Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTINEOPLASTIK ( SITOSTATIK)

OLEH :
KELOMPOK VIII
DOSEN : Dr. apt. Fajriansyah, S.Farm., M.Si.

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Neoplastik adalah sesuatu yang berhubungan dengan pertumbuhan sel yang
tidak terkendali. Sel neoplastik lebih dikenal dengan sel kanker. Kanker menjadi
salah satu penyakit yang banyak diwaspadai oleh setiap orang karena merupakan
penyakit penyebab kematian. Banyak faktor pemicu kanker yang dijumpai dalam
keseharian dan menyebabkan resiko kanker yang semakin besar.

Untuk mengatasi hal tersebut, dalam dunia kesehatan, banyak dilakukan


berbagai penelitian tentang pengobatan kanker. Pengobatan kanker yang dapat
dilakukan secara non-farmakologi dan secara farmakologi. Pengobatan secara
farmakologi ditangani dan dikembangkan di bidang kefarmasian.

Penelitian tentang obat kanker (antineoplastik) saat ini bukan hanya


berkaitan tentang penemuan atau pengembangan obat antineoplastik tapi juga
berkaitan dengan bahaya yang mungkin dialami oleh petugas kesehatan yang
berhubungan dengan obat antineoplastik. Hal ini menjadi hal yang perlu diperhatikan
karena obat-obat antineoplastik bersifat sitotoksik sehingga pemaparan maupun
kontak langsung terhadap obat antineoplastik dapat mempengaruhi kesehatan
petugas kesehatan yang bersangkutan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KANKER

1. Definisi

Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal


diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler Kanker disebabkan karena
adanya pertumbuhan atau pembelahan sel-sel jaringan tubuh yang tidak
normal, yang berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus
membelah diri.

Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut disebabkan oleh mutasi di


gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi dapat
mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering
diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat
terjadi secara spontan ataupun diwariskan. Penyakit kanker disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain : virus, rokok, radiasi sinar ultraviolet, zat kimia,
makanan berlemak, faktor keturunan, dan lain-lain.

Kanker juga dapat menyusup ke jaringan sekitarnya (invasif) dan


terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ
penting serta syaraf tulang belakang. Sel-sel tersebut mampu menyerang
jaringan biologis lainnya, dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis).

Pertumbuhan yang tidak terkendali tersebut, menyebabkan mutasi di


gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi dapat
mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut sering
diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat
terjadi secara spontan ataupun diwariskan. Penyakit kanker disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain : virus, kecanduan rokok, radiasi sinar ultraviolet,
zat kimia, makanan berlemak, faktor keturunan, dan lain-lain.

2. Mekanisme Terjadinya Kanker

Kanker terjadi karena adanya kerusakan atau transformasi


proonkogen dan gen penghambatan tumor sehingga terjadi perubahan dalam
cetakan protein dari yang telah diprogramkan semula yang mengakibatkan
timbulnya sel kanker. Karena itu terjadi kekeliruan transkripsi dan translasi
gen sehingga terbentuk protein abnormal yang terlepas dari kendali normal
pengaturan dan koordinasi pertumbuhan dan diferensiasi sel. Pengaturan
sifat individu dilakukan oleh gen (DNA) dengan pembentukan protein melalui
proses transkripsi dan translasi (2).

Karsinogenesis merupakan suatu proses multi tahap, ada 3 yaitu :

a. Inisiasi (Initiation) Tahap pertama ialah permulaan atau inisiasi,


dimana awal perkembangan kanker akibat sel yang terpapar
karsinogen. Karsinogen bersifat mutagenik yang artinya zat yang
dapat menimbulkan mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen
bereaksi dengan DNA, menyebabkan amplifikasi gen dan produksi
copy multipel gen.
b. Promosi (Promotion) Promoter adalah zat non mutagen tetapi dapat
meningkatkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplikasi
gen. Sifat-sifat promoter ialah mengikuti kerja inisiator, perlu paparan
berkali-kali, keadaan dapat reversibel, dapat mengubah ekspresi gen
seperti : hiperplasia, induksi enzim, induksi diferensiasi.
c. Progresi (Progression) Pada progresi ini terjadi aktivitasi, mutasi atau
hilangnya gen yang ditandai dengan pertumbuhan sel secara drastis,
kemudian terjadi angiogenesis dan metastasis.
3.Tingkat Perkembangan Kanker

