Anda di halaman 1dari 73

SKRIPSI

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS


TANJUNGANOM NGANJUK TAHUN 2022

ANDINI WIDIYANTI
NIM. 18650193

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2022
SKRIPSI

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS


TANJUNGANOM NGANJUK TAHUN 2022

ANDINI WIDIYANTI
NIM. 18650193

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

2022

ii
SKRIPSI

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS


TANJUNGANOM NGANJUK TAHUN 2022

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
pada Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Kadiri

ANDINI WIDIYANTI
NIM. 18650193

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Apt. Nur Fahma Laili, M.Farm Datin An Nisa Sukmawati, Msc


NIDN. 0706079102 NIDN. 0705129003

iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Gambaran Kualitas Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas


Tanjunganom Nganjuk tahun 2022

Penyusun : Andini Widiyanti

NIM : 18650193

Pembimbing I : Apt. Nur Fahma Laili, M.Farm

Pembimbing II : Datin An Nisa Sukmawati, M.Sc

Disetujui oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Apt. Nur Fahma Laili, M.Farm Datin An Nisa Sukmawati, M.Sc


NIDN. 0706079102 NIDN. 0705129003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kadiri

Apt. Mujtahid Bin Abd Kadir, M.Farm


NIDN. 0714039101

iv
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI

Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan


Program Studi Farmasi Universitas Kadiri, diperkenankan untuk dipakai sebagai
referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan
sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan hak milik
Program Studi Farmasi Universitas Kadiri.

v
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Andini Widiyanti

NIM : 18650193

Tempat, Tanggal lahir : Nganjuk, 26 Januari 2000

Alamat : Jalan Ciliwung VI, Kel. Werungotok, Kec.


Nganjuk, Kab Nganjuk

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis dengan


judul ‟Gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom
Nganjuk tahun 2022” Adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan plagiarism maka
saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan maupun pencabutan
gelar akademik. Dan jika pihak lain yang mengklaim sebagai tulisannya yang saya
jiplak maka saya akan mempertanggungjawabkan sendiri tanpa melibatkan Dosen
Pembimbing dan atau Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa adanya
pemaksaan dari pihak manapun.

Kediri,……………………….

Andini Widiyanti
NIM. 18650193

vi
ABSTRAK

Gambaran Kualitas Hidup Pasien Hipertensi di Puskesmas


Tanjunganom Nganjuk Tahun 2022

Andini Widiyanti
Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kadiri

Semakin bertambahnya usia seseorang akan semakin rentang mengalami


sakit salah satunya hipertensi. Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan
darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90 mmHg. Penanganan
dan pencegahan hipertensi yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup pada
pasien hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kualitas
hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian
deskriptif analisis. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 144 orang sedangkan
sampel dalam penelitian ini sebanyak 105 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik porpusive sampling lebih tepatnya metode simple random
sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
Hasil penelitian ini menunjukan gambaran kualitas hidup pasien hipertensi
di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk tahun 2022 adalah sebagai berikut : hampir
setengahnya (37%) pasien hipertensi berusia pada rentang usia 45-55 tahun atau
dikenal dengan usia lansia awal, sebagian besar (64%) pasien hipertensi berjenis
kelamin laki-laki, hampir setengahnya (49%) pasien hipertensi berpendidikan SD,
hampir setengahnya (44%) pasien hipertensi bekerja sebagai petani, sebagian
besar (74%) pasien hipertensi memiliki pengetahuan tentang hipertensi berada
pada kategori sedang dan sebagian besar (73%) pasien hipertensi memiliki
kepatuhan minum obat anti hipertensi berada pada kategoti kepatuhan sedang.
Kesimpulan penelitian ini menunjukan kualitas hidup pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk sudah cukup bagus dimana pengetahuan
hipertensi berada pada kategori sedang dan kepatuhan minum obat anti hipertensi
berada pada kategori sedang. Saran dalam penelitian ini perlu diberikan edukasi
mengenai hipertensi dan perlu dikontrol kepatuhan meminum obat anti hipertensi
pada pasien hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi, Kualitas Hidup, Puskesmas

vii
ABSTRACT

Overview of the Quality of Life of Hypertensive Patients at


Tanjunganom Nganjuk Health Center in 2022

Andini Widiyanti
Pharmacy Study Program, Faculty of Health Sciences, Kadiri University

 
The older a person gets, the more likely they are to experience illness, one
of which is hypertension. Hypertension is a condition in which systolic blood
pressure > 140 mmHg and diastolic blood pressure > 90 mmHg. Good
management and prevention of hypertension can improve the quality of life in
hypertensive patients. The purpose of this study was to describe the quality of life
in hypertensive patients at Tanjunganom Nganjuk Public Health Center.
This research includes quantitative type of research descriptive analysis.
The population in this study were 144 people while the sample in this study was
105 people. The sampling sampling technique used purposive method , more
precisely the simple random sampling Data analysis in this study used descriptive
analysis.
The results of this study show that the description of the quality of life of
hypertensive patients at the Tanjunganom Nganjuk Health Center in 2022 is as
follows: almost half (37%) of hypertensive patients are in the age range of 45-55
years or known as early elderly age, most (64%) of hypertensive patients male,
almost half (49%) of hypertensive patients had elementary school education,
almost half (44%) of hypertensive patients worked as farmers, most (74%) of
hypertensive patients had knowledge of hypertension in the medium category and
most (73 %) hypertensive patients have adherence to taking antihypertensive
drugs are in the category of moderate adherence.  
The conclusion of this study shows that the quality of life of hypertensive
patients at the Tanjunganom Nganjuk Health Center is quite good where
knowledge of hypertension is in the moderate category and adherence to taking
antihypertensive drugs is in the moderate category. Suggestions in this study need
to be given education about hypertension and it is necessary to control adherence
to taking antihypertensive drugs in hypertensive patients.

Keywords : Hypertension, Quality of Life, Puskesmas

viii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN............................................................................................i
SAMPUL DALAM..........................................................................................ii
PRASYARAT GELAR SARJANA.................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI..............................................................iv
PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI..........................................................v
PERYATAAN ORISINALITAS......................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................vii
ABSTRAC........................................................................................................viii
DAFTAR ISI....................................................................................................ix
DAFTAR TABEL............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi..........................................................................................6
2.1.1 Pengertian Hipertensi.....................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi.....................................................................6
2.1.2.1 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Derajat Hipertensi..............6
2.1.2.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Derajat Penyebab................7
2.1.3 Gejala Hipertensi............................................................................7
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hipertensi...............................7

ix
2.1.5 Komplikasi Hipertensi....................................................................8
2.1.6 Penatalaksanaan Hipertensi............................................................9
2.1.7 Strategi Pengobatan Hipertensi......................................................12
2.2 Kualitas Hidup...................................................................................13
2.2.1 Pengertian Kualitas Hidup.............................................................13
2.2.2 Aspek-Aspek dalam Kualitas Hidup..............................................14
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.........................15
2.3 Konsep Puskesmas............................................................................16
2.3.1 Pengertian Puskesmas....................................................................16
2.3.2 Fungsi Puskesmas..........................................................................16
2.3.3 Rungan Lingkup Pelayanan Puskesmas.........................................17
2.4 Penelitian sebelumnya ......................................................................17
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian........................................................................19
3.2 Populasi,Sample,Besar Sample dan Teknik Pengambilan Sample...19
3.2.1 Populasi..........................................................................................19
3.2.2 Sample............................................................................................19
3.2.3 Teknik Pengambilan Sample..........................................................19
3.3 Variabel Penelitian............................................................................20
3.4 Definisi Operasional Penelitian.........................................................20
3.5 Instrument Penelitian.........................................................................21
3.6 Alat dan bahan Penelitian..................................................................22
3.7 Lokasi dan waktu penelitian..............................................................23
3.8 Prosedur pengambilan dan pengumpulan data Penelitian................23
3.9 Pengolahan data Penelitian................................................................24
3.10 Analsis data.....................................................................................25
BAB 4 DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...............................................................27

x
4.2 Data Penelitian..................................................................................28
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...................................28
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...................28
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan........................29
4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan..........................29
4.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan......................30
4.2.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepatuhan.........................30
4.3.Pembahasan.......................................................................................31
4.3.1 Usia pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom.......................31
4.3.1 Jenis Kelamin pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom.......31
4.3.1 Pendidikan pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom............32
4.3.1 Pekerjaan pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom..............33
4.3.1 Pengetahuan pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom..........34
4.3.1 Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom...............................................................35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Definisi Operasional...............................................................20

Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia............................28

Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis kelamin.............28

Tabel 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan.................29

Tabel 4.4. Karakteristik Responden berdasarkan Pekerjaan...................29

Tabel 4.5. Karakteristik Responden berdasarkan Pengetahuan..............30

Tabel 4.6. Karakteristik Responden berdasarkan Kepatuhan..................30

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Strategi Pengobatan Pasien Hipertensi...............................13

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian..............................................41

Lampiran 2 Lembar Imformed Consent..................................................42

Lampiran 3 Kuisioner Penelitian.............................................................43

Lampiran 4 Tabulasi data penelitian.......................................................47

Lampiran 5 Analisis SPSS......................................................................50

Lampiran 6 Surat Persetujuan Penelitian................................................52

Lampiran 7 Surat Keterangan telah melakukan penelitian.....................53

Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian.......................................................54

