Anda di halaman 1dari 93

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN PEMBERIAN ANTIPIRETIK DAN TEPID WATER SPONGE


PADA PASIEN ANAK USIA 1-5 TAHUN YANG MENGALAMI DEMAM

INFITAH KAMALIA
17.1993.P

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN FAKULTAS


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2020

i
KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN PEMBERIAN ANTIPIRETIK DAN TEPID WATER SPONGE


PADA PASIEN ANAK USIA 1-5 TAHUN YANG MENGALAMI DEMAM

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

INFITAH KAMALIA
17.1993.P

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN FAKULTAS


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN PEKALONGAN
2020

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Infitah Kamalia
NIM : 17.1993.P
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar merupakan hasil dari karya tulis saya sendiri dan bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain atau plagiasi yang
saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Pekalongan, 7 Januari 2020


Yang membuat Pernyataan

Infitah Kamalia
17.1993.P

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Infitah Kamalia NIM 17.1993.P dengan judul
“Penerapan Pemberian Antipiretik Dan Tepid Water Sponge Pada Pasien Anak
Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Demam di puskesmas Kedungwuni I ”telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pekalongan, 31 Desember 2020


Pembimbing

Siti Rofiqoh, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An


NIK : 99.001.023

iv
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Infitah Kamalia NIM 17.1993.P dengan judul
“Penerapan Pemberian Antipiretik Dan Tepid Water Sponge Pada Pasien Anak
Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Demam” telah diperiksa dan disetujui untuk
pengambilan kasus. dipertahankan di depan Penguji pada tanggal 10 Januari 2020
dan telah dilakukan perbaikan.

Pekalongan, Februari 2020

Penguji I Penguji II

Aida Rusmariana, Skep,Ns.MAN Siti Rofiqoh, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An


NIK : 92.001.010 NIK : 99.001.023

v
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Infitah Kamalia NIM 17.1993.P dengan judul
“Penerapan Pemberian Antipiretik Dan Tepid Water Sponge Pada Pasien Anak
Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Demam” telah dipertahankan di depan Penguji
pada tanggal 10 Januari 2020 dan telah dilakukan perbaikan.

Pekalongan, 10 Januari 2020

Dewan Penguji
Penguji I Penguji II

Aida Rusmariana, Skep,Ns.MAN Siti Rofiqoh, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An


NIK : 92.001.010 NIK : 99.001.023

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

Herni Rejeki, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.Kom


NIK : 96.001.016

vi
Penerapan Pemberian Antipiretik Dan Tepid Water Sponge Pada Pasien
Anak Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami Demam Di Daerah Kerja Puskesmas
Kedungwuni I
Infitah Kamalia, Siti Rofiqoh, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.An
Program Studi Diploma Tiga Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

ABSTRAK
Demam adalah suhu tubuh yang mengalami peningkatan di atas 38˚C. Demam
bukan suatu penyakit tetapi suatu reaksi mekanisme pertahanan tubuh anak dari
infeksi dan adanya zat asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan
penyakit. Anak sering mengalami berbagai masalah kesehatan salah satunya yaitu
demam. Demam pada anak bisa menyebabkan dehidrasi, kerusakan otak, kejang
bahkan kematian. Tujuan studi kasus ini adalah penerapan pemberian antipiretik
dan tepid water sponge pada pasien anak usia 1-5 tahun yang mengalami demam
untuk menurunkan suhu tubuh anak. Karya tulis ilmiah ini menggunakan
rancangan studi kasus dengan fokus studi dua anak dengan masalah demam. Studi
kasus dilakukan selama 3 hari dengan fokus intervensi pemberian antipiretik dan
tepid water sponge. Hasil studi kasus menunjukkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari masalah hipertermia teratasi. Kesimpulan dari studi
kasus ini adalah pemberian antipiretik dan tepid water sponge efektif untuk
menurunkan suhu tubuh anak. Saran bagi petugas kesehatan diharapakan dapat
menerapkan pemberian antipiretik dan tepid water sponge untuk menurunkan
suhu tubuh pada anak.
Kata kunci : Antipiretik, Demam, Tepid water sponge

vii
Application Of Antipyretic Giving With Water Tepid Sponge In Child Aged 1-5
Years Who Experience Fever In The Kedungwuni Community Health Work
Area I
Infitah Kamalia, Siti Rofikoh, M.Kep.Ns.,Sp.Kep.An
Study Program Diploma Three Nursing in Health Science Faculty of
University Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan

ABSTRACT
Fever is a body temperature that rises above 38˚C. Fever is not a disease but a
reaction of the child’s body’s defense mechanism from infection and the precence
of foreign substances that enter the body that causes the disease. Child often
experience various health problems, one of which is fever. Fever in child can
causes dehydration, brain damage, seizures even death. The purpose of this case
study is application of antupyretic diving water tepid sponge in child aged 1-5
yeras who experience fever to reduce a child body temperature. This scientific
papers used a case study design with the focus of the study of two child with fever
problems. The case study was carried out for 3 days with a focus on antipyretic
with water tepid sponges. The results of the case study show that after three days
of nursing action the fever problem was resolved. The conclusion of this case
study is that antipyretic administration with water tepid sponge is effective for
reducing body tenperature in children. Suggestion fot health workers are
expected to could apply the provision of antipyretics and warm water tepid
sponges to recude body temperature in children.
Keywords : Antipyretics, Fever, Water tepid sponge

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya memberikan pengetahuan dalam
penerapan dan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Penerapan Pemberian
Antipiretik Dan Tepid Water Sponge Pada Pasien Anak Usia 1-5 Tahun Yang
Mengalami Demam”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Karya Tulis
Ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Nur Izzah Priyogo, SKp.,M.Kes selaku pelaksana tugas Universitas
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
2. Herni Rejeki, M.Kep, Ns.sp.Kep.Kom selaku pelaksana tugas Dekan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pekajngan Pekalongan
3. Siti Rofiqoh, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An selaku Ketua Program Studi Diploma
Tiga Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan serta pembimbing dan penguji II
4. Aida Rusmariana, Skep,Ns.MAN selaku dosen penguji I yang bersedia untuk
hadir sekaligus menjadi dewan penguji
5. Semua dosen, staf dan karyawan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
6. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendukung, memberikan
dukungan, motivasi serta do’a dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
7. Teman-teman seperjuangan mahasiswa DIII Keperawatan yang telah
memberikan semangat dan dukungan pada penulis
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam membantu
penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

ix
Penulis menyadari bahwa adanya kekurangan, keterbatasan dalam
pengetahuan, kemampuan dan pengalaman yang dimiliki sehingga penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu mohon
kritik dan saran penulis harapkan demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Pekalongan, Januari 2020

x
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................iii

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL..............................................................iv

LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS........................................v

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL...............................................................vi

ABSTRAK.............................................................................................................vii

ABSTRACT...........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR............................................................................................ix

DAFTAR ISI...........................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

1.4. Manfaat penulisan........................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Konsep Dasar Demam..................................................................................4

2.1.1 Pengertian..............................................................................................4

2.1.2 Etiologi..................................................................................................4

2.1.3 Manifestasi Klinis.................................................................................4

2.1.4 Patofisiologi..........................................................................................5

2.1.5 Penatalaksanaan....................................................................................6

xi
2.2. Asuhan Keperawatan Anak Demam............................................................7

2.2.1. Pengkajian.............................................................................................7

2.2.2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................8

2.2.3. Perencanaan Keperawatan....................................................................8

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN....................................................................9

3.1 Rancangan Studi Kasus................................................................................9

3.2 Subyek Studi Kasus......................................................................................9

3.3 Fokus Studi Kasus........................................................................................9

3.4 Definisi Operasional.....................................................................................9

3.5 Tempat dan Waktu Pengambilan Studi Kasus...........................................10

3.6 Pengumpulan Data....................................................................................10

3.7 Pengolahan Data dan Penyajian Data........................................................11

3.8 Etika Penulisan...........................................................................................12

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................13

4.1 Hasil Studi Kasus.......................................................................................13

4.1.1. Pengkajian...........................................................................................13

4.1.2. Diagnosa Keperawatan........................................................................14

4.1.3. Intervensi Keperawatan.......................................................................15

4.1.4. Implementasi Keperawatan.................................................................16

4.1.5. Evaluasi Keperawatan.........................................................................19

4.2 Pembahasan................................................................................................20

4.2.1 Pengkajian...........................................................................................20

4.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................22

4.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................22

4.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................23

xii
4.2.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................26

A. Kesimpulan................................................................................................26

B. Saran...........................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent


Lampiran 2. Lembar Observasi
Lampiran 3. Prosedur Tepid Water Sponge
Lampiran 4. SAP Tepid Water Sponge
Lampiran 4. Bukti Proses Bimbingan
Lampiran 5. Laporan Asuhan Keperawatan

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Demam adalah suhu tubuh yang mengalami peningkatan di atas 38˚C
(Partiwi, 2011). Suhu tubuh yang normal pada anak berkisar 36,5˚C-37˚C
(Laurent & Reader, 2010). Demam bukanlah termasuk suatu penyakit, tetapi
suatu reaksi mekanisme pertahanan tubuh anak dari adanya infeksi dan
adanya zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Ketika anak terjadi demam
sebenarnya tubuh sedang menyerang bakteri, virus atau benda asing yang
masuk kedalam tubuh sehingga menyebabkan penyakit (Sudarmoko, 2011).
Demam sering dialami pada anak. Demam pada anak pertanda bahwa adanya
suatu sistem imunitas tubuh anak yang berfungsi dengan baik (Nurdiansyah
2011 diambil dari Kristianingsih, Sagita & Suryaningsih, 2018).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa jumlah dari kasus
demam anak di seluruh Dunia mencapai 18-34 juta (Butarbutar, Sholikhah
dan Napitupulu, 2018). Kementerian kesehatan Indonesia (2018)
mengungkapkan bahwa angka prevalensi pada anak demam bervariasi
menurut umur dan jenis kelamin. Anak umur 6-23 bulan lebih rentan
mengalami demam (37-39%). Sedangkan menurut jenis kelamin, anak laki-
laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (32%-30%). Berdasarkan data
yang diperoleh dari Puskesmas Kedungwuni 1 di ruang MTBS, jumlah anak
yang periksa dari tahun 2018-2019 sebanyak 2191 anak. Pada tahun 2018
jumlah pasien demam sebesar 40,54% dari 767 anak dan pada tahun 2019
jumlah pasien demam sebesar 57,3% dari 1424 anak.
Demam pada anak dapat berisiko menyebabkan dehidrasi atau kekurangan
cairan, dehidrasi dapat membuat suhu tubuh anak semakin meningkat
(Mansur,2014). Demam juga dapat menimbulkan rasa sakit, rasa tidak enak
dan rasa tidaknyaman

1
2

pada tubuh anak. Oleh karena itu, Demam harus segera diatasi.
Tatalaksana demam dibagi menjadi 2 yaitu penanganan farmakologis dan
penanganan nonfarmakologis. Penanganan farmakologis yaitu dengan
pemberian obat-obatan seperti antipiretik sedangkan penanganan
nonfarmakologis dengan metode fisik misalnya dengan melakukan tindakan
kompres air hangat atau tepid water sponge, memberikan minum yang
banyak, menggunakan kipas angin listrik dan menggunakan pakaian yang
tipis yang menyerap keringat (Lusia, 2015).
Tepid water sponge adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan teknik menyeka ke tubuh anak untuk menurunkan suhu tubuh
pada anak yang mengalami demam (Marni, 2016). Menurut penelitian
Angraeni, Jundiah dan Fikri (2015) dan menurut penelitian Setiawati,
Rustina dan Kuntarti (2015) menunujukan bahwa hasil dari pemberian
antipiretik dan tepid water sponge dapat menurunkan suhu tubuh pada anak
demam. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk membuat
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Pemberian Antipiretik Dan
Tepid Water Sponge Pada Pasien Anak Usia 1-5 Tahun Yang Mengalami
Demam”.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah penerapan pemberian antipiretik dan tepid water sponge
pada anak usia 1-5 tahun yang mengalami demam ?

1.3. Tujuan Penulisan


Menggambarkan penerapan pemberian antipiretik dan tepid water sponge
pada anak usia 1-5 tahun yang mengalami demam.

1.3.1. Tujuan Umum


Mengetahui pengaruh pemberian antipiretik dan tepid water sponge
terhadap penurunan suhu pada anak yang mengalami demam.
3

1.3.2. Tujuan Khusus


1.3.2.1 Untuk mengetahui perbedaan antara suhu tubuh anak yang mengalami
demam sebelum dan sesudah di berikan antipiretik dan tepid water sponge
1.3.2.2 Penulis diharapkan mampu menerapkan tindakan pemberian antipiretik
dan tepid water sponge pada anak demam
1.3.2.3 Penulis mampu mengevaluasi perubahan suhu tubuh anak setelah di
berikan antipiretik dan tepid water sponge pada anak demam.

1.4. Manfaat penulisan


1.4.1 Bagi pasien
Menambah wawasan tentang penanganan demam pada anak dan dapat
mempraktikkan sendiri ketika anaknya mengalami demam
1.4.2 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
Manfaat yang dapat diperoleh penulisan bagi IPTEK untuk meningkatkan
pengetahuan dalam mengembangkan ilmu teknologi dan membuktikan
penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang akan mendatang,
khususnya antipiretik dan tepid water sponge pada pasien demam untuk
menurunkan suhu pada anak
1.4.3 Bagi penulis berikutnya
Meningkatkan pengetahuan dalam menerapkan pemberian antipiretik dan
tepid water sponge untuk menurunkan suhu tubuh pada anak
1.4.4 Bagi tenaga keperawatan
Meningkatkan teori tentang ilmu keperawatan dalam pelayanan dirumah
sakit dan mampu menerapkan tindakan keperawatan pada tenaga
kesehatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Demam


2.1.1 Pengertian
Demam adalah peningkatan suhu tubuh yang lebih tinggi dari 38˚C (Kyle &
Carman, 2015). Demam merupakan suatu tanda gangguan yang terdapat di
dalam tubuh anak. Demam sering kali menyertai suatu penyakit dan
menandakan bahwa tubuh sedang melawan infeksi (Rosdahl & Kowalski,
2017). Derajat suhu tubuh yang bisa dikatakan demam yaitu suhu lebih dari
38˚C dengan memasukan temperature melalui anus, lebih dari 37,5˚C
temperature melalui mulut dan lebih dari 37,2˚C temperature yang diletakkan
diketiak (Hermayudi & Ariani, 2017). Apabila demam diatas 38˚C akan
menyebabkan kerusakan pada otak, hiperpireksia yang dapat mengakibatkan
syok pada anak, kejang dan ketidakmampuan untuk belajar (Andrea 2011
diambil dari Angraeni, Jundiah & Fikri, 2015).
2.1.2 Etiologi
Faktor yang menyebabkan anak demam dapat dibagi menjadi dua yaitu yang
pertama adalah demam diakibatkan oleh infeksi yaitu infeksi kuman, parasit,
virus dan mikroorganisme lainnya. Misalnya adalah ketika virus menyerang
pada saluran pernafasan anak dapat menyebabkan flu, batuk-batuk dan radang
tenggorokan. Sedangkan yang kedua adalah demam yang diakibatkan oleh
suatu faktor noninfeksi yaitu dehidrasi, stress dan alergi terhadap benda-
benda tertentu misalnya alergi debu, alergi kulit dan alergi pada makanan
(Sudarmoko, 2011)
2.1.3 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada anak demam menurut Nanda Nic-Noc (2015) adalah
anak akan menjadi rewel pada suhu tubuh diatas 37˚C-40˚C, kulit pada anak
tampak kemerahan, tubuh anak apabila disentuh terasa hangat, frekuensi
pernafasan anak meningkat, tubuh anak menggigil, anak mengalami dehidrasi
atau kekurangan cairan dan anak akan mengalami penurunan nafsu makan.

