Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

“MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE) DIAZEPAM PADA TIKUS”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
FARMASI D

1. 201910410311176 RISKI FAJRIN AYU KUSUMA HADI


2. 201910410311177 LALA FAUZIAH
3. 201910410311178 IHSANI RAHAYU SALEH
4. 201910410311179 NADIATUL FITRIA ZAHRA
5. 201910410311180 DELVIKASARI PAWAE
6. 201910410311181 SHOVIA AISYATUL KHOIRONI
7. 201910410311182 RANDI NOR ARFIN
8. 201910410311183 ALATA OKTAFININGSIH

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum farmakologi ini tepat pada waktunya. Laporan praktikum yang berjudul
“Menentukan ED50 (effective dose) Diazepam pada Tikus” disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah farmakologi.

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan akhir ini dari awal sampai akhir. Semoga laporan praktikum
biokimia ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.

Malang, Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE) DIAZEPAM PADA TIKUS

I. TUJUAN
1. Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian diazepam secara
intraperitoneal.
2. Menentukan ED50 (dosis yang memberikan efek) tidur diazepam

II. DASAR TEORI


Obat sedatif-hipnotik memiliki efek farmakologik yang mirip dengan anestetik
umum, jika obat-obat tersebut diberikan dengan dosis yang lebih besar, efeknya sama
dengan anestesi umum. Kedua jenis obat tersebut memiliki mekanisme yang sama
dalam menekan sistem saraf pusat. Obat sedatif hipnotik menunjukkan bahwa guna
terapi utamanya untuk menyebbakan sedasi (bersamaan dengan hilangnya asietas)
atau untuk mendorong tidur. Sedative efektif akan mengurangi asietas dan
menimbulkan efek menenangkan dengan sedikit atau tanpa efek atau fungsi motorik.
Tingkat depresi susunan saraf pusat yang disebabkan oleh sedative minimum harus
sesuai dengan kemanjuran terapi. Obat hipnotik akan menimbulkan ngantuk serta
mendorong mulai dan dipertahankannya keadaan tidur yang sejauh mungkin
menyerupai keadaan tidur alamiah. Efek hipnotik melibatkan depresi susunan saraf
pusat yang lebih menonjol daripada sedasi dan ini dapat di capai dengan Sebagian
besar obat sedative hanya dengan meningkatkan dosis

Diazepam merupakan obat dari golongan benzodiazepine. Golongan obat ini


bekerja pada system saraf pusat dengan efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan
terhadap rangsangan emosi/anxietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Diazepam
menyebabkan tidur dan penurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan bicara
lambat, tetapi tidak berefek analgesik. Diazepam tidak menimbulkan potensiasi
terhadap efek penghambat neuromuscular dan efek analgesik obat narkotik. Diazepam
digunakan untuk menimbulkan sedasi basal pada anestesi regional, endoskopi, dan
prosedur dental, juga untuk induksi anesthesia terutama pada penderita dengan
penyakit kardiovaskuler. Dipasaran, diazepam tersedia dalam bentuk tablet, injeksi
dan gel rectal, dalam berbagai dosis sediaan. Diazepam termasuk obat dengan kelas
terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif

ED50 (Effective Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan efek terapi pada
50% individu. Pemberian fenobarbital dan diazepam secara intraperitoneal digunakan

4
untuk menentukan ED50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% individu
atau separuh dari jumlah individu yang diamati memberi respon tidur Indikasi dari
diazepam adalah untuk status epileptikus, ansietas atau insomnia, konvulsi akibat
keracunan, kejang demam, dan untuk spasme otot.Diazepam digunakan untuk
memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan,
diazepam juga dapat mengatasi gemetaran, kegilaan, dan halusinasi sebagai akibat
mengkonsumsi alcohol. Diazepam juga dapat dignakan untuk kejang otot. Kejang otot
merupakan penyakit neurology. Diazepam digunakan sebagai obat penenang dan
dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.

Efek sedatif dapat mempengaruhi kemampuan koordinasi motorik hewan uji.


Besar kecilnya pengaruh terhadap koordinasi motorik tersebut dapat menggambarkan
besar kecilnya efek sedasi. Oleh karena itu, efek sedatif ini akan kita amati melalui
percobaan dengan hewan uji, menggunakan parameter seperti yang tertera pada
lembar pengamatan.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat:

1. Kapas
2. Kain
3. Spuit
4. Kasa
5. Klem

Bahan:

1. Alkohol
2. Diazepam (dosis 1 mg/kgBB, 2,5 mg/kgBB, 5 mg/kgBB)
3. Tikus 3 ekor

IV. PROSEDUR KERJA

5
V. PERHITUNGAN DOSIS

No. DOSIS YANG DIBERIKAN BERAT BADAN TIKUS


A 1 mg/kgBB 155 g
B 2,5 mg/kgBB 143 g
C 5 mg/kgBB 138 g
0,155 kg
Tikus A = × 1 mg=0,155 mg
1 kg

0,143 kg
Tikus B = × 2,5 mg=0,358 mg
1 kg

0,138 kg
Tikus C = × 5 mg=0,69 mg
1 kg

VI. QUIZ PENGAMATAN

Menit Nomor Postur Aktivitas Ataxia Righting Test Analgesi Ptosis Mati
Ke- Ekaperimen Tubuh Motor Reflex Kasa a
A + + + + + + + -
30 B ++ +++ ++ + + + ++ -
C ++ +++ +++ + + +++ +++ -

VII. TABEL PENGAMATAN

Menit Nomor Postur Aktivitas Ataxia Righting Test Analgesia Ptosis Mati
Ke- Ekaperimen Tubuh Motor Reflex Kasa

