Anda di halaman 1dari 74

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP


PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RSUD Dr. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2022

DOROTHY ANGELINA TAMBUNAN


P07520119114

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-III
D JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
SCIENTIFIC WRITING

CORRELATION BETWEEN ANXIETY


ANXIETY LEVEL AND QUALITY OF
LIFE OFCHRONIC KIDNEY FAILURE PATIENTS TAKING
HEMODIALIZATIONATGENERAL REGION HOSPITAL
OFDr. PIRNGADI MEDAN IN 2022

DOROTHY ANGELINA TAMBUNAN


P07520119114

MEDAN HEALTHY POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH


DEPARTEMENT OF NURSING 2022
KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP


PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RSUD Dr. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2022

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Diploma III Keperawatan

DOROTHY ANGELINA TAMBUNAN


P07520119114

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-III
D JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBARPERSETUJUAN

JUDUL : HUBUNGANTINGKATKECEMASANDENGANKUALITAS

HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG

MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD Dr. PIRNGADI


P

MEDAN
EDAN TAHUN 2022

NAMA : DOROTHYA TAMBUNAN

NIM : P07520119114

Telah Diterimadan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji

Medan, 05 Maret 2022

Menyetujui

Pembimbing

(Agustina
Agustina Boru Gultom, SKp,M.Kes)
NIP. 197308231996032001

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani Dewita Nasution, SKM., M.Kes)


NIP.196505121999032001

iii
LEMBARPENGESAHAN

JUDUL : HUBUNGANTINGKATKECEMASANDENGANKUALITAS
HUBUNGANTINGK TKECEMASANDENGANKUALITAS
HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG
MENJALANI HEMODIALISA DI RSUD Dr. PIRNGADI
P
MEDAN TAHUN 2022
NAMA : DOROTHY A TAMBUNAN
NIM : P07520119114

Proposal Ini Telah Diuji Pada Seminar Proposal Jurusan Keperawatan


Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2022

Penguji I Penguji II

(Doni
Doni Simatupang , S.Kep,Ns,M.Kep)
S.Kep,Ns,M.K (JuliandiS.Kep,Ns,M.Kes)
JuliandiS.Kep,Ns,M.Kes)
NIP.196407051988032003 NIP.1975020819970310
NIP.197502081997031004

Ketua Penguji

(Agustina
Agustina Boru Gultom, SKp., M.Kes )
NIP. 197308231996032001

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani
Johani Dewita Nasution,SKM.,M.Kes)
NIP. 196505121999032001

iv
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Dengan ini menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan disuatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diajukan dalam naskah dan disebut dalam daftar pustaka

Medan, 23 Juni 2022

Dorothy Angelina Tambunan


(P0752011911
(P07520119114)

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN
KARYA TULIS ILMIAH, JUNI 2022

DOROTHY ANGELINA TAMBUNAN


PO7520119114

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP PADA


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI
RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2022

V BAB + 78 HALAMAN +5 TABEL + 9 LAMPIRAN

ABSTRAK

Penderita gagal ginjal kronik masih menjadi masalah global dan


Indonesia.Salah satu upaya untuk mempertahankan kehidupan pasien
gagak ginjal kronik adalah dengan menjalani hemodialisa. Beberapa studi
memperlihatkan pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa masih
cenderung memiliki kualitas hidup yang buruk, salah satu faktor yang
berkaitan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa adalah kecemasan.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa, untuk mengetahui kualitas hidup pada pasien gaga ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa dan untuk menganalisis hubungan tingkat
kecemasan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2022. Metode
penelitian ini menggunakan analitik korelasi dengan desain crosssectional,
Sampel berjumlah 44 responden dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling. Kuesioner yang digunakan untuk tingkat kecemasann menggunakan
HAR-Ssebanyak 14 item pertanyaan,serta kuesioner kualitas hidup
menggunakan WHOQOL sebanyak 26 item pertanyaan. Analisa data yang
digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan uji Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan cenderung berat
sebanyak 52,3% dan kualits hidup cenderung buruk sebanyak 72,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa ada tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik dengan p-value =0,000 <0,05. Kesimpulan, oleh karena ada
hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa maka perlu ditingkatkan kualitas hidup
dengan mengatasi kecemasan melalui self care management, foot
message.Saran diharapkan pasien dapat meningkatkan kualitas hidupnya
dengan cara menerapkan self care management serta pendekatan secara
menyeluruh oleh keluarga, sosial, lingkungan serta perawatKata Kunci :
Kecemasan, Kualitas Hidup, Gagal Ginjall Kronik, Hemodialisa

vi
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH
DEPARTMENT OF NURSING
SCIENTIFIC WRITING,JUNE 2022

DOROTHY ANGELINA TAMBUNAN

P07520119114

CORRELATION BETWEEN ANXIETY LEVEL AND QUALITY OF LIFE OF


CHRONIC KIDNEY FAILURE PATIENTS TAKING HEMODIALIZATION AT
GENERAL REGIONAL HOSPITAL OF Dr. PIRNGADI, MEDAN IN 2022

V CHAPTER +75 PAGES + 5 TABLES + 9 APPENDICES

ABSTRACT

The incidence of chronic kidney failure is still a global and Indonesian problem.
One of the efforts to maintain the life of patients with chronic kidney failure is
through hemodialysis. Several studies show that chronic kidney failure patients
undergoing hemodialysis tend to have a poor quality of life. Anxiety is one of the
factors related to the quality of life of patients with chronic kidney failure.
Objective: This study aims to measure the level of anxiety and quality of life of
chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis, and to find out the
correlation between anxiety levels and quality of life of chronic kidney failure
patients undergoing hemodialysis at General Regional Hospital Of Dr. Pirngadi,
Medanin 2022. Methods: This research is an analytical study designed with a
cross-sectional design, and examines 44 respondents as a sample obtained
through purposive sampling technique. Research data were collected through the
HAR-S questionnaire, consisting of 14 questions, and the WHOQOL
questionnaire, consisting of 26 questions. Dataanalysis: Data were analyzed by
univariate and bivariate analysis by Chi-Square test. Results: Through the study,
the following results were obtained: 50.0% of respondents had a level of anxiety
in the category of tending to be severe, and 63.6% with a quality of life that
tended to be poor; is obtained the correlation between level of anxiety with the
quality of life of patients with chronic renal failure, where p-value = 0.000 <0.05.
Conclusion: The study concluded that a correlation was found between level of
anxiety with the quality of life of patients with chronic kidney failure undergoing
hemodialysis, and it is necessary that patients improve their quality of life by
overcoming anxiety that can be done through self care management, and foot
messages. Suggestion: it is suggested that patients improve their quality of life
by implementing self care management and foot messages, and a holistic
approach by the family, social environment, and nurses.

Keywords: Anxiety, Quality of Life, Chronic Kidney Failure, Hemodialysis

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
karunia-Nya
Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang
Berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2022
Selama proses pembuatan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin berterimakasih terutama kepada ibu Agustina Boru Gultom SKp,
M.Kes selaku pembimbing saya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur
Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan
2. Ibu Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan
3. Ibu Afniwati, S.Kep., M.Kes selaku Ketua Prodi D
D-III Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan
4. Ibu Doni Simatupang S.Kep, Ns,M.Kep selaku penguji I dan Bapak
Juliandi S.Kep,Ns,M.Kep selaku penguji II
5. Teristimewa kepada keluarga saya yang selalu mendukung dan
mendoakan serta menyayangi saya yaitu Ayah saya (Salmon Tambunan
Tambuna
S.Pd,M,Pd), Ibu saya Saur Marita Aritonang (S.Pd), serta kakak dan adik
adik saya
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini, baik dari segi isi maupun bahasa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik
kritik yang bersifat membangun, agar menjadi lebih
baik dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pihak yang membaca

Medan, Juni 2022

Dorothy Angelina Tambunan


NIM : P07520119114

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ................... ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR ... ............................................................................ iv
DAFTAR ISI ................ ............................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................. 5
1.3.3 Manfaat Penelitian ............................................................ 5
1.3.4 Manfaat Bagi Rumah Sakit ............................................... 5
1.3.5 Manfaat Bagi Pasien ......................................................... 6
1.3.6 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan ..................................... 6
1.3.7 Manfaat Bagi Penelitian Lanjutan...................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 7
2.1. Gagal Ginjal Kronik ................................................................... 7
2.1.1. Defenisi Gagal Ginjal Kronik............................................. 7
2.1.2. Derajat Gagal Ginjal Kronik .............................................. 7
2.1.3. Etiologi Gagal Ginjal Kronik .............................................. 7
2.1.4. Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik ...................................... 9
2.1.5. Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronik ............................. 9
2.1.6. Komplikasi Pada Gagal Ginjal Kronik ............................... 10
2.1.7. Manifestasi Klinis Penyakit Gagal Ginjal Kronik ................ 10
2.1.8. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik ...................... 10
2.2. Hemodialisa Pada Gagal Ginjal Kronik ...................................... 11
2.2.1. Defenisi Hemodialisa......................................................... 11
2.2.2. Tujuan Hemodialisa .......................................................... 11
2.2.3. Proses Hemodialisa Berlangsung...................................... 12
2.2.4. Kelebihan Hemodialisa...................................................... 12
2.2.5. Kekurangan Hemodialisa .................................................. 12
2.3. Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik ...................... 12
2.3.1. Defenisi Kualitas Hidup ..................................................... 12
2.3.2. Dimensi Kualitas Hidup Pa sien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa ........................................................ 13
2.4. Kecemasan .............................................................................. 14
2.4.1. Defenisi Kecemasan .......................................................... 14
2.4.2. Tanda dan Gejala Kecemasan ........................................... 14
2.4.3. Persipitasi Kecemasan (Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kecemasan) ............................................... 15
2.4.4. Klasifikasi Tingkat Kecemasan ........................................... 15

ix
2.4.5. Alat Ukur Kecemasan ......................................................... 16
2.4.6. Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa ............................................................................. 17
2.5. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa .... 17
2.6. Kerangka Konsep ......................................................................... 18
2.7. Defenisi Operasional ..................................................................... 19
BAB III METODE PENELITAN................................................................. 20
3.1. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................... 20
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 20
3.2.1. Lokasi Penelitian ................................................................ 20
3.2.2. Waktu Penelitian ................................................................ 20
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 20
3.3.1. Populasi ............................................................................. 20
3.3.2. Sampel............................................................................... 20
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data.............................................. 22
3.4.1. Jenis Data .......................................................................... 22
3.4.2. Pengumpulan Data ............................................................ 22
3.5. Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 22
3.5.1. Pengolahan Data ............................................................... 22
3.5.2. Analisa Data....................................................................... 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 34
4.1. Hasil Penelitian ......................................................................... 34
4.1.1 Analisa Univariat .............................................................. 35
4.1.2 Analisa Bivariat ................................................................ 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 40
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 40
5.2. Saran ........................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 42
LAMPIRAN .............................................................................................. 48

