Anda di halaman 1dari 77

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP


PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN DAN
PENULARAN TB PARU DI PUSKESMAS TIGALINGGA
KABUPATEN DAIRI

YEMIMA YOICE PINEM


P07520119104

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP


PENDERITA TB PARU TENTANG PENCEGAHAN DAN
PENULARAN TB PARU DI PUSKESMAS TIGALINGGA
KABUPATEN DAIRI

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III


Keperawatan

YEMIMA YOICE PINEM


P07520119104

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA


TB PARU TENTANG PENCEGAHAN DAN PENULARAN TB
PARU DI PUSKESMAS TIGALINGGA
NAMA : YEMIMA YOICE PINEM
NIM : P07520119104

Telah Diterima Dan Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Penguji

Medan, 22 Juni 2022

Menyetujui

Pembimbing

Dr Risma D Manurung, S.Kep, Ns, M.Biomed


NIP.196908111993032001

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Johani Dewita Nasution, SKM, M,Kes


NIP.196505121999032001
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA


TB PARU TENTANG PENCEGAHAN DAN PENULARAN TB PARU
DI PUSKESMAS TIGALINGGA
NAMA : YEMIMA YOICE PINEM
NIM : P07520119104
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Tahun 2022
Menyetujui

Penguji 1 Penguji 2

Ida Suryani Hasibuan, S.Kep, Ns, M.Kep Agustina Boru Gultom, SKp,
M.Kes NIP.197703122002122002 NIP. 197308231996032001

Ketua Penguji

Dr Risma D Manurung, S.Kep, Ns,


M.Biomed NIP.196908111993032001

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Johani Dewita Nasution, SKM,


M.Kes NIP. 196505121999032001
PERNYATAAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TB


PARU TENTANG PENCEGAHAN DAN PENULARAN TB PARU DI
PUSKESMAS TIGALINGGA KABUPATEN DAIRI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar
pustaka.

Medan, 22 Juni 2022

Yemima Yoice Pinem


P07520119104
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN
KARYA TULIS ILMIAH, JUNI 2022
YEMIMA YOICE PINEM
P07520119104
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TB PARU
TENTANG PENCEGAHAN DAN PENULARAN TB PARU DI PUSKESMAS
TIGALINGGA KABUPATEN DAIRI
V BAB+ 38 Halaman + 4 Tabel + 8 Lampiran

ABSTRAK

TB Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan kuman mycobacterium


tuberculosis yang dapat ditularkan melalui droplet/bersin dari penderita. Penderita TB
Paru wajib minum obat anti tuberkulosis dengan teratur selama 6- 12 bulan dan diawasi
oleh pengawas minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan dan sikap penderita TB paru dalam pencegahan dan penularan TB paru di
Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita
TB Paru yang berobat jalan di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi. Dengan jumlah
sampel sebanyak 30 orang. Jenis penelitian deskriptif, pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Hasil
penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden mayoritas berpengetahuan cukup
sebanyak 13 orang (37%), dengan mayoritas responden bersikap positif sebanyak 20
orang (67%). Berdasarkan karakteristik responden didapatkan mayoritas respondenpada
rentang umur 46-60 tahun sebanyak 11 orang (37%), mayoritas responden jenis kelamin
laki-laki sebanyak 19 orang (63%), mayoritas responden tingkat pendidikan menengah
(SD-SMP) sebanyak 15 orang (50%), mayoritas responden bekerja sebagai petani
sebanyak 22 orang (74%) dan mayoritas lamanya responden menderita TB Paru pada
rentang 4-6 bulan sebanyak 12 orang ( 40%).

Kata kunci : Pengetahuan , Sikap, TB Paru


Daftar Pustaka : 37 Bacaan (2012-2020).
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF
HEALTH DEPARTMENT OF NURSING
SCIENTIFIC WRITING, JUNE 2022

YEMIMA YOICE PINEM


P07520119104
DESCRIPTION OF THE LEVEL OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF
PULMONARY TB PATIENTS ABOUT THE PREVENTION AND
TRANSMISSION OF LUNG TB IN THE HEALTH CENTER OF TIGALINGGA,
DAIRI REGENCY
V CHAPTER+ 45 Pages + 4 Tables + 10 Appendices

ABSTRACT
Pulmonary TB is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium
tuberculosis, can be transmitted through droplets or sneezing by patients. Patients with
pulmonary TB are required to take anti-tuberculosis drugs regularly for 6-12 months and
under supervision.This study is a descriptive study designed with a cross sectional
design, aiming to obtain an overview of the level of knowledge and attitudes of
pulmonary TB patients in the prevention and transmission of pulmonary TB at the
Tigalingga Health Center, Dairi Regency, and examined 30 people as a sample taken
from a population consisting of Pulmonary TB patients who seek treatment at
Tigalingga Health Center, Dairi Regency.Through research on 30 respondents, it was
found that 13 people (37%) had knowledge in the fair category, 20 people (67%) are
with positive attitude; 11 people (37%) were aged between 46-60 years, 19 people
(63%) were male, 15 people (50%) graduated from primary school-junior high school,
22 people (74%) worked as farmers, and 12 people (40%) suffered from pulmonary TB
between 4-6 months.
Keywords : Knowledge, Attitude, Pulmonary TB
References : 37 Readings (2012-2020).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
berkatNya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan judul “ Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Penderita TB Paru
Tentang Pencegahan Dan Penularan TB Paru Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi
Tahun 2022.”
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi syarat salah satu untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan. Dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, arahan, dari semua pihak.
Oleh karna itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr
Risma D Manurung,S.Kep,Ns,M. Biomed selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing penulis sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini selesai.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
memberi dorongan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terimakasih ini
penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M, Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Medan
2. Ibu Johani Dewita Nasution, SKM, M Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Medan
3. Ibu Afniwati, S, Kep, M, Kes, selaku kepala program studi D-III Jurusan
Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan Medan
4. Ibu Ida Suryani Hasibuan, S, Kep, Ns, M, Kep , selaku penguji I dan Ibu
Agustina Boru Gultom, SKp, M.
Kes selaku penguji II
5. Seluruh dosen dan staf Jurusan keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Medan
6. Teristimewa kepada kedua orangtua tercinta, Ayah Surya Pinem, Ibu Daria Kaban,
kakak Hana Grace, adik Samuel, Zefanya serta semua keluarga yang telah banyak
memberi dorongan kepada penulis baik moril, spiritual, material serta doa dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Teman satu bimbingan Karya Tulis Ilmiah Sinur, Hotna, Antonia dan Chintya
terimakasih buat dukungan dan doanya
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun susunannya, hal ini disebabkan
keterbatasan waktu, wawasan ataupun kesalahan penulis. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini. Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan.

Medan, 22Juni 2022

Yemima Yoice Pinem


NIM. P07520119104
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..........................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
2.1. Konsep Pengetahuan........................................................................................................................6
2.1.1. Pengertian Pengetahuan......................................................................................7
2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan............................................................7
2.1.2 Cara memproleh pengetahuan..............................................................................8
2.1.3 Pengukuran Pengetahuan......................................................................................9
2.2 Sikap................................................................................................................................................10
2.2.1 Tingkatan Sikap..................................................................................................10
2.2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap..........................................................10
2.2.3 Komponen Pokok Sikap.....................................................................................11
2.2.4 Cara Pengukuran Sikap.......................................................................................11
2.4 Tuberkulosis Paru...........................................................................................................................12
2.4.1 Definisi................................................................................................................12
2.4.2 Anatomi Dan Fisiologi.......................................................................................13
2.4.3 Etiologi TB Paru.................................................................................................14
2.4.4 Patofisiologi........................................................................................................15

2.4.5 Manifestasi Klinis...............................................................................................15


2.4.6 Cara Penularan Tuberkulosis..............................................................................16
2.4.7 Cara Pencegahan Tuberkulosis...........................................................................18
2.4.8 Directly Observed Treatment Short Course Chemotherapy (DOTS)................19
2.4.9 Pengawasan Minum Obat (PMO)......................................................................19
2.4.10. Faktor yang mempengaruhi Tuberkulosis.......................................................20
2.4.11 Pengawasan Minum Obat (PMO).....................................................................22
2.4.11 Komplikasi Tuberkulosis..................................................................................23
2.4.12 Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis..............................................................24
2.5 Kerangka Konsep............................................................................................................................24
2.6 Definisi Operasional.......................................................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................................26
3.1. Jenis Dan Desain Penelitian.................................................................................26
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian...............................................................................26
3.3. Populasi dan sampel..............................................................................................27
3.3.1. Populasi..........................................................................................................27
3.3.2. Sampel...........................................................................................................27
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.......................................................................29
3.4.1 Jenis Data.........................................................................................................29
3.4.2. Cara Pengumpulan Data.................................................................................31
3.5. Pengolahan Dan Analisa Data.............................................................................31
3.5.1. Pengolahan Data............................................................................................32
3.5.2 Analisa Data.........................................................................................................32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................33
4.1 Gambaran Lokasi Peneliti......................................................................................33
4.2 Hasil Penelitian......................................................................................................33
4.3 Pembahasan............................................................................................................34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................35
5.1 Simpulan................................................................................................................35
5.2 Saran.......................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................38
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.5 Kerangka Konsep ........................................................................................................