4
5

2.1.4 Patofisiologi
Demam terjadi karena zat pirogen. Pirogen merupakan suatu zat yang
menyebabkan demam. Pirogen dibagi menjadi dua yaitu zat pirogen eksogen
yang berasal dari luar tubuh. Contoh zat pirogen eksogen adalah produk
mikroorganisme misalnya toksin dan mikroorganisme yang seutuhnya. Salah
satu dari zat pirogen eksogen klasik yaitu endotoksin lipoporisakarida yang
diperoleh dari bakteri gram-negatif. Adapun jenis zat pirogen yang lain
adalah pirogen endogenmerupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh.
Contohnya yaitu IL-1, IL-6 dan IFN. Sumber dari zat pirogen ini adalah
monosit, neutrofil dan limfosit (Hermayudi & Ariani, 2017)
Proses suatu terjadinya pasien demam adalah dimulai dari stimulasi sel darah
putih seperti monosit, neutrofit dan limfosit dari zat pirogen eksogen yang
berupa toksin maupun reaksi pada imun. Sel darah putih akan mengeluarkan
zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen. Zat pirogen eksogen dan zat
pirogen endogen tersebut akan merangsang endotelium hipotalamus yang
akan membentuk suatu prostaglandin yang kemudian akan terbentuk suatu
peningkatan oleh patokan termostat dari pusat termogulasi hipotalamus. Pada
hipotalamus suhu tubuh yang sekarang lebih rendah dari suhu tubuh yang
baru sehingga dapat memicu adanya suatu mekanisme yang akan
meningkatkan panas seperti pasien menggigil. Sehingga tejadi suatu
peningkatan proses produksi panas dan penurunan dari pengurangan panas.
Demam mempunyai tiga fase. Yang pertama fase dingin yaitu fase
meningkatnya suhu pada tubuh ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas
pada otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan
merasakan dingin. Yang kedua demam yaitu fase keseimbangan yang
diantara produksi panas dan pengeluaran panas dari titik patokan suhu tubuh
yang telah meningkat. Yang ketiga fase kemerahan yaitu suatu fase yang
mengalami penurunan suhu tubuh ditandai dengan keringat pada tubuh yang
berusaha untuk menghilangkan panas (Hermayudi & Ariani, 2017).
6

2.1.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam dibagi menjadi dua yaitu farmakologis dan non
farmakologis :
1. Farmakologis
Obat-obatan yang sering digunakan untuk mengatasi demam pada anak yaitu
pemberian obat antipiretik misalnya dengan cara memberikan obat paracetamol
dan ibu profen. Paracetamol bekerja dengan cepat untuk menurunkan suhu tubuh
pada anak demam sedangkan ibu profen mempunyai efek kerja yang lama.
Biasanya pada anak demam dianjurkan untuk memberikan obat paracetamol
sebagai antipiretik. selain antipiretik juga diperlukan mengenai pemberian obat
yang diberikan untuk mengatasi penyebab dari demam. Obat antibiotik dapat
diberikan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Hermayudi &
Ariani, 2017).

2. Non farmakologis
Adapun yang termasuk dalam tindakan nonfarmakologis yang dapat dilakukan
untuk menurunkan suhu tubuh pada anak antara lain memberikan cairan dengan
jumlah yang banyak untuk menghindari terjadinya dehidrasi, istirahat yang cukup,
tidak memberikan pakaian tebal atau panas yang berlebihan saat menggigil,
menggunakan baju yang menyerap keringat dan berikan kompres air hangat atau
tepid water sponge (Hemayudi & Ariani, 2017). Apabila suhu pada anak
mengalami peningkatan diatas 38˚C maka segera dilakukan tindakan tepid water
sponge (Potter & Perry 2012 diambil dari Haryani dkk, 2018).
Tepid water sponge adalah prosedur yang dilakukan untuk peningkatan kontrol
kehilangan panas melalui proses evaporasi dan konduksi yang bertujuan untuk
menurunkan suhu tubuh pada anak demam (Hidayati 2014). Tindakan Tepid
water sponge dilakukan pada indikasi anak demam dengan suhu tubuh diatas
38,5˚C dan dengan kontraindikasi anak hipotermia (Hidayati, 2014). Pelengkapan
peralatan yang perlu disiapkan adalah baskom yang berisi air biasa dan air hangat
37˚C, 5 buah lap mandi, 1 handuk, 1 perlak pengalas, 1 selimut mandi,termometer
digital,minyak telon atau minyak kayu putih. Menurut Marni (2016) tahap-tahap
7

pelaksanaan tindakan tepid water sponge adalah yang pertama melakukan tahapan
persiapan pada pasien yaitu semua pakaian yang digunakan pasien dilepas, pasien
bisa dipangku atau bisa dengan posisi istirahat ditempat tidur pasien. Tahap kedua
adalah prosedur pelaksanaan tepid water sponge yaitu sebagai berikut:
a. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan
b. Menjelaskan tujuan tindakan
c. Menjelaskan prosedur
d. Melakukan cuci tangan
e. Mengukur dan mencatat suhu tubuh anak, jenis dan waktu pemberian
antipiretik
f. Lepaskan pakaian anak
g. Memasang perlak pengalas di bagian bawah tubuh anak
h. Memasang selimut mandi pada tubuh anak
i. Melakukan seka menggunakan waslap yang telah dibasahi air hangat atau air
biasa dengan urutan wajah, leher, tubuh, ketiak, tangan dan kaki. Selanjutnya
di bagian belakang punggung, bokong, paha. kemudian letakan washlap
dibagian terpenting yaitu dahi, aksila dan lipatan paha
j. Mengulangi tindakan tersebut sampai dengan kurang lebih 20 menit
k. Periksa dengan menggunakan termometer digital, apakah suhu pada anak
sudah normal
l. Apabila suhu sudah normal 36˚C-37˚C. Hentikan prosedur
m. keringkan tubuh anak dengan menggunakan handuk, kemudian setelah itu
berikan minyak kayu putih atau minyak telon ke bagian tubuh anak
n. Pakaikan baju anak

2.2. Asuhan Keperawatan Anak Demam


2.2.1. Pengkajian
Observasi manisfestasi klinis pada anak demam adalah suhu tubuh
meningkat diatas normal diukur menggunakan termometer, kulit terlihat
kemerahan, kejang, takikardi, takipnea dan kulit hangat bila disentuh (DPP
PPNI, 2017).
8

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


Hipertermia berhubungan dengan infeksi (DPP PPNI, 2017).

2.2.3. Perencanaan Keperawatan


Perencanaan dalam tujuan masalah diagnosa keperawatan hipertermia
yaitu suhu tubuh normal 37˚C dalam waktu 3x24 jam, dengan kriteria hasil
: suhu tubuh dalam rentang normal 36˚C-37˚C, nadi normal 80-
110x/menit, pernafasan normal 20-30x/menit, kulit tidak teraba hangat,
warna kulit pasien tidak ada perubahan, kulit tidak kemerahan. Intervensi
keperawatan : monitor suhu tubuh rasional untuk mengetahui adanya
peningkatan suhu pada pasien, pantau dan catat pernafasan dan nadi
rasional mengetahui perfusi jaringan dan hipoksia jaringan, berikan
edukasi tentang kompres tepid water sponge rasional agar ibu pasien dan
keluarga mengetahui dan paham tentang tepid water sponge, berikan
tindakan tepid water sponge rasional untuk memberikan rasa nyaman pada
pasien dan menurunkan suhu tubuh, anjurkan pasien untuk minum yang
banyak rasional mencegah terjadinya dehidrasi, anjurkan pasien untuk
memakai pakaian yang longgar atau tipis rasional untuk membantu
mempermudah penguapan panas, demonstrasikan tepid water sponge
rasional agar ibu pasien mengerti dan dapat mempraktikan kembali saat
anaknya mengalami demam, kolaborasi pemberian obat antipiretik
rasional untuk menurunkan suhu tubuh pada pasein (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
BAB 3
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Rancangan Studi Kasus


Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan rancangan studi kasus. Rancangan studi
kasus adalah suatu rancangan yang mengkaji secara intensif terhadap satu unit
penulisan yang telah dibatasi yang berupa kelompok, komunitas dan keluarga
(Donsu, 2016).

3.2 Subyek Studi Kasus


Subyek studi kasus dalam karya tulis ilmiah ini adalah dua pasien anak usia 1-
5 tahun yang mengalami peningkatan suhu tubuh diatas 38˚C per axila dan
melakukan pemeriksaan menggunakan MTBS di Puskesmas Kedungwuni I.

3.3 Fokus Studi Kasus


Fokus studi kasus dari masalah yang dijadikan titik acuan dari studi kasus ini
adalah pasien pada anak demam dengan penerapan pemberian antipiretik dan
tepid water sponge.

3.4 Definisi Operasional


Definisi operasional merupakan suatu variabel operasional yang dilakukan
oleh penulis berdasarkan dengan karakteristik yang telah diamati (Donsu,
2016). Dalam studi kasus ini penulis akan mendeskripsikan anak demam serta
pemberian antipiretik dan tepid water sponge.
No. Variabel Definisi operasional Cara mengukur Hasil
1. Demam Suhu tubuh yang lebih Termometer digital ˚C
tinggi dari 38˚C per axila axila
2. Antipiretik Golongan obat untuk - -
menurunkan suhu tubuh
pada anak
10

3. Tepid water Menyeka keseluruh tubuh - -


sponge pasien mulai dari dahi,
ketiak dan lipatan pada
paha dengan menggunakan
air yang hangat selama
±20 menit sampai suhu
sudah normal 36˚C-37˚C
dan dapat diulang apabila
suhu anak masih panas

3.5 Tempat dan Waktu Pengambilan Studi Kasus


Tempat yang digunakan untuk mengambil studi kasus ini adalah di Puskesmas
Kedungwuni I dan waktu untuk dilakukan pelaksanaan studi kasus pada bulan
Februari tahun 2020.

3.6 Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus ini dengan cara
wawancara, pengukuran dan observasi :
1. Mengurus perizinan dari Universitas Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan, bapeda dinkes ke lokasi untuk pengambilan kasus di
Puskesmas Kedungwuni I
2. Mengurus perizinan untuk ruang sebagai tempat studi kasus yaitu ruang
Kesehatan pada Anak
3. Mencari pasien sesuai dengan subjek studi kasus yaitu anak yang
mengalami demam
4. Kemudian setelah menemukan kasus penulis memperkenalkan diri
5. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada orang tua pasien
6. Meminta persetujuan kepada orang tua pasien dan meminta untuk
mendatangani surat persetujuan
7. Selanjutnya mendatangi rumah pasien MTBS untuk dilakukan
pengkajian. Pengkajian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
11

a. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dengan perawat


menggunakan MTBS pada pasien demam di Puskesmas
Kedungwuni I dengan pasien demam dan keluarga pasien.
b. Melakukan pengukuran suhu tubuh pada axila dengan
menggunakan termometer digital
c. Observasi untuk mendapatkan data pasien secara langsung dan
pengamatan mengenai tentang tanda dan gejala demam pada anak.
Alat yang digunakan untuk observasi yaitu RM, alat tulis, sop,
termometer digital
d. Lembar dokumentasi yang terdapat di puskesmas kedungwuni I
dan terapi yang akan dilakukan untuk menurunkan panas pada anak
demam
8. Melakukan perencanaan keperawatan pemberian antipiretik dan tepid
water sponge
9. Melakukan tindakan penerapan pemberian antipiretik dan tepid water
sponge untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami demam
10. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

3.7 Pengolahan Data dan Penyajian Data


Pengolahan data dengan cara menggunakan lima proses dalam keperawatan
yaitu, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi. Pengolahan data studi kasus ini berdasarkan dari
hasil pengkajian dan rekam medik, pemeriksaan fisik dan observasi.
Kemudian memasukkan data yang sudah didapatkan kedalam tabel analisa
data untuk menentukan diagnosa keperawatan sesuai dengan keadaan yang
dialami pasien, menentukan perencanaan tindakan dalam keperawatan dan
melakukan tindakan yang sesuai rencana serta respon pada pasien dan
menentukan evaluasi keperawatan. Penyajian data yang akan dilakukan ini
dalam bentuk narasi yang menjelaskan hasil dari pengkajian sampai dengan
evaluasi.
12

3.8 Etika Penulisan


Etika penelitian adalah suatu prinsip-prinsip moral yang dapat diterapkan
dalam penulisan (Supardi & Rustika, 2013). Prinsip etika dalam penulisan
menurut Nursalam (2013) adalah sebagai berikut :
1. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden
Yaitu keluarga pasien harus diperlakukan dengan manusiawi. Keluarga
berhak untuk memutuskan menerima atau menolak, tanpa adanya suatu
sanski apapun yang berakibat terhadap kesembuhannya, apabila mereka
sebagai pasien.
2. Informed Consent (persetujuan)
Pasien dan keluarga harus memperoleh informasi secara lengkap tentang
tujuan penulis dilakukannya studi kasus. selain itu, kelurga pasien
mempunyai hak untuk menolak menjadi responden. Apabila keluarga dan
pasien bersedia maka keluarga diminta untuk menandatangani surat
persetujuan untuk dijadikan bukti.
3. Hak dijaga kerahasiaannya
Keluarga berhak untuk meminta dirahasiakan data yang akan diberikan
dengan tanpa nama pasien.
4. Hak mendapatkan pengobatan secara adil
Pasien disini berhak untuk di perlakukan secara adil baik itu sebelum,
selama dan sesuadah pengobatan dan tidak adanya perbedaan antara
pasien yang satu dengan pasien lain.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus


Berikut ini akan di paparkan mengenai resume hasil studi kasus “Penerapan
pemberian antipiretik dan tepid water sponge pada pasien anak usia 1-5 tahun
yang mengalami demam” yang meliputi hasil dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan. Data diperoleh berdasarkan wawancara dengan orang tua pasien
dan observasi secara langsung dengan pasien.

