Anda di halaman 1dari 91

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DEMAM THYPOID

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMIA


DI RS NU JOMBANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
RISKA SULAIMAH HAZZAH
192102024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DEMAM THYPOID
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMIA
DI RS NU JOMBANG

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma Keperawatan

Oleh :
RISKA SULAIMAH HAZZAH
192102024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2022

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Riska Sulaimah Hazzah
NIM : 192102024
Program Studi : D III Keperawatan
Institusi : Sekolah Tinggi Kesehatan PEMKAB JOMBANG

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Jombang, 07 Mei 2022


Pembuat Pernyataan

Riska Sulaimah Hazzah


NIM. 192102024

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Riska Sulaimah Hazzah NIM 192102024 dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Anak Demam Thypoid Dengan Masalah
Keperawatan Hipertermia di RS NU Jombang” telah diperiksa dan disetujui
untuk diujikan.

Jombang, 08 Juni 2022


Pembimbing Utama

Monika Sawitri P., S. Kep., Ns., M. Kep


NIK. 021984130220081041

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Riska Sulaimah Hazzah dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Anak Demam Thypoid Dengan Masalah Keperawatan
Hipertermia di RS NU Jombang” telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 13 Juni 2022.

Dewan Penguji

Ketua Penguji

Mamik Ratnawati, S. Kep., Ns, M. Kes (…………………………)


NIK. 021981201020070727

Penguji I

Monika Sawitri P., S. Kep., Ns., M. Kep (…………………………)


NIK. 021984130220081041

Mengetahui,
Ketua STIKES PEMKAB JOMBANG

Dr. Ririn Probowati, S. Kp., M. Kes


NIP. 196507151989032003

v
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan berkah dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Anak Demam Thypoid Dengan Masalah
Keperawatan Hipertermia di RS NU Jombang” dalam penyusunan studi kasus ini,
saya sebagai peneliti menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan, sehingga
dalam penulisan ini terdapat pihak – pihak yang telah membantu dan memberikan
bimbingan serta pengarahan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
perkenalkanlah peneliti menyampaikan terimakasih kepada :
1. Dr. Ririn Probowati S. Kp., M. Kes, selaku Ketua Stikes Pemkab Jombang
yang telah memberikan dukungan serta motivasi dalam proses penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Mamik Ratnawati S. Kep., Ns., M. Kes, selaku Ketua Program Studi D III-
Keperawatan Stikes Pemkab Jombang dan juga selaku Ketua Penguji yang
telah mendukung dan memberikan motivasi dalam proses penulisan Karya
Tulis Ilmiah.
3. Monika Sawitri Prihatini S. Kep., Ns., M. Kep selaku pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penulisan Karya
Tulis Ilmiah.
4. Dr. dr. Bambang Dwi Hayunanto, Sp., KK selaku Direktur RS NU yang
telah memberi izin untuk melakukan studi kasus penelitian di RS NU.
5. Novilia Mahdalina Amd. Kep selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan arahan dalam proses penelitian sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan studi kasus.
6. Responden yang telah bersedia menjadi responden peneliti sehingga Karya
Tulis Ilmiah dapat terselesaikan dengan baik.
7. Segenap Dosen Pengajar STIKES Pemkab Jombang atas bimbingan dan
arahannya.
8. Kedua orang tua serta keluarga saya tercinta yang telah memberikan
dukungan baik moral maupun spiritual.

vi
vii

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi D-III Keperawatan angkatan 2019


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pemkab Jombang yang turut memberikan
dukungan dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Dalam penyusuan Karya Tulis Ilmiah ini, saya menyadari bahwa jauh dari
kata sempurna, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
studi kasus di masa mendatang. Semoga studi kasus ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan.

Jombang, 07 Mei 2022

Penulis

vii
viii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DEMAM THYPOID


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMIA
DI RS NU JOMBANG
TAHUN 2022

Riska Sulaimah Hazzah1, Monika Sawitri Prihatini2,


Program Studi D III Keperawatan STIKES Pemkab Jombang
Email : riskasulaimah@gmail.com

ABSTRAK

Demam thypoid menempati urutan ke-15 dalam penyebab kematian semua


umur di Indonesia akibat infeksi atau peradangan pada usus halus oleh bakteri
Salmonella typhi yang apabila terjadi keterlambatan dalam penanganannya maka
akan terjadi dehidrasi, kejang hingga kematian. Tujuan penelitian dari studi kasus
ini adalah melakukan asuhan keperawatan anak demam thypoid dalam mengatasi
masalah keperawatan hipertermia. Metode penelitian yang digunakan yaitu
pendekatan studi kasus kepada dua partisipan anak usia pra sekolah dengan
masalah hipertermia dan dilakukan tindakan keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi serta evaluasi keperawatan. Lokasi penelitian
bertempat di RS NU Jombang selama 3–5 hari kunjungan pada dua periode
waktu, pertama yaitu pada tanggal 26–28 April 2022 dan kedua pada 04–08 Mei
2022. Setelah itu didapatkan hasil masalah keperawatan hipertermia berhubungan
dengan proses penyakit akibat dari infeksi bakteri Salmonella typhi pada kedua
pasien telah teratasi. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu efektivitas penerapan
tindakan keperawatan kompres hangat yang telah dilakukan dapat membantu
penurunan suhu tubuh klien secara berkala dari partisipan 1 dan 2 yang semula
suhunya 37,8oC dan 38,7oC menjadi 36,1oC dan 36,2oC. Selain itu dapat
melakukan tindakan kolaborasi dengan tenaga medis lain terkait pemberian obat
antipiretik yang juga membantu penurunan suhu tubuh klien dan mengurangi
resiko komplikasi yang terjadi akibat keterlambatan dalam penanganan demam
thypoid. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah kompres hangat dapat
menurunkan suhu tubuh rata-rata 1,7⁰C hingga 2,5⁰C oleh karena itu penerapan
tindakan kompres hangat dapat digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada
saat demam.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Demam Thypoid, Hipertermia

viii
ix

NURSING CARE IN PEDIATRIC WITH THYPOID FEVER AND


HYPERTHERMIA NURSING PROBLEMS
IN NU HOSPITAL JOMBANG
YEAR 2022

Riska Sulaimah Hazzah1, Monika Sawitri Prihatini2,


D III Nursing Study Program STIKES Pemkab Regency Government Jombang
Email : riskasulaimah@gmail.com

ABSTRACT

Typhoid fever on 15th rank in the caused of death for all ages in Indonesia due to
infection or inflammation of the small intestine by Salmonella typhi bacteria
which if there is a delay in handling it will cause dehydration, seizures and even
death. The purpose of this case study is to provide nursing care for children with
typhoid fever in overcoming hyperthermia nursing problems. The method used for
this research is a case study approach to two respondents of pre-school age
children with hyperthermia problems and make nurshing application was carried
out including and nursing actions are carried out including assessment,
diagnosis, intervention, implementation and evaluation of nursing. The research
location is at the NU Jombang Hospital for 3-5 days of visits in two time periods,
the first is on April 26-28 2022 and the second on May 04-08 2022. After that, the
results of hyperthermia nursing problems are related to the disease process due to
infection. Salmonella typhi bacteria in both patients has been resolved. From this
study it could be concluded that the application of warm compress nursing actions
that have been carried out can help reduce the client's body temperature
periodically from participants 1 and 2 which were originally 37.8°C and 38.7°C
to 36.1°C and 36.2°C. In addition, it can take collaborative actions with other
medical personnel related to the administration of antipyretic drugs which also
help reduce the client's body temperature and reduce the risk of complications
that occur due to delays in handling typhoid fever. Suggestions for further
research is that warm compresses can reduce body temperature by an average of
1.7°C to 2.5°C, therefore the application of warm compresses can be used to
reduce body temperature during fever.

Keywords : Nursing Care, Typhoid Fever, Hyperthermia

ix
x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
HALAMAN SAMPUL BELAKANG...........................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
ABSTRAK.........................................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN....................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3. Tujuan Studi Kasus......................................................................................3
1.4. Manfaat........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
2.1. Asuhan Keperawatan Anak Demam Thypoid.............................................4
2.1.1. Pengkajian........................................................................................4
2.1.2. Analisa Data.....................................................................................8
2.1.3. Diagnosa Keperawatan....................................................................8
2.1.4. Intervensi Keperawatan....................................................................9
2.1.5. Implementasi Keperawatan............................................................10
2.1.6. Evaluasi Keperawatan....................................................................10
2.2. Konsep Hipertermia...................................................................................10
2.2.1. Definisi...........................................................................................10
2.2.2. Etiologi...........................................................................................10
2.2.3. Manifestasi Klinis..........................................................................11
2.2.4. Patofisiologi...................................................................................12
2.2.5. Penatalaksanaan.............................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................14
3.1 Rancangan Studi Kasus..............................................................................14
3.2 Subyek Studi Kasus...................................................................................14
3.3 Fokus Studi................................................................................................14
3.4 Definisi Operasional..................................................................................14
3.5 Tempat dan Waktu.....................................................................................15
3.6 Pengumpulan Data.....................................................................................15
3.7 Penyajian Data...........................................................................................16
3.8 Etika Studi Kasus.......................................................................................16
3.9 Keterbatasan Masalah................................................................................19
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN..................................20
4.1 Hasil Studi Kasus.......................................................................................20
4.1.1. Gambaran Lokasi Studi Kasus.......................................................20
4.1.2. Pengkajian Keperawatan Anak......................................................20
4.1.3. Analisa Data...................................................................................33
4.1.4. Diagnosa Keperawatan..................................................................34

x
xi

4.1.5. Intervensi Keperawatan..................................................................35


4.1.6. Implementasi Keperawatan............................................................38
4.1.7. Evaluasi Keperawatan....................................................................42
4.2 Pembahasan................................................................................................46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................49
5.1 Kesimpulan................................................................................................50
5.1.1 Pengkajian Keperawatan................................................................50
5.1.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................50
5.1.3 Intervensi Keperawatan..................................................................50
5.1.4 Implementasi Keperawatan............................................................50
5.1.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................51
5.2 Saran...........................................................................................................51
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan...............................................................51
5.2.2 Bagi RS Tempat Penelitian............................................................51
5.2.3 Bagi Partisipan...............................................................................51
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya...............................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52
LAMPIRAN..........................................................................................................54

xi
xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.4 1 Intervensi Keperawatan Anak Demam Thypoid................................9

Tabel 4.1.2 1 Identitas Anak Demam Thypoid 20


Tabel 4.1.2 2 Riwayat Keperawatan Anak Demam Thypoid................................21
Tabel 4.1.2 3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Demam Thypoid...............23
Tabel 4.1.2 4 Pemeriksaan Fisik Anak Demam Thypoid......................................26
Tabel 4.1.2 5 Dampak Hospitalisasi Anak Demam Thypoid................................28
Tabel 4.1.2 6 Pola Fungsi Kesehatan Anak Demam Thypoid...............................29
Tabel 4.1.2 7 Hasil Pemeriksaan Widal Anak Demam Thypoid...........................32
Tabel 4.1.2 8 Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap Anak Demam Thypoid............32
Tabel 4.1.2 9 Hasil Pemeriksaan Antigen Anak Demam Thypoid........................33
Tabel 4.1.2 10 Terapi Anak Demam Thypoid.......................................................33