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Sebaran Pegawai Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi


Tahun 2022
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan
Dan Penularan TB Paru Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun
2022
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Pencegahan Dan Penularan
TB Paru Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2022
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Krakteristik Responden Tentang Pencegahan Dan
Penularan TB Paru Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2022.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar pernyataan sebagai responden


Lampiran 2 : Kuensioner
Lampiran 3 : Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 : Izin Penelitian
Lampiran 5 : Lembar konsultasi
Lampiran 6 : Surat EC
Lampiran 7 : Master Tabel
Lampiran 8 : Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 9 : Statistik
Lampiran 10 : Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TB) Paru yaitu suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tuberkulosis yang dapat menyerang berbagai organ terutama
paru-paru. Penyakit ini ditularkan melalui droplet atau bersin dari penderita. Infeksi
Tuberkulosis tidak hanya menyerang paru-paru dan saluran pernafasan. Jka tidak diobati
dengan baik, penyakit ini akan memburuk dan bisa memicu komplikasi yang cukup
serius di organ lain termasuk tulang dan otak. Beberapa komplikasi yang sering
ditemukan pada penderita TB Paru antara lain, kerusakan tulang dan sendi, kerusakan
otak, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, gangguan mata dan resistensi kuman
(WHO 2017).
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap basil
pada pewarnaan. Oleh karna itu, disebut pula sebagai basil tahan asam (BTA). Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar
ultraviolet, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab
(Depkes RI, 2018).
Secara global, pada tahun 2018 terdapat 11,1 juta kasus insiden TB paru dengan
130 kasus per 100.000 penduduk. Negara yang menjadi peringkat pertama untuk
kejadian TB paru adalah India sebanyak 27%, Cina sebanyak 9%, Indonesia sebanyak
8%, Filipina sebanyak 6%, Pakistan sebanyak 5%, Nigeria sebanyak 4%, Bangladesh
sebanyak 4% dan Afrika Selatan sebanyak 3%. Lima negara dengan insiden kasus
tertinggi yaitu India, Cina, Indonesia, Philipina dan Pakistan. Data berdasarkan usia
diperkirakan sebanyak 57% kasus paling banyak terinfeksi TB paru yaitu pria yang
berusia lebih dari 15 tahun, wanita 32% dan anak-anak yang berusia kurang dari 15
tahun dengan persentase sebanyak 11% (World Health Organization Global
Tuberculosis Report, 2019).
Menurut Riskesdas 2020 Jumlah kasus Tuberkulosis yang ditemukan sebanyak
351.936 kasus, menurun bila dibandingkan semua kasus Tuberkulosis yang ditemukan
pada tahun 2019 yaitu sebesar 568.987 kasus positif. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan
dari provinsi Jawa barat dengan 186.809 kasus, Jawa
Tengah dengan 132.565 kasus dan Jawa timur dengan 151.878 kasus (Rikesdas Sumut,
2020).
Jumlah kasus baru di Provinsi Sumatra Utara terbanyak di kota Medan . pada tahun
2014 sebanyak 5.814 kasus dimana jumlah penderita TB Paru BTA + yaitu 3.047, pada
tahun 2015 sebanyak 6.581 kasus dengan jumlah penderita TB Paru + 3.111 kasus dan
pada tahun 2016 sebanyak 5.848 kasus dengan jumlah penderta TB Paru BTA + yaitu
2.829 kasus (Dinas Kesehatan Kota Medan 2017)
Pemerintah Indonesia sendiri memiliki suatu gerakan bersama menuju eliminasi TB
Paru di tahun 2030 dengan nama TOSS TB Paru yaitu temukan obat sampai sembuh
adapun langkah- langkahnya yaitu temukan gejala TB paru di masyarakat, obati TB paru
dengan tepat, pantau pengobatan TB Paru sampai sembuh dan sikap etika batuk.
Target program penanggulangan Tuberkulosis Paru nasional adalah eliminasi
Tuberkulosis paru tahun 2035 dan Indonesia bebas Tuberkulosis paru tahun 2050.
Untuk mencapai target tersebut pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan
telah menetapkan 6 kegiatan penanggulangan Tuberkulosis paru yaitu promosi
kesehatan, surveilans Tuberkulosis paru, pengendalian faktor risiko, penemuan dan
penanganan kasus Tuberkulosis paru, pemberian kekebalan dan pemberian obat
pencegahan. Kemenkes RI (2016) menyatakan belum memadainya surveilans
Tuberkulosis paru dan belum optimalnya upaya pengendalian faktor risiko Tuberkulosis
paru merupakan 2 dari 8 penyebab utama yang memengaruhi meningkatnya beban
Tuberkulosis paru di Indonesia (Kemenkes RI 2016).
Penanganan terhadap pengobatan penanggulangan penyakit Tuberkulosis paru
hingga saat ini masih menjadi masalah di masyarakat. Setiap pemeriksaan BTA positif
akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak
dengan orang lain akan tertular TB Paru. Hasil studi penelitian melaporkan bahwa
kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali beresiko dibandingkan
kontak biasa yang tidak serumah.
Adapun penelitian Masruroh (2019) yang bertujuan untuk mengevaluasi status
nutrisi pasien TB Paru menunjukkan bahwa penderita TB Paru dinilai mengalami
kekurangan gizi, dimana 24% mengalami gizi buruk ringan, 12% sedang dan 15% berat.
Pada penelitian Hermaya (2019) mengenai sikap penderita TB Paru dalam etika
batuk didapatkan hasil 76,6% dari penderita TB paru tidak menerapkan etika batuk
dengan baik. Etika batuk merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menanggulangi
penyebaran kuman Tuberkulosis Paru di udara.
Pada penelitian Ma’tuf (2017) penelitian yang dilakukan mengenai pengendalian
lingkungan rumah penderita Tuberkulosis paru didapatkan bahwa kondisi lingkungan
fisik rumah responden sebagian besar memenuhi syarat kesehatan (82,5%), berdasarkan
lima indicator yang meliputi kondisi lantai, ventilasi, suhu, pencahayaan dan kepadatan.
Adapun hasil penelitian Idris (2019) penelitian mengenai kepatuhan minum obat
penderita dari 28 responden menunjukkan 12 responden (42,9%) tidak patuh minum
OAT TB. Hasil tersebut menunjukkan masih kurangnya sikap penderita Tuberkulosis
Paru dalam melakukan pencegahan dan penularan penyakit TB Paru.
Pada penelitian Andika (2016) mengenai sikap penderita Tuberkulosis paru dalam
pencegahan penularan penyakit didapatkan dari 25 responden bahwa responden dengan
sikap positif dalam melakukan upaya pencegahan yang baik sebanyak 10 responden
(66,7%) dan responden yang bersikap negatif dalam pencegahan kurang sebanyak 15
responden (78,9%).
Berdasarkan penelitian Rahman dkk (2017) tentang Hubungan pengetahuan, sikap
dan tindakan penderita tuberkulosis dengan hasil terapi di Puskesmas Biak Banggai
diketahui 50 responden yang memiliki pengetahuan kurang, 41 responden (82%)
memiliki upaya pencegahan Tuberkulosis yang kurang. Selain itu, hasil data bivariat
yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden yang memiliki
pengetahuan baik masih terdapat 2 responden diantaranya memiliki upaya pencegahan
tuberkulosis yang kurang, dari 30 responden diantaranya memiliki pengetahuan cukup
masih terdapat responden diantaranya memiliki upaya pencegahan tuberkulosis yang
kurang.
Kabupaten Dairi merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Sumatera Utrara
yang terdiri dari 15 Kecamatan Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Dairi jumlah kasus Tuberkulosis paru mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2015
sebanyak 85 kasus, tahun 2016 sebanyak 88 kasus dan pada tahun 2017 sebanyak 97
kasus (Kemenkes RI 2012).
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukkan peneliti di Puskesmas
Tigalinggga, Kabupaten Dairi diproleh data kasus Tuberkulosis Paru pada tahun 2019
terdapat 40 kasus dan pada tahun 2020 56 kasus. Setelah dilakukan observasi dan
wawancara kepada 10 responden didapatkan pasien saat bersin dan batuk tidak menutup
mulutnya baik dengan tissue maupun lap tangan dan masih membuang dahak
disembarangan tempat. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti
Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap penderita Tuberkulosis paru tentang
pencegahan dan penularan Tuberkulosis paru di Puskesmas Tigalingga.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah maka rumusan
masalah peneliti ini adalah “ Bagaimana pengetahuan dan sikap penderita Tuberkulosis
paru tentang pencegahan dan penularan Tuberkulosis paru di Puskesmas Tigalingga.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum.
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Penderita TB Paru Tentang Pencegahan D
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi tingkat pengetahuan responden tentang pencegahan dan
penularan Tuberkulosis Paru.
b. Mengetahui proporsi sikap responden tentang pencegahan dan penularan
Tuberkulosis Paru.
c. Mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan umur
d. Mengetahui proposi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
e. Mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan pendidikan
f. Mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
g. Mengetahui proporsi karakteristik responden berdasarkan lamanya
menderita TB Paru

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Puskesmas
Memberikan informasi dan edukasi tentang pencegahan dan penularan TB Paru
Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi.
b. Bagi Institusi Pendididkan
Hasil penelitian ini diharapkan masukan dan tambahan yang bermanfaat bagi
akademik dan sebagai bahan referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes
Medan Jurusan Keperawatan.
c. Bagi peneliti
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan pengembangan wawasan serta
pengalaman tentang TB Paru dalam melakukan penelitian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan


2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengeinderaan terjadi melalui panca indera
manusia yakni: indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diproleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior) Menurut Notoatmodjo (2018)
Menurut Kholid dan Notoatmodjo (2018), tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan,
yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu merupakan mengingat kembali suatu pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk kedalaam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami merupakan kemampuan menjelaskan secarra benar suatu objek yang
diketahui dan diinterpretasikan secara benar
c. Aplikasi (Application)Aplikasi
Aplikasi merupakan kemampuan untuk menjelaskan materi yang sudah dipelajari
pada kondisi nyata atau sebenarnya
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih
ada kaitannnya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaiaan-penillaian ini berdasarkkan suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakkan kriteria-kriteria yang ada.

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua, yaitu internal dan
eksternal:
a. Faktor Internal
1 Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan
orang lain menuju kearah cita-cita tertentu, yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Fitriani dalam Yuliana
2017).
2 Umur
Umur merupakan umuur inndividu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa
dipercayai oleh orang yang yang belum tinggi kedewasaannya.hal ini sebagai
dari pengalaman dan kematangan jiwa ( Fitriani dalam Yuliana 2017).
3 Pekerjaan
Pekerjaan merupakan keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga..Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan, berulang dan banyak tantangan ( Fitriani dalam Yuliana (2017).
b). Faktor Eksternal
1. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok
2. Sosial Budaya
Suatu sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
dari sikap dalam menerima informasi.

