan RST dr. Soedjono

Magelang pada tanggal 8 sampai dengan 13 Januari 2018 dapat disimpulan

sebagai berikut :

1. Pengkajian

Data pengkajian klien 1 yaitu An. A pada tanggal 8 Januari

2018 pukul 14.00 di ruang Flamboyan RST dr. Soedjono Magelang

data subjektif klien 1 (An. A) Ibu An. A mengatakan bahwa bahwa

anaknya mengalami penurunan nafsu makan, mual dan muntah sudah

2 kali. Data obyektif Nadi : 96 x/menit, RR : 26 x/menit, Suhu : 37,6


0
C, pemeriksaan Antropometri didapatkan berat badan klien sebelum

sakit 14 Kg (BBI = 18,4 Kg) dan berat badan selama sakit 12 kg,

tinggi badan 100 cm, LILA 14 cm, LIDA 50 cm dan IMT 12. Hasil

pemeriksaan darah di dapatkan WBC 10,2 k/uL, RBC 3,98 M/uL,

PLT 207 k/uL, HB 10,2 g/dl dan HCT 29.4 %. Clinical sign

didapatkan turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, keadaan rambut

tidak mudah rontok, konjungtiva tidak anemis, mukosa bibir kering,

lidah kotor dan putih dibagian tengah serta kemerahan di bagian

ujung dan pinggir, bising usus klien 9 x/menit, keadaan umum klien

104
105

lemah dan untuk diit yaitu bubur halus klien menghabiskan 5 sendok

makan. Tanggal 10 Januari 2018 juga dilakukan pengkajian pada

klien 2 (An. M) didapatkan hasil data subyektif Ibu An. M

mengatakan nafsu makan anaknya menurun sudah 1 bulan karena

mual dan perasaan tidak enak pada makanan. Data obyektif, nadi: 110

x/menit, RR : 26 x/menit, BB : 16 kg (BBI : 17,8 kg), tinggi badan 95

cm, Lingkar lengan 16 cm, lingkar dada 56 cm dan IMT 17,7, clinical

sign keadaan umum lemah, lidah kotor dengan warna putih ditengah

dan kemerahan di ujung dan pinggir lidah, mukosa bibir kering dan

agak pucat, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik, bising usus

klien 13 x.menit, hasil pemeriksaan darah didapatkan : WBC 12,2

K/uL, RBC 4,04 M/uL, PLT 302 K/uL, HB 10,2 g/dL, HCT 29,8 %,

Diit klien bubur halus, An.M makan 2-3 suap setiap porsi yang

dihadangkan, Ibu An. M mengatakan bahwa anaknya lebih banyak

minum susu dari pada makan An. M. Sehingga dari kedua klien

tersebut dapat disimpulkan bahwa klien 1 dan klien 2 mengalami

Typhoid dengan masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorpsi nutrien ditandai dengan berat badan 20% atau lebih di

bawah rentang berat badan ideal, kurang minat pada makanan, mual

dan muntah, membran mukosa pucat atau kering.


106

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang menjadi fokus studi dalam karya

tulis ilmiah ini adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorpsi nutrien ditandai dengan dengan berat badan 20% atau

lebih di bawah rentang berat badan ideal, kurang minat pada

makanan, mual dan muntah, membran mukosa pucat atau kering.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang diberikan untuk klien 1 dan klien

2 yaitu mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi makanan yang

dimiliki klien, memonitor nadi, suhu dan status pernafasan,

memberikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta

tingkatkan porsi secara bertahap, memberikan arahan (informasi) bila

diperlukan, berkolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara

meningkatkan asupan energi dri makanan, dan yang terakhir

menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep

dan/atau protokol.

4. Pelaksanaan

Tindakan keparawatan dilakukan selama 3 X 8 jam pada An. A

dan An. M meliputi mengidentifikasi adanya alergi atau intoleransi

makanan yang dimiliki klien, memonitor nadi, suhu dan status

pernafasan, memberikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering

serta tingkatkan porsi secara bertahap, berikan arahan (informasi) bila


107

diperlukan, berkolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara

meningkatkan asupan energi dri makanan, dan menentukan obat apa

yang diperlukan dan kelola menurut resep dan/atau protokol.

