Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

IMUNOLOGI

IMUNOTERAPI

AnggotaKelompok :

VoviYuvika F 191FF04063

VincaAristania Gama 191FF04065

SitiLaelatulKifayati 191FF04069

WidyaShopihatulGhaida 191FF04077

AzmiahSafitri 191FF04078

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2019
1. DASAR PENGOBATAN IMUNOTERAPI
2. REAKSI PENGOBATAN IMUNOTERAPI

Reaksi yang dihasilkan dari pengobatan imunoterapi adalah nyeri, bengkak, kemerahan, gatal serta
ruam pada kulit di area suntikan. Selain itu dapat muncul juga gejala flu, seperti demam, pusing, nyeri
otot dan sakit kepala.

 Berpotensi merusak organ lain , beberapa jenis imunoterapi dapat membuat sistem imun menyerang
organ lain, seperti jantung, usus, paru, dan ginjal.
 Hasil terapi tidak selalu cepat, pada beberapa kasus, imunoterapi dapat berlangsung lebih lama dari
pengobatan kanker lainnya.
 Belum tentu cocok untuk semua orang, pada sebagian orang, imunoterapi tidak membunuh sel
kanker, melainkan hanya membuat sel-sel tersebut berhenti berkembang. Namun, penyebabnya
belum diketahui.
 Kemungkinan sel kanker berkembang lagi, tubuh bisa menjadi kebal terhadap terapi ini, di mana
beberapa terapi awal dapat memberikan hasil positif, namun kemudian sel kanker berkembang lagi.
3. BAHAN PEMBUATAN IMUNOTERAPI
1. Antibodi monoclonal
Antibodi monoklonal adalah salah satu imun buatan manusia yang bisa menargetkan sel kanker
tertentu. Antibodi yang diinjeksikan dalam tubuh ini akan menempel pada sel yang bermasalah
sehingga sel tersebut bisa langsung dilawan.
2. Vaksin Kanker
Vaksin adalah salah satu cara untuk membantu tubuh melawan penyakit. Vaksin yang diberikan
akan memicu reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap antigen tertentu, yaitu zat yang bisa
mendorong produksi antibodi. Dengan vaksin tersebut, sistem imun pun akan bereaksi untuk
mendeteksi dan mencegah sel kanker
3. Terapi T-Cell
Ada dua bentuk terapi T-cell yang saat ini dipakai untuk melawan kanker. Yang pertama, para
ahli akan mengambil sel imun Anda yang sebenarnya mampu mendeteksi dan mencegah
tumbuhnya kanker, tapi jumlahnya terlalu sedikit atau responnya terlalu lemah. Sel imun tersebut
akan kemudian digandakan di laboratorium dan disuntikkan kembali dalam tubuh supaya
reaksinya jadi lebih kuat. Yang kedua, sel imun Anda akan direkayasa sedemikian rupa agar bisa
bekerja lebih efektif dalam mendeteksi dan menghentikan pertumbuhan kanker dalam tubuh.
Efek samping imunoterapi
Seperti halnya terapi perawatan kanker lainnya, imunoterapi untuk kanker juga bisa
menimbulkan efek samping bagi pasien. Biasanya efek samping yang paling terasa adalah rasa
sakit, gatal, atau pembengkakan pada bagian tubuh yang disuntik dengan imun. Selain itu, efek
samping yang mungkin dialami antara lain adalah:

