TRI NISTIANA
(PO.71.20.1.17.154)
TRI NISTIANA
(PO.71.20.1.17.154)
iv
6
KATA PENGANTAR
v
7
Penulis
vi
8
ABSTRAK
Tri Nistiana. 2018. Implementasi Keperawatan Pada Pasien DBD Dengan Masalah
Hipertermia di Ruang Rawat Inap Anak Di RSUD Sekayu Tahun 2018. Program
Diploma III Keperawatan, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Palembang, Pembimbing (I) : Jawiah, S.Pd., M.Kes. Pembimbing (II) : Rehana,
S.Pd., M.Kes
Latar Belakang : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis Hipertermia 2- 7 hari, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. Untuk
mengatasi hipertermia maka perlu dilakukan implementasi keperawatan pada pasien
DBD tersebut.
Metode : Jenis penulisan ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus untuk
mengeksplorasi masalah implementasi keperawatan pada pasien DBD dengan masalah
Hipertermia di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Sekayu Tahun 2018. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan implementasi keperawatan yang meliputi edukasi, kompres
hangat, pemenuhan kebutuhan cairan, kolaborasi pemberian obat. Studi Kasus ini
dilakukan untuk membandingkan dua responden yang telah diberikan implementasi.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan Pada edukasi kesehatan tentang DBD, awalnya
pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya namun setelah diberikan edukasi
tentang penyakit DBD kedua pasien mulai banyak tahu tentang penyakit yang
dideritanya. Pada implementasi keperawatan kompres hangat, terjadi penurunan subu
badan secara signifikan, pemberian cairan telah mengurangi rasa haus dan dehidrasi
karena demam tinggi. Kolaborasi pemberian obat antipiretik, kedua pasien sangat
kooperatif dan mau minum obat dengan tepat waktu sesuai dengan waktu pemberian
obatnya.
Kesimpulan : Melihat hasil penelitian ini maka perlu dilakukan implementasi
keperawatan edukasi, kompres hangat, pemenuhan kebutuhan cairan, kolaborasi
pemberian obat untuk menurunkan suhu badan pasien.
vii
9
ABSTRACT
Background: Infectious diseases caused by the dengue virus with clinical manifestations
2-7 days of hyperthermia, muscle pain and or joint pain accompanied by leukopenia,
rash, lymphadenopathy, thrombocytopenia and hemorrhagic diathesis. To overcome
hyperthermia, it is necessary to implement nursing in these DHF patients.
Method: This type of writing is descriptive analytic in the form of a case study to explore
the problem of nursing implementation in DHF patients with hyperthermia problems in
the Sekayu Hospital Inpatient Room in 2018. The approach used is a nursing
implementation approach which includes education, warm compresses, fluid needs
fulfillment, collaboration drug administration. This Case Study was conducted to
compare the two respondents who had been given implementation.
Results: The results showed that in health education about DHF, patients initially did not
know the disease but after being educated about DHF both patients began to know a lot
about their illness. In the implementation of nursing, a warm compress, a significant
decrease in body subu, a decrease in thirst and dehydration due to high fever.
Collaborative administration of antipyretic drugs, both patients are very cooperative and
want to take medication in a timely manner according to the time of administration of the
drug.
Conclusion: Seeing the results of this study, it is necessary to implement educational
nursing, warm compresses, fulfillment of fluid needs, collaboration in giving drugs to
reduce the patient's body temperature.
viii
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ..................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan ................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 5
A. Tinjauan Teori ........................................................................ 5
1. Konsep Penyakit DBD. ..................................................... 5
a. Pengertian ................................................................... 5
b. Etiologi ........................................................................ 5
c. Anatomi dan Fisiologi ................................................. 6
d. Patofisiologi ................................................................. 10
e. Klasifikasi .................................................................... 11
f. Pemeriksaan Laboratorium .......................................... 15
g. Penularan ..................................................................... 15
h. Vektor Penular DBD .................................................... 16
i. Pemberantasan Hipertermia Berdarah ........................ 21
j. Komplikasi ................................................................... 24
k. Penatalaksanaan Medis ............................................... 25
l. Pengobatan Penderita ................................................... 26
B. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................ 26
1. Pengkajian ........................................................................ 26
2. Diagnosa Keperawatan...................................................... 29
3. Intervensi Keperawatan ................................................... 30
4. Implementasi Keperawatan ............................................... 33
5. Evaluasi ............................................................................. 33
C. Konsep Hipertermia ............................................................... 33
1. Definisi Hipertermia.......................................................... 33
2. Penyebab Hipertermia ....................................................... 34
3. Batasan Karakteristik ....................................................... 34
4. Faktor yang Berhubungan Hipertermia ............................ 35
5. Proses Pengaturan Suhu Tubuh ........................................ 37
6. Prosedur Terjadinya Demam ........................................... 38
7. Penatalaksanaan ............................................................... 39
ix
11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
12
DAFTAR TABEL
xi
13
DAFTAR BAGAN
xii
14
DAFTAR GAMBAR
xiii
15
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DBD merupakan suatu penyakit disebabkan oleh virus dengue
(arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictu. Hipertermia yang terjadi akibat penyakit ini
bersifat mendadak dan berlangsung selama 5 – 7 hari. Biasanya terlihat lesu,
nafsu makan menurun, sakit kepala, nyeri pada daerah bola mata, punggung,
dan persendian. Timbul pula bercak – bercak merah pada tubuh (petekie)
terutama di daerah muka dan dada. Gejala lanjut yang terjadi adalah
timbulnya keriput kulit di kening, perut, lengan, paha, dan anggota tubuh
lainnya (Suriadi, 2010).