5. Evaluasi

Hasil yang dicapai untuk klien 1 (An. A) setelah pemberian

asuhan keperawatan pada tanggal 8 sampai dengan 10 Januari 2018 di

antaranya masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh teratasi sebagian dengan di buktikan ibu klien mengatakan

bahwa klien sudah tidak mengalami mual muntah lagi, ibu klien juga

mengatakan bahwa anaknya sudah mulai bersedia makan walaupun

sediki-sedikit penaikan berat badan dari BB sebelumnya 12 Kg, BB

sekarang 12,5 Kg pada hari ke 3 selama dilakukan perawatan.

Sedangkan untuk klien 2 (An. M) setelah pemberian asuhan

keperawatan pada tanggal 10 sampai dengan 13 Januari 2018 di

antaranya masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh teratasi sebagian dengan di buktikan klien tidak mengalami mual

muntah lagi, penaikan berat badan dari BB sebelumnya 16 Kg, BB

sekarang 16,5 Kg, ibu klien mengatakan bahwa klien nafsu makanya

sudah mulai membaik, klien juga mau makan walaupun sedikit –

sedikit pada hari ke 3 selama dilakukan perawatan.


108

B. SARAN

Adapun saran penulis karya tulis ini adalah :

1. Bagi mahasiswa

Karya tulis ini diharapkan menjadi sumber bacaan dan

referensi mahasiswa dalam peningkatan ilmu pengetahuan sehingga

mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan juga dalam melakukan

proses keperawatan anak dengan kasus Typhoid

2. Bagi institusi pendidikan

Institusi pendidikan diharapkan dapat lebih memberikan

pengetahuan dan keterampilan mahasiswa terutama dalam kegiatan

pembelanjaran untuk penerapan asuhan keperawatan anak dengan

Typhoid

3. Bagi lahan praktik

a. Sebagai referensi untuk lebih meningkatkan pelayanan yang

diberikan agar lebih baik khususnya dalam penanganan pada

pasien anak dengan Typhoid.

b. Dapat lebih melibatkan peran orang tua dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan anak sehingga asuhan keperawatan lebih efektif

4. Bagi klien dan keluarga

Diharapkan klien dan keluarga mampu ikut serta dalam

peningkatan dan mempertahankan kemmpuan perawatan anggota

keluarganya, khususnya anggota keluarga yang terkena Typhoid.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Arfiana & Lusiana, A. (2016) Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak PraSekolah
.Yogyakarta : Trans Medika

Bachrudin, M & Najib, M .(2016). Keperwatan Medikal Bedah 1. Jakarta :Pusdik


SDM Kesehatan

Baratawidjaja, K,G & Rengganis I. (2012). Imunologi Dasar Edisi ke-10.Jakarta :


FKUI

Gloria, dkk.(2013). Nursing Intervention Classification (NIC) 6th Indonesian


Edition. Indonesia : ELSEVIER

Hidayat, A. (2012). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusi :Pendekatan Kurikulum


Berbasis Kompetensi. Surabaya :Health Book Publishing.

http//:www.farmasi-id.com/apialys-drops-syrup-multivitamin-untuk -bayi-dan-
anak.html, diakses pada 20 Maret 2018

Katzung. (2011). Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi X. Jakarta :EGC

Kirnamoro & Maryana (2014) Anatomi Fisiologi .Yogyakarta : Pustaka Baru


Press

Moorhead, dkk.(2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Indonesian


Edition.Indonesia : ELSEVIER

Morton, S & England, B.S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah


Keperawatan Dewasa Teoridan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika

Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta:


Erlangga.

Nanda Internasional. (2015). Nanda International Inc. Diagnosa Keperawatan


Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi–10. Jakarta : EGC
Nurarif, A,H & Hardhi, K. (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Medicaction

Nuruzzaman ,H & Fariani,S,. (2016) analisis risiko kejadian demam tifoid


berdasarkan kebersihan diri dan kebiasaan jajan di rumah Vol. 4 No.
1.(Online), (http ://www.e-jurnal.com/m=1, diakses pada 3 oktober 2017)

Rekam Medis RSTdr. Soedjono Magelang. (2017). Rekapitulasi Pasien Rawat


Inap bulan Januari – Oktober 2017. Magelang : RST dr. Soedjono Magelang.

Ridha, N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : PustakaPelajar

Riset Kesehatan Dasar. (2013). Profil Data Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2013
(http://www.riskesdas.com, diakses 29 Oktober 2017).

Tarwoto, Watonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 4.


Jakarta : Salemba Medika.

Thamrin, Husniah Rubiana dkk. (2008).Informatorium Obat Nasional Indonesia


2008.Jakarta : Badan Pom

Widagdo. (2014). Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Batuk/Batuk


Darah.Jakarta : CV SagungSeto

Widodo, D. (2014). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I edisi6 ; Demam Tifoid. Jakarta :
Interna Publishing

Widoyono. (2008). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga

Wong, D, L. (2009). Buku Keperawatan Pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC.


LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TYPHOID

Pokok bahasan : Typhoid

Sub pokok bahasan : 1. Pengertian Typhoid

2. Penyebab Typhoid

3. Tanda dan Gejala Typhoid

4. Cara Penularan Typhoid

5. Cara Pengobatan Typhoid

Waktu : (20 menit)

Sasaran : Klien dan keluarga

Tempat : Di Ruang Anak Flamboyan RST dr. Soedjono

Magelang

Penyuluh : M. Rezky Irvan Arfiansyah / P1337420515051

I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan 1 x 30 menit, diharapkan keluarga

mampu memahami tentang Typhoid.

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit, keluarga

diharapkan mampu :

1. menjelaskan pengertian Typhoid

2. menyebutkan penyebab Typhoid

3. menyebutkan tanda dan gejala Typhoid


4. menjelaskan cara penularan Typhoid

5. menjelaskan cara pengobatan Typhoid

6. menyebutkan diet untuk Typhoid

III. Kegiatan belajar Mengajar

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta

a. Salam Menjawab salam

b. Perkenalan Mendengarkan

c. Menjelaskan tujuan dari


1 pembukaan 5 menit
pertemuan

d. Kontrak waktu

e. Apersepsi Menjawab

a. Menjelaskan pengertian Memperhatikan

Typhoid penjelasan

b. Menjelaskan penyebab Memperhatikan

Typhoid

c. Menyebutkan tanda dan Memperhatikan

gejala Typhoid

2 Isi materi 20 menit d. Menjelaskan cara Memperhatikan

penularan Typhoid

e. Menjelaskan cara Memperhatikan

pengobatan Typhoid

f. Menyebutkan diet untuk Memperhatikan

Typhoid

g. Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya Bertanya

a. Memberikan evaluasi

berupa pernyataan lisan Menjawab pertanyaan

kepada peserta

3 Penutup 5 menit b. Menyimpulkan kegiatan Memperhatikan

yang telah disampaikan.

c. Memberikan salam Menjawab salam

penutup

IV. Metode

a. Ceramah

b. Tanya jawab

V. Media

a. Leaflet

VI. Materi

Terlampir

VII. Evaluasi

1. Jenis evaluasi : pernyataan lisan

2. Waktu : akhir kegiatan

3. Kriteria hasil :

a) Keluarga mampu menjelaskan pengertian Typhoid

b) Keluarga mampu menjelaskan penyebab Typhoid

c) Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejala Typhoid


d) Keluarga mampu menjelaskan cara penularan Typhoid

e) Keluarga mampu menjelaskan cara pengobatan Typhoid

f) Keluarga mampu menyebutkan diet untuk Typhoid

Magelang, Januari 2018

Penyuluh,

M. Rezky Irvan Arfiansyah


P 1337420515051
Cara Penularan Thypoid
1. Panas badan selama 1 minggu lebih
Bakteri disebarkan melalui tinja, muntahan,
2. Lidah kotor.
urin kemudian terbawa oleh lalat melalui
3. Gejala saluran pencernaan perantara kaki-kakinya yang dapat
(anoreksia, mual, muntah, konstipasi, mengontaminasi makanan & minuman,
sayuran, ataupun buah-buahan segar,