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit dengan peningkatan tekanan darah dimana
sistolik lebih dari 140 mmHg dan distolik lebih atau sama dengan 90 mmHg dengan
tanpa mengkonsumsi obat antihipertensi (JNC VIII). Hipertensi sering disebut
dengan silent killer karena penderita hipertensi tidak merasakan keluhan apapun
dan tidak mengetahui bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi
merupakan suatu penyakit yang tergolong kronis akan tetapi penyakit ini sering
tidak memunculkan gejala yang khas. Kesehatan yang berkaitan dengan gaya
hidup sering menjadi salah satu faktor bagi seseorang mengidap penyakit
hipertensi (Ardiasyah, 2012).
Menurut American Society of Hypertension (ASH) hipertensi adalah
suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat
dari kondisi lain yang kompleks dan saling berhubungan. Hipertensi merupakan
penyakit multifaktral akibat interaksi dari faktor genetik dan faktor lingkungan.
Hipertensi sendiri diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu hipertensi primer
(esensial) yang belum diketahui penyebab pastinya dan hipertensi sekunder yang
dapat disebabkan oleh penyakit seperti ginjal, jantung, endoktrin dan gangguan
kelenjar adrenal (Nuraini, 2015).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki prevalensi
hipertensi yang tinggi. Pada hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 / RISKESDAS 2018 di
Indonesia penderita hipertensi mencapai 34,1 %, hal ini menunjukkan adanya
peningkatan dari tahun 2013 yang memiliki presentase 25,8 %. Hasil riset didapatkan
berdasarkan pengukuran tekanan darah pada penduduk usia ≥ 18 tahun. Di Jawa
Timur penderita hipertensi yang diukur melalui diagnosis dokter atau minum obat
antihipertensi pada usia ≥ 18 tahun mencapai 36,2 %. Di malang penderita
hipertensi cukup tinggi dengan presentase 41,8 % (RISKESDAS, 2019).
Hipertensi adalah masalah yang sangat populer di kalangan kesehatan di
dalam negeri maupun di luar negeri karena penyakit ini menjadi faktor resiko utama
dari berbagai penyakit kardiovaskuler dan penyakit stroke. Di dunia hipertensi
diperkirakan dapat menyebabkan sekitar 7,5 juta yang mengalami kematian atau
2

sekitar 12,8 % dari total terjadinya kematian. Pada saat ini hipertensi adalah
penyakit yang sangat besar di Indonesia karena sering dijumpai di pelayanan
kesehatan (Yulanda et al, 2017).
Hipertensi sering terlambat diketahui oleh penderita, biasanya penderita
mengetahui setelah terdapat indikasi keluhan hingga komplikasi. Hipertensi
memerlukan penanganan seumur hidup dikarenakan hipertensi hanya dapat dikontrol
agar tidak menimbulkan komplikasi. Pengontrolan ini sangat penting terutama pada
hal-hal yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah. Penyakit hipertensi dapat
berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Seseorang yang menderita hipertensi
akan mengalami keterbatasan dalam beraktivitas yang disebabkan oleh penyakitnya.
Apabila hal tersebut dibiarkan akan dapat semakin memperburuk derajad
kesehatannya dan memperburuk kualitas hidupnya (Muchid Abdul, 2016).
Menurut penelitian Uswatun Khasanah & Kris Linggardini (2020)
menyatakan ada 4 responden memiliki hipertensi dengan kualitas hidup buruk
dengan skala 15 dengan karakteristik usia 60-70 tahun dan ke-4 responden
mengalami hipertensi derajat I (Uswatun Khasanah & Kris Linggardini, 2020).
Hasil penelitian Vivian Nurmalia et al (2019) menyatakan bahwa tingkat
kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi berada pada kategori
tinggi sebesar 64,4%, kategori kepatuhan sedang sebesar 28,9% dan kategori
kepatuhan rendah sebesar 6,7%. Sedangkan kulitas hidup pasien hipertensi berada
pada kategori baik sebesar 93,3% dan kualitas hidup pasien hipertensi pada
kategori kurang sebesar 6,7%. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan
antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan kualitas hidup pasien
hipertensi (Vivian Nurmalia et al, 2019).
Menurut penelitian Ela Pangestuti et al (2022) menyatakan bahwa
Kualitas hidup secara umum buruk (48,5%), Kesehatan tidak memuaskan
(47,9%), Kualitas hidup Kesehatan fisik buruk (40,9%), kualitas hidup psikologis
buruk (39,4%), kualitas hidup personal sosial buruk (42,4%), kualitas hidup
lingkungan buruk (36,4%). Hasil penelitian menggambarkan bahwa tidak terdapat
lansia dengan hipertensi yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini
mengindikasikan adanya penurunan kualitas hidup lansia dengan hipertensi.
Lansia yang kurang dukungan keluarga, menyebabkan lansia merasa tertekan
3

akibat menyendiri sehingga harapan hidupnya kurang baik, dan mempengaruhi


kualitas hidupnya menjadi tidak baik (Ela Pangestuti et al, 2022).
Menurut penelitian Maria Krisensia Bota (2017) yang meneliti tentang
gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman
menyatakan bahwa kualitas hidup pasien hipertensi didominasi oleh kualitas
hidup buruk yaitu 40 orang (61,5%) dan sisanya kualitas hidup baik sebanyak 25
orang (38,5%). Kesimpulan: Gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di
Puskesmas Gamping 1 didominasi oleh kualitas hidup buruk yaitu 40 orang
(61,5%) (Maria Krisensia Bota, 2017).  
Menurut penelitian Fahriza et al (2019) menyatakan bahwa Gambaran
kualitas hidup pada pasien hipertensi di puskesmas air putih samarinda,
menunjukan responden yang memiliki kualitas hidup Sedang sebanyak 64
responden (86.5%), Yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 10 responden
(13.5%). Kesimpulan : Kuliatas Hidup pasien hipertensi yang memiliki kualitas
hidup Sedang sebanyak 64 responden (86.5%), Yang memiliki kualitas hidup baik
sebanyak 10 responden (13.5%) (Fahriza et al, 2019).
Berdasarkan survey peneliti di Puskesmas Tangjunganom Nganjuk pada
tanggal 20 Januari 2022 didapatkan jumlah pasien hipertensi pada 3 bulan terakhir
sebanyak 144 orang. Sedangkan berdasarkan survey wawancara peneliti dengan
10 pasien hipertensi, 8 dari 10 pasien hipertensi mengatakan kurang paham akan
apa itu hipertensi, tanda dan gejala serta pencegahannya. Bahkan 9 dari 10
penderita hipertensi mengatakan karena penyakit hipertensi yang diderita maka
sulit untuk melakukan aktifitas dan kebanyakan berada dirumah.
Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti ingin untuk melihat
bagaimana karakteristik pasien hipertensi dengan melihat distribusi frekuensi
pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk sehingga peneliti
mengajukan judul penelitian dengan judul “Gambaran Kualitas Hidup Pasien
Hipertensi Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk tahun
2022”.
4

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kualitas hidup
pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk tahun 2022.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik usia pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022.
2. Mengidentifikasi karakteristik jenis kelamin pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022.
3. Mengidentifikasi karakteristik pendidikan pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022.
4. Mengidentifikasi karakteristik pekerjaan pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022.
5. Mengidentifikasi karakteristik pengetahuan hipertensi pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk tahun 2022.
6. Mengidentifikasi karakteristik sikap terhadap hipertensi pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk tahun 2022.

1.4. Manfaat penelitian


1.4.1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan dapat menjadi bahan
bacaan ataupun informasi kepada mahasiswa tentang gambaran kualitas hidup
pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk.
1.4.2. Manfaat praktis
1. Bagi peneliti
Sebagai tantangan baru bagi peneliti untuk memberikan inovasi dan kreatifitas
serta menerapkan ilmu yang sudah diterima selama perkulihan tentang
gambaran kualitas hidup pasien hipertensi.
5

2. Bagi Pasien hipertensi


Pasien lebih mengetahui mengenai karakteristik apa saja yang paling
dominan dalam meningkatkan kualitas hdup pada pasien hipertensi.
3. Bagi Puskesmas
Puskesmas dapat mengetahui gambaran kualitas hidup pasien hipertensi,
sehingga dapat menjadi data dasar dalam meningkatkan kualitas hidup pada
pasien hipertensi.

1.5. Batasan Penelitian


Batasan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Peneliti tidak memberikan saran kepada responden untuk menerapkan
aktivitas fisik yang baik guna memperoleh kualitas hidup yang baik.
2. Peneliti tidak memberikan saran kepada responden cara mengontrol tekanan
darah agar tetap normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi
2.1.1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit peningkatan tekanan darah dimana sistolik lebih
dari 140 mmHg dan distolik lebih atau sama dengan 90 mmHg dengan tanpa
mengkonsumsi obat antihipertensi (JNC VIII). Hipertensi sering disebut
dengan silent killer karena penderita hipertensi tidak merasakan keluhan apapun
dan tidak mengetahui bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi
merupakan suatu penyakit yang tergolong kronis akan tetapi penyakit ini sering
tidak memunculkan gejala yang khas. Kesehatan yang berkaitan dengan gaya
hidup sering menjadi salah satu faktor bagi seseorang mengidap penyakit
hipertensi (Ardiasyah, 2012).
Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda
ataupun tua. Hipertensi termasuk dalam jenis penyakit degeneratif, seiring dengan
pertambahan usia akan terjadi peningkatan darah secara perlahan. Gejala-gejala
yang dapat timbul akibat hipertensi seperti pusing, gangguan penglihatan, dan
sakit kepala (Triyanto, 2014).
2.1.2. Klasifikasi Hipertensi
2.1.2.1. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report Of The Join National
Committe On Prevention Detection, And Treatment Of Hgh Blood Preasure
(JNC 8) di dalam Tanto et al (2016) klasifikasi hipertensi adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 8

Klasifikasi JNC 8 Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Normal ¿ 130 ¿ 85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 160-179 100-109
Hipertensi tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110
JNC 7 dalam Tanto et al, (2016).
7

2.1.2.2. Klasifikasi berdasarkan etiologi hipertensi


1. Hipertensi primer
Hipertensi primer terjadi karena kombinasi genetik dan faktor lingkungan
yang memiliki efek pada fungsi ginjal dan vaskuler. Salah satu kemungkinan
penyebab hipertensi primer adalah defisiensi kemampuan ginjal untuk
menekskresikan natrium yang meningkatkan volume cairan ekstraseluler dan
curah jantung sehingga mengakibatkan peningkatan aliran darah ke jaringan
menyebabkan konstriksi (Tanto et al, 2016).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit pada organ yang
mengakibatkan peningkatan curah jantung. Hipertensi sekunder berfokus
pada penyakit ginjal atau kelebihan kadar hormon seperti aldosteron dan
kortisol. Kedua hormon ini menstimulasi natrium dan kadar air yang
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan darah (Tanto et al,
2016).
2.1.3. Gejala hipertensi
Sakit kepala, kelelahan,mual,muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga berdengung,
sulit tidur, rasa berat di tengkuk, nyeri di daerah bagian belakang, nyeri di
dada, Otot lemah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, keringat
berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan, denyut jantung menjadi kuat
(Ardiansyah, 2012).
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi
Menurut Ardiansyah (2012) Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi
antara lain sebagai berikut :
1. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur,
resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi di geriatri cukup tinggi, yaitu sekitar 40%. Dengan kematian
sekitar diatas 60 tahun pada usia geriatri (Anonim, 2012). Menurut
World Healt Organization (WHO), geriatri adalah seseorang yang telah
8

