Anda di halaman 1dari 13

IMUNOTERAPI

A. DASAR PENGOBATAN IMUNOTERAPI


Imunoterapi adalah jenis pengobatan yang mendorong kerja sistem imun
atau kekebalan tubuh agar lebih efektif dalam melawan penyakit, termasuk
kanker. Pengobatan ini dapat diberikan lewat infus, obat minum, krim oles, atau
disuntikkan langsung ke kandung kemih penderita kanker.
Imunoterapi dikatakan dapat memperlambat, menghentikan
perkembangan sel kanker, serta mencegahnya menyebar ke organ lain. Sejumlah
jenis kanker, seperti kanker kulit, paru, ginjal, kandung kemih, dan limfoma, telah
terbukti dapat ditangani dengan imunoterapi. Beberapa jenis kanker stadium
lanjut, seperti kanker serviks stadium 4, juga terkadang dapat diberikan
penanganan dengan imunoterapi.
Salah satu alasan yang membuat sel kanker sulit ditangani adalah karena
sistem imun terkadang tidak dapat mengenalinya sebagai benda asing. Beberapa
sel kanker sangat mirip dengan sel normal, sehingga sistem imun tidak
menyerangnya. Meskipun sistem imun dapat mengenali sel kanker, responsnya
terkadang tidak cukup kuat untuk dapat membasminya. Apalagi, perkembangan
sel kanker sangat cepat dan tidak terkontrol. Pengobatan dengan imunoterapi
dilakukan agar sistem imun lebih cerdas mengenali sel kanker serta memperkuat
respons sistem imun terhadap sel kanker, sehingga perkembangan sel-sel yang
ganas dapat diperlambat, bahkan dihentikan.
Imunoterapi dipilih sebagai penanganan kanker dengan berbagai alasan berikut
ini:
1. Imunoterapi dinilai lebih efektif dibandingkan pengobatan kanker lainnya,
seperti radiasi atau kemoterapi, terutama pada kanker kulit.
2. Imunoterapi dapat membantu efektivitas pengobatan lain yang sedang
dilakukan. Contohnya, kinerja kemoterapi bisa lebih baik saat pasien juga
menjalani imunoterapi.
3. Imunoterapi memiliki efek samping lebih kecil dibandingkan pengobatan lain,
karena imunoterapi membuat sistem imun hanya menyerang sel kanker secara
spesifik.
4. Imunoterapi dapat meminimalkan kanker muncul kembali, karena pengobatan
ini memicu imunomemori, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengingat
sel kanker, sehingga akan segera diserang bila muncul kembali.
Beragam Jenis Imunoterapi
1. Antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal adalah protein imun buatan. Protein ini didesain khusus
untuk dapat menandai sel-sel kanker secara spesifik, sehingga dapat
membunuh sel ganas tanpa ikut menghancurkan sel yang sehat.
2. Checkpoint inhibitor
Checkpoint inhibitor adalah obat yang dapat membantu sistem imun dalam
merespon sel kanker. Cara kerjanya adalah dengan mengganggu kemampuan
sel kanker untuk menghindari serangan sistem kekebalan tubuh.
3. Vaksin
Vaksin adalah zat yang disuntikkan ke dalam tubuh untuk mendorong respons
imun terhadap suatu penyakit. Pada penanganan kanker, vaksin dapat
digunakan baik untuk mencegah maupun untuk mengobati kanker.
4. Imunoterapi non-spesifik
Imunoterapi non-spesifik adalah jenis imunoterapi yang dapat meningkatkan