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu
penyakit endemis dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari
tahun ke tahun serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) di
berbagai daerah di Indonesia, sampai saat ini DBD telah menjangkit di 34
provinsi dan 417 kabupaten / kota di Indonesia. Sampai saat ini vaksin dan
obat untuk mengobati DBD belum tersedia oleh karena itu upaya yang paling
utama dalam pengendalian pencegahan DBD adalah melalui pergerakan
masyarakat dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), agar
upaya ini dapat berlangsung efektif (Kementerian Kesehatan, 2013).
Di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan data pada tahun 2015, DBD
masuk dalam 10 kasus penyakit terbanyak di rumah sakit yang ada di
Provinsi Sumatera Selatan dengan jumlah kasus 2.015, bahkan sampai
menyebabkan kematian sebanyak 32 kasus. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan di Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 2010 sampai dengan
2014 terdapat 675 kasus, pada tahun 2010 terdapat 723 kasus, pada tahun
2011 dan pada tahun 2012 terdapat 883 ditahun 2013 dengan jumlah kasus
438 serta pada tahun 2014 622 kasus (Kemenkes RI, 2012).
Permasalahan utama pada pasien demam berdarah adalah panas tinggi
atau hipertermia. Hipertermia merupakan bentuk mekanisme pertahanan
1
17
2
tubuh terhadap serangan penyakit, apabila ada suatu kuman penyakit yang
masuk ke dalam tubuh secara ototmatis tubuh akan melakukan perlawanan
terhadap kuman penyakit itu dengan mengeluarkan zat antibodi. Pengeluaran
zat antibodi yang lebih banyak daripada biasanya ini diikuti dengan naiknya
suhu badan. Semakin berat penyakit yang menyerang, semakin banyak pula
antibodi yang dikeluarkan, dan akhirnya semakin tinggi pula suhu badan yang
terjadi (Widjaja, 2013).
Ada banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami
Hipertermia. Biasanya setiap penyebab Hipertermia menimbulkan gejala
yang berbeda-beda namun pada umumnya Hipertermia yang diderita oleh
anak diikuti dengan perubahan sifat atau sikap, misalnya menurunnya gairah
bermain, lesu, pandangan mata meredup, rewel, cengeng atau sering
menangis, dan cenderung bermalas-malasan. Secara garis besar, ada dua
kategori Hipertermia yang seringkali diderita oleh anak yaitu Hipertermia
noninfeksi adalah Hipertermia yang bukan disebabkan masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh. Contohnya Hipertermia karena stres, sedangkan
Hipertermia infeksi adalah Hipertermia yang disebabkan oleh masuknya
pathogen misalnya kuman, bakteri, atau virus (Widjaja, 2013).
Masalah Hipertermia sudah menjadi fokus perhatian tersendiri pada
berbagai profesi kesehatan baik itu dokter, perawat, dan bidan. Bagi profesi
perawat masalah gangguan suhu tubuh atau perubahan suhu tubuh termasuk
Hipertermia sudah dirumuskan secara jelas pada North American Nursing
Diagnosis Association / NANDA (Sodikin, 2012).
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Musi Banyuasin penyakit DBD
pada tahun 2014 berjumlah 40 kasus dan pada tahun 2015 mengalami
peningkatan berjumlah 286 kasus. Dan pada tahun 2016 berjumlah 263 dan
pada tahun 2017 mengalami peningkatan berjumlah 294 kasus (Dinkes Kab
Muba, 2018).
Berdasarkan data RSUD Sekayu diketahui bahwa angka kejadian
DBD terjadi pada tahun 2016 terdapat 120 kasus dan pada tahun 2017
sebanyak 54 kasus (Dinkes Kab Muba, 2018).
318
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data latar belakang masalah di atas maka timbul
beberapa perumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana implementasi
keperawatan pada pasien DBD dengan masalah Hipertermia Di Ruang Rawat
Inap Anak Medang RSUD Sekayu Tahun 2018.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mendapatkan gambaran bagaimana melaksanakan
implementasi keperawatan pada pasien DBD dengan masalah Hipertermia
Di Ruang Rawat Inap Anak Medang RSUD Sekayu Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah pada pasien, diharapkan
penulis mampu:
a. Dapat melakukan edukasi pada pasien DBD dengan Hipertermia Di
Ruang Rawat Inap Anak Medang RSUD Sekayu Tahun 2018.
b. Dapat melakukan kompres hangat pada pasien DBD dengan
Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Anak Medang RSUD Sekayu Tahun
2018.
c. Dapat melakukan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien DBD
dengan Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Anak Medang RSUD
Sekayu Tahun 2018.
d. Dapat melakukan kolaborasi dalam pemberian obat pada pasien DBD
dengan Hipertermia Di Ruang Rawat Inap Anak Medang RSUD
Sekayu Tahun 2018.
19
4
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan dalam rangka pengembangan ilmu dan sebagai
bahan referensi yang berguna bagi institusi pendidikan, dosen dan
mahasiswa khususnya dalam kajian masalah studi kasus serupa lebih
lanjut.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit
Dapat dijadikan bahan informasi untuk membuat Standar
Operasional Prosedur (SOP) Asuhan Keperawatan pasien dengan DBD.
Sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama
dalam memberikan asuhan keperawatan dan untuk tenaga kesehatan
dapat memberikan ilmu yang dimiliki serta mau membimbing kepada
mahasiswa tentang cara memberikan asuhan yang berkualitas.
3. Manfaat bagi Penulis
Dengan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman penulis tentang implementasi keperawatan pada pasien DBD
dengan masalah hipertemia di Ruang Rawat Inap Anak Medang RSUD
Sekayu Tahun 2018.
20
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Penyakit (DBD)
a. Pengertian
Hipertermia berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
Hipertermia 2- 7 hari, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik (Suhendro, 2014).
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan
manifestasi DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi Hipertermia
ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang
sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik). Sebagian lagi akan
menderita Hipertermia dengue saja yang tidak menimbulkan
kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian (Kemenkes RI, 2015).
b. Etiologi
Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae.
Keempat serotipe virus dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3,
dan DEN-4 dapat dibedakan dengan metodologi serologi. Infeksi pada
manusia oleh salah satu serotipe menghasilkan imunitas sepanjang
hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang sama, tetapi hanya
menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap serotipe yang
lain (Soedarmo, 2012).
Virus-virus dengue menunjukkan banyak karakteristik yang
sama dengan flavivirus lain, mempunyai genom RNA rantai tunggal
yang dikelilingi oleh nukleotida ikosahedral dan terbungkus oleh
selaput lipid. Virionnya mempunyai panjang kira-kira 11 kb
(kilobases), dan urutan genom lengkap dikenal untuk mengisolasi
keempat serotipe, mengkode nukleokapsid atau protein inti (C),
protein yang berkaitan dengan membrane (M), dan protein
5
22
6
c. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Sirkulasi (Syaifuddin,
2011)
3) Darah
d. Klasifikasi
WHO (2009) membagi DBD menjadi 4 (Vasanwala dkk, 2011):
1) Derajat 1
Hipertermia tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari)
disertai tanda dan gejala klinis (nyeri ulu hati, mual, muntah,
hepatomegali), tanpa perdarahan spontan, trombositopenia dan
hemokonsentrasi, uji tourniquet positif.
2) Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau
tempat lain seperti mimisan, muntah darah dan BAB darah.
28
12
3) Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan darah rendah (hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah,
sianosis disekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini
renjatan).
4) Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak
dapat diukur.
e. Tanda dan Gejala Hipertermia Berdarah Dengue
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat
asimtomatik atau dapat berupa Hipertermia yang tidak khas,
Hipertermia dengue, DBD atau sindrom syok dengue (SSD). Pada
umumnya pasien mengalami fase Hipertermia selama 2-7 hari, yang
diikuti oleh fase kritis 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak
Hipertermia, akan tetapi mempunyai faktor risiko untuk terjadi
renjatan jika tidak mendapat pengobatan adekuat (Suhendro, 2009).
1) Hipertermia Dengue (DD)
Gambaran klinis dari DD sering tergantung pada usia pasien.
Bayi dan anak kecil dapat mengalami penyakit Hipertermia, sering
dengan ruam makropapuler. Anak yang lebih besar dan orang
dewasa dapat mengalami baik sindrom Hipertermia atau penyakit
klasik yang melemahkan dengan mendadak Hipertermia tinggi,
kadang-kadang dengan 2 puncak (punggung sadel), sakit kepala
berat, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan tulang atau sendi,
mual dan muntah, dan ruam. Perdarahan kulit (petekie) tidak umum
terjadi. Biasanya ditemukan leukopenia dan mungkin tampak
trombositopenia. Pemulihan mungkin berpengaruh dengan
keletihan dan depresi lama, khususnya pada orang dewasa
(Soedarmo, 2012).
2) Hipertermia Berdarah Dengue (DBD)
Kasus khas DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis
mayor: Hipertermia tinggi, fenomena hemoragis, dan sering
29
13
trutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien gelisah, dan
timbul sianosis di sekitar mulut.
Untuk kriteria laboratoriumnya adalah trombositopenia
3
(100.000/mm atau kurang) dan adanya kebocoran plasma karena
lain kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki,
tangan dan hidung, sedangkan kuku menjadi biru. Penderita merasa
gelisah, nadi menjadi cepat dan lembut sampai tidak teraba.
Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan
sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang, oliguria sampai
anuria karena menurunnya perfusi darah.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis DBD juga dapat ditetapkan berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium (Soedarmo, 2012), yaitu:
1) Trombositopeni
Jumlah trombosit dalam tubuh mengalami penurunan yang
drastis hingga mencapai 100.000 sel/mm3 atau dapat lebih rendah
lagi.
2) Haemoconcentration
Adanya rembesan plasma karena peningkatan permeabilitas
vaskular, dimanifestasikan dengan hal berikut:
a) Peningkatan hematokrit sama atau lebih besar dari 20% di atas
rata-rata usia, jenis kelamin, dan populasi.
b) Penurunan hematokrit setelah tindakan penggantian volume
sama dengan atau lebih besar dari 20% data dasar, serta
c) Tanda-tanda rembesan plasma seperti efusi pleural, asites, dan
hipoproteinemia.
g. Penularan
Virus dengue (arbovirus) ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti betina. Dapat pula melalui gigitan nyamuk
Aedes albopictus, namun di daerah perkotaan nyamuk tersebut bukan
sebagai vektor utama. Sekali terinfeksi dengan arbovirus, maka
seumur hidup nyamuk akan tetap terinfeksi dan dapat terus
menularkan virus tersebut kepada manusia. Nyamuk betina yang
terinfeksi juga dapat menurunkan virus ke generasi berikutnya dengan
cara transmisi transovarial. Akan tetapi hal tersebut jarang terjadi dan
tidak berpengaruh signifikan pada penularan ke manusia. Host dari
32
16
PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik
(ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2005).