2.1.2 Cara memproleh pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2018) dikelompokkan menjadi dua cara, yaitu cara
ilmiah dan nonilmiah:
 Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan
a. Cara coba salah (trial and eror)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan jika kemungkinan tersebut tidak dapat
berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut
dapat terselesaikan.
b. Cara kekuasaan (otoritas )
Sumber pengetahuan cara ini dapat dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas baik berupa pinpinan masyarakat formal maupun
informal, ahli agama, pemegang pemerintah tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta yang
empiris maupun dengan pendapat sendiri.
c. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi masa lalu.
d. Melalui jalan pikiran
Dengan adanya perkembangan kebudayaan umat manusia, maka
manusia juga ikut berkembang melalui jalan pikirannya. Manusia
mampu menggunakan penalaran dalam mendapatkan pengetahuan.
 Cara modern untuk memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut dengan istilah ilmiah ataupun lebih popular disebut
metedeologi penelitian ( research methodology) dan akhirnya lahir
suatu cara untuk melakukan penelitian.
2.1.3 Pengukuran Pengetahuan
Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang dapat diinterpretasikan dengan
skala yang bersifat kuantitatif, yaitu :
a. Tingkat Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %
b. Tingkat Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %
c. Tingkat Pengetahuan Kurang : < 56 %
2.2 Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu
yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang tidak
senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2012).

2.2.1 Tingkatan Sikap


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. (Notoadmodjo, 2012) sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu:
a. Menerima (receiving) diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
b. Merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Menghargai (valuing) diartikan sebagai bentuk mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible) terhadap apa yang telah dipilihnya dengan segala
resiko.
2.2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap
Menurut Azwar (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap suatu
objek antara lain:
a. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang
mengejutkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian- kejadian dan
peristiwa- peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama kelamaan
secara bertahap diserap kedalam individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan, misalnya
dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan mengikuti apa
yang diberikan oleh tokoh masyarakat.
c. Kebudayaan
Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan
sikap. Dalam kehidupan di masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada di
daerahnya.
d. Media masa
Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Pemberian informasi melalui media
masa mengenai suatu hal yang akan memberi landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap.
e. Lembaga pendidikan
Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam
pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu.

2.2.3 Komponen Pokok Sikap


Menurut notoatmodjo dalam shinta (2019) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:
a) Kepercayaan atau keyakinan ,ide,dan konsep terhadap suatu objek
b) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap suatu objek
c) Kecenderungan untuk bertindak ( tend to behave)
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

2.2.4 Cara Pengukuran Sikap


Salah satu aspek yang sangat penting guna untuk memahami sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran (measurement)
(Azwar S, 2012) ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran sikap yaitu sebagai
berikut:
a. Skala Likert
Menurut likert dalam buku Azwar S (2012), sikap dapat diukur menggunakan
metode rating yang dijumlahkan .Metode ini merupakan metode penskalaan
pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentu nilai
skalanya.Nilai skala oleh setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajad
favorurablenya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh distribusi respon setuju
atau tidak setuju daari sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji
coba ( pilot study).
b. Skala Thrustone
Metode Skala Thrustone sering disebut sebagai metode interval tampak stara.
Metode skala pernyataan sikap ini dengan pendekatan stimulus yang artinya
pendekatan ini ditunjukkan untuk meletakkan stimulus atau pernyataan sikap pada
suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajad favourable atau
unfavourable pernyataan yang bersangkutan.
c. Skala Gutmann
Pengukuran pada tipe ini akan didapatkan jawaban yang tegas, yaitu ya atau
tidak, benar atau salah, pernah atau tidak, positif atau negatif, dan lain- lain. Data yang
diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotami (dua alternatif). Jadi pada
skala liker menggunakan interval 1,2,3,4,5 interval,dari kata “ sangat setuju” sampai
sangat tidak setuju”, maka dalam skala Gutmann hanya ada dua interval yaitu “setuju
atau tidak setuju”.
2.4 Tuberkulosis Paru
2.4.1 Definisi
TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru
tetapi juga dapatmenyerang organ lainnya. Tuberkulosis merupakan infeksi yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis yang dapat menyerang pada berbagai
organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paru seperti kulit, tulang, persendiaan,
selaput otak,usus, serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal Tuberkulosis
(Chandra, 2012).
2.4.2 Anatomi Dan Fisiologi
a. Rongga hidung
Rongga hidung bagian ekternal berbentuk pyramid disertai dengan satu
akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin
dan jaringan fibrioareolar. Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang
sempit, yang disebut septum.
b. Faring
Faring (tekak) adalah pipa berotot berukuran 12,5 cm yang berjalan dari
dasar tengkorak sampai persambungan dengan esophagus pada ketinggian
tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring),
dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring laryngeal)
c. Laring
Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian
vertebra servikalis dan masuk kedalam trakhe bawahnya. Laring ditopang oleh
Sembilan kartilago; tiga berpasang dan tiga tidak berpasang
d. Trachea
Trakea adalah tuba dengan panjang 10 cm samapai 12 cm diameter 2,5
cm serta terletak diatas permukaan anterior esophagus. Tuba ini berjalan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini
bercabang menjadi dua bronkus. Trakea dilapisi
selaput lendir yang terdiri dari epithelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini
bergerak menuju atas ke arah laring.
e. Bronkus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira
vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi
oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping
ke arah tampak paru-paru (Evelyn C. Pearce, 2015).
f. Bronkiolus
Bronkiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang terdapat
dalam rongga tenggorokan dan akan memanjang sampai ke paru-paru. Jumlah
cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak sama.
Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan
bronkiolus yang menuju paru-paru sebelah kiri hanya
2 cabang. Ciri khas bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan kelenjar
pada mukosanya, pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya memiliki
sebaran sel globet dan epitel.
g. Alveolus
Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga.
Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari saluran
pernapasan. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi anatomisnya, semakin
negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin besar.
h. Paru-paru
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga
dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam
mediastrum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apeks
(puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikula didalam dasar
leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landai rongga toraks, diatas diafragma.
2.4.3 Etiologi TB Paru
Tuberkulosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.
Penyebarannya melalui batuk atau bersin dan orang yang menghirup droplet yang
dikeluarkan oleh penderita. Meskipun TB menyebar dengan cara yang sama dengan flu,
tetapi penularannya tidak mudah. Infeksi TB biasanya menyebar antar anggota keluarga
yang tinggal serumah. Akan tetapi seseorang bisa terinfeksi saat duduk disamping
penderita di dalam bus atau kereta api. Selain itu, tidak semua orang yang terkena TB
bisa menularkannya (Puspasari, 2019). TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4/um, dan tebal
0,3-0,6/um. Kuman terdiri dari asam lemak sehingga kuman lebih tahan asam dan tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. (Sofro, dkk, 2018).
Oleh karna itu, kuman ini disebut pula basil tahan asam (BTA). Basil
tuberkulosis memerlukan waktu 12 sampai 24 jam untuk bermiosis. Hal ini
memungkinkan pemberian obat secara intermiten (bertahap) 2-3 hari sekali. Hal ini
dimaksudkan untuk melemahkan basil tuberkulosis tersebut.
Basil tuberkulosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam
beberapa menit saja akan mati. Basil tuberkulosis juga rentan terhadap panas basaah,
sehingga dalam 2 menit saja basil tuberkulosis yang berada dalam lingkungan sudah
akan mati terkena air bersuhu 100c. Basil tuberkulosis ini juga akan terbunuh dalam
beberapa menit bila terkena alkohol 70% atau 50%.

2.4.4 Patofisiologi
TB Paru Menghirup Mycobacterium Tuberkulosis menyebabkan salah satu dari
empat kemungkinan hasil, yakni pembersihan organisme, infeksi laten, permulaan
penyakit aktif (penyakit primer), penyakit aktif bertahuntahun kemudian (reaktivasi
penyakit). Setelah terhirup, droplet infeksius tetesan menular menetap diseluruh saluran
udara. Sebagian besar bakteri terjebak dibagian atas saluran nafas dimana sel epitel
mengeluarkan lender. Lender yang dihasilkan menangkap zat asing dan silia
dipermukaan sel 9 terus-menerus menggerakkan lender dan partikelnya yang terangkap
untuk dibuang. Sistem ini memberi tubuh pertahanan fisik awal yang mencegah infeksi
tuberculosis (Puspasari, 2019).
Sistem kekebalan tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrophil dan magrofag memfagositosis (menghancurkan) bakteri. Limfosit yang
spesifik terhadap tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.
Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli dan terjadilah
bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah
terpapar. Massa jaringan baru disebut granuloma, yang berisi gumpalan basil yang
masih hidup dan sudah mati dikelilingi oleh makrofag dan membentuk dinding protektif
granuloma diubah menjadi jaringan fibrosa bagian sentral dari fibrosa ini disebut
‘TUBERKEL’. bakteri dan makrofag menjadi nekrotik membentuk masa seperti keju.

2.4.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala pada TB paru yaitu batuk >3 minggu, nyeri dada, malaise,
sesak nafas, batuk darah, demam. Tanda dan gejala pada TB paru dibagi menjadi 2
bagian yaitu gejala sistemik dan respiratorik (Padila,2013).
a. Gejala sistemik yaitu :
1. Demam
Adanya proses peradangan akibat dari infeksi bakteri sehingga timbul gejala
demam. Ketika mycobacterium tuberculosis terhirup oleh udara ke paru dan menempel
pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri, maka terjadi peradangan
(inflamasi) dan metabolisme meningkat sehingga suhu tubuh meningkat dan terjadilah
demam.
2. Malaise
Malaise adalah rasa tidak enak badan, penurunan nafsu makan, pegal-pegal,
penurunan berat badan dan mudah lelah.
b. Gejala respiratorik yaitu :
1. Batuk
Timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkhus. Batuk mula- mula
terjadi oleh karna iritasi bronkhus, selanjutnya akibat adanya peradangann pada
ronkhus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk
membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau
puleren. (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
2. Darah
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darahberat dan ringan batuk daarah yang
timbul tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk
darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga dapat
terjadi karna ulserasi pada mukosa bronkhus. Batuk ini yang paling sering berobat ke
dokter. (Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
3 Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah ditemukan.
(Suprapto,Abd.Wahid & Imam,2013).
4 Nyeri dada
Gejala ini timbul apalabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura
terkena,gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik (Smeltzer & Bare,2013).