Perkembangan kanker dikelompokkan menjadi suatu tingkat-tingkat


yang menunjukkan sejauh mana keganasan dari kanker tersebut.

a. Stadium 0 Gejala awal dari stadium 0 pada kanker biasanya


ditunjukkan dengan adanya ketidaknormalan sel pada bagian tubuh
tertentu. Kanker yang telah tumbuh belum menyebar ke organ tubuh
lainnya. Prognosis umunya sangat membantu dalam tahap ini. Operasi
pengangkatan bagian kanker atau tumor dan evaluasi faktor resiko
berikutnya dapat membantu menurunkan risiko kekambuhan kanker.
b. Stadium I Pada stadium I, sel-sel yang tidak normal mulai berkumpul
membentuk jaringan yang bersifat kanker, namun masih besar
kemungkinannya untuk bisa disembuhkan. Dokter memandang hal ini
sebagai tahapan awal kanker dan harus menerapkan pengobatan
dengan segera. Pengobatan pelengkap dan alternatif bisa dijadikan
sebagai pendamping pengobatan utama yang disertai dengan
perubahan pola diet sehat dan perubahan karakter pasien menjadi
lebih positif untuk melawan dan mencegah kanker agar tidak datang
kembali.
c. Stadium II Kanker stadium II ditandai dengan adanya jaringan yang
berkembang menjadi tumor kecil. Meskipun demikian, kanker pada
stadium ini belum terlalu menyebar pada organ di tubuh pasien.
Kesempatan sembuh masih besar dalam tahap ini.
d. Stadium III Setelah tumor berkembang dan bersifat ganas, maka
pasien didiagnosis telah terserang kanker stadium III. Pada tahap ini,
sel kanker telah dapat memasuki aliran darah yang dapat mengarah
pada deteksi sistem getah bening karena sel kanker dapat berjalan
sampai ke nodus limfe.
e. Stadium IV Stadium IV merupakan stadium akhir pada kanker yang
ditandai dengan beberapa bagian organ dalam tubuh yang telah
terserang sel kanker. Selain itu, kanker stadium IV biasanya sangat
sulit disembuhkan karena kanker sudah menyebar ke organ tubuh
lainnya. Terapi, pengobatan alternatif, pola hidup sehat, dapat
membantu mempertahankan peluang hidup pasien.

4. Penanganan Medis Penderita Kanker (4, 5)

Penanganan penderita kanker yang bertujuan untuk menyembuhkan


pasien dan meningkatkan kesehatan pasien. Penanganan medis bagi
penderita kanker dapat berupa tindakan non-farmakologi dan tindakan
farmakologi.

a. Non-farmakologi Penanganan non-farmakologi terhadap penderita


aknker adalah pembedahan dan radiasi. Selain itu untuk
meningkatkan kesehatan pasien juga dilakukan perubahan pola
hidup yang lebih sehat (menghentikan kebiasaan merokok,
mengkonsumsu makanan sehat, berolahraga)
b. Farmakologi Penanganan kanker secara farmakologi disebut juga
dengan kemoterapi. Pengobatan kemoterapi dilakukan dengan
mengkonsumsi obat yang dapat membunuh sel-sel kanker.
Kemoterapi biasanya dikombinasi dengan tindakan medis lain untuk
mengoptimalkan penyembuhan pasien. Penanganan secara
farmakologi juga dapat dilakukan dengan mengkonsumsi racikan
bahan alam yang memiliki aktivitas antikanker.