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit gagal ginjal kronik masih menjadi masalah kesehatan masyarakat


di seluruh dunia. Estimasi prevalensi didunia adalah 13,4% (11,7% – 15,1%) dan
pasien penyakit ginjal stadium akhir yang membutuhkan terapi penggantian ginjal
diperkirakan antara 4,902 dan 7,083 juta. Peningkatan global penyakit ini
terutama didorong oleh peningkatan prevelensi diabetes mellitus, hipertensi,
obesitas dan penuaan. Namun, beberapa daerah memiliki penyebab lain seperti
infeksi, racun, herbal serta lingkungan masih sering terjadi (Lv and Zhang.,
2019).
Di Indonesia prevalensi gagal ginjal kronik mengalami kenaikan dari tahun
2013 ke 2018. Tahun 2013 prevalensi gagal ginjal kronik sebesar 0,2 %,
sedangkan pada tahun 2018 sebesar 0,38%. Di Sumatera Utara terjadi kenaikan
prevalensi penyakit gagal ginjal kronik dari tahun 2013 ke tahun 2018. Tahun
2013 prevalensi gagal ginjal kronik sebesar 0,2% dan meningkat pada tahun
2018 sebesar 0,38% (Kemenkes RI, 2013., Kemenkes RI., 2018).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang lambat
(biasanya berlangsung selama beberapa tahun). Gagal ginjal kronik dibagi
kedalam 5 derajat yaitu derajat satu (GFR >90ml/min), derajat kedua (GFR 60-89
ml/min), derajat ketiga (GFR 30-59 ml/min), derajat keempat (GFR 15-29 ml/min),
dan derajat kelima (GFR <15ml/min) (Cholina, 2020).
Pada pasien gagal ginjal kronik untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya diperlukan terapi pengganti ginjal, beberapa terapi diantaranya yaitu
terapi hemodialisa, peritoneal dialisis dan transplantasi ginjal (Putri, 2014). Terapi
peritoneal disarankan pada pasien gagal ginjal kronik yang berusia muda dan
ingin beraktivitas dan diprioritaskan pada pasien yang tinggalnya jauh dari pusat
ginjal (tidak ada mesin cuci darah). Indikasi lain pada pasien penyakit jantung,
pasien struk dan pasien penyakit ginjal diabetik (Rasyid, 2017). Oleh karena
faktor-faktor tersebut, pengobatan yang digunakan pada pasien gagal ginjal
kronik adalah hemodialisa, yang pengobatannya seumur hidup atau berlanjut
sampai pasien mendapatkan transplantasi ginjal (Gesualdo, et.al., 2017)

1
Hemodialisa adalah proses pembersihan darah melalui proses penyaringan
darah diluar tubuh menggunakan mesin dialisis. Hemodialisis berfungsi untuk
membersihkan kotoran dari darah seperti urea, membuang cairan yang berlebih,
serta menyeimbangkan elektrolit dalam darah (Kusuma dkk, 2019)
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisasi mengalami
penurunan kualitas hidupnya. Kualitas hidup merupakan pendapat individu
mengenai konteks budaya, harapan, kesenangan dan perhatian yang memiliki
hubungan dengan kesehatan fisik, tingkat kemandirian, hubungan sosial,
hubungan karakteristik lingkungan serta status psikologi (Rahman, 2016).
Gambaran penurunan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa dapat dilihat dari dimensi kesehatan fisik seperti terjadi
penurunan aktivitas fisik yang disebabkan oleh pengaruh uremia pada fungsi otot
yang menyebabkan atrofi, anemia, penyakit tulang, malnutrisi dan kelelahan
(Brys, et al 2020). Dari dimensi psikologis pasien dengan gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa hidupnya kurang berarti, merasa kesepian, putus
asa, cemas dan tidak menikmati hidup (Suwanti, dkk, 2017). Dari segi sosial
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa kurang aktif dalam
bersosialisasi (Irene, dkk. 2022) dan dari segi lingkungan pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa keberadaannya ditempat tinggal dan bekerja
sudah kurang dibutuhkan (Suwanti, dkk, 2017).
Beberapa studi menunjukkan kualitas hidup gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa cenderung buruk. Menurut penelitian Syafitri, 2019
dengan judul Gambaran Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal KronikYang
Menjalani Terapi Hemodialis di Rumah Sakit Tingkat III Dr.Reksodiwiryo dari 51
responden terdapat 28 orang (54,9%) memiliki kualitas hidup buruk, dan 23
orang (45,1%) memiliki kualitas hidup baik. Menurut penelitian Aryzki, dkk. (2019)
dengan judul Pengukuran Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis Gagal Ginjal
Kronik di RSUD Ulin Banjarmasin Menggunakan Instrumen EQ5D dari 207
responden terdapat 138 orang (66,66%) memiliki kualitas buruk, dan 69 orang
(33,33%) memiliki kualitas hidup baik. Menurut penelitian Efrina, dkk (2022)
dengan judul Self Management Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa dari 165 responden terdapat 80
responden (48,5%) memiliki kualitas hidup yang baik dan 85 responden (51,5%)
memiliki kualitas hidup yang kurang baik. Menurut penelitian Lowney, et.al., 2015

2
dengan judul Memahami Apa Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Terkait
Kesehatan Pasien Hemodialisis: Studi Kolaboratif di Inggris dan Irlandia
mengevaluasi bahwa hanya 3% pasien yang tidak memiliki gejala, kelemahan
memiliki 78,0% pada pasien, kesulitan bergerak pada 66,0% dan nyeri pada
64%. Semuanya secara langsung terkait pada kualitas hidup yang buruk.
Salah satu faktor yang berkaitan dengan penurunan kualitas hidup pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah kecemasan.
(Alfiannur,dkk, 2015). Kecemasan terjadi akibat dari reaksi saraf otonom yang
berlebihan dengan naiknya system tonus saraf simpatis, sehingga terjadi
peningkatan pelepasan katekolamin dan naiknya norepinefrin. (Jaya,K, 2021).
Perangsangan system saraf otonom menyebabkan peningkatan tekanan darah,
denyut jantung, dan tingkat respirasi (Wahyuningsih, 2011).Tekanan darah yang
meningkat akan menyebabkan rangsangan barotraumas pada kapiler glomerulus
dan meningkatkan tekanan kapiler glomerulos tersebut, yang lama kelamaan
akan menyebabkan glomerolusclerosis. Glomerulosclerosis dapat merangsang
terjadinya hipoksia kronis yang menyebabkan kerusakan ginjal (Palm and
Nordquist., 2011).
Kecemasan merupakan suatu kondisi emosional yang tidak menyenangkan
yang datang dari dalam, bersifat meningkatkan, menggelisahkan, dan
menakutkan yang dihubungkan dengan suatu ancaman bahaya (Jaya, K, 2021).
Kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
disebabkan oleh berbagai stressor, diantaranya pengalaman nyeri pada daerah
penusukan saat memulai hemodialisa, masalah finansial, kesulitan dalam
mempertahankan masalah pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang,
depresi akibat penyakit kronik serta ketakutan terhadap kematian (Brunner &
Suddarth, 2014).
Beberapa studi menunjukkan bawa pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa memiliki kecemasan yang tinggi. Menurut penelitian Putri, dkk
(2020) dengan judul Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kebutuhan Spritual
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Menjalani Terapi
Hemodialisis Di RSUD Bangkinang dari 47 responden, yang memiliki cemas
Tinggi sebanyak 30 orang (63,8%), cemas rendah sebanyak 17 orang (36,2%).
Hasil penelitian Sulastien, dkk. (2020) dengan judul: Deskripsi Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa dari

3
33 responden, yang memiliki kecemasan berat sebanyak 21 orang (64%),
kecemasan sedang 8 orang (24%), kecemasan ringan 4 orang (12%).Menurut
penelitian Wakhid dan Suwanti. (2019) dengan judul: Gambaran Tingkat
Kecemasan Pasien Yang Menjalani Hemodialisa di Semarang, menunjukkan
bahwa dari 88 responnden didapatkan yang tidak ada kecemasan sebanyak 11
responden (12,5%), kecemasan sedang sebanyak 20 responden (22,7%) dan
kecemasan berat sejumlah 30 responden (34,1%). Hasil Penelitian
Cukor,et.al.,(2013) dengan judul : Kecemasan dan Kualitas Hidup ESRD
ditemukan dari 30% pasien dengan gangguan kecemasan pada pasien HD
menggunakan perawatan primer gangguan mental yang menunjukkan 19%
prevalensi gangguan kecemasan pada 2316 pasien medis umum
Kecemasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Jika Terjadi
perubahan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa, maka pasien perlu menyesuaikan diri dengan kondisi fisiknya.
Kegagalan dalam menyesuaikan diri akan menimbulkan kecemasan yang
mempengaruhi hidup pasien tersebut (Cahyani, dkk, 2019).
Studi yang menunjukkan terdapat hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas hdup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yaitu
Cahyani, dkk (2016) dengan judul Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan
Kualitas Hidup pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang Menjalani
Hemodialisis di RSD dr.Soebandi Jember dari 30 pasien terdapat 13 orang
(43,33%) yang memiliki kecemasan berat dengan kualitas hidup yang buruk, 9
orang (30%) memiliki kecemasan sedang dengan kualitas hidup yang buruk dan
2 orang (6,67 %) memiliki kecemasan ringan dengan kualitas hidup buruk, 3
orang (10%) memiliki tingkat kecemasan ringan dengan kualitas hidup baik dan 3
orang (10%) memiliki kecemasan sedang dengan kualitas hidup baik.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD Pirngadi Medan
di dapat data jumlah penderita penyakit gagal ginjal kronik pada tahun 2021
sebanyak 8039 penderita. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk
meneliti lebih mendalam mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas
hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD
Pirngadi Medan tahun 2022