2.4.6 Cara Penularan Tuberkulosis


Sumber penularan adalah penderita TB paru positif. Pada saat pasien batuk-
batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara. Dalam bentuk percikan air liur
yang mengandung bakteri TB. Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan.
Umumnya penularan TB terjadi di dalam ruangan yang tidak ada ventilasinya atau tidak
ada cahaya. Cara batuk memegang peranan penting. Bila batuk ditahan basil yang akan
keluar sedikit, apalagi disaat pasien batuk menutup mulut dengan menggunakan tissue
daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan.
Makin tinggi derajat kepositifan makin besar penularannya (Kementrian Kesehatan RI,
2017).
Penyebaran bakteri ini dapat terjadi dari satu orang ke orang lainnya dengan
media udara. Ketika seorang penderita TB paru batuk, maka percik renik dari dahak
orang tersebut akan terbawa oleh udara, sehingga berpotensi terhirup oleh orang lain.
Seseorang yang menghirup udara yang terkontaminasi bakteri penyebab TB paru akan
dengan mudah tertular penyakit tersebut. Daya penularan bakteri ini sangat ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari dalam paru-paru. Makin tinggi derajat
positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular 8 penderita tersebut. Mycobacterium
Tuberculosis mampu bertahan di udara bebas, terutama di udara dengan kelembaban
yang tinggi (Kemenkes, 2015).
Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan bias
menyebar kebagian tubuh lainnya. Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak
terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko dibandingkan kontak
biasa (tidak serumah).
2.4.7 Cara Pencegahan Tuberkulosis
Tindakan pencegahan Tuberkulosis paru merupakan upaya pencegahan agar
penyakit ini tidak menyebar dan menulari orang lain. Upaya tersebut yaitu pengobatan
Tuberkulosis paru dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Terdapat sepuluh
indikator gaya hidup sehat yaitu membuka jendela pada pagi hari sampai sore hari agar
rumah mendapat sinar matahari dan udara yang cukup, menjemur kasur, bantal,dan
guling secara teratur sekali seminggu, kesesuaian luas lantai dengan jumlah hunian,
menjaga kebersihan diri, rumah, dan lingkungan sekitar rumah, lantai di plester atau
dipasang keramik, bila batuk dan bersin mulut ditutup serta membuang tisu sesuai
tempat, mencuci tangan dengan baik, tidak meludah disembarangan tempat tapi
menggunakan tempat khusus, istirahat cukup dan tidak tidur larut malam, makan
makanan bergizi dan seimbangan dan hindari polusi udara dalam rumah seperti asap
dapur dan asap rokok.
Tindakan pencegahan agar Tuberkulosis Paru tidak menular ke orang lain bisa
dilakukan dengan pola hidup bersih dan sehat. Pola hidup bersih dan sehat bisa
dilakukan dengan menjemur kasur, membuka jendela agar sinar matahari dapat masuk
kedalam ruangan, makan-makanan yang bergizi, tidak merokok dan minum-minuman
keras, olahraga secara teratur, mencuci pakaian hingga bersih, mencuci tangan hingga
bersih dengan air mengalir setelah buang air besar dan sebelum atau sesudah makan,
beristirahat dengan cukup dan tidak menukar peralatan mandi terutama sikat gigi.
Penderita Tuberkulosis wajib minum obat anti Tuberkulosis dengan teratur
sampai penderita sembuh. Pada penderita TB paru yang aktif diperlukan pengobatan
yang tepat yaitu obat-obatan dengan kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter untuk
diminum dengan tekun dan teratur, selama 6-12 bulan. Penderita saat batuk atau bersin
juga wajib menutup mulut dengan tisu/sapu tangan dan segera cuci tangan setelah batuk
atau bersin. Penderita tuberkulosis juga dianjurkan untuk tidak membuang dahak
disembarangan tempat, jadi dahak penderita harus ditampung dalam wadah khusus,
tertutup dan diberi desinfektan, dahak dapat dibuang di WC agar dahak tidak tersebar
kemana-mana2
Menurut Suryo (2014) cara pencegahan penularan Tuberkulosis dengan
menjaga ventilasi yang baik, ventilasi mempunyai banyak fungsi yaitu untuk
menjaga aliran udara di dalam rumah sehingga tetap segar, menjaga agar sinar matahari
dapat masuk ke dalam ruangan. Cahaya matahari dapat membunuh bakteri tuberculosis
akan cepat lebih mati bila terkena sinar matahari langsung. Tetapi dapat bertahan hidup
selama beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.

2.4.8 Directly Observed Treatment Short Course Chemotherapy


(DOTS)
DOTS adalah strategi program pemberantasan Tuberkulosis Paru yang
direkomendasikan oleh WHO sejak 2016. Seiring pembentukan GERDURNAS- TB
paru, maka pemberantasan penyakit paru berubah menjadi Program penanggulangan
Tuberkulosis (TB Paru).
Komponen strategi DOTS
a. Komitmen politik dari paraa pengambilan keputusan, termasuk dukungan
dana
b. Diagnosa TB paru dengan pemeriiksaan dahak secara mikroskopis
c. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan
Pengawasan Menelan Obat (PMO).
d. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
e. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
f. evaluasi program penanggulangan TB paru.
Bank dunia menyatakan strategi DOTS merupakan strategi kesehatan paling
cost-effectiv di Indonesia, manajemen penanggulangan TB paru dengan strategi DOTS
ditekankan pada tingkat Kab/Kota (Santa, 2013).

2.4.9 Pengawasan Minum Obat (PMO)


PMO merupakan individu yang bertugas mengawasi penderita TB Paru dalam
menggunakan OAT.
1. Persyaratan
a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun
penderita harus disegani dan dihormati penderita
b. Tinggal dekat dengan penderita
c. Bersedia membantu penderita dengan sukarela
d.Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita.
2 seorang PMO
a. Sebaiknya petugas kesehatan misalnya: bidan desa, perawat, pekarya,
sanitarian atau juru imunisasi.
b. Kader kesehatan guru, PKK, tokoh masyarakat atau anggota keluarga.
3 Tugas seorang PMO
a. Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai selesai.
b. Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur
c. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang sputum dahak pada waktu-
waktu yang ditentukan
d.Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB paru yang
mempunyai gejala-gejala tersangka TB paru untuk segera memeriksa diri ke
unit pelayanan kesehatan.
4 Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan:
a. TB paru bukan penyakit keturunan atau kutukan
b. TB paru dapat disembuhkan dengan berobat teratur
c. Tatalaksana pengobatan penderita pada tahap intensif dan lanjutan
d. Pentingnya berobat secara teratur, karna itu pengobatan perlu diawasi
e. Efek samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek
samping tersebut
f. Cara penularan dan mencegah terjadinya penularan kepada orang lain.

2.4.10. Faktor yang mempengaruhi Tuberkulosis


Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran atau penularan
penyakit Tuberkulosis :
a. Jenis kelamin
Tingginya prevalansi TB pada laki-laki disebabkan aktivitas fisik laki-laki yang
lebih banyak di luar dibandingkan perempuan, sehinggaberesiko terpapar
kuman. Menurut (Wikurendra, 2019) sanitasi tempat kerja yang buruk
merupakan faktor resiko dari Tuberkulosis.
b. Usia
Kejadian TB paru paling banyak adalah lansia, disebabkan pada lansia sudah
mulai terjadi penurunan sistem imun. Pada kondisi ini lansia rentan terpapar
penyakit terutama penyakit infeksius, salah satunya tuberkulosis.
c. Status Gizi
Lebih dari separuh penderita tuberkulosis memiliki status gizi yang buruk
karena pada kondisi kurang gizi mengakibatkan gangguan beberapa aspek
imunitas termasuk fagositosis. Gangguan imunitas ini disebabkan oleh
terhambatnya aktivasi makrofag karena terjadinya penurunan pada fungsi kadar
IFN-gamma (Muchtar et al., 2018).
d. Riwayat Merokok
Kebiasaan merokok akan merusak saluaran pernapasan dan penurunan daya
tahan tubuh, sehingga riwayat merokok menjadi faktor risiko meningkatnya
kejadian TB. Sebagian besar penderita TB paru memiliki riwayat merokok dan
berhenti merokok saat terdiagnosa TB paru.
e. Kondisi Fisik Rumah
Kondisi fisik rumah berperan penting dalam penularan kuman TB. Terdapat
beberpa komponen dalam rumah yang harus di perhatikan oleh penderita TB
paru.

2.4.11 Pengawasan Minum Obat (PMO)


PMO merupakan individu yang bertugas mengawasi penderita TBC dalam
menggunakan OAT.
1 Persyaratan
a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan maupun penderita harus disegani dan dihormati penderita
b. Tinggal dekat dengan penderita
c. Bersedia membantu penderita dengan sukarela
d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan
penderita.
2 Tugas seorang PMO
a. Sebaiknya petugas kesehatan misalnya: bidan desa, perawat, pekarya,
sanitarian atau juru imunisasi.
b. Kader kesehatan guru, PKK, tokoh masyarakat atau anggota keluarga
3 Tugas seorang PMO
a. Mengawasi penderita TBC agar menelan obat secara teratur sampai
selesai.
b. Memberi dorongan kepada penderita agar mau berobat teratur
c. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang sputum dahak pada waktu-
waktu yang ditentukan
d. Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB paru yang
mempunyai gejala-gejala tersangka TB paru untuk segera memeriksa diri
ke unit pelayanan kesehatan.
4 Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan:
a. TB paru bukan penyakit keturunan atau kutukan
b. TB paru dapat disembuhkan dengan berobat teratur
c. Tatalaksana pengobatan penderita pada tahap intensif dan lanjutan
d. Pentingnya berobat secara teratur, karna itu pengobatan perlu diawasi
e. Efek samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek
samping tersebut
f. Cara penularan dan mencegah terjadinya penularan kepada orang lain.