kinerja sistem imun secara keseluruhan. Beberapa jenis zat penguat sistem
imun yang umum digunakan adalah sitokin dan BCG (Bacillus Calmette-
Guerin).
B. REAKSI PENGOBATAN IMUNOTERAPI
Indikasi yang pasti pemberian imunoterapi untuk kanker belum jelas,
namun umumnya imunoterapi diberikan sebagai terapi tambahan untuk
menaikkan daya tahan tubuh, mendorong maturasi atau diferensiasi sel,
menghambat pertumbuhan sel kanker. Imunoterapi pada kanker diperlukan karena
sistem immune tubuh yang kurang merespon terhadap antigen kanker. Terapi
kanker secara konvensional, dengan operasi, radiasi dan obat anti kanker
mempunyai efek sampingan, yaitu immunosupresif atau menurunkan kekebalan
tubuh. Ini dapat menimbulkan sisa-sisa sel kanker yang masih ada dan yang tidak
mati dapat tumbuh lagi dengan cepat. Pemberian imunoterapi ialah dengan cara
memanipulasi mekanisme kendali immunitas tubuh dengan suatu biologic
response modifiers. Adapun cara pemberian imunoterapi meliputi :
1. Non spesifik
a. Vaksin
Saat ini penggunaan vaksin kanker baru saja dimulai. Sebagian
besar masih dalam tahap penelitian dan uji klinis, sehingga belum bisa
digunakan secara umum. Berbeda dengan vaksin pada umumnya yang
diberikan sebagai pencegahan pada orang yang sehat, pada penderita
kanker vaksin digunakan sebagai pengobatan. Vaksin tersebut merangsang
sistem kekebalan tubuh manusia untuk mampu mengenali sel-sel kanker,
menghentikan pertumbuhannya, mencegah kekambuhannya, dan
membersihkan sisa-sisa kanker dari pengobatan operasi, kemoterapi, atau
radiasi. Jika diberikan dalam tahap dini, vaksin kanker dapat membuatnya
sembuh secara total. Sedang vaksin yang difungsikan sebagai pencegah
kanker, sebenarnya adalah vaksin untuk melawan virus penyebab penyakit
yang dapat menjurus ke kanker, misalnya vaksin hepatitis B (kanker hati)
dan vaksin human papilloma virus (kanker leher rahim). Contoh vaksin
lainnya adalah BCG (Bacille Calmette Guérin). Vaksin TBC yang biasa
diberikan pada bayi baru lahir ini bukan golongan vaksin kanker, tetapi
merupakan salah satu perintis imunoterapi untuk kanker. Biasanya
diberikan bersama-sama dengan kemoterapi, radiasi, atau imunoterapi
jenis lain. Fungsi utamanya meningkatkan kekebalan tubuh, tetapi dapat
juga menyembuhkan kanker kandung kemih.
b. Interferon (IFN)
Interferon adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sel imun
akibat respon terhadap infeksi virus atau stimulasi akibat suatu DNA
rantai ganda, antigen ataupun mitogen. Ada 3 macam interferon : IFN-α,
IFN-β dan IFN-γ. Interferon memiliki berbagai fungsi biologis: sebagai
imunomodulator, antiviral, mengganggu proliferasi sel, inhibisi
angiogenesis, regulasi dari diferensiasi, meningkatkan ekspresi berbagai
antigen permukaan sel, dan yang paling penting sebagai efek antitumornya
adalah kemampuan antiproliferatif dari interferon. Interferon, khususnya
interferon alfa, adalah obat imunoterapi pertama yang digunakan untuk
mengobati kanker. Sitokin ini sebenarnya juga diproduksi dalam tubuh,
