Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ANTI VIRUS”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi

Disusun Oleh :

Firda Nur Hafsari 102017015

Ghina Alghania Puteri 102017016

Meiske Liesdawati 102017022

Resa Eli Rahayu 102017035

PROGRAM VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
Jln. K.H Ahmad Dahlan No.6 Bandung (Banteng Dalam)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya–
lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Farmakologi yang menjelaskan materi tentang “Antivirus” Dalam penulisan
makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang
telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kelompok kami untuk menyampaikan
materin ini, dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka
yang memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Aamiin.

Bandung, September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Virus adalah micro organisme yang bersifat parasit dengan menginfeksi atau
memanfaatkan sel organisme biologis mahluk hidup lainnya seperti manusia, hewan,
tanaman sebagai inangnya. Virus tumbuh dan berkembang biak di sel organisme
biologis mahluk hidup lain karena virus hanya terdiri dari selubung protein yang
terbentuk dari DNA atau RNA saja dan tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi.
Selama bertahun-tahun terdapat anggapan bahwa sangatlah sulit untuk
mendapatkan kemoterapi antivirus dengan selektivitas yang tinggi. Siklus replikasi
virus yang dianggap sangat mirip dengan metabolisme normal manusia menyebabkan
setiap usaha untuk menekan reproduksi virus juga dapat membahayakan sel yang
terinfeksi. Bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang
lebih dalam mengenai tahap-tahap spesifik dalam replikasi virus sebaga target
kemoterapi anti virus, semakin jelas bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai
dan reproduksi virus dapat ditekan dengan efek yang minimal pada sel hospes. 

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan antivirus ?
2. Bagaimana kegunaan dan cara kerja obat antivirus ?
3. Apa efek terepeutik pada obat antivirus ?
4. Bagaimana pencegahan dan interaksi obat antivirus ?
5. Apa saja konta indikasi pada obat antiretrovirus ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari antivirus
2. Untuk mengetahui bagaimana cara kegunaan dan kerja obat antivirus
3. Untuk mengetahui efek terapeutik pada obat antivirus
4. Untuk mengetahui pencegahan dan iteraksi obat antivirus
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Virus merupakan suatu organisme yang terdiri dari suatu asam nukleat yang
dikelilingi oleh lapisan protein. Ada 2 jenis virus, virus DNA (virus besar) dan RNA
(virus kecil). Jika berada diluar sel, virus bersifat inerr (tidak aktif) dan baru aktif
(mengalami replekasi) jika masuk kedalam sel hospes. Jika masuk ke dalam sel, sintesa
sel hospes dieksploitasi oleh virus untuk pentingan multiplikasinya.
Makin besar dan komplek suatu virus makin mudah replekasinya mengalami
gangguan, misalnya pada virus variola. Sebalinya makin kecil dan sederhana suatu virus
relatif sulit replekasinya terganggu. Untuk mengetahui kerja dari obat-obat antivirus
diperlukan pengetahuan tentang siklus hidupnya, karena bebrapa obat bekerja dengan
cara menghambat siklus hidup virus di dalam sel hospos.
Siklus hidup virus dalam sel inang dapat diringkas sebagai berikut:
1. Menempel pada permukaan sel untuk melakukan penetrasi
2. Melakukan pelepasan asam nukleat atau genetik (uncoating) dalam sel
hospes/inang
3. Transakasi mRNA virus (translasi awal)
4. Sintesa protein dengan menekan sintesa molekul sel inang
5. Sintesis enzim yang diperlukan untuk replikasi virus
6. Replekasi asam nukleat virus
7. Sintesis protein virus (tanslasi akhir)
8. Perkaitan virus baru (assembly of viral particle) asam maturasi
9. Pelepasan virus baru keluar dari sel inang untuk menginfleksi sel yang lain.