4.1.1. Pengkajian
a. Kasus 1
Pengkajian kasus 1 dilakukan tanggal 22 Februari 2020. Hasil pengkajian
didapatkan data pasien berinisial An. S, berjenis kelamin perempuan, umur
4 tahun 7 bulan, berat badan 14 kg, tinggi badan 102 cm, suhu 38,6˚C.
Pasien beralamat Podo, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, nama ibu
pasien Ny.E. Ibu pasien mengatakan pasien demam sudah 2 hari, batuk
kadang-kadang sudah 2 hari dan sakit pada tenggorokan.
Saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan pasien batuk kadang-
kadang sudah 2 hari, Rr : 29x/menit, napas tidak cepat, klasifikasi batuk
bukan pneumonia, diberikan obat amoxsillin 4 mg dengan dosis 3x1 dalam
puyer. Ibu pasien mengatakan pasien tidak mengalami diare. Ibu pasien
mengatakan pasien panas sudah 2 hari, suhu 38,6˚C, kulit teraba hangat,
klasifikasi demam mungkin bukan malaria, diberikan obat paracetamol
500 mg dengan dosis 3x½ gr. Ibu pasien mengatakan pasien tidak
mempunyai masalah pada telinga, tidak ada nyeri pada telinga dan tidak
ada nanah yang keluar dari telinga, status gizi pasien baik dengan berat
badan 14 kg, tinggi badan 102 cm, lila 14,5 cm, pasien tidak mengalami
anemia. Ibu pasien mengatakan belum pernah periksa HIV, pasien
14

imunisasi lengkap, pasien tidak diberikan vitamin A. Ibu pasien


mengatakan pasien sakit pada tenggorokan.
b. Kasus 2
Pengkajian kasus 2 dilakukan tanggal 9 Maret 2020. Hasil pengkajian
didapatkan data pasien berinisial An. I, berjenis kelamin laki-laki, umur 1
tahun 7 bulan, berat badan 8,4 kg, tinggi badan 74 cm, suhu 39,5˚C. Pasien
beralamat Paesan utara, Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, nama ibu
pasien Ny.W. Ibu pasien mengatakan pasien demam, batuk-batuk dan
pilek sudah 3 hari.
Saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan pasien demam, batuk-
batuk dan pilek sudah 3 hari, Rr : 44x/menit, napas cepat, klasifikasi batuk
pneumonia, diberikan obat asetilsistein dengan dosis 2 mg dalam puyer.
Ibu pasien mengatakan pasien tidak mengalami diare. Ibu pasien
mengatakan pasien panas sudah 3 hari, batuk, pilek, suhu 39,5˚C, kulit
teraba hangat, klasifikasi demam mungkin bukan malaria, diberikan obat
paracetamol dengan dosis 5 ml. Ibu pasien mengatakan pasien tidak
mempunyai masalah pada telinga, tidak ada nyeri pada telinga dan tidak
ada nanah keluar pada telinga, status gizi pasien baik dengan berat badan
8,4 kg, tinggi badan 74 cm, lila 13,5 cm, pasien tidak mengalami anemia.
Ibu pasien mengatakan sudah pernah periksa HIV hasilnya negatif, ibu
pasien mengatakan pasien imunisasi lengkap, pasien tidak diberikan
vitamin A, ibu pasien mengatakan pasien masih menyusui sehari ± 10 kali
setiap satu jam sekali.

4.1.2. Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan pengkajian pada kedua pasien terdapat diagnosa yang muncul
adalah hipertermia berhubungan dengan infeksi.
15

4.1.3. Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada
kedua pasien adalah hipertermia berhubungan dengan infeksi yaitu sebagai
berikut :
a. Kasus 1
Penulis mempunyai tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan kriteria
hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C), kulit tidak teraba hangat,
kulit tidak kemerahan, nadi dalam batas normal (80-110x/menit), Rr dalam
batas normal (20-30x/menit). Intervensi keperawatan untuk mengatasi
masalah hipertermia berdasarkan buku yang disusun oleh Tim Pokja SIKI
DPP PPNI (2018) yaitu : monitor suhu tubuh pasien, pantau dan catat
pernafasan, berikan edukasi tentang kompres tepid water sponge, berikan
tindakan tepid water sponge, anjurkan pasien untuk minum yang banyak,
anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang longgar atau tipis,
demonstrasikan tepid water sponge, kolaborasi pemberian obat antipiretik
paracetamol 500 mg dengan dosis 3x½ gr per oral, amoxcillin 4 mg
dengan dosis 3x1 dalam puyer per oral, dexamethasone 4 mg dengan dosis
3x1 dalam puyer per oral, B6 4 mg dengan dosis 3x1 dalam puyer per oral
dan clorpheniramine 4 mg dengan dosis 3x1 dalam puyer per oral.
b. Kasus 2
Penulis mempunyai tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan kriteria
hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C), kulit tidak teraba hangat,
kulit tidak kemerahan, nadi dalam batas normal (80-110x/menit), Rr dalam
batas normal (20-30x/menit). Intervensi keperawatan untuk mengatasi
masalah hipertermia berdasarkan buku yang disusun oleh Tim Pokja SIKI
DPP PPNI (2018) yaitu : monitor suhu tubuh pasien, pantau dan catat
pernafasan, berikan edukasi tentang kompres tepid water sponge, berikan
tindakan tepid water sponge, anjurkan pasien untuk minum yang banyak,
anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang longgar atau tipis,
16

demonstrasikan tepid water sponge, kolaborasi pemberian obat antipiretik


paracetamol syrup 100 mg dengan dosis 5 ml 3x1 per oral, asetilsistein 2
mg dengan dosis 3x1 dalam puyer per oral, kalk 2 mg dengan dosis 3x1
dalam puyer per oral, chlorpeniramine 2 mg dengan dosis 3x1 dalam puyer
per oral, kotrin 2 mg dengan dosis 3x1 dalam puyer per oral

4.1.4. Implementasi Keperawatan


Tindakan keperawatan fokus yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa
hipertermia berhubungan dengan infeksi adalah pemberian antipiretik dan
tepid water sponge didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
a. Kasus 1
Penerapan pemberian antipiretik dan tepid water sponge dilakukan selama
1x20 menit. Hari pertama sabtu tanggal 22 Februari 2020 pukul 09.00
WIB mengukur suhu tubuh anak, respon subjektif pasien mengatakan mau
di ukur suhu tubuh, terdapat respon objektif 38,6˚C, kulit teraba hangat,
kulit tampak kemerahan. Pukul 09.05 WIB memantau dan mencatat Rr
dan nadi respon objektif Rr 29x/menit, nadi 118x/menit. Pukul 09.40 WIB
mengkolaborasi pemberian antipiretik paracetamol ½ gr respon subjektif
pasien mengatakan mau minum obat, respon objektif obat masuk ke oral.
Pukul 09.45 WIB memberikan edukasi tentang kompres hangat tepid
water sponge respon subjektif ibu pasien mengatakan mengerti tentang
kompres hangat tepid water sponge, respon objektif ibu pasien
memperhatikan dan melakukan kompres, anak tampak nyaman. Pukul
09.45 WIB memberikan kompres hangat tepid water sponge respon
subjektif pasien mangatakan mau dilakukan kompres, respon objektif
pasien tampak nyaman saat dikompres. Pukul 10.05 WIB mengukur suhu
tubuh respon subjektif pasien mengatakan mau diukur suhu melalui axilla,
repson objektif suhu 37,0˚C, kulit tidak teraba hangat, kulit tidak tampak
kemerahan. Pukul 10.15 WIB memantau dan mencatat Rr dan nadi, respon
objektif Rr 23x/menit, nadi 98x/menit.
17

Hari kedua minggu, tanggal 23 Februari 2020 pukul 17.00 WIB mengukur
suhu tubuh, respon subjektif ibu pasien mengatakan tadi malam anaknya
sudah tidak demam lagi tetapi semalem masih minum obat untuk
mencegah demam respon objektif suhu 36,5˚C, kulit tidak teraba hangat,
kulit tidak tampak kemerahan. Pukul 17.10 WIB memantau dan mencatat
Rr dan nadi, respon objektif 21x/menit, nadi 92x/menit. Pukul 17.20 WIB
mengkolaborasi pemberian antipiretik paracetamol ½ gr, respon subjektif
pasien mengatakan mau minum obat respon objektif obat masuk ke oral.
Hari ketiga senin, tanggal 24 Februari 2020 pukul 16.05 WIB mengukur
suhu tubuh respon subjektif ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
panas lagi dan anaknya sudah bermain lagi seperti biasanya serta anaknya
sudah tidak minum obat paracetamol, respon objektif suhu 36˚C, kulit
tidak teraba hangat, kulit tidak tampak kemerahan. Pukul 16.15 WIB
memantau dan mencatat Rr dan nadi, respon objektif Rr 22x/menit, nadi
89x/menit.
b. Kasus 2
Penerapan pemberian antipiretik dan tepid water sponge dilakukan selama
2x20 menit. Hari pertama senin, tanggal 9 Maret 2020 pukul 08.50 WIB
mengukur suhu tubuh, respon objektif suhu 39,5˚C, kulit teraba hangat,
kulit tampak kemerahan. Pukul 09.00 WIB memantau dan mencatat Rr
dan nadi, respon objektif Rr 44x/menit, nadi 120x/menit. Pukul 09.30 WIB
mengkolaborasi pemberian antipiretik paracetamol syrup 5 ml, respon
objektif obat masuk ke oral. Pukul 09.35 WIB memberikan edukasi
tentang kompres hangat tepid water sponge respon subjetif ibu pasien
paham dan mengerti tentang tepid water sponge, respon objektif ibu
pasien tampak memperhatikan dan melakukan kompres, pasien tampak
gelisah dan rewel. Pukul 09.35 WIB memberikan kompres hangat tepid
water sponge respon objektif pasien tampak gelisah dan rewel. Pukul
09.55 WIB mengukur suhu tubuh respon subjektif suhu 38,4˚C kulit masih
teraba hangat, kulit masih tampak kemerahan. Pukul 10.05 WIB
memantau dan mencatat Rr dan nadi, respon objektif Rr 40x/menit, nadi
18

115x/menit. Tindakan dilanjutkan pukul 10.10 WIB memberikan tepid


water sponge kedua respon subjektif pasien menangis dan mau minum
susu ibu respon objektif pasien tampak rewel, pasien dipangku oleh ibunya
sambil menyusui. Pukul 10.30 WIB mengukur suhu tubuh respon objektif
suhu 37,1˚C, kulit sedikit teraba hangat, kulit tidak tampak kemerahan.
Pukul 10.40 WIB memantau dan mencatat Rr dan nadi respon objektif Rr
36x/menit, nadi 95x/menit.
Hari kedua selasa, 10 Maret 2020 pukul 12.50 WIB mengukur suhu tubuh
respon subjektif ibu pasien mengatakan anaknya semalem masih panas,
anaknya masih diminum obat, pasien menangis dan minta dipangku respon
objektif 38,3˚C, kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan. Pukul 12.50
WIB memantau dan mencatat Rr dan nadi respon objektif Rr 42x/menit,
nadi 110x/menit. Pukul 13.00 mengkolaborasi pemberian antipiretik obat
paracetamol syrup 5 ml respon objektif obat masuk ke oral semuanya.
Pukul 13.05 WIB memberikan kompres hangat tepid water sponge respon
subjektif pasien menangis dan minta di pangku respon objektif pasien
ditidurkan oleh ibunya sambil disusui. Pukul 13.25 WIB mengukur suhu
tubuh respon objektif 36,7˚C, kulit tidak teraba hangat, kulit tidak tampak
kemerahan. Pukul 13.35 WIB memantau dan mencatat Rr dan nadi respon
objektif Rr 35x/menit, nadi 100x/menit.
Hari ketiga rabu, 11 Maret 2020 pukul 12.30 WIB mengukur suhu tubuh
respon subjektif ibu pasien mengatakan anaknya semalam sudah tidak
panas lagi dan sudah mulai bermain bersama teman-teman dan saudara-
saudaranya respon objektif suhu 36,2˚C, kulit tidak teraba hangat, kulit
tidak tampak kemerahan. Pukul 12.35 WIB memantau dan mencatat Rr
dan nadi respon objektif Rr 26x/menit, nadi 85x/menit. Pukul 12.55 WIB
mengkolaborasi pemberian antipiretik obat paracetamol syrup 5 ml respon
objektif obat masuk ke oral semuanya.
19

4.1.5. Evaluasi Keperawatan


a. Kasus 1
Sabtu, 22 Februari 2020 pukul 11.20 WIB, S : Pasien mengatakan mau
diukur suhu, pasien mengatakan mau minum obat, pasien mengatakan mau
dikompres, O : S 37,0˚C (turun 1.6˚C), Rr 23x/menit, nadi 98x/menit, kulit
tidak teraba hangat, kulit tidak tampak kemerahan, obat masuk ke oral,
pasien tampak nyaman dan nurut A : Masalah hipertermi teratasi sebagian,
P : Lanjutkan intervensi ukur suhu tubuh, pantau dan catat Rr dan nadi,
berikan antipiretik paracetamol ½ gr, berikan tepid water sponge jika anak
demam kembali. Minggu, 23 Februari 2020 pukul 18.20 WIB, S : Ibu
pasien mengatakan tadi malam anaknya sudah tidak demam lagi tetapi
semalem masih minum obat untuk mencegah demam, O : Suhu 36,5˚C, Rr
21x/menit, nadi 92x/menit, kulit tidak teraba hangat, kulit tidak tampak
kemerahan, sekitar jam 17.20 WIB pasien minum obat paracetamol, obat
masuk ke oral, A : Masalah hipertermi teratasi sebagian, P : Lanjutkan
intervensi ukur suhu tubuh anak, pantau dan catat Rr dan nadi, berikan
tepid water sponge jika anak demam kembali. Senin, 24 Februari 2020
pukul 17.00 WIB, S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak panas
lagi dan anaknya sudah bermain lagi seperti biasanya serta anaknya sudah
tidak minum obat paracetamol, O : Suhu 36˚C, Rr 22x/menit, nadi
89x/menit, kulir tidak teraba hangat, kulit tidak tampak kemerahan, A :
Masalah hipertermi teratasi, P : Hentikan intervensi.
b. Kasus 2
Senin, 9 Maret 2020 pukul 12.00 WIB, S : Pasien menangis dan minta
minum susu ibunya, O : Suhu 37,1˚C (turun 1.3˚C), Rr 36x/menit, nadi
95x/menit, kulit sedikit teraba hangat, kulit tidak tampak kemerahan, obat
masuk ke oral, A : Masalah hipertermi teratasi sebagian, P: Lanjutkan
intervensi ukur suhu tubuh, pantau dan catat Rr dan nadi, berikan
antipiretik paracetamol syrup 5 ml, berikan tepid water sponge jika anak
demam kembali. Selasa, 10 Maret 2020 pukul 14.40 WIB, S : Ibu pasien
mengatakan anaknya semalem masih panas, anaknya masih di minum
20

obat, pasien menangis dan minta dipangku, O : Suhu 36,7˚C (1.6˚C), Rr


35x/menit, nadi 100x/menit, kulit tidak teraba hangat, kulit tampak
kemerahan, obat masuk ke oral, A : Masalah hipertermi teratasi sebagian,
P: Lanjutkan intervensi ukur suhu tubuh, pantau dan catat Rr dan nadi,
berikan antipiretik paracetamol 5 ml, berikan tepid water sponge jika anak
demam kembali. Rabu, 11 Maret 2020 pukul 13.55 WIB, S : Ibu pasien
mengatakan anaknya semalem sudah tidak panas lagi tetapi masih minum
obat dan sudah mulai bermain bersama teman-temannya dan saudara-
saudaranya, O : Suhu 36,2˚C, Rr 26x/menit, nadi 85x/menit, kulit tidak
teraba hangat, kulit tidak tampak kemerahan, sekitar jam 12.55 WIB
pasien minum obat paracetamol syrup 5 ml, obat masuk oral semuanya,
A : Masalah hipertermi teratasi, P : Hentikan intervensi.