tetapi jumlahnya kecil. Selain langsung menyerang sel kanker, interferon-
a juga dapat menghentikan pertumbuhan kanker atau mengubahnya
menjadi sel normal. Diduga interferon juga merangsang kerja sel NK, sel
T, dan makrofag; serta mengurangi suplai darah ke sel kanker.
IFN memiliki kemampuan antitumor untuk: hairy cell
leukemia, chronic myelogenous leukemia, cutaneous T-cell lymphoma,
dan Kaposi's sarcoma, non-Hodgkin’s Lymphoma, kanker ovarium,
kanker ginjal dan kanker buli. Dosis maksimal yang dapat ditoleransi
berada diantara 10-20 /m2 per-hari atau 50 /m2 per-dua-hari untuk
periode minggu sampai bulan.
c. Interleukin-2
Ada beberapa tipe interleukin, dalam pengobatan kanker yang
telah dicobakan adalah IL-2, yang juga disebut dengan T-cell growth
factor karena mampu mempertahankan petumbuhan sel-T yang telah
diberi antigen dalam kultur, IL-2 merangsang pertumbuhan sel-T,
menaikkan aktivitas NK sel, memulihkan supresi imun karena
glikokortikosteroid dan sekresi antibodi oleh sel-T. Interleukin-2 tidak
memiliki efek langsung terhadap sel kanker, namun efeknya dihasilkan
dari kemampuan IL-2 untuk menstimulasi reaksi imun. IL-2 sekarang
banyak digunakan untuk pengobatan pasien melanoma dan kanker ginjal
yang telah bermetastase. Pemberian dosis tinggi yang digunakan adalah
dengan bolus intravena IL-2 dosis tinggi yaitu 720.000 IU/kg setiap 8 jam,
baik IL-2 saja atau dikombinasi dengan terapi lain.
2. Spesifik
a. Antigen sel tumor
Immunoerapi spesifik diberikan dengan menggunakan antigen sel
tumor, yaitu sel tumor yang dimatikan atau dilemahkan daya tumbuhnya
lebih dulu degan radiasi atau sitostatika.
b. Antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal dibuat di laboratorium khusus untuk
melawan antigen tertentu. Antibodi monoklonal dibuat dengan rekayasa
genetika, yaitu dengan teknik hibridoma Karena tiap jenis kanker
mengeluarkan antigen yang berbeda, maka berbeda pula antibodi yang
digunakan. Antibodi monoklonal juga dapat mempengaruhi cell growth
factors, karenanya dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel-
sel tumor. Jika dipadu dengan radioisotop, obat kemoterapi, atau
imunotoksin, antibody monokonal ini merpakan “magic bullet” atau
“peluru ajaib” yang mencari sel kanker dimanapun ia berada dan
membunuhnya tanpa menimbulkan kerusakan pada sel normal. Beberapa
jenis antibody monoklonal yang banyak dipergunakan antara lain
rituximab (untuk Non Hodgkin Malignant lymphoma), trastuzumab
(kanker payudara yang sudah menyebar), alemtuzumab (leukemia
limfositik kronis),bevacizumab (kanker usus besar), cetuximab (kanker
usus besar), gemtuzumab ozogamicin (leukemia myelogenik akut).
Antibodi monoklonal untuk berbagai jenis kanker lainnya sedang dalam
tahap uji klinis.
Efek Samping Imunoterapi
Efek samping yang sering terjadi pada pemberian imunoterapi adalah berupa
menggigil, demam, mual, muntah dan penurunan nafsu makan. Efek samping
lainnya bisa menyebabkan hipotensi, diare, gejala neuropsikiatrik, sepsis dan
komplikasi pulmonal.