2.4.12 Komplikasi Tuberkulosis


TB paru akan menimbulkan komplikasi bila tidak ditangani dengan baik
(Bagaskara, 2019), komplikasi-komplikasi pada penyakit TB Paru dibedakan
menjadi 2 yaitu:

1 Komplikasi Dini
a Pleuritis
b Efusi pleura
c Empiema
d Laryngitis
e Usus Poncet’s
f Arthropathy

2 Komplikasi Stadium Lanjut


a. Hmoptisis masis, dapat mengakibatkan kematian karena pendarahan yang
terjadi pada saluran nafas bawah menyumbat jalan nafas.
b. Kolaps lubus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis, pada paru terjadi pelebaran bronkus setempat dan terjadi
pembentukan jaringan ikat pada proses reaktif dan pemulihan.
d. Pneumotoraks spontan, terjadi paru kolaps spontan karena udara yang
terdapat di pleura.
f. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti, tulang, ginjal, otak dan sendi.

2.4.12 Pemeriksaan Penunjang Tuberkulosis


Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosa tuberkulosis,
berikut pemeriksaan penunjang untuk tuberkulosis.
1. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri Basil
Tahan Asam (BTA) dalam sputum. Dibutuhkan tiga specimen untuk
menegakkan diagnosis TB secara mikroskopis dengan waktu pengumpulan
SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) (Ramadhan & Fitria, 2017).
2. Rontgen Dada
Foto rotgen dada menjadi salah satu cara untuk mendiagnosistuberkulosis,
biasanya dilakukan dengan hasil pemeriksaan sputum negatif. Namun pada
pasien dengan BTA (+) rontgen dada digunakan untuk melihat luas lesi dan
komplikasi yang terjadi (Wokas et al., 2015).
4.5 Kerangka Konsep

Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang

Sikap
Positif Dalam pencegahan dan penularan TB Paru
Negatif

Karakteristik
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
Lamanya menderita TB Paru
4.6 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Pengetahuan Pemahaman responden Kuesioner 1.Tingkat Ordinal


tentang Pengetahuan baik
pencegahan dan skor (>76-100%)
penularan TB Paru 2 Tingkat
Pengetahuan cukup
skor (56-
75%)
3 Tingkat
Pengetahuan
kurang skor
(<56%)
2. Sikap Reaksi atau respon Kuesioner 1. sikap positif jika Nominal
responden terhadap responden
pencegahan penularan menjawab dengan
TB paru skor >60)
2. sikap Negatif
jika responden
menjawab dengan
skor ≤60)

3 Umur Usia responden Kuesioner 1. 15-30 tahun Ordinal


terhitung sejak lahir 2. 31-45 tahun
3. 46-60 tahun
4. 61-75 tahun
4 Jenis kelamin Untuk mengetahui Kuensoner 1. Laki-laki Nominal
perbedaan responden 2. Perempuan
mengidentifkasi
perbedaan jenis
kelamin responden
laki-laki dan
perempuan

5 Pendidikan Pemahaman responden Kuensioner 1. Tinggi : S1 - S3 Ordinal


tentang 2. Menengah :
pencegahan dan SMA - D3
penularan TB paru 3. Rendah : SD -
SMP
6 Pekerjaan Kegiatan yang Kuensioner 1. ASN/TNI/POLRI Nominal
dlakukan setiap hari 2. WIRASUASTA
untuk menghasilkan 3. IRT
uang setiap bulannya 4. PETANI

7 Lamanya Mengidentifikasi Kuensioner 1. 1-3 bulan Interval


menderita TB berapa lama 2. 4-6 bulan
Paru responden sudah 3 >6 bulan
menderita TB Paru
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Dan Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah menggunakan metode desain penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan
tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif (Notoadmodjo,
2010). Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan bagaimana mengetahui
gambaran tingkat pengetahuan dan sikap penderita TB Paru tentang pencegahan dan
penularan TB Paru di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2022

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi. Waktu Penelitian
ini dimulai dari bulan Juni samapi dengan Juli 2022

3.3. Populasi dan sampel


3.3.1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu
yang yang akan diteliti sehingga bukan hanya subjek atau objek yang dipelajari tetapi
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut (Alimul, 2013)
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita TB Paru yang datang berobat setiap
minggunya di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi. Rata-rata setiap bulannya yang
berobat jalan sebanyak 30 orang penderita TB Paru.

3.3.2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
karateristik yang dimiliki oleh populasi. Total populasi yaitu sebanyak 30 orang. Cara
pengambilan sampel ini adalah dengan menggunakan jenis teknik Accidental
Sampling, adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh orang yang menderita TB Paru yang mengambil obat setiap minggunya di
Puskesmas Tigalingga. Dengan kriteria inklusi:
a. Pasien dengan TB Paru yang berobat di Puskesmas Tigalingga
b. Bersedia menjadi responden

d. Dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik


e. Dapat membaca dan menulis

3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari lembar kuensioner yang diberikan
secara langsung kepada responden mengenai pengetahuan dan sikap penderita
tentang pencegahan dan penularan TB paru di Puskesmas Tigalingga Kabupaten
Dairi
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh melelui data kunjungan penderita TB paru yang
mengambil obat setiap minggunya ke Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi
tahun 2022

3.4.2. Cara Pengumpulan Data


Adapun proses pengumpulan data yang dilakukan dimulai dengan
a. Mengantarkan surat izin penelitian ke kepala Puskesmas
b. Menjelaskan tujuan peneltian responden, waktu penelitian dan sasaran responden
dalam penelitian.
c. Menyerahkan lembar kuensioner dan menjelaskan kepada responden, serta
menjelaskan tujuan peneltian.
d. Membagi kuensioner kepada responden.
e. Proses pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu, dimana dalam satu harinya
dapat sekitar 4-6 responden/hari. Total respondennya dapat 30 orang.
f. Kuensioner yang sudah dikumpulkan, dicek kelengkapan lembar
kuensionernya dan kelengkapan isinya.
g. Data yang tidak lengkap atau yang salah akan dperbaiki
h. Membuat surat keterangan selesai penelitian.
Jumlah pertanyaan yang diajukan pada responden 20 pertanyaan pengetahuan
dan 20 pertanyaan sikap. Pertanyaan pengetahuan Jawaban benar diberikan skor 1 dan
jawaban salah diberi 0. Kuensioner pengetahuan peneliti diambil dari peneliti Tiara
(2013) sebanyak 20 pertanyaan. Dan pertanyaan sikap positif diambil dari peneliti
Muhammad (2017) sebanyak 20 pertanyaan.
Pertanyaan untuk pengetahuan adalah 20 maka nilai tertinggi dari seluruh
pertanyaan adalah 20. Maka menutut Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang
dapat diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Tingkat Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %
b. Tingkat Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %
c. Tingkat Pengetahuan Kurang : < 56 %
Untuk pertanyaan sikap positif no1-12,14-20 dan pertanyaan sikap negatif no13
1. Untuk pertanyan sikap positif
a. Sangat setuju skor 4
b. Setuju skor 3
c. Tidak setuju skor 2
d. Sangat tidak setuju 1
e. Sangat tidak setuju skor 1
2. Untuk pertanyaan sikap negatif a
Sangat tidak setuju skor 4
b Tidak setuju skor 3
c Setuju 2
d Sangat setuju 1
Maka dapat disimpulkan pertanyaan responden yang menjawab sikap positif
skor diatas 60 sedangkan responden sikap negatif yang menjawab skor dibawah 60.

3.5. Pengolahan Dan Analisa Data


3.5.1. Pengolahan Data
a. Editing
Melakukan pengecekan kelengkapan data diantaranya kelengkapan ketentuan identitas
pengisian, kelengkapan lembar kuensioner dan kelengkapan isinya. Ternyata setelah
dilakukan editing data yang diisi oleh responden sudah lengkap.
b. skoring
melakukan pemberian skor dari jawaban responden. Berdasarkan tingkat pengetahuan
dan sikap. Untuk pertanyaan pengetahuan bila benar diberi skor 1, bila salah diberi
skor 0. Dan untuk pertanyaan sikap positif bila Sangat setuju skor 4, setuju skor 3,
tidak setuju skor 2 dan untuk sangat tidak setuju skor 1.
Untuk pertanyaan sikap negative untuk Tidak sangat setuju skor 4, tidak setuju skor 3,
setuju skor 2 dan sangat setuju skor 1.
c. Coding
Setelah semua kuensioner diedit atau atau di sunting, selanjutnya melakukan
pengkodean atau “coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi
data angka
d. Tambulating
Data yang telah dikumpulkan telah dimasukkan dalam bentuk table atau grafik

3.5.2 Analisa Data


Pada penelitian ini, analisa data dengan menggunakan teknik analisa data univariat,
analisa univariat adalah analisa yang dilakukan terhadap variabel dan hasil penelitian
dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari variabel.
Kemudian hasil ini yang didapatkan dimasukkan kedalam tabel frekuensi. Variabel yang
diunivariatkan dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap penderita TB Paru di
Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2022. Analisa univariat dilakukan
dengan menggunakan Ms.exell dan SPSS.
Analisa data yang dilakukan denggan menggunakan rumus (setiadi,2012) sebagai
berikut
P = ƒ 𝑥 100%
n

Keterangan:
P = Presentasi yang dicari
f = Jumlah jawaban yang benar n
= Jumlah Kuensioner
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Peneliti


Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi terletak di Jalan Dusun Tigalingga
Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Puskesmas Tigalingga
melayani pasien BPJS dan rawat inap. Puskesmas juga memiliki fasilitas ruang seperti
ruang loket administrasi, ruang UGD, ruang persalinan, ruang laboratorium, ruang
farmasi dan ruang rawat inap. Puskesmas dipimpin oleh dokter umum. Jumlah tenaga
kesehatan yang bekerja di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi sebanyak 72 orang.
Berikut sebaran pegawai di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Distribusi Sebaran Pegawai Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi
Tahun 2022
No Pegawai Jumlah

1 Dokter Umum 1
2 Dokter Gigi 1

3 Perawat 14

4 Bidan 44

5 Tenaga Kesehatan Masyatakat 2

6 Tenaga Kesehatan Lingkungan 2

7 Tenaga gizi 2

8 Ahli laboratorium Medik 1

9 Farmasi 2
10 Epidemologi 2
11 Rekam Medik 1

Total 72

4.2 Hasil Penelitian


Hasil dari kuensioner yang disebarkan kepada 30 responden untuk mengetahui
Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap respoden dalam Pencegahan Dan Penularan
TB Paru Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi. Akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi berikut ini.
Untuk tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.2, sedangkan untuk sikap
responden dapat dilihat pada tabel 4.3 dan karakteristik responden disajikan dalam tabel
4.4.
a. Pengetahuan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang
Pencegahan Dan penularan TB Paru Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten
Dairi
Tahun 2022
No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 11 37
2 Cukup 13 43

3 Kurang 6 20

Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa pengetahuan responden tentang


pencegahan dan penularan TB paru mayoritas responden berpengetahuan cukup
sebanyak 13 orang (43%).
b. Sikap
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Pencegahan Dan
Penularan TB Paru Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2022

No Sikap Frekuensi Persentase (%)


1 Positif 20 67
2 Negatif 10 33
Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sikap responden tentang


pencegahan dan penularan TB Paru bahwa mayoritas responden bersikap positif
sebanyak 20 orang (67%).
d. Karakteristik Responden
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Tentang Pencegahan Dan
Penularan TB Paru Di Puskesmas Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun
2022

No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)


1 Umur (Tahun)
a. 15-30 7 23
b. 31-45 9 30
c. 46-60 11 37
d. 61-75 3 10

2 Jenis Kelamin
a. Laki-laki 19 63
b. Perempuan 11 37
3 Tingkat Pendidikan
a. Tinggi (S1-S3) 1 3
b. Menengah (SMA-D3) 14 47
c. Rendah (SD-SMP) 15 50
4 Jenis Pekerjaan
a. ASN/TNI/POLRI 3 10
b. Wiraswasta 4 13
c. IRT 1 3
d. Petani 22 74
5 Lamanya Menderita TB
Paru
a. 1-3 bulan 8 27
b. 4-6 bulan 12 40
c. >6 bulan 10 33

Total 30 100

Pada tabel diatas karakteristik responden berdasarkan umur mayoritas pada


rentang 46-60 tahun sebanyak 11 orang (37%), sedangkan berdasarkan jenis kelamin
mayoritas responden laki-laki sebanyak 19 orang (63%). Berdasarkan tingkat
pendidikan mayoritas responden berada pada tingkat pendidikan rendah (SD-SMP)
sebanyak 15 orang (50%), sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan mayoritas responden
bekerja sebagai petani sebanyak 22 orang (74%), berdasarkan lamanya responden
menderita TB Paru mayoritas berada pada rentang 4-6 bulan sebanyak 12 orang (40%).

4.3 Pembahasan
1. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Dan
Penularan TB Paru
Pengetahuan adalah hasil tahu dari seseorang setelah melakukan pengindraan
terhadap suatu objek seperti melihat, mencium, mendengar, meraba dan merasa.
Pengetahuan keluarga penderita tuberkulosis adalah semua informasi yang diperoleh
keluarga penderita tuberkulosis mengenai program pengobatan. (Notoatmodjo, 2019).
Menurut Sarmin (2017), ada 2 faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah faktor
internal (pendidikan, pekerjaan, dan umur) dan faktor eksternal ( lingkungan dan
budaya).
Hasil penelitian pada tabel 4.2 di dapatkan tingkat pengetahuan responden katagori
baik sebanyak 11 oorang (37%). Dimana responden sudah mendapat informasi tentang
pencegahan dan penularan TB paru. Bahwa penyakit TB paru merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis dan harus ditangani
dengan kombinasi minum obat yang telah ditetapkan dokter untuk diminum dengan
teratur selama 6-12 bulan.
Pemahaman yang baik yang dimiliki responden tentang penyakit TB Paru dalam
upaya pencegahan dan penularan TB paru dimana responden yang menderiita TB paru
ketika batuk atau bersin dapat menutup mulut dengan tissue atau lap tangan supaya tidak
terkena kepada orang lain. Menurut Kementrian Kesehatan RI, 2017 penularan TB Paru
terjadi ketika seorang penderita TB Paru batuk, maka percikan renik dari dahak orang
tersebut akan terbawa oleh udara,
sehingga berpotensi terhirup oleh orang lain. Cara batuk memegang peranan penting.
Apabila penderita harus menutup mulut dengan tissue atau lap tangan agar tidak tertular
ke orang lain. Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga
serumah) akan lebih dua kali beresiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah)
(Reichman & Hershfield, 2015).
Pada tabel 4.2 masih juga terdapat mayoritas pengetahuan responden yang
berpengetahuan cukup sebanyak 13 orang (43%), hal ini disebabkan kurangnya
informasi yang didapat responden bagaimana gejala dan pencegahan penularan TB paru.
Hal lain disebabkan juga faktor pekerjaan, karna mayoritas responden ini adalah petani.
Pekerjaan tersebut banyak aktivitas sehari-hari dilakukan diluar rumah, sehingga waktu
untuk mendapatkan pengetahuan tentang penyakit TB Paru akan terbatas sehingga
informasi hanya di dapat saat ada penyuluhan dari dinas kesehatan Puskesmas
Tigalingga dan pada saat pengambilan obat TB Paru, sehingga informasi yang diperoleh
belum maksimal. Pekerjaan seseorang berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki
seseorang. Hal ini sejalan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Romaloat et al,
2020), didapatkan tingkat pengetahuan dari 30 responden yang diteliti yang paling
banyak ialah responden yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak
13 orang (43,3%), baik sebanyak 11 orang (36,7%) dan kurang sebanyak 6 orang (20%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Antonius Nugraha dkk
dikarenakan tingkat pengetahuan sedang lebih banyak ketimbang pengetahuan tinggi,
hal ini disebabkan karna informasi yang diberikan tenaga kesehatan hanya terkait
penyebab penyakit, lama pengobatan, jumlah obat yang harus diminum setiap harinya
(Pratama et al, 2018).
Pengetahuan yang baik sangat diharapkan dalam mencegah penularan TB Paru.
Tingkat pengetahuan yang rendah dalam pencegahan dan penularan TB Paru dapat
menjadi faktor resiko terjadinya penularan TB Paru. Pengetahuan yang kurang dapat
terjadi akibat minimnya informasi serta tidak adekuatnya informasi yang didapatkan dan
diterima oleh responden.
Selain itu masih didapatkan 6 orang (20%) Tingkat Pengetahuan Responden
kategori kurang. Dimana responden masih memiliki pemahaman yang kurang tentang
penyakt TB Paru dan pencegahan penularan seperti pengertian, gejala dan faktor resiko
dan berbagai pencegahan. Hal ini dikarenakan responden kurang mendapat informasi
tentang penyakit TB paru
dari media massa maupun dari Puskesmas karna responden jarang mengikuti kegiatan
pendidikan kesehatan di Puskesmas. Tenaga kesehatan harus bekerjasama dengan
masyarakat dalam rangka meningkatkan upaya edukatif pada masyarakat mengenai
penyakit TB Paru dikarenakan terdapat tingkat pendidikan rendah (SD-SMP). Semakin
rendah tingkat pengetahuan menyebabkan individu kurang sadar untuk menjalani
pengobatan secara teratur dan lengkap, sehingga dapat menigkatkan penularan penyakit
TB Paru (Rasool et al, 2015).
2. Sikap Responden Tentang Pencegahan Dan Penularan TB Paru
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoadmodjo 2012). Proses
pembentukan sikap dapat terjadi karna adanya rangsangan seperti pengetahuan
masyarakat tentang pencegahan dan penularan TB Paru. Rangsangan tersebut
menstimulus diri masyarakat untuk memberi respon, dapat berupa sikap positif atau
negatif, akhirnya akan diwujudkan dalam perilaku atau tidak (Azwar 2013). Hasil
penelitian pada tabel 4.3 didapatkan bahwa mayoritas responden bersikap positif
sebanyak 20 orang (67%). Sikap responden di Puskesmas Tigalingga sebagian besar
bersikap positif terhadap pencegahan dan penularan TB Paru artinya sebagian besar
responden mendukung atau menerima tentang upaya pencegahan dan penularan TB
Paru.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aviliana Wenas (2015) di Desa Wori
Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara Tahun 2015, dilihat dari jumlah responden
yang ada sebanyak 53 responden (54,6%) mempunyai sikap positif terhadap penyakit
TB Paru. Sikap responden tentang penyakit TB Paru ini sangat dipengaruhi oleh
rangsangan atau stimulan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di wilayah desa wori.
Stimulan atau rangsangan dalam hal ini berupa penyuluhan atau sosialisasi tentang
penyakit TB Paru.
Dalam penelitian ini responden juga masih memiliki sikap negatif sebanyak 10
orang (33%) Hal ini disebabkan karna sebagian penderita masih beranggapan bahwa
penyakit TB Paru tidak menular. Dan dilihat dari dari segi sikap penderita masih belum
menerapkan hidup bersih sehat, seperti membuka jendela setiap hari salah satu cara
untuk mencegah penularan TB Paru, dan masih ada anggota keluarga yang serumah
dengan penderita TB paru hal ini dapat juga menularkan kepada orang lain.
Menurut Suryo 2014 cara pencegahan penularan TB Paru dengan menjaga ventilasi
yang baik, ventilasi memiliki banyak fungsi yaitu untuk menjaga aliran udara di dalam
rumah sehingga tetap segar, menjaga agar sinar matahari dapat masuk kedalam ruangan.
Cahaya matahari dapat membunuh kuman bakteri tuberculosis akan cepat lebih mati bila
terkena sinar matahari langsung.
Salah satu faktor penentu sikap seseorang adalah faktor komunikasi sosial. Sikap
seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tertentu melalui
persuasif serta tekanan dari kelompok sosialnya sehingga dapat disimpulkan bahwa
seseorang yang memliki pengetahuan yang baik maka akan memperoleh sikap yang baik
terhadap pencegahan dan penularan TB paru.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Penderita
TB Paru Tentang Pencegahan Dan Penularan TB Paru Di Puskesmas Tigalingga
Kabupaten Dairi dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Mayoritas responden memiliki tngkat pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (43%)
dan minoritas berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (20%) tentang pencegahan
dan penularan TB Paru.
b Mayoritas sikap responden tentang pencegahan dan penularan TB Paru bersikap
positif sebanyak 20 orang (67%) dan responden bersikap negatif sebanyak 10 orang
(33%) tentang pencegahan dan penularan TB Paru.
c Berdasarkan karakteristik umur mayoritas responden pada rentang umur 46- 60 tahun
sebanyak 11 orang (37%),
d berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden laki-laki sebanyak 19 orang (63%).
e Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas responden berada pada tingkat pendidikan
rendah (SD-SMP) sebanyak 15 orang (50%)
f berdasarkan jenis pekerjaan mayoritas responden bekerja sebagai petani sebanyak 22
orang (74%).
g berdasarkan lamanya responden menderita TB Paru mayoritas berada pada rentang
4-6 bulan sebanyak 12 orang (40%).
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Dan Penularan TB Paru di Puskesmas
Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2022, maka dibawah ini akan dipaparkan beberapa
saran yang ditunjukkan kepada:
1. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan evaluasi bagi lokasi penelitian sehingga lebih meningkatkan lagi
penyuluhan dalam pencegahan dan penularan TB Paru.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi penelitian selanjutnya