1.demam

2.mual dan muntah

3. sakit kepala

4.nyeri sendi dan otot

5.gejala seperti mau sakit flu

6. sulit bernapas

7. tekanan darah tinggi atau rendah

4. PENYAKIT DALAM PENGOBATAN IMUNOTERAPI


Imunoterapi adalah peningkatan daya tahan tubuh terhadap penyakit dengan meningkatkan
pengadaab antibodi dalam tubuh. Imunoterapi adalah pengobatan yang bertujuan mengubah reaksi
imunologik untuk menguntungkan penderita pada suatu proses penyakit (Davies dalam Wiyono
dan Yunus, 1991). Pengobatan ini bersifat individual, periodik dan memakan waktu lama (Wells
dalam Wiyono dan Yunus, 1991).
1. Imunoterapi penyakit kanker
Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh perkembangan populasi sel yang
lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan diferensiasi dan yang menyerang
jaringan di sekitarnya. Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil
dari mutasi dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi
somatik) (Wiseman, 2007).
Menurut Corwin (2001), Wilson (2003), dan Escott (2008), terdapat beberapa gejala
kanker yang secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami, yaitu :
a. Kanker Paru-paru
Batuk persisten, dispnea, nyeri pleura (dada), hemoptisis (batuk berdarah ).
Aneroksia, penurunan berat badan adalah manifestasi kanker paru yang lanjut.
b. Kanker Payudara
Adanya benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan bentuk, kulit menjadi merah ,
panas , edematosa (pembengkakan), beridurasi (benjolan) dan nyeri.
c. Kanker Lambung
Gejala dini rasa sedikit tidak enak pada abdomen bagian atas, rasa penuh setelah
makan.Pada akhirnya terjadi aneroksia dan penurunan berat badan.
d. Kanker Kolon
Perubahan kebiasaan defekasi, pendarahan, nyeri, aneroksia dan penurunan berat badan.
e. Kanker kandung kemih atau ginjal
Ada darah pada seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau
kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih.
f. Kanker prostat
Kencing tidak lancar, rasa sakit ketika buang air kecil rasa terbakar.
g. Leukimia
Pucat, kekelahan kronis, penurunan berat badan, anemia , mual , muntah dan demam.
h. Kanker otak
Sakit kepala sering merupakan manifestasi kanker otak stadium lanjut.
i. Kanker Mulut
Bengkak kecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan tidak menimbulkan nyeri.
j. Kanker hati
Nyeri akut karena pendarahan dari tumor, acites ( penumpukan cairan di rongga perut),
nafsu makan menurun dan muncul ikterus ( kuningan )
Contoh Penyakit Kanker :
Kanker Payudara
Mekanisme pasti perkembangan kanker belum sepenuhnya dipahami. Studi awal
menyatakan bahwa terdapat beberapa tahapan perkembangan kanker yaitu tahap inisiasi,
promosi dan progresi. Pada tahun 1976, Nowell mengemukakan hipotesis evolusi klonal untuk
menjelaskan tentang perkembangan kanker. Hipotesis ini menyebutkan bahwa perkembangan
kanker terjadi oleh karena adanya ekspansi klonal dan seleksi klonal yang terjadi berulang kali
di dalam tubuh manusia. Selanjutnya terdapat hipotesis cancer stem cell (CSC) yang
menyebutkan bahwa pembentukan tumor terjadi melalui cara yang sama dengan stem cell yang
normal, namun CSC mampu untuk memperbaiki diri dan berdiferensiasi menjadi bermacam-
macam tipe sel pada tumor, menetap dalam tumor dan menyebabkan kekambuhan serta bisa
mengalami metastasis. CSC inilah yang diketahui memiliki peranan penting pada
perkembangan kanker payudara.
Beberapa faktor yang telah diketahui terlibat dalam perkembangan kanker payudara
diantaranya faktor genetik, faktor lingkungan, olah raga, diet, obesitas, faktor hormonal. Faktor
genetik yang dimaksud disini ialah mutasi pada gen BRCA 1, BRCA 2, dan TP53. Obesitas
diketahui meningkatkan risiko kanker payudara, sedangkan faktor diet masih menunjukkan
hasil yang tidak konsisten. Estrogen dan progestin yang digunakan dalam terapi pengganti
hormon diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara melalui efeknya yang
memicu tahap promosi.
Hingga saat ini terdapat berbagai metode yang digunakan sebagai terapi pada kasus
kanker payudara, mulai dari tumorektomi, radioterapi, kemoterapi, hingga terapi hormon
seperti hormone replacement therapy. Walaupun demikian, metode-metode ini terbukti tidak
efektif pada pasien dengan stadium lanjut yang telah mengalami metastasis. Penelitan beberapa
dekade terakhir menunjukkan bahwa imunoterapi tampaknya terbukti efektif dalam mengobati
pasien pada stadium lanjut ini. Beberapa imunoterapi tersebut diantaranya terapi antibodi,
vaksinasi, adoptive T cell transfer dan T cell receptor gene transfer (Cahyawati, 2018).