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, peneliti dapat


mengidentifikasi rumusan masalah yaitu ”Bagaimana hubungan antara tingkat
kecemasan dengan kualitas hidup pada pasien yang menjalani hemodialisa di
RSUD Dr. Pirngadi”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat


Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal


kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan
Tahun 2022
1.3.2.2 Untuk mengetahui kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2022
1.3.2.3 Untuk menganalisis hubungan kecemasan dengan kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2022
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Rumah Sakit


Untuk menambah informasi tentang tingkat kecemasan dan kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

1.4.2. Manfaat Bagi Pasien


Manfaat yang diperoleh untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pasien serta memotivasi pasien agar rasa kecemasan yang dialami dapat
berkurang dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien

5
1.4.3 Bagi Institusi Poltekkes Medan Jurusan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu referensi tambahan yang
bermanfaat khususnya bagi mahasiswa keperawatan serta dapat dijadikan
bahan informasi bagi peneliti

1.4.4 Manfaat Bagi Penelitian Lanjutan


Menambah referensi tambahan bagi penelitian lanjutan tentang hubungan
tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gagal Ginjal Kronik

2.1.1 Definisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal tahap akhir dimana kemampuan
tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan
elektrolit serta mengarah pada kematian (Padila, 2018). Gagal ginjal kronik
adalah kerusakan ginjal yang berjalan dalam waktu lama dan ditandai dengan
penurunan kemampuan ginjal menyaring darah (Laju Filtrasi Glomerulus /LFG).
Pasien gagal ginjal kronik seringkali tidak mengalami tanda dan gejala , hingga
fungsi ginjal tersisa kurang dari 15 % (Kusuma,2019).

2.1.2 Derajat Gagal Ginjal Kronik

Penyakit gagal ginjal kronik dibedakan dengan jumlah nefron yang masih
berfungsi dalam melakukan filtrasi glomerulus. Nilai laju filtrasi glomerulus yang
rendah menunjukkan stadium yang lebih tinggi terjadinya kerusakan ginjal.
Menurut Cholina (2020) gagal ginjal dibagi menjadi 5 derajat yaitu: Derajat 1
suatu keadaan dimana terjadi kerusakan struktur ginjal tetapi ginjal masih
memiliki fungsi secara normal (GFR >90 ml/min). Derajat 2 suatu keadaan
terjadinya kerusakan ginjal dengan diikuti penurunan fungsi ginjal yang ringan (
GFR 60-89 ml/min). Derajat 3 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal dan
diikuti dengan penurunan fungsi ginjal yang sedang (GFR 30-59 ml/min). Derajat
4 suatu keadaan terjadinya kerusakan ginjal diikuti dengan penurunan fungsi
ginjal yang berat (GFR 15-29 ml/min ). Derajat 5 suatu kondisi ginjal yang disebut
penyakit gagal ginjal kronik (GFR <15 ml/min).

2.1.3 Etiologi Gagal Ginjal Kronik

Menurut Cholina (2020), etiologi gagal ginjal kronik adalah Kerusakan yang
terjadi pada ginjal dapat disebabkan oleh gangguan prerenal, renal, dan post
renal. Pasien yang menderita penyakit seperti Diabetes Melitus (kencing manis),
Glomerulonefritis (infeksi glomeruli), penyakit imun (lupus nefritis), hipertensi

7
(tekanan darah tinggi), penyakit ginjal yang diturunkan (penyakit ginjal herediter),
batu ginjal, keracunan, trauma ginjal, gangguan congenital dan keganasan dapat
mengalami kerusakan ginjal. Penyakit-penyakit ini sebagian besar menyerang
nefron, mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal melakukan penyaringan.
Kerusakan nefron terjadi secara cepat, bertahap dan pasien tidak merasakan
terjadinya penurunan fungsi ginjal dalam waktu yang lama.

2.1.4 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik

Menurut Padila (2018), patofisiologi pada gagal ginjal kronik adalah


penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin
akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga
akan meningkat. Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan
klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal ).
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan
urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko
terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi..
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritpoietin yang tidak mamadai,
memendeknya usia sel darah merah , defisiensi nutrisi , dan kecendrungan untuk
terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran
pencernaan. Eritropoitein yang diproduksi oleh ginjal, menstimulus sumsum
tulang untuk menghasilkan sel darah merah , dan produksi eritropoitein menurun
sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai keletihan, angina, dan
sesak napas. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan
metabolism. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal
balik. Jika salah satunya meningkat, maka fungsi yang lain akan menurun .
Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, maka meningkatkan
kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan
kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid.
Tetapi, gagal ginjal tubuh tidak merespon normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon, sehingga kalsium di tulang menurun, menyebabkan terjadinya
perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga, vitamin D (1,25

8
dihidrokolekalsiferol) yang dibentuk diginjal menurun seiring perkembangan
gagal ginjal.

2.1.5 Tanda dan Gejala Gagal Ginjal Kronis

Cholina (2020) menjelaskan bahwa penderita penyakit gagal ginjal kronis


mengalami gejala-gejala sebagai berikut :

a)Gangguan pada Gastroinfestinal

1) Anorexsia, mual, muntah akibat adanya gangguan metabolisme protein dalam


usus dan terbentuknya zat-zat toksik.
2) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur,yang
kemudian diubah menjadi ammonia oleh bakteri, sehingga napas penderita
berbau ammonia.
3) Cegukan (belum diketahui penyebabnya).

b) Gangguan sistem Hematologi dan kulit


1) Anemia karena kekurangan produksi eritropoetin.
2) Kulit pucat dan kekuningan akibat anemia dan penimbunan urokrom.
3) Gatal-gatal akibat toksis uremik.
4) Trombosittopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah ).
5) Gangguan fungsi kulit (fagositosis dan kematosis berkurang ).

c) Gangguan Sistem saraf dan otak


1) Miopati,kelainan dan hipertropi otot.
2) Ensipalopati metaboli; lemah, tidak bisa tidur, dan konsentrasi terganggu.

d) Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi.
2) Dada terasa nyeri dan sesak napas.
3) Gangguan irama jantung akibat sclerosis dini.
4) Edema.

9
e) Gangguan Sistem Endokrin
1) Gangguan seksual/libido; fertilisasi dan penurunan seksual pada laki-laki serta
gangguan menstruasi pada wanita.
2) Gangguan metabolism glukosa retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

f.Gangguan pada Sistem lain


1) Tulang mengalami osteodistrofi renal.
2) Asidosis metabolik.

2.1.6 Komplikasi

Gagal ginjal kronis menyebabkan berbagai macam komplikasi. Pertama,


hiperkalemia, yang diakibatkan karena adanya penurunan eksresi asidosis
metabolik. Kedua, perikarditis, efusi perikardial, dan temponade jantung. Ketiga,
hipertensi yang disebabkan oleh retensi cairan dan natrium ,serta mal fungsi
sistem renninangioaldosteron. Keempat, anemia yang disebabkan oleh
penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, dan pendarahan
gastrointestinal akibat iritasi. Kelima, penyakit tulang . Hal ini disebabkan oleh
retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah, metabolism vitamin D, abnormal,
dan peningkatan kadar aluminium (Muhammad, 2019).

2.1.7 Manifestasi Klinis Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Menurut Cholina (2020) penyakit gagal ginjal kronik tidak menunjukkan


gejala atau tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi ginjal secara spesifik, tetapi
gejala yang muncul mulai terjadi pada saat fungsi nefron mulai menurun secara
berkelanjutan.Penyakit gagal ginjal kronik dapat mengakibatkan terganggunya
fungsi organ tubuh lainnya. Penurunan fungsi ginjal yang tidak dilakukan
penatalaksanaan secara baik dapat mengakibatkan kematian. Tanda gejala
umum yang sering muncul meliputi :
Darah ditemukan dalam urin, sehingga urin berwarna gelap seperti teh
(hematuria), Urin seperti berbusa (albuminuria), Urin keruh (Infeksi saluran
kemih), Nyeri yang dirasakan saat buang air kecil, Merasa sukit saat berkemih
(tidak lancar), Ditemukan pasir/ batu di dalam urin, Terjadi penambahan atau
pengurangan produksi urin secara signifikan, Nokturia (sering buang air kecil

10
pada malam hari),Terasa nyeri dibaian pinggang/ perut,Pergelangan kaki,kelopak
mata dan wajah oedem (bengkak), Terjadi peningkatan tekanan darah.

2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

Menurut Cholina (2020) pemeriksaan yang diperlukan untuk menetapkan


penurunan fungsi ginjal yaitu :
A.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah dilakukan bertujuan untuk melihat , mengidentifikasi
gangguan kesehatan yang terjadi akibat penurunan fungsi ginjal. Pemeriksaan
urin dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan didalam tubuh menggunakan
urin seperti sel darah merah , sel darah putih , protein dan penyebab infeksi dan
pemeriksaan urin 24 jam meliputi konsentrasi keretinin, dan protein.
B.Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengukur kadar kretinin dan urea
didalam darah. Penurunan fungsi ginjal menunjukkan terjadinya peningkatan
kadar kreatinin dan urea didalam darah. GFR atau kemampuan ginjal melakukan
penyaringan darah dapat dinilai dengan cara mengukur kadar kreatinin serum,
kadar urea nitrogen darah. Kadar serum nitrogen urea darah (BUN) berbanding
terbalik dengan GFR. Ratio normal BUN cretinin 10-15:1 perbandingan >20:1
menyatakan naiknya produksi urea atau mengecilnya volume.
C.Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urin dilakukan untuk mengetahui keadaan ginjal. Pemeriksaan
urin rutin (Urinalisis) terdiri dari analisa kimia untuk mendeteksi protein , kreatinin,
gula dan keton dan analisa mikroskopik untuk mendeteksi sel darah merah dan
sel darah putih. Sel darah dan albumin (sejenis protein) dalam urin, bias menjadi
petunjuk terjadinya kerusakan ginjal .