4.2 Pembahasan
Pada BAB ini penulis akan membahas mengenai adanya kesesuaian maupun
kesenjangan antara fakta dan teori dalam studi kasus. Penulis akan membahas
tentang “Penerapan pemberian antipiretik dan tepid water sponge pada pasien
anak usia 1-5 tahun yang mengalami demam” yang meliputi antara lain
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan pada dua pasien yaitu pada kasus 1
dengan An. S dan kasus 2 dengan An. I.
4.2.1 Pengkajian
Hasil pengkajian yang di dapat sesuai dengan klasifikasi dari batuk bukan
pneumonia dan batuk pneumonia terdapat persamaan dan perbedaan dari
pasien kasus 1 dengan pasien kasus 2 yaitu
Pada hasil pengkajian yang muncul antara kasus 1 dan kasus 2 mempunyai
persamaan yaitu mengalami peningkatan suhu tubuh, kulit teraba hangat,
kulit tampak kemerahan. Demam adalah suatu indikasi yang terjadinya
infeksi virus, bakteri atau penyakit serius lainnya (Afrah, Fahdi & Fauzan,
2017). Bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh anak akan
menstimulasi sel makrofag yang akan melepaskan pirogen didalam
21

pembuluh darah. Pembuluh darah tersebut akan terbawa sampai


hipotalamus. Produksi prostaglandin akan mengalami peningkatan akibat
stimulus pirogen, prostaglandin akan meningkatkan titik basal
termoregulator tubuh sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh
(Iqomh, Nurhaeni & Wanda, 2019).
Adapun perbedaan dari hasil pengkajian yang muncul pada kedua kasus
yaitu pernapasan anak pada kasus 1 pasien An. S Rr 29x/menit sedangkan
pada kasus 2 pasien An. I Rr 44x/menit dan mengalami perbedaan suhu
tubuh anak pada kasus 1 An. S suhu 38,6˚C dan pada kasus 2 An. I suhu
39,5˚C. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan usia dan diagnosa pada
kedua kasus, pada kasus 1 berusia 4 tahun 7 bulan dengan diagnosa batuk
bukan pneumonia dan pada kasus 2 berusia 1 tahun 7 bulan dengan
diagnosa batuk pneumonia. Batuk pneumonia yaitu nafas cepat yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung sampai paru-paru. Batuk pneumonia sering terjadi pada usia anak
balita, batuk pneumonia ditandai dengan nafas cepat, napas cuping hidung
dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (Kemenkes RI 2012
diambil dari Sauriasari, Aulia & Swastika, 2017). Menurut MTBS nafas
cepat apabila pada anak usia 2-<12 bulan pernafasan mencapai 50 atau
lebih dan pada anak usia 12 bulan-<5 tahun mencapai 40 atau lebih. Pada
kasus 1 anak usia 4 tahun 7 bulan dengan pernafasan 29x/menit, nadi
118x/menit dan pada kasus 2 anak usia 1 tahun 7 bulan mengalami
peningkatan pernafasan 44x/menit, nadi 120x/menit (Kemenkes RI, 2015).
Sedangkan batuk bukan pneumonia merupakan nafas tidak cepat dan tidak
ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (Kemenkes RI 2011
diambil dari Fajriyah, 2017). Batuk bukan pneumonia batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas, tidak menunjukkan
adanya tarikan dinding dari dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada
tanda-tanda pneumonia berat maupun pneumonia (Kemenkes RI, 2015).
22

4.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang muncul pada kasus 1 dan 2 adalah hipertermia
berhubungan dengan infeksi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal. Salah satu
faktor hipertermia adalah infeksi dengan batasan karakteristik seperti
peningkatan suhu, peningkatan pernafasan dan nadi, kulit teraba hangat,
kulit kemerahan (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Jika dikaitkan dengan kasus 1 dan 2 data yang mendukung dan diagnosa
yang muncul adalah kasus 1 suhu 38,6˚C, Rr 29x/menit, nadi 118x/menit,
kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, ekstermitas atas dan bawah
teraba hangat dan pada kasus 2 suhu 39,5˚C, Rr 44x/menit, nadi
120x/menit, kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, ekstermitas atas
dan bawah teraba hangat.
4.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang penulis tetapkan pada anak kasus 1 dan 2
yaitu sama dimana fokus pada intervensi menurut diagnosa keperawatan
hipertermia berhubungan dengan infeksi merupakan pemberian antipiretik
dan tepid water sponge pada anak usia 1-5 tahun yang mengalami demam.
Hal ini sesuai dengan pendapat Anggraeni, dkk (2015) hipertermia adalah
masalah kesehatan yang sering ditemukan pada anak usia balita.
Pemberian antipiretik dan tepid water sponge merupakan pelaksanaan
hipertermi yang direcomendasikan saat ini. Pemberian antipiretik dan
tepid water sponge adalah prosedur yang dilakukan untuk peningkatan
kontrol kehilangan panas melalui proses evaporasi dan konduksi yang
bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak demam (Hidayati
2014). Hal ini sesuai dengan penelitian Angraeni, Jundiah dan Fikri (2015)
dan menurut penelitian Setiawan, Rustina dan Kuntarti (2015)
menunjukkan bahwa hasil dari pemberian antipiretik dan tepid water
sponge dapat menurunkan suhu tubuh pada anak demam.
23

Adapun perbedaan intervensi keperawatan antara kasus 1 dengan kasus 2


yaitu pemberian dosis antipiretik pada pasien anak. Pada kasus 1 An. S
berusia 4 tahun 7 bulan dengan berat badan 14 kg mendapatkan dosis ½ gr
dan kasus 2 An. I berusia 1 tahun 7 bulan dengan berat badan 8,4 kg
mendapatkan dosis 5 ml. Menurut MTBS perbedaan pemberian dosis
paracetamol pada kasus 1 dan kasus 2 yaitu berdasarkan umur atau berat
badan anak. Pada anak umur 6 bulan - < 3 tahun atau berat badan (7- < 14
kg) mendapatkan dosis paracetamol sirup 120 mg/5 ml. Sedangkan pada
anak umur 3 tahun - < 5 tahun atau berat badan (14 - < 19 kg)
mendapatkan dosis paracetamol tablet 500 mg atau ½ mg.
4.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi telah penulis lakukan pada kedua pasien yaitu pasien kasus 1
dengan batuk bukan pneumonia sedangkan pasien kasus 2 dengan batuk
pneumonia dengan diagnosa keperawatan hipertermia dengan fokus
intervensi keperawatan adalah pemberian antipiretik dan tepid water
sponge untuk menurunkan suhu pada anak. Pemberian antipiretilk dan
tepid water sponge dilakukan selama 20 menit sesuai dengan penelitian
Angraeni, Jundiah dan Fikri (2015) yang berjudul pengaruh tepid water
sponge terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien anak usia 1-5 tahun
yang mengalami demam. Hasil menurut penelitian Angraeni, dkk (2015)
menunjukkan bahwa pemberian antipiretik dan tepid water sponge dapat
menurunkan demam.
Adapun perbedaan yang telah ditemukan penulis selama melakukan
implementasi keperawatan adalah tingkat kooperatif pada pasien anak.
Pada kasus 1 saat dilakukan kompres selama 1x20 menit respon anak
tenang dan kooperatif sehingga dalam proses melakukan tindakan kompres
hangat tepid water sponge sempurna dan maksimal. Sedangkan pada kasus
2 saat dilakukan kompres selama 2x20 menit respon anak menangis, rewel,
tidak kooperatif, anak minta nenen dan minta di pangku oleh ibunya yang
menyebabkan waslap sering dibuang dan jatuh saat di kompres. Pada
kasus 2 anak yang menangis disebabkan karena produksi panas yang
24

kontak dengan tubuh dan waslap sering terbuang disebabkan oleh proses
konduksi panas tidak maksimal. Sehingga menyebabkan penurunan suhu
tubuh pada anak tidak maksimal.
4.2.5 Evaluasi Keperawatan
Hasil evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan penulis selama 1x20
menit dan 2x20 menit menunjukkan bahwa terjadi penurunan suhu tubuh
pada anak setelah pemberian antipiretik dan tepid water sponge. Hal ini
sesuai dengan yang dilakukan oleh penelitian Angraeni, dkk (2015) dan
penelitian Setiawan, Rustina dan Kuntarti (2015) yang menyatakan bahwa
pemberian antipiretik dan tepid water sponge dapat menurunkan suhu
tubuh pada anak demam.
Tepid water sponge adalah prosedur yang dilakukan untuk peningkatan
kontrol kehilangan panas melalui proses evaporasi dan konduksi yang
bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak demam (Hidayati
2014).
Pada kasus 1 evaluasi hari ketiga 24 Februari 2020 menunjukkan anak
mengalami penurunan suhu tubuh. Hari pertama Sabtu, 22 Februari 2020
mengalami penurunan suhu tubuh yaitu 37,0˚C (turun 1.6˚C) setelah
pemberian antipiretik dan tepid water sponge. Hari kedua Minggu, 23
Februari 2020 mengalami penurunan suhu tubuh yaitu 36,5˚C. Hari ketiga
Senin, 24 Februari 2020 mengalami penurunan suhu tubuh yaitu 36˚C.
Sedangkan pada kasus 2 evaluasi hari ketiga 11 Februari 2020
menunjukkan anak mengalami penurunan suhu tubuh. Hari pertama Senin,
9 Maret 2020 mengalami penurunan suhu tubuh yaitu 37,1˚C (turun 1.3˚C)
setelah pemberian antipiretik dan tepid water sponge. Hari kedua Selasa 10
Maret 2020 mengalami penurunan suhu tubuh yaitu 36,7˚C setelah
pemberian antipiretik dan tepid water sponge. Hari ketiga Rabu, 11 Maret
2020 mengalami penurunan suhu tubuh yaitu 36,2˚C.
Kasus 1 anak kooperatif, kompres hangat tepid water sponge dilakukan
sesuai dengan prosedur yaitu pasien dengan tiduran ditempat tidur, pasien
nurut dan tenang. Sedangkan kasus 2 anak tidak kooperatif, anak rewel,
25

menangis, anak minta nenen dan dipangku oleh ibunya sehingga pada saat
dikompres waslap sering dibuang dan terjatuh. Pada kasus 2 anak
menangis disebabkan karena produksi panas yang kontak dengan tubuh
dan waslap sering terbuang disebabkan oleh proses konduksi panas yang
tidak maksimal. Sehingga menyebabkan penurunan suhu tubuh pada anak
tidak maksimal.
Pada studi kasus ini penulis memiliki keterbatasan untuk melakukan
tindakan tepid water sponge pada anak usia 1-5 tahun yang mengalami
demam dikarenakan anak sulit untuk diajak kooperatif.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada pasien hipertermi berhubungan dengan
infeksi adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yang diperoleh pada kedua kasus tersebut memiliki persamaan
yaitu pada kasus pasien 1 mengalami peningkatan suhu, kulit tampak
kemerahan, kulit teraba hangat. Adapun perbedaan pengkajian yang
muncul pada kasus 1 dan 2 yaitu Suhu, nadi dan RR.
2. Diagnosa keperawatan
Pada studi kasus ini baik pada pasien 1 dan 2 memunculkan diagnosa
keperawatan hipertermia berhubungan dengan infeksi
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada kasus 1dan 2 memiliki kesamaan untuk
menurunkan suhu tubuh anak yaitu menggunakan tehnik farmakologis
(Obat-obatan) maupun tehnik non-farmakologis (tepid water sponge)
4. Implementasi
Implementasi yang diberikan pada kasus pasien 1 dan 2 adalah sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat. Pemberian tepid water sponge
dilakukan selama sehari. Adapun perbedaan yang telah ditemukan penulis
selama melakukan implementasi keperawatan yaitu pada An. S dilakukan
kompres tepid water sponge dengan tiduran. Sedangkan pada An.I
dilakukan dengan dipangku ibunya
5. Evaluasi
Evaluasi hasil studi kasus ini menunjukkan masalah hipertermi pada
kedua pasien dapat teratasi. Karena menurut jurnal penelitian dari
Anggraeni, dkk (2015) membuktikan bahwa penerapan pemberian
antipiretik dan tepid water sponge dapat menurunkan suhu tubuh anak
27

yang mengalami demam. Sehingga pada kedua kasus tersebut dapat


teratasi.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Setelah membaca Karya Tulis Ilmiah ini, perawat sebaiknya memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan pada pasien
hipertermi dan sebaiknya melakukan penerapan pemberian antipiretik dan
tepid water sponge
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa sebaiknya dapat melibatkan orang tua pasien dalam penerapan
pemberian antipiretik dan tepid water sponge dengan harapan membuat
anak menjadi lebih nyaman dan orang tua pasien bisa aktif untuk
memberikan tepid water sponge secara mandiri ketika anaknya
mengalami demam
3. Bagi Puskesmas
Puskesmas dapat menjadikan prosedur penerapan pemberian antipiretik
dan tepid water sponge dalam penatalaksanaan pasien yang mengalami
demam
4. Bagi Orang Tua
Orang tua anak diharapkan dapat memberikan motivasi, dukungan pada
anak dan melakukan pemberian antipiretik dan tepid water sponge pada
anak secara mandiri dirumah.
5. Keterbatasan Penulis
Pada studi kasus ini penulis memiliki keterbatasan untuk melakukan
tindakan tepid water sponge pada anak usia 1-5 tahun yang mengalami
demam dikarenakan anak sulit untuk diajak kooperatif.
6. Kasus 1 dan kasus 2
Pada kasus 1 saat dilakukan tindakan tepid water sponge anak kooperatif
sehingga berdampak baik sesuai dengan prosedur dan suhu tubuh pada
anak lebih cepat bereaksi atau berkurang dalam menurunkan demam.
28