memasuki usia 60 tahun keatas. Geriatri ialah kelompok umur manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
2. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan perempuan. Pria diduga
memiliki pola perilaku yang cenderung dapat meningkatkan tekanan
darah. Namun setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada
perempuan meningkat bahkan setelah memasuki usia 65 tahun. Hal ini
disebabkan oleh faktor hormonal.
3. Keturunan (Genetik)
Faktor genetik juga dipengaruhi faktor lingkungan, yang kemudian
menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Jika kedua orang tua
menderita hipertensi maka 45% akan turun ke anaknya, dan bila salah
satu orang tua menderita hipertensi maka 30% akan turun ke anaknya.
4. Obesitas
Pasien hipertensi obesitas daya pompa jantung dan sirkulasi volume lebih
tinggi dibandingkan dengan pasien hipertensi yang mempunyai berat badan
normal (Ardiansyah, 2012).
2.1.5. Komplikasi hipertensi
Menurut Ardiansyah (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :
a. Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran darah pada area
tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah
dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik
tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk
thrombus yang dapat menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel maka kebutuhan
9

okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia


jantung yang menyebabkan infark.
c. Gagal Ginjal
Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapiler-
kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti
fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut menjadi hipoksik dan
kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein keluar melalui urine
dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi
edema pada penderita hipertensi kronik.
d. Ensefalopati
Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi
yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi
disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf
pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian
(Ardiansyah, 2012).
2.1.6. Penatalaksanaan hipertensi
1. Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi pada penderita hipertensi adalah dengan mengubah
gaya hidup antara selain sebagai berikut :
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena
dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam
otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan
memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih
tinggi (Muchid Abdul., 2016).
b. Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik
merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara
10

keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global


(Muchid Abdul., 2016).
c. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida,
yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental
dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai
ke jaringan mencukupi (Muchid Abdul., 2016).
d. Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk
peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi
mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat
yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein
didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon
adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi
kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam
(Muchid Abdul., 2016).
e. Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak.
Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.
Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang
berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat
mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema
atau asites, dan hipertensi (Muchid Abdul., 2016).
f. Kebiasaan konsumsi makanan lemak
Lemak didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan
meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak hewani yang
mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan
peningkatan prevalensi penyakit hipertensi (Muchid Abdul., 2016).
11

2. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi adalah penatalaksanaan hipertensi dengan menggunakan
obat-obatan antihipertensi, obat anti antihipertensi terdiri dari 7 golongan
yang mempunyai karakteristik dan efektifitas yang berbeda-beda dalam
menurunkan tekanan darah. Ketujuh golongan tekanan darah tersebut adalah:
1. Golongan Diuretika
Diuretika adalah jenis obat yang bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh (melalui urin), mempertinggi pengeluaran garam dengan
turunnya kadar natrium. Obat yang banyak beredar adalah HTC
(Hydrochlorothiazide) dosis minimal 12,5-25mg maksimal 500mg 1x
sehari, chlorotalidone dosis minimal 2,5mg maksimal 100mg 1-2
sehari, indoparide dosis minimal 2,5mg maksimal 5mg 1-2 sehari, dan
spironolactone dosis minimal 2,5mg maksimal 5mg 1-2x sehari
(Muchid Abdul., 2016).
2. Golongan Alfa-blocker
Alfa bloker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa dan
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnya tekanan darah karena
efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat
misalnya hipotensi ortistatik dan tachycardia, maka jarang digunakan.
Obat yang termasuk dalam alfa-bloker adalah prazosin dosis minimal 1-
2 mg maksimal 20mg 1-2x sehari, doxazosin dosis minimal 1-2 mg
maksimal 15mg 1x xsehari san Tetrazosin dosis minimal 1-2mg
maksimal 20mg 1x sehari (Muchid Abdul., 2016).
3. Golongan Beta-bloker
Mekanisme kerja obat beta-bloker belum diketahui dengan pasti.
Diduga kerja berdasarkan beta blokase pada jantung sehingga dapat
mempengaruhi gaya dan kontraksi jantung. Dengan demikian tekanan
darah akan turun dan daya hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari
jenos beta p-bloker adalah propanlolo dosis sehari minimal 50mg
maksimal 200mg 1x sehari, atenolol dosis minimal 25mg maksimal
150mg 1x sehari (Muchid Abdul., 2016).
4. Golongan obat yang bekerja sentral
12

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan noradrenalin


sehingga menurunkan aktifitas saraf adrenergik perifer dan turunnya
tekanan darah. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Clonidine
dosis minimal 0,1 mg maksimal 1,2mg 2xsehari, guafacine dosis
minimal 1mg maksimal 3mg 1x sehari dan metildopa dosis minimal
250mg maksimal 200mg 2x sehari (Muchid Abdul., 2016).
5. Golongan vasodilator
Obat vasodilator dapat mengembangkan dinding arteriole sehingga
daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah menurun.
Obat yang termasuk dalam obat vasodilator adalah hydralazine dosis
minimal 50mg maksimal 30mg 2x sehari dan Ecarazine dosis minimal
30mg maksimal 120mg 2x sehari (Muchid Abdul., 2016).
6. Golongan antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion
kalsium kedalam sel otot polos dengan vasodikatasi dan turunnya
tekanan darah obat jenis antagonis kalsium yang terkenal adalah
kalsium dosis minimal 60mg maksimal 360mg 2x sehari, diltiazem
dosis minimal 30mg maksimal 180mg 3x sehari, nifedipin dosis
minimal 60mg 2x sehari dan verapamil (Muchid Abdul., 2016).
7. Golongan penghambat ACE (Angiotensin converting enzyme)
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat Angiotensin converting enzyme yang berdaya
vasokontriksi kuat. Obat jenis penghambat ACE yang populer adalah
captopril (Capoten) dosis minimal 20-25mg maksimal 300mg 1x sehari
dan enalopril dosis minimal 2,5-5mg maksimal 40mg 1-2x sehari dan
lisenopril dosis minimal 5mg maksimal 40mg 1xsehari (Muchid
Abdul., 2016).
2.1.7. Strategi pengobatan Hipertensi
Strategi pengobatan Hipertensi berdasarkan JNC-7 dilakukan dengan memulai
modifikasi gaya hidup. Seterusnya terapi obat ditentukan berdasarkan
penyakit dasar (diabetes melitus, penyakit ginjal kronik atau bukan, ras kulit
hitam atau bukan) dan target tekanan darah yang harus dicapai (Raka, 2017).
13

Tekanan darah tidak mencapai target


(<140/90mmHg atau (<130/80mmHg) pada
komplikasi DM atau penyakit ginjal

Pilihan obat untuk terapi awal

Tanpa penyakit komplikasi Ada penyakit komplikasi

Hipertensi stage II Hipertensi stage (140-159/90-


(≥160/≥100MMhg) Pilihan 99 mmHg) Pilihan pertama :
pertama: dua kombinasi diuretic thiazide Alternatif :
(biasanya diuretic thiazide ACEI, ARB, BB, CCB atau
dan ACEI/ARB/BB/CCB) kombinasi

Target tidak tercapai

Optimalkan dosis atau penambahan obat

Gambar 2.1 Strategi Pengobatan Hipertensi menurut JNC 7 (Triyanto, 2019)

2.2. Kualitas hidup


2.2.1. Pengertian kualitas hidup
Kualitas hidup merupakan kesejahteraan umum secara keseluruhan yang
terdiri dari evaluasi objektif dan subjektif dari fisik, materi, sosial, dan
kesejahteraan emosional bersama dengan tingkat pengembangan pribadi dan
tujuan aktivitas. Kualitas hidup juga dimanfaatkan sebagai evaluasi ojektif dan
subjektif terhadap kesejahteraan fisik, material, sosial, dan emosional serta
14

pengembangan dan aktivitas individu sesuai dengan nilai hidup yang dianut.
Evaluasi objektif mengacu pada gambaran kondisi kehidupan dimana
seseorang hidup, seperti kesehatan, pendapatan, kualitas perumahan, jaringan
persahabatan, aktivitas, peran sosial, dan sebagainya. Evaluasi subjektif mengacu
pada kepuasan pribadi dengan kondisi kehidupan yang demikian. Signifikansi
keduanya ditafsirkan dalam kaitannya dengan nilai atau pentingnya tempat individu
pada masing-masing wilayah yang bersangkutan tergantung pada penderita itu
sendiri (Renwick, 2014).
Kualitas hidup didefinisikan sebagai Kualitas Hidup Pasien individu
tentang posisinya dalam hidup dan kaitannya dengan budaya dan sistem nilai
terkait dengan tujuan, harapan, standar dan juga perhatian dari yang lainnya.
Kualitas hidup memiliki definisi yang berbeda-beda sesuai dengan individu
yang bersangkutan, baik individu dengan disabilitas, penyakit kronis dan
dengan kesakitan tertentu. Kualitas hidup dengan individu yang mengidap
penyakit kronis merupakan Kualitas Hidup Pasien kesejahteraan individu
dalam bidang psikologi, sosial, fisik dan spiritual (Yin et al., 2013).
2.2.2. Aspek-aspek dalam kualitas hidup
Aspek-aspek kualitas hidup menurut World Health Organization (WHO)
Quality Of Life Bref Version (WHO, 2014) kualitas hidup memiliki empat
aspek yaitu :
a. Aspek Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan
aktivitas. Aktivitas yang dilakukan oleh individu akan memerikan
pengalaman-pengalaman baru yang merupakan modal perkembangan ke
tahap selanjutnya. Kesehatan fisik mencakup aktivitas sehari-hari,
ketergantungan obat dan bantuan kesehatan, energi dan kelelahan, mobilitas
(keadaan mudah bergerak), nyeri dan ketidaknyamanan, tidur dan
istirahat, dan kapasitas kerja.
b. Aspek Kesehatan Psikologis
Aspek ini terkait dengan kesehatan mental individu. Keadaan mental
mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan kemampuannya. Aspek psikologis juga
terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan suatu
15

aktivitas dengan aik jika individu tersebut sehat secara mental. Aspek ini
meliputi gambar tubuh dan penampilan, perasaan negatif, perasaan positif,
penghargaan diri, kepercayaan individu, berpikir, belajar, memori dan
konsentrasi.
c. Aspek Hubungan Sosial
Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu atau leih
dimana tingkah laku individu tersebut akan saling mempengaruhi,
mengubah, atau memperbaiki tingkah laku individu lainnya. Mengingat
manusia adalah makhluk sosial maka dalam hubungan sosial ini, manusia
dapat merealisasikan kehidupan serta dapat berkembang menjadi
manusia seutuhnya, hubungan sosial mencakup hubungan pribadi,
dukungan sosial, dan aktivitas seksual.
d. Aspek Lingkungan
Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya
seperti ketersediaan tempat tinggal untuk melakukan segala aktivitas
kehidupan. Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber financial,
kebebasan, keamanan, kesehatan fisik, perawatan kesehtan dan social
care termasuk aksebilitas dan kualitas, lingkungan rumah, kesempatan
untuk mendapatkan berbagai informasi baru maupun keterampilan (skill).
Partisipasi dan mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang
menyenangkan di waktu luang (WHO, 2014).