2.2 Hemodialisa Pada Gagal Ginjal Kronik

2.2.1 Defenisi Hemodialisa

Hemodialisa adalah tindakan cuci darah dengan menggunakan mesin dan


menjadi terapi farmakologi bagi pasien gagal ginjal kronik (Rasyid, 2017).
Hemodialisa merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara mengalirkan

11
darah dari dalam tubuh untuk dialirkan kedalam mesin HD dan dilakukan proses
penyaringan sisa metabolism didalam diazer dengan cara kerja ultrafiltrasi.
Hemodialisa memakan waktu beberapa jam ( 4-5 jam) dan dilakukan secara
berkala (Cholina,2020).

2.2.2 Tujuan Hemodialisa

Tujuan hemodialisa adalah untuk menggantikan fungsi eksresi ginjal yaitu


membuang bahan-bahan sisa metabolism tubuh, mengeluarkan cairan yang
berlebihan dan menstabilkan keseimbangan hemostatik tubuh. (Cholina, 2020)

2.2.3. Proses Hemodialisa Berlangsung

Mesin dialisis mempunyai monitor untuk menjaga agar udara jangan sampai
masuk dalam darah serta menjaga temperatur, tingkat tekanan darah dan
setting. Darah meninggalkan tubuh melalui akses vaskuler. Dua buah jarum
ditusuk pada akses setiap kali dilakukan tindakan hemodialisa, satu jarum
membawa darah kotor keluar tubuh dan jarum lainnya membawa darah bersih
kembali ketubuh. Blood line atau selang membawa darah keluar dan melewati
dialyzer dan kembali ke tubuh. Selang ini tersambung pada jarum akses.
Kemudian darah dipompa melewati dialyzer dengan kecepatan konstan,
kemudian dializer mengeluarkan produk sampah dan cairan berlebih dari tubuh
(Cahyaningsih,2019).

2.2.4 Kelebihan Hemodialisa

Kelebihan dari terapi hemodialisa adalah kondisi pasien terpantau dengan baik,
dapat bertemu dengan pasien Hd lain yang rutin, sehingga dapat berdiskusi
ataupun berbagi pengalaman dalam perawatan penyakit (Kusuma,2019)

2.2.5 Kekurangan Hemodialisa

Kekurangan hemodilalisa adalah kadar hemoglobin cenderung lebih rendah,


pada saat Hd terjadi efek samping seperti kram, menggigil, nyeri dada dll, serta
pasien harus datang 2-3 kali dalam seminggu. (Kusuma, 2019)

12
2.3 Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa

2.3.1 .Defenisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup merupakan pendapat individu mengenai konteks budaya,


harapan, kesenangan dan perhatian yang memiliki hubungan dengan kesehatan
fisik, tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubungan karakteristik lingkungan
serta status psikologi (Rahman, 2016).
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisasi mengalami
penurunan kualitas hidupnya. Kualitas hidup merupakan persepsi subjektif dari
individu terhadap kondiri fisik, psikologis, sosial dan lingkungan dalam kehidupan
sehrai-hari yang dialaminya ( Urifah,2012)

2.3.2 Dimensi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang


Menjalani Hemodialisa

Menurut WHO (2014) mendefenisikan kualitas hidup sebagai persepsi


individu sebagai laki laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya
dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan berhubungan dengan standar hidup
harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep
psikologi, hubungan sosial, dan lingkungan. Dimensi kualitas hidup mencakup :
a.Dimensi Kesehatan fisik
Menurut WHO (2014) mendefenisikan kualitas hidup sebagai persepsi
individu sebagai laki laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya
dan sistem nilai dimana mereka tinggal dan berhubungan dengan standar hidup
harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep
psikologi, hubungan sosial, dan lingkungan.
Dimensi Kesehatan fisik yaitu kesehatan yang dapat mempengaruhi
kemampuan individu untuk melakukan aktivitas. Kesehatan fisik mencakup
aktivitas kehidupan sehari-hari, ketergantungan terhadap obat-obatan serta
bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, nyeri, tidak nyaman , tidur dan
istirahat, dan kapasitas kerja.

13
Gambaran penurunan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa dilihat dari kesehatan fisik terjadi penurunan aktivitas fisik
disebabkan oleh pengaruh uremia pada fungsi otot yang menyebabkan atrofi,
anemia, penyakit tulang, malnutrisi dan kelelahan setelah menjalani hemodialisa
( Brys, et al 2020).

b.Dimensi psikologis
Dimensi psikologis yaitu keadaan mental individu menyesuaikan diri
terhadap berbagai tuntutan dan perkembangan sesuai dengan kemampuannya
.Kesehatan psikologis mencakup citra tubuh dan penampilan, harga diri, berpikir,
belajar , memori , spiritual /agama /keyakinan personal dan konsentrasi.
Kondisi psikologis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa pasien mengalami depresi ,cemas, gangguan mood , perubahan
pola tidur , membuat pasien menarik diri bahkan ada yang berpikir untuk
mengakhiri hidupnya ( Kafkia , et al, 2017).

c.Dimensi hubungan sosial


Dimensi hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau lebih
yang akan mempengaruhi dan mengubah tingkah laku individu lainnya.
Hubungan sosial mencakup hubungan personal, dukungan sosial, aktivitas
sosial. Kondisi hubungan sosial pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa. Jika pasien mendapat dukungan sosial yang rendah dapat
meningkatkan resiko kematian dan mengurangi kepatuhan pengobatan ( Silva, et
al, 2016).

d.Dimensi lingkungan
Dimensi lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya
keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas
kehidupan. Dimensi lingkungan yang buruk pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa, pasien akan merasa keberadaannya ditempat tinggal dan
bekerja sudah kurang dibutuhkan (Suwanti, 2017).

14
2.4 Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik

2.4.1 Defenisi kecemasan

Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan yang ditandai


dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan,tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability / RTA masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi
masih dalam batas-batas normal (Hawari,2021) .
Kecemasan juga dapat didefinisikan pula sebagai suatu kondisi emosional
yang tidak menyenangkan yang datang dari dalam, bersifat meningkatkan,
menggelisahkan, dan menakutkan yang dihubungkan dengan suatu ancaman
bahaya (Jaya, K. 2021).

2.4.2 Tanda dan gejala kecemasan

Kecemasan ditandai oleh rasa ketakutan yang difus,tidak menyenangkan dan


samar-samar. Seringkali disertai oleh gejala otonomik, sepert nyeri kepala,
berkeringat, hipertensi, gelisah, tremor, gangguan lambung, diare, tidak tenang,
gangguan pola tidur, dan gangguan konsentrasi. Seseorang yang cemas
mungkin juga merasa gelisah seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan
untuk duduk atau berdiri lama. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama
kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang (Jaya, K. 2021).

2.4.3 Presipitasi kecemasan (faktor-faktor yang mempengaruhi


kecemasan)

Menurut (Jaya, K. 2021) faktor presipitasi dari kecemasan adalah sebagai


berikut:
1.Ancaman terhdap integritas diri
Ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunkan kapasitas
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2.Ancaman terhadap sistem diri
Membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial. Sedangkan
kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap faktor yang berhubungan

15
dengan kecemasan sangat tergantung pada usia , status kesehatan, jenis
kelamin, pengalaman, sistem pendukung, intensitas stressor dan tahap
perkembangan.

2.4.4 Klasifikasi tingkat kecemasan

Menurut (Jaya, K. 2021) klasifikasi tingkat kecemasan adalah sebagai berikut:


1.Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan tekanan kehidupan sehari hari,
pada tahap ini seseorang menjadi waspada dan lapangan persepsi meningkat.
Pengelihatan, pendengaran dan pemahaman melebihi sebelumnya.Tipe
kecemasan ini dapat memotivasi seseorang untuk belajar dan tumbuh kreatif.
Namun akan membawa dampak pada diri individu yaitu pada kecemasan ini
waspada akan terjadi, mampu menghadapi situasi yang bermasalah, ingin tahu,
mengulang pertanyaan dan kurang tidur.

2.Kecemasan sedang
Fokus perhatian hanya pada yang dekat,meliputi lapangan persepsi
menyempit, lebih sempit dari pengelihatan, pendengaran dan pemahaman orang
lain. Mengalami hambatan dalam memperhatikan hal-hal tertentu, tetapi dapat
melakukan atau memperhatikan hal-hal tertentu bila disuruh, cukup kesulitan
dalam berkonsentrasi, kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa, perubahan
suara atau nada, pernapasan dan denyut nadi meningkat serta tremor.

3.Kecemasan berat
Lapangan pandang atau persepsi individu menurun, hanya memfokuskan
pada hal-hal yang khusus dan tidak mampu berpikir lebih berat lagi, dan
membutuhkan pengaturan atau suruhan untuk memfokuskan pada hal-hal lain,
tidak dapat lebih memperhatikan meskipun diberi instruksi, pembelajaran sangat
terganggu, kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi, penurunan fungsi,
kesulitan untuk memahami situasi yang dihadapi saat ini, kesulitan untuk
memahami dalam berkomunikasi serta takikardi, sakit kepala, mual dan pusing.

16
4.Kecemasan sangat berat
Berhubungan dengan ketakutan. Tahap ini hal-hal kecil terabaikan dan tidak
dapat diatur atau disuruh. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi, tidak
mampu mengintegritaskan pengalaman, tidak fokus pada saat ini, tidak mampu
melihat dan memahami situasi, kehilangan cara untuk mengungkapkan apa yang
dipikirkan.

2.4.5 Alat Ukur Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah


ringan, sedang, berat, dan sangat berat orang menggunakan alat ukur yang
dikenal dengan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri
dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan
gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian
angka (score) <17 Kecemasan ringan, 18-24 Kecemasan sedang, 25-30
Kecemasan berat , Kecemasan sangat berat >30 (Jaya, K.2021) .