PSN DBD dilakukan dengan cara “3M-Plus‟, 3M yang
dimaksud yaitu:
a) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air,
seperti bak mandi/WC, drum, dan lain-lain seminggu sekali
(M1)
b) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti
gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2)
c) Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas
yang dapat menampung air hujan (M3).
Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:
a) Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-
tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.
b) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
c) Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan
lain-lain (dengan tanah, dan lain-lain)
d) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat
yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air
e) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak
penampungan air
f) Memasang kawat kasa
g) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
h) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang
memadai
i) Menggunakan kelambu
j) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
k) Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
Pemberantasan sarang nyamuk juga bisa dilakukan dengan
larvasidasi. Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik)
nyamuk dengan pemberian larvasida yang bertujuan untuk
40
24
RR : Meningkat
N : Menurun
SB : Meningkat
- Wajah : Ekspresi wajah meringis
- Kulit : Adanya petekia, turgor kulit menurun
- Kepala : Terasa nyeri
- Mata : Anemis
- Hidung : Kadang mengalami perdarahan
- Mulut : Mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan
nyeri tekan
- Dada : Bentuk simetis dan kadang-kadang sesak, ronchi.
- Abdomen : Nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
- Ekstremitas : Akral dingin, sering terjadi nyeri otot, sendi, dan
tulang.
29
45
8) Pemeriksaan penunjang
Hemoglobin, Hematokrit, Hitung trombosit, Uji serologi, Dengue
blot, HIA
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah, dan Hipertermia
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik (DHF), viremia,
nyeri otot dan sendi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
perdarahan.
6. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
7. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu
akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.
46
30
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Hipertermia NOC : NIC :
berhubungan dengan Thermoregulasi Fever Treatment
proses infeksi virus Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering mungkin
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Monitor IWL
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Monitor warna dan suhu kulit
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada
pusing 4. Monitor tekanan darah, Nadi dan RR
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
4. Implementasi
Implementasi merupakan pengarahan atau melaksanakan rencana
asuhan sercara efisien dan aman yang dilakukan perawat untuk membantu
melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah ditemukan, pada tahap ini
perawat siap membantu pasien atau orang terdekat menerima stress situasi
atau prognosis, mencegah komplikasi, membantu program rehabilitas
individu, memberikan informasi tentang penyakit, prosedur, prognosis dan
kebutuhan pengobatan pasien dari masalah yang dihadapi. Status yang
lebih baik menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana tahap proses keperawatan
menyangkut pengumpulan data obyektif dan subjektif yang dapat
menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru.
Evaluasi pada pasien DBD tersebut adalah suhu tubuh pasien
normal (36 - 37⁰ C) pasien bebas dari demam.
h. Medikasi
Demam juga disebabkan oleh adanya bentuk hipersensitivitas
terhadap obat.
i. Trauma
Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang
belakang (yang meneruskan pesan hipotalamus) akan mengubah
kontrol suhu menjadi berat.
j. Aktivitas berlebihan
Gerakan volunter seperti aktivitas otot pada olahraga
membutuhkan energi tambahan. Laju metabolik meningkat saat
aktivitas berlebih dan hal ini menyebabkan peningkatan produksi
panas hingga 50 kali lipat.
5. Proses Pengaturan Suhu Tubuh
Menurut Ganong (2008) mekanisme pengaturan suhu tubuh
dibagi menjadi dua yaitu mekanisme yang diaktifkan oleh dingin dan
mekanisme yang diaktifkan oleh panas. Mekanisme yang diaktifkan oleh
dingin itu sendiri terdiri dari peningkatan produksi panas (menggigil,
lapar, peningkatan aktivitas voluntar, peningkatan sekresi norepinefrin dan
epinefrin) dan penurunan pengeluaran panas (vasokontriksi kulit,
menggulung tubuh, dan horipilasi). Sedangkan mekanisme yang diaktifkan
oleh panas terdiri dari peningkatan pengeluaran panas (vasodilatasi kulit,
berkeringat, peningkatan pernapasan) dan penurunan pembentukan panas
(anoreksia, apati dan inersia).
Respons refleks yang diaktifkan oleh dingin dikontrol dari
hipotalamus posterior. Respons yang dihasilkan oleh panas terutama
dikontrol dari hipotalamus anterior, walaupun sebagian termoregulasi
terhadap panas masih tetap terjadi setelah deserebrasi setingkat rostral
mesensefalon. Rangsangan hipotalamus anterior menyebabkan terjadinya
vasodilatasi kulit dan pengeluaran keringat sehingga lesi di regio ini
menyebabkan panas.
Pembentukan panas dapat berubah-ubah akibat pengaruh
mekanisme endokrin walaupun tidak terjadi asupan makanan atau gerakan
38
D. Konsep Kompres
1. Definisi
Kompres adalah bantalan dari linen atau meteri lainnya yang
dilipat-lipat, dikenakan dengan tekanan, kadang-kadang mengandung obat
dan dapat basah ataupun kering, panas ataupun dingin (Dorland, 2009).
Adapun tujuan dari pemberian kompres yaitu menurunkan suhu tubuh,
mengurangi rasa sakit atau nyeri, mengurangi perdarahan dan membatasi
peradangan. Beberapa indikasi pemberian kompres adalah klien dengan
suhu tinggi, klien dengan perdarahan hebat, dan pada klien kesakitan.
Kompres hangat merupakan pemberian kompres pada area yang memiliki
pembuluh darah besar menggunakan air hangat Suhu air yang digunakan
0 0 0
dalam kompres hangat adalah 34 C sampai 37 C (93-98 F) (Wolf, 2008).
41
6. Intake Cairan
Intake cairan yaitu jumlah atau volume kebutuhan tubuh manusia akan
cairan per hari.
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum
kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500
ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari
makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
7. Output Cairan
Output cairan yaitu jumlah atau volume kehilangan cairan pada tubuh
manusia per hari. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius
merupakan proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal
output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam
pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme
diffusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
d. Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Hal – hal yang perlu di perhatikan:
Rata-rata cairan per hari
1. Air minum : 1500-2500 ml
2. Air dari makanan :750 ml
3. Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml
Rata- rata haluaran cairan per hari
1) Urin : 1400 -1500 ml
45
2) Iwl
a) Paru : 350 -400 ml
b) Kulit : 350 – 400 ml
3) Keringat : 100 ml
4. Feses : 100 -200 ml
Iwl
5. dewasa : 15 cc/kg BB/hari
6. anak : (30-usia{tahun}cc/kgBB/hari
7. jika ada kena
8. Memonitor/mengukur Intake Dan Output
a. Definisi
Merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam
tubuh (intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (out put).
b. Tujuan
a) Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien
b) Menentukan tingkat dehidrasi klien
c. Prosedur
a) Menentukan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh klien, terdiri dari air
minum, air dalam makanan, air hasil oksidasi (metabolisme), cairan intra
vena.
b) Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien, terdiri dari urine,
keringat, feses, muntah, insensible water loss (IWL).
c) Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus : INTAKE –
OUTPUT
d) Mendokumentasikan
Perhitungan Intake & Output
Total TBW = 60% / BB (45%-75% / BB)
Cairan Tubuh dibagi :
1. Cairan Intraselular = 2/3 TBW (40%)
2. Cairan Ekstraseluler =
a) Cairan Intravasculer (plasma) = 5 %
46
b) Cairan Interstitial = 15 %
c) Cairan Transceluler = 1-3 %
Perbandingan CIS dengan CES
1. Dewasa = 2:1
2. Anak-Anak = 3:2
3. Bayi = 1:1
Jumlah Cairan Tubuh :
1. Dewasa = 45%-75% / BB
Pria = 60 %
Wanita = 55 %
2. Anak & Bayi = 75 %
Konsentrasi cairan elektrolit dihitung dengan
Rumus : M.Eq/L = Mg % x 10 x 1
47
48
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Kerangka Konsep
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
47
49
48
C. Definisi Istilah
DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam 2-7 hari, nyeri otot dan atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis
hemoragik (Suhendro, 2015).
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas (Potter & Perry, 2010).
Kompres Hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau
handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian
tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan
suhu tubuh. Tindakan kompres hangat merupakan tindakan yang cukup
efektif dalam menurunkan demam. Oleh karena itu sebaiknya penggunaan
antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap keadaan demam
(Mohamad, 2013).
Pemenuhan cairan adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stresor
fisiologis dan lingkungan (Tarwoto, 2016).
BAB IV
HASIL STUDI KASUS
53
56
54
B. Periode Pemantapan
k. Klinik THT
l. Klinik Rehabilitasi Medik
m. Klinik kulit dan kelamin
n. Klinik umum (medical check up)
o. Klinik pisiologis
2. Instilasi rawat inap (Kelas VIP, KELAS 1,
KELAS 2, KELAS 3 )
3. Instilasi gawat darurat
4. Instilasi Laboratorium patologi anatomi
5. Instilasi Laboratorium patologi klinik
6. Instilasi radiologi
7. Instilasi gizi
8. Instilasi Farmasi
9. Instilasi Bedah Sentral( Ok)
10. Instilasi Intensive Care Unit (ICU)
11. Instilasi Neonates Intensive Care Unit (NICU )
12. Instalasi kebidanan
13. instalasi Rehabilitas Medik
14. instalasi Pemeriksaan Sarana RS (IPSRS)
UNIT
1. Unit Hemodialisa
2. Unit MCU dan UTD
3. Unit Rekam Medik
4. Unit Sanisasi
5. Unit CSSD
6. Unit Diklat
7. Unit Humas
8. Unit IT
9. Unit Pendapatan dan pelaporan
Periode Pengembangan
Bangunan Fisik
65
63
A. Pengumpulan Data
Pasien 1 Pasien 2
A. Identitas Pasien
Nama An. “N” Nn. “M”
Umur 8 Tahun 14 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SD SLTP
Pekerjaan Pelajar Pelajar
Alamat Desa Lumpatan, Kec. Kayuara, Dusun IV Danau Cala
Kab. MUBA
Suku/Bangsa Indonesia Indonesia
Tanggal Masuk RS 10 Juni 2018 10 Juni 2018
Tanggal Pengkajian 11 Juni 2018 11 Juni 2018
No. Register 296723 292967
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama Ibu pasien mengatakan demam Ibu pasien mengatakan demam
naik turun terutama pada sore naik turun terutama pada sore
dan malam hari. Suhu tubuh dan malam hari.
pada demam berlangsung
selama 3 minggu, bersifat febris
remiten, dan suhunya tidak
tinggi sekali. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-
angsur naik setiap harinya,
biasanya menurun pada pagi
hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari.
Riwayat Kesehatan ibu pasien mengatakan sejak Ibu pasien mengatakan
Sekarang beberapa hari yang anaknya mengeluh demam.
lalu sebelum masuk rumah dirasakan pada pagi hari dan
sakit, pasien mengeluh panas, badan terasa lemah. tanggal 10
mimisan(+), dan mual (+) Juni keluarga membawa
pasien telah diberi parestamol, anaknya ke RSUD Sekayu dan
panas turun tatapi setelah itu dokter menganjurkan rawat
naik lagi tanggal 10 Juni inap,
keluarga membawa anaknya ke pada saat pengkajian suhu
RSUD Sekayu dan dokter tubuh pasien mencapai 38,2o C
menganjurkan rawat inap,
pada saat pengkajian suhu tubuh
pasien mencapai 39o C
Riwayat kesehatan lalu Ibu Pasien mengatakan pasien Ibu Pasien mengatakan pasien
baru mengalami penyakit baru mengalami penyakit
seperti ini dan belum pernah seperti ini dan belum pernah
dirawat di rumah sakit dirawat di rumah sakit
sebelumnya. sebelumnya.
Riwayat kesehatan Ibu Pasien Mengatakan Ibu Pasien Mengatakan
68
66
C. Riwayat Psikososial Ibu Pasien mengatakan setelah Ibu Pasien mengatakan setelah
mengalami masalah ini anaknya mengalami masalah ini
merasa sedih karena sakit yang anaknya merasa sedih karena
dialaminya tetapi ibu pasien sakit yang dialaminya tetapi
tetap bersemangat mencari ibu pasien tetap bersemangat
pengobatan. Cara mengatasi mencari pengobatan. Cara
perasaan tersebut adalah dengan mengatasi perasaan tersebut
mengajak anak berbincang- adalah dengan mengajak anak
bincang. Rencana ibu pasien berbincang-bincang. Rencana
setelah masalah anaknya ibu pasien setelah masalah
terselesaikan adalah tetap anaknya terselesaikan adalah
bersekolah dan berkumpul tetap bersekolah dan
dengan keluarga. berkumpul dengan keluarga.
F.Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum Sakit sedang Sakit sedang
Kesadaran Compos mentis Compos mentis
Tekanan darah
Suhu 39,0oC 38,2 oC
Nadi 90 kali/menit 84 kali/menit
Respiration Rate 22x/menit 20x/menit
Berat Badan 25 kg 45 kg
2. Kepala Simetris, Tidak ada Simetris, Tidak ada
pembengkakan, tidak ada pembengkakan, tidak ada
ketombe ketombe
3. Rambut Bersih, tidak bermintak, tidak Bersih, tidak bermintak, kering
kering dan tidak rontok dan tidak rontok
4. Mata Simetris, lapang pandang baik, Simetris, lapang pandang baik,
sklera putih, pupil isokor sklera putih, pupil isokor
5. Muka Simetris, Tidak ada oedema, Simetris, Tidak ada oedema,
tidak pucat sedikit pucat
6. Hidung Simetris, tidak ada polip Simetris, tidak ada polip
7. Mulut simetris, tidak ada sariawan, Simetris, tidak ada sariawan,
tidak karies gigi, membran tidak karies gigi, membran
mukosa kering mukosa kering
8. Gigi Terdapat gigi berlubang Tidak ada gigi berlubang
9. Lidah Lidah bersih Lidah bersih
69
71
5 5 5 5
17. Persyarafan Normal Normal
G.Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
- Golongan Darah A+ A+
- Hb 11,1 gr% 11,5 gr%
- Leukosit 4,30 g/dL (N: 14,5-45,0) 4,50 g/dL (n: 14,5-45,0)
- Trombosit 37.000 (N: 40-150) 39.000 (N: 40-150)
- Hematokrit 32,1 % (N: 35-45) 33 % (N: 35-45
2. Urine
- Glukosa - (negatif) - (negatif)
- Protein - (negatif) - (negatif)
- Aseton +3 +3
3. Glukosa 196,20 mg/dl 150,00 mg/dl
4. SGOT 27,32 u/l 21,0 u/l
2. Analisa Data
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
10.40 5. menganjurkan minum yang cukup bersedia untuk dikompres minum yang cukup
keluarga agar pasien sekurangnya 1000 cc air hangat, respon obyektif sekurangnya 1000 cc
minum yang cukup sehari pasien yaitu badan AN. sehari
sekurangnya 1000 Respon subyektif “N” tampak rileks. Respon subyektif
cc sehari pasien yaitu ibu An. pasien yaitu ibu An.
Respon subyektif “N” mengatakan 11.05 6. menganjurkan keluarga “N” mengatakan
pasien yaitu ibu An. An.N susah minum, agar pasien minum Anaknya sudah mulai
“N” mengatakan repon obyektif yang cukup minum air putih
An.N susah minum, pasien yaitu An. “N” sekurangnya 1000 cc sekitar 8 gelas
repon obyektif minum air putih sehari belimbing dalam
pasien yaitu An. “N” seperempat gelas Respon subyektif sehari, serspon
minum air putih belimbing pasien yaitu ibu An. obyektif pasien yaitu
seperempat gelas “N” mengatakan An.N An. “N”tampak lebih
belimbing. 11.00 6. Memberikan susah minum, repon segar dan mukosa
kompres hangat obyektif pasien yaitu bibir lembab.
11.00 6. Memberikan Respon subyektif yaitu An. “N” tampak
kompres hangat ibu pasien minum 1 gelas
Respon subyektif mengatakan setuju belimbing. 12.15 6. Berkolaborasi dengan
pasien yaitu ibu An. bila An. “N” dokter dalam
“N” mengatakan mau diberikan kompres 12.30 7. Berkolaborasi dengan pemberian obat
mengompres, respon hangat, respon dokter dalam antibiotik: Cefotaxime
obyektif pasien yaitu obyektif pasien yaitu An. pemberian antipiretik 2x500mg), respon
An. “N” tampak rileks. “N” tampak rileks, kulit dan antibiotik: subyektif pasien yaitu
masih teraba panas, Amoxcilin 3x350mg An. “N” bersedia
11.30 7. Berkolaborasi pasien mau diberikan dan parasetamol tablet disuntik, respon
dengan dokter dalam kompres hangat 3x ½ 250 mg), respon obyektif pasien yaitu
pemberian obat sebyektif pasien yaitu injeksi diberikan
antipiretik dan 11.30 7. Berkolaborasi An. “N” mengatakan melalui IV.
antibiotik: dengan dokter dalam mau disuntik dan
Respon Subyektif pemberian obat minum obat, respon
pasien yaitu An. “N” antipiretik dan obyektif pasien yaitu
76
2. Pasien 2 (Nn. “M”) 09.30 1. Melakukan 08.40 1. Melakukan 08.10 1. Melakukan pengkajian 08.20 1. Melakukan
Data Subjektif: pengkajian pengkajian terhadap terhadap kondisi pasien pengkajian terhadap
ibu pasien mengatakan terhadap kondisi kondisi pasien R/ ibu Pasien kondisi pasien
sejak beberapa hari yang pasien R/ ibu Pasien mengatakan badan R/ ibu Pasien
lalu sebelum masuk R/ ibu Pasien mengatakan badan anaknya tidak lagi mengatakan badan
rumah sakit, pasien mengatakan badan anaknya masih panas. panas. Pasien tampak anaknya tidak lagi
mengeluh panas, anaknya panas. Pasien tampak masih tidak gelisah lagi panas. Pasien tampak
mimisan(+), dan mual Pasien tampak gelisah segar
(+) gelisah dan lemah 08.15 2. Mengkaji tanda-tanda
Data Obyektif: 2. Mengkaji tanda- 09.00 2. Mengkaji tanda-tanda vital 08.40 2. Mengkaji tanda-tanda
- pasien terlihat 09.50 tanda vital vital suhu 37,6o C, vital
lemah dan tampak suhu 38,2o C, suhu 38,0o C, frekuensi nadi 80 kali suhu 37,2o C,
gelisah frekuensi nadi 90 frekuensi nadi 86 kali per menit, frekuensi nadi 74 kali
- Kulit teraba hangat kali per menit, per menit, frekuensi pernafasan per menit,
saat disentuh frekuensi frekuensi pernafasan 22 kali per menit. frekuensi pernafasan
- Tanda Vital pernafasan 22 kali 20 kali per menit. 22 kali per menit.
Nadi : 84x/menit per menit.
RR: 20 x/menit 3. Memberikan 09.30 3. Memberikan 08.40 3. Memberikan 09.15 3. Memberikan
o
Temp : 38,2 C 10.15 penjelasan penjelasan keluarga penjelasan keluarga penjelasan keluarga
keluarga pasien pasien tentang pasien tentang pasien tentang
tentang peningkatan suhu peningkatan suhu peningkatan suhu
peningkatan suhu R/ ibu pasien R/ ibu pasien R/ ibu pasien
R/ ibu pasien mengatakan bersedia mengatakan bersedia mengatakan bersedia
mengatakan untuk diberikan untuk diberikan untuk diberikan
bersedia untuk penjelasan tentang penjelasan tentang penjelasan tentang
diberikan peningkatan suhu, peningkatan suhu, peningkatan suhu,
penjelasan tentang keluarga Pasien keluarga Pasien keluarga Pasien
peningkatan suhu, tampak mendengarkan tampak mendengarkan tampak mendengarkan
keluarga Pasien penjelasan dari penjelasan dari perawat
tampak perawat dan tampak dan tampak 09.35 4. Menganjurkan
mendengarkan mengangguk mengangguk keluarga pasien untuk
78
E. Evaluasi Keperawatan
BAB V
PEMBAHASAN
82
83
anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri otot, atau tulang dan sendi.
Beberapa pasien mengeluh sakit tenggorok dan nyeri faring sering ditemukan
pada pemeriksaan, tetapi rhinitis dan batuk jarang ditemukan. Nyeri
konjungtiva mungkin terjadi. Ketidak nyamanan epigastrik, nyeri tekan pada
margin kosta kanan, dan nyeri abdominal generalisata umum terjadi. Suhu
biasanya tinggi (>390C) dan menetap selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin
setinggi 40-410 C; konvulsi virus debris dapat terjadi terutama pada bayi
(Soedarmo, 2012).
Perawat sangat berperan penting untuk mengatasi Hipertermia pada
Demam Berdarah Dengue. Tindakan mengatasi atau menurunkan suhu ini
mencakup intervensi farmakologi dan nonfarmakologi. Untuk terapi non
farmakologi Dalam mengatasi Hipertermia juga bisa dengan melakukan
kompres. Kompres seluruh badan dengan air hangat dapat memfasilitasi
pengeluaran panas, serta dibutuhkan untuk meningkatkan keefektifan
pemberian antipiretik (Setiawati, 2014).
Hasil ini sesuai dengan teori Barbara R Hegner (2009), yang
menyatakan Kompres hangat dan dingin mempengaruhi tubuh dengan cara
yang berbeda. Kompres dingin mempengaruhi tubuh dengan cara
vasokontriksi pembuluh darah, mengurangi oedem, mematirasakan sensasi
nyeri, memperlambat proses inflamasi, mengurangi rasa gatal. Sedangkan
kompres hangat mempengaruhi tubuh dengan vasodilatasi pembuluh darah,
memberi nutrisi dan oksigen pada sel, meningkatkan suplai darah, dan
mempercepat penyembuhan.
Sedangkan menurut Wolf (2012) Mekanisme kompres hangat
dimana tubuh akan memberikan sinyal ke Hipotalamus melalui sumsum
tulang belakang. Ketika respon yang peka terhadap panas dihipotalamus
dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat
dan vasolidator parifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat
vasomotor pada medulla dari tungkai otak, dibawah pengaruh
hipotalamusbagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya
vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan energi panas melalui kulit
meningkat.
85
Menurut penulis, terdapat kesamaan antara teori dan temuan yang ada
di lapangan bahwa kompres hangat dapat menurunkan suhu pada pasien DBD
dengan masalah Hipertermia. Pada pasien 1 (An. “N”) dan pasien 2 (Nn.
“M”) telah dilakukan kompres hangat. Pada kompres hangat terjadi dilatasi
pada pembuluh darah yang dapat memfasilitasi pengeluaran panas dan
mempercepat penguapan. Namun pada pasien 1 (An. “N”) dan pasien 2 (Nn.
“M”) diperlukan peran keluarga terutama ibu pasien untuk membantu terapi
yang diberikan.
Menurut penulis, terdapat kesamaan antara teori dan temuan yang ada
di lapangan bahwa penggantian cairan pada pasien DBD dengan masalah
Hipertermia dapat menurunkan suhu badan pasien. Peningkatan suhu tubuh
mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak. Pada pasien 1 (An. “N”) dan pasien 2
(Nn. “M”) telah dianjurkan pemenuhan cairan dengan minum air yang cukup
sekurangnya 1000 cc sehari dan pasien mengikuti dengan baik dengan
bantuan anggota keluarga pasien yaitu ibu dalam pemberian implementasi.
Obat antipiretik diberikan bila suhu tubuh lebih dari 38,5oC. obat
Antipiretik diberikan apabila diperlukan. Obat Antipretik digunakan
bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh menjadi dibawah 39 oC (Sutedjo,
2008).
87
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Setelah memberikan pendidikan kesehatan (edukasi) kepada orang
tua pasien, didapatkan ada pengetahuan mengenai penanganan pada
anak DBD dengan masalah keperawatan hipertermi yang nantinya
diharapkan terjadinya perubahan perilaku khususnya dalam bidang
kesehatan.
2. Kompres Hangat
Pemberian kompres hangat pada pasien DBD terbukti
memberikan dampak penurunan suhu tubuh karena memberikan efek
vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) sehingga sangat
berpengaruh dalam proses penurunan suhu tubuh.
3. Pemenuhan Kebutuhan Cairan
Pemenuhan kebutuhan cairan merupakan salah satu cara yan
dilakukan untuk menurunkan demam pada anak, selain itu cairan
diberikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi karena demam
tinggi, anoreksia dan muntah.
4. Kolaborasi Dalam Pemberian Obat Antipiretik
Setelah pemberian obat antipiretik pada pasien 1 dan pasien 2
terdapat penurunan suhu tubuh sampai perawatan hari ke- 4.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penerapan implementasi keperawatan pada
pasien demam Berdarah dengan masalah hipertermia berhubungan dengan
proses infeksi virus, maka penulis dapat memberikan beberapa saran
antara lain:
1. Bagi Perawat
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan masalah
hipertermia di RSUD Sekayu sebaiknya perawat mengkaji terlebih dahulu
masalah dan kebutuhan pasien secara menyeluruh untuk menegakkan
88
90
89
DAFTAR PUSTAKA
Bustan. 2010. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mubarak, W.I & Chayatin Nurul. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Noer, Syaifullah. 2014. Ilmu Penyakit Dalam Jilid Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Umum.
Potter, P.A., Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Soedarmo, SSP, dkk. 2012. Demam Berdarah Dengue dalam Buku Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Suhendro, dkk. 2009. Demam Berdarah Dengue dalam Buku Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Suriadi, Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
World Health Organization. 2012. Global Strategy for Dengue Prevention and
Control. Dikutip dari :
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/75303/1/9789241504034_eng.pdf.
diakses pada tanggal 25 Maret 2018.
93
94
95
96
97
98
99