Sedangkan pada kasus 2 saat dilakukan tindakan tepid water sponge anak
tidak kooperatif, anak rewel, menangis dan saat dikompres waslap
dibuang sehingga berdampak kurang baik dan tidak sesuai dengan
prosedur dan suhu tubuh pada anak lebih lama bereaksi dalam
menurunkan demam.
DAFTAR PUSTAKA

Afrah, R., A., N., Fahdi, F., H & Fauzan, S. ( 2017). Pengaruh Tepid Water
Sponge Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Anak Usia Pra Sekolah Dan
Sekolah Yang Mengalami Demam Di RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadrie Kota Pontianak. Diperoleh tanggal 14 April 2020. Dari
http://jurnal.untan.ac.id

Anggraeni, M., Jundiah, S & Fikri, A.J. (2015). Pengaruh tepid water sponge
terhadap penurunan suhu tubuh pada pasien anak usia 1-5 tahun yang
mengalami demam di Rumah Sakit Umum Majalaya Tahun 2015. E jurnal
stikesbhaktikencana. 1-8 Diperoleh tanggal 4 Agustus 2019 dari
http://ejurnal.stikesbhaktikencana.ac.id

Donsu, J.D.T. (2016). Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press

Fajriyah, H., N. (2017). Mekanisme Input Surveilans Pneumonia Di Dinkes


Kabupaten Lamongan Tahun 2014. Diperoleh tanggal 24 April 2020. Dari
https://e-journal.unair.ac.id

Haryani, S., Adimayanti, E & Astuti, A.P. (2018). Pengaruh tepid sponge
terhadap penurunan suhu tubuh pada anak pra sekolah yang mengalami
demam di RSUD Ungaran. Jurnal keperawatan dan kesehatan
masyarakat. Diperoleh tanggal 5 agustus 2019. Dari
http://jurnal.stikescendakiautamakudus.ac.id

Hermayudi & Ariani, A.P. (2017). Penyakit daerah tropis. Yogyakarta: Nuha
Medika

Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC

Hidayati, dkk. (2014). Praktik laboratorium keperawatan jilid 1. Jakarta:


Erlangga

Iqomh, M., K., B., Nurhaeni, N & Wanda, D. (2019). Penurunan Suhu Tubuh
Menggunakan Tepid Water Sponging Dengan Pendekatan Konservasi
Levine. Jurnal Keperawatan. Diperoleh tanggal 14 April 2020. Dari
http://journal.stikeskendal.ac.id

Kemenkes. (2015). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).


Jakarta: Bakti Husada

Kyle, T & Carman, S. (2015). Buku ajar keperawatan pediatri (Vol. 2). Jakarta:
EGC
Kristiyaningsih, A., Sagita, Y.D & Suryaningsih. (2018). Hubungan tingkat
pengetahuan ibu tentang demam dengan penanganan demam pada bayi 0-
12 bulan di desa datarajan wilayah kerja Puskesmas Ngarip Kabupaten
Tanggamus Tahun 2018. Jurnal kebidanan stikes aisyah pringsewu.
Diperoleh tanggal 10 September 2019 dari http://www.researchgate.net

Laurent, S & Reader, P. (2010). Ensiklopedia perkembangan bayi. Jakarta:


Erlangga

Lusia. (2015). Mengenal demam dan perawatannya pada anak. Diambil dari
http://www.ebookstoretandf.co.uk/.

Mansur, A.R. (2014). Perawatan demam pada anak. Diambil dari


http://www.ebookstoretandf.co.uk/.

Marni. (2016). Asuhan keperawatan anak pada penyakit tropis. Jakarta: Erlangga

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan nanda (north american nursing diagnosis
association). Nic-n0c jilid 1. Yogyakarta: Mediaction

Nursalam. (2013). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Partiwi, I.G.A.N. (2011). Ensiklopedia kesehatan anak. Jakarta: Erlangga

Rosdahl, C.B & Kowalski, M.T. (2017). Buku ajar keperawatan dasar. Jakarta:
EGC

Saurisari, R., Aulia, A., Z., H & Swastika, A. ( 2017). Evaluasi Kesesuaian
Penulisan Resep Pada Kasus ISPA Non Pneumonia Di Poli MTBS
Puskesmas Kecamatan Cengkareng, Jakarta. Diperoleh tanggal 12 April
2020. Dari http://www.researchgate.net

Setiawan, T., Rustina, Y & Kuntarti. (2015). Pengaruh Tepid Sponge Terhadap
Penurunan Suhu Tubuh Dan Kenyamanan Pada Anak Yang Mengalami
Demam. Jurnal Kesehatan Aisyiyah. Diperoleh tanggal 5 Februari 2020.
Dari http://www.researchgate.net

Sudarmoko, A.D. (2011). Mengenal, mencegah dan mengobati gangguan


kesehatan pada balita. Yogyakarta: Titan

Supardi, S & Rustika. (2013). Metodologi riset keperawatan. Jakarta: TIM

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan


indonesiaStandar intervensi keperawatan indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018).Standar intervensi keperawatan indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Wardiyah, A., Setiawati & Romayati, U. (2015). Perbandingan efektifitas


pemberian kompres hangat dan tepid water sponge terhadap penurunan
suhu tubuh anak yang mengalami demam di ruang Alamanda RSUD dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. Jurnal kesehatan holistik.
Diperoleh tanggal 10 September 2019. Dari
http://pdfs.semanticscholar.ac.id
LAMPIRAN 1. INFORMED CONSENT

INFORMED CONSENT
( Persetujuan menjadi Partisipasi )
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penjelasan proses dari karya
tulis ilmiah yang akan dilakukan oleh Infitah Kamalia dengan judul Penerapan
Pemberian Antipiretik Dan Tepid Water Sponge Pada Pasien Anak Usia 1-5
Tahun Yang Mengalami Demam. Saya memutuskan setuju ikut berpartisipasi
pada karya tulis ilmiah ini secara sukarela tanpa adanya pemaksaan. Bila selama
proses karya tulis ilmiah ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya
dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa adanya suatu sanski apapun.

Pekalongan, 22 Februari 2020

Yang memberikan
Persetujuan
LAMPIRAN 1. INFORMED CONSENT

INFORMED CONSENT
( Persetujuan menjadi Partisipasi )
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penjelasan proses dari karya
tulis ilmiah yang akan dilakukan oleh Infitah Kamalia dengan judul Penerapan
Pemberian Antipiretik Dan Tepid Water Sponge Pada Pasien Anak Usia 1-5
Tahun Yang Mengalami Demam. Saya memutuskan setuju ikut berpartisipasi
pada karya tulis ilmiah ini secara sukarela tanpa adanya pemaksaan. Bila selama
proses karya tulis ilmiah ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya
dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa adanya suatu sanski apapun.

Pekalongan, 9 Maret 2020

Yang memberikan
Persetujuan
LAMPIRAN 2. LEMBAR OBSERVASI
TABEL OBSERVASI SUHU TUBUH
NAMA : An. S
UMUR : 4 Tahun 7 Bulan
ALAMAT : Podo, Kedungwuni, Pekalongan
TANGGAL 22 22 23 24
Februari Februari Februari Februari
2020 2020 2020 2020
JAM Pukul Pukul Pukul Pukul
09.00 10.00 17.00 16.05
WIB WIB WIB WIB
SUHU
TUBUH 38,6˚C 37,0˚C 36,5˚C 36˚C
PASIEN
DEMAM
KULIT v Kulit tidak Kulit tidak Kulit tidak
TERABA teraba teraba teraba
HANGAT hangat hangat hangat
KULIT v Kulit tidak Kulit tidak Kulit tidak
KEMERA tampak tampak tampak
HAN kemerahan kemerahan kemerahan
NADI 118 98x/menit 92x/menit 89x/menit
x/menit
PERNAPA 29 23x/menit 21x/menit 22x/menit
SAN x/menit

TABEL OBSERVASI SUHU TUBUH


NAMA : An. I
UMUR : 1 Tahun 7 Bulan
ALAMAT : Paesan Utara Selaos, Kedungwuni, Pekalongan
TANGGAL 9 Maret 9 Maret 9 Maret 10 Maret 10 Maret 11Maret
2020 2020 2020 2020 2020 2020
JAM Pukul Pukul Pukul Pukul Pukul Pukul
08.50 09.50 10.25 12.50 13.20
WIB WIB WIB WIB WIB
SUHU 39,5˚C 38,4˚C 37,1˚C 38,3˚C 36.7˚C 36,2˚C
TUBUH
PASIEN
DEMAM
KULIT V V Kulit V Kulit Kulit
TERABA tidak tidak tidak
HANGAT teraba teraba teraba
hangat hangat hangat
KULIT V V Kulit V Kulit Kulit
KEMERAH tidak tidak tidak
AN tampak tampak tampak
kemerah kemerah kemerah
an an an
NADI 120x/me 115x/me 95x/men 110x/me 100x/me 85x/men
nit nit it nit nit it
PERNAPAS 44x/men 40x/men 36x/men 42x/men 35x/men 26x/men
AN it it it it it it
LAMPIRAN 3. PROSEDUR PELAKSANAAN TEPID WATER SPONGE

NO. PROSEDUR PELAKSANAAN TEPID WATER SPONGE


A. FASE ORIENTASI
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Menanyakan kesiapan pada pasien
6. Menjaga privasi
7. Mencuci tangan
B. FASE KERJA
1. Mengukur dan mencatat suhu tubuh anak, jenis dan waktu pemberian
antipiretik
2. Lepaskan seluruh baju anak
3. Pasang perlak pengalas di bawah tubuh anak
4. Pasang selimut mandi pada tubuh anak
5. Lakukan seka menggunakan washlap yang telah dibasahi air hangat atau
air biasa dengan urutan wajah, leher, tubuh, ketiak, tangan, kaki, belakang
punggung, bokong, paha. Kemudian letakkan waslap dibagian terpenting
yaitu dahi, aksila dan lipatan paha
5. Ulangi tindakan tersebut sampai dengan kurang lebih 20 menit
6. Periksa dengan menggunakan termometer digital, apakah suhu pada anak
sudah normal
7. Apabila suhu anak sudah normal 36˚C-37˚C. Maka hentikan prosedur
8. Keringkan tubuh anak dengan handuk, setelah itu usapkan minyak telon
atau minyak kayu putih ke tubuh anak
9. Pakaikan baju pada anak
C. FASE TERMINASI
1. Merapikan alat
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi
4. Menanyakan kenyamanan pada anak
5. Menyampaikan rencana tindak lanjut
6. Berpamitan pada anak atau keluarga
LEMBAR 4. SAP TEPID WATER SPONGE

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


TEPID WATER SPONGE

Pokok Pembahasan : Tepid Water Sponge


Sub Pokok Pembahasan : Penerapan tepid water sponge pada anak demam
Sasaran : Ibu dan Anak
Tempat : Puskesmas Keduwungi I
Waktu : 22 Februari 2020, Pukul 09.30 WIB
Penyuluh : Infitah Kamalia

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pendidikan kesehatan selama 30 menit
diharapkan ibu dan keluarga pasien mampu mengetahui cara penerapan
tepid water sponge pada anak yang mengalami demam
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan pendidikan kesehatan selama 30 menit
diharapkan ibu dan keluarga pasien mampu
a) Menjelaskan pengertian tepid water sponge
b) Mengetahui indikasi dan kontraindikasi tepid water sponge
c) Mengetahui tujuan dan manfaat tepid water sponge
d) Menjelaskan cara tepid water sponge
e) Mendemonstrasikan tepid water sponge pada pantom

B. Materi (Terlampir)
Materi yang disampaikan dalam penyuluhan adalah :
1) Pengertian tepid water sponge
2) Indikasi dan kontraindikasi tepid water sponge
3) Tujuan dan manfaat tepid water sponge
4) Cara tepid water sponge
5) Mendemonstrasikan tepid water sponge pada pantom

C. Media
1) SAP
2) Lembar Balik
3) Pantom Bayi
4) Termometer Digital
D. Metode Penyuluhan
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
3) Demonstrasi

E. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Respon pasien
.
1. Pembukaan 1. Memberikan salam 1. Menjawab salam
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menggali pengetahuan dan
tentang tepid water memperhatikan
sponge 3. Menjawab
4. Menjelaskan tujuan pertanyaan
penyuluhan 4. Mendengarkan
5. Membuat kontrak waktu dan
memperhatikan
5. Menyetujui
kontrak waktu
2. Kegiatan 1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan
inti a. Pengertian tepid water dan
(15 menit) sponge memperhatikan
b. Indikasi dan penjelasan
kontraindikasi tepid penyuluh
water sponge 2. Aktif bertanya
c. Tujuan dan manfaat 3. Mendengarkan
tepid water sponge dan
d. Cara melakukan tepid memperhatikan
water sponge penjelasan
e. mendemonstrasikan penyuluh
tepid water sponge
2. Memberikan kesempatan
untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan
peserta
3. Penutup 1. Memberikan beberapa 1. Menjawab
(10 menit) pertanyaan untuk pertanyaan
mengevaluasi sejauh 2. Menyimpulkan
mana pemahaman ibu 3. Mendengarkan dan
pasien dan keluarga mmperhatikan
tentang materi yang 4. Membalas salam
dijelaskan penutup
2. Menyimpulkan secara
bersama-sama
3. Mengakhiri penyuluhan
4. Memberi salam penutup

F. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Kegiatan yang dilakukan penyuluh sebelum pelaksanaan :
 Materi dan media sudah diberikan kepeserta 4 hari sebelum
pelaksanaan
 Undangan sudah diberikan kepeserta 4 hari sebelumnya
b. Evaluasi Proses
Semua kegitan yang dilakukan oleh penyuluh dan peserta sejak mulai
penyuluhan sampai selesai :
 Penyuluh memberi materi sesuai dengan SAP
 Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat selama kegiatan
berlangsung
 Peserta dapat berperan aktif selama kegiatan berlangsung
c. Evaluasi Hasil
Hasil yang dicapai peserta selama penyuluhan :
 100% peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
 Peserta mampu menjelaskan pengertian tepid water sponge
 Peserta mampu mengetahui indikasi dan kontraindikasi tepid water
sponge
 Peserta mampu mengetahui tujuan dan manfaat tepid water sponge
 Peserta mampu menjelaskan cara tepid water sponge
 Peserta mampu mendemonstrasikan tepid water sponge pada
pantom
Pekalongan, februari 2020
Mengetahui pembimbing Mahasiswa

Siti Rofiqoh, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An Infitah Kamalia


NIK : 99.001.023 NIM : 17.1993.P

G. Materi
Tepid water sponge

1. Pengertian tepid water sponge


Tepid water sponge adalah suatu prosedur untuk meningkatkan kontrol
untuk menghilangkan panas tubuh dengan melalui tahap evaporasi dan
tahap konduksi, pada tahap evaporasi dengan adanya teknik menyeka pada
tubuh pasien saat dilakukan pengusapan sehingga terjadi penguapan panas
menjadi keringat sedangkan pada tahap konduksi dimulai dari tindakan
mengkompres pada anak dengan menggunakan washlap (Hidayati, 2014).
2. Indikasi dan kontraindikasi tepid water sponge
Indikasi dilakukan tepid water sponge adalah anak yang suhu tubuhnya
38,5˚C (Riandita, 2012) dan kontraindikasi pada anak hipotermia
(Hidayati, 2014).
3. Tujuan dan manfaat tepid water sponge
Tujuan tindakan tepid water sponge yaitu untuk menurunkan suhu tubuh
pada anak yang mengalami demam sedangkan manfaatnya adalah
menurunkan suhu tubuh yang sedang mengalami demam dan memberikan
rasa nyaman pada tubuh anak
4. Cara melakukan tindakan penerapan tepid water sponge
Alat dan bahan yang perlu disiapkan adalah air biasa dan air hangat
(37˚C),baskom, lap mandi 6 buah, 1 buah handuk mandi, 1 buah selimut
mandi, perlak dan pengalas, termometer air, termometer digital dan
minyak kayu putih atau minyak telon. Menurut Marni (2016) tahap-tahap
pelaksanaan tindakan tepid water sponge adalah yang pertama melakukan
tahapan persiapan pada pasien yaitu semua pakaian yang digunakan pasien
dilepas, pasien bisa dipangku atau bisa dengan posisi istirahat ditempat
tidur pasien. Tahap kedua adalah prosedur pelaksanaan tepid water sponge
yaitu sebagai berikut:
a. Mempersiapkan alat yang dibutuhkan
b. Menjelaskan tujuan tindakan
c. Menjelaskan prosedur tindakan
d. Melakukan cuci tangan
e. Mengukur dan mencatat suhu tubuh anak, jenis dan waktu pemberian
antipiretik
f. Lepaskan pakaian anak
g. Memasang perlak pengalas di bagian bawah tubuh anak
h. Memasang selimut mandi pad tubuh anak
i. Melakukan seka menggunakan waslap yang telah dibasahi air hangat
atau air biasa dengan urutan wajah, leher, tubuh, ketiak, tangan dan
kaki. Selanjutnya di bagian belakang punggung, bokong, paha.
kemudian letakan washlap dibagian terpenting yaitu dahi, aksila dan
lipatan paha
j. mengulangi tindakan tersebut sampai dengan kurang lebih 20 menit
k. Periksa dengan menggunakan termometer digital, apakah suhu pada
anak sudah normal
l. Apabila suhu sudah normal 36˚C-37˚C. Hentikan prosedur
m. keringkan tubuh anak dengan menggunakan handuk, kemudian setelah
itu berikan minyak kayu putih atau minyak telon ke bagian tubuh anak
n. Pakaikan baju anak
o. Demonstrasi tepid water sponge pada pantom

LEMBAR 5. BUKTI PROSES BIMBINGAN

PENERAPAN PEMBERIAN ANTIPIRETIK DAN TEPID WATER SPONGE


PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN YANG MENGALAMI DEMAM

Nama Mahasiswa : Infitah Kamalia


Tempat Praktik : Puskesmas Kedungwuni 1
Tanggal Praktik : 14 Februari 2020
Tanggal Pengkajian : 22 Februari 2020
A. Identitas Klien
Nama : An.S
Tanggal Lahir : 30 Agustus 2015
Usia : 4 Tahun 7 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
BB/TB : 14 kg / 102 cm
Alamat : Podo Rt 06/Rw 02, Kedungwuni, Pekalongan
Agama : Islam
Pendidikan : Taman kanak-kanak
Suku bangsa : Jawa
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.E
Umur : 34 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Podo Rt 06/Rw 02, Kedungwuni, Pekalongan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Ibu
C. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya panas

2. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke puskesmas kedungwuni 1 pada tanggal 22 Februari
2020, pukul 07.40 WIB. Pada saat dilakukan pengkajian di ruang MTBS
pukul 09.00 WIB, ibu pasien mengatakan pasien demam, sakit pada
tenggorokan, batuk kadang-kadang sudah 2 hari dan nafsu makan
menurun. Ibu pasien mengatakan pasien sudah diberikan obat fasidol
untuk menurunkan panas tetapi panasnya belum juga turun. Saat
dilakukan pengkajian didapatkan hasil : Suhu 38,6˚C, Rr 29x/menit, Nadi
118x/menit, kulit teraba hangat, kulit tampak kemerahan, pasien tampak
lemas.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Penyakit pada waktu kecil
Ibu pasien mengatakan pasien pernah mengalami sakit muntaber pada
saat usia 1 tahun
b. Pernah dirawat di RS
Ibu pasien mengatakan pada tahun 2016 anaknya pernah di rawat di
RSUD kajen selama 1 minggu karena mengalami sakit muntaber
c. Obat-obatan yang digunakan
Ibu pasien mengatakan obat yang digunakan adalah obat oralit
d. Tindakan (operasi)
Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah di operasi
e. Riwayat imunisasi
Ibu pasien mengatakan pasien imunisasi lengkap
f. Alergi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat
maupun makanan
g. Kecelakaan
Ibu pasien mengatakan pasien pada saat masih kecil pernah jatuh
karena lari-lari

4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


Kemandirian dan bergaul : baik
Motorik halus : baik
Kognitif dan bahasa : baik
Motorik kasar : baik
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa neneknya pasien mendreita penyakit
diabetes mellitus.
Genogram

4,
7

Keterangan :
: Laki-laki : Menikah

: Perempuan 4,7
: Usia

: Meninggal : Pasien

: Tinggal serumah

6. Pola kesehatan fungsional menurut gordon


1. Pola persepsi kesehatan managemen
Ibu pasien mengatakan jika pasien sakit diperiksa kepuskesmas. Ibu
pasien selalu menjaga kebersihan rumah dan peralatan yang telah
digunakan
2. Pola metabolisme nutrisi
Sebelum sakit
Makan pagi : Habis 1/5 porsi
Makan siang : Habis 1/5 porsi
Makan malam : Habis 1/5 porsi
Minum : ± 5 gelas
Berat badan sebelum sakit: 18 kg
Selama sakit
Makan pagi : Habis 3 sendok
Makan siang : Habis 3 sendok
Makan malam : Habis 3 sendok
Minum : ± 5 gelas
Berat badan sebelum sakit: 14 kg, nafsu makan menurun
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit
BAK : ± 6 x/hari
BAB : 1x/hari
Selama sakit
BAK : ± 7x/hari
BAB : 3x/hari
4. Pola aktivitas latihan
Sebelum sakit
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien bermain dengan
temannya, kakaknya disekitar rumahnya
Selama sakit
Ibu pasien mengatakan pasien lemas dan pasien hanya tiduran, nonton
tv, mainan hp dirumah
5. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Tidur siang : 3 jam
Tidur malam : ± 9 jam
Selama sakit
Tidur siang : Jarang tidur siang
Tidur malam : Kurang lebih 1 jam
Do : Ibu pasien mengatakan pasien sering terbangun
karena panas dan tenggorokanya terasa sakit
6. Pola persepsi kognitif
Ibu pasien mengatakan pasien tidak mempunyai masalah dengan
panca indera
7. Pola persepsi diri
Pasien mengatakan menyukai dengan rambutnya
8. Pola hubungan sosial
Ibu pasien mengatakan pasien anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien
sejak usia 0-4 tahun 7 bulan diasuh oleh orang tuanya dan keluarganya
9. Pola seksual reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan
10. Pola pemecahan mengatasi stress
Ibu pasien mengatakan pasien suka bermain air, suka bermain pasar-
pasaran atau masak-masakan dengan temannya
11. Sistem kepercayaan nilai-nilai
Pasien dan keluarga pasien beragama islam dan tidak ada kepercyaan
yang bertentangan dengan kesehatan

D. Keadaan kesehatan saat ini


1. Diagnosa medis : Batuk bukan pneumonia
2. Tindakan operasi : Tidak ada
3. Status nutrisi : Kurang baik
4. Status cairan :
5. Obat-obatan :
Nama Tgl Cara, dosis Cara kerja Respon pasien
obat terapi obat, fungsi
dan klasifikasi
Paraceta 22-2- Obat oral, 6 Untuk S : Pasien mau
mol 2020 tablet 500 mg menurunkan minum obat
dengan dosis panas O : Obat tampak
3x ½ gr masuk ke oral
Amox- 22-2- Obat oral, 4 Obat antibiotik S : Pasien mau
cillin 2020 mg dengan untuk minum obat
dosis 3x1 mengobati O : Obat tampak
dalam puyer berbagai masuk ke oral
macam infeksi
Dexamet 22-2- Obat oral, 4 Untuk S : Pasien mau
hasone 2020 mg dengan mengatasi minum obat
dosis 3x1 peradangan O : Pasien tampak
dalam puyer atau reksi minum obat
alergi
B6 22-2- Obat oral, 4 Untuk nutrisi S : Pasien mau
2020 mg dengan yang sangat minum obat
dosis 3x1 penting bagi O : Pasien tampak
dalam puyer fungsi darah, minum obat, pasien
kulit tidak menangis
Chlorphe 22-2- Obat oral, 4 Untuk S : Pasien mau
niramine 2020 mg dengan mengobati minum obat
dosis 3x1 gejala alergi O : Pasien tampak
dalam puyer minum obat

6. Aktivitas : Menurun
7. Tindakan keperawatan : Pemberian antipiretik dan tepid water
sponge
8. Hasil laboratorim : Tidak ada
9. Hasil rontgen : Tidak ada
10. Data tambahan : Tidak ada
E. Pemeriksaan fisik
1. Temperatur : 38,6˚C
2. Denyut jantung/nadi : 118x/menit
3. Pernafasan/Rr : 29x/menit
4. Tekanan Darah :-
5. Pertumbuhan : Baik
6. Keadaan umum : Sedang
7. Lingkar kepala : 52,8 cm
8. Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris, tidak ada peradangan, tidak ada
luka, tidak ada benjolan, bulu mata tidak rontok, konjungtiva anemis,
sclera non ikterik, warna iris hitam, pupil isokor
9. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada peradangan, tidak ada
lendir, tidak ada cuping hidung, penciuman baik
10. Mulut
Inspeksi : warna bibir putih pucat, tidak ada perdarahan, tidak ada
gigi palsu, terdapat peradangan pada tenggorokan, terdapat stomatitis
dibagian bibir bawah
11. Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada peradangan
Pendengaran : baik
12. Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak ada peradangan, tidak ada
massa
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
13. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada peradangan
14. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak teraba ictus cordis
Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler, tidak ada suara jantung tambahan
15. Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada tarikan dinding
dada kedalam
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : veskuler
16. Abdomen
inspeksi : Bentuk simetris, bentuk perut cembung, tidak ada
benjolan, tidak ada lesi
Auskultasi : terdapat bising usus 12x/menit
Palpasi : nyeri tekan pada perut sebelah kanan
Perkusi : timpani
17. Punggung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
18. Genetalia
Perempuan, tidak ada masalah pada genetalia
19. Ekstermitas
Ekstermitas atas : tidak ada edema, tidak fraktur, teraba hangat
Ekstermitas bawah: tidak ada edema, tidak fraktur, teraba hangat
20. Kulit
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit saw matang, kulit tampak
kemerahan, tidak ada ikterik, teraba hangat, tidak ada sianosis
Palpasi : tekstur halus, turgor kulit baik, struktur tegang,tidak ada
nyeri tekan

F. Analisa data
Hari/tgl Data fokus Masalah Etiologi
/jam
Sabtu, 22 Ds : Hipertermia Infeksi
Februari ibu pasien mengatakan
2020 pasien demam, sakit pada
09.00 WIB tenggorokan, batuk kadang-
kadang sudah 2 hari
Do :
Suhu 38,6˚C, Rr 29x/menit,
Nadi 118x/menit, kulit
teraba hangat, kulit tampak
kemerahan, pasien tampak
lemas.

G. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tanggal Tanggal Paraf
dx ditemukan teratasi
1. Hipertermia berhubungan 22 24 Infitah
dengan infeksi Februari Februari kamalia
2020 2020

H. Intervensi Keperawatan
No Dx kep Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil keperawatan
1. Hiperter Suhu tubuh 1. Ukur suhu 1. Mengetahui
mia b.d kembali normal tubuh suhu tubuh
infeksi setelah dilakukan 2. Pantau dan pasien
tindakan catat Rr dan 2. Mengetahui
keperawatan nadi perfusi jaringan
selama 3x24 jam 3. Berikan dan hipoksia
dengan kriteria pendidikan jaringan
hasil : kesehatan 3. Agar keluarga
1. Suhu normal tepid water tahu tepid water
(36˚C-37˚C) sponge sponge
2. Rr normal (20- 4. Berikan 4. Menambah
30x/menit) edukasi pengetahuan
3. Nadi normal tentang kepada keluarga
(80-110x/menit) kompres pasien dan
4. Kulit tidak hangat tepid dapat
teraba hangat water sponge menerapkan
5. Kulit tidak 5. Berikan kembali ketika
kemerahan kompres anaknya sakit
hangat tepid 5. Menurunkan
water sponge suhu tubuh
6. Anjurkan 6. Meningkatkan
memakai kenyamanan
pakaian yang pasien
tipis 7. Mencegah
7. Anjurrkan terjadinya
anak minum dehidrasi
yang banyak 8. Agar ibu pasien
8. Demonstrasi mengerti dan
kan kompres paham tentang
hangat tepid kompres hangat
water sponge tepid water
9. Kolaborasi sponge
pemberian 9. Menurunkan
antipiretik suhu tubuh
paraceta-mol pasien
½ gr
2. Ketidaks Nutrisi dapat 1. Kaji adanya 1. Mengetahui
eimbang terpenuhi sesetlah alergi adanya alergi
an nutrisi dilakukan tindakan makanan pada makanan
kurang keperawatan 2. Berikan 2. Menambah
dari selama 3x24 jam pasien energi
kebutuha dengan kriteria istirahat yang 3. Meningkatkan
n tubuh hasil : cukup nafsu makan
1. Adanya 3. Anjurkan sedikit tapi
peningkatan BB untuk makan sering
sesuai dengan sedikit tapi 4. Mengatur pola
tujuan sering makan pasien
2. Bb sesuai ideal 4. Ajarkan ibu dan
dengan TB pasien meningkatan
3. Tidak ada tanda- bagaimana berat badan
tanda malnutrisi membuat
4. Tidak terjadi catatan
penurunan BB makanan
harian

I. Implementasi keperawatan
Implementasi hari pertama
Nama : An. S Usia : 4 tahun 7 bulan
No Hari/tgl Implementasi Respon pasien Paraf
dx / jam Keperawatan
1. Sabtu, 22 Mengukur suhu S : Pasien mengatakan Infitah
Februari tubuh mau diukur suhu kamalia
2020 O : Suhu 38,6˚C, kulit
09.00 tampak kemerahan, kulit
WIB teraba hangat
Pukul Memantau dan S : - Infitah
09.05 mencatat Rr dan O : Rr 29x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 118x/menit
Pukul Memberikan S : Ibu pasien Infitah
09.25 pendidikan mengatakan mau kamalia
WIB kesehatan tepid diberikan pendidikan
water sponge kesehatan tepid water
sponge
O : Ibu pasien tampak
mengerti
Pukul Mengkolaborasi S : Paien mengatakan Infitah
09.40 pemberian mau minum obat kamalia
WIB antipiretik O : Obat tampak masuk
paracetamol ½ gr ke oral
Pukul Memberikan S : Ibu pasien Infitah
09.45 edukasi tentang mengatakan mengerti kamalia
WIB kompres hangat tentang kompres hangat
tepid water tepid water sponge
sponge O : Ibu pasien tampak
memperhatikan dan
melakukan kompres,
pasien tampak nyaman

Pukul Memberikan S : Pasien mengatakan Infitah


09.45 kompres tepid mau dilakukan kompres kamalia
WIB water sponge O : Pasien tampak
nyaman saat dikompres
Pukul Mengukur suhu S : Pasien mengatakan Infitah
10.05 tubuh mau diukur suhu tubuh kamalia
WIB melalui axilla
O : 37,0˚C, kulit tidak
tampak kemerahan, kulit
tidak teraba hangat
Pukul Memantau dan S : - Infitah
10.15 mencatat Rr dan O : Rr 23x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 98x/menit
Pukul Menganjurkan S:- Infitah
10.25 memakai pakaian O : Ibu pasien mengganti kamalia
WIB yang tipis pakaian pasien dengan
pakaian yang tipis
Pukul Menganjurkan S : Pasien mengatakan Infitah
10.30 pasien minum minum air putih kamalia
WIB yang banyak O : Pasien tampak
minum setengah gelas

Implementasi hari kedua


Nama : An. S Usia : 4 tahun 7 bulan
No Hari/tgl/ Implementasi Respon pasien Paraf
dx Jam Keperawatan
1. Minggu, Mengukur suhu S : Ibu pasien Infitah
23 tubuh mengatakan tadi malam kamalia
Februari anaknya sudah tidak
2020 demam lagi
17.00 O : Suhu 36,5˚C, kulit
WIB tidak teraba hangat,
kulit tidak tampak
kemerahan
Pukul Memantau dan S : - Infitah
17.10 mencatat Rr dan O : Rr 21x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 92x/menit
Pukul Mengkolaborasi S : Pasien mengatakan Infitah
17.20 pemberian mau minum obat kamalia
WIB antipiretik O : Obat masuk ke oral
paracetamol ½ gr
Pukul Mendemonstrasikan S : Ibu pasien Infitah
17.25 kompres hangat mengatakan sudah kamalia
WIB tepid water sponge mengerti dan paham
O : Ibu pasien tampak
mempraktikkan
kompres hangat tepid
water sponge secara
mandiri
Pukul Menganjurkan S : Ibu pasien Infitah
17.40 memakai pakaian mengatakan anaknya kamalia
WIB yang tipis mau memakai pakaian
yang tipis dan lebih
nyaman
O : Pasien tampak
memakai pakaian yang
tipis
Pukul Menganjurkan S : Pasien mengatakan Infitah
17.40 pasien minum yang mau minum kamalia
WIB banyak O : pasien tampak
menghabiskan minum 1
gelas air

Implementasi hari ketiga


Nama : An. S Usia : 4 tahun 7 bulan
No Hari/tgl Implementasi Respon pasien Paraf
dx /jam Keperawatan
1. Senin, 24 Mengukur suhu S : Ibu pasien Infitah
Februari tubuh mengatakan anaknya kamalia
2020 sudah tidak panas lagi,
16.05 anaknya sudah bermain
WIB seperti biasanya
O : Suhu 36˚C, kulit
tidak teraba hangat,
kulit tidak tampak
kemerahan
Pukul Memantau dan S :- Infitah
16.15 mencatat Rr dan O : Rr 22x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 89x/menit
Pukul Menganjurkan S : Ibu pasien Infitah
16. 25 memakai pakaian mengatakan jika kamalia
WIB yang tipis anaknya panas pasien
memakai pakaian tipis
O : Pasien tampak
memakai pakaian yang
tipis
Pukul Menganjurkan S : Pasien mengatakan Infitah
17.40 pasien minum yang mau minum air putih kamalia
WIB banyak O : pasien tampak
menghabiskan minum 1
gelas air putih

J. Evaluasi keperawatan
Evaluasi hari pertama
Nama : An. S Usia : 4 tahun 7 bulan
No Tgl/ Diagnosa Perkembangan Paraf
Jam keperawatan ( SOAP )
1. 22 Hipertermia S : Pasien mengatakan mau Infitah
Februari berhubungan diukur suhu, pasien kamalia
2020 dengan mengatakan mau minum obat,
11.20 infeksi pasien mengatakan mau
WIB dikompres
O : Suhu 37,0˚C, Rr
23x/menit, nadi 98x/menit,
kulit tidak teraba hangat, kulit
tidak tampak kemerahan, obat
masuk ke oral, pasien tampak
nyaman
A : Masalah hipertermia
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Ukur suhu tubuh
2. Pantau dan catat Rr
dan nadi
3. Berikan antipiretik
paracetamol ½ gr
4. Demonstrasi tepid
water sponge
5. Berikan tepid water
sponge jika anak panas
kembali
6. Anjurkan memakai
pakaian yang tipis
7. Anjurkan minum yang
banyak

Evaluasi hari kedua


Nama : An. S Usia : 4 tahun 7 bulan
No Tgl/ Diagnosa Perkembangan Paraf
Jam keperawatan (SOAP)
2. 23 Hipertermi S : Ibu pasien mengatakan tadi Infitah
Februari berhubungan malam anaknya sudah tidak kamalia
2020 dengan demam lagi
18.20 infeksi O : Suhu 36,5˚C, Rr
WIB 21x/menit, nadi 92x/menit,
kulit tidak teraba hangat, kulit
tidak tampak kemerahan
A : Masalah hipertermi teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Ukur suhu tubuh
2. Pantau dan catat Rr dan
nadi
3. Anjurkan memakai
pakaian yang tipis
4. Anjurkan minum yang
banyak

Evaluasi hari ketiga


Nama : An. S Usia : 4 tahun 7 bulan
No Tgl/ Diagnosa Perkembangan Paraf
Jam keperawatan (SOAP)
3. 24 Hipertermi S : Ibu pasien mengatakan Infitah
Februari berhubungan anaknya sudah tidak panas kamalia
2020 dengan lagi, anaknya sudah bermain
17.00 infeksi seperti biasanya
WIB O : Suhu 36˚C, Rr 22x/menit,
nadi 89x/menit kulit tidak
teraba hangat, kulit tidak
tampak kemerahan
A : Masalah hipertermi
teratasi
P : Hentikan intervensi
PENERAPAN PEMBERIAN ANTIPIRETIK DAN TEPID WATER SPONGE
PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN YANG MENGALAMI DEMAM

Nama Mahasiswa : Infitah Kamalia


Tempat Praktik : Puskesmas Kedungwuni 1
Tanggal Praktik : 14 Februari 2020
Tanggal Pengkajian : 9 Maret 2020
A. Identitas Klien
Nama : An. I
Tanggal Lahir : 29 Juni 2018
Usia : 1 Tahun 7 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB/TB : 8,4 kg / 74 cm
Alamat : Paesan utara selaos Rt 04/Rw 05, Kedungwuni,
Pekalongan
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Suku bangsa : Jawa
B. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. W
Umur : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Paesan utara selaos Rt 04/Rw 05, Kedungwuni,
Pekalongan
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan klien : Ibu
C. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya panas
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke puskesmas kedungwuni 1 pada tanggal 9 Maret 2020,
pukul 08.00 WIB. Pada saat dilakukan pengkajian di ruang MTBS pukul
08.50 WIB, ibu pasien mengatakan pasien demam, batuk-batuk dan pilek
sudah 3 hari. Saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil : Suhu 39,5˚C,
Rr 44x/menit, Nadi 120x/menit, kulit teraba hangat, kulit tampak
kemerahan, pasien tampak lemas.
3. Riwayat penyakit dahulu
a. Penyakit pada waktu kecil
Ibu pasien mengatakan pasien pada waktu masih kecil pasien hanya
sakit ringan seperti batuk, pilek, demam
b. Pernah dirawat di RS
Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah dirawat di rumah sakit
c. Obat-obatan yang digunakan
Ibu pasien mengatakan tidak ada obat yang digunakan
d. Tindakan (operasi)
Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah di operasi
e. Riwayat imunisasi
Ibu pasien mengatakan pasien sudah imunisasi lengkap
f. Alergi
Ibu pasien mengatakan pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat
maupun makanan
g. Kecelakaan
Ibu pasien mengatakan pasien pernah jatuh dari kasur pada saat masih
kecil
4. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Kemandirian dan bergaul : baik
Motorik halus : baik
Kognitif dan bahasa : baik
Motorik kasar : baik
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa neneknya pasien mempunyai riwayat
penyakit hipertensi
Genogram

1,7

Keterangan :
: Laki-laki : Menikah

: Perempuan 1,7
: Usia

: Meninggal : Pasien

: Tinggal serumah
6. Pola kesehatan fungsional menurut gordon
1. Pola persepsi kesehatan managemen
Ibu pasien mengatakan jika pasien sakit diperiksa kepuskesmas dan ke
dokter terdekat. Ibu pasien selalu menjaga kebersihan rumah dan
peralatan yang telah digunakan anaknya seperti botol minum
2. Pola metabolisme nutrisi
Sebelum sakit
Makan pagi : Habis 3 sendok makan
Makan siang : Habis 3 sendok makan
Makan malam : Habis 3 sendok makan
Minum : ± 3 gelas, ASI
Berat badan sebelum sakit: 8,5 kg
Selama sakit
Makan pagi : Habis 2 sendok
Makan siang : Habis 3 sendok
Makan malam : Habis 2 sendok
Minum : ± 2 gelas, ASI
Berat badan sebelum sakit: 8,4 kg
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit
BAK : ± 3x/hari
BAB : 1x/hari
Selama sakit
BAK : ± 5x/hari
BAB : 1x/hari
4. Pola aktivitas latihan
Sebelum sakit
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien bermain pasir-pasiran,
mobil-mobilan didepan rumah dengan teman, kakak dan saudaranya
Selama sakit
Ibu pasien mengatakan pasien lemas, pasien digendong ibunya terus
dan tiduran dirumah
5. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Tidur siang : 1 jam
Tidur malam : ± 8 jam
Selama sakit
Tidur siang : ½ jam
Tidur malam : Kurang lebih 2 jam
Do : Ibu pasien mengatakan pasien sering terbangun
karena batuk-batuk, pilek dan panas
6. Pola persepsi kognitif
Ibu pasien mengatakan pasien tidak mempunyai masalah dengan
panca indera
7. Pola persepsi diri
Pasien mempunyai rambut yang bagus, halus, lurus dan berwarna
hitam
8. Pola hubungan sosial
Ibu pasien mengatakan pasien anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien
diasuh oleh ibunya dan keluarganya, pasien sangat dilindungi dan
disayangi oleh keluarganya. pada saat dilakukan pengkajian pasien
dalam pengawasan kedua orang tuanya.
9. Pola seksual reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki
10. Pola pemecahan mengatasi stress
Ibu pasien mengatakan pasien suka bermain mobil-mobilan bersama
dengan kakaknya, saudara dan temannya di sekitar rumah
11. Sistem kepercayaan nilai-nilai
Pasien dan keluarga pasien beragama islam dan tidak ada kepercyaan
yang bertentangan dengan kesehatan

D. Keadaan kesehatan saat ini


1. Diagnosa medis : Batuk pneumonia
2. Tindakan operasi : Tidak ada
3. Status nutrisi : Kurang baik
4. Status cairan :
5. Obat-obatan :
Nama Tgl Cara, dosis Cara kerja Respon pasien
Obat Terapi obat, fungsi
dan klasifikasi
Paraceta 9-3- Obat oral, 1 Untuk S : Pasien mau
mol 2020 mg dengan menurunkan minum obat
syrup dosis 3x1 panas O : Obat tampak
(5g) dalam masuk ke oral,
puyer pasien tampak tidak
menangis
Asetilsist 9-3- Obat oral, 2 Untuk S : Pasien mau
ein 2020 mg dengan mengencerkan minum obat
dosis 3x1 dahah yang O : Obat tampak
dalam puyer menghalangi masuk ke oral
saluran
pernapasan
Kalk 22-2- Obat oral, 2 Suplemen S : Pasien mau
2020 mg dengan kalsium untuk minum obat
dosis 3x1 membantu O : Pasien tampak
dalam puyer pertumbuhan minum obat
badan, tulang
dan gigi
terutama pada
anak-anak
Chlorphe 9-3- Obat oral, 2 Untuk S : Pasien mau
niramine 2020 mg dengan mengobati minum obat
dosis 3x1 gejala alergi O : Pasien tampak
dalam puyer minum obat
Kotrin 9-3- Obat oral, 2 Meredakan S : Pasien mau
2020 mg dengan rasa sakit minum obat
dosis 3x1 akibat kondisi O : Pasien tampak
dalam puyer seperti pilek minum obat dan
dan sakit pasien tampak tidak
kepala menangis