2.4.6 Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani


Hemodialisa

Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa akan merasa cemas
yang disebabkan oleh krisis situasional, ancaman kematian, dan harus menerima
kenyataan menjalani terapi hemodialisa sepanjang hidupnya serta memerlukan
biaya yang besar (Rikayoni, 2017).
Kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
pasien akan merasa tidak nyaman, ketergantungan terhadap alat dialisis dan
menjadi individu yang pasif. Pasien yang menjalani terapi hemodialisa sering
mengalami masalah seperti kehilangan pekerjaan dan penghasilan, kehilangan
kebebasan, usia harapan hidup menurun dan kehilangan fungsi seksual
sehingga menimbulkan kemarahan dan mengarah pada suatu kondisi
kecemasan sebagai akibat dari penyakit yang dialaminya.
Menurut Stuart (2013) ada 4 respon tubuh terkait kecemasan yaitu respon
fisiologis, respon perilaku, respon afekti dan respon kognitif.Respon fisiologis
terhadap kecemasan tebagi atas kardiovaskuler, pernapasan , neuromaskuler,

17
gastrointestinal, dan saluran perkemihan . Kardiovaskuler yang meliputi jantung
berdebar, palpitasi, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pernapasan
meliputi nafas menjadi cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, napas dangkal,
senasi tercekik, terengah-engah. Neuromaskuler meliputi , reaksi terkejut,
insomnia, wajah tegang, tremor, dan kelemahan umum. Gastrointestinal meliputi
kehilangan nafsu makan, mual, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri ulu hati,
diare. Saluran perkemihan meliputi tidak dapat menahan kencing. Respon
perilaku meliputi gelisah, ketegangan fisik,reaksi terkejut,bicara cepat, menarik
diri, sangat waspada. Respon kognitif meliputi konsentrasi buruk, pelupa, mimpi
buruk, bingung. Respon afektif meliputi mudah terganggu, rasa bersalah, tidak
sabar, gugup, gelisah, ketakutan dan kekhawatiran.

2.5. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pada


Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa

Kecemasan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa cenderung buruk, hal ini disebabkan oleh kecemasan.
Kecemasan terjadi akibat dari reaksi saraf otonom yang berlebihan dengan
naiknya sistem tonus saraf simpatis, terjadi peningkatan pelepasan katekolamin
dan naiknya norepinefrin. (Jaya, K. 2021). Perangsangan sitem saraf otonom
menyebabkan peningkatan tekanan darah, denyut jantung, dan tingkat respirasi
(Wahyuningsih, 2011). Tekanan darah yang meningkat akan menyebabkan
tekanan dalam ginjal juga meningkat, sehingga terjadinya kerusakan pada nefron
(Peningkatan Interglomerular pressure) yang dapat menyebabkan proteinuria
(adanya protein dalam urin) (KDIGO,2012).
Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan kecemasan
cenderung memiliki kualitas hidup yang buruk, karena mengalami penurunan
kualitas hidup dari domain fisik seperti mudah letih, penurunan nafsu makan dan
keterbatasan beraktifitas juga mengalami penurunan dari domain psikologis
seperti cemas, putus asa dan kehilangan rasa percaya diri (Peng, 2013) serta
dari domain sosial pasien mendapat dukungan sosial rendah dapat mengurangi
kepatuhan pengobatan ( Silva, et al, 2016) dari domain lingkungan pasien akan
merasa keberadaannya ditempat tinggal dan bekerja sudah kurang dibutuhkan
(Suwanti, 2017).

18
Hubungan kecemasan dengan kualitas hidup bersifat dua arah. Kecemasan
sering disebabkan oleh penurunan kualitas hidup yang dialami pasien gagal
ginjal kronik dengan terapi hemodialisa, demikian pula pasien gagal ginjal kronik
dengan terapi hemodialisa yang mengalami kecemasan pada umumnya kualitas
hidupnya akan menurun (Peng, 2015).

2.6 Kerangka Konsep

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu “Hubungan Tingkat Kecemasan


Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Tahun 2022, maka penyusunan kerangka
konsep yang berhubungan dengan hal diatas yaitu :

Variabel Independen : Variabel Dependen

Tingkat Kecemasan Pada Kualitas Hidup Pada


Pasien Gagal Ginjal Kronik Pasien Gagal Ginjal
Yang Menjalani Hemodialisa Kronik Yang Menjalani
-Kecemasan Ringan Hemodialisa
-Kecemasan Sedang -Baik
-Kecemasan Berat -Buruk
-Kecemasan Sangat Berat

Hipotesis : Dari pendahuluan serta tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat
diambil hipotesis, yaitu :”Ada Hubungan antara Tingkat Kecemasan Dengan
Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa.

19
2.7. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Indikator Instrumen Skala Skor


Operasional

Tingkat Kecemasan - Khawatir Kuisioner Ordinal <17 Kecemasan ringan,


Kecemasan adalah yang Hamilton
gangguan alam mendalam Rating Scale
perasaan yang for Anxiety 18-24 Kecemasan sedang
ditandai dengan -Gelisah (HRS-A) yang
perasaan - Gangguan terdiri dari 14
ketakutan atau item
pola tidur 25-30 Kecemasan berat
kekhawatiran pertanyaan
-Gangguan Bila pasien
konsentrasi menjawab
4:Berat sekali >30 Kecemasan sangat
3:Berat berat
2:Sedang
1:Ringan
0:Tidak ada

Kualitas Kualitas hidup Kualitas Kuisioner Ordinal 26-78 (Buruk)


Hidup merupakan hidup pasien Kualitas Hidup
persepsi individu gagal ginjal Menurut WHO
yang mencakup kronik dilihat
yang terdiri 79-130 (Baik)
kesehatan dari : dari 26 item
fisik,psikologis, pertanyaan
sosial dan 1.Kesehatan Bila pasien
lingkungan fisik menjawab
pertanyaan
2.Kesehatan
psikologis positif:
1:Tidak pernah
3.Hubungan 2:Jarang
sosial 3:Kadang
4:Sering
4.Lingkungan 5:Selalu
Pertanyaan
negatif:
5:Tidak pernah
4:Jarang
3:Kadang
2:Seing
1:Selalu

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik korelasi, yaitu penelitian
atau penelaahan hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau
sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala satu
dengan gejala yang lain, atau variable satu dengan variable yang lain
(Notoatmodjo, 2017).
Desain pengambilan data penelitian ini menggunakan pendekatan cross
sectional. Penelitian cross-sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,dengan cara
pendekatan, observasional, atau pengumpulan data sekaligus pada saat yang
bersamaan. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat
pemeriksaan (Notoatmodjo, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2022

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2022

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2022

3.3. Populasi dan Sampel Peneliti

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti


(Notoatmodjo, 2017). Populasinya adalah seluruh penderita gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2022.

21
3.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang ditelliti dan dianggap mewakili seluruh populsi
(Notoatmodjo, 2017). Besar sampel dihitung menggunakan rumus slovin

N
n = -----------
1 + N(e)²
n = Perkiraan jumlah sampel
N = Besar populasi
e = Margin of error

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 8039 orang, maka untuk
mengetahui sampel penelitian dilakukan perhitungan sebagai berikut :
8039
n = --------------
1 + 8039(0,15²)
8039
n = ---------------------
1 + 8039(0,0225)
8039
n = --------------
1 + 180,8775
8039
n = --------------
181,8775
n =44
Maka jumlah responden yang di teliti sebanyak 35 orang dengan :
Kriteria inklusi :
1.Pasien yang bersedia menjadi responden
2.Pasien dapat membaca
3.Pasien dapat menulis

22
4.Pasien mengerti Bahasa Indonesia

Kriteria ekslusi:
1.Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan karakteristik populasi yang sudah diketahui dan ditentukan
sebelumnya (Notoadmodjo, 2018)

3.4.Jenis dan Cara Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dimana
data langsung diperoleh oleh peneliti terhadap sasaran atau responden dengan
menggunakan kuesioner HAR-S untuk mengukur tingkat kecemasan pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjlani hemodialisa menggunakan 14 item
pertanyaan dan kuesioner WHOQOL-BREF untuk mengukur kualitas hidup pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan menggunakan 26
item pertanyaaan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari ruang rekam
medik dan studi kepustakaan .

3.4.2 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam


penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang
akurat, sehingga tanpa mengetahui teknik pengumpulan data peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standart yang ditetapkan (Riyanto,2021)
Cara pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada
responden dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur, dimana peneliti
terlebih dahulu memberikan surat ijin penelitian kepada pihak RS kemudian
peneliti memberikan surat ijin penelitian diruang instalasi Hd setelah diijinkan

23
meneliti dari pihak instalasi ,peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri,
menjelaskan tujuan penelitian dan meminta persetujuan kesediaan menjadi
responden.
a. Instrumen tingkat Kecemasan
Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan adalah
instrumen HAR-S yang terdiri dari 14 item pertanyaan. Instrumen
penilaian menggunakan skala likert 4 poin (0-4). Penilaian pertanyaan
adalah sebagai berikut : panik =4, Berat =3, sedang =2, ringan =1, dan
tidak ada =0
b.Instrumen kualitas hidup
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup adalah instrumen
WHOQOL-BREF. Kuesioner ini terdiri dari 26 item pertanyaan, tetapi hanya 24
item pertanyaan yang diskoring, karena 2 item pertanyaan menanyakan persepi
secara keseluruhan individu tentang kesehatan. Semua pertanyaan berdasarkan
pada skala likert lima poin (1-5). Kuesioner ini menggunakan kuesioner tertutup
dengan 5 alternatif jawaban yang disediakan yaitu “sangat baik, baik, biasa saja,
buruk, dan sangat buruk”. Terdapat 21 pertanyaan positif dan 3 pertanyaan
negatif yaitu no 3,4,26. Penilaian pernyataan positif yaitu “ sangat baik=5, baik=4,
biasa saja =3, buruk=2, dan sangat buruk =1. Sementara pertanyaan negatif
penilaiannya yaitu “ sangat baik=1, baik=2, biasa saja=3, buruk= 4, sangat buruk
=5”. Kisi-kisi kuesioner kualitas hidup tercantum pada tabel berikut
WHOQOL-BREF Nomor pertanyaan Jumlah

1. Domain fisik 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18 7

2. Domain psikologis 7, 11, 19 dan 26 6

3. Domain social 20, 21,dan 22 3

4. Domain lingkungan 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24 dan 25 8

Hasil pengukuran kuesioner kualitas hidup adalah skor total berada pada
rentang 79-130. Interpertasi kualitas hidup yatu semakin tinggi skor kualitas
hidup, maka semakin baik kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa

24
3.5 Pengolahan dan Analisa Data

3.5.1 Pengolahan Data

a. Editing data
Dilakukan pengecekan pada suatu data yang terkumpul, bila terdapat
kesalahan dalam pengumpulan data maka akan diperbaiki. Apabila ada data
yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang
untuk melengkapi data-data tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka
data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam
pengolahan (data missing).
b.Coding
Pemberian kode atau tanda pada setiap data yang telah terkumpul untuk
memperoleh, memasukkan data kedalam table.
c.Scoring
Scoring yaitu menentukan nilai atau skor untuk tiap item item pertanyaan dan
menentukan nilai terendah dan tertinggi. Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan
kode jawaban atau hasil observasi setiap jawaban responden atau hasil
observasi dapat diberikan skor.
d.Data Entry
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpul kedalam master table atau
data base computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
E .Tabulating
Tabulating yakni membuat table-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian
yang diinginkan peneliti

3.5.2 Analisa Data

1.Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian (Notoatmojo, 2012). Penelitian ini disajikan
dalam bentuk distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus:

P= _ x 100

25
n

Keterangan :
P = Persentase
f = Frekuensi
n = jumlah responden yang menjadi sampel

2.Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variable yang diduga atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2012) . Dalam penelitian ini analisa bivariat dillakukan
untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Dua variable tersebut
diadu misalnya mencari hubungan dengan menggunakan korelasi, chi-square.
Apabila nilai p < α (p<0.05) berarti ada hubungan yang signifikan antara kedua
variable yang diteliti ,Ha diterima apabila p > α (p >0,05) berarti tidak ada
hubungan yang signifikan antara keduaya yang diteliti, Ho ditolak .

26
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Penelitian telah dilakukan mengenai “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2022”. Pengumpulan data telah dilakukan pada
tanggal 21 Juni s/d 20 Juli 2022 dengan 44 responden.

4.1.1. Analisa Univariat


Pada penelitian ini, analisa univariat meliputi tingkat kecemasan dan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2

Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Kecemasan PasienGagal Ginjal Kronik Yang


Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi MedanTahun 2022

Tingkat Kecemasan Frekuensi Presentase (%)

Kecemasan ringan 6 13,6

Kecemasan sedang 7 15,9

Kecemasan berat 22 50,0

Kecemasan sangat berat 9 20,5

Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden gagal


ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan
mengalami kecemasan berat sebanyak 22 responden (50,0%)

27
Tabel 4.2 Gambaran Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2022

Kualitas Hidup Frekuensi Persentase

Baik 16 36,4

Buruk 28 63,6

Total 44 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden yang


menjalani terapi hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan memiliki kualitas hidup
yang buruk sebanyak 28 responden ( 63,6%)

4.1.2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat kecemasan


dengan kualitas hidup pada pasiengagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2022”. Analisa bivariat dapat dilihat pada
tabel 4.3

Tabel 4.3 Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pasien


Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2022

Kualitas Hidup Total


Kecemasan Baik % Buruk % F % p-Value

Kecemasan ringan 5 11,4 1 2,3 6 13,6


Kecemasan sedang 6 13,6 1 2,3 7 15,9 0,000
Kecemasan berat 4 9,1 18 40,9 22 50,0
Kecemasan sangat 1 2,3 8 18,2 9 20,5
berat
Total 16 36,4 28 63,6 44 100,0

28
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah responden
berdasarkan tingkat kecemasan dilihat dari kualitas hidup pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi Medan sebanyak
18 responden (40,9%) mengalami kecemasan berat, dan didapatkan juga p-
value 0,000

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani


Hemodialisa

Berdasarkan tabel 4,1 diketahui bahwa yang memiliki tingkat kecemasan berat
lebih banyak daripada tingkat kecemasan ringan, sedang dan sangat berat yaitu
22 responden (50,0%). Oleh karena banyak pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa mengalami kecemasan berat dikarenakan menghadapi
berbagai stressor. Kecemasan berat pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa dikarenakan penusukan jarum saat hemodialisa, takut melihat darah
mengalir saat hemodialisa (Ikbal, 2016). Stressor lain yang menyebabkan pasien
gagal ginjal mengalami kecemasan yaitu masalah finansial, kesulitan dalam
mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta ketakutan
terhadap kematian ( Brunner & Suddarth, 2014).Hal ini sejalan dengan penelitian
Putri, dkk (2020) bahwa pasien gagal ginjal kronik memiliki tingkat kecemasan
berat sebanyak 30 (63,8) responden.
Menurut asumsi peneliti faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah nyeri pada daerah
penusukan saat memulai hemodialisa, masalah finansial dan lama menjalani
hemodialisa. Pasien yang memiliki kecemasan sangat berat merupakan pasien
yang belum lama/ baru menjalani hemodialisa, karena pasien yang sudah lama
menjalani hemodialisa telah mencapai tahap menerima.
Berdasarkan master data ditemukan bahwa mayoritas pasien dengan tingkat
kecemasan yang berat meraskan gejala perasaan cemas (ansietas) seperti
gejala cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah tersinggung.

29
Ada beberapa upaya mengatasi kecemasan yang dilakukan oleh pasien dan
orang terdekat pasien. Upaya tersebut biasanya menggunakan sumber dalam
diri sendiri dengan berbicara dan berbagi pengalaman terhadap sesama pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, melakukan teknik relaksasi,
aktivitas dan olahraga, serta pandangan positif individu dalam menerima penyakit
yang dihadapinya dan pendekatan religius seperti beribadah menurut
keyakinannya dapat memberikan ketenangan bagi pasien yang menjalani
hemodialisa. Adanya peran serta dukungan dari keluarga dan kerabat terdekat
sangat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien. Dukungan emosional yang
diberikan berupa kasih sayang, adanya penopang dan perlindungan orang
terdekat untuk menumbuhkan rasa semangat dan kepercayaan diri yang lebih
baik. (Wurara, 2013) serta dengan memberikan terapi foot message yang
berpotensi mengurangi kecemasan pada aspek mental, dan aspek emosional
(Berman, 2016)

4.2.2 Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani


Hemodialisa

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan mayoritas kualitas hidup pasien gagal


ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yang buruk sebanyak 28 responden
(63,6%). Sedangkan kualitas hidup yang baik pada pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa sebanyak 16 responden (36,4%). Hal ini
menunjukkan bahwa responden miiliki kualitas hidup yang buruk lebih banyak
dari pada responden yang memiliki kualitas hidup yang baik. Penurunan kualitas
hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dari dimensi
fisik seperti terjadi kelelahan, anemia, dan penyakit tulang ( Brys, et al, 2020).
Dimensi psikologis pasien akan merasa hidupnya kurang berarti, merasa
kesepian, putus asa dan tidak menikmati hidup (Suwanti, dkk, 2017). Dari segi
sosial pasien akan kurang aktif dalam bersosialisasi ( Irene, dkk, 2020) dan dari
segi lingkungan pasien akan merasa keberadaannya ditempat tinggal dan tempat
bekerja sudah kurang dibutuhkan (Efrina, dkk, 2022). Hal ini sejalan dengan
penelitian Syafitri (2019) bahwa masih ada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa yang mengalami kualitas hidup yang buruk yaitu sebanyak
28 responden (54,9%).

30
Menurut asumsi peneliti faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien
gagal ginjal yang menjalani hemodialisa adalah psikologis yang berasal dari
dukungan keluarga dan dukungan sosial yang bersifat memberikan perhatian,
memberikan kasih sayang , nasehat, serta dukungan emosional dan pemberian
bantuan materil. Dukungan keluarga dan sosial memberikan ikatan untuk
melindungi pasien terhadap dampak negatif atau kecemasan.
Berdasarkan master data ditemukan bahwa kualitas hidup mayoritas buruk
berada pasa dimensi psikologis yaitu 28 responden (63,6%). Upaya individu
pasien gagal ginjal kronik untuk meningkatkan kualitas hidup dilakukan dengan
self care management dalam pengaturan diet dan pembatasan cairan
(Nurcahayati, dkk, 2016) serta upaya lain untuk meningkatkan kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa dengan pendekatan
secara menyeluruh baik dari keluarga, sosial, lingkungan seta pendekatan
tenaga kesehatan terutama perawat yang memiliki peran sebagai pemberi
asuhan keperawatan, advokasi, konsultan dan pemberi edukasi untuk membantu
pasien mecapai kualitas hidup yang lebih baik (Mailani,2015).

4.2.3. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Pasien


Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat kecemasan


yang berat berada pada kualitas hidup yang buruk yaitu 22 responden
(50,0%).Berdasarkan tabel 4.3 dengan menggunakan uji statistik Chi-Square
dinyatakan ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pada pasien
gagal ginjal konik yang menjalani hemodialisa dengan hasil p-value =0,000
<0.05, Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang berat menyebabkan
kualitas hidup pasien menjadi buruk. Hubungan kecemasan dengan kualitas
hidup bersifat dua arah. Kecemasan sering disebabkaan oleh penurunan kualitas
hidup yang dialami pasien gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisa ,
demikianpula pasien gagal ginjal kronik dengan terapi hemodialisa yang
mengalami kecemasan pada umumnya kualitas hidupnya akan menurun ( Peng,
2015).
Berdasarkan tabel 4.3 pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
memiliki kecemasan yang ringan dengan kualitas hidup yang buruk yaitu 1

31
responden (2,3%). Hal ini menunjukkan ada faktor-faktor lain yang
menyebabkan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisa menjadi buruk yaitu dosis hemodialisa yang tidak sesuai, anemia
yang tidak terkontrol, serta Qb yang rendah (Amaluddin, dkk, 2020)
Oleh karena adanya hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi
Medan tahun 2022 maka perlu ditingkatkan pengendalian kecemasan pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Adapun upaya
pengendalian kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa adalah dengan menerapkan self care management , dukungan
keluarga, sosial dan lingkungan pasien (Tokala, 2015) dan pemberian terapi foot
message oleh perawat (Berman, 2016)

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan


Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang menjalani Hemodialisa dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa banyak
mengalami kecemasan berat yaitu 22 (50,0%) responden di RSUD Dr.
Pirngadi Medan tahun 2022
2. Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mayoritas memiliki
kualitas hidup yang buruk sebanyak 28 (63,6) responden di RSUD Dr.
Pirngadi Medan tahun 2022
3. Ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pada pasien
gagal ginjal kroik yang menjalani hemodialisa di RSUD Dr. Pirngadi
Medan tahun 2022 dengan p-value 0,000 < α = 0,05

5.2. Saran

1. Bagi RSUD Dr. Pirngadi Medan `


Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam peningkatan pelayanan
asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa dengan menangani kecemasan dan kualitas hidup pasien di
RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan upaya pemberian foot message
kepada pasien untuk mengurangi kecemasan pada pasien
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya
mengontrol kecemasan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal
ginjal yang menjalani hemodialisa dengan menerapkan self care
management, memberi dukungan kepada pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa

33
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi setiap pembaca, terutama
mahasiswa Poltekkes Medan mengenai hubungan tingkat kecemasan
dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya, dapat membahas faktor-faktor lain
yang berhubungan dengan kecemasan dan penurunan kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa seperti dosis
hemodialisa yang tidak sesuai, anemia yang tidak terkontrol, serta Qb
yang rendah

34
Daftar Pustaka

Alfiannur, dkk. (2015). Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Tingkat


Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa.
JOM. Volume 2. Nomor 2
Brys, et al. (2020) ‘Daily Physical Activity In Patients On Chronic Haemodialysis
And Its Relation With Fatigue And Depressive Symptoms’, Intenational
Urology And Nephrology. Springer Netherlands, 52(10), pp. 1959-1967.
doi: 10.1007/1255-020-02578-9
Cahyani, dkk. (2019). Relationship Of Family Support With Anxiety Level In
Renal Failure Patients In Hemodialization Ulin Hospital Banjarmasin.
Journal O Nursing And Health Education.
Cahyani. (2016). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup
Pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Yang Menjalani
Hemodialisis DI RSD Dr. Soebandi Jember. Pustaka Kesehatan.
Volume 4. Nomor 2
Cahyaningsih., (2019). Hemodialisis (Cuci Darah) Panduan Praktis Perawatan
Gagal Ginjal , Cetakan Keempat Jogjakarta :Mitra Cendikia Press
Cholina. (2020). Buku Ajar Manajemen Komplikasi Pasien Hemodilisa. Cetakan
Pertama. Yogyakarta : Penerbit Deepublish
Cukor, et. al. (2013) Prevalace Of Depression And Anxiety In Chronic Kidney
Disease Patients On Haemodialysis.
Dabrowska-Bender, M et al. (2018) ‘The impact on quality of life of dialysis
patients wirh renal insufficiency. Patient Preference and Adherence.
Patient Preference and Adherence [revista en Internet] 2018 [acceso 11
julio 2020];12(1):577’, Patient preference and adherence, 12, pp. 577-
583.
Efrina, dkk. (2022). Self Management Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa. Jurnal Penelitian
Perawat Profesional. Volume 4. Nomor 2
Gesualdo, G. et al . (2017) ‘Factors Associated With the Quality of Life of
Patients Undergoing Hemodialysis’, Texto and Contexto – Enfermagem,
26 (2), pp 1 – 10 doi :10.1590/0104-07072017005600015

35
Hawari, Dadang, (2021). Manajemen Stress Cemas dan Depresi, cetakan
keempat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Irene, dkk. (2022). Kualitas Hidup Pasien Dengan Penyakit Ginjal Kronis Dengan
Terapi Hemodialisa Di Rs PGI Cikini. Jurnal Keperawatan Cikini.
Volume 2, Nomor 1
Jaya,K. (2021).Keperawatan Jiwa, Tanggerang Selatan : BINARUPA AKSARA
Publisher
Kafkia, et al. (2017).’ Quality Of Life As It Is Affected By Pain”. International
Journal Of Caring Science, 10(2), p. 108
Kemenkes RI, Balitbankes, (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013
Kemenkes RI, Balitbankes, (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018
Kusuma, Henni., (2019). Buku Panduan Mengenal Penyakit Ginjal Kronis dan
Perawatannya, Cetakan 1 Semarang : Fakultas Kedoteran Universitas
Diponegoro
LV, J, C., Zhang, L, X., (2019). Prevalence and Disease burden of Chrinic Kidney
Disease, Adv Exp Med Biol, Vol 1165, PP3-15, doi :10.1007/978-981-
13-8871-2_1
Muhammad, A., (2019). Serba-Serbi Gagal Ginjal, Tangani Sedini Mungkin
Gangguan Ginjalmu Bersama Buku Ini, Cetakan kedua. Yogyakarta :
Diva Press
Notoatmodjo,S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam, (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan, Jakarta: Salemba Medika
Padila. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Dilengkapi Asuhan
Keperawatan Pada Sistem Cardio, Perkemihan, Integumen,
Persyarafan, Gastrointestinal, Muskuloskletal, Reproduksi dan
Respirasi, Cetakan II, Yogyakarta: Nuha Medika
Palm and Nordquist. (2011) Renal Oxidative Stress, Oxygenation, And
Hypertension. American Journal Of Physiology-Regulatory, Integrative
And Comprative Physiology 301 (5), R1129-R1241, 2011
Peng. (2015). Hyperglycemia, p%3, and mitochondrial Pathway Of Apoptosis Are
Involved In The Susceptibility Of Diabetic Models To Ischemic Acute
Kidney Injury. Kidney International 87 (1), 137-150, 2015

36
Putri, dkk. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Kebutuhan Spiritual
Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam
Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD Bangkinang.Juenal Ners.
Volume 4, Nomor 2
Putri. (2014). Gambaran Kualitas HIdupp Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Terapi Continuous Ambulatory Peritoneal dialysis Di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau Menggunakan Kuesioner KDQOL-SF
Rahman. A . dkk. (2016). Hubungan Antara Lama Menjalani Hemodialisis
Dengan Kualitas Hidup Pasien Yang Menjalani Hemodialisa Di Unit
Hemodialisis RSUP. Prof. Dr. R .D. Kondou Manado. Jurnal e-Clinic.
Volume 4, Nomor 1
Rasyid, Haerani, (2017). Ginjalku Ginjalmu Mengenal Lebih Jauh Penyakit Ginjal
Kronik dan Pengaturan Gizinya. Makassar: MediaQita Foundation
Kompleks Gerhana Allauddin Mas
Silva, et al. (2016) ‘Suporte Social De Adultos E Idosos Renais Cronicos em
Hemodialise, Revista Latino-Americana de Enfermagem, 24
Siregar, Cholina Trisha, (2020). Buku Ajar Manajemen Komplikasi Pasien
Hemodialisa, Cetakan Pertama. Yogyakarte : Grup Penerbitan CV Budi
Utama
Sulastien, dkk. (2020) Deskripsi Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Yang Menjalani Hemodialisa. Jurnal Keperawatan dan
Kebidanan
Suwanti, dkk. (2019). Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Yang Menjalani
Hemodialisa Di Semarang . Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ) : Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. Volume 5. Nomor 2
Syafitri. (2019). Gambaran Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa Di Rumah Sakit Tingkat III Dr. Reksodiwiryo
Urifah. (2012). Hubungan Antara Strategi Koping Dengan kualitas Hidup Pada
Pasien Skizofrenia Remisi Simptom. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental I
Wahyuningsih. (2011). Pengaruh Terapi Suportif Terhadap Kemampuan
Keluarga Merawat Klien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang Menjalani
Hemodialisa Di Rumah Sakit Pelani Jakarta

37
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertada tangan dibawah ini:

Nama :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi responden di


penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program studi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Medan atas nama: Dorothy Angelina Tambunan

Dengan Judul: Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pada


Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Pirngadi
Medan Tahun 2022. Demikian surat ini saya buat dengan sukarela tanpa
paksaan dari pihak manapun dan kiranya dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Medan, 2022

Responden

( )

38
Kuisioner Kualitas Hidup Menurut WHO

Karakter responden :
Nama/Insisial :
No Responden :
Jenis Kelamin :
Usia :
Status Pernikahan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Lama Menjalani Hemodialisa :

Pertanyaan 1 dan 2 melengkapi tentang kualitas hidup secara menyeluruh


Domain 1-Fisik terdapat pada pertanyaan no 3,4,10,15,16,17,18

Domain 2-Psikologis terdapat pada pertanyaan nomor 5,6,7,11,19,26

Domain 3-Hubungan sosial terdapat pada ertanyaan nomor 20,21,22

Domain 4-Lingkungan terdapat pada pertanyaan nomor 8,9,12,13,14,23,24,25

No Sangat Buruk Biasa biasa Baik Sangat


saja
Buruk baik

1 Bagaimana 1 2 3 4 5
menurut anda
kualitas hidup
anda?

No Sangat Tidak Biasa biasa Memuaskan Sangat


tidak memuaskan saja
memuas
memuaskan kan

39
2 Berapa puas anda 1 2 3 4 5
terhadap
kesehatan anda?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-
hal berikut ini dalam empat minggu terakhir

No Tidak Sedikit Dalam Sering Dalam


sama jumlah jumlah
sekali sedang berlebihan

3 Seberapa jauh 5 4 3 2 1
rasa sakit fisik
anda mencegah
anda dalam
beraktivitas sesuai
kebutuhan anda?

4 Seberapa sering 5 4 3 2 1
anda membuthkan
terapi medis untuk
dapat berfungsi
dalam kehidupan
sehari-hari?

5 Seberapa jauh 1 2 3 4 5
anda menikmati
hidup anda?

6 Seberapa jauh 1 2 3 4 5
anda merasa hidup
anda berarti?

7 Seberapa jauh 1 2 3 4 5
anda mampu

40
berkonsentrasi?

8 Secara umum 1 2 3 4 5
seberapa jauh
anda rasakan
dalam kehidupan
anda sehari-hari?

9 Seberapa sehat 1 2 3 4 5
lingkungan dimana
anda tinggal?

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini
dalam 4 minggu terakhir?

Tidak Sedikit Sedang Seringkali Sepenuhnya


sama dialami
sekali

Apakah anda 1 2 3 4 5
10 memiliki cukup
uang untuk
memenuhi
kebutuhan anda?

11 Apakah anda 1 2 3 4 5
dapat menerima
penampilan tubuh
anda?

Apakah anda
memiliki cukup
12
uang untuk
memenuhi
kebutuhan tubuh
anda?

41
13 Seberapa jauh 1 2 3 4 5
ketersediaan
informasi bagi
kehidupan anda
dari hari ke hari?

14 Seberapa sering 1 2 3 4 5
anda memiliki
kesempatan untuk
bersenang-
senang/rekreasi?

15 Seberapa baik 1 2 3 4 5
kemampuan anda
dalam bergaul?

Sangat Tidak Biasa Memuaskan Sangat


Tidak memuas- biasa saja memuaskan
Memuask kan
an

16 Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan tidur
anda?

17 Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kemampuan anda
untuk menampilkan
aktivitas kehidupan
anda sehari-hari?

42
18 Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kemampuan anda
untuk bekerja?

19 Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan diri
anda?

20 Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
hubungan
personal/sosial
anda?

21 Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
kehidupan seksual
anda? Seberapa
puaskah anda
dengan kehidupan
seksual anda?

22 Seberapa puaskah 1 2 3 4 5
anda dengan
dukungan yang
anda peroleh dari
teman anda?

Seberapa 1 2 3 4 5
puaskah anda
23
dengan dukungan
yang anda
peroleh dari

43
teman anda?

24 Seberapa 1 2 3 4 5
puaskah anda
denganakses
pada pelayanan
kesehatan?

25 Seberapa 1 2 3 4 5
puaskah anda
dengan
transportasi yang
harus anda
jalani?

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau


mengalami hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir?

No Sangat Tidak Biasa biasa Memuaskan Sangat


tidak
memuaskan saja memuaskan
memuaskan

26 Seberapa sering 5 4 3 2 1
anda memiliki
perasaan
negative seperti
putus asa,
cemas,kesepian
dan depresi?

Domain Penilaian skor setiap domain Skor mentah

Domain 1 (6-Q3)+(Q4)+Q10

44
+Q15+Q16+Q17+Q18

Domain 2 Q5+Q6+Q7+Q11+

Q19+(6-Q26)

Domain 3 Q20+Q21+Q22

Domain 4 Q8+Q9+Q12+Q13+

Q14+Q23+Q24+Q25

45
KUESIONER TINGKAT KECEMASAN

Hamiliton Rating Scale For Anxiety (HRS-A)

Karakter responden :
Nama/Insisial:
No Responden :
Jenis Kelamin:
Usia :
Status Pernikahan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Lama Menjalani Hemodialisa :
Petunjuk:
Skor : 0=Tidak ada gejala sama sekali
1=Ringan (Satu gejala dari pilihan yang ada)
2=Sedang ( Separuh dari gejala yang ada)
3=Berat (Lebih dari separuh dari gejala yang ada)
4=Berat sekali (Semua gejala ada)
Total skor : <17 Kecemasan ringan
18-24 Kecemasan sedang
25-30 Kecemasan berat
>Kecemasan sangat berat
Berilah tanda silang (X) pada kolom nilai angka(score) penilaian 0 jika tidak ada
gejala sama sekali,1 jika gejala ringan,2 jika gejala sedang,3 jika gejala berat,4
jika gejala sangat berat.

Nilai Angka (score)


NO Gejala Kecemasan
0 1 2 3 4

1. Perasaan cemas (ansietas)


- Cemas
- Firasat buruk
- Takut akan pikiransendiri
- Mudah tersinggung

46
2. Ketegangan
- Merasa tegang
- Lesu
- Tidak bisa istirahat tenang
- Mudah terkejut
- Mudah menangis
- Gemetar
- Gelisah
3. Ketakutan
- Pada gelap
- Pada orangasing
- Ditinggal sendiri
- Pada binatang besar
- Pada keramaian lalu lintas
- Pada kerumunan orang banyak
4. Gangguan tidur
- Sukar masuk tidur
- Terbangun malam hari
- Tidur tidak nyenyak
- Bangun dengan lesu
- Banyak mimpi-mimpi
- Mimpi buruk
-Mimpi menakutkan

5 Gangguankecerdasan
- Daya ingat buruk
- Sulit berkonsetrasi
Sering bingung

47
6. Perasaan depresi (murung)
- Hilangnya minat
- Berkurangnya kesenangan pada hobi
- Sedih
- Bangun dinih ari
- Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
.7. Gejala somatik/fisik(otot)
- Nyeri otot
- Kaku
- Kedutan otot
- Gigi merutuk
- Suara tidak stabil
8. Gejala somatik/fisik (sensorik)
- Tinitus(telinga berdengung)
- Penglihatan kabur
- Wajah merah atau pucat
- Merasa lemas
- Perasaan ditusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah)
- Takikardia(denyut jantungcepat)
- Berdebar-debar
- Nyeri di dada
- Denyut nadimengeras
- Rasa lesu/lemas seperti maupingsan
Detak jantung menghilang (berhenti
sekejap)

48
10. Gejala resporatori (pernafasan)
- Rasa tertekan atau sempit didada
- Rasa tercekik
- Nafas pendek atau sesak
- Sering menarik nafas panjang
11. Gejala gastrointestinal(pencernaan)
- Sulit menelan
- Mual muntah
- Berat badan menurun
- Konstipasi (sulit BAB)
- Perut melilit
- Gangguan pencernaan
- Rasa panas diperut
12. Gejala urogenital(perkemihan dan kelamin)
- Sering BAK
- Tidak dapat menahan air seni
- Tidak datang bulan(tidak ada haid)
- Darah haid berlebihan
- Darah haid amat sedikit
- Masa haid berkepanjangan
- Masa haid amat pendek
- Haid beberapa kali dalam sebulan
- Menjadi dingin(frigid)
- Ejakulasi dini
- Ereksi melemah
- Ereksi hilang
- Impoten

49
13. Gejala pegetatif atau otonom
- Mulut kering
- Muka merah
- Mudahberkeringat
- Kepala pusing
- Kepala terasa berat
- Kepala terasa sakit
- Bulu-bulu rima berdiri
Apa ada rasakan
14.
- Gelisah
- Tidak tenang
- Mengerutkan dahi muka menegang
- Tonus/ketegangan otot meningkat
- Nafas pendek

50
51
52
53
54
55
56
57
T.Kecemasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kecemasan ringan 6 13.6 13.6 13.6
Kecemasan sedang 7 15.9 15.9 29.5
Kecemasan berat 22 50.0 50.0 79.5
Kecemasan sangat 9 20.5 20.5 100.0
berat
Total 44 100.0 100.0

KualitasHidup
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 16 36.4 36.4 36.4
Buruk 28 63.6 63.6 100.0
Total 44 100.0 100.0

T.Kecemasan * KualitasHidup Crosstabulation


KualitasHidup
baik Buruk Total
T.Kecemasan Cemas ringan Count 5 1 6
% of Total 11.4% 2.3% 13.6%
Cemas sedang Count 6 1 7
% of Total 13.6% 2.3% 15.9%
CEmas berat Count 4 18 22
% of Total 9.1% 40.9% 50.0%
Cemas sangat berat Count 1 8 9
% of Total 2.3% 18.2% 20.5%
Total Count 16 28 44
% of Total 36.4% 63.6% 100.0%

58
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 18.711 3 .000
Likelihood Ratio 19.393 3 .000
Linear-by-Linear Association 14.455 1 .000
N of Valid Cases 44
a. 5 cells (62.5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.18.

59
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL KTI :HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN


KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL
KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA
DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2022
NAMA MAHASISWA : Dorothy Angelina
Ang Tambunan
NIM :P07520119114
NAMA PEMBIMBING :Agustina Boru Gultom S,Kp, M.Kes

No. Hari/Tanggal Materi Bimbingan Saran Tanda Tangan

Mahasiswa Pembimbing

1. 08/12/2021 Bimbingan Judul Perbaikan


dan Baca Jurnal judul KTI

2. 10/12/2021 Pengajuan Judul ACC judul


dan ACC Judul KTI

3. 28/01/2022 Bimbingan BAB 1 Memperbaiki


BAB 1

4. 10/02/2022 Bimbingan BAB 2 Memperbaiki


BAB 2

5. 17/02/2022 Bimbingan online Memperbaiki


BAB 2 dan BAB 2
Kerangka konsep

60
6. 24/02/2022 Bimbingan BAB Memperbaiki
1,2, dan 3 BAB 3

7 04/03/2022 Bimbingan BAB 3 Memperbaiki


dan pembuatan BAB 3 dan
kuesioner pencarian
kuesioner

8 09/03/2022 ACC Proposal ACC BAB 1,2


dan 3

9 24/04/2022 Bimbingan Memperbaiki


revisian BAB 1,2,dan
3

10 23/05/2022 Bimbingan Bab 4 Memperbaiki


BAB 4

11 27/05/2022 Bimbingan Bab 4 Memperbaiki


dan 5 BAB 4 dan 5

12 30/05/2022 Bimbingan Bab Memperbaiki


4,5 dan abstrak BAB 4 dan 5
serta Abstrak

13 31/05/2022 Bimbingan Bab 5 Memperbaiki


dan Abstrak Bab 5 dan
Abstrak

61
14 02/06/2022 Bimbingan Abstrak Memperbaiki
Abstrak

15 17/06/2022 ACC Karya Tulis Acc Karya


Ilmiah Tulis Ilmiah

Medan, 17 Juni 2022


Kaprodi

(Afniwati, S.Kep, Ns, M.Kes )


NIP. 196610101989032002
32002

62
63

Anda mungkin juga menyukai