a
diare, perasaan tidak enak di perut dan
sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan
dalah penyakit infeksi akut pada kembung, meteorismus). yaitu usus halus. Dan melalui peredaran
usus halus dengan gejala demam
4. Hepatosplenomegali (nyeri perabaan) darah, kuman sampai di organ tubuh
satu minggu atau lebih disertai
5. Gejala infeksi akut lainnya ( nyeri terutama hati dan limpa. Ia kemudian
gangguan pada saluran pencernaan dengan
berkembang biak dalam hati dan limpa yang
atau tanpa gangguan kesadaran. kepala, pusing, nyeri otot, batuk,
menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
epistaksis).
Penyebab
6. Penurunan kesadaran.
Cara Pengobatan
 Pengobatan dilakukan dengan jalan
mengisolasi penderita dan melakukan
Infeksi kuman . . .
desinfeksi pakaian, feces dan urine untuk
a. Salmonella thyposa mencegah penularan. Pasien harus berbaring
b. Salmonella parathypii A di tempat tidur selama tiga hari hingga panas
c. Salmonella parathypii B turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri
d. Salmonella parathypii S dan berjalan.
e. Salmonella parathypii C
 Mempertahankan asupan kalori Makanan yang TIDAK dianjurkan perawatan dipersingkat. Namun
dan cairan yang adekuat: beberapa dokter ada yang memilih
 Makanan yang merangsang
obat antibiotika lain seperti
a. Memberikan diet bebas yang contohnya: lombok, pare, buah yang
ampicillin, trimethoprim-
rendah serat pada penderita masam seprti jeruk, tomat,
sulfamethoxazole, kotrimoksazol,
tanpa gejala meteorismus belimbing
sefalosporin, dan ciprofloxacin
(kembung), dan diet bubur  Makanan yang tinggi serat : sesuai kondisi pasien.
saring pada penderita dengan pare
meteorismus.  Makanan yang menimbulkan SUMBER:
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-
gas : nanas, kol, sawi demam-tifoid.html
Makanan yang dianjurkan

 Tinggi kalori, tinggi b. Cairan yang adequat untuk


protein, tinggi cairan,. mencegah dehidrasi akibat muntah
Vitamin, contoh : kentang, dan diare.
roti, hati, nasi, telur, ikan DISUSUN OLEH :

 Rendah serat : beras, c. Paracetamol diberikan untuk

daging sapi, hati, jipang, mengurangi gejala yang timbul


M. REZKY IRVAN ARFIANSYAH
kacang panjang, tahu, labu seperti demam dan rasa pusing. P1337420515051

siam, bayam, buncis Pilihan antibiotika yang utama


adalah kloramfenikol selama 10 hari POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN SEMARANG
dan diharapkan terjadi 2018
pemberantasan kuman serta waktu
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : M. Rezky Irvan Arfiansyah


2. NIM : P1337420515051
3. Tanggal Lahir : 3 Desember 1996
4. Tempat Lahir : Kebumen
5. JenisKelamin : Laki-laki
6. Alamat Rumah
a. Kelurahan : Karangsari
b. Kecamatan : Kutowinangun
c. Kab/Kota : Kebumen
d. Propinsi : Jawa Tengah
7. Telepon
a. Rumah :-
b. Handphone : +628996927623
c. Email : irvanarfian10@gmail.com

A. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD di SDN 1 Karangsari, Kuthowinangun, lulus tahun 2009
2. Pendidikan SLTP di SMP Negeri 3 Kebumen, lulus tahun 2012
3. Pendidikan SLTA di SMA Negeri 1 Kutowinangun, lulus tahun 2015

Magelang, 23 Maret 2018

M. Rezky Irvan Arfiansyah


P. 1337420515051

Anda mungkin juga menyukai