3. Bagi Peneliti
Agar lebih meningkatkan pengetahuan sehingga hasil penelitian ini bisa dijadikan
sebagai dasar dalam meningkatkan edukasi dalam pencegahan dan penularan TB paru
di Puskesmas Tigalingga
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar melakukan penelitian lanjutan dalam faktor yang mempengaruhi penderita TB
Paru dalam pencegahan dan penularan TB Paru.
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yemima Yoice Pinem


Nim : P07520119104
Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Penderita TB Paru Tentang
Pencegahan Dan Penularan TB Paru Di Puskesmas Tigalingga
Kabupaten dairi

Saya adalah mahasiswa Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Keperawatan,


akan melakukan penelitian tentang “ Gambaran Tingkat apengetahuan Dan Sikap
Penderita TB Paru Tentang Pencegahan Dan Penularan TB Paru Di Puskesmas
Tigalingga Kabupaten Dairi Tahun 2022”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan
dalam menyelesaikan tugas akhir di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan.

Partisipasi anda dalam penelitian ini bersifat sukarela. Anda mempunyai hak
bebas untuk berpartisipasi atau menolak menjadi responden, maka saya akan tetap
menghargai dan tidak akan mempengaruhi terhadap proses penelitian ini. Jika anda
bersedia, mohon untuk menandatangani lembaran persetujuan ini.
Demikian permohonan ini disampaikan atas bantuan dan partisipasinya saya
ucapkan terimakasih.

Tigalingga, 22Juni 2022

Responden

(
)

LEMBAR KUENSIONER

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TB


PARU TENTANG PENCEGAHAN DAN PENULARAN TB PARU DI
PUSKESMAS TIGALINGGA KABUPATEN DAIRI TAHUN 2022

IDENTITAS RESPONDEN

NO.Responden :

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Lamanya Menderita :

Jenis Kelamin :

A. PETUNJUK KUENSIONER PENGISIAN

1. Pilih salah satu jawaban yang benar dengan memberiikkan tanda cross (x) silang
2.Jika anda ingin memperbaiki jawaban, coretlah jawaban yang salah
dengan memberi tanda(=) dan ganti dengan jawaban yang benar.

A. Pengetahuan

1. Penyakit TB Paru adalah


a. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Tuberkulosis (BTA)
b. Penyakit yang disebabkan oleh virus
c. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bentuk batang
2.Tanda dan gejala dari TB paru adalah
a. Batuk berdahak terkadang disertai darah selama 2 minggu atau lebih
b. Bersin-bersin dan hidung tersumbat
c. Batuk pilek 2 sampai 3 hari
3. Bagaimana pencegahan dari penyakit TB Paru
a. Minum obat dengan teratur
b. merokok
c. Begadang
4. Apa yang anda lakukan ketika batuk dan bersin
a. Membuang dahaknya disembarangan tempat
b. Menutup mulut dengan tissue/lab tangan
c. Batuk dan bersin saja
5. Bagaimana cara mencegah penularan TB paru
a. Menutup mulut ketika batuk
b. Menutup mulut ketika ada orang di hadapan kita
c. Menutup hidung saat batuk
6. Penyebab penyakit TB paru ?
a. HIV
b. Mycobacterium tuberculosis
c. Virus
7. Prinsip pengobatan TB paru yang benar adalah
a. Dosis secara tepat selama 6-8 bulan secara teratur
b. pengobatan saat timbul gejala
c. Dosis secara tepat selama 3-4 bulan secara teratur
8. Untuk menghindari bakteri TB paru tahan pada suhu ruangan yang dilakukan
saudara
a. Memberi ventilasi dan penyinaran pada ruangan
b. Menutup pintu
c. Menutup ruangan
9. Yang termasuk media penularan penularan TB Paru adalah….
a. Hubungan seksual
b. Cairan tubuh
c. Melalui udara
10. Salah satu pencegahan dari penyakit TB paru adalah meningkatkan daya tahan
tubuh dengan makan makanan yang bergizi. Menurut anda, seperti apa makanan
yang bergizi itu?
a. Makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
b. Makanan yang enak
c. Makanan yang mahal
11. Menurut anda melalui apa penyakit TB Paru dapat menular
a. Keringat
b. Air kencing
c. Percikan dahak penderita TB Paru
12. Manfaat dari pengobatan TB paru adalah….
a. menyembuhkan TB paru
b. Mencegah kematian
c. Mencegah kekambuhan
13. Apabila dirumah ada yang menderita batuk lebih dari 3 minggu maka anggota
keluarga yang sakit tersebut dibawa?
a. Puskesmas
b. Beli obat sendiri
c. Supranetral
14. Scan pemeriksaan penting untuk mengetahui adanya TBC Paru adalah.....
a. CT
b. Tekanan darah
c. Dahak (sputum)
15. Dibawah ini penularan TB Paru yaitu
a. Melalui droplet
b. Alat kontrasepsi
c. Membuka ventilasi

16. Kelompok orang paling mudah terserang atau tertular penyakit TB Paru
adalah....
a. Tetangga penderita TB Paru
b. Anggota keluarga yang tidak tinggal serumah dengan penderita TB paru
c. Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita TB paru
17. Gejala yang ditimbulkan oleh TB paru adalah
a. Demam, malease
b. Nyeri dada
c. Mual muntah
18. Untuk menghindari bakteri TB paru yang tahan terhadap suhu ruangan hal yang
dapat dilakukan yaitu....
a. Menutup seluruh pintu agar udara tidak masuk
b. Memberi ventilasi dan penyinaran yang cukup
c. membuat suhu ruangan dingin
19. Untuk mencegah terjadinya penularan pada TB Paru dengan cara
menggunakan?
a. Menutup hidung denga tangan
b. Menutup mulut menggunakan masker /sapu tangan
c. Membuang dahak sembarangan
20. Salah satu caranya pencegahan agar tidak terkontaminasi TB paru yaitu....
a. Pasien jika ingin meludah dianjurkan dimasukkan kedalam suatu tempat
tertutup dan mengandung karbon dan panas api.
b. Membuang ludah sembarangan
c. Tidak memakan obat secara teratur
B.Sikap

Petunjuk Pengisian

 Untuk setiap pernyataan beri tanda cek list (√) pada salah satu kotak yang
disediakan
 Tidak ada jawaban benar atau salah, pilih jawaban sesuai dengan
pendapat anda

Keterangan

 SS : Sangat Setuju
 S : Setuju
 TS : Tidak Setuju
 STS : Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S TS STS

1. Menutup mulut menggunakan


masker adalah salah satu cara
untuk mencegah penularan TB
Paru

2. Menghindari kontak langsung


pada penderita TB Paru adalah
salah satu cara untuk mencegah
terjadinya penularan

3 Pencegahan TB Paru dapat


dilakukan dengan tidak memakai
sabun yang digunakan bersama-
sama penderita penyakit TB Paru

4. Menjemur kasur, bantal, dan


tempat tidur pada pagi hari adalah
salah satu cara mencegah
terjadinya TB Paru
5. Anggota keluarga yang tidak
tinggal serumah dengan penderita,
dapat mencegah terjadinya
penularan TB Paru

6. Menghindari kebiasaan
begadang pada malam hari, dapat
mencegah terjadinya TB Paru

7. Pencegahan penularan TB Paru


dengan menutup mulut saat bersin
dan batuk

8. Menerapkan kebiasaan sehat


seperti olahraga dan makan-
makanan yang sehat dapat
mencegah terjadinya TB Paru

9. Cahaya yang terang dan sinar


matahari yang dapat masuk ke
rumah dapat mencegah dan
membunuh kuman TB Paru

10. Membersihkan lingkungan rumah


setiap hari merupakan tindakan
efektif dalam pencegahan TB
Paru

11. Membuka jendela pada siang hari


merupakan salah satu tindakan
pencegahan TB

12. Penderita TB Paru positif


sebaiknya tidak membuang dahak
di sembarangan tempat
13. Penderita TB Paru sebaiknya
dijauhkan/dikucilkan dari
keluarga, masyarakat dan
pekerjaannya

14. Untuk menghindari resiko


penularan, saat batuk dan bersin
sebaiknya menutup mulut dengan
tissue atau sapu tangan

15. Perumahan yang tidak terlalu


padat dapat mencegah terjadinya
penularan TB paru

16. Setiap hari pintu dan jendela


harus dibuka supaya sirkulasi
udara baik

17. Upaya pencegahan yang lain yaitu


dengan tidak membuang
dahak/ludah disembarangan
tempat

18. Meminum obat secara tekun dan


teratur bagi penderita TB Paru
merupakan tindakan yang efektif
untuk mencegah penularan
penyakit

19. Tidur dan istirahat yang cukup


dapat mencegah tertularnya TB
Paru

20. Penderita TB Paru positif tidak


menularkan penyakit TB Paru
kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abd, Wahid & Suprapto, 2013. Keperawatan Medikal bedah Asuhan Keperawatan.
Al, Muchtar 2018. Faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit Tuberkulosis. Gelar
pustaka Bandung.
Alimul 2013. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: salemba
medika.
Andika Fauzirah. 2016. Upaya pencegahan penularan penderita penyakit.
http://www.jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/352. Di akses pada
tanggal 1 februari 2020
Azwar, S. 2012. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Jogja Offset.
Bagaskara 2019. Penyakit Tuberkulosis yang menyebabkan komplikasi pada
Tuberkulosis Paru.
Chandra 2012 mengetahui penyebab, gejala dan cara penanganan. Penerbit buku PT
Bhuana ilmu popular.
Dairi D.Profil Kesehatan Kabupaten Dairi tahun 2016. Sidikalang: Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Dairi;2017.
Departeman kesehatan RI profil kesehatan Indonesia (2015).
Departemen kesehatan RI, 2018. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem pernafasan. Jakarta: salemba medika
DINKES KOTA MEDAN, 2017. Jumlah penderita TB Paru.
Evelyn C, Pearce, 2015. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedis, Jakarta: PT
Gramedia,2015.
Fitria, Ramadhan 2017. Pemeriksaan Penunjang Penyakit Tuberkulosis. Hermayana,
Putri. 2019. Hubungan penerapan Etika batuk pada penderita TB
Paru. https:etd.unsyiah.ac.id/baca/notfound.php?biblio_id=66732. Diakses pada
tanggal 1 maret 2020.
Idris, Baiq. 2019. Gambaran Kepatuhan Minum Obat Penderita Tuberkulosis
Paruhttp://journal.stikesyarsimataram.ac.id/index.php/ilmiah/article/view/13
5/31 Diakses pada tanggal 1 maret 2020.
Kemekes R.I.2017. Laporan riskesdas 20120. Laporan nasional
riskesdas 2018,53(9),181222.http://www.yankes.kemkes.go.id/assets/downloads/PM
KNo. 57 Tahun 2013 tentang PTRM.pdf
Kemenkes, R. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Depkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2012 Peningkatan prevalensi pengobatan
tuberculosis.
Lisa 2012 Tentang Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Klien Tentang Pencegahan Dan
Penularan Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Lakessi Kota Parepare. Jurnal
kesehatan Lentera Acitya,7(1), 25-30.
Ma’tuf, Watfah Ma’al 2017. Gambaran kondisi lingkungan fisik rumah pada penderita
TB Paru. http://repository.unissula.ac.id/7207/1/ABSTRAK.pdf. Diakses pada
tanggal 1 maret 2020.
Masruroh, Nur. 2019. Upaya pasien dan keluarga penderita TB Paru dalam
mempertahankan status gizi: studi kualitatif. http://journal.stikep-
ppnijabar.ac.id/index.php/jkk/article/download/140/121. Diakses pada tanggal 1
maret 2020.
Notoadmodjo, S 2019. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.
Notoadmodjo, S. 2018. Metedologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka cipta.
Nursalam. 2016. Konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu
keperawatan, Jakarta: salemba medika.
Padila 2013. Asuhan keperawatan manifestasi klinis. Yogyakarta : Nuha Medika.
Pratama, et al (2018). Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Pasien dan
Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Kepatuhan Pasien Tuberkulosis
di Puskesmas Kabupaten Jember. Pustaka Kesehatan, 6(2), 218.
https://doi.org/10.19184/pk. v6i2.7570
Puspasari 2019 Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap penderita TB paru dalam
upaya pencegahan dan penularan di Puskesmas Ruekasih.
Rahman dkk 2017 tentang hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan penderita
Tuberkulosis dengan hasil terapi di Puskesmas Biak Banggal.
Riset Kesehatan Dasar Sumut (Rikesdas). 2020. Jumlah kasus Tuberkulosis
Sumut.
Santa, 2013. Asuhan keperawatan gangguan sistem pernafasan. Jakarta: trans info
media.
Shinta 2019. Komponen yang mempengaruhi pokok sikap. Yogyakarta
Smeltzer & Bare (2013). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner& Suddarth.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Sofro, dkk 2018. Tentang gambaran pengetahuan dan sikap klien tentang pencegahan
dan penularan Tuberkulosis paru di puskesmas Lakesi kota parepare. Jurnal
kesehatan Lentera Acytia,7(1), 25-30.
Sumarmi, S., 2017. Analisis Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian TB Paru
BTA Positif di Puskesmas Kotabumi II, Bukit Kemuning dan Ulak Rengas Kab.
Lampung Utara Tahun 2012. YARSI Medical Journal, 22(2): 082-101
WENAS, Aviliana Revani; KANDOU, Grace D.; ROMBOT, Dina V. Hubungan
Perilaku Dengan Kejadian Penyakit Tb Paru Didesa Wori Kecamatan Wori Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 2015, 3.2.
WHO, Global Tuberkulosis Report 2017, Geneva 2017. Wikurendra
2019. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tuberkulosis. Wokas 2015.
Pemeriksaan Penunjang Penyakit Tuberkulosis Paru. World Health
Organization. Global Tuberkulosis Report 2019.
Yuliana 2017. Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan. Jakarta.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
Jl. Jamin Ginting Km. 13,5 Kel. Lau Cih Medan Tuntungan Kode Pos 20136
Telepon: 061-8368633 Fax: 061-8368644
email : kepk.poltekkesmedan@gmail.com

FORMULIR ISIAN OLEH PENELITI

Nama lengkap
1 Yemima Yoice Pinem
Alamat (harap ditulis dengan lengkap) :
2 Jln. Bunga Ncole XXXIII Kemenangan Tani, Kec.Medan Tuntungan

Telp/ Hp/ email/ lain-lain :


3 Telepon: 082117098104
Email:

Nama Institusi Anda (tulis beserta alamatnya)


4 Poltekkes Kemenkes RI Medan, Jalan Bunga Ncole No.95 Kel.Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntung

Judul Penelitian
5 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TB PARU TENTANG PENC

Subjek yang digunakan pada penelitian :


6 Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
- Penderita TB PARU

Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian:


7 Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 Responden

3. Ringkasan Rencana Penelitian


8 Membina hubungan baik dengan pasien seperti:
- Memperkenalkan diri sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan dari kedatangan si peneliti.
Menanyakan kesediaan responden untuk di wawancarai oleh si peneliti.
Memberikan kuesioner dan arahan pengisian kuesioner
Melakukan wawancara terhadap responden terkait dengan judul penelitian.
Responden mulai mengisi kuesioner yang diberikan oleh si peneliti.
Meminta KK dan KTP dari responden untuk kelengkapan data- data yang
diperlukan saat penelitian.
Mengucapkan salam penutup seperti mengucapkan Terimakasih karena
telah menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh si peneliti.

Medan, ……………….
Mengetahui Menyatakan
Pembimbing
Peneliti,

(Dr Risma D Manurung, S.Kep.Ns.M.Biomed ) Yemima Yoice Pinem

Nip.196908111993032001 Nim.P07520119104
Dokumentasi Kegiatan

1. Profil Puskesmas Dan Pegawai Puskesmas Tigalingga

2. Dokumentasi penderita TB paru dengan Pegawai Puskesmas


3. Mewawancarai Responden

4. Responden Mengisi Kuensioner


5. Memberi Cara Pengisian lembar Kuensioner Kepada Responden
6. Responden Mengisi Kuensioner
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi
Nama : Yemima Yoice Pinem
Tempat/Tanggal Lahir : Kabanjahe, 10 Juni 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke 2
Agama : Kristen Protestan
Alamat :Pertumbungen
Email : yemimayoice2@gmail.com

Nama Orang Tua


Ayah : Surya Pinem (+)
Ibu : Daria Kaban

Pekerjaan Orang Tua


Ayah :-
Ibu : Petani

Riwayat Pendidikan
Tahun 2006-2011 : SD N 034790 Sarintonu Tahun
2012-2015 : SMP Negeri 1 Tigalingga
Tahun 2016-2018 : SMA Negeri 1 Tigalingga
Tahun 2019-2022 : Poltekkes Kemenkes Medan
Jurusan Keperawatan Prodi D-III
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL KTI : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP


PENDERITA TB PARU TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENULARAN TB PARU DI
PUSKESMAS TIGALINGGA KABUPATEN DAIRI

NAMA MAHASISWA : YEMIMA YOICE

PINEM NIM : P07520119104

NAMA PEMBIMBING : Dr RISMA D. MANURUNG ,S, Kep, Ns. M. Biomed

No. Hari/Tanggal Materi Bimbingan Saran Tanda Tangan

Pembimbing Mahasiswa

1. Selasa, Bimbingan Serta Perbaikan Judul


07/12/2021 Konsultasi Judul KTI

2. Jumat, Pengajuan Judul Perbaikan Judul


10/12/2021 KTI KTI dan Baca
Jurnal

3. Senin, Pengajuan Judul ACC Judul KTI


13/12/2021

4. Kamis, Telaah Jurnal Memperbanyak


16/12/2021 Jurnal.

5. Rabu, Bimbingan Bab Perbaikan Bab 1


02/02/2022

6. Selasa, Bimbingan Bab 1 Perbaikan Bab 1


15/02/2022 dan 2 dan 2
7. Jumat, Bimbingan Online Perbaikan Bab 1
18/02/2022 Bab 1 dan 2 dan dan 2
Pembuatan
Kerangka Konsep

8. Selasa, Bimbingan Bab 1, Perbaikan Bab 1,


22/02/2022 2, dan 3 dan 2, dan 3
Pembuatan
Kuesioner

9. Jumat, ACC Bab 1, 2, ACC Bab 1, 2,


18/03/2022 dan 3 dan 3

10. Senin, Revisi Proposal Revisi Proposal


21/03/2022

11. Rabu, Bimbingab Revisi ACC Proposal


27/04/2022 Proposal

12. Senin, Bimbingan bab 4 Perbaikan Bab 4


09/05/2022

13. Kamis, Bimbingan Bab 4 Perbaikan Bab 4


dan 5 dan 5
19/05/2022
14. Rabu, Bimbingan Bab 4 Perbaikan Bab 4
dan 5 dan 5
08/06/2022

15. Selasa, Bimbingan Perbaikan Abstrak


Abstrak
14/06/2022

16 Jumat, Bimbingan Bab 4


17/06/2022 dan 5

17. Rabu ACC KTI ACC KTI

22/06/2022

Medan, 22 Juni 2022

Dr Risma D Manurung, S.Kep, Ns,


M.Biomed NIP.196908111993032001

Anda mungkin juga menyukai