C. BAHAN PEMBUATAN IMUNOTERAPI


Imunoterapi berbasis sel efektif untuk beberapa kanker. Sel-sel efektor
imun seperti limfosit, makrofag, sel dendritik, sel pembunuh alami (sel
NK), limfosit T pembunuh (CTL) bekerja bersama untuk mempertahankan tubuh
terhadap kanker dengan menargetkan antigen abnormal yang diekspresikan pada
permukaan sel tumor.
Terapi seperti granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF), interferon,
imiquimod, dan fraksi membran seluler dari bakteri telah disetujui untuk
penggunaan medis. Sedangkan lainnya sedang dalam uji klinis dan praklinis
termasuk IL-2, IL-7, IL-12, berbagai kemokin, sitosin fosfat-guanosin sintetis
(CpG) oligodeoksinukleotida dan glukan. Salah satu bentuk imunoterapi kanker
tertua adalah penggunaan vaksin BCG, yang awalnya untuk vaksinasi
terhadap tuberkulosis dan kemudian ditemukan bermanfaat dalam pengobatan
kanker kandung kemih. Ekstraksi limfosit G-CSF dari darah dan dibiakkan in
vitro melawan antigen tumor sebelum menginjeksi kembali sel
dengan sitokin stimulasi yang tepat, menunjukkan sel dapat menghancurkan sel-
sel tumor yang mengekspresikan antigen (Fuge et al, 2015).
1. Priming pompa berbasis sel dendritik
Sel dendritik dapat distimulasi untuk mengaktifkan respon
sitotoksik terhadap antigen. Sel dendritik diambil dari orang yang
membutuhkan imunoterapi. Sel-sel ini kemudian dimuati dengan antigen atau
tumor lisat atau ditransfeksi dengan vektor virus, menyebabkan mereka
menyajikan antigen. Setelah ditransfusikan kembali ke orang tersebut, sel-sel
yang teraktivasi ini menyajikan antigen ke limfosit efektor (sel T pembantu
CD4+, sel T pembunuh CD8+, dan sel B). Hal ini memulai respons sitotoksik
terhadap sel-sel tumor yang mengekspresikan antigen (yang dengannya
respons adaptif kini telah diprioritaskan). Vaksin kanker Sipuleucel-T
merupakan salah satu contoh dari pendekatan ini. (Lorenzo et al., 2011)
2. Transfer adoptif sel T
Transfer sel yang diadopsi secara in vitro menumbuhkan sel T yang
diekstraksi secara autologus untuk transfusi selanjutnya. Atau, sel T yang
direkayasa secara genetika dibuat dengan memanen sel T dan kemudian
menginfeksi sel T dengan retrovirus yang berisi salinan gen reseptor sel
T (TCR) yang khusus dikenali untuk mengenali antigen tumor. Virus
mengintegrasikan reseptor ke dalam genom sel T. Sel-sel dibiakkan secara
tidak spesifik dan/atau distimulasi. Sel-sel tersebut kemudian diinfuskan
kembali dan menghasilkan respon imun terhadap sel-sel tumor. Teknik ini
telah diuji pada melanoma metastasis kambuhan (Rosenberg et al, 2008).
Apakah sel T direkayasa secara genetis atau tidak, sebelum diinfusi
ulang, limfodeplesi penerima diperlukan untuk menghilangkan sel T regulator
dan juga limfosit endogen yang tidak dimodifikasi yang bersaing dengan sel
yang ditransfer untuk sitokin homeostatik (Rosenberg et al,
2008). Penyelesaian limfod dapat dicapai dengan kemoterapi mieloablatif,
dengan iradiasi total tubuh dapat ditambahkan untuk efek yang lebih
besar. Sel-sel yang ditransfer membelah in vivo dan bertahan dalam darah
perifer pada banyak orang, kadang-kadang mewakili tingkat 75% dari semua
sel T CD8 + pada 6-12 bulan setelah infus. Pada 2012, uji klinis untuk
melanoma metastasis sedang berlangsung di beberapa lokasi. Respon klinis
terhadap transfer sel T yang teramati diamati pada pasien dengan melanoma
metastatik yang kebal terhadap beberapa imunoterapi.
D. PENYAKIT DALAM PENGOBATAN IMUNOTERAPI
1. Pengobatan Kanker
Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang
memanfaatkan dua sifat atau ciri utama dari sistem imun : spesifitas dan daya
ingat. Imunoterapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi tumor dan
memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yeng tersembunyi.
Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan penjamu agar berespon
secara lebih agresif terhadap tumor , atau sel sel tumor dapat diserang oleh
antibodi yang dibuat di laboratorium.
Imunoterapi yang digunakan seperti ; Antibodi Berlabel Fluoresen,
Stimulan Imunitas dan Antibodi penyerang. Selain itu, sedang dikembangkan
terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor yang khas yang
berbeda dengan sel – sel non kanker, contoh terapi biologi untuk tumor yang
menggunakan obat-obat yang secara spesifik menghambat faktor angiogenesis
dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya tipe IV
2. Imunoterapi Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang mengiringi proses penuaan.
Sistem imun mengalami perubahan seiring bertambahnya umur, karena terjadi
kemunduran respon imun seluler dan humoral terhadap antigen, juga terjadi
peningkatan respon imun terhadap autoantigen.Timbulnya penyakit
degenerative berhubungan dengan penyakit autoimun dimana system imun
tidak mengenali jaringan tubuh sendiri dan menyerangnya. Gangguan ini
bercirikan terdapatnya auto-antibodi atau sel T autoreaktif, dan lazimnya
dibagi dalam dua kelompok : auto-imunitas organ spesifik (menyangkut organ
tunggal), misalnya anemia; - auto-imunitas non-organ spesifik (menyangkut
pelbagai organ) misalnya SLE, rema, MS. (multiple sclerosis = banyak
pengerasan, cth bicara kaku, kaki tangan kaku, persendian kaku.
3. Penyakit Rema (ARTHRITIS RHEUMATICA)
Arthitis rheumatic, singkatan A.R., rematik atau rema adalah penyakit
sendi kronis dan sistematis yang termsuk kelompok gangguan auto-imun.
Bercirikan perubahan-perubahan beradang kronis dari sendi dan membrannya
(Synovium) dan kemudian destruksi tulang rawan dengan perubahan
anatomis. Yang khusus dihinggapi rema adalah persendian tangan dan kaki,
lutut, bahu, dan tengkuk. Sistem kekebalan tubuh menghasilkan sel imun yang
akan menyerang sendi hingga radang. Seseorang yang terserang rematik akan
merasakan sakit, kaku, hingga bengkak pada sendi.
Gejalanya yang khas berupa bengkak dan nyeri simetris di sendi-sendi
tersebut. Nyeri ini paling hebat waktu bangun pagi dan umumnya berkurang
setelah melakukan aktivitas. Nyeri waktu malam dapat menyulitkan tidur.
Sendi-sendi menjadi kauk waktu pagi (morning stiffnes), sukar digerakkan
dan kurang bertenaga, khususnya juga setelah bangun selama 1-2 jam lebih.
Imunoterapi Alergen , juga dikenal sebagai desensitisasi atau hipo-
sensitisasi , adalah perawatan medis untuk beberapa jenis alergi. Ini berguna
untuk alergi lingkungan, alergi terhadap gigitan serangga, dan asma.
Manfaat imunoterapi oral untuk alergi makanan telah dibuktikan
dengan keberhasilan pengobatan ribuan pasien baik dalam praktek swasta
maupun dalam penelitian selama beberapa dekade terakhir, terutama di
Amerika Serikat. Imunoterapi melibatkan mengekspos orang untuk
jumlah alergen yang lebih besar dalam upaya untuk mengubah respon sistem
kekebalan tubuh. Meta-analisis telah menemukan bahwa suntikan alergen di
bawah kulit efektif dalam pengobatan rinitis alergi pada anak-anak dan asma.
Manfaatnya bisa bertahan bertahun-tahun setelah perawatan dihentikan. Hal
ini umumnya aman dan efektif untuk rinitis alergi, konjungtivitis alergi,
bentuk alergi asma, dan serangga menyengat. Efek samping selama
pengobatan biasanya lokal dan ringan dan biasanya dapat dihilangkan dengan
menyesuaikan dosis.
Anafilaksis telah terjadi pada kesempatan langka dan inilah mengapa
pengobatan hanya harus diberikan dalam lingkungan medis.
Ditemukan oleh Leonard Noon dan John Freeman pada tahun 1911,
imunoterapi alergen adalah satu-satunya obat yang diketahui untuk mengatasi
tidak hanya gejala tetapi juga penyebab alergi pernapasan. Diagnosis rinci
diperlukan untuk mengidentifikasi alergen yang terlibat.
Tujuannya imutoterapi alergen ini untuk menurunkan reaksi sistem
kekebalan tubuh terhadap alergen, membantu tubuh belajar menerimanya
sebagai zat yang tidak berbahaya. Prinsip dari imunoterapi ini adalah
memasukkan allergen yang dilarutkan dan diencerkan berkali-kali sehingga
konsentrasinya menjadi sangat rendah ke lapisan terluar dari kulit, biasanya
pada lengan. Setiap kali melakukan terapi, penderita harus melalui
serangkaian tes guna mengetahui tingkat hipersensitivitas tubuh terhadap
alergen yang dimana membutuhkan waktu yang lama serta kurang efisien.
E. PEMBUATAN SEDIAAN IMUNOTERAPI
Saat ini pengobatan untuk kanker yang sudah menyebar (yang tidak dapat
lagi dibedah) bergantung pada kemoterapi dan radiasi, keduanya mempunyai
efek merusak pada jaringan normal. Oleh karena respons imun sangat spesi•k,
diharapkan nantinya imunitas spesi•k terhadap tumor dapat digunakan untuk
memberantas tumor tanpa melukai pasien. Imunoterapi terhadap tumor tetap
merupakan tujuan utama ahli imunologi dan banyak pendekatan terapi dicoba
pada hewan coba dan manusia