Tabel 4.1.3 1 Analisa Data Keperawatan Anak Demam Thypoid 33

Tabel 4.1.4 1 Diagnosa Keperawatan Anak Demam Thypoid 34

Tabel 4.1.5 1 Intervensi Keperawatan Anak Demam Thypoid 35

Tabel 4.1.6 1 Implementasi Keperawatan Anak Demam Thypoid 38

Tabel 4.1.7 1 Evaluasi Keperawatan Anak Demam Thypoid42

xii
xiii

DAFTAR SINGKATAN

Kementrian Kesehatan RI : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


HB : Imunisasi Hepatitis B
DPT-HB-Hib : Imunisasi Dasar (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis
B, Pnemonia dan Meningitis)
IPV : Inactivated Polio Vaccine (Imunisasi Polio Suntiik)
BAK : Buang Air Kecil
BAB : Buang Air Besar
RS NU : Rumah Sakit Nahdlatul Ulama
UGD : Unit Gawat Darurat
RM : Rekam Medik
PNS : Pegawai Negeri Sipil
IRT : Ibu Rumah Tangga
WIB : Waktu Indonesia Barat
Cm : Centimeter (Satuan Panjang)
Kg : Kilogram (Satuan Berat)
CRT : Capillary Refill Time
ROM : Range Of Motion
TK : Taman Kanak – Kanak
TPQ : Taman Pendidikan Al – Qur’an
DS : Data Subjektif
DO : Data Objektif
SOP : Standard Operating Procedure
Cc : Cubical Centimeter (cm3 / ml)
Inj : Injeksi
Inf : Infus
P.o. : Obat melalui mulut/oral

xiii
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Sertifikat Etik........................................................................54


Lampiran 2 Lembar Surat Ijin Penelitian Kampus................................................55
Lampiran 3 Lembar Informed Consent..................................................................57
Lampiran 4 Lembar Penjelasan Subjek Penelitian (PSP)......................................59
Lampiran 5 Lembar Observasi...............................................................................67
Lampiran 6 Lembar Kunjungan.............................................................................70
Lampiran 7 Lembar SOP Kompres Hangat...........................................................73
Lampiran 8 Lembar Konsultasi..............................................................................73
Lampiran 9 Lembar Dokumentasi.........................................................................75

xiv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit menular yang banyak ditemui di negara berkembang yaitu
penyakit saluran pernafasan dan pencernaan, di Indonesia sendiri terdapat
salah satu penyakit endemik yaitu demam thypoid yang terjadi pada saluran
pencernaan (Kustiawan, 2019). Demam thypoid menurut Ngastiyah (2014)
adalah salah satu penyakit yang banyak ditemukan dilingkungan sekitar kita
baik dilingkup perdesaan maupun perkotaan. Demam thypoid merupakan
penyakit menular akibat infeksi akut disebabkan oleh bakteri Salmonella
typhi yang menyerang usus halus dengan gejala demam selama satu minggu
atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan. Sjamsuhidajat (2010)
mengatakan sumber dari infeksi bakteri Salmonella typhi dapat berasal
darimana saja baik orang sehat maupun yang sakit dan penyakit ini dapat
menyerang siapa saja dari rentang usia balita, anak – anak maupun dewasa
sekalipun (Diana et al., 2017). Perilaku hidup yang tidak sehat serta
lingkungan yang kumuh dapat menjadi penyebab paling mendukung untuk
timbulnya penyakit thypoid, contohnya seperti jajan sembarangan dan tidak
mencuci tangan sebelum makan (Diana et al., 2017).
Khairunnisa (2020) mengungkapkan terdapat sekitar 350-810 per
100.000 penduduk dengan prevalensi sebesar 1,6% insiden demam tifoid di
Indonesia dan menyebabkan penyakit ini menduduki urutan ke-5 penyakit
menular yang terjadi pada seluruh umur di Indonesia, yaitu sebesar 6,0%
serta menduduki urutan ke-15 dalam penyebab kematian semua umur di
Indonesia (Syamhudi & Ikhssani, 2021). Kementerian Kesehatan RI Tahun
2020 menjelaskan bahwa demam tifoid termasuk kedalam penyakit terbanyak
dengan jumlah pasien sebesar 5,13% dengan rata – rata 800 per 100.000
penduduk yang berada di Rumah Sakit dan data tersebut tercantum dalam
Profil Kesehatan Tahun 2020. Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan
Jawa Timur Tahun 2020 kasus demam thypoid di Jombang terdapat sekitar
20% atau sebanyak 3.263 orang dengan 1.774 mengalami demam typoid dan

1
2

1.489 didukung dengan adanya data penunjang berupa widal positif dari
keseluruhan jumlah kasus di Provinsi Jawa Timur (Putri, 2021).
Thypoid merupakan penyakit yang mengakibatkan terjadinya infeksi
atau peradangan pada usus halus disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi,
infeksi tersebut dapat menular melalui makanan atau minuman yang telah
terinfeksi. Bakteri tersebut akan masuk melalui mulut, lambung hingga ke
usus halus yang kemudian berkembangbiak dengan cepat disana dan
mengakibatkan demam thypoid. Bakteri Salmonella typhi dapat terus
berkembang di saluran usus atau kantung empedu dalam waktu yang lama
sehingga ketika sistem kekebalan tubuh mulai menurun dan tidak dapat
menjaga kebersihan makanannya maka dapat terserang thypoid kembali
hingga berkali – kali (Susanto, 2020). Menurut Zalkoni (2011), salah satu
gejala dalam kasus demam thypoid adalah hipertermia atau demam dengan
suhu tubuh diatas normal yaitu rectal temperature ≥38°C atau oral
temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C. Demam ini
disebabkan oleh respon pirogen eksogen dan sitokinin pirogenik yang
dielevasi suhu tubuh dan dimediasi oleh hipotalamus. Pada pasien yang
menderita demam thypoid lebih dari 2 minggu dapat mengalami komplikasi
serius hingga 10% jika tidak mendapat penanganan yang adekuat dan akan
meningkatkan CFR hingga 20% (Sena Bayu, 2019). Komplikasi yang dapat
terjadi apabila hipertermia pada penderita thypoid tidak segera diatasi maka
akan menyebabkan dehidrasi yang mengganggu keseimbangan elektrolit
hingga dapat menyebabkan kejang. Dehidrasi berat dapat menimbulkan syok
dan dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian apabila terlambat
dalam penanganannya serta kejang yang berulang mengakibatkan kerusakan
sel otak dan mengganggu tingkah laku pada anak (Nurkhasanah et al., 2019).
Peran perawat sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan anak
demam thypoid hipertermia yaitu secara farmakologi maupun
nonfarmakologi. Dalam penanganan farmakologi dengan pemberian
antipiretik dan penanganan nonfarmakologi yaitu menganjurkan pasien untuk
tirah baring, pemberian kompres hangat dan memberikan makanan dalam
bentuk cair untuk membantu pasien dalam metabolismenya (Diana et al.,

2
3

2017). Adapun penatalaksanaan nonfarmakologi lainnya seperti pemberian


cairan dalam jumlah banyak sehingga dapat membantu mencegah dehidrasi
dan memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat (Sena Bayu, 2019).

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan anak demam thypoid dengan masalah keperawatan
hipertermia di RS NU Jombang?

1.3. Tujuan Studi Kasus


Tujuan penelitian ini adalah melakukan asuhan keperawatan anak demam
thypoid dalam mengatasi masalah keperawatan hipertermia di RS NU
Jombang.

1.4. Manfaat
a. Masyarakat
Sebagai wawasan dalam meningkatkan pengetahuan dalam upaya
penanganan dan pengobatan pada anak demam thypoid.
b. Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan
Sebagai literasi dalam pemberian asuhan keperawatan anak demam
thypoid dengan masalah hipertemia.
c. Penulis
Sebagai bentuk dalam mempraktikan teori yang didapat secara langsung
di lapangan dalam memberikan asuhan keperawatan anak demam
thypoid dengan masalah hipertemia.

3
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asuhan Keperawatan Anak Demam Thypoid


2.1.1. Pengkajian
A. Identitas
Menurut Hendarta (2014), mayoritas angka kejadian kasus
demam thypoid yaitu pada rentang usia anak 3 – 19 tahun dengan
presentasi 91% (Susanto, 2020).
B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a) Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan demam, pucat (anemia),
nyeri kepala / pusing, nyeri otot, perut terasa mual,
kembung, nafsu makan menurun hingga gangguan
kesadaran berupa somnolen sampai koma.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
a) Penyakit yang pernah diderita
Kemungkinan pasien mengatakan pernah menderita
penyakit thypoid atau tidak serta penyakit lainnya yang
pernah dialami pasien.
b) Kebiasaan berobat dan alergi
Pasien mengatakan sedang atau diwajibkan
mengonsumsi obat – obatan tertentu serta apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat – obatan
tertentu.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga yang pernah atau sedang
mengalami penyakit tersebut serta apakah mempunyai
penyakit keturunan.
4. Genogram
Perawat menanyakan struktur keluarga pasien.

4
5

5. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pada pasien thypoid biasanya mengalami penurunan berat
badan akibat dari demam, mual muntah dan nyeri yang
dirasakan.
6. Riwayat Nutrisi
Pada pasien thypoid biasanya mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari demam, mual muntah dan nyeri yang
dirasakan.
7. Riwayat Imunisasi
Kelengkapan status imunisasi pada pasien
a) Imunisasi dasar
>7 Hari (HB 0); 1 Bulan (BCG, Polio 1); 2 Bulan
(DPT-HB-Hib 1, Polio 2); 3 Bulan (DPT-HB-Hib, Polio
3); 4 Bulan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV); 9 Bulan
(Campak).
b) Imunisasi lanjutan
18 bulan (DPT-HB-Hib); 18 Bulan (Campak).
C. Pola Gordon
1. Pola Persepsi
Kaji sikap pasien mencakup persepsi dan perasaan tentang
ukuran dan bentuk serta penampilan pasien.
2. Pola Nutrisi
Kaji frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan makin menurun.
3. Pola Eliminasi
Pada saat thypoid pada BAK akan terjadi retensi akibat
dehidrasi karena panas yang tinggi dan konsumsi cairan
tidak sesuai dengan kebutuhan.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kaji kebiasaan aktivitas yang dilakukan di lingkungan
keluarga dan masyarakat : mandiri / tergantung. Pada klien
thypoid akan mengalami kelemahan fisik hal ini

5
6

mengakibatkan pasien mengalami keterbatasan gerak dalam


beraktivitas.
5. Pola Istirahat Tidur
Pada pasien anak sering mengalami kurang tidur hal ini
disebabkan oleh suhu badan yang tinggi dan gelisah
sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya
berkurang.
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada klien thypoid akan dianjurkan untuk tirah baring
sehingga memerlukan bantuan dalam kebersihan diri.
7. Pola Hubungan-Peran
Pada klien thypoid seperangkat perilaku yang diharapkan
secara sosial yang berhubungan dengan fungsi individu pada
berbagai kelompok.
8. Pola Penanganan Masalah Stress
Pada klien thypoid anak akan lebih banyak beraktivitas
diatas tempat tidur dan mengalami bosan.
D. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
1. Keadaan umum
Pasien terlihat demam, merasa lemah, mual muntah serta
perut tidak enak, anoreksia.
2. Tanda-tanda vital
Pasien akan mengalami suhu badan yang meningkat, nadi
yang menurun hingga lemah, tekanan darah menurun serta
frekuensi napas yang tidak teratur.
3. Pemeriksaan head to toe
a) Kepala
Biasanya pada anak thypoid didapatkan adanya wayah
terlihat pucat, bibir kering, lidah kotor, konjungtiva
anemis dan sclera ikterik.

6
7

b) Dada dan abdomen


Biasanya pada anak thypoid didapatkan adanya nyeri
tekan.
c) Integumen
Biasanya pada anak thypoid didapatkan adanya
didapatkan adanya turgor kulit menurun, banyak
berkeringat dan akral hangat.
d) Eliminasi
Biasanya pada anak thypoid didapatkan adanya
mengalami diare atau konstipasi dan BAK jarang.
4. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Hadinegoro (2012) stadium awal penjajagan
penyakit demam tifoid pada anak dapat menyerupai
gastroenteritis akut lainnya. Untuk itu penegakkan
diaognosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan
penunjang yang tepat. Menurut Karyanti beberapa
pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosa thypoid, adalah :
a) Pemeriksaan darah lengkap
Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya
leukopeni, leukositosis atau kadar leukosit tidak normal.
Pada demam thypoid anak umumnya terjadi

leukositosis dapat mencapai 20.000 – 25.000/mm³ dan


laju endapan darah akan meningkat.
b) Pemeriksaan widal
Pada pemeriksaan ini mengukur kadar antibodi terhadap
antigen O dan H Salmonella typhi. Pemeriksaan widal
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang rendah. Jika
hasil titer widal tes terjadi pada antigen O (+) > 1/200
sedang aktif. Jika hasil titer widal tes terjadi pada
antigen H dan Vi (+) 1/200 dapat dikatakan infeksi
lama.

7
8

c) Pemeriksaan biakan darah (blood culture)


Pada pemeriksaan ini sampel diambil saat pasien
mengalami demam dan sebelum pemberian antibiotik
untuk memastikan adanya bakteri Salmonella typhi,
sensivitas hasil pemeriksaan ini dapat mencapai 73% -
97% jika dilakukan dengan benar.
d) Polymerase chain reaction (PCR)
Pada pemeriksaan Polymerase chain reaction/ PCR ini
lebih spesifik terhadap pendeteksian organisme dalam
darah, namun pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk
penelitian (epidemiological research) dan tidak untuk
diagnostik.
2.1.2. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka langkah selajutnya ialah membuat
analisis data dengan mengelompokkan masing-masing data yang
digunakan untuk merumuskan masalah keperawatan yang terjadi
berdasarkan tanda dan gejala yang dirasakan pasien serta
penyebabnya.
2.1.3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai
masalah yang dialami pasien diperoleh melalui proses pengumpulan
data dan analisa data secara cermat. Tindakan-tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat didasarkan pada diagnosis keperawatan,
dalam hal ini perawat memiliki tanggungjawab untuk
melaksanakannya.
Diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami demam thypoid
yaitu:
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi
bakteri Salmonella typhi) yang ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
3. Risiko syok dibuktikan dengan kekurangan volume cairan.

8
9

2.1.4. Intervensi Keperawatan


Tabel 2.1.4 1 Intervensi Keperawatan Anak Demam Thypoid
No. Diagnosa Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan Outcome Kriteria Hasil Intervensi Aktivitas
1 Hipertermia Termoregulasi 1) Suhu tubuh Manajemen Observasi
berhubungan L.14134 membaik Hipertermia 1) Identifikasi penyebab hipertermia
dengan proses 2) Kulit merah1.15506 2) Monitor suhu tubuh
penyakit menurun 3) Monitor kadar elektralit
ditandai dengan 3) Kejang 4) Monitor haluaran urine
DS : - menurun 5) Monitor komplikasi akibat hipertermia
DO : 4) Takikardi Terapeutik
1) Suhu tubuh menurun 6) Sediakan lingkungan yang dingin
diatas nilai 5) Takipnea 7) Longgarkan atau lepaskan pakaian
normal > menurun 8) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
37,8° C atau 6) Suhu kulit 9) Berikan cairan oral
38,8° C membaik 10) Ganti linen setiap hari atau lebih sering
2) Kulit merah jika mengalami hyperhidrosis
3) Kejang 11) Lakukan pendinginan eksternal
4) Takikardi 12) Hindari pemberian antipiretik atau
5) Takipnea aspirin
6) Kulit terasa 13) Berikan oksigen
hangat Edukasi
14) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
15) Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017; Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018; Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)

9
10

2.1.5. Implementasi Keperawatan


Merupakan tindakan atau perlakuan yang diberikan kepada
pasien dimana tindakan bisa bersifat dependen, independen, maupun
interdependen dalam rangka mengatasi permasalahan keperawatan
pasien. Perawat membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan.
2.1.6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan.
Tujuan dari evaluasi yaitu untuk menentukan apakah tujuan tersebut
dapat dicapai secara efektif. Evaluasi dilakukan sesuai intervensi yang
telah diberikan, dan dilakukan penilaian untuk melihat tingkat
keberhasilannya. Jika tindakan yang dilakukan belum berhasil, maka
perlu mencari cara atau metode lain. Tahap ini dapat dilakukan
selama proses asuhan keperawatan (formatif) dan evaluasi di akhir
(sumatif).

2.2. Konsep Hipertermia


2.2.1. Definisi
Hipertermia adalah keadaan dimana suhu tubuh meningkat
diatas rentang normal tubuh (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Hipertermi merupakan keadaan dimana individu mengalami atau
beresiko kenaikan suhu tubuh lebih dari rectal temperature ≥38°C
atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C
(Sena Bayu, 2019).
2.2.2. Etiologi
Hipertermi dapat disebabkan oleh beberapa hal, pada klien
demam thypoid Hipertermi disebabkan oleh karena adanya proses
penyakit infeksi bakteri Salmonella typhi (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017). Berikut penyebab lain dari Hipertermia menurut Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (2017):
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

10
11

4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan


5. Peningkatan laju metabolism
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator
2.2.3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertermia pada pasien demam thypoid
yaitu suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah dan terasa hangat
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Berdasarkan Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (2017) berikut tanda dan gejala hipertermia:
1) Gejala dan Tanda Mayor
Gejala awal dari pasien demam thypoid yaitu suhu tubuh
diatas nilai normal > 37,8° C atau 38,8° C.
2) Gejala dan Tanda Minor
a) Kulit merah
Menurut Susanti (2012), saat mengalami demam kulit akan
terlihat merah hal ini dikarenakan adanya penurunan suhu
yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan
berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas
sehingga tubuh akan berwarna kemerahan.
b) Kejang
Menurut Asmadi (2008), jika terjadi peningkatan suhu
tubuh yang tinggi maka otot tubuh mengalami fluktuasi
kontraksi dan peregangan dengan sangat cepat sehingga
gerakan yang tidak terkendali atau terkontrol menyebabkan
terjadinya kejang.
c) Takikardi (detak jantung lebih dari 100 x/menit)
Menurut Abdullah (2014), takikardi adalah suatu keadaan
detak jantung lebih cepat dari detak jantung orang normal
hal ini terjadi karena adanya peningkatan suhu tubuh yang
membuat kerja jantung meningkat akibat pembuatan
produksi panas.

11
12

d) Takipnea (frekuensi pernapasan lebih dari 24 x/menit)


Menurut Susanti (2012), takipnea adalah keadaan dimana
frekuensi pernapasan yang jumlahnya meningkat di atas
frekuensi pernapasan nomal yang disebabkan oleh
peningkatan metabolisme yang membuat kebutuhan
oksigen menjadi meningkat.
e) Kulit terasa hangat
Menurut Guyton (2012), jika produksi panas yang
berlebihan di area preoptik hipotalamus anterior akan
menyebabkan pengeluaran keringat karena vasodilatasi di
semua tempat dan dapat menyebabkan kulit terasa hangat.
2.2.4. Patofisiologi
Menurut Widagdo (2011), bakteri Salmonella typhi dapat
menimbulkan infeksi jika inokulumnya mencapai 105 - 109. Keasaman
lambung merupakan faktor penentu dari suseptibilitas terhadap
Salmonela. Kuman melekat pada jonjot ileum lalu menembus epitel
usus dan nampaknya melewati plak Peyer. Kuman diangkut ke
kelenjar getah bening usus dan disitu memperbanyak diri di dalam sel
mononukleus, kemudian sel monosit yang mengandung kuman
melalui saluran kelenjar limfe mesentrik, dan selanjutnya duktus
limfatik kuman mencapai aliran darah dan terjadilah bakteremia
pertama yang berlangsung singkat. Kuman mengil'uti peredaran darah
dan mencapai jaringan retikuloendotelial di berbagai organ, yaitu hati,
kandung empedu, limpa, sumsum tulang, ginjal, paru, susunan saraf,
dan lain-lain. Di dinding kandung empedu kuman berkembang dalam
jumlah yang sangat banyak, kemudian bersama empedu disalurkan ke
usus. Infasi plak Peyer terjadi karena adanya gen yang rnirip dengan
gen dari Shigella dan E. coli, tetapi jumlah dari gen S. typhi lebih
banyak dari gen Shigella. Antigen Vi pada permukaan kapsul dari S.
typhi berpengaruh pada proses fagositosis dengan cara mencegah
pengikatan C3 pada perukan bakteri. Kemampuan hidup dari bakteri

12
13

dalam makrofag adalah disebabkan karena sifat ganas (virulance


trait) yang disebut phoP regulon. Endotoksin yang beredar adalah
komponen lipopoliskarida dari dinding bakteri diperkirakan sebagai
penyebab panas dan gejala toksik dari demam enterik. Endotoksin
yang diproduksi karena pengaruh sitokin oleh makrofag adalah juga
sebagai timbulnya gejala sistemik. Sebagai penyebab diare yang
terjadi adalah toksin yang ada hubungannya dengan toksin kolera dan
toksin yang labil terhadap panas dari E. coli. Imunitas yang bersifat
seluler (cell-mediated immunity) adalah penting sebagai perlindungan
terhadap demam tifoid. Jumlah limfosit-T yang rendah dijumpai pada
demam tifoid yang berat. Penular memperlihatkan adanya gangguan
aktifitas seluler terhadap antigen S. typhi. Pada penular, S. typhi dalam
jumlah yang besar melewati usus dan diekskresikan dalam tinja tanpa
masuk epitel usus.

2.2.5. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi adalah dengan pemberian
antipiretik.
2. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
Penanganan nonfarmakologi adalah dengan menganjurkan pasien
untuk tirah baring, pemberian kompres hangat dan memberikan
makanan dalam bentuk cair untuk membantu pasien dalam
metabolismenya (Diana et al., 2017). Adapun penatalaksanaan
nonfarmakologi lainnya seperti pemberian cairan dalam jumlah
banyak sehingga dapat membantu mencegah dehidrasi dan
memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat (Sena Bayu,
2019).

13
14

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Studi Kasus


Jenis penelitian studi kasus yaitu menggunakan penelitian deskriptif
yang bertujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara
objektif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang
dihadapi pada situasi sekarang (Notoadmodjo, 2010). Hasil yang diharapkan
oleh peneliti adalah melihat penerapan asuhan keperawatan anak demam
thypoid dengan masalah keperawatan hipertermia di RS NU Jombang
Kabupaten Jombang.

3.2 Subyek Studi Kasus


Kriteria dari subjek dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Pasien dan orang tua bersedia menjadi responden.
2. Pasien anak dengan tahapan anak usia pra sekolah yaitu usia 3 – 5 tahun.
3. Pasien dengan rentang suhu 37,6° C - 38° C.
4. Pasien tanpa komplikasi penyakit lainnya.

3.3 Fokus Studi


Fokus dari penelitian ini adalah Asuhan Keperawatan Anak Demam Thypoid
dengan masalah keperawatan Hipertermia.

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional menjelaskan semua istilah yang digunakan dan
batasan yang berhubungan dengan judul penelitian. Definisi operasional pada
penelitian ini adalah :
1. Asuhan Keperawatan pada Anak Demam Thypoid
Serangkaian proses tindakan profesional dalam praktik
keperawatan pada klien anak demam thypoid dengan diagnosa
hipertermia yang diketahui dari diagnosa medis dokter diberikan secara

14
15

langsung kepada klien anak dalam tatanan pelayanan kesehatan


meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi,
dan evaluasi keperawatan pada anak demam thypoid.
2. Hipertermia
Hipertermia adalah dimana suhu tubuh meningkat dalam rentang
normal yaitu > 37,6° C atau 38° C.

3.5 Tempat dan Waktu


Waktu dan tempat menggambarkan masa dan lokasi pemberian asuhan
keperawatan pada pasien yang didokumentasikan dalam karya tulis ilmiah
ini.
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di RS NU Jombang Kabupaten
Jombang.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada tanggal 26 April – 08 Mei
2022 di RS NU Jombang Kabupaten Jombang.

3.6 Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan wawancara dan observasi
1. Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara secara resmi terstruktur yang
mengalir dan bebas tanpa terpaku pada pertanyaan wawancara. Dengan
demikian partisipan dapat mengungkapkan pendapatnya secara terbuka
dan peneliti dapat menemukan permasalahan yang diteliti secara lebih
mendalam (Sugiyono, 2010).
2. Observasi
Tindakan observasi ini digunakan untuk mendukung data hasil
wawancara. Peneliti melakukan observasi singkat terhadap perilaku
keluarga dan juga pasien, seperti tindakan keluarga dan penderita,
kondisi rumah dan lingkungan rumah.

15
16

3.7 Penyajian Data


Penyajian Data dari penelitian ini yaitu peneliti menjabarkan secara
naratif untuk menganalisis data hasil penelitian. Hasil wawancara dan
observasi disusun secara sistematis dan ditafsirkan untuk menghasilkan suatu
pemikiran, pendapat dan gagasan baru.
Peneliti menggunakan teknik analisis interactive model (Miles dan
Huberman, 1994 dalam Pawito 2007) yang terdiri dari tiga komponen yaitu:
1. Reduksi data (data reduction)
Hasil wawancara disusun dalam bentuk verbatim data yang
memuat pertanyaan dan jawaban ketika peneliti melakukan wawancara
kepada partisipan.
2. Penyajian data (data display)
Peneliti mengorganisasikan dan mengkategorisasikan data dari tiap
partisipan, yakni mengelompokkan data dalam satu kesatuan sesuai tema
yang diperoleh sehingga mudah dipahami dan dilakukan analisis secara
mendalam.
3. Penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying
conclusions)
Data hasil wawancara dari masing – masing keluarga pasien
dikelompokkan dan dikaitkan dengan teori yang ada untuk dapat
menarik kesimpulan akhir dari hasil penelitian.

3.8 Etika Studi Kasus


Menurut Arwam H (2009) dalam Hermanus (2015), etika
mendeskripsikan aspek-aspek etik yang digunakan sebagai pertimbangan
dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien hingga pada proses
dokumentasi yang dilakukan. Etika penelitian adalah suatu bentuk hubungan
moral atau nurani yang berupa sopan santun, tata susila dan budi pekerti
dalam pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah yang
teruji secara validitas dan realibilitas. Beberapa prinsip etika yang digunakan
dalam pemberian asuhan keperawatan adalah :

16
17

1. Nonmaleficience
Menurut Afiyanti (2014), peneliti berkewajiban untuk
menyakinkan bahwa kegiatan penelitian yang dilakukan tidak
menimbulkan suatu resiko bahaya, baik bahaya secara fisik maupun
bahaya secara psikologis. Penelitian ini diyakini tidak menimbulkan
bahaya bagi partisipan, karena metode yang dilakukan adalah
wawancara. Selama proses wawancara tidak terjadi hal-hal yang dapat
membahayakan bagi partisipan dan sebelum dilakukan wawancara,
peneliti memberikan informasi bahwa jika dalam kegiatan penelitian
yang dilakukan menyebabkan ketidaknyamanan partisipan, maka
partisipan memiliki hak untuk tidak melanjutkannya. Namun, jika ha
tersebut tidak terjadi, maka wawancara akan diteruskan.
2. Beneficence
Menurut Setiawan dan Sarwono (2011), prinsip ini mewajibkan
peneliti untuk meminimalkan resiko dan memaksimalkan manfaat, yang
mana penelitian terhadap manusia diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk kepentingan manusia baik secara individual maupun
masyarakat secara keseluruhan. Penelitian ini akan memberikan
informasi mengenai demam thypoid anak dengan masalah Hipertemia
yang mana hasilnya dapat memberikan informasi kepada pemberi
layanan kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang demam
thypoid kurang sehingga pasien dan keluarga pasien dapat melakukan
pencegahan dan penanganan awal di rumah.
3. Autonomy
Menurut Afiyanti (2014), partisipan memiliki hak untuk
menentukan keputusannya berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
setelah diberikan penjelasan oleh peneliti dan memahami bentuk
partisipasinya dalam penelitian). Penelitian ini dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan dari partisipan yang mana sebelum dilakukan
kegiatan wawancara partisipan diberikan penjelasan tentang tujuan,
manfaat, dan proses penelitian yang akan dilakukan. Penelitian akan

17
18

dihentikan ketika partisipan memutuskan untuk tidak melanjutkan


keikutsertaanya dalam penelitian.
4. Anonymity
Menurut Hidayat (2014), kerahasiaan partisipan dilakukan dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Peneliti menjaga
kerahasiaan dengan memberikan kode peserta mengenai identitasnya,
Penulisan transkip data akan diberikan inisial P1, P2, P3 dan seterusnya.
5. Justice
Menurut Setiawan dan Sarwono (2011), prinsip memberikan
keadilan dan kesetaraan dalam penelitian, dengan menghargai hak-hak
dalam memberikan perawatan secara adil, dan hak untuk menjaga privasi
partisipan. Setiap partisipan sebelum dilakukan kegiatan penelitian
diberikan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, dan proses penelitian
yang akan dilakukan. Peneliti menghormati dan menghargai partisipan
apa adanya tanpa membedakan latar belakang budaya maupun ekonomi.
6. Veracity
Kejujuran merupakan suatu dasar penelitian yang harus dimiliki
peneliti untuk kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan
tersebut dapat diterima dan tidak diragukan validasinya. Peneliti dalam
penelitian ini melakukan penelitian dengan partisipan di Kabupaten
Jombang dan menuliskan hasil penelitian berdasarkan temuan yang ada
dan disusun secara sistematis.
7. Confidentiality
Menurut Hidayat (2014), prinsip memberikan jaminan kerahasiaan
hasil penelitian, baik inforasi maupun masalah-masalah. Peneliti
menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar
persetujuan mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman dan transkip
wawancara dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti.

8. Inform Consent

18
19

Menurut Hidayat (2014), inform consent merupakan bentuk


persetujuan antara peneliti dengan partisipan penelitian dengan
memberikan lembar persetujuan yang diberikan sebelum penelitian
dilakukan dengan tujuan agar partisipan mengerti maksud dan tujuan
penelitian dan mengetahui dampaknya. Setelah partisipan bersedia, maka
diminta untuk menandatangani inform consent. Setelah inform consent
ditandatangani peneliti memiliki tanggungjawab.
9. Inducement (Bujukan)
Bujukan / Inducement merupakan penjelasan tentang insentif bagi
subjek penelitian, dapat berupa material seperti uang, hadiah, layanan
gratis jika diperlukan, atau lainnya, berupa non material: uraian
mengenai kompensasi atau penggantian yang akan diberikan (dalam hal
waktu, perjalanan, hari-hari yang hilang dari pekerjaan, dll). Insentif
pada penelitian yang berisiko luka fisik, atau lebih berat, termasuk
pemberian pengobatan bebas biaya termasuk asuransi, bahkan
kompensasi jika terjadi disabilitas, bahkan kematian.

3.9 Keterbatasan Masalah


Keterbatasan masalah yang dialami oleh peneliti yaitu sempat
mengalami kesulitan dalam mencari partisipan sehingga harus berpindah
tempat penelitian yaitu dari Puskesmas ke Rumah Sakit serta menunggu
dengan jangka waktu selama satu bulan dalam memperoleh partisipan.

19
20

BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus


4.1.1. Gambaran Lokasi Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan di RS NU Jombang, tepatnya tempat di
ruang rawat inap anak yaitu lantai 2 sebelah utara yang depan ruang
rawat inap dewasa.

4.1.2. Pengkajian Keperawatan Anak


A. Identitas
Tabel 4.1.2 1 Identitas Anak Demam Thypoid
1 Identitas Anak Anak 1 Anak 2
Nama An. A An. T
Tanggal Lahir 01 November 2017 26 Oktober 2018
Tanggal MRS 25 April 2022 03 Mei 2022
Usia Anak saat 53 bulan 42 bulan
Pengkajian
Jenis Kelamin Laki - laki Perempuan
Alamat Bandung Krajan, Temuwulan, Perak
Diwek
Diagnosa Medis Observasi Observasi Febris
Vomiting + H3+ Thypoid
Thypoid
Sumber Pasien, Keluarga Pasien, Keluarga
Informasi pasien, Perawat & pasien, Perawat &
Rekam Medik Rekam Medik
No. RM 369452 369593
2 Identitas Anak 1 Anak 2
Orang Tua
Nama Ayah Tn. Y Tn. S
Nama Ibu Ny. K Ny. A
Pekerjaan Ayah Wiraswasta Wiraswasta
Pekerjaan Ibu PNS IRT
Alamat Bandung Krajan, Temuwulan, Perak
Diwek
Suku Bangsa Jawa Jawa
Agama Islam Islam

20
21

B. Riwayat Keperawatan
Tabel 4.1.2 2 Riwayat Keperawatan Anak Demam Thypoid
1 Riwayat Anak 1 Anak 2
Keperawatan
Sekarang
Keluhan Ibu klien Ibu klien
Utama mengatakan anaknya mengatakan anaknya
demam demam dari 2 hari
yang lalu

Riwayat Klien datang ke IGD Klien datang ke IGD


Penyakit Saat RS NU pada tanggal RS NU pada tanggal
Ini 25 April 2022 pukul 03 Mei 2022 pukul
21.50 WIB dengan 15.51 WIB dengan
keluhan demam. keluhan demam dari
Dilakukan 2 hari yang lalu.
pemasangan Infus Dilakukan
KA-EN 3B 500 cc/ 3 pemasangan Infus
jam dan tindakan RL D5 1000 cc/ 24
Injeksi Santagesik 3 jam dan tindakan
x 150 mg, Injeksi Injeksi Ceftriaxone 2
Ranitidine 2 x 15 x 500 mg, Injeksi
mg, Injeksi Santagesik 3 x 150
Ondansetron 3 x 15 mg, Injeksi Sanmol
mg dan Injeksi 3 x 12 ml dan Injeksi
Ceftriaxone 2 x 600 Ranitidine 2 x 10
mg. Klien mg. Klien
disarankan MRS disarankan MRS
untuk tindakan untuk tindakan
selanjutnya yang selanjutnya yang
kemudian kemudian
dipindahkan ke dipindahkan ke
Ruang Rawat Inap Ruang Rawat Inap
Anak pada pukul Anak pada pukul
23.00 WIB. Saat 16.30 WIB. Saat
dilakukan dilakukan
pengkajian pengkajian
didapatkan data ibu didapatkan data ibu
klien mengatakan klien mengatakan
anaknya demam demam dengan suhu
dengan suhu 37,8oC 38,7oC disertai
disertai dengan kulit dengan kulit terasa
terasa hangat dan hangat dan tampak
tampak merah. merah.

21
22

2 Riwayat Anak 1 Anak 2


Keperawatan
Dahulu
Riwayat Ibu klien Ibu klien
Penyakit mengatakan mengatakan
Dahulu sebelumnya sebelumnya
memeriksakan memeriksakan
anaknya ke petugas anaknya ke IGD RS
Puskesmas Cukir NU pada hari yang
yang keliling dan sama pukul 09.40
mengatakan jika WIB dan
diberi obat mengatakan jika
Paracetamol diberi obat
kemudian dibawa Ibuprofen syrup,
pulang kerumah Ceftrixime syrup
tetapi masih demam dan Curcuma syrup
sehingga dibawa ke kemudian dibawa
RS NU. Ibu klien pulang kerumah
mengatakan anaknya tetapi masih demam
tidak mempunyai sehingga dibawa ke
riwayat alergi. RS NU kembali. Ibu
klien mengatakan
anaknya tidak
mempunyai riwayat
alergi.

Riwayat Ibu klien Ibu klien


Persalinan mengatakan saat mengatakan saat
masa kehamilan An. masa kehamilan An.
A tidak pernah T tidak pernah
mengalami masalah mengalami masalah
dan proses dan proses
persalinan secara persalinan secara
normal dan An. A normal dengan berat
lahir dengan berat 2.400 gr.
2.600 gr.

Imunisasi Ibu klien Ibu klien


mengatakan anaknya mengatakan anaknya
mendapatkan mendapatkan
imunisasi lengkap. imunisasi lengkap.

Riwayat Ibu klien Ibu klien


Kesehatan mengatakan jika mengatakan jika
Keluarga dalam keluarganya dalam keluarganya
tidak ada yang tidak ada yang
menderita penyakit menderita penyakit
demam thypoid. demam thypoid.

22
23

C. Pertumbuhan dan Perkembangan


Tabel 4.1.2 3 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Demam
Thypoid
1 Pertumbuhan Anak 1 Anak 2
Tinggi Badan 105 cm 96 cm
Berat Badan 15 kg 12 kg
Status Gizi Normal Normal
2 Perkembanga Anak 1 Anak 2
n
Motorik Kasar a) Anak dapat a) Anak dapat
mengayuh mengayuh
sepeda roda tiga sepeda roda tiga
sejauh 3 meter sejauh 3 meter
(berdasarkan (berdasarkan
hasil wawancara hasil wawancara
dengan ibu klien) dengan ibu klien)
b) Anak dapat b) Anak dapat
berdiri dengan berdiri dengan
satu kaki selama satu kaki selama
lebih dari 2 detik 2 detik
(berdasarkan (berdasarkan
hasil anamnese hasil wawancara
dengan ibu klien) dengan ibu klien)
c) Anak dapat c) Anak dapat
melompat melompat
dengan satu kaki dengan kedua
diangkat secara kaki diangkat
bersamaan secara bersamaan
(berdasarkan (berdasarkan
hasil wawancara hasil wawancara
dengan ibu klien) dengan ibu klien)

Motorik Halus a) Anak dapat a) Anak dapat


meletakkan 8 menumpuk 8
buah kubus tanpa buah kubus tanpa
menjatuhkannya menjatuhkannya
(berdasarkan (berdasarkan
hasil wawancara hasil wawancara
dengan ibu klien) dengan ibu klien)
b) Anak dapat b) Anak dapat
mengambar mengambar
bentuk lingkaran bentuk lingkaran
sendiri tanpa sendiri tanpa
bantuan bantuan
(berdasarkan (berdasarkan
hasil anamnese hasil anamnese

23
24

dengan ibu klien) dengan ibu klien)

Sosialisasi dan a) Anak dapat a) Anak dapat


Kemandirian/ mencuci tangan mengenakan
Personal Sosial sendiri tanpa sepatu sendiri
bantuan (berdasarkan
(berdasarkan hasil wawancara
hasil anamnese dengan ibu klien)
dengan ibu klien) b) Anak dapat
b) Anak dapat mencuci tangan
bermain bersama sendiri tanpa
teman dan bantuan
mengikuti aturan (berdasarkan
permainan hasil wawancara
(berdasarkan dengan ibu klien)
hasil wawancara c) Anak dapat
dengan ibu klien) bermain bersama
c) Anak dapat teman dan
mengenakan baju mengikuti aturan
sendiri tanpa permainan
dibantu (berdasarkan
(berdasarkan hasil wawancara
hasil wawancara dengan ibu klien)
dengan ibu klien) d) Anak dapat
mengenakan
kaos kaki sendiri
tanpa dibantu
(berdasarkan
hasil wawancara
dengan ibu klien)

Bahasa a) Anak dapat -


menyebutkan
nama lengkapnya
tanpa dibantu
(berdasarkan
hasil anamnese
dengan ibu klien)

Kesimpulan Didapatkan hasil Didapatkan hasil


dari 9 pertanyaan dari 9 pertanyaan
didapatkan jawaban didapatkan jawaban
Ya berjumlah 9. Ya berjumlah 9.
Perkembangan anak Perkembangan anak
sesuai dengan sesuai dengan
tahapan usianya tahapan usianya

24
25

3 Genogram
Anak 1

Anak 2

25
26

D. Pengkajian Fisik
Tabel 4.1.2 4 Pemeriksaan Fisik Anak Demam Thypoid
1 Tanda – Tanda Anak 1 Anak 2
Vital
Kesadaran Composmentis Composmentis
Tekanan Darah 100/70 mmHg 100/60 mmHg
Nadi 116 x/menit 124 x/menit
Suhu 37,8 oC 38,7 oC
Frekuensi 24 x/menit 24 x/menit
Napas
2 Pemeriksaan Anak 1 Anak 2
Fisik
Kepala
a) Inspeksi a) Rambut a) Rambut
b) Palpasi berwarna hitam berwarna hitam
dan dan lurus
bergelombang b) Tidak adanya
b) Tidak adanya benjolan dan
benjolan dan nyeri tekan
nyeri tekan
Mata
a) Inspeksi a) Simetris, a) Simetris,
b) Palpasi penglihatan jelas penglihatan jelas
tidak buram, tidak buram,
mata terlihat mata terlihat
cowong cowong
b) Sklera tidak b) Sklera tidak
ikterus, ikterus,
konjungtiva konjungtiva
tidak anemis tidak anemis,
Hidung
a) Inspeksi a) Simetris, tidak a) Simetris, tidak
b) Palpasi terdapat sekret terdapat sekret
dan polip dan polip
b) Tidak adanya b) Tidak adanya
benjolan dan benjolan dan
nyeri tekan nyeri tekan
Mulut
a) Inspeksi a) Mukosa bibir a) Mukosa bibir
kering, lidah kering, lidah
tampak kotor tampak kotor
Telinga
a) Inspeksi a) Simetris, tidak a) Simetris, tidak
b) Palpasi terdapat serumen terdapat serumen
b) Tidak adanya b) Tidak adanya
benjolan dan benjolan dan

26
27

nyeri tekan nyeri tekan


Leher
a) Inspeksi a) Simetris a) Simetris
b) Palpasi b) Tidak ada b) Tidak ada
pembengkakan pembengkakan
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
dan vena dan vena
jugularis jugularis
Thorax/Dada
a) Paru – paru a) Paru – paru a) Paru – paru
b) Jantung Inspeksi : Inspeksi :
Simetris Simetris
Palpasi : Tidak Palpasi : Tidak
ada nyeri tekan ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor Perkusi : Sonor
Auskultasi : Auskultasi :
Tidak ada suara Tidak ada suara
ronkhi dan ronkhi dan
wheezing wheezing
b) Jantung b) Jantung
Inspeksi : Inspeksi :
Simetris Simetris
Palpasi : Tidak Palpasi : Tidak
ada nyeri tekan, ada nyeri tekan,
CRT > 2 detik CRT > 2 detik
Perkusi : Pekak Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 Auskultasi : S1
S2 tunggal S2 tunggal
Abdomen/Perut
a) Inspeksi a) Simetris a) Simetris
b) Palpasi b) Adanya nyeri b) Adanya nyeri
c) Perkusi tekan tekan
d) Auskultasi c) Timpani c) Timpani
d) Bising usus d) Bising usus
35x/menit 35x/menit
Genetalia Tidak ditemukan Tidak ditemukan
adanya gangguan adanya gangguan
pada genetalia pada genetalia
Anus Tidak ditemukan Tidak ditemukan
adanya gangguan adanya gangguan
pada anus pada anus
Ekstremitas
a) Atas a) Pada tangan kiri a) Pada tangan kiri
b) Bawah terpasang infus, terpasang infus,
c) Kulit tidak ditemukan tidak ditemukan
d) Akral adanya adanya
e) ROM gangguan gangguan

27
28

b) Tidak ditemukan b) Tidak ditemukan


adanya adanya
gangguan gangguan
c) Kulit c) Kulit
kemerahan kemerahan
d) Akral hangat d) Akral hangat
e) ROM e) ROM
5 5 5 5
5 5 5 5

E. Dampak Hospitalisasi
Tabel 4.1.2 5 Dampak Hospitalisasi Anak Demam Thypoid
Anak 1 Anak 2
Klien terlihat Klien takut saat
tenang saat ada ada perawat yang
perawat yang akan melakukan
akan melakukan tindakan
1 Pada Anak tindakan keperawatan dan
keperawatan selalu menangis
jika ada yang
tidak dikenal
didekatnya

Anak 1 Anak 2
Ibu klien berharap Ibu klien berharap
semoga cepat semoga cepat
2 Pada Orang Tua
sembuh dan bisa sembuh dan bisa
pulang pulang

28
29

F. Pola Fungsi Kesehatan


Tabel 4.1.2 6 Pola Fungsi Kesehatan Anak Demam Thypoid
No Pola Fungsi Anak 1 Anak 2
Kesehatan Dirumah Di Rumah Sakit Dirumah Di Rumah Sakit
1 Pola Persepsi Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
jika anaknya panas menyerahkan tindakan jika anaknya panas menyerahkan tindakan
maka akan keperawatan untuk An. maka akan keperawatan untuk An.
memberikan obat A kepada tenaga medis memberikan obat T kepada tenaga medis
Paracetamol Paracetamol
2 Pola Aktivitas Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
Sehari – hari/ jika sehari – hari An. A An. A lebih banyak jika sehari – hari An. T An. T lebih banyak
Latihan bersekolah di TK berbaring dan bermain bermain dirumah berbaring dan rewel
handphone bersama teman – ketika ditinggal
temannya
3 Pola Nutrisi Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
An. A makan 3x sehari An. A makan 3x sehari An. T makan 3x sehari An. T makan 2x sehari
porsi penuh dan makan 1 porsi penuh dan 1
porsi dan disuapi porsi dan disuapi
sendiri 2 disuapi 2
4 Pola Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
Eliminasi An. A BAB 1 – 2x An. A belum BAB An. T BAB 1x sehari An. T belum BAB
sehari padat berwarna sama sekali dan BAK padat berwarna sama sekali dan BAK 3
kecoklatan dan BAK 4 4x sehari bau khas urin kecoklatan dan BAK 5 – 4x sehari bau khas
– 5x sehari bau khas kekuningan – 6x sehari bau khas urin kekuningan
urin kekuningan urin kekuningan
5 Pola Tidur Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
ketika An. A tidur ketika An. A tidur ketika An. T tidur ketika An. T tidur
siang sekitar pukul siang sekitar pukul siang sekitar pukul siang sekitar pukul

29
30

No Pola Fungsi Anak 1 Anak 2


Kesehatan Dirumah Di Rumah Sakit Dirumah Di Rumah Sakit
12.00 – 14.00 WIB 11.00 – 13.00 WIB 12.30 – 15.00 WIB 12.00 – 14.00 WIB.
sedangkan saat tidur sedangkan saat tidur sedangkan saat tidur Sedangkan saat tidur
malam sekitar pukul malam sekitar pukul malam sekitar pukul malam sekitar pukul
20.00 – 05.00 WIB. 21.00 – 07.00 WIB. 20.30 – 06.00 WIB. 21.00 – 07.00 WIB
Kualitas tidur baik Kualitas tidur tidak Kualitas tidur baik Kualitas tidur tidak
tidak mudah terbangun baik karena mudah tidak mudah terbangun baik mudah terbangun
terbangun dan menangis
6 Pola Kognitif Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
- Perseptual An. A dapat An. A tidak dapat An. T dapat An. T rewel ketika
berkonsentrasi ketika berkonsentrasi ketika berkonsentrasi ketika beraktivitas dan
beraktivitas dan beraktivitas dan beraktivitas dan bermain
bermain bermain bermain
7 Pola Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
Toleransi – An. A senang dapat An. A pediam dan An. T senang dapat An. T rewel dan ingin
Koping Stress bermain dengan teman ingin cepat pulang bermain dengan teman cepat pulang kerumah
– temannya kerumah dan bertemu – temannya dan bertemu dengan
dengan teman – teman – temannya
temannya
8 Pola Persepsi Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
Diri / Konsep An. A tidak mengeluh An. A mengeluh tidak An. T tidak mengeluh An. T mengeluh tidak
Diri sakit enak badan dan nyeri sakit enak badan dan mual
pada perutnya
9 Pola Seksual - Tidak dapat terkaji Tidak dapat terkaji Tidak dapat terkaji Tidak dapat terkaji
Reproduksi
10 Pola An. A merupakan anak An. A merupakan anak An. T merupakan anak An. T merupakan anak
Hubungan & kandung dari 2 kandung dari 2 pertama dan cucu pertama dan cucu

30
31

No Pola Fungsi Anak 1 Anak 2


Kesehatan Dirumah Di Rumah Sakit Dirumah Di Rumah Sakit
Peran bersaudara dan bersaudara dan pertama dikeluarganya pertama dikeluarganya
merupakan anak merupakan anak
terakhir terakhir
11 Pola Nilai dan Ibu klien An. A Ibu klien An. A hanya Ibu klien An. T Ibu klien An. T rewel
Keyakinan beragama islam dan berbaring di bednya beragama islam dan dan hanya berbaring di
setiap sore mengaji di setiap sore mengaji di bednya
TPQ terdekat TPQ terdekat

31
32

G. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Widal
Pada patisipan 1 dilakukan pemeriksaan widal pada Senin, 25
April 2022, sedangkan pada partisipan 2 dilakukan pada
Selasa, 03 Mei 2022.
Tabel 4.1.2 7 Hasil Pemeriksaan Widal Anak Demam Thypoid
Hasil
Pemeriksaan Unit
Anak 1 Anak 2
Thypy O Positif 1/160 Positif 1/80 Negatif
Thypy H Positif 1/160 Positif 1/80 Negatif
Thypy PA Negatif Negatif Negatif
Thypy PB Positif 1/80 Negatif Negatif

2) Pemeriksaan Darah Lengkap


Pada partisipan 1 dilakukan pemeriksaan darah lengkap pada
Senin, 25 April 2022, sedangkan pada partisipan 2 dilakukan
pada Selasa, 03 Mei 2022.
Tabel 4.1.2 8 Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap Anak Demam
Thypoid
Hasil
Pemeriksaan Unit
Anak 1 Anak 2
Hemoglobin 10,4 g/dl 10,1 g/dl 11,4 – 17,7
g/dl
Leukosit 14.120/cmm 3.590/cmm 4.700 –
350.00/cmm
Trombosit 303.000/cmm 161.000/cmm 150.000 –
350.000/cm
m
Hematrokit 33,2 ³/μl 3,8 ³/μl 40 -48 ³/μl
Eritrosit 4,20 ³/μl 33,1 ³/μl 4,5 – 5,5 ³/μl
Segment 84 % 56 % 50 – 65 %
Limposit 10 % 37 % 25 – 35 %
Monosit 6% 7% 4 – 10 %

3) Pemeriksaan Antigen
Pada partisipan 1 dilakukan pemeriksaan antigen swab pada
Senin, 25 April 2022, sedangkan pada partisipan 2 dilakukan
pada Selasa, 03 Mei 2022.

32
33

Tabel 4.1.2 9 Hasil Pemeriksaan Antigen Anak Demam


Thypoid
Hasil
Pemeriksaan Unit
Anak 1 Anak 2
Swab Negatif Negatif Negatif
Antigen

H. Terapi
Tabel 4.1.2 10 Terapi Anak Demam Thypoid
No Nama Obat Dosis
Anak 1 Anak 2
1 Inf. KA-EN 3B 500 cc/ 3 jam -
2 Inf. RL D5 - 1000 cc/ 24 jam
3 Inj. Santagesik, 3 x 150 mg 3 x 150 mg
4 Inj. Ranitidine 2 x 15 mg 2 x 10 mg
5 Inj. Ondansetron 3 x 15 mg -
6 Inj. Sanmol - 3 x 12 ml
7 Inj 2 x 600 mg 2 x 500 mg
Ceftriaxone

4.1.3. Analisa Data


Tabel 4.1.3 1 Analisa Data Keperawatan Anak Demam Thypoid
Analisa Data Etiologi Masalah
Data
Anak 1 DS : Proses penyakit Hipertermia
Ibu klien mengatakan (infeksi bakteri
anaknya demam Salmonella
DO : typhi)
1) Kulit terasa hangat
2) Kulit tampak merah
3) S : 37,8 oC

Anak 2 DS : Proses penyakit Hipertermia


Ibu klien mengatakan (infeksi bakteri
anaknya demam dari 2 Salmonella
hari yang lalu typhi)
DO :
1) Kulit terasa hangat
2) Kulit tampak merah
3) S : 38,7 oC

33
34

4.1.4. Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.1.4 1 Diagnosa Keperawatan Anak Demam Thypoid
Anak 1 Anak 2
Hipertermia Hipertermia berhubungan
berhubungan dengan dengan proses penyakit
proses penyakit (infeksi (infeksi bakteri
bakteri Salmonella typhi) Salmonella typhi)
ditandai dengan ditandai dengan
Diagnosa DS : DS :
Keperawata Ibu klien mengatakan Ibu klien mengatakan
n anaknya demam anaknya demam dari 2
DO : hari yang lalu
1) Kulit terasa hangat DO :
2) Kulit tampak merah 1) Kulit terasa hangat
3) S : 37,8 oC 2) Kulit tampak merah
3) S : 38,7 oC

34
35

4.1.5. Intervensi Keperawatan


Tabel 4.1.5 1 Intervensi Keperawatan Anak Demam Thypoid
Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
Intervensi Diagnosa
Kriteria
Keperawatan Keperawatan Outcome Intervensi Aktivitas
Hasil
Anak 1 Hipertermia Termoregulasi 1) Suhu kulit Manajemen Observasi
berhubungan L.14134 membaik Hipertermia 1) Identifikasi penyebab
dengan proses 2) Kulit 1.15506 hipertermia
penyakit merah 2) Monitor suhu tubuh
(infeksi bakteri menurun 3) Monitor kadar elektralit
Salmonella 3) Suhu 4) Monitor haluaran urine
typhi) ditandai tubuh 5) Monitor komplikasi akibat
dengan membaik hipertermia
DS : Terapeutik
Ibu klien 6) Sediakan lingkungan yang
mengatakan dingin
anaknya 7) Longgarkan atau lepaskan
demam pakaian
DO : 8) Basahi dan kipasi permukaan
1) Kulit terasa tubuh
hangat 9) Berikan cairan oral
2) Kulit tampak 10) Ganti linen setiap hari atau
merah lebih sering jika mengalami
3) S : 37,8 oC hyperhidrosis
11) Lakukan pendinginan eksternal
12) Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
13) Berikan oksigen

35
36

Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)


Intervensi Diagnosa
Kriteria
Keperawatan Keperawatan Outcome Intervensi Aktivitas
Hasil
Edukasi
14) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
15) Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena

Anak 2 Hipertermia Termoregulasi 1) Suhu kulit Manajemen Observasi


berhubungan L.14134 membaik Hipertermia 1) Identifikasi penyebab
dengan proses 2) Kulit 1.15506 hipertermia
penyakit merah 2) Monitor suhu tubuh
(infeksi bakteri menurun 3) Monitor kadar elektralit
Salmonella 3) Suhu 4) Monitor haluaran urine
typhi) ditandai tubuh 5) Monitor komplikasi akibat
dengan membaik hipertermia
DS : Terapeutik
Ibu klien 6) Sediakan lingkungan yang
mengatakan dingin
anaknya 7) Longgarkan atau lepaskan
demam dari 2 pakaian
hari yang lalu 8) Basahi dan kipasi permukaan
DO : tubuh
1) Kulit terasa 9) Berikan cairan oral
hangat 10) Ganti linen setiap hari atau
2) Kulit tampak lebih sering jika mengalami
merah hyperhidrosis

36
37

Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)


Intervensi Diagnosa
Kriteria
Keperawatan Keperawatan Outcome Intervensi Aktivitas
Hasil
3) S : 38,7 oC 11) Lakukan pendinginan eksternal
12) Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
13) Berikan oksigen
Edukasi
14) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
15) Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena

37
38

4.1.6. Implementasi Keperawatan


Tabel 4.1.6 1 Implementasi Keperawatan Anak Demam Thypoid
Anak 1
T
N Har
Diagnosa Keperawatan Implementasi T
o i
D
1 Sela Hipertermia berhubungan dengan proses 1) Mengidentifikasi penyebab hipertermia
sa, penyakit (infeksi bakteri Salmonella 2) Memonitor suhu tubuh
26 April typhi) ditandai dengan 3) Memonitor kadar elektralit
2022 DS : 4) Memonitor haluaran urine
Ibu klien mengatakan anaknya demam 5) Memonitor komplikasi akibat hipertermia
10.00 – DO : 6) Menyediakan lingkungan yang dingin
11.00 1) Kulit terasa hangat 7) Melonggarkan atau lepaskan pakaian
2) Kulit tampak merah 8) Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
3) S : 37,8 oC 9) Memberikan cairan oral
10) Menganjurkan tirah baring

2 Rab Hipertermia berhubungan dengan proses 1) Memonitor suhu tubuh


u, penyakit (infeksi bakteri Salmonella 2) Menyediakan lingkungan yang dingin
27 April typhi) ditandai dengan 3) Melonggarkan atau lepaskan pakaian
2022 DS : 4) Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
Ibu klien mengatakan anaknya demam 5) Memberikan cairan oral
09.00 – DO : 6) Menganjurkan tirah baring
10.00 1) Kulit terasa hangat 7) Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
2) Kulit tampak merah elektrolit intravena
3) S : 37,8 oC Inj. Ceftriaxone 2 x 750 mg
Inj. Ranitidine 2 x 15 mg

38
39

T
N Har
Diagnosa Keperawatan Implementasi T
o i
D
Inj. Ondansetron 1 x 15 mg
3 Ka Hipertermia berhubungan dengan proses 1) Memonitor suhu tubuh
mis, penyakit (infeksi bakteri Salmonella 2) Menyediakan lingkungan yang dingin
28 April typhi) ditandai dengan 3) Memberikan cairan oral
2022 DS : 4) Menganjurkan tirah baring
Ibu klien mengatakan anaknya demam 5) Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
09.00 – DO : elektrolit intravena
10.00 1) Kulit terasa hangat Inj. Ceftriaxone 2 x 750 mg
2) Kulit tampak merah
3) S : 37,8 oC

Anak 2
T
N Ha
Diagnosa Keperawatan Implementasi T
o ri
D
1 Rabu, Hipertermia berhubungan dengan proses 1) Mengidentifikasi penyebab hipertermia
04 Mei penyakit (infeksi bakteri Salmonella 2) Memonitor suhu tubuh
2022 typhi) ditandai dengan 3) Memonitor kadar elektralit
DS : 4) Memonitor haluaran urine
10.00 – Ibu klien mengatakan anaknya demam 5) Memonitor komplikasi akibat hipertermia
11.00 dari 2 hari yang lalu 6) Menyediakan lingkungan yang dingin
DO : 7) Melonggarkan atau lepaskan pakaian

39
40

T
N Ha
Diagnosa Keperawatan Implementasi T
o ri
D
1) Kulit terasa hangat 8) Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
2) Kulit tampak merah 9) Memberikan cairan oral
3) S : 38,7 oC 10) Menganjurkan tirah baring

2 Kamis, Hipertermia berhubungan dengan proses 1) Memonitor suhu tubuh


05 Mei penyakit (infeksi bakteri Salmonella 2) Memonitor kadar elektralit
2022 typhi) ditandai dengan 3) Menyediakan lingkungan yang dingin
DS : 4) Melonggarkan atau lepaskan pakaian
09.00 – Ibu klien mengatakan anaknya demam 5) Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
10.00 dari 2 hari yang lalu 6) Memberikan cairan oral
DO : 7) Menganjurkan tirah baring
1) Kulit terasa hangat 8) Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
2) Kulit tampak merah elektrolit intravena
3) S : 38,7 oC Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg
Inj. Ranitidine 2 x 10 mg
Inj. Santagesik 3x 150 mg
Inj. Sanmol 3 x 12 ml

3 Jumat, Hipertermia berhubungan dengan proses 1) Memonitor suhu tubuh


06 Mei penyakit (infeksi bakteri Salmonella 2) Memonitor kadar elektralit
2022 typhi) ditandai dengan 3) Menyediakan lingkungan yang dingin
DS : 4) Melonggarkan atau lepaskan pakaian
09.00 – Ibu klien mengatakan anaknya demam 5) Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
10.00 dari 2 hari yang lalu 6) Memberikan cairan oral

40
41

T
N Ha
Diagnosa Keperawatan Implementasi T
o ri
D
DO : 7) Menganjurkan tirah baring
1) Kulit terasa hangat 8) Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
2) Kulit tampak merah elektrolit intravena
3) S : 38,7 oC Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg
Inj. Ranitidine 2 x 10 mg

4 Sabtu, Hipertermia berhubungan dengan proses 1) Memonitor suhu tubuh


07 Mei penyakit (infeksi bakteri Salmonella 2) Menyediakan lingkungan yang dingin
2022 typhi) ditandai dengan 3) Memberikan cairan oral
DS : 4) Menganjurkan tirah baring
09.00 – Ibu klien mengatakan anaknya demam 5) Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
10.00 dari 2 hari yang lalu elektrolit intravena
DO : Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg
1) Kulit terasa hangat Inj. Ranitidine 2 x 15 mg
2) Kulit tampak merah
3) S : 38,7 oC

41
42

T
N Ha
Diagnosa Keperawatan Implementasi T
o ri
D
5 Minggu, Hipertermia berhubungan dengan proses 1) Memonitor suhu tubuh
08 Mei penyakit (infeksi bakteri Salmonella 2) Menyediakan lingkungan yang dingin
2022 typhi) ditandai dengan 3) Memberikan cairan oral
DS : 4) Menganjurkan tirah baring
10.00 – Ibu klien mengatakan anaknya demam 5) Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
11.00 dari 2 hari yang lalu elektrolit intravena
DO : Inj. Ceftriaxone 2 x 500 mg
1) Kulit terasa hangat
2) Kulit tampak merah
3) S : 38,7 oC

42
43

4.1.7. Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.1.7 1 Evaluasi Keperawatan Anak Demam Thypoid
Anak 1
No Hari Jam Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1 Selasa, 10.00 Hipertermia S : Ibu klien mengatakan
26 April – berhubungan anaknya masih demam
2022 11.00 dengan proses O : 1. Kulit terasa hangat
penyakit 2. Kulit masih tampak
(infeksi bakteri kemerahan
Salmonella 3. Suhu : 37,5˚C
typhi) ditandai A : Masalah keperawatan
dengan hipertermia belum
DS : teratasi
Ibu klien P : Intervensi dilanjutkan
mengatakan 1. Monitor suhu tubuh
anaknya 2. Longgarkan atau
demam lepaskan pakaian
DO : 3. Basahi dan kipasi
1) Kulit terasa permukaan tubuh
hangat 4. Berikan cairan oral
2) Kulit tampak 5. Kolaborasi
merah pemberian obat
3) S : 37,8 oC Inj. Ceftriaxone
2 x 610 mg
Inj. Ranitidine
2 x 15 mg
Inj. Ondansetron
1 x 15 mg
2 Rabu, 09.00 Hipertermia S : Ibu klien mengatakan
27 April – berhubungan anaknya masih panas
2022 10.00 dengan proses O : 1. Kulit terasa hangat
penyakit berkurang
(infeksi bakteri 2. Kulit tampak merah
Salmonella berkurang
typhi) ditandai 3. Suhu : 36,8˚C
dengan A : Masalah keperawatan
DS : hipertermia teratasi
Ibu klien sebagian
mengatakan P : Intervensi dilanjutkan
anaknya 1. Monitor suhu tubuh
demam 2. Longgarkan atau
DO : lepaskan pakaian
1) Kulit terasa 3. Basahi dan kipasi
hangat permukaan tubuh
2) Kulit tampak 4. Berikan cairan oral
merah 5. Kolaborasi
3) S : 37,8 oC pemberian obat

43
44

No Hari Jam Diagnosa Evaluasi


Keperawatan
Inj. Ceftriaxone
2 x 750 mg
3 Kamis, 09.00 Hipertermia S : Ibu klien mengatakan
28 April – berhubungan anaknya sudah tidak
2022 10.00 dengan proses panas
penyakit O : 1. Kulit terasa hangat
(infeksi bakteri sudah stabil
Salmonella 2. Kulit tampak merah
typhi) ditandai sudah stabil
dengan 3. Suhu : 36,1˚C
DS : A : Masalah keperawatan
Ibu klien hipertermia telah
mengatakan teratasi
anaknya P : Intervensi dihentikan
demam pasien diperbolehkan
DO : pulang
1) Kulit terasa
hangat
2) Kulit tampak
merah
3) S : 37,8 oC

Anak 2
No Hari Jam Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1 Rabu, 10.00 Hipertermia S : Ibu klien mengatakan
04 Mei – berhubungan anaknya masih demam
2022 11.00 dengan proses O : 1. Kulit terasa hangat
penyakit 2. Kulit masih tampak
(infeksi bakteri kemerahan
Salmonella 3. Suhu : 37,4˚C
typhi) ditandai A : Masalah keperawatan
dengan hipertermia belum
DS : teratasi
Ibu klien P : Intervensi dilanjutkan
mengatakan 1. Monitor suhu tubuh
anaknya 2. Longgarkan atau
demam dari 2 lepaskan pakaian
hari yang lalu 3. Basahi dan kipasi
DO : permukaan tubuh
1) Kulit terasa 4. Berikan cairan oral
hangat 5. Kolaborasi
2) Kulit tampak pemberian obat
merah Inj. Ceftriaxone

44
45

No Hari Jam Diagnosa Evaluasi


Keperawatan
3) S : 38,7 oC 2 x 500 mg
Inj. Ranitidine
2 x 10 mg
Inj. Santagesik
3x 150 mg
2 Kamis, 08.00 Hipertermia S : Ibu klien mengatakan
05 Mei – berhubungan anaknya masih panas
2022 09.00 dengan proses O : 1. Kulit terasa hangat
penyakit berkurang
(infeksi bakteri 2. Kulit tampak merah
Salmonella berkurang
typhi) ditandai 3. Suhu : 36,8˚C
dengan A : Masalah keperawatan
DS : hipertermia teratasi
Ibu klien sebagian
mengatakan P : Intervensi dilanjutkan
anaknya 1. Monitor suhu tubuh
demam dari 2 2. Lakukan kompres
hari yang lalu hangat
DO : 3. Longgarkan atau
1) Kulit terasa lepaskan pakaian
hangat 4. Basahi dan kipasi
2) Kulit tampak permukaan tubuh
merah 5. Berikan cairan oral
3) S : 38,7 oC 6. Kolaborasi
pemberian obat
Inj. Ceftriaxone
2 x 500 mg
Inj. Ranitidine
2 x 10 mg
Inj. Santagesik
3 x 150 mg
Inj. Sanmol
3 x 12 ml
3 Jumat, 09.00 Hipertermia S : Ibu klien mengatakan
06 Mei – berhubungan anaknya masih panas
2022 10.00 dengan proses O : 1. Kulit terasa hangat
penyakit berkurang
(infeksi bakteri 2. Kulit tampak merah
Salmonella berkurang
typhi) ditandai 3. Suhu : 36,7˚C
dengan A : Masalah keperawatan
DS : hipertermia teratasi
Ibu klien sebagian
mengatakan P : Intervensi dilanjutkan
anaknya 1. Monitor suhu tubuh

45
46

No Hari Jam Diagnosa Evaluasi


Keperawatan
demam dari 2 2. Lakukan kompres
hari yang lalu hangat
DO : 3. Longgarkan atau
1) Kulit terasa lepaskan pakaian
hangat 4. Basahi dan kipasi
2) Kulit tampak permukaan tubuh
merah 5. Berikan cairan oral
3) S : 38,7 oC 6. Kolaborasi
pemberian obat
Inf. RLD5
1000 cc/ 24 jam
Inj. Ceftriaxone
2 x 500 mg
Inj. Ranitidine
2 x 10 mg
4 Sabtu, 09.00 Hipertermia S : Ibu klien mengatakan
07 Mei – berhubungan anaknya masih panas
2022 10.00 dengan proses O : 1. Kulit terasa hangat
penyakit berkurang
(infeksi bakteri 2. Kulit tampak merah
Salmonella berkurang
typhi) ditandai 3. Suhu : 36,5˚C
dengan A : Masalah keperawatan
DS : hipertermia teratasi
Ibu klien sebagian
mengatakan P : Intervensi dilanjutkan
anaknya 1. Monitor suhu tubuh
demam dari 2 2. Lakukan kompres
hari yang lalu hangat
DO : 3. Longgarkan atau
1) Kulit terasa lepaskan pakaian
hangat 4. Basahi dan kipasi
2) Kulit tampak permukaan tubuh
merah 5. Berikan cairan oral
3) S : 38,7 oC 6. Kolaborasi
pemberian obat
Inf. RLD5
1000 cc/ 24 jam
Inj. Ceftriaxone
2 x 500 mg
Inj. Ranitidine
2 x 10 mg
P.o. Cefixime
2 x 5 ml
P.o Elkana
1 x 5 ml

46
47

No Hari Jam Diagnosa Evaluasi


Keperawatan
5 Minggu, 10.00 Hipertermia S : Ibu klien mengatakan
08 Mei – berhubungan anaknya sudah tidak
2022 11.00 dengan proses panas
penyakit O : 1. Kulit terasa hangat
(infeksi bakteri sudah stabil
Salmonella 2. Kulit tampak merah
typhi) ditandai sudah stabil
dengan 3. Suhu : 36,2˚C
DS : A : Masalah keperawatan
Ibu klien hipertermia telah
mengatakan teratasi
anaknya P : Intervensi dihentikan
demam dari 2 pasien diperbolehkan
hari yang lalu pulang
DO :
1) Kulit terasa
hangat
2) Kulit tampak
merah
3) S : 38,7 oC

47
48

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengkajian studi kasus Demam Thypoid diatas,
peneliti dapat menjabarkannya menjadi sebagai berikut ini :

Patient, pada data studi kasus tersebut didapatkan dua pasien dengan
usia 53 bulan dan 42 bulan dilakukan tindakan keperawatan selama 3 – 5 hari
pada dua periode waktu, pertama yaitu pada tanggal 26 – 28 April 2022 dan
kedua pada 04 – 08 Mei 2022. Setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu hipertermia pada partisipan 1
didapatkan ibu klien mengatakan anaknya demam dengan suhu 37,8oC
disertai dengan kulit terasa hangat dan tampak merah. Menurut ibu klien
partisipan 1 sebelumnya sempat diperiksakan ke Puskesmas Keliling dan
diberikan paracetamol. Sedangkan pada partisipan 2 didapatkan ibu klien
mengatakan anaknya demam dari 2 hari yang lalu dengan suhu 38,7 oC
disertai dengan kulit terasa hangat dan tampak merah. Ibu klien partisipan 2
mengatakan bahwa anaknya sempat dibawa ke IGD RS NU pukul 09.40 WIB
tetapi diperbolehkan pulang dan jika anaknya masih demam maka disarankan
kembali dan MRS.

Implementation, peneliti menggunakan tindakan keperawatan yang


sama antara partisipan 1 dan 2 yaitu melakukan monitor tanda – tanda vital
yang utama yaitu suhu tubuh pasien, monitor tanda – tanda kemerahan pada
kulit pasien, melonggarkan pakaian pasien serta memberikan cairan oral agar
pasien tidak dehidrasi serta memfokuskan penerapan kompres hangat yang
baik dan benar untuk membantu menurunkan suhu tubuh pada anak demam
thypoid. Selama dilakukan asuhan keperawatan pada partisipan 1 dan 2
implementasi yang sering dilakukan yaitu pemberian kompres hangat yang
efektif untuk memberikan kenyamanan pada pasien dan disertai dengan
kolaborasi pemberian antipiretik untuk membantu menurunkan suhu tubuh
pasien.

Comparation, terdapat perbandingan pelaksanaan tindakan


keperawatan yang dilakukan pada partisipan 1 terbilang lebih cepat yaitu
selama 3 hari dikarenakan perbedaan suhu tubuh pasien yang cenderung lebih

48
49

rendah yaitu 37,8oC jika dibandingkan dengan suhu tubuh partisipan 2 yaitu
38,7oC. Hal ini juga didukung dengan respon keluarga pasien kooperatif juga
antusias dalam melakukan anjuran dari perawat sehingga dapat membantu
masa pemulihan pasien seperti makan walaupun porsi sedikit tetapi sering
dan tidak menangis saat dilakukan tindakan keperawatan. Sedangkan pada
partisipan 2 dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari hal itu
dikarenakan suhu tubuhnya yang relatif lebih tinggi, selain itu didapatkan
respon kooperatif tetapi perlu dibujuk terlebih dahulu untuk melakukan
tindakan anjuran dari perawat. Kesimpulan yang dapat diambil yaitu setelah
dilakukannya tindakan keperawatan didapatkan penanganan masalah
keperawatan hipertermia telah teratasi meskipun terdapat perbedaan dalam
penyelesaiannya.

Outcome, berdasarkan studi kasus tersebut tindakan keperawatan yang


diberikan sama yaitu mulai dari pengkajian, menetapkan diagnosa
keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan,
melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan serta mengevaluasi
perkembangan tindakan keperawatan yang telah dilakukan didapatkan hasil
masalah keperawatan hipertermia pada partisipan 1 dan 2 telah teratasi.

Theory, menurut Purnia (2013) penyakit demam thypoid merupakan


salah satu merupakan penyakit menular akibat infeksi akut disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi yang menyerang usus halus dengan gejala demam
selama satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
juga dapat disertai gangguan kesadaran. Nurvina (2013) menyebutkan
prevalensi tertinggi dalam kasus demam thypoid terjadi pada rentang usia 5 –
14 tahun, hal ini disebabkan oleh perilaku anak yang belum dapat menjaga
kebersihan baik dalam perilaku atau mengonsumsi makanan serta minuman
(Ariyanto, 2018). Masalah keperawatan dalam demam thypoid yang sering
muncul adalah hipertermia atau demam disebabkan oleh adanya proses
infeksi dari bakteri Salmonella typhi sebagai penyebab dari adanya demam
thypoid, hal ini juga didukung dalam teori Sudoyo A.W. (2010) yang
menyebutkan gejala klinis paling utama yaitu demam dengan masa inkubasi
10 – 20 hari (Syamhudi & Ikhssani, 2021). Menurut Wijayahadi (2011),

49
50

komplikasi yang dapat terjadi apabila masalah hipertermia pada penderita


thypoid tidak segera diatasi maka akan menyebabkan dehidrasi hingga dapat
menyebabkan kejang berulang. Oleh karena itu dibutuhka penanganan yang
tepat dan segera seperti penanganan farmakologi yang dapat dilakukan berupa
pemberian antipiretik sedangkan penanganan nonfarmakologi berupa
menganjurkan pasien untuk tirah baring, pemberian kompres hangat,
melonggarkan pakaian pasien dan memberikan makanan dalam bentuk cair
(Nurkhasanah et al., 2019). Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa
penerapan kompres hangat dapat membantu menurunkan suhu tubuh pasien
secara berkala seperti dalam teori yang diungkapkan Nurwahyuni (2009)
yang didalamnya menjelaskan bahwa tindakan kompres hangat akan
membantu pemberian sinyal pada hipotalamus dan merespon dengan tubuh
yang mulai mengeluarkan keringat sebagai bentuk pengeluaran suhu panas
melalui kulit sehingga suhu tubuh kembali normal. Hal tersebut juga
didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Aden (2010) yang
menyebutkan bahwa pusat pengaturan suhu tubuh (thermoregulator) terdapat
pada hipotalamus dan dapat berkerja apabila terjadi suhu tubuh meningkat
maka akan berusaha menurunkannya (Syahrun 2019).

50
51

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian didapatkan partisipan 1 An. A usia 53 bulan dan
partisipan 2 An. T usia 42 bulan datang dengan keluhan yang sama
yaitu ibu klien mengatakan anaknya demam disertai dengan kulit
terasa hangat dan tampak merah. Kemudian terdapat adanya
perbedaan suhu tubuh antara patisipan 1 dengan suhu 37,8 oC
sedangkan partisipan 2 dengan suhu 38,7 oC. Pada riwayat terdahulu
ibu masing – masing pasien mengatakan anaknya tidak mempunyai
riwayat penyakit apapun.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul pada partisipan 1 dan 2 adalah
hipertermia berhubungan dengan proses penyakit akibat dari infeksi
bakteri Salmonella typhi sebagai penyebab dari adanya demam
thypoid.

5.1.3 Intervensi Keperawatan


Rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan sama antara
partisipan 1 dan 2 yaitu manajemen hipertermia dengan memonitor
tanda – tanda vital seperti suhu, memberikan kompres hangat untuk
memberikan kenyamanan pada pasien, melonggarkan pakaian,
memberikan cairan oral agar tidak dehidrasi serta melakukan
kolaborasi pemberian antipiretik untuk membantu menurunkan suhu
tubuh pasien.

5.1.4 Implementasi Keperawatan


Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu memfokuskan penerapan
kompres hangat yang baik dan benar untuk membantu menurunkan
suhu tubuh pada anak demam thypoid pada keluarga pasien.

51
52

Kemudian didapatkan hasil penurunan suhu tubuh partisipan secara


berkala.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan


Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil masalah
keperawatan hipertermia berhubungan dengan proses penyakit akibat
dari infeksi bakteri Salmonella typhi pada kedua pasien partisipan 1
dan 2 telah teratasi.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan referensi
untuk meningkatkan ilmu pengetahuan sehingga mahasiswa dapat
menangani masalah demam thypoid dengan masalah keperawatan
hipertermia.

5.2.2 Bagi RS Tempat Penelitian


Karya tulis ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk
meningkatkan mutu pelayanan, pengetahuan serta keterampilan
perawat pada pasien anak demam thypoid dengan masalah
keperawatan hipertermia dapat diberikan secara komprehensif dan
berkualitas.

5.2.3 Bagi Partisipan


Karya tulis ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan keluarga
mengenai penanganan kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada agar dapat merawat anggota keluarga yang sakit,
khususnya pasien anak demam thypoid dengan masalah keperawatan
hipertermia.

5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya


Karya tulis ini diharapkan dapat membantu dalam dilakukannya
penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor lainnya, variabel yang
berbeda dan jumlah partisipan yang lebih banyak serta desain
penelitian yang lebih tepat.

52
53

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto. (2018). Asuhan Keperawatan pada Anak Demam Typhoid dengan


Hipertermi di Ruang Perawatan Anak RS Samarinda Medika Citra
Samarinda. Samarinda: Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur.
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/870/.
Aji, Sena Bayu dkk. (2019). Pengelolaan Keperawatan Hipertermi Pada Anak
dengan Demam Thypoid di Ruang Shofa RSI PKU Muhammadiyah Kab.
Tegal. Tegal: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang. Jurnal
Keperawatan, (1),1-7.
https://repository.poltekkes-smg.ac.id//index.php?p=show_detail&id=19369.
Diana, F. N., Ratnawati, M., & Sawitri, M. (2017). Asuhan Keperawatan pada
Anak Demam Thypoid dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang
dari Kebutuhan Tubuh. Jombang: Stikes Pemkab Jombang. Jurnal
Keperawatan (2), 3–6.
https://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikep/article/view/101
Kustiawan, C. F. (2019). Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan
Riwayat Thypoid Pada Anak Umur 7-12 Tahun. Jombang: Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/2255/
Nurkhasanah, U., Taamu, H., & Atoy, L. (2019). Manajemen Kasus Penurunan
Suhu Tubuh pada Anak dengan Demam Thypoid. Kendari: Poltekkes
Kemenkes Kendari. Health Information : Jurnal Penelitian, 11(1), 41–47.
https://doi.org/10.36990/hijp.v11i1.109
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1 (1st ed.). Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 (1st ed.). Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Edisi 1 (1st ed.). Jakarta. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Putri, D. L. (2021). Intervensi Kompres Hangat Pada Pasien Hipertermi Dengan
Diagnosis Thypoid Fever. Jombang: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan
Cendekia Medika Jombang.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/5743/
Susanto, A. (2020). Buku Ajar" Bakteriologi (Carrier Penyakit Typus).
Mojokerto: Penerbit STIKes Majapahit.
http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/EBook/article/view/663
Syahrun, F. A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Typhoid Fever Usia 5-
16 Tahun Dengan Fokus Studi Hipertermia Di Rsud Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto. Purwokerto: Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang.

53
54

https://repository.poltekkes-smg.ac.id//index.php?p=show_detail&id=20050
Syamhudi, M. F. A., & Ikhssani, A. (2021). Demam Typhoid pada Anak Balita
Berumur 26 bulan dengan Intoleransi Laktosa. Bandar Lampung: Universitas
Lampung. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 2(4), 1–7.

54
55

LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Sertifikat Etik

55
56

Lampiran 2 Lembar Surat Ijin Penelitian Kampus

56
57

57
58

Lampiran 3 Lembar Informed Consent


Anak 1

58
59

Anak 2

59
60

Lampiran 4 Lembar Penjelasan Subjek Penelitian (PSP)


Anak 1

60
61

61
62

62
63

63
64

Anak 2

64
65

65
66

66
67

67
68

Lampiran 5 Lembar Observasi

68
69

69
70

70
71

Lampiran 6 Lembar Kunjungan

71
72

72
73

73
74

Lampiran 7 Lembar Konsultasi

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN
STIKES PEMKAB JOMBANG
PROGRAM STUDI : S-1 KEPERAWATAN, PENDIDIKAN PROFESI NERS, S-1
KEBIDANAN,
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN, D-III KEBIDANAN, D-III KEPERAWATAN
Jln. Raya Pandanwangi Kec. Diwek, Jombang – Jawa Timur 61471, Telp./Fax. 0321-870214
email : stikes_pemkab@yahoo.com | homepage : https://stikespemkabjombang.ac.id

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH


NAMA : Riska Sulaimah Hazzah
NIM : 192102024
PROGRAM STUDI : D III Keperawatan
JUDUL : Asuhan Keperawatan pada Anak Demam Thypoid
dengan Masalah Keperawatan Hipertermia di RS NU
Jombang
NAMA PEMBIMBING : Monika Sawitri P., S. Kep., Ns., M. Kep
NIK/NIP : 021984130220081041
PEMBIMBING : UTAMA
TANDA
NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING
TANGAN
1. 19 November Konsultasi Sistematika Proposal
2021 Karya Tulis Ilmiah
2. 29 November Konsultasi Bab 1 : Memperbaiki
2021 masalah dalam yang kurang
spesifik, menyertakan sumber
kasus, menjelaskan kronologi dan
memperbaiki solusi dalam Latar
Belakang, Memperbaiki Rumusan
Masalah, Tujuan Khusus dan
Manfaat,
ACC Judul Proposal Karya Tulis
Ilmiah
3. 22 Desember Konsultasi Bab 1 : Memperbaiki
2021 susunan teks dalam Latar
Belakang
Konsultasi Bab 2 : Memperbaiki
Pemeriksaan Fisik, menambahkan
tabel Intervensi Keperawatan,

74
75

Patofisiologi dan Penatalaksanaan


Konsultasi Bab 3 : Memperbaiki
Waktu Penelitian dan Etika Studi
Kasus
4. 06 Februari Konsultasi memperbaiki susunan
2022 teks dalam Judul, Kata Pengantar
dan Daftar Isi,
Konsultasi Bab 1 : Memperbaiki
penggunaan kata dalam Latar
Belakang,
Konsultasi Bab 3 : Memperbaiki
susunan teks dalam Fokus Studi,
Menambahkan SOP Kompres
Hangat sebagai salah satu bentuk
intervensi keperawatan
5. 24 Februari Konsultasi memperbaiki urutan
2022 letak lampiran,
ACC Ujian Proposal
6. 08 Maret Konsultasi Perubahan Judul dan
2022 Tempat Penelitian
7. 11 Maret ACC Proposal Karya Tulis Ilmiah
2022 lanjut Uji Etik
8. 27 Mei Konsultasi Bab 4 : Melengkapi
2022 Hasil Studi Kasus,
Konsultasi Bab 5 : ACC
9. 06 Juni Konsultasi Bab 4 : Melengkapi
2022 Hasil Studi Kasus
10. 08 Juni Konsultasi Bab 4, Abstrak dan
2022 Lampiran
ACC Ujian Hasil
11. 13 Juni Konsultasi Abstrak
2022 Konsultasi Bab 4 : Melengkapi
Pembahasan
12. 16 Juni ACC Karya Tulis Ilmiah
2022

75
76

Lampiran 8 Lembar Dokumentasi


Anak 1

76
77

Anak 2

77

Anda mungkin juga menyukai