Pengobatan Kanker

Meskipun pengobatan kanker seperti operasi, kemoterapi, radiasi telah meningkatkan


masa hidup penderita, manipulasi respon imun terhadap kanker untuk meningkatkan destruksi
kanker, merupakan hal yang penting.Mengontrol kanker dengan cara-cara imunologis berperan
dalam eradiksi kanker primer, metastasis, dan residu yang tertinggal setelah regimen terapi
konvensional.
Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang memanfaatkan dua
sifat atau ciri utama dari sistem imun : spesifitas dan daya ingat. Imunoterapi dapat digunakan
untuk mengidentifikasi tumor dan memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yeng
tersembunyi. Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan penjamu agar berespon secara
lebih agresif terhadap tumor, atau sel sel tumor dapat diserang oleh antibodi.Hasil imunoterapi
yang ideal adalah eradiksi spesifik kanker dengan kerusakan minimal terhadap sel normal
penjamu.
a. Imunoterapi Pasif
1. Antibodi Monoklonal
Imunoterapi (IT) pasif yang menggunakan antibodi monoklonal (mAb) untuk
menghancurkan sel ganas telah dicoba, namun tidaklah spesifik.Anti CD20 adalah mAb yang
banyak digunakan dalam onkologi.mAb membunuh sel kanker melalui apoptosis atau aktivasi
komplemen, ADCC atau fagositosis. Sebagai contoh CD20 diekspresikan pada sel B normal
dan sel limfoma.Infus anti CD20 dapat mengurangi atau menyembuhkan 50% limfoma sel
B.Anti CD20 menghancurkan sel B ganas melalui aktivasi komplemen dan sitotoksisitas
selular, serta menginduksi apoptosis sel B. Anti-CD20 telah pula dikonjugasikan dengan bahan
radioaktif untuk menghantarkan dosis tinggi radioaktif langsung ke tempat kanker. Anti-CD20
juga merusak sel normal dan bila dilabel dengan bahan radioaktif dapat juga digunakan untuk
mengetahui luas penyebaran limfoma dalam tubuh.
2. Imunotoksin
Imunoterapi dengan mAb terhadap TAA telah dicoba bersama toksin yang dapat
mencegah proses selular atau bersama radioisotop yang membantu membunuh DNA dan
melepas partikel dengan energi tinggi. Namun dosis yang diperlukan adalah tinggi dan toksik
untuk sumsum tulang.Cara pemberian antibodi ini belum nampak berhasil.
b. Imunoterapi Aktif
Imunoterapi aktif telah digunakan dalam usaha mencegah anergi sel T. Anergi terjadi
bila antigen kanker dipresentasikan ke sel T tanpa bantuan molekul konstimulator.Jalan mudah
untuk melakukan hal itu ialah dengan menginfuskan sitokin. IL-2 akan mengaktifkan sel T dan
sel NK secara langsung. Namun IL-2 dapat menimbulkan efek samping berat yaitu kebocoran
kapiler, edem dan hipotensi.Pemberian IFN sistemik, baik IFN-α dan IFN-β meningkatkan
ekspresi MHC-1.IFN juga menunjukkan efek anti-proliferasi terhadap sel kanker, meskipun
pemberian sistemik memberikan efek samping.
c. Lymphokine Activated Killer cells
CTC/Tc dapat diaktifkan di luar tubuh dan kemudian diinfuskan kembali dengan atau
tanpa IL-2.Limfosit perifer dibiakkan dengan IL-2 untuk memperoleh Lymphokine Activated
Killer (LAK) sitotoksik yang diaktifkan. Sel tersebut tidak lain adalaha sel NK, jadi tidak
mempunyai spesifisitas sel T, tetapi hanya bereaksi dan membunuh sel kanker saja yang tidak
atau sedikit mengekspresikan MHC-I. Cara tersebut menunjukkan toksisitas yang bermakna.
d. Tumor Infiltrating Lymphocyte
Pada pemeriksaan histologi kanker padat ditemukan infiltrasi sel. Tumor.Infiltrating
Lymphocyte (TIL) tersebut terutama terdiri atas makrofag dan limfosit yang terdiri atas sel NK
dan CTL.Seperti halnya dengan LAK, TIL diperoleh dari penderita dengan kanker, diaktifkan
dengan IL-2.TIL adalah limfosit CD8+ yang diperoleh dari kanker penderita yang beberapa
diantaranya spesifik untuk kanker.Cara yang juga menginfuskan kembali ke penderita dengan
atau tanpa IL-2 ini menunjukkan toksisitas yang berarti.
e. Macrophage Activated Killer Cells
Pendekatan lain yaitu menggunakan sitokin dan makrofag yang diaktifkan. Monosit
diisolasi dari darah perifer penderita dengan kanker, dibiakkan in vitro dengan sitokin (IFN-ɣ)
yang mengaktifkan sel dan meningkatkan sitotoksisitas sebelum diinfuskan kembali ke
penderita.Meskipun sel yang diperoleh sangat sitotoksik dan fagositik, namun non-spesifik.
2. Imunoterapi Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan. Sistem imun
mengalami perubahan seiring bertambahnya umur, karena terjadi kemunduran respon imun
seluler dan humoral terhadap antigen, juga terjadi peningkatan respon imun terhadap
autoantigen. Timbulnya penyakit degeneratif berhubungan dengan penyakit autoimun dimana
sistem imun tidak mengenali jaringan tubuh sendiri dan menyerangnya. Contoh penyakit
generative yang disebabkan karena gangguan autoimun yaitu rema dan diabetes mellitus tipe 1.
Rema (arthritis rheumatica) merupakan suatu penyakit auto-imun, dimana antibody
tubuh menyerang dan merusak organ/jaringan sendiri. Penyakit diawali dengan masuknya suatu
antigen (mikro-organisme atau zat lain) ke dalam sirkulasi. Antigen ini diperangkap oleh
makrofag, tetapi tidak dimusnahkan atau dikeluarkan karena sebab-sebab yang tidak diketahui.
Akibatnya adalah terbentuknya antibodies dari jenis igM, yang disebut faktor rema.
Pengobatan
Untuk menanggulangi gejala nyeri, peradangan dan kelakuan banyak digunakan analgetika
antiradang dan kortikosterida.
a. Analgetika antiradang atau NSAIDs (Non-Steroidal Anti-inflmaatory Drugs) sangat
berguna untuk menghalau gejala rema. Obat ini lebih efektif daripada analgetika
perifer(parasetamol, asetosal atau kombinasinya denga obat antinyeri lain). Penggunaan jangka
panjang dianjurkan dengan tambahan suatu penghambat asam lambung (omeprazol,
lansoprazol, pantoprazol) atau zat pelindung mukosa misopristol guna mencegah terjadinya
tukak lambung .
b. Kortikosteroid sangat efektif tetapi sering kali mengakibatkan efek samping dan tetapi sukar
dihentikan, maka terutama digunakan bila penyakit menjadi parah (exacerbatio). Secara
intraartikuler, kortikosteroid digunakan untuk kekuatan dan nyeri hebat pada sendi
c. Obat-obat supresif long acting, juga disebut DMARD’S (Disease Modifying AntirheumaTIC
Drugs) memiliki khasiat antiradang kuat. Obat ini juga berdaya anti-erosif, artinya dapat
menghentikan atau memperlambat progress kerusakan tulang rawan. Senyawa-senyawa ini
tidak dapat menghentikan atau memperlambat progres kerusakan tulang rawan. Senyawa-
senyawa ini tidak bekerja analgetis, maka biasanya dikombinasi dengan NSAIDs guna
memperkuat efeknya.