B. GOLONGAN ANTINEOPLASTIK

Penanganan panderita kanker secara farmakologi umumnya


digunakan obatobat yang bersifat sitotoksik yang dikonsumsi oleh pasien.
Obat-obatan yang digunakan dalam terapi kanker diklasifikasikan menjadi 5
golongan yaitu:

a. Alkilator Alkilator adalah senyawa yang memiliki 2 gugus pengalkil


yang menyebabkan cross-link kovalen antara rantai-rantai asam
nukleat yang berdekatan, juga mencegah pemisahan rantai ganda
DNA saat siklus pembelahan sel. Contoh: Siklofosfamid

Cyclophosphamide bekerja dengan cara merusak DNA sel


kanker, sehingga menghentikan pertumbuhan sel kanker. Obat ini
juga bekerja dengan menekan sistem imun atau sistem kekebalan
tubuh, sehingga bisa digunakan sebagai obat imunosupresan
dalam pengobatan sindrom nefrotik.

Siklofosfamid diindikasikan sebagai agen antineoplastik untuk


kasus keganasan, terutama untuk kanker produk darah seperti
limfoma (limfoma maligna, penyakit Hodgkin, limfoma limfositik,
limfoma Burkitt), mieloma multipel, dan leukimia.

Kontraindikasi pemberian siklofosfamid adalah pada pasien


dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat tersebut dan pada
pasien dengan kecurigaan obstruksi saluran kemih. Peringatan
terutama ditujukan pada tenaga kesehatan untuk menggunakan
alat pelindung diri sehingga terhindar dari risiko akibat paparan
obat ini.

Efek samping dari siklofosfamid yaitu :

 Mual atau muntah
 Diare
 Sakit perut
 Kulit dan kuku berubah warna menjadi lebih gelap
 Rambut rontok
 Sariawan di mulut dan lidah yang berat dan tidak kunjung
membaik
 Gangguan pada ginjal dan saluran kemih, yang bisa
ditandai dengan gejala berupa sulit atau tidak bisa buang
air kecil, atau urine yang keluar sedikit, atau sangat jarang
berkemih
 Kerusakan jantung atau penyakit jantung, yang bisa
ditandai dengan bengkak pada tungkai, denyut jantung
tidak teratur, sesak napas, atau nyeri dada
 Anemia, yang bisa ditandai dengan lemas, letih, lesu, atau
kulit pucat
 Penyakit infeksi, yang bisa ditandai dengan demam atau
sakit tenggorokan yang tidak kunjung membaik
 Mudah memar, BAB berdarah, atau BAB hitam
 Nyeri perut yang berat, penyakit kuning, atau urine
berwarna gelap
 Gangguan mental dan suasana perasaan
b. Antimetabolit bekerja dengan membunuh sel kanker pada fase S
dari siklus sel kanker dengan menghambat sintesis DNA / RNA
dapa sel kanker. Contoh: Cytarabine Liposomal.

Mekanisme kerja utama obat ini yaitu dengan menghambat


DNA polimerase sehingga menyebabkan penurunan sintesis
dan repair DNA. Cytarabine juga memiliki aktivitas antivirus dan
imunosupresan.

Indikasi Cytarabine merupakan jenis obat antineoplastik


antimetabolit yang digunakan sebagai terapi leukemia
mieloblastik akut dan meningitis leukemik. Cytarabine merupakan
jenis obat kemoterapi yang bekerja dengan memperlambat atau
menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan mengganggu
sintesis pirimidin.

Cytarabine dikontraindikasikan pada pasien


dengan meningitis akut akibat infeksi dan dengan
hipersensitivitas terhadap cytarabine atau komponen apapun
pada formulasi yang tersedia.

Cytarabine memiliki beberapa efek samping berupa


mielosupresi, anoreksia, mual, muntah, diare, disfungsi hepatik,
demam, ruam, perdarahan, hingga arachnoiditis.

c. Antibiotik Beberapa antibiotik dapat digunakan sebagai obat anti


neoplastik karena dapat berinteraksi dalam proses pembelahan
sel. Contoh: Doxorubisin.

Obat ini bekerja dengan cara memperlambat atau


menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan memblokir enzim
topoisomerase tipe 2, yaitu enzim yang digunakan sel kanker
untuk tumbuh dan berkembang.
Doxorubicin diindikasikan untuk terapi pengobatan leukemia akut,
tumor Wilm, neuroblastoma, sarkoma jaringan lunak dan tulang,
kanker payudara, kanker ovarium, kanker kandung kemih (sel
transisional), kanker tiroid, kanker paru, kanker lambung, limfoma
(kanker kelenjar getah bening).
Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)
Hindari penggunaan doxorubicin pada pasien dengan kondisi:
 Rendahnya sel darah merah akibat kemoterapi di masa lalu
 Gangguan jantung parah
 Riwayat serangan jantung dalam waktu dekat
 Hamil dan menyusui
 Bayi baru lahir

Efek Samping Doxorubicin


Efek samping penggunaan Doxorubicin yang mungkin terjadi
adalah:
 Kulit terasa sakit, terbakar, iritasi, atau berubah warna di
tempat pemberian suntikan
 Napas terasa pendek, walaupun tidak terlalu banyak
mengeluarkan tenaga
 Bengkak, berat badan bertambah dengan sangat cepat
(terutama pada wajah dan perut)
 Mual, sakit perut atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu makan
 Urin berwarna gelap, kotoran berwarna tanah liat
 Sakit kuning
 Detak jantung cepat, lambat, atau tidak teratur
 Cemas, berkeringat
 Nyeri dada
 Batuk mendadak, batuk dengan lendir berbusa, batuk
darah
 Napas sangat cepat

d. Hormonal Obat-obat yang bertujuan untuk memodifikasi hormon


dalam tubuh dapat digunakan karena dapat mempengaruhi
aktivitas pembelahan beberapa jenis sel dalam tubuh. Contoh:
Flutamid.

Mekanisme kerja flutamide adalah antiandrogen nonsteroid yang


menghalangi aksi testosteron endogen dan eksogen dengan
mengikat reseptor androgen. Selain itu, flutamide adalah
penghambat kuat sintesis DNA prostat yang dirangsang oleh
testosteron, serta mampu menghambat uptake androgen oleh
nukleus prostat.

Indikasi: 

tumour flare pada terapi kanker prostat dengan gonadorelin.

Kontraindikasi :

hipersensitif,gangguan hati parah,ibu hamil dan menyusui

Selain dapat meringankan gejala kanker prostat, flutamide juga


dapat menyebabkan gejala efek samping sebagai berikut: [3]

 Sensasi panas di daerah wajah dan dada


 Kehilangan libido
 Impotensi
 Ginekomastia (pembesaran jaringan kelenjar payudara pada pria)
 Mual
 Muntah
 Diare
 Peningkatan nafsu makan
 Gangguan tidur
 Alergi kulit
 Anemia
 Sakit kepala
 Pusing
 Malise
 Gelisah
 Hipertensi (tekanan darah tinggi)
 Nyeri perut dan dada
 Edema (pembengkakan)
 Pandangan kabur
 Hepatitis
 Penyakit kuning
 Ruam
 Haus
 Gatal
 Gejala mirip lupus eritematosus sistemik
 Mengantuk
 Kebingungan
 Depresi
 Gugup
BAB III

KESIMPULAN

Obat antineoplastik berperan penting dalam pengobatan penyakit kanker,

namun juga perlu disadari bahwa obat antineoplastik memiliki toksisitas yang

sangat tinggi sehingga perlu perhatian lebih terhadap petugas kesehatan


yang

berkaitan langsung dengan obat-obatan antineoplastik agar resiko akibat


paparan obat neoplastik dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


Suddarth.

Volume 2 Edisi 8. 2001. Jakarta : EGC.

2. Robbins and Cotran, Pathologic Basis of Disease 7th ed. 2005.


Philadelphia:

WB Saunders Co. p. 309-13.

3. Scully, C. Oncogen, Onco-Supressor, Carsinogenesis and oral


Cancer. 1992.British Dental Journal;173(53).
4. NIOSH .(2004). NIOSH alert, preventing occupational exposures to

antineoplastic and other hazardous drugs in health care setting, Center


for Desease Control and Prevention

5. http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/129491/potongan/S1-
2017-348838-introduction.pdf. Diakses tanggal 28 Februari 2019,
pukul 22.24

Anda mungkin juga menyukai