Regimen imunomodulator sering memiliki efek samping yang lebih sedikit


daripada obat yang ada, termasuk lebih sedikit potensi untuk menciptakan
resistensi ketika mengobati penyakit mikroba. Imunoterapi berbasis sel efektif
untuk beberapa kanker. Sel-sel efektor imun seperti limfosit, makrofag, sel
dendritik, sel pembunuh alami (sel NK), limfosit T pembunuh (CTL) bekerja
bersama untuk mempertahankan tubuh terhadap kanker dengan menargetkan
antigen abnormal yang diekspresikan pada permukaan sel tumor. Terapi seperti
granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF), interferon, imiquimod, dan fraksi
membran seluler dari bakteri telah disetujui untuk penggunaan medis. Sedangkan
lainnya sedang dalam uji klinis dan praklinis termasuk IL-2, IL-7, IL-12, berbagai
kemokin, sitosin fosfat-guanosin sintetis (CpG) oligodeoksinukleotida dan
glukan.

Imunoterapi bagi pasien kanker bertujuan untuk mempersiapkan proteksi


terhadap sel kanker, baik dengan meningkatkan respons imun melawan sel
kanker atau dengan mengoreksi dan menghilangkan toleransi melawan antigen
tumor dengan menggunakan sistem imun pasien sendiri. Strategi utama dalam
imunoterapi kanker bertujuan untuk menyiapkan efektor antitumor (antibodi dan
sel T) pasien, mengaktifkan imunitas pasien melawan tumor, dan menstimulasi
respons imun anti-tumor dari pasien sendiri. Identikasi antigen asal tidak hanya
berperan penting dalam biologi dan patologi dari bermacam-macam tipe kanker,
namun juga diperlukan untuk mengaktifkan respons CMI dan AMI, yang
merupakan dasar untuk mengembangkan strategi imunoterapi yang lebih efektif
dalam hal mendidik sistem imun tubuh (contohnya dengan pemberian vaksin
kanker).

Dahulu strategi yang digunakan terutama efektif dalam penghancuran


antigen ekstrasel. Akhir-akhir ini, ada 2 strategi utama imunoterapi melawan
kanker manusia, yaitu terapi ber dasarkan pemberian antibodi monoklonal dan
terapi dengan pengembangan vaksin kanker.

Salah satu strategi imunoterapi tumor paling dini dilakukan berdasarkan


pada macam-macam bentuk imunisasi pasif dengan efektor imun diinjeksikan
pada pasien kanker. Antibodi monoklonal pelawan bermacam-macam antigen
tumor yang sering kali berpasangan dengan toksin poten telah dicobakan pada
banyak kanker. Antibodi terikat pada antigen tumor dan tidak saja mengaktifkan
mekanisme efektor hospes seperti fagosit atau sistem komplemen, tetapi juga
membawa toksin ke sel tumor. Contohnya pada kanker payudara, dengan
memberikan antibodi melawan produk HER2/neu onkogen yang terekspresi
berlebihan pada kanker payudara. Contoh lain adalah antibodi spesi•k untuk
CD20 yang diekspresikan pada sel B, yang digunakan untuk mengobati tumor
sel B, umumnya dalam kombinasi dengan kemoterapi. Karena CD20 tidak
diekspresikan oleh sel punca hematopoeitik, sel B normal dibentuk kembali
sesudah pengobatan dengan antibodi dihentikan.

Banyak strategi imunoterapi kanker yang baru didasarkan pada usaha


mendorong respons imun hospes untuk melawan tumor. Salah satu cara
menstimulasi respons imun melawan tumor adalah memvaksinasi pasien
dengan sel tumornya sendiri atau antigen dari sel-sel tersebut. Alasan penting
untuk mendapatkan antigen tumor adalah untuk membentuknya dan
menggunakannya untuk vaksinasi individu melawan tumornya sendiri.

Kendala dalam mengenali antigen tumor imunogenik dan


mengembangkannya menjadi vaksin yang efektif meyakinkan ahli imunologi
tumor bahwa strategi terapi terbaik mungkin adalah membiarkan pasien
membentuk respons imun spesi•k terhadap tumornya sendiri dan mendesain
terapi untuk mengoptimalkan respons ini. Satu pendekatan untuk mencapai
tujuan ini adalah mengobati pasien dengan sitokin yang menstimulasi respons
imun. Sitokin pertama yang digunakan dengan cara ini adalah interleukin 2 (IL-
2), tetapi aplikasinya terbatas karena efek toksiknya yang serius. Banyak sitokin
lain telah dicobakan pada terapi sistemis atau lokal di jaringan tumor.

Antigen tumor yang menetap akan dikenali dan diingat oleh sel-B dan sel-T
memori yang telah ada dalam sistem imun. Ini dapat dijadikan dasar teori untuk
pencegahan kanker manusia. Kemajuan dalam imunologi tumor, biologi selular
dan molekular dari kanker, bersama dengan kemajuan teknologi rekayasa
genetika dan perkembangan antibodi monoklonal dalam penggunaannya secara
rutin melalui pendekatan imunologi untuk pencegahan dan pengobatan kanker
manusia merupakan hal penting yang akan segera terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Fuge, O., Vasdev, N, Allchorne, P., Green, J.S. 2015. Immunotherapy for bladder
cancer. Research and Report in Urology 7:65-79

Lorenzo, G.D., Buonerba, C., Kantoff, P.W. 2011. Immunotherapy for the treatment
of prostate cancer. Nature Reviews Clinical Oncology. 8 (9): 551–61

Rosenberg, S.A., Restifo, N.P., Yang, J.C., Morgan, R.A., Dudley, M.E. 2008.
Adoptive cell transfer: A clinical path to effective cancer
immunotherapy. Nature Reviews Cancer. 8 (4): 299–308.

Anda mungkin juga menyukai