5. PEMBUATAN SEDIAAN IMUNOTERAPI

Prinsip imunoterapi adalah meningkatkan sel imun yang ada di dalam tubuh seperti melatih
sebuah tim pasukan untuk berperang melawan sel kanker. Jika kemampuan pasukan lebih besar dari
pada sel kanker otomatis sel kanker akan mudah dimusnahkan. Tetapi biasanya fungsi kekebalan
tubuh pasien kanker cenderung rendah, sehingga tidak mampu melawan sel-sel kanker yang ada.
Dalam proses imunoterapi di modern Hospital Guangzhou, berikut langkah - langkah yang dilakukan
:

1. Mengambil darah pasien : darah pasien akan diambil kemudian diambil darah – darah monoklear
dari darah perifer
2. Pengembangbiakan : darah yang diambil akan dikembangbiakan di labolatorium khusus.
Dikembangkan hingga mencapai jumlah sekitar 15 miliar sel. proses ini membutuhkan waktu
kurang lebih 7 hari
3. Pemasukan kembali : setelah proses pengembangan selesai darah akan dimasukan kembali
ketubuh pasien melalui beberapa tahap. Proses pemasukan kembali ini membutuhkan waktu
sekitar 2 minggu.

Imunoterapi adalah menggunakan seldaritubuh sendiri untuk membunuh sel kanker sehingga
terapi ini tidak menimbulkan efek samping apapun .Sel-sel yang dikembangkan ketubuh pasien
semua berasal dari tubuh pasien sendiri setelah melalui proses pengembangbiakan, sel-sel tersebut
memiliki jumlah dan kualitas yang lebih tinggi baru kemudian dimasukan kedalam tubuh, sehingga
metode ini tidak akan menimbulkan reaksi apapun terhadap pasien.

Anda mungkin juga menyukai