6. Aktivitas : Menurun
7. Tindakan keperawatan : Pemberian antipiretik dan tepid water
sponge
8. Hasil laboratorim : Tidak ada
9. Hasil rontgen : Tidak ada
10. Data tambahan : Tidak ada

E. Pemeriksaan fisik
1. Temperatur : 39,5˚C
2. Denyut jantung/nadi : 120x/menit
3. Pernafasan/Rr : 44x/menit
4. Tekanan Darah :-
5. Pertumbuhan : Kurang Baik
6. Keadaan umum : Sedang
7. Lingkar kepala : 47 cm
8. Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris, tidak ada peradangan, tidak ada
luka, tidak ada benjolan, bulu mata tidak rontok, konjungtiva anemis,
sclera non ikterik, warna iris hitam, pupil isokor
9. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada peradangan, terdapat
lendir, tidak ada cuping hidung, terdapat kotoran, tidak ada
pembengkakan
10. Mulut
Inspeksi : warna bibir putih pucat, warna lidah pucat, tidak ada lesi,
tidak ada gigi palsu, tidak ada stomatitis
11. Telinga
Inspeksi : bentuk telinga simetris, tidak ada serumen, warna sawo
matang, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak menggunakan alat
bantu, fungsi pendengaran baik
12. Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak ada peradangan, tidak ada
massa
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe
13. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi, warna merata
14. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : tidak teraba ictus cordis
Perkusi : pekak
Auskultasi : reguler, tidak ada suara jantung tambahan
15. Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada tarikan dinding
dada kedalam
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdapat bunyi ronkhi
16. Abdomen
inspeksi : Bentuk simetris, bentuk perut cembung, tidak ada lesi
Auskultasi : terdapat bising usus14x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
17. Punggung
Inspeksi : bentuk simetris, warna merata, tidak ada lesi, tidak ada
benjolan
18. Genetalia
Laki-laki, terdapat penis, terdapat testis, terdapat lubang penis, tidak
ada masalah pada penis
19. Ekstermitas
Ekstermitas atas : tidak ada edema, tidak fraktur, teraba hangat
Ekstermitas bawah: tidak ada edema, tidak fraktur, teraba hangat
20. Kulit
Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit sawo matang, kulit tampak
kemerahan, tidak ada benjolan, teraba hangat, tidak ada sianosis
Palpasi : tekstur halus, turgor kulit baik, struktur tegang,tidak ada
nyeri tekan

F. Analisa data
Hari/tgl Data fokus Masalah Etiologi
/jam
Senin, 9 Ds : Hipertermia Infeksi
maret 2020 ibu pasien mengatakan
08.50 WIB pasien demam, batuk-batuk
dan pilek sudah 3 hari
Do :
Suhu 39,5˚C, Rr 44x/menit,
Nadi 120x/menit, kulit
teraba hangat, kulit tampak
kemerahan, pasien tampak
lemas.

G. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tanggal Tanggal Paraf
dx ditemukan teratasi
1. Hipertermia berhubungan 9 Maret 11 Maret Infitah
dengan infeksi 2020 2020 kamalia

H. Intervensi Keperawatan
Nama : An. I Usia : 1 tahun 7 bulan
No Dx kep Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil Keperawatan
1. Hiperter Suhu tubuh 1. Ukur suhu 1. Mengetahui
mia b.d kembali normal tubuh suhu tubuh
infeksi setelah 2. Pantau dan pasien
dilakukan catat Rr dan 2. Mengetahui
tindakan nadi perfusi
keperawatan 3. Berikan jaringan dan
selama 3x24 jam pendidikan hipoksia
dengan kriteria kesehatan jaringan
hasil : tepid water 3. Agar keluarga
1. Suhu normal sponge tahu tepid
(36˚C-37˚C) 4. Berikan water sponge
2. Rr normal edukasi 4. Menambah
(20- tentang pengetahuan
30x/menit) kompres kepada
3. Nadi normal hangat tepid keluarga
(80- water sponge pasien dan
110x/menit) 5. Berikan dapat
4. Kulit tidak kompres menerapkan
teraba hangat hangat tepid kembali ketika
5. Kulit tidak water sponge anaknya sakit
kemerahan 6. Anjurkan 5. Menurunkan
memakai suhu tubuh
pakaian yang 6. Meningkatkan
tipis kenyamanan
7. Anjurkan anak pasien
minum yang 7. Mencegah
banyak terjadinya
8. Demonstrasika dehidrasi
n kompres 8. Agar ibu
hangat tepid pasien
water sponge mengerti dan
9. Kolaborasi paham tentang
pemberian kompres
antipiretik hangat tepid
paracetamol water sponge
syrup 5 ml 9. Menurunkan
suhu tubuh
pasien
2. Bersihan Bersihan jalan 1. Monitor ttv 1. Mengetahui
jalan nafas dapat 2. Auskultasi keadaan
nafas teratasi setelah suara nafas umum pasien
tidak dilakukan 3. Atur posisi 2. Mengetahui
efektif tindakan untuk adanya suara
berhubun keperawatan memaksimalk tambahan
gan selama 3x24 jam an ventilasi 3. Menurunkan
dengan dengan kriteria 4. Anjurkan upaya
sekresi hasil : pasien untuk pernafasan dan
yang 1. Suara nafas istirahat meningkatkan
tertahan bersih 5. Ajarkan ibu gerakan sekret
2. Nadi dan Rr pasien cara ke jalan nafas
dalam fisioterapi untuk
rentang dada dikeluarkan
normal 6. Ajarkan ibu 4. Mencegah
3. Tidak ada pasien cara kelelahan
dispneu inhalasi uap 5. Membantu
sederhana mengeluarkan
secret
6. Agar secret
dapat keluar

I. Implementasi keperawatan
implementasi hari pertama
Nama : An. I Usia : 1 tahun 7 bulan
No Hari/tgl Implementasi Respon pasien Paraf
dx / jam Keperawatan
1. Senin, 9 Mengukur suhu S : - Infitah
Maret tubuh O : Suhu 39,5˚C, kulit kamalia
2020 tampak kemerahan, kulit
08.50 teraba hangat
WIB
Pukul Memantau dan S : - Infitah
09.00 mencatat Rr dan O : Rr 44x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 120x/menit
Pukul Memberikan S : Ibu pasien Infitah
09.05 pendidikan mengatakan mau kamalia
WIB kesehatan tepid diberikan pendidikan
water sponge kesehatan tepid water
sponge
O : Ibu pasien tampak
mengerti
Pukul Mengkolaborasi S:- Infitah
09.30 pemberian O : Obat tampak masuk kamalia
WIB antipiretik ke oral
paracetamol syrup
5 ml
Pukul Memberikan S : Ibu pasien Infitah
09.35 edukasi tentang mengatakan paham dan kamalia
WIB kompres hangat mengerti tentang tepid
tepid water water sponge
sponge O : Ibu pasien tampak
memperhatikan dan
melakukan kompres,
pasien tampak gelisah
dan rewel
Pukul Memberikan S :- Infitah
09.35 kompres tepid O : Pasien tampak kamalia
WIB water sponge tampak gelisah dan rewel
Pukul Mengukur suhu S : - Infitah
09.55 tubuh O : 38,4˚C, kulit tampak kamalia
WIB kemerahan, kulit teraba
hangat
Pukul Memantau dan S : - Infitah
10.05 mencatat Rr dan O : Rr 40x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 115x/menit
Pukul Memberikan S : Pasien menangis dan Infitah
10.10 kompres tepid mau minum susu ibu kamalia
WIB water sponge O : Pasien tampak rewel,
yang kedua pasien dipangku oleh
ibunya sambil menyusui
Pukul Mengukur suhu S : Suhu 37,1˚C, kulit Infitah
10.30 tubuh teraba hangat, kulit tidak kamalia
WIB tampak kemerahan
Pukul Memantau dan S : - Infitah
10.40 mencatat Rr dan O : Rr 36x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 95x/menit
Pukul Menganjurkan S:- Infitah
10.50 memakai pakaian O : Ibu pasien mengganti kamalia
WIB yang tipis pakaian pasien dengan
pakaian yang tipis
Pukul Menganjurkan S : Ibu pasien Infitah
11.05 pasien minum mengatakan pasien lebih kamalia
WIB yang banyak sering minum susu
ibunya dari pada minum
air putih
O : Pasien tampak nenen
ibunya

Implementasi hari kedua


Nama : An. I Usia : 1 tahun 7 bulan
No Hari/tgl/ Implementasi Respon pasien Paraf
dx Jam Keperawatan
1. Selasa, Mengukur suhu S : Ibu pasien Infitah
10 tubuh mengatakan anaknya kamalia
Februari semalem masih panas
2020 O : Suhu 38,3˚C, kulit
12.50 teraba hangat, kulit
WIB tampak kemerahan
Pukul Memantau dan S : - Infitah
12.50 mencatat Rr dan O : Rr 42x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 110x/menit
Pukul Mengkolaborasi S:- Infitah
13.00 pemberian O : Obat masuk ke oral kamalia
WIB antipiretik
paracetamol syrup 5
ml
Pukul Memberikan S : Pasien menangis dan Infitah
13.05 kompres hangat minta dipangku kamalia
WIB tepid water sponge O : Pasien tampak
ditidurkan ibunya
sambil disusui
Pukul Mengukur suhu S : - Infitah
13.25 tubuh O : Suhu 36,7˚C, kulit kamalia
WIB tidak teraba hangat,
kulit tidak tampak
kemerahan
Pukul Memantau dan S :- Infitah
13.35 mencatat Rr dan O : Rr 35x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 100x/menit
Pukul Menganjurkan S:- Infitah
13.45 memakai pakaian O : Pasien tampak kamalia
WIB yang tipis memakai pakaian yang
tipis
Pukul Menganjurkan S : Ibu pasien Infitah
13.55 pasien minum yang mengatakan pasien kamalia
WIB banyak hanya minum air putih
≤ 2 gelas, pasien sering
minum asi
O : Pasien tampak
menyusui ibunya,
minum asi 1 jam sekali

Implementasi hari ketiga


Nama : An. I Usia : 1 tahun 7 bulan
No Hari/tgl Implementasi Respon pasien Paraf
dx /jam Keperawatan
1. Rabu, 11 Mengukur suhu S : Ibu pasien Infitah
Maret tubuh mengatakan anaknya kamalia
2020 sudah tidak panas lagi
12.30 dan sudah mulai
WIB bermain bersama
teman-temanya dan
saudaranya
O : Suhu 36,2˚C, kulit
tidak teraba hangat,
kulit tidak tampak
kemerahan
Pukul Memantau dan S :- Infitah
12.35 mencatat Rr dan O : Rr 26x/menit, nadi kamalia
WIB nadi 85x/menit
Pukul Mengkolaborasi S:-
12.55 pemberian O : Obat masuk ke oral
WIB antipiretik semuanya
paracetamol syrup 5
ml
Pukul Mendemonstrasikan S : Ibu pasien Infitah
13.10 kompres hangat mengatakan sudah kamalia
WIB tepid water sponge paham dan mengerti
tentang kompres hangat
tepid water sponge
O : Ibu pasien tampak
mempraktikkan secara
mandiri
Pukul Menganjurkan S : Ibu pasien Infitah
16. 25 memakai pakaian mengatakan jika kamalia
WIB yang tipis anaknya panas pasien
memakai pakaian tipis
O : Pasien tampak
memakai pakaian yang
tipis
Pukul Menganjurkan S : Pasien mengatakan Infitah
17.40 pasien minum yang mau minum air putih kamalia
WIB banyak O : pasien tampak
minum air putih, 1 hari
pasien sudah minum ±
1 gelas

K. Evaluasi keperawatan
Evaluasi hari pertama
Nama : An. I Usia : 1 tahun 7 bulan
No Tgl/ Diagnosa Perkembangan Paraf
Jam keperawatan ( SOAP )
1. 9 Maret Hipertermia S : Pasien menangis dan minta Infitah
2020 berhubungan minum susu ibunya kamalia
12.00 dengan O : Suhu 37,1˚C, Rr
WIB infeksi 36x/menit, nadi 95x/menit,
kulit teraba hangat, kulit tidak
tampak kemerahan, obat
masuk ke oral
A : Masalah hipertermia
teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Ukur suhu tubuh
2. Pantau dan catat Rr dan
nadi
3. Berikan antipiretik
paracetamol syrup 5 ml
4. Berikan tepid water
sponge jika anak panas
kembali
5. Anjurkan memakai
pakaian yang tipis
6. Anjurkan minum yang
banyak

Evaluasi hari kedua


Nama : An. I Usia : 1 tahun 7 bulan
No Tgl/ Diagnosa Perkembangan Paraf
Jam keperawatan (SOAP)
2. 10 Maret Hipertermi S : Ibu pasien mengatakan Infitah
2020 berhubungan anaknya semalem masih panas kamalia
14.40 dengan O : Suhu 36,7˚C, Rr
WIB infeksi 35x/menit, nadi 100x/menit,
kulit tidak teraba hangat, kulit
tidak tampak kemerahan
A : Masalah hipertermi teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Ukur suhu tubuh
2. Pantau dan catat Rr dan
nadi
3. Kolaborasi pemberian
antipiretik paracetamol
srup 5 ml
4. Demonstrasikan kompres
hangat tepid water
sponge
5. Anjurkan memakai
pakaian yang tipis
5. Anjurkan minum yang
banyak

Evaluasi hari ketiga


Nama : An. I Usia : 1 tahun 7 bulan
No Tgl/ Diagnosa Perkembangan Paraf
Jam keperawatan (SOAP)
3. Rabu, 11 Hipertermi S : Ibu pasien mengatakan Infitah
Maret berhubungan anaknya sudah tidak panas kamalia
2020 dengan lagi, anaknya sudah bermain
13.55 infeksi seperti biasanya
WIB O : Suhu 36,2˚C, Rr
26x/menit, nadi 85x/menit
kulit tidak teraba hangat, kulit
tidak tampak kemerahan
A : Masalah hipertermia
teratasi
P : Hentikan intervensi

Anda mungkin juga menyukai