5 A + - - - + - - -
B ++ +++ + +++ + - ++ -
C ++ +++ + + ++ ++ - -
10 A + ++ + - + - - -
B ++ +++ + +++ ++ - ++ -
C ++ ++++ + - ++ ++ - -
15 A ++ +++ + ++ + - - -
B ++ ++++ ++ +++ ++ - ++ -
C ++ ++++ ++ +++ ++ ++ ++ -
30 A ++ +++ ++ ++ + - ++ -
B ++ +++ ++ +++ +++ - + -
C +++ ++++ +++ +++ ++ ++ +++ -
60 A ++ +++ ++ ++ + + ++ -
B + +++ +++ +++ + - + -
C +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ -

VIII. HASIL PENGAMATAN

Dosis Respon Tidur (+/-) Dari Kelompok I % Indikasi Yang

6
Memberikan Respon
I II III IV V VI
1 mg/kgBB - - - - - - 0%
2,5 mg/kgBB - - + - - - 16,6%
5 mg/kgBB + + + + + + 100%

% Indikasi yang berespon = (jumlah tikus tidur : jumlah total tikus) x 100%

- 1 mg/kgBB

= (0:6) x 100%

= 0%

- 2,5 mg/kgBB

= (1:6) x 100%

= 16,6%

- 5 mg/kgBB

= (6:6) x 100%

= 100%

Menentukan ED50 dengan menggunakan persamaan regresi y = a + bx

Didapatkan:

a = -34,3837

b = 25,8531

r = 0,9749

maka, y = a + bx

50 = -34,3837 + 25,8531 (x)

50 + 34,3837 = 25,8531 (x)

= 3,26 mg/kgBB

Jadi, dosis yang menyebabkan efek tidur dari diazepam pada 50% populasi
adalah 3,26 mg/kgBB

7
IX. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui ED50 atau dosis yang dapat memberikan
efek pada 50% individu dari obat diazepam pada hewan coba yaitu tikus. Efek yang
ditimbulkan adalah efek tidur.
Dari hasil pengamatan setelah pemeberian sedian diazepam pada tikus
mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku pada tikus khususnya pada aktivitas
yang dipengaruhi oleh SSP. Hal ini disebabkan efek dari obat diazepam sendiri yang
memberikan efek atau pengaruh pada sistem saraf pusat. Berikut perubahan perilaku
yang terlihat pada tikus.

1. Postur tubuh
Pada tikus A dan B mengalami onset of action pada menit ke-15 ditandai dengan
kepala tegak dan punggung mulai datar (++) sedangkan pada tikus C mengalami
onset of action pada menit ke-10.
2. Aktifitas motorik
Pada tikus A mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan gerak
menurun pada saat dipegang (+++), sedangkan pada tikus B dan C mengalami
onset of action pada menit ke-30.
3. Ataksia
Pada tikus C mengalami onset of action pada menit ke-5 dengan inkoordinasi
terlihat jelas(++), pada tikus B mengalami onset of action pada menit ke-15,
sedangkan pada tikus A mengalami onset of action pada menit ke-30.
4. Righting reflek
Pada tikus C mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan diam
padadua posisi miring. Tikus satu pada menit ke-30, sedangkan pada tikus C tidak
mengalami
5. Tes kasa
Pada tikus C mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan jatuh
padasaat kasa dibalik. Tikus A pada menit ke-15 sedangkan pada tikus B pada
menit ke-30.
6. Analgesia
Pada tes analgesia yang terlihat jelas mngalami onset of action pada tikus A
padamenit ke-30 ini ditandai dengan tidak adanya respon pada saat kaki dijepit.
7. Ptosis
Pada tikus A dan C mengalami ptosis pada menit ke-30 ditandai dengan palpebral
menutup ½. Tetapi pada tikus C sudah mengalami efek tidur pada menit ke-20
sedangkan pada tikus A menit pada menit ke-30.

Dari tabel hasil pengamatan respon tidur yang didapatkan pada hewan coba
tikus tiap kelompak adalah, tikus A dengan perlakuan pemberian diazepam dengan
dosis 1 mg/ kgBB tidak terjadi respon tidur pada tikus seluruh kelompok. Pada tikus
B dengan perlakuan pemberian diazepam dengan dosis 2,5 mg/kgBB respon tikus
terjadi hanya pada kelompok III . Pada tikus C dengan perlakuan pemberian diazepam
dengan dosis 5 mg/kgBB terjadi respon tidur pada kelompok 1,2, 3, 4, 5 dan 6.

8
Dari hasil persamaan regeresi didapat bahwa dosis yang dapat menyebabkan
efek tidur pada 50% individu (hewan coba) adalah dosis diazepam 3,26 mg/kgBB.

X. KESIMPULAN

1. Pemberian diazepam dapat mempengaruhi sistem saraf yaitu memberikan efek


sedative- hipnotikum, yaitu ditandai dengan perubahan prilaku hewan coba.
2. Semakin besar pemberian diazepam akan memeberikan efek yang semakin besar
pula
3. ED50 adalah dosis efektif yang dapat memeberikan efek pada 50% individu
4. Dosis diazepam yang dapat memberikan efek positif yaitu efek tidur pada 50%
individu hewan coba adalah 5,85 mg/kgBB

9
XI. BAHAN DISKUSI

1. Jelaskan mekanisme perubahan perilaku seperti di atas terkait kerja diazepam sebagai

ansiolitik dan sedative!

2. Mengapa perlu dilakukan uji ED50?

Jawaban:
1.

10
DAFTAR PUSTAKA

(Praktikum and Learning 2021)Praktikum, Petunjuk, and Blended Learning. 2021. “Farmakologi I.”

Santoso L. Goodman, & Gillman.(2012). Dasar Farmakologi dan Terapi. Penerjemah: Amalia. Jakarta:
EGC

11

Anda mungkin juga menyukai