Virus hanya dapat ditanggulangi oleh antibodies selama masih berada di dalam
darah. Bila virus sudah masuk ke dalam sel, segera system-interferon dengan khasiat
antiviralnya turun tangan, lazimnya dalam beberapa jam setelah dimulainya infeksi.
Interferon adalah protein yang dibentuk oleh sel-sel terinfeksi virus dengan maksud
melindungi sel-sel lain terhadap penyebaran infeksi .Virus tidak bisa membiak lagi
dalam sel-sel yang telah berkontak dengan interferon. Selama bertahun – tahun terdapat
anggapan bahwa sangatlah sulit untuk mendapatkan kemoterapi antivirus dengan
selektivitas yang tinggi. Siklus replikasi virus yang dianggap sangat mirip dengan
metabolisme normal manusia menyebabkan setiap usaha untuk menekan reproduksi
virus juga dapat membahayakan sel yang terinfeksi. Bersamaan dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengertian yang lebih dalam mengenai tahap-
tahap spesifik dalam replikasi virus sebagai target kemoterapi antivirus, semakin jelas
bahwa kemoterapi pada infeksi virus dapat dicapai dan reproduksi virus dapat ditekan
dengan efek yang minimal pada sel hospes.
Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah:
adsorpi virus ke sel (pengikatan , attachment), penetrasi virus ke sel, uncoating
(dekapsidasi), transkripsi tahap awal, translasi tahap awal, replikasi genom virus,
trankripsi tahap akhir, assembly virus dan penglepasan virus. HIV juga mengalami
tahapan-tahapan diatas dengan beberapa modifikasi yaitu pada transkripsi awal
(tahap4) yang diganti dengan reversetranscription; translasi awal (tahap5) diganti
dengan integrasi; dan tahap akhir (assembly dan penglepasan) terjadi bersamaan
sebagai proses “ budding “ dan diikuti dengan maturasi virus. Semua tahap ini dapat
menjadi target intervensi kemoterapi.
Selain dari pada tahapan yang spesifik pada replikasi virus, ada sejumlah enzim
hospes dan proses-proses yang melibatkan sel hospes yang berperan dalam sintesis
protein virus. Semua proses ini juga dapat dipertimbangkan sebagai target kemoterapi
antivirus.
B. Kegunaan dan Kerja Obat Antivirus
Dibawah ini kegunaan cara kerja obat antivirus adalah sebagai berikut :
1. Golongan Antinonretrovirus
a. Antivirus untuk herpes

Obat antivirus yang menghambat atau merusak replikasi virus. Obat-obat yang
efektif terhadap virus ini bekerja selama fase akut infeksi virus dan tidak memberikan
efek pada fase laten. Kecuali foskarnet, obat-obatan tersebut adalah analogpurin atau
pirimidin yang menghambat sintetis virus DNA. Obat-obatan herpes diantaranya
sebagai berikut :

1) Asiklovir
Asiklovir merupakan analog 2’-deoksiguanosin, atau suatu prodrug yang
baru memiliki efek antivirus setelah dimetabolisme menjadi asiklovir trifosfat.
Membantu mengobati infeksi cacar air (varicella zoster), digunakan juga
untuk membantu mengobati herpes simplex encephalitis pada neonatus
dengan usia kurang dari 6 bulan.
Langkah penting cara kerja obat ini adalah, pembentukan asiklovir
monofosfat yang dikatalisis oleh timdin kinase pada sel hospes yang terinfeksi
oleh virus herpes atau varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang
dihasilkan oleh sitomegalo virus. Kemudian enzim seluler menambahkan
gugus fosfat untuk membentuk asiklovir difosfat dan asiklovir trifosfat.
Asiklovir trifosfat menghambat sintetis DNA virus dengan 2’-deoksiguanosin
trifosfat dengan substrat DNA polimerase virus. jika asiklovir dan bukan 2’-
deoksiguanosin yang masuk ketahap replikasi DNA virus, sintetis berhenti .
Inkorporasi asiklovir monofosfat ke DNA memperbaikinya. Pada proses ini,
DNA polimerase virus menjadi inaktif.
2) Gancyclovir
Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus
hidrogsimetil pada posisi 3’rantal samping asikliknya. cara kerja nya sama
dengan asiklovir yang sedikit berbeda adalah pada gansiklovir terdapat
karbon 3’ dengan gugus hidroksil.
Langkah penting kerja obat ini adalah Gansiklovir diubah menjadi
ansiklovir monofosfat oleh enzim fospotransverase yang dihasilkan oleh sel
yang terinfeksi sitomegalovirus merupakan sitras fospotranverase yang lebih
baik dari asiklovir. Waktu paruh eliminasi gansiklovir setidaknya 12 jam,
sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam.
3) Valacyclovir
Merupakan ester L-vaill dari asiklovir dan hanya terdapat dalam formulasi
oral. Setelah ditelan, vasiklovir dengan cepat diubah menjadi asiklovir
melalui enzim vasiklovir hydrolase di saluran cerna di hati.
Langkah kerja valasiklovir yaitu pembentukan asiklovir monofosfat yang
dikatalisis oleh timdin kinase pada sel hospes yang terinfeksi oleh virus
herpes atau varicella zoster atau oleh fosfotransferase yang dihasilkan oleh
sitomegalo virus. Kemudian enzim seluler menambahkan gugus fosfat untuk
membentuk asiklovir difosfat dan asiklovir trifosfat. Asiklovir trifosfat
menghambat sintetis DNA virus dengan 2’-deoksiguanosin trifosfat dengan
substrat DNA polimerase virus. jika asiklovir dan bukan 2’-deoksiguanosin
yang masuk ketahap replikasi DNA virus, sintetis berhenti . Inkorporasi
asiklovir monofosfat ke DNA memperbaikinya. Pada proses ini, DNA
polimerase virus menjadi inaktif.
b. Antivirus untuk influenza

Pengobatan untuk infkesi anti virus pada saluran pernafasan termasuk


infleuenza tipe A dan B, virus sinsitial pernafasan (RSV)

1) Amantadin dan rimantadin


Amantadine dan rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi
kerjanya terbatas hanya pada influenza A saja.
Langkah kerja obat amantadine dan rimantadi yaitu anti virus yang bekerja
pada protein M2 virus, suatu kanaldion transmembran yang diaktifasi oleh
Ph, kanal M2 merupakan pintu masuk ion ke virion selama uncoatin. Hal ini
menyebabkan destabilisasi ikatan protein serta proses transport DNA virus
ke nucleus. Selain itu fluks kanalion M2 mengatur ph komatermen intra
seluler terutama apartus Golgi.
c. Inhibitor Neuraminidase (Oseltamivir, Zanamivir)
Meupakan obat anti virus dengan mekanisme kerja yang sama terhadap virus
influenza A dan B. Keduanya merupakan Inhibitor Neuraminidase yaitu reseptor
permukaan sel virus influenza.

Langkah kerja obat Inhibitor Neuraminidase yaitu asam N-aseltineuraminat


merupakan komponen pada sekresi respirasi, virus berkitan pada mucus, namun
yang menyebabkan penetrasi virus kepermukaan sel adalah aktivitas enzim
neuraminidase. Hambatan terhadap neuraminidase mencegah terjadinya infeksi.
Neuraminidase juga untuk pelepasan virus yang optimal dari sel yang terinfeksi,
yang meningkatan penyebaran virus dan intensitas infeksi. Hambatan
neuraminidase menurunkan kemungkinan berkembangnya influenza dan
menurunkan tingktan keparahan, jika penyakitnya berkembang.

1)Ribavirin
Merupakan analog sinetik guanosin, efektif terhadap virus RNA dan
DNA.
Langkah kerja obat ribavirin yaitu merupakan analog guanosin yang cincin
purinnya tidak lengkap. Setelah mengalami fosforilasi intrasel, ribavin trifosfat
mengganggu tahap awal transkripsi virus, seperti proses capping dan elongasi
mRNA serta menghambat sintetis ribonukleoprotein.
d. Antivirus untuk HBV dan HCV
1) Lamifudin
Langkah kerjanya merupakan L-Enantiomer analog deoksisitidin.
Lamifudin dimetabolisme di hepatosit menjadi bentuk triposfat yang aktif.
Lamifudin bekerja dengan cara menghentikan sitesis DNA, secara
komfetitif menghambat polymerase virus. Lamifudin tidak hanya aktif terhadap
HBV wild-type saja, namun juga terhadap varian precorel core promoter dan
dapat mengatasi hiper responsivitas sel T sitotoksik pada pasien yang terinfeksi
kronik.
2. Golongan obat Antirertovirus (Antivirus untuk HIV)
a. Nucleoside reverse transcriptase inhibator (NRTI)
Reverse Transkriptase (RT) mengubah RNA virus menjadi DNA profiral
sebelum bergabung dengan kromosom hostpes. Karena anti virus golongan ini
bekerja pada tahap awal areplikasi HIV, obat-obat golongan ini menghambat
terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yang
telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat golongan NRTI harus
mengalami posporilasi oleh enzim sel hostpes disitoplasma. Yang termasuk
komplikasi oleh obat-obat ini adalah asidosilaktat dan hepatomegalik berat dengan
steatosis.
1) Zidovudin
Cara kerja target zidofudin adalah enzim reperse transcriptase (RT) HIV.
Zidofudin bekerja dengan cara menghambat enzim reperse transkrptase virus,
setelah gugus asidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami posporilasi.
2) Didanosin
Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
b. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI)
Merupakan pertama yang ada untuk terapi infkesi HIV-1. Obat ini
digunakan dalam kombinasi dengan obat anti reprovirus lainnya. Tidak seperti
NRTIyang harus melalui tiga tahap posporilase intra selular untuk menjadi
bentuk aktif NRTI hanya membutuhkan dua tahap posporilase saja. Diharapkan
berkurangnya satu tahap posporilase obat dapat bekerja lebih cepat dan
konfersinya menjadi bentuk lebih aktif lebih sempurna.
1) Tenofivir Disoproksil
Cara kerja pada HIV RT (dan HBV RT) dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
c. Non-Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI)
Merupakan kelas obat yang menghambat aktifitas enzim revers
transcriptase dengan cara berikatan ditempat yang dekat dengan tempat aktif
enzim dan menginduksi perubahan konformasi pada situs aktif ini. Semua
senyawa NNRTI dimetabolisme oleh sitokrom P450 cenderung berinteraksi
dengan obat lain.
1)Nevirapin
Cara kerja obat ini adalah bekerja pada situs alosteri tempat ikatan non
subtrak HIV-1 RT.
d. Protease inhibitor (PI)
Merupakan semua PI bekerja dengan cara berikatan secara risible
dengan situs aktif HIV-protease. HIV-protease sangat penting untuk infektifitas
virus dan penglepasan poliprotein virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya
penglepasan poliprotein virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya penglepasan
polipeptida prekorsor virus oleh enzim protease sehinga dapat menghambat
maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel virus yang imatur dan tidak
virulen.
1) Sakuinafir
Cara kerja obat ini yaitu sakuinafir bekerja pada tahap transisi merupakan
HIV protease peptidomimetic inhibitor.
e. Viral entry inhibitor
Enfuvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dalam golongan viral
entry inhibitor. Obat ini bekerja dengan cara menghambat fusi virus ke sel.
Obat ini bejkerja dengan cara menghambat masukan HIV ke sel melalui
reseptor CXCR4.
a. Enfurtid
Cara kerja obat ini yaitu menghambat masuknya HIV-1 ke dalam
sel dengan cara menghambat fusi virus ke membran sel.
C. Efek Terapeutik pada Antivirus
1. Antinonretrovirus

D. Efek samping obat antivirus


1. Golongan obat Antinonretrovirus
a. Antivirus untuk herpes
1) Asiklovir
Efek samping : Diare, sakit perut, mual, muntah, demam, mengantuk,ruam gatal
nyeri punggung, sakit kepala atau pusing, perubahan suasana hati.
2) Gansiklovir
Efek samping : Demam, infeksi, panas dingin, diare, anoreksia, muntah, anemia
3) Valacyclovir
Efek samping : Sakit kepala, penurunan fungsi hati, peradangan saluran nafas
bagian atas, mual, nyeri perut, turunnya jumlah sel putih
b. Antivirus untuk influenza
a. Amantadin
Efek samping : Pusing, insomnia, kegelisahan atau agitasi, sulit bekonsentrasi,
ruam di kulit yang parah atau stevens-jhonson.
b. Rimantadin
Efek samping : Mual, muntah, diare kehilangan nafsu makan, mulut kering,
insomnia, sakit kepala, kecemasan, sulit berkonsentrasi.
c. Oseltamivir
Efek samping : Batuk, gangguan tidur, diare, sakit tenggorokan, gangguan
pencernaan, sakit perut.
d. Zanamivir
Efek samping : Perasaan sakit, muntah, sakit tenggorokan, batuk, hidung
tersumbat, sakit kepala, gerakan longgar.
e.Ribavirin
Efek samping : Sakit kepala, mual atau diare ringan, gejala meriang, pilek,
bersin, batuk, perubahan pada bentuk lokasi lemak tubuh (terutama pada
lengan, kaki, muka, leher, payudara).
b. Antivirus HBV dan HDC
a.Lamifudin
Efek samping: Sakit kepala, infeksi saluran nafas,batuk, pusing, nyeri abdomen
2. Golongan obat Antirertovirus (Antivirus untuk HIV)
a. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
a. Zidovudin
Efek samping : Anemia, sakit kepala, mual, neutropenia
b. Didanosin
Efek samping : Nyeeri otot, mati rasa atau rasa dingin di lengan dan kaki,
kesulitan bernafas, pusing, lelah, sakit perut, detang jantung cepat atau tidak
rata
c. Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)
a. Tenovir disoproxil
Efek samping : Sakit kepala, demam, sakit perut, mual, diare, gangguan
pencernaan, muntah, sakit punggung
d. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
a. Navirapin
Efek samping : Batuk, darah tinggi, ruam, mual, kram perut, penurunan
jumlah granulosit.
e. Protase Inhibitor (PI)
a. Sakuinavir
Efek samping : Eksim, kulit kering, mual, sakit kepala, rambut rontok, nyeri
sendi, ruam, muntah
f. Viral Entry Inhibitor
a. Enfuvirtid
Efek samping : Insomnia, gugup, depresi, kelelahan, nyeri otot, mual,
perubahan kemampuan pengecapan
E. Pencegahan dan Interaksi obat
1. Golongan obat Antinonretrovirus
a. Antivirus untuh herpes
1) Asiklovir
Pencegahan :
Beri tahu dokter dan apoteker jika alergi terhadap obat acyclovir, atau
bahan lainnya yang terkandung dalam obat ini. Beri tahu dokter dan apoteker
mengenai obat-obatan baik yang menggunakan resep atau tidak, seperti
suplemen, vitamin. Beri tahu kepada dokter tentang kondisi kesehatan saat ini.
Interaksi obat :
Probenecid, cimetidine, karena beresiko meningkatkan kadar acyclovir
dalam darah.
Ciclosporin, tacrolimus atau obat lainnya yang mempengaruhi kerja ginjal,
karena dapat meningkatkan toksisitas pada ginjal.
2) Gansiklovir
Pencegahan :
Beri tahu dokter tentang semua obat vitamin, supelemen herbal yang
digunakan, sehingga dokter akan membantu mencegah atau mengatur
interaksi obat.
Interaksi obat :
Gansiklovir dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini,
Adriamycin, Amphotericin, Dapsone, Didanosine, Pentamidine
3) Valacyclovir
Pencegahan :
Sebelum menggunakan obat valacyclovir, informasikan kepada dokter
tentang daftar obat anda saat ini. Seperti vitamin, suplemen
Interaksi obat :
Konsumsi valacyclovir dengan obat lain dapat menimbulkan interaksi obat
seperti, meningkatkan resiko gagal ginjal jika dikonsumsi dengan obat yang
mengganggu fungsi ginjal seperti antibiotik aminoglikosida. Juga berisiko
meningkatkan kadar valacyclovir dalam darah jika dkonsumsi dengan
cimetidine.
b. Antivirus untuk influenza
1) Amantadin
Pencegahan :
Jika anda mengkonsumsi obat lain atau produk toko pada waktu
bersamaan, efek amantadin dapat berubah. Katakan pada dokter tentang obat
lain atau vitamin yang digunakan untuk mencegah datau mengatur interaksi
obat
Interaksi obat :
Amantadin dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini, Central
nervous system stimulants, Dyazide, Quinine
2) Rimantadin
Pencegahan :
Beri tahu dokter dan apoteker jika alergi terhadap obat Rimantadin, atau
bahan lainnya yang terkandung dalam obat ini. Beri tahu dokter dan apoteker
mengenai obat-obatan baik yang menggunakan resep atau tidak, seperti
suplemen, vitamin. Beri tahu kepada dokter tentang kondisi kesehatan saat ini.
Interaksi obat :
Rimantadine dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini,
Acetaminophe, aspirin, cimetidin, Live attenuated influenza caccine
3) Oseltamivir
Pencegahan :
Jika anda mengkonsumsi obat lain atau produk toko pada waktu
bersamaan, efek oseltamivir dapat berubah. Katakan pada dokter tentang obat
lain atau vitamin yang digunakan untuk mencegah datau mengatur interaksi
obat.
Interaksi obat :
Oseltamivir dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini, Alimta,
baraclude, folex pfs.
4) Zanamivir
Pencegahan :
Beri tahu dokter dan apoteker jika alergi terhadap obat zanamivir, atau
bahan lainnya yang terkandung dalam obat ini. Beri tahu dokter dan apoteker
mengenai obat-obatan baik yang menggunakan resep atau tidak, seperti
suplemen, vitamin. Beri tahu kepada dokter tentang kondisi kesehatan saat ini.
Interaksi obat :
Zanamivir dapat beinteraki dengan obat dan produk berikut ini, Trivalent dan
Attenuated influenza vaccine
5) Ribavirin
Pencegahan :
Beri tahu dokter dan apoteker jika alergi terhadap obat ribavirin, atau
bahan lainnya yang terkandung dalam obat ini. Beri tahu dokter dan apoteker
mengenai obat-obatan baik yang menggunakan resep atau tidak, seperti
suplemen, vitamin. Beri tahu kepada dokter tentang kondisi kesehatan saat ini.
Interaksi obat :
Ribavirin dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini, azathioprine,
bexarotene, imuran.
c. Antivirus HDV dan HDC
1) Lamivudin
Pencegahan :
Jika alergi terhadap lamivudin (epivir, epivir HBV), penting untuk
diketahui bahwa kedua obat kombinasi ini dijual terpisah dengan merek
produk epivir, epivir HBV. Beri tahu dokter jika sedang mengkonsumsi salah
satu obat-obatan ini, untuk memastikan anda tidak akan mendapatkan dua
kali dosis dari obat yang sama.
Interaksi obat :
Simpan daftar semua produk yang anda gunakan termasuk obat-obatan .
Jangan memulai, memberhentikan atau mengganti dosis obat apapun dari
persetujuan dokter. Berikut ini adalah Lamivudin yang dapat berinteraksi
dengan obat lain seperti, interferon alfa atau ribavirin karena beresiko
penyakit hati serius, stavudine efektifitas obat ini akan berkurang akibat
interaksi dengan lamivudin/zidovudin, acetaminophen, ganciklovir, ibuprofen
dapat meningkatkan resiko efek samping atau toksisitas dari lamivudin.
2. Golongan obat Antiretrovirus
a. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
1) Zidovudin
Pencegahan :
Beri tahu dokter dan apoteker jika alergi terhadap obat zidovudin, atau
bahan lainnya yang terkandung dalam obat ini. Beri tahu dokter dan apoteker
mengenai obat-obatan baik yang menggunakan resep atau tidak, seperti
suplemen, vitamin. Beri tahu kepada dokter tentang kondisi kesehatan saat ini.
Interaksi obat :
Menggunakan obat ini dengan salah satu obat-obatan berikur biasanya
tidak dianjurkan, tetapi mungkin diperlukan dalam beberapa kasus, jika kedua
obat yang diresepkan bersamaan, dokter dapat mengubah dosis atau
mengubah seberapa sering menggunakan salah satu obat : Clarithromycin,
dapson, doxorubicin, flucytosin.
2) Didanosin
Pencegahan :
Sebelum mengkonsusmsi didanosin, beri tahu dokter dan apoteker jika
alergi terhadap didanosin, obat lain atau salah satu bahandalam kapsul
diadosin. Tanyakan apoteker atau lihat panduan obat untuk daftar bahan.
Anda harus tahu nahwa ketika mengumsumsi obat untuk mengobati infeksi
HIV, sistem kekebalan tubuh anda harus lebih kuat dan siap melawan infeksi
lain yang sudah ada dalam tubuh.
Interaksi obat :
Mengonsumsi obat ini dengan obat-obatan berikut direkomendasikan.
Dokter mungkin tidak akan meresepkan obat ini kepada anda atau akan
mengganti beberapa obat yang sudah dikonsumsi. Allopurinol, Ribavirin.
b. Nulcleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)
1) Tenovir Disoproxil
Pencegahan :
Katakan kepada dokter tentang semua obat, vitamin, suplemen dan herbal
yang anda gunakan, sehingga dokter dapat membantu dan mencegah atau
mengatur interaksi obat.
Interaksi obat :
Tenovir Disoproxil dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini,
Acyclovir, atanazavir, gentamicin, caniciclovir
c. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
1) Navirapin
Pencegahan :
Katakan kepada dokter tentang semua obat, vitamin, suplemen dan herbal
yang anda gunakan, sehingga dokter dapat membantu dan mencegah atau
mengatur interaksi obat.
Interaksi obat :
Navirapin dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini,
ketoconazole, methadone, rifabuti, rifampin.
d. Protase Inhibitor (PI)
1) Saquinafir
Pencegahan :
Katakan kepada dokter tentang semua obat, vitamin, suplemen dan herbal
yang anda gunakan, sehingga dokter dapat membantu dan mencegah atau
mengatur interaksi obat.
Interaksi obat :
Saquinavir dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini,
amoxapin, aspirin, asenapin, chloroquine
e. Viral Entry Inhibitor
1) Enfuvirtid
Pencegahan :
Katakan kepada dokter tentang semua obat, vitamin, suplemen dan herbal
yang anda gunakan, sehingga dokter dapat membantu dan mencegah atau
mengatur interaksi obat.
Interaksi obat :
Enfuvirtid dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini,
cobicsitat, mannitol, warfain.
F. Kontra Indikasi obat
1. Golongan obat Antinonretrovirus
a. Antivirus untuk herpes
1) Asiklovir
Kontra Indikasi :
Infeksi HSV-1 dan HSV-2, baik lokal maupun sistemik (keratitisherpetik,
herpetik ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonal dan herpeslabialis), infeksi
VZV (Vericella DAN Herpes Zoster) dengan dosis yang lebih tinggi
2) Gansiklovir
Kontraindikasi :
Gansiklovir tidak boleh dikonsumsi jika memiliki hipersensitivitas terhadap
gansiklovir atau acyclovir
3) Vancyvlovir
Kontraindikasi :
Infeksi herpes zoster, terapi awal dan mencegah kambuhan infeksi herpes
simpleks pada kulit dan membran mukosa termasuk terapi awal dan herpes
geintal kambuhan, pencegahan penyakit pasca transplantasi ginjal.
b. Antivorus untuk influenza
1) Amantadin
Kontra indikasi :
Amantadin tidak boleh dikonsumsi apabila memiliki kondisi hipersensitivitas.
2) Rimantadin
Kontra indikasi :
Rimantadin tidak boleh dikonsumsi apabila memiliki kondisi
hipersensittivitas.
3) Oseltamivir
Kontra indikasi :
Oseltamivir tidak boleh dikonsumsi apabila memiliki kondisi hipersensitivitas
4) Zanamivir
Kontra indikasi :
Zanamivir tidak boleh dikonsumsi jika memiliki kondisi asma, bronkitis
kronis, hipersensitivitas.
5) Ribavirin
Kontra indikasi :
Ribavirin tidak boleh dikonsumsi jika memiliki kondisi depresi, penyakit
jantung, hipersensitivitas, masalah ginjal, infeksi HIV.
c. Antivirus HDV dan HDC
1) Lamivudin
Kontra indikasi :
Lamivudin tidak bolehn dikonsumsi jika memiliki kondisi seperti
gangguan fungsi ginjal, hipersensitivitas, menyusui.
2. Golongan obat antiretrovirus
a. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
1) Zidovudin
Kontra indikasi :
Zidovudin tidak boleh dikonsumsi jika memiliki kondisi seperti gangguan
fungsi ginjal, masalah hati, neutropenia
2) Didanosin
Kontra indikasi :
Didanosin tidak boleh dikonsumsi jika memiliki hipersensitivitas,
pemberian bersama allopurinol atau ribavirin, reaksi alergi terhadap obat ini.
b. Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NtRTI)
1) Tenovir Disoproxil
Kontra indikasi :
Tenovir disoproxil tidak boleh dikonsumsi jika memiliki hipersensitivitas
c. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI)
1) Navirapin
Kontra Indikasi :
Navirapin tidak boleh dionsumsi jika memiliki kondisi hipersensitivitas,
kehamilan, sedang menyusui.
d. Protase Inhibitor (PI)
1) Saquinafir
Kontra indikasi :
Saquinavir tidak boleh dikonsumsi jika memiliki kondisi seperti masalah
elektrolit, masalah hati, detak jantung tidak teratur.
e. Viral Entry Inhibitor
1) Enfuvirtid
Kontra indikasi :
Enfuvirtid tidak boleh dikonsumsi jika memiliki kondisi seperti
hipersensitivitas.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Virus adalah micro organisme yang bersifat parasit dengan menginfeksi atau
memanfaatkan sel organisme biologis mahluk hidup lainnya seperti manusia, hewan,
tanaman sebagai inangnya. Virus tumbuh dan berkembang biak di sel organisme
biologis mahluk hidup lain karena virus hanya terdiri dari selubung protein yang
terbentuk dari DNA atau RNA saja dan tidak memiliki perlengkapan selular untuk
bereproduksi.
Klasifikasi pembahasan obat antivirus adalah terdiri dari antivirus untuk
herpers, antivirus untuk influenza, dan antiretrovirus yang terdiri dari nukleuside
reverse transcriptase inhhibiror (NRTI), NNRTI (non neokleoside reverse transcriptase
inhibitor), dan Proteaseinhibitor (PI),
B. Saran
Daftar Pustaka
Kee, Joyce L dan Hayes, Evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai