DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
FARMASI D
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami, sehingga pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum farmakologi ini tepat pada waktunya. Laporan praktikum yang berjudul
“Menentukan ED50 (effective dose) Diazepam pada Tikus” disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah farmakologi.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan laporan akhir ini dari awal sampai akhir. Semoga laporan praktikum
biokimia ini bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
MENENTUKAN ED50 (EFFECTIVE DOSE) DIAZEPAM PADA TIKUS
I. TUJUAN
1. Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian diazepam secara
intraperitoneal.
2. Menentukan ED50 (dosis yang memberikan efek) tidur diazepam
ED50 (Effective Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan efek terapi pada
50% individu. Pemberian fenobarbital dan diazepam secara intraperitoneal digunakan
4
untuk menentukan ED50 yaitu dosis yang memberikan efek tidur pada 50% individu
atau separuh dari jumlah individu yang diamati memberi respon tidur Indikasi dari
diazepam adalah untuk status epileptikus, ansietas atau insomnia, konvulsi akibat
keracunan, kejang demam, dan untuk spasme otot.Diazepam digunakan untuk
memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan,
diazepam juga dapat mengatasi gemetaran, kegilaan, dan halusinasi sebagai akibat
mengkonsumsi alcohol. Diazepam juga dapat dignakan untuk kejang otot. Kejang otot
merupakan penyakit neurology. Diazepam digunakan sebagai obat penenang dan
dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.
Alat:
1. Kapas
2. Kain
3. Spuit
4. Kasa
5. Klem
Bahan:
1. Alkohol
2. Diazepam (dosis 1 mg/kgBB, 2,5 mg/kgBB, 5 mg/kgBB)
3. Tikus 3 ekor
5
V. PERHITUNGAN DOSIS
0,143 kg
Tikus B = × 2,5 mg=0,358 mg
1 kg
0,138 kg
Tikus C = × 5 mg=0,69 mg
1 kg
Menit Nomor Postur Aktivitas Ataxia Righting Test Analgesi Ptosis Mati
Ke- Ekaperimen Tubuh Motor Reflex Kasa a
A + + + + + + + -
30 B ++ +++ ++ + + + ++ -
C ++ +++ +++ + + +++ +++ -
Menit Nomor Postur Aktivitas Ataxia Righting Test Analgesia Ptosis Mati
Ke- Ekaperimen Tubuh Motor Reflex Kasa
5 A + - - - + - - -
B ++ +++ + +++ + - ++ -
C ++ +++ + + ++ ++ - -
10 A + ++ + - + - - -
B ++ +++ + +++ ++ - ++ -
C ++ ++++ + - ++ ++ - -
15 A ++ +++ + ++ + - - -
B ++ ++++ ++ +++ ++ - ++ -
C ++ ++++ ++ +++ ++ ++ ++ -
30 A ++ +++ ++ ++ + - ++ -
B ++ +++ ++ +++ +++ - + -
C +++ ++++ +++ +++ ++ ++ +++ -
60 A ++ +++ ++ ++ + + ++ -
B + +++ +++ +++ + - + -
C +++ +++ +++ +++ ++ ++ ++ -
6
Memberikan Respon
I II III IV V VI
1 mg/kgBB - - - - - - 0%
2,5 mg/kgBB - - + - - - 16,6%
5 mg/kgBB + + + + + + 100%
% Indikasi yang berespon = (jumlah tikus tidur : jumlah total tikus) x 100%
- 1 mg/kgBB
= (0:6) x 100%
= 0%
- 2,5 mg/kgBB
= (1:6) x 100%
= 16,6%
- 5 mg/kgBB
= (6:6) x 100%
= 100%
Didapatkan:
a = -34,3837
b = 25,8531
r = 0,9749
maka, y = a + bx
= 3,26 mg/kgBB
Jadi, dosis yang menyebabkan efek tidur dari diazepam pada 50% populasi
adalah 3,26 mg/kgBB
7
IX. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui ED50 atau dosis yang dapat memberikan
efek pada 50% individu dari obat diazepam pada hewan coba yaitu tikus. Efek yang
ditimbulkan adalah efek tidur.
Dari hasil pengamatan setelah pemeberian sedian diazepam pada tikus
mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku pada tikus khususnya pada aktivitas
yang dipengaruhi oleh SSP. Hal ini disebabkan efek dari obat diazepam sendiri yang
memberikan efek atau pengaruh pada sistem saraf pusat. Berikut perubahan perilaku
yang terlihat pada tikus.
1. Postur tubuh
Pada tikus A dan B mengalami onset of action pada menit ke-15 ditandai dengan
kepala tegak dan punggung mulai datar (++) sedangkan pada tikus C mengalami
onset of action pada menit ke-10.
2. Aktifitas motorik
Pada tikus A mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan gerak
menurun pada saat dipegang (+++), sedangkan pada tikus B dan C mengalami
onset of action pada menit ke-30.
3. Ataksia
Pada tikus C mengalami onset of action pada menit ke-5 dengan inkoordinasi
terlihat jelas(++), pada tikus B mengalami onset of action pada menit ke-15,
sedangkan pada tikus A mengalami onset of action pada menit ke-30.
4. Righting reflek
Pada tikus C mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan diam
padadua posisi miring. Tikus satu pada menit ke-30, sedangkan pada tikus C tidak
mengalami
5. Tes kasa
Pada tikus C mengalami onset of action pada menit ke-10 ditandai dengan jatuh
padasaat kasa dibalik. Tikus A pada menit ke-15 sedangkan pada tikus B pada
menit ke-30.
6. Analgesia
Pada tes analgesia yang terlihat jelas mngalami onset of action pada tikus A
padamenit ke-30 ini ditandai dengan tidak adanya respon pada saat kaki dijepit.
7. Ptosis
Pada tikus A dan C mengalami ptosis pada menit ke-30 ditandai dengan palpebral
menutup ½. Tetapi pada tikus C sudah mengalami efek tidur pada menit ke-20
sedangkan pada tikus A menit pada menit ke-30.
Dari tabel hasil pengamatan respon tidur yang didapatkan pada hewan coba
tikus tiap kelompak adalah, tikus A dengan perlakuan pemberian diazepam dengan
dosis 1 mg/ kgBB tidak terjadi respon tidur pada tikus seluruh kelompok. Pada tikus
B dengan perlakuan pemberian diazepam dengan dosis 2,5 mg/kgBB respon tikus
terjadi hanya pada kelompok III . Pada tikus C dengan perlakuan pemberian diazepam
dengan dosis 5 mg/kgBB terjadi respon tidur pada kelompok 1,2, 3, 4, 5 dan 6.
8
Dari hasil persamaan regeresi didapat bahwa dosis yang dapat menyebabkan
efek tidur pada 50% individu (hewan coba) adalah dosis diazepam 3,26 mg/kgBB.
X. KESIMPULAN
9
XI. BAHAN DISKUSI
1. Jelaskan mekanisme perubahan perilaku seperti di atas terkait kerja diazepam sebagai
Jawaban:
1.
10
DAFTAR PUSTAKA
(Praktikum and Learning 2021)Praktikum, Petunjuk, and Blended Learning. 2021. “Farmakologi I.”
Santoso L. Goodman, & Gillman.(2012). Dasar Farmakologi dan Terapi. Penerjemah: Amalia. Jakarta:
EGC
11