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup


Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup adalah :
a. Jenis kelamin
Kualitas hidup yang leih baik keseluruhan diamati dan laki-laki membuat
signifikasi lebih tinggi pada kontribusi Kualitas Hidup Pasien emosional
penyakit dan menunjukkan bahwa laki-laki mentolernir penyakit kronis
tanpa emosional terpengaruh pada tingkat yang sama dengan perempuan.
Pada laki-laki menikmati kualitas hidup yang lebih baik daripada
perempuan, karena sebagian besar perempuan waktu tinggal dirumah
mengurus anak-anak dan hal tersebut merupakan sumber kelelahan yang
akan tercermin negatif pada kualitas hidup
16

b. Usia
Kualitas hidup yang lebih baik keseluruhan diamati antara laki-laki dan
orang pada kelompok usia lebih muda. Fisik psiologis dan sosial yang
lebih baik ada pada kelompok usia 40-49 tahun dibandingkan dengan
kelompok usia geriatri
c. Status Pernikahan
Pernikahan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
Pengaruh stabilitas sosial ditunjukkan oleh signifikan lebih tinggi
kualitas hidup bagi pasien yang sudah menikah dibandingkan yang sudah
bercerai (Ellayan, 2014).

2.3. Konsep Puskesmas


2.3.1. Pengertian Puskesmas
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina
peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok. Puskesmas didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar,
menyeluruh, paripurna, dan terpadu bagi seluruh penduduk yang tinggal di
wilayah kerja Puskesmas. Program dan upaya kesehatan yang diselenggarakan
oleh Puskesmas merupakan program pokok (Public health essential) yang wajib
dilaksanakan oleh pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
(Herlambang, 2016).
2.3.2. Fungsi Puskesmas
Puskesmas sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, menyediakan dan
menyelenggarakan pelayanan yang bermutu dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas dalam rangka mencapai
tujuan pembangunan kesehatan nasional yaitu terwujudnya kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi masyarakat. Fungsi puskesmas dapat dikelompokkan
menjadi 3, yaitu :
1. Sebagai Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
17

a. Upaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah


kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan
kesehatan.
b. Keaktifan memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
c. Menggunakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
a. Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga,
dan masyarakat memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan
melayan diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat serta
menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program
kesehatan serta memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
3. Pusat Pelayanan Pertama Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, melalui
pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat
(Herlambang, 2016).
2.3.3. Ruang Lingkup Pelayanan Puskesmas
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan
menyeluruh yang meliputi pelayanan sebagai berikut : kuratif (pengobatan),
preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), rehabilitativ
(pemulihan kesehatan) (Herlambang, 2016).

2.4. Penelitian sebelumnya


Hasil penelitian Uswatun Khasanah & Kris Linggardini (2020)
menyatakan ada 4 responden memiliki hipertensi dengan kualitas hidup buruk
dengan skala 15 dengan karakteristik usia 60-70 tahun dan ke-4 responden
mengalami hipertensi derajat I (Uswatun Khasanah & Kris Linggardini, 2020).
18

Hasil penelitian Vivian Nurmalia et al (2019) menyatakan bahwa tingkat


kepatuhan minum obat antihipertensi pada pasien hipertensi berada pada kategori
tinggi sebesar 64,4%, kategori kepatuhan sedang sebesar 28,9% dan kategori
kepatuhan rendah sebesar 6,7%. Sedangkan kulitas hidup pasien hipertensi berada
pada kategori baik sebesar 93,3% dan kualitas hidup pasien hipertensi pada
kategori kurang sebesar 6,7%. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan
antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan kualitas hidup pasien
hipertensi (Vivian Nurmalia et al, 2019).
Menurut penelitian Ela Pangestuti et al (2022) menyatakan bahwa
Kualitas hidup secara umum buruk (48,5%), Kesehatan tidak memuaskan
(47,9%), Kualitas hidup Kesehatan fisik buruk (40,9%), kualitas hidup psikologis
buruk (39,4%), kualitas hidup personal sosial buruk (42,4%), kualitas hidup
lingkungan buruk (36,4%). Hasil penelitian menggambarkan bahwa tidak terdapat
lansia dengan hipertensi yang memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini
mengindikasikan adanya penurunan kualitas hidup lansia dengan hipertensi.
Lansia yang kurang dukungan keluarga, menyebabkan lansia merasa tertekan
akibat menyendiri sehingga harapan hidupnya kurang baik, dan mempengaruhi
kualitas hidupnya menjadi tidak baik (Ela Pangestuti et al, 2022).
Menurut penelitian Maria Krisensia Bota (2017) yang meneliti tentang
gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas Gamping 1 Sleman
menyatakan bahwa kualitas hidup pasien hipertensi didominasi oleh kualitas
hidup buruk yaitu 40 orang (61,5%) dan sisanya kualitas hidup baik sebanyak 25
orang (38,5%). Kesimpulan: Gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di
Puskesmas Gamping 1 didominasi oleh kualitas hidup buruk yaitu 40 orang
(61,5%) (Maria Krisensia Bota, 2017).  
Menurut penelitian Fahriza et al (2019) menyatakan bahwa Gambaran
kualitas hidup pada pasien hipertensi di puskesmas air putih samarinda,
menunjukan responden yang memiliki kualitas hidup Sedang sebanyak 64
responden (86.5%), Yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 10 responden
(13.5%). Kesimpulan : Kuliatas Hidup pasien hipertensi yang memiliki kualitas
hidup Sedang sebanyak 64 responden (86.5%), Yang memiliki kualitas hidup baik
sebanyak 10 responden (13.5%) (Fahriza et al, 2019).
19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif
analisis dimana peneliti ingin melihat gambaran data atau distribusi frekuensi
pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk. Penelitian ini termasuk
penelitian survey sedangkan sumber data dalam penelitian ini merupakan data
primer dan analisis data dalam penelitian ini merupakan analisis data secara
univariate atau analisis deskriptif.

3.2. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel


3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2012). Populasi adalah semua
penderita hipertensi di Puskesmas Tanjunganom pada bulan Mei 2022 - Juni
2022. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 144 orang.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel yang baik adalah sampel yang representatif mewakili
populasi. Sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan rumus besar
sampel menurut Slovin sebagai berikut :
N
n=
1+ N ¿ ¿
144
n=
1+ 144.¿ ¿
n = 105 pasien
Maka sampel dalam penelitian sebanyak 105 orang.
Sampel dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi
sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
21

a. Pasien yang telah didiagnosis dengan tekanan darah > 140/80


mmHg.
b. Pasien hipertensi yang berumur > 30 tahun.
c. Pasien yang berkenan mengisi kuesioner.
d. Pasien terdiagnosa hipertensi tanpa penyakit penyerta yang kronis.
2. Kriteria ekslusi
a. Pasien yang tidak dapat membaca dan menulis.
b. Pasien hamil.
c. Pasien yang tidak menjawab kuesioner secara lengkap.
3.2.3. Teknik pengambilan sampel
Teknik sampling adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada. Pada penelitian ini teknik yang digunakan
adalah Purposive Sampling lebih tepatnya menggunakan metode simple
random sampling.

3.3. Variabel penelitian


Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala karakteritik yang dapat
memberikan gambaran mengenai kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk antara lain sebagai berikut :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Pengetahuan tentang hipertensi
6. Kepatuhan minum obat anti hipertensi

3.4. Definisi operasional


Definisi operasional gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022.
Tabel 3. 1 Definsi Operasional gambaran kualitas hidup pasien hipertensi
22

Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Kategori

Usia Usia merupakan rentang Hasil pengisian usia Kuisioner 1. Dewasa Akhir (Usia
kehidupan yang diukur pada lembar data 36-45 Tahun)
dengan tahun yang demografi responden. 2. Lansia Awal (Usia 46-
55 Tahun)
dihitung sejak individu
3. Lansia Akhir (Usia 56-
dilahirkan. 65 Tahun)
4. Manula (>65 Tahun)
Jenis Jenis Kelamin adalah Hasil pengisian jenis Kuisioner 1. Laki-laki
Kelamin identitas diri klien pada kelamin pada lembar 2. Perempuan
pasien hipertensi data demografi
responden.

Pendidikan Pendidikan merupakan Hasil pengisian tingkat Kuisioner 1. SD


proses belajar secara pendidikan pada 2. SMP
formal diakui oleh lembar data demografi 3. SMA
pemerintah yang dimiliki responden. 4. PT
oleh seseorang individu

Pekerjaan Pekerjaan merupakan Hasil pengisian Kuisioner 1. IRT


aktivitas rutin yang pekerjaan narapidana 2. Pegawai Swasta
dilakukan oleh individu sebelum berada di 3. Petani
baik aktivitas LAPAS. 4. PNS
menghasilkan uang atau 5. Pedagang
jasa dalam 6. Tidak Bekerja
mempertahankan
kelangsungan hidup
seseorang.

Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) Pemahaman responden kuesioner 1. Tinggi


merupakan hasil tahu mengenai Pengertian Hypertension
2. Sedang
responden tentang sesuatu hipertensi, penyebab Knowledge
menyangkut dirinya salah Level Scale 3. Rendah
hipertensi, tanda dan
satunya pengetahuan (HK-LS)
tentang hipertensi. gejala hipertensi,
pengobatan hipertensi,
penatalaksanaan
hipertensi.

Kepatuhan Tingkat perilaku pasien Kepatuhan responden Kuesioner 1. Tinggi


minum obat dalam mematuhi aturan dalam meminum obat Morisky
2. Sedang
anti penggunaan obat anti sehari berapa kali, Medication
hipertensi sesuai dengan Adherence 3. Rendah
hipertensi minum obat selama
yang diresepkan Scale (MMAS)
berapa hari dan waktu
kontrol rutin atau tidak.

3.5. Instrument penelitian


23

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan


data. Instrument penelitian tersebut berupa kuesioner. Untuk mengetahui apakah
kuesioner “valid” dan “reliable” dilakukan uji validitas dan reliabilitas
(Notoatmodjo, 2010). Kuisioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah
kuisioner Morisky medication adherence scales untuk mengukur pengetahuan
dan kuesioner Hypertension Knowledge-Level Scale untuk mengukur kepatuhan
meminum obat antihipertensi. Untuk hasil jawaban terhadap pertanyaan
kuesioner akan dilakukan penilaian berupa skor angka 0 untuk jawaban tidak
memenuhi syarat, sedangkan skor 1 untuk jawaban memenuhi syarat.
a. Kuesioner pengetahuan yang digunakan pada penelitian ini yaitu
Hypertension Knowledge Level Scale (HK-LS). Kuesioner HK-LS
digunakan untuk menilai pengetahuan responden dalam memahami apa
arti dari hipertensi, gaya hidup, perawatan medis, kepatuham
menggunakan obat, diet dan komplikasi hipertensi. Setiap item pertanyaan
memiliki jawaban benar atau salah. Jumlah seluruh pertanyaan berjumlah
22, dengan setiap jawaban yang benar bernilai 1 poin dan setiap jawaban
yang salah bernilai 0. Knowledge –Level Scale (HK-LS) dikategorikan
menjadi 2 tingkat pengetahuan hipertensi. Pengetahuan tinggi (nilai 18-22
poin), pengetahuan rendah ( ≤ 17 poin) (Polariska, et al., 2016).
b. Kuesioner Hypertension Knowledge-Level Scale untuk mengukur
kepatuhan meminum obat antihipertensi. Metode ini cukup sederhana dan
mudah dilakukan. Salah satu model kuesioner yang tepat untuk menilai
kepatuhan pada terapi jangka panjang adalah Morisky medication
adherence scales-8. Kuesioner MMAS-8 merupakan kuesioner kepatuhan
penggunaan obat yang terdiri dari sejumlah 8 item pertanyaan tertutup
berupa jawaban “Ya” dan “Tidak”. Morisky Medication dherence Scales-8
dikategorikan menjadi 2 tingkat kepatuhan obat: kepatuhan tinggi (nilai 8)
dan kepatuhan rendah (nilai ≤ 7) (Morisky, et al., 2011).

3.6. Alat dan bahan penelitian


Alat dan bahan yang dibutuhan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
24

1. Data pasien hipertensi di Wilayah Puskesmas Tanjunganom Nganjuk tahun


2022.
2. Alat tulis
3. Kuisioner penelitian pengetahuan dan sikap pasien hipertensi.

3.7. Lokasi dan waktu penelitian


3.7.1. Lokasi penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk
3.7.2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Mei tahun
2022.

3.8. Prosedur pengambilan dan pengumpulan data penelitian


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2013). Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian ini
melalui beberapa tahap yaitu :
1. Peneliti mengurus ijin penelitian di Puskesmas Tangjunganom Nganjuk
dengan membawa surat pengantar dari kampus Universitas Kadiri
Fakultas Farmasi ditujukan kepada Rumah Sakit Umum Kediri.
2. Peneliti mencari tau jumlah pasien hipertensi yang berkunjung di
Puskesmas Tanjunganom.
3. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden
dengan harapan responden mau mengisi kuesioner.
4. Peneliti menjelaskan kerahasian responden tetap terjaga
5. Peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner kepada responden dan
memberi kesempatan responden untuk bertanya jika kurang jelas.
6. Peneliti memberi waktu untuk responden agar mengisi kuesioner.
7. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada
peneliti.
8. Peneliti mengumpulkan kuisioner yang telah diisi oleh responden dan
mencek kelengkapan kuisioner yang telah diisi oleh responden.
25

3.9. Pengolahan data penelitian


Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program komputer SPSS untuk meminimalisir kesalahan pengolahan data
sebagai berikut:
1. Editing
Editing merupakan proses penyeleksian jawaban yang lengkap dan
tidak lengkap atau tidak jelas.
2. Coding
Coding merupakan tahapan dalam pengolahan data berupa kegiatan
mengubah data dari kalimat atau huruf menjadi data berupa angka
atau bilangan. Coding dalam penelitian ini antara lain :
a. Usia
Dewasa akhir (Usia 36-44 tahun) : Kode 1
Lansia awal (Usia 45-55 tahun) : Kode 2
Lansia akhir (Usia 56-65 tahun) : Kode 3
Manula (Usia >65 tahun) : Kode 4
b. Jenis Kelamin
Laki-laki : Kode 1
Perempuan : Kode 2
c. Pendidikan
SD : Kode 1
SMP : Kode 2
SMA : Kode 3
PT : Kode 4
d. Pekerjaan sebelum berada di Lapas
IRT : Kode 1
Pegawai swasta : Kode 2
Petani/Buruh : Kode 3
26

PNS : Kode 4
Pedagang : Kode 5
Tidak bekerja : Kode 6
e. Pengetahuan tentang hipertensi
Rendah : Kode 1
Sedang : Kode 2
Tinggi : Kode 3
f. Kepatuhan minum obat anti hipertensi
Rendah : Kode 1
Sedang : Kode 2
Tinggi : Kode 3
3. Scoring
Scoring merupakan pemberian skor terhadap jawaban yang
memerlukan skor. Scoring dalam penelitian ini antara lain :
a. Pengetahuan
Benar :1
Salah :0
b. Kepatuhan minum obat anti hipertensi
Sangat setuju :5
Setuju :4
Ragu-ragu :3
Tidak setuju :2
Sangat tidak setuju :1
4. Tabulating
Tabulating merupakan proses pengelompokan data ke dalam tabel
sesuai dengan karakteristik untuk mempermudah identifikasi data.
5. Entry Data
Entry Data merupakan proses penginputan data ke dalam sistem
komputer menggunakan program SPSS kemudian data yang di
input akan diproses dengan program.

3.10. Analisis data


27

a. Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya. Untuk data numeric digunakan nilai mean (rata-rata), median, dan
standart deviasi. Pada umumnya dalam analisis univariat hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Data hasil penelitian
dideskripsikan dalam bentuk tabel, grafik maupun narasi, untuk mengevaluasi
besarnya proporsi dari masing-masing variabel bebas yang diteliti (Puspita,
2016).
Rumus yang digunakan :
SP
N= x 100 %
SM
Keterangan :
N : Nilai yang didapat/presentase
Sp : Skor yang didapat
Sm : Skor tertinggi
Menurut Arikunto (2009), hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi
kemudian diinterpretasikan atas data tersebut selanjutnya dilakukan analisa. Hasil
pengolahan data dibuat dalam bentuk presentase, kemudian diinterpretasikan
dalam skala sebagai berikut :
100% : Seluruhnya
76%-99% : Hampir seluruhnya
51%-75% : Sebagian besar
50% : Setengahnya
26%- 49% : Hampir setengahnya
1%-25% : Sebagian kecil
0% : Tidak satupun
28
BAB IV

DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi lokasi penelitian


Lokasi penelitian dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk. Puskesmas Tanjunganom Nganjuk merupakan salah
satu tempat pelayanan kesahatan masyarakat dibawah nauangan Dinas
Kesehatan Daerah Kabupaten Nganjuk yang beralamat di Jln. A Yani No 25
Kec. Tanjungan. Puskesmas Tanjunganom Nganjuk berada di Kota
Kecamatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : sebelah Timur
berbatasan dengan Kecamatan Baron, sebelah Barat berbatasan dengan
Kecamatan Pace, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gondang dan
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Prambon. Luas wilayah
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk 67.162 KM2 dengan jumlah penduduk
112.442 jiwa)dengan jumlah Laki-laki 55.670 jiwa dan jumlah perempuan
56.772 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas Tanjunganom Nganjuk mencangkup
14 desa dan 2 kelurahan meliputi : Desa Jogomerto, Desa Kedungrejo, Desa
Sambirejo, Desa Demangan, Desa Banjaranyar, Desa Ngadirejo, Desa
Sonobekel, Desa Wates, Desa Malangsari, Desa Getas, Desa Kedungombo,
Desa Sumberkepuh, Desa Kampungbaru, Desa Sidoharjo, Kelurahan
Tanjunganom Dan Kelurahan Warujaheng.
Visi Puskesmas Tanjunganom Nganjuk adalah “Terwujudnya
Masyarakat Kecamatan Tanjunganom Sehat Secara Mandiri dan
Berkeadilan”. Sedangkan misi Puskesmas Tanjunganom Nganjuk adalah :
meningkatkan pelayanan kesehatan yang paripurna dengan sumber daya yang
professional, adil merata serta terjangkau bagi seluruh masyarakat,
meningkatkan kemandirian masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk dipimpin oleh seorang kepala
Puskesmas dan dibantu dengan wakil majajemen mutu dan kepala sub bagian
tata usaha. Puskesmas Tanjunganom Nganjuk juga memiliki Unit Kesehatan
Masyarakat (UKM) antara lain : UKM Esensial (Layanan Promkes, Layanan
Kesung, Layanan KIA/KB, Layanan Gizi dan Layanan P2P) dan UKM
30

Pengembangan (Layanan Perkesmas, Layanan Keswa, Layanan Kesehatan


Gigi Masyarakat, Layanan Kestrad Komp, Layanan Kes OR, Layanan Kes
Indra dan Layanan Kesehatan Lansia). Puskesmas Tanjunganom Nganjuk
juga memiliki Unit Kesehatan Perorangan (UKP) antara lain Pemeriksaan
umum, Layanan Kesehatan Gigi dan mulut, Layanan KIA/KB, Layanan
Gawat darurat, Layanan Gizi, Layanan Persalinan dan Layanan Kefarmasian.
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk juga memiliki jaringan dan jejaringan
antara lain : Puskesmas pembantu, Bidan desa/Polindes dan jaringan
Fayankes.

4.2. Data penelitian


4.2.1. Karakteristik responden berdasarkan usia
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia adalah salah satu cara untuk
mengetahui karakteristik usia pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom
Nganjuk tahun 2022. Hasilnya disajikan dalam bentuk 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase (%)


Dewasa Akhir (Usia 36-44 Tahun) 31 29
Lansia Awal (Usia 45-55 Tahun) 39 37
Lansia Akhir (Usia 56-65 Tahun) 27 26
Manula (>65 Tahun) 8 8
Total 105 100,0
(Data Primer, 2022).
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir
setengahnya (37%) atau sebanyak 39 responden pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk berusia pada rentang usia 45-55 tahun
atau dikenal dengan usia lansia awal.
4.2.2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin adalah salah satu
cara untuk mengetahui karakteristik jenis kelamin pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk tahun 2022. Hasilnya disajikan dalam
bentuk 4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
31

Laki-Laki 67 64
Perempuan 38 36
Total 105 100
(Data Primer, 2022).
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar
(64%) atau sebanyak 64 responden pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk berjenis kelamin laki-laki.
4.2.3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan adalah salah satu
cara untuk mengetahui karakteristik pendidikan pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk tahun 2022. Hasilnya disajikan dalam
bentuk 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
SD 51 49
SMP 25 24
SMA 16 15
PT 13 12
Total 105 100
(Data Primer, 2022).

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir


setengahnya (49%) atau sebanyak 51 responden pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk berpendidikan SD.
4.2.4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan adalah salah satu cara
untuk mengetahui karakteristik pekerjaan pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022. Hasilnya disajikan dalam bentuk 4.4
sebagai berikut :
Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
IRT 14 13
Pegawai Swasta 24 22
Petani 46 44
PNS 8 8
Pedagang 6 6
Tidak Bekerja 7 7
Total 105 100
(Data Primer, 2022).
32

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir


setengahnya (44%) atau sebanyak 46 responden pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk bekerja sebagai petani.
4.2.5. Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan tentang hipertensi
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang hipertensi
adalah salah satu cara untuk mengetahui karakteristik pengetahuan
responden tentang hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022. Hasilnya disajikan dalam bentuk 4.5
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 12 12
Sedang 78 74
Rendah 15 14
Total 105 100
(Data Primer, 2022).

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


(74%) atau sebanyak 78 responden pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk memiliki pengetahuan tentang hipertensi berada
pada kategori sedang.
4.2.6. Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan minum obat anti
hipertensi
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kepatuhan minum obat anti
hipertensi adalah salah satu cara untuk mengetahui karakteristik kepatuhan
minum obat anti hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022. Hasilnya disajikan dalam bentuk 4.6
sebagai berikut :
Tabel 4.6 Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan
minum obat anti hipertensi
Kepatuhan Frekuensi Persentase (%)
Tinggi 10 10
Sedang 77 73
Rendah 18 17
Total 105 100
(Data Primer, 2022).
33

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar


(73%) atau sebanyak 77 responden pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk memiliki kepatuhan minum obat anti hipertensi
berada pada kategoti kepatuhan sedang.

4.3. Pembahasan
4.3.1. Usia pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk
Hasil pada tabel 4.1 menunjukan bahwa hampir setengahnya (37%)
atau sebanyak 39 responden pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom
Nganjuk berusia pada rentang usia 45-55 tahun atau dikenal dengan usia
lansia awal.
Usia merupakan rentan kehidupan yang diukur dengan tahun yang
dihitung sejak individu dilahirkan. Menurut Ardiansyah (2017) Seseorang
yang berusia diatas 40 tahun mulai mengalami proses degenerative dihampir
setiap sistem organ salah satunya pada sistem kardiovaskuler dimana arteri
besar elastisitasnya mengalami penurunan sehinggga akan mengalami
kekakuan sehingga menyebabkan darah dari jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah atau dikenal dengan Hipertensi (Ardiansyah,
2017). Bertambahnya usia yang menyebabkan proses degenerative juga
terjadi pada otak dimana kemampuan otak bekerja juga mengalami
penurunan dilihat dari kemampuan berpikir maupun daya ingat seseorang
lansia mengalami penurunan seiring bertambahnya usia (Ardiansyah, 2017).
Hasil data diatas didukung dengan penelitian Henda (2012) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian hipertensi.
Penelitian sama juga dilakukan oleh penelitian Oktariani (2015) yang
menunjukan adanya hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi
(Oktariani, 2015).
Menurut peneliti dengan bertambahnya usia maka pasien hipertensi
semakin mudah mengalami gejala hipertensi dikarenakan aktifitas yang
makin menurun disebabkan usia yang makin meningkat sehingga seseorang
dengan usia >40 tahun akan beresiko untuk mengalami hipertensi.
4.3.2. Jenis kelamin pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk
34

Hasil pada tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar (64%) atau
sebanyak 64 responden pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom
Nganjuk berjenis kelamin laki-laki.
Menurut Notoatmodjo (2012) kaum perempuan cenderung lebih
patuh mengenai sesuatu untuk kesembuhannya dibanding laki-laki, karena
sesuai dengan kodrat wanita untuk dapat berpenampilan menarik tanpa
sakit, karena setiap penyakit yang berakibat buruk terhadapnya diupayakan
untuk tidak terjadi dengan mematuhi segala anjuran terapi (Notoatmodjo,
2012). Hasil di atas didukung dengan penelitian Amanda et al (2021)
didapatkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan dengan
kepatuhan berobat pada penderita hipertensi di Puskesmas Wori Kabupaten
Minahasa Utara (Amanda et al, 2021).
Menurut peneliti laki-laki sering melakukan aktifitas diluar rumah
dari pada perempuan maka aktifitas fisik yang dilakukan oleh laki-laki
semakin besar dibandingkan perempuan sehingga akan meningkatkan
kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk.
4.3.3. Pendidikan pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk
Hasil pada tabel 4.3 menunjukan bahwa hampir setengahnya (49%)
atau sebanyak 51 responden pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom
Nganjuk berpendidikan SD.
Menurut Eta & Cusmarih (2017) pendidikan merupakan unsur
penting seseorang untuk mengetahui berbagai hal di lingkungannya. Oleh
karena dengan pendidikan. Seseorang mempunyai potensi dan kemungkinan
lebih luas untuk dapat menerima dan mengakses berbagai informasi
khususnya tentang penting dan tidaknya pencegahan infeksi menular
seksual. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa.
Semakin banyak informasi yang didapatkan semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan (Eta & Cusmarih, 2017).
35

Menurut Widayati et al (2012) mengatakan bahwa pendidikan


sangat berpengaruh terhadap pengetahuan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi.
Sehinga apa yang disampaikan akan mudah dipahami (Widayati et al,
2012). Menurut Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku patuh
dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi, salah satunya pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan seseorang dalam menjaga
status kesehatannya (Notoatmodjo, 2010).
Hasil di atas didukung dengan penelitian Hasil di atas didukung
dengan penelitian Luthfita & Sunardi (2021) menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
kepatuhanminum obat anti hipertensi di Puskesmas Sewon II Bantul
(Luthfita & Sunardi, 2021).
Menurut peneliti dengan pendidikan SD pada pasien hipertensi
maka semakin sedikit informasi yang didapat oleh pasien hipertensi maka
perlu adanya edukasi guna meningkatkan pemahaman pasien mengenai
hipertensi sehingga kualitas hidupnya akan semakin baik.
4.3.4. Pekerjaan pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk
Hasil pada tabel 4.4 menunjukan bahwa hampir setengahnya (44%)
atau sebanyak 46 responden pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom
Nganjuk bekerja sebagai petani.
Menurut Widiati & Majdi (2021) pekerjaan menentukan faktor
risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Pekerjaan juga berpengaruh
terhadap pendapatan keluarga yang berdampak terhadap pola hidup
diantaranya konsumsi makanan dan pemeliharaan kesehatan. Berdasarkan
teori pendukung yang ada pekerjaan seseorang juga akan dapat
mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima, informasi
tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, penyediaan makanan bergizi,
lingkungan rumah yang sehat serta pemeliharaan status kesehatan salah
satunya hipertensi (Widiati & Majdi, 2021).
36

Hasil di atas didukung dengan penelitian Yuniar Dwi & Nur Siyam
(2021) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan
kualitas hidup penderita hipertensi (Yuniar Dwi & Nur Siyam, 2021).
Menurut peneliti dengan bekerja sebagai petani maka pasien tetap
melakukan aktifitas fisik dan akan terus bergerak sehingga permeabilitas
pembuluh darah juga akan tetap baik dan akan meningkatkan kualitas hidup
pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk.
4.3.5. Pengetahuan hipertensi pada pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk
Hasil pada tabel 4.5 menunjukan bahwa sebagian besar (74%) atau
sebanyak 78 responden pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom
Nganjuk memiliki pengetahuan tentang hipertensi berada pada kategori
sedang.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atau ranah kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif
dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akan menentukan sikap
seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek
di ketahui maka menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tesebut
(Notoatmodjo, 2012). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
baik daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Misalnya
perilaku pencegahan masalah kesehatan reproduksi akan mudah apabila
seseorang tahu apa itu kesehatan reproduksi, apa manfaat pencegahan
masalah kesehatan reproduksi, apa akibat jika tidak mengetahui cara
pencegahan dan tindakan beresiko terkena masalah kesehatan reproduksi
(Notoatmodjo, 2012).
Hasil di atas didukung dengan penelitian Kurniawati (2020) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kualitas hidup pasien hipertensi di Poli Klinik RS Tingkat III Baladhika
37

Husada Jember dan mempunyai hubungan yang positif dengan kekuatan


hubungan cukup kuat (Kurniawati, 2020).
Menurut peneliti semakin baik pengetahuan pasien hipertensi
tentang penyakitnya maka akan semakin baik pemahaman akan pencegahan
dan pengobatan hipertensi sehingga akan semakin meningkatkan kualitas
hidup pasien hipertensi itu sendiri.
4.3.6. Kepatuhan minum obat anti hipertensi pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk
Hasil pada tabel 4.6 menujukan bahwa sebagian besar (73%) atau
sebanyak 77 responden pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom
Nganjuk memiliki kepatuhan minum obat anti hipertensi berada pada
kategoti kepatuhan sedang.
Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya
interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti
rencana dengan segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut
serta melaksanakannya (Anonim, 2011). Kepatuhan terhadap penggobatan
secara umum merupakan sebagai tingkatan perilaku dimana pasien
menggunakan obat, menaati semua aturan dan nasihat serta dilanjutkan oleh
tenaga kesehatan. Menurut (Smantummkul (2014), kepatuhan pasien
hipertensi merupakan kunci utama tercapainya tujuan terapi pada pasien
hipertensi. Kepatuhan pasien hipertensi tidak hanya dilihat dari kepatuhan
dalam meminum obat antihipertensi tetapi gaya hidup pasien yang sehat,
pemeriksaan kesehatan ke dokter secara rutin serta peran aktif dari pasien
(Smantummkul, 2014).
Kepatuhan minum obat seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan, bisa diketahui bahwa pengetahuan merupakan hal yang sangat
penting agar seseorang yang menderita hipertensi tidak mengalami
komplikasi lebih lanjut. Dengan demikan, pengetahuan yang cukup
diharapkan penderita hipertensi dapat patuh minum obat. Pengetahuan
mempunyai kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan
atas suatu pola yang berkaitan dengan proses pembelajaran yang
38

dipengaruhi faktor dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana
informasi serta keadaan sosial budaya (Budiman & Riyanto, 2013).
Hasil penelitian di atas didukung dengan penelitian Vivian
Nurmalia et al (2019) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan minum obat antihipertensi dengan kualitas
hidup pasien hipertensi (Vivian Nurmalia et al, 2019).
Menurut peneliti kepatuhan pasien hipertensi dalam minum obat
antihipertensi akan mengurangi gejala sakit yang ditimbulkan sehingga akan
melakukan aktivitas dengan aman dan nyaman sehingga akan meningkatkan
kualitas hidup pasien hipertensi itu sendiri.
39
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gambaran
kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk adalah
sebagai berikut :
1. Hampir setengahnya (37%) atau sebanyak 39 responden pasien
hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk berusia pada rentang
usia 45-55 tahun atau dikenal dengan usia lansia awal.
2. Sebagian besar (64%) atau sebanyak 64 responden pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk berjenis kelamin laki-laki.
3. Hampir setengahnya (49%) atau sebanyak 51 responden pasien
hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk berpendidikan SD.
4. Hampir setengahnya (44%) atau sebanyak 46 responden pasien
hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk bekerja sebagai petani.
5. Sebagian besar (74%) atau sebanyak 78 responden pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk memiliki pengetahuan tentang
hipertensi berada pada kategori sedang.
6. Sebagian besar (73%) atau sebanyak 77 responden pasien hipertensi di
Puskesmas Tanjunganom Nganjuk memiliki kepatuhan minum obat anti
hipertensi berada pada kategoti kepatuhan sedang.

5.2. Saran
1. Bagi Responden
Pasien hipertensi dapat mengetahui gambaran kualitas hidup pada
pasien hipertensi agak selalu meningkatkan kualitas hidupnya dengan
menambah pengetahuan akan hipertensi dan kepatuhan mium obat yang
harapannya dapat meningkatkan kualitas hidup.
2. Bagi Puskesmas
Petugas puskesmas dapat memberikan edukasi mengenai hipertensi dan
cara pencegahannya serta memberikan edukasi mengenai kepatuhan
41

minum obat anti hipertensi pada pasien hipertensi sehingga dapat


meningkatkan kualitas hidup pasien hipertensi.
3. Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dipublikasikan kepada mahasiswa dalam
bentuk jurnal ilmiah dan dijadikan sebagai sumber literature dalam
penelitian gambaran kualitas hidup pasien hipertensi.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar
dalam penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan judul
analisis factor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien
hipertensi.
42

DAFTAR PUSTAKA

Ardiasyah. 2012. Medikal bedah. Yogyakarta. Diva Ekspres.


Ela Pangestuti et al, 2022. Gambaran Kualitas Hidup Pada Pasien Hipertensi
Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa. Volume 10. No.1
Fahriza et al. 2019. Gambaran Kualitas Hidup pada Pasien Hipertensi di
Puskesmas Air Putih Samarinda. Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur.
Herlambang. 2015. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta. EGC
Kurniawati. 2020. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kualitas hidup
pasien hipertensi di Poli Klinik RS Tingkat III Baladhika Husada
Jember. Repository Universitas Jember.
Maria Kresensia Bota. 2017. Gambaran Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Di
Puskesmas Gamping 1 Sleman. Post-Doctoral thesis, STIKES Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta.
Muchid Abdul. 2016. Buku Saku Hipertensi : Pharmacheutical Care untuk
penyakit hipertensi. Jakarta : Depkes RI Ditjen Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik.
Nuraini. 2015. Risk Factors Of Hypertension. J Majority. Volume 4 No. 5.
Riskesdas. 2018. Data Kejadian Hipertensi di Indonesia tahun 2018. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Tanto et al., 2016. Kapita Selekta Kedokteran , IV. Ed, 2. Media Aesculapius,
Jakarta.
Triyanto, 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Terpadu.
Graha Ilmu, Yogyakarta
Uswatun Khasanah & Kris Linggardini. 2020. Gambaran Kualitas Hidup Pada
Pasien Lanjut Usia Dengan Hipertensi. Skripsi Program Studi
Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Vivian Nurmalia et al. 2019. Hubungan kepatuhan minum obat antihipertensi
terhadap kualitas hidup pasien hipertensi. Jurnal Kedokteran
Diponegoro. Volume 8, Nomor 4. ISSN Online : 2540-8844.
43

Yulanda et al. 2017. Penatalaksanaan Hipertensi Primer. Fakultas Kedokteran.


Volume 6. No. 1.
Yuniar Dwi & Nur Siyam. 2021. Faktor Resiko Kualitas Hidup Lansia Penderita
Hipertensi. Indonesia Journal Of Public Health And Nutrition. Volume 1
No. 3 (2021) 407-419.
WHO, 2012. Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) Analysis Guide.
WHO, Geneva.
WHO, 2010. Physical Activity. In Guide to Community Preventive Service.
44

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN KEPADA RESPONDEN

Kepada :

Yth : Bapak/ibu pasien di Puskesmas Tanjunganom

di Tempat

Assalamualaikum WR WB..
Saya mahasiswa program studi S1-Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Kadiri, yang sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Gambaran kualitas
hidup pasien hipertensi di Puskesmas Tanjunganom Nganjuk tahun 2022”.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status kualitas hidup
pa
Peneliti memohon kesediaan Saudara/i untuk menjadi esponden dalam penelitian
ini, Saudara/i dapat memutuskan untuk berpartisipasi atau menolak, tanpa ada
konsekuensi dari peneliti. Peneliti akan menjamin kerahasiaan pendapat dan
identitas Saudara/i. Informasi yang Saudara/i berikan hanya akan dipergunakan
untuk penelitian di bidang keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk
maksud yang lain.
Peneliti sangat menghargai kesediaan Saudara/i menjadi partisipan dalam
penelitian ini. Maka dari itu saya mohon kesediaan Saudara/i terlibat dalam
penelitian. Atas perhatian, dan kesediaannya menjadi partisipan, saya
mengucapkan terima kasih.
Kediri, Juni 2022

Peneliti

Andini Widiyanti
45

Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama/Inisial :

Umur :

Pendidikan :

Jenis Kelamin :

Setelah mendapatkan keterangan serta mengetahui manfaat dan tujuan penelitian


yang berjudul “Gambaran kualitas hidup pasien hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk tahun 2022” Menyatakan (tersedia)/(Tidak tersedia)
setuju diikut sertakan dalam penelitian dengan catatan apabila sewaktu-waktu
merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini. Saya
percaya apa yang saya informasikan dijamin kerahasiaannya.

Kediri,
2022

Responden

(.............................)
46

Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
“Gambaran Kualitas Hidup Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas
Tanjunganom Nganjuk”

Petunjuk Pengisian Kuesioner


1. Jawablah pernyataan dengan jujur sesuai keadaan yang sebenarnya.
2. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan cermat dan teliti dalam
angket/kuesioner sebelum menjawab.
3. Berilah tanda (x) pada kolom Bapak/Ibu/Sdr pilih sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya.
4. Isilah identitas responden terlebih dahulu sebelum melangkah ke pertanyaan
(identitas asli).

Semua pernyataan wajib di jawab dan hanya diperkenankan memberi satu


jawaban.
1. Identitas Responden
Nama :
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin : L / P (Lingkari Salah Satu)
Pendidikan Terakhir : (Lingkari Salah Satu)
a. Tidak sekolah/tidak tamat SD
b. SD/sederajat
c. SLTP/sederajat
d. SMA/SMK
e. Akademik/perguruan tinggi
Pekerjaan : (Lingkari Salah Satu)
a. Buruh
b. Petani
c. Pedagang
d. Pegawai Swasta
e. PNS
f. Tidak Bekerja
g. Lain-lain……..
Lama menderita hipertensi :
a. < 7 bulan
b. > 7 bulan
47

Tekanan Darah :
Tekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah Diastolik

KUESIONER PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI


“Kuisioner Hypertension Knowledge Level Scale (HK-LS)”
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Peningkatan tekanan darah diastolik berarti menderita
hipertensi
2. Tekanan darah sistolik atau diastolik yang tinggi berarti
menderita hipertensi
3. Obat penurun tekanan darah tinggi harus diminum setiap
hari
4. Penderita hipertensi harus minum obat penurun tekanan
darah jika sedang merasa sakit saja
5. Penderita hipertensi harus minum obat penurun tekanan
darah seumur hidup
6. Penderita hipertensi harus minum obat sesuai kondisi yang
membuatnya nyaman
7. Jika obat hipertensi bisa mengontrol tekanan darah tinggi,
maka tidak perlu mengubah gaya hidup
8. Peningkatan tekanan darah merupakan akibat dari
bertambahnya usia (penuaan), jadi pengobatan tidak
diperlukan.
9. Jika penderita hipertensi mengubah gaya hidupnya, maka
pengobatan tidak diperlukan.
10. Penderita hipertensi boleh makan makanan asin selama
mereka minum obat penurun tekanan darah teratur
11. Penderita hipertensi boleh minum minuman beralkohol
12. Penderita hipertensi tidak boleh merokok
13. Penderita hipertensi harus sering makan buah dan sayur
14. Cara masak terbaik untuk penderita hipertensi adalah
dengan digoreng
15. Cara masak terbaik untuk penderita hipertensi adalah
dengan direbus atau dipanggang
16. Jenis daging yang paling baik untuk penderita hipertensi
yaitu daging berwarna putih
17. Jenis daging yang paling baik untuk penderita hipertensi
yaitu daging berwarna merah
18. Peningkatan tekanan darah jika tidak ditangani dapat
mengakibatkan kematian dini
19. Peningkatan tekanan darah jika tidak ditangani dapat
mengakibatkan penyakit jantung, seperti serangan jantung
20. Peningkatan tekanan darah jika tidak ditangani dapat
mengakibatkan stroke
21. Peningkatan tekanan darah jika tidak ditangani dapat
mengakibatkan gagal ginjal
22. Peningkatan tekanan darah jika tidak ditangani dapat
48

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
mengakibatkan gangguan penglihatan

KUESIONER KEPATUHAN PENGOBATAN HIPERTENSI


Kuisioner MMAS (Modifed Morisky Adherence Scale)
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tidak
1. Apakah anda rutin melakukan pemeriksaan ulang ke Rumah
Sakit untuk control tekanan darah setelah obat habis?
*jika tidak sebutkan alasan: (lingkari jawaban)
a. tidak merasa adanya keluhan yang dirasakan lagi
b. lupa mengingat waktu control
c. memiliki kesibukan lain ex: bekerja
d. melakukan pengobatan alternative/ minum obat
tradisional
e. takut bahaya efek samping obat
2. Apakah anda pernah merasa terganggu karena harus
menjalani pengobatan dan konsumsi obat secara rutin?
3. Apakah anda terkadang lupa minum obat?
4. Saat anda melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah,
apakah anda membawa serta obat?
5. Ketika anda merasa kondisi tubuh mulai membaik, apakah
anda akan tetap meminum obat sampai habis?
6. Ketika anda merasa kondisi tubuh memburuk, apakah anda
akan tetap melanjutkan minum obat?
7. Apakah anda sering mengalami kesulitan dalam mengingat
penggunaan obat?
8. Apakah anda pernah mengurangi/menghentikan penggunaan
obat tanpa memberitahu dokter?
49
50

Lampiran 4

TABULASI DATA PENELITIAN

Usia Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kepatuhan


No Ket.
Absolut Kode Absolut Kode Absolut Kode Absolut Kode Absolut Kode Absolut Kode
1 57 3 Perempuan 2 SD 1 Tani 3 Tinggi 1 Sedang 2
2 40 1 Laki-laki 1 PT 4 PNS 4 Rendah 3 Sedang 2
3 49 2 Laki-laki 1 SMA 3 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
4 50 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Rendah 3
5 52 2 Laki-laki 1 SMA 3 Swasta 2 Sedang 2 Tinggi 1
6 48 2 Laki-laki 1 SD 1 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
7 48 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Rendah 3 Sedang 2
8 50 2 Perempuan 2 SMP 2 IRT 1 Sedang 2 Rendah 3
9 48 2 Perempuan 2 SD 1 IRT 1 Tinggi 1 Tinggi 1
10 37 1 Laki-laki 1 SMP 2 Tani 3 Rendah 3 Sedang 2
11 42 1 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
12 60 3 Perempuan 2 SD 1 Tidak Bekerja 6 Sedang 2 Sedang 2
13 62 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Rendah 3 Sedang 2
14 50 2 Perempuan 2 SMA 3 IRT 1 Tinggi 1 Tinggi 1
15 36 1 Laki-laki 1 PT 4 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
16 36 1 Perempuan 2 SMA 3 IRT 1 Sedang 2 Sedang 2
17 60 3 Perempuan 2 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
18 39 1 Laki-laki 1 SMP 2 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
19 40 1 Perempuan 2 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
20 48 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Tinggi 1
21 37 1 Laki-laki 1 SMP 2 Tani 3 Rendah 3 Sedang 2
22 65 4 Perempuan 2 SD 1 IRT 1 Tinggi 1 Tinggi 1
23 60 3 Perempuan 2 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
51

24 55 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2


25 47 2 Laki-laki 1 SMP 2 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
26 38 1 Laki-laki 1 SMA 3 Pedagang 5 Rendah 3 Sedang 2
27 67 4 Laki-laki 1 SD 1 PNS 4 Rendah 3 Rendah 3
28 69 4 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
29 63 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
30 55 2 Perempuan 2 SD 1 Tidak Bekerja 6 Sedang 2 Sedang 2
31 58 3 Perempuan 2 SMP 2 IRT 1 Sedang 2 Sedang 2
32 64 3 Perempuan 2 PT 4 Tidak Bekerja 6 Sedang 2 Rendah 3
33 65 3 Perempuan 2 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
34 39 1 Perempuan 2 SMP 2 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
35 41 1 Laki-laki 1 SMA 3 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
36 48 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
37 56 3 Laki-laki 1 SMP 2 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
38 48 2 Perempuan 2 SD 1 Tidak Bekerja 6 Sedang 2 Sedang 2
39 63 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Tinggi 1 Tinggi 1
40 68 4 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Tinggi 1 Sedang 2
41 66 4 Laki-laki 1 SMP 2 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
42 53 2 Laki-laki 1 PT 4 PNS 4 Sedang 2 Sedang 2
43 38 1 Laki-laki 1 SMA 3 Pedagang 5 Sedang 2 Sedang 2
44 35 1 Laki-laki 1 SMA 3 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
45 42 1 Perempuan 2 SD 1 IRT 1 Sedang 2 Rendah 3
46 65 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
47 66 4 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
48 45 1 Laki-laki 1 PT 4 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
49 63 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
50 65 3 Laki-laki 1 SD 1 Swasta 2 Sedang 2 Rendah 3
51 43 1 Laki-laki 1 SMP 2 Pedagang 5 Sedang 2 Rendah 3
52 54 2 Perempuan 2 PT 4 PNS 4 Sedang 2 Sedang 2
53 52 2 Laki-laki 1 SD 2 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
52

54 60 3 Perempuan 2 SD 2 Tidak Bekerja 6 Sedang 2 Sedang 2


55 37 1 Laki-laki 1 PT 4 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
56 45 2 Laki-laki 1 SD 1 Swasta 2 Tinggi 1 Tinggi 1
57 62 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Rendah 3 Sedang 2
58 56 3 Laki-laki 1 SMA 3 Pedagang 5 Rendah 3 Rendah 3
59 50 2 Perempuan 2 SD 1 IRT 1 Rendah 3 Rendah 3
60 43 1 Perempuan 2 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
61 52 2 Laki-laki 1 SMP 2 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
62 37 1 Perempuan 2 PT 4 PNS 4 Sedang 2 Sedang 2
63 49 2 Laki-laki 1 SMA 3 PNS 4 Sedang 2 Sedang 2
64 37 1 Perempuan 2 SMA 3 Swasta 2 Sedang 2 Rendah 3
65 47 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
66 60 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Rendah 3
67 55 2 Laki-laki 1 SMP 2 Swasta 2 Sedang 2 Rendah 3
68 56 3 Perempuan 2 SMP 2 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
69 38 1 Laki-laki 1 SD 1 PNS 4 Sedang 2 Sedang 2
70 40 1 Laki-laki 1 SMP 2 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
71 47 2 Perempuan 2 PT 4 Swasta 2 Rendah 3 Sedang 2
72 42 1 Perempuan 2 SD 1 Tidak Bekerja 6 Rendah 3 Sedang 2
73 73 4 Laki-laki 1 SMP 2 Tani 3 Tinggi 1 Sedang 2
74 55 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Tinggi 1 Sedang 2
75 50 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Tinggi 1 Tinggi 1
76 39 1 Laki-laki 1 SMA 3 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
77 52 2 Laki-laki 1 SMP 2 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
78 58 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Rendah 3
79 60 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Rendah 3
80 57 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
81 38 1 Perempuan 2 PT 4 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
82 62 3 Laki-laki 1 SMP 2 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
83 54 2 Perempuan 2 SD 1 IRT 1 Sedang 2 Sedang 2
53

84 69 4 Laki-laki 1 SD 1 Pedagang 5 Sedang 2 Rendah 3


85 56 3 Laki-laki 1 SD 1 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
86 48 2 Perempuan 2 SMP 2 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
87 59 3 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
88 46 2 Perempuan 2 PT 4 IRT 1 Rendah 3 Rendah 3
89 36 1 Perempuan 2 PT 4 PNS 4 Rendah 3 Sedang 2
90 39 1 Laki-laki 1 SD 1 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
91 46 2 Perempuan 2 SMA 3 IRT 1 Sedang 2 Sedang 2
92 53 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
93 47 2 Laki-laki 1 SMP 2 Tani 3 Sedang 2 Tinggi 1
94 45 2 Laki-laki 1 SMA 3 Pedagang 5 Sedang 2 Tinggi 1
95 36 1 Perempuan 2 SMA 3 Tidak Bekerja 6 Sedang 2 Sedang 2
96 42 1 Perempuan 2 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
97 37 1 Perempuan 2 SMA 3 IRT 1 Sedang 2 Sedang 2
98 48 2 Laki-laki 1 PT 4 Swasta 2 Tinggi 1 Sedang 2
99 59 3 Perempuan 2 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Sedang 2
100 64 3 Perempuan 2 SMP 2 IRT 1 Sedang 2 Sedang 2
101 50 2 Perempuan 2 SD 1 IRT 1 Tinggi 1 Sedang 2
102 48 2 Laki-laki 1 SD 1 Tani 3 Sedang 2 Rendah 3
103 38 1 Laki-laki 1 SMP 2 Swasta 2 Rendah 3 Sedang 2
104 45 2 Laki-laki 1 SMP 2 Swasta 2 Sedang 2 Sedang 2
105 55 2 Laki-laki 1 SMP 2 Tani 3 Sedang 2 Rendah 3
54
55

Lampiran 5

OUTPUT SPSS
Statistics

Pengetahuan Kepatuhan
Jenis tentang minum obat
Usia Kelamin Pendidikan Pekerjaan hipertensi anti hipertensi
N Valid 105 105 105 105 105 105
Missing 0 0 0 0 0 0

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Dewasa Akhir (Usia
36-44 Tahun) 31 29,5 29,5 29,5

Lansia Awal (Usia


45-55 Tahun) 39 37,1 37,1 66,7
Lansia Akhir (Usia
56-65 Tahun) 27 25,7 25,7 92,4
Manula (>65 Tahun) 8 7,6 7,6 100,0
Total 105 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 67 63,8 63,8 63,8
Perempuan 38 36,2 36,2 100,0
Total 105 100,0 100,0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 51 48,6 48,6 48,6
SMP 25 23,8 23,8 72,4
SMA 16 15,2 15,2 87,6
PT 13 12,4 12,4 100,0
Total 105 100,0 100,0

Pekerjaan
56

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 14 13,3 13,3 13,3
Pegawai Swasta 24 22,9 22,9 36,2
Petani 46 43,8 43,8 80,0
PNS 8 7,6 7,6 87,6
Pedagang 6 5,7 5,7 93,3
Tidak Bekerja 7 6,7 6,7 100,0
Total 105 100,0 100,0

Pengetahuan tentang hipertensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 12 11,4 11,4 11,4
Sedang 78 74,3 74,3 85,7
Rendah 15 14,3 14,3 100,0
Total 105 100,0 100,0

Kepatuhan minum obat anti hipertensi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 10 9,5 9,5 9,5
Sedang 77 73,3 73,3 82,9
Rendah 18 17,1 17,1 100,0
Total 105 100,0 100,0

Lampiran 6
57

SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN

Lampiran 7
58

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN

Lampiran 8
59

DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai