kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di
jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
yang tidak terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembelahan sel. Beberapa buah mutasi mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker.
Mutasi-mutasi tersebut sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat
terjadi secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).Kanker dapat menyebabkan banyak
gejala yang berbeda, bergantung pada lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah ada metastasis. Sebuah
diagnosis yang menentukan biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan
biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi dan/atau radiasi.
Bila tak terawat, kebanyakan kanker menyebabkan kematian; kanker adalah salah satu penyebab utama
kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila
perawatan dimulai sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya
bisa dihindari. Merokok tembakau dapat menyebabkan banyak kanker dari faktor lingkungan lainnya.
Tumor (bahasa Latin; pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak normal, tetapi dapat berupa “ganas”
(bersifat kanker) atau “jinak” (tidak bersifat kanker). Hanya tumor ganas yang mampu menyerang jaringan
lainnya ataupun bermetastasis.
KANKER
2. Virus onkogenik
3. Energi radiasi
4. Karsinogen
Tidak semua orang dapat terkena kanker. Ada faktor-faktor resiko yang
memungkinkan seseorang terkena kanker, yaitu : terkena paparan
karsinogen dari 4 kelompok tersebut dalam jangka waktu panjang, ada
faktor genetik atau famili, ditambah dengan faktor stress
berkepanjangan. Dengan diketahuinya penyebab dan faktor-faktor resiko
tersebut, tindakan pencegahan dan kewaspadaan dini lebih mudah
dilakukan. Minimal stadium dini penyakit kanker dapat dideteksi untuk
secepatnya dilakukan tindakan terapetik.
Selain itu, terapi gizi yang sifatnya suportif untuk meningkatkan daya
tahan tubuh juga secara langsung membantu penyembuhan dan pemulihan
kesehatan penderita. Terapi ini juga meminimalkan efek samping dari
terapi medis serta dapat mempercepat penyembuhannya.
Sebagai contoh terapi gizi adalah mengkonsumsi produk perlebahan
Dynamic Trio.
http://groups.google.co.id/group/anarkiss_kimia_2006/browse_thread/thread/ecacdcaa34f0c148/
eceb049d94c3b4f9?hl=id&lnk=st&q=pengertian+kanker#eceb049d94c3b4f9
I. PENDAHULUAN
Ciri-ciri manusia adalah selalu ingin mengetahui rahasia alam, memecahkannya dan kemudian mencari
teknologi untuk memanfaatkannya, dengan tujuan memperbaiki kehidupan manusia. Kualifikasi tanaman
pangan, penangkaran ternak, dan perbaikan teknologi berburu atau mencari ikan adalah satu manifestasi ciri
manusia tersebut. Semuanya dikembangkan dengan menggunakan akal, atau rasio, yang merupakan salah satu
keunggulan manusia dibanding makhluk hidup lainnya. Sampai sekarangpun ciri watak manusia itu masih terus
berlangsung. Satu demi satu ditemukan teknologi baru untuk memperbaiki kehidupan manusia agar lebih
nyaman, lebih menyenangkan, dan lebih memuaskan.
Tanaman pangan dan ternak yang dipelihara selalu direkayasa agar menghasilkan produk pangan yang lebih
baik, lebih enak dan lebih banyak. Dikembangkan teknologi kawin silang, hibrida, cangkok, dan sebagainya
untuk mencapai keinginan itu. Dengan ditemukannya alat-alat bantu yang lebih canggih, seperti misalnya
mikroskop dan media pembiakan di laboratorium, rekayasa itu dilakukan dalam tingkat yang lebih kecil,
sehingga ditemukan tanaman pangan tahan lama dan ternak dengan reproduksi susu yang lebih tinggi. Itulah
awal dari pengembangan rekayasa genetika, kemudian dunia menjadi gempar setelah munculnya publikasi
tentang kloning biri-biri “Dolly” , terutama menyangkut bagaimana pandangan agama terhadap kloning
manusia. Walaupun kloning manusia belum diumumkan ada, atau tidak ada, atau minimal rencana bagi para
ilmuwan. Pertanyaan yang muncul adalah apakah boleh dilakukan atau tidak?
Pada makalah ini akan dkemukakan tentang apakah kloning itu, lalu bagaimana proses bioteknologi tersebut,
dan bagaimana pandangan ulama, atau kajian tentang hukum Islam terhadap kloning manusia tersebut.
Dalam perkembangannya, klonasi tidak hanya dikerjakan dengan memanfaatkan potongan tanaman yang
umumnya berbentuk batang yang mengandung titik-titik tumbuh calon ranting dan daun, tetapi juga
memanfaatkan hampir semua jaringan tanaman untuk menghasilkan tanaman sempurna. Dengan teknologi
biakan jaringan, potongan daun atau sekeping jaringan dari batang tanaman lengkap. Dari sini terlihat bahwa
klonasi pada dasarnya memanfaatkan sel-sel tanaman yang masih memiliki kemampuan untuk memilah-milah
diri menghasilkan berbagai jenis tanaman, seperti akar, batang dan daun dengan fungsinya masing-masing.
Kemampuan semacam ini ternyata semakin menurun seiring dengan meningkatnya status organisme. Pada
organisme tinggi, misalnya mamalia, sel-sel jaringan telah kehilangan totipotensinya, sehingga apabila tanaman
hanya mampu menghasilkan sel sejenis, tetapi tidak mampu memilah diri lagi untuk menghasilkan organ atau
sel dengan fungsi yang lain. Berbeda dengan tanaman, klonasi mamalia tidak dapat dikerjakan, misalnya
dengan menanam sel atau jaringan dari bagian tubuh, seperti tangan, kaki, jantung, hati untuk menghasilkan
individu baru. Dengan demikian, klonasi pada organisme tingkat tinggi hanya dapat dikerjakan lewat sel yang
masih totipoten, yaitu sel pada aras embrio atau mudghah.
Dari pemahaman tentang sifat sel organisme tadi, jika ditinjau secara umum sesuai dengan aras kehidupan
organisme, maka klonasi dapat dikerjakan pada berbagai aras, yaitu klonasi pada aras sel, aras jaringan dan aras
individu. Pada organisme sel tunggal atau unisel seperti bakteri, perbanyakan diri untuk menghasilkan individu
yang baru, berlangsung lewat klonasi sel. Dalam hal ini klonasi sel sekaligus juga merupakan klonasi individu
pada hewan dan manusia dapat juga terjadi, misalnya pada kelahiran kembar satu telur. Masing-masing anak di
sini merupakan klonus yang memiliki susunan genetis identik.
Dalam perkembangan biologi molekuler, sekarang dimungkinkan klonasi pada aras yang lebih kecil daripada
sel, yaitu aras gena. Kemampuan manusia melakukan klonasi gena memunculkan bidang ilmu baru, yang
disebut rekayasa genetika. Untuk pertama kalinya suatu gena berhasil diklonasi dengan teknik DNA
rekombinan pada tahun 1973. Hanya dalam selang waktu tiga tahun, teknologi ini sudah dikomersialkan oleh
suatu perusahaan di California USA, yaitu Genentech. Sebetulnya klonasi gena juga terjadi secara alami pada
beberapa mikroorganisme. Misalnya beberapa mikroorganisme yang semula rentan terhadap antibiotika
berubah menjadi klon mikroorganisme yang kebal antibiotika. Klona ini terjadi akibat perbanyakan diri lebih
lanjut mikroorganisme induk yang telah kemasukan gena kebal tadi.
Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa manusia. Kloning adalah teknik
memproduksi duplikat yang identik secara genetis dari suatu organisme. Klon adalah keturunan aseksual dari
individu tunggal. Setelah keberhasilan kloning domba bernama Dolly pada tahun 1996, para ilmuwan
berpendapat bahwa tidak lama lagi kloning manusia akan menjadi kenyataan. Kloning manusia hanya
membutuhkan pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel reproduktif (seperti sel telur atau sperma) dari
seseorang, kemudian DNA dari sel itu diambil dan ditransfer ke dalam sel telur seseorang wanita yang belum
dibuahi, yang sudah dihapus semua karakteristik genetisnya dengan cara membuang inti sel (yakni DNA) yang
ada dalam sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel telur itu untuk mengelabuinya agar merasa
telah dibuahi, sehingga ia mulai membelah. Sel yang sudah dibuahi ini kemudian ditanam ke dalam rahim
seorang wanita yang ditugaskan sebagai ibu pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis akan sama
dengan genetika orang yang mendonorkan sel somatis tersebut.
Teknologi kloning diharapkan dapat memberi manfaat kepada manusia, khususnya di bidang medis. Beberapa
di antara keuntungan terapeutik dari teknologi kloning dapat diringkas sebagai berikut:
Kloning manusia memungkinkan banyak pasangan tidak subur untuk mendapatkan anak.
Organ manusia dapat dikloning secara selektif untuk dimanfaatkan sebagai organ pengganti bagi pemilik sel
organ itu sendiri, sehingga dapat meminimalisir risiko penolakan.
Sel-sel dapat dikloning dan diregenerasi untuk menggantikan jaringan-jaringan tubuh yang rusak, misalnya urat
syaraf dan jaringan otot. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya yang
terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak
dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Di kemudian hari akan ada kemungkinan tumbuh pasar jual-beli
embrio dan sel-sel hasil kloning.
Teknologi kloning memungkinkan para ilmuan medis untuk menghidupkan dan mematikan sel-sel. Dengan
demikian, teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi kanker. Di samping itu, ada sebuah optimisme bahwa
kelak kita dapat menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning.
Teknologi kloning memungkinkan dilakukan pengujian dan penyembuhan penyakit-penyakit keturunan.
Dengan teknologi kloning, kelak dapat membantu manusia dalam menemukan obat kanker, menghentikan
serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan penyambung, atau tulang rawan yang cocok dengan
tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan.
III. KAJIAN KLONING DALAM HUKUM ISLAM
Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian). Dalam kajian literatur klasik belum
pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh karenanya, rujukan yang penulis kemukakan
berkenaan dengan masalah kloning ini adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat berikut:
... ۵ : (الحج... َفِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن ُتَر اٍب ُثَّم ِم ْن ُنْطَفٍة ُثَّم ِم ْن َع َلَقٍة ُثَّم ِم ْن ُم ْض َغ ٍة ُم َخ َّلَقٍة َو َغْيِر ُم َخ َّلَقٍة ِلُنَبِّيَن َلُك ْم َو ُنِقُّر ِفي ْاَألْر َح اِم َم ا َنَش اُء.
"… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan
kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki …" (QS. 22/al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa ayat tersebut menampakkan
paradigma al-Qur'an tentang penciptan manusia mencegah tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning.
Dari awal kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas
tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.
Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi ilmiah atas kloning manusia,
apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT sebagai Pencipta? Abul Fadl menyatakan "tidak",
berdasarkan pada pernyataan al-Qur'an bahwa Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan
ibu, dan Nabi 'Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:
٥٩ : ِإَّن َم َثَل ِع يَس ى ِع ْنَد ِهللا َك َم َثِل َء اَد َم َخ َلَقُه ِم ْن ُتَر اٍب ُثَّم َقاَل َلُه ُك ْن َفَيُك وُن (ال عمران.
"Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan
Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia" (QS.
3/Ali 'Imran: 59).
Pada surat yang sama juga dikemukakan:
َو ُيَك ِّلُم الَّناَس ِفي اْلَم ْهِد َو َكْهًال. ِإْذ َقاَلِت اْلَم َالِئَك ُة َياَم ْر َيُم ِإَّن َهللا ُيَبِّش ُر ِك ِبَك ِلَم ٍة ِم ْنُه اْس ُم ُه اْلَم ِس يُح ِع يَس ى اْبُن َم ْر َيَم َو ِج يًها ِفي الُّد ْنَيا َو اآْل ِخَر ِة َوِم َن اْلُم َقَّر ِبيَن
-٤٥ : َقاَلْت َر ِّب َأَّنى َيُك وُن ِلي َو َلٌد َو َلْم َيْمَس ْس ِني َبَش ٌر َقاَل َك َذ ِلِك ُهللا َيْخ ُلُق َم ا َيَش اُء ِإَذ ا َقَض ى َأْم ًرا َفِإَّنَم ا َيُقوُل َلُه ُك ْن َفَيُك وُن (ال عمران. َوِم َن الَّصاِلِح يَن
٤٧ .
"(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa
putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara
orang-orang yang saleh. Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku
belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun". Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah
Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah
hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah", lalu jadilah dia" (QS. 3/Ali 'Imran: 45-47).
Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak
Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem sebab-akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa
Dia juga telah menetapkan pengecualian-pengecualian bagi sistem umum tersebut, seperti pada kasus
penciptaan Adam As. dan 'Isa As. Jika kloning manusia benar-benar menjadi kenyataan, maka itu adalah atas
kehendak Allah SWT. Semua itu, jika manipulasi bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali
tidak mengurangi keimanan kita kepada Allah SWT sebagai
Pencipta, karena bahan-bahan utama yang digunakan, yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah
benda ciptaan Allah SWT.
Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai landasan bagi pembentukan masyarakat
yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan. Anak-anak yang lahir dalam ikatan perkawinan membawa komponen-
komponen genetis dari kedua orang tuanya, dan kombinasi genetis inilah yang memberi mereka identitas.
Karena itu, kegelisahan umat Islam dalam hal ini adalah bahwa replikasi genetis semacam ini akan berakibat
negatif pada hubungan suami-isteri dan hubungan anak-orang tua, dan akan berujung pada kehancuran institusi
keluarga Islam. Lebih jauh, kloning manusia akan merenggut anak-anak dari akar (nenek moyang) mereka serta
merusak aturan hukum Islam tentang waris yang didasarkan pada pertalian darah.
Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz Sachedina dan Imam Mohamad
Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan alasan mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan
institusi perkawinan atau mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang
Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral, budaya dan hukum.
M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga berpendapat teknik kloning diharamkan,
dengan argumentasi: menghancurkan institusi pernikahan yang mulia (misal: tumbuh suburnya lesbian, tidak
perlu laki-laki untuk memproduksi anak), juga akan menghancurkan manusia sendiri (dari sudut evolusi,
makhluk yang sesuai dengan environment-nya yang dapat hidup).
Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut masalah hak waris dan pernikahan
(muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning hanya mempunyai DNA dari donor nukleus saja, sehingga
walaupun nukleus berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak tidak membawa
DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis
bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain
itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas,
alkoholik dan homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah kejiwaan bagi anak-anak yang
diasuh oleh single parent, barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami
dan yang mengandung bukan ibunya.
Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan alasan sebagai berikut:
1.Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami agama.
2.Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu (dalam hadits dinyatakan bahkan sampai ke negri Cina
sekalipun).
3.Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang belum ia ketahui (lihat QS.
96/al-'Alaq).
4.Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin Allah (lihat ayat Kursi pada QS.
2/al-Baqarah: 255).
Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa penemuan teknologi bayi tabung,
rekayasa genetika, dan kemudian kloning adalah juga bagian dari takdir (kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia
dengan seizin-Nya. Penolakan terhadap kemajuan teknologi itu justru bertentangan dengan prinsip-prinsip yang
diajarkan dalam Islam.
Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan ataupun membolehkan, namun dilihat
dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan kemudharatan di dalamnya. Argumentasi yang dikemukakan sebagai berikut:
Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya masih bersifat tentative, bahwa argumen
para ulama/ilmuan yang menolak aplikasi kloning pada manusia hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi
implikasi praktis atau sisi applied science dari teknik kloning. Wilayah applied science yang mempunyai
implikasi sosial praktis sudah barang tentu mempunyai logika tersendiri. Mereka kurang menyentuh sisi pure
science (ilmu-ilmu dasar) dari teknik kloning, yang bisa berjalan terus di laboratorium baik ada larangan
maupun tidak. Wilayah pure science juga punya dasar pemikiran dan logika tersendiri pula.
Dalam mencari batas "keseimbangan" antara kemajuan IPTEK dan Doktrin Agama, pertanyaan yang dapat
diajukan adalah sejuh mana para ilmuan, budayawan dan agamawan dapat berlaku adil dalam melihat kedua
fenomena yang berbeda misi dan orientasi tersebut? Menekankan satu sisi dengan melupakan atau menganggap
tidak adanya sisi yang lain, cepat atau lambat, akan membuat orang "tertipu" dan "kecewa". Dari situ barangkali
perlu dipikirkan format kajian dan telaah yang lebih seimbang, arif, hati-hati untuk menyikapi dan memahami
kedua sisi tersebut sekaligus. Sudah tidak zamannya sekarang, jika seseorang ingin menelaah persoalan kloning
secara utuh, tetapi tidak memperhatikan kedua sisi tersebut secara sekaligus.
Selanjutnya, ada pula agamawan sekaligus ilmuan menyatakan bahwa tujuan agama menurut penuturan Imam
al-Syatibi yang bersifat dharuri ada lima, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh
karena itulah maka kloning itu kita uji dari sesuai atau tidaknya dengan tujuan agama. Bila sesuai, maka tidak
ada keberatannya kloning itu kita restui, tetapi bila bertentangan dengan tujuan-tujuan syara' tentulah kita cegah
agar tidak menimbulkan bencana. Kesimpulan yang diberikan klonasi ovum manusia itu tidak sejalan dengan
tujuan agama, memelihara jiwa, akal, keturunan maupun harta, dan di beberapa aspek terlihat pertentangannya.
Untuk menentukan apakah syari'at membenarkan pengambilan manfaat terapeutik dari kloning manusia, kita
harus mengevaluasi manfaat vis a vis mudharat dari praktek ini. Dengan berpijak pada kerangka pemikiran ini,
maka manfaat dan mudharat terapeutik dari kloning manusia dapat diuraikan sebagai berikut:
Mengobati penyakit. Teknologi kloning kelak dapat membantu manusia dalam menentukan obat kanker,
menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang, lemak, jaringan penyambung atau tulang rawan yang
cocok dengan tubuh pasien untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar melakukan riset
kloning manusia dalam rangka menemukan obat atau menyingkap misteri-misteri penyakit yang hingga kini
dianggap tidak dapat disembuhkan adalah boleh, bahkan dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-riset seperti ini
karena ada sebuah hadits yang menyebutkan: "Untuk setiap penyakit ada obatnya". Namun, perlu ditegaskan
bahwa pengujian tentang ada tidaknya penyakit keturunan pada janin-janin hasil kloning guna menghancurkan
janin yang terdeteksi mengandung penyakit tesebut dapat melanggar hak hidup manusia.
Infertilitas. Kloning manusia memang dapat memecahkan problem ketidaksuburan, tetapi tidak boleh
mengabaikan fakta bahwa Ian Wilmut, A.E. Schieneke, J. Mc. Whir, A.J. Kind, dan K.H.S. Campbell harus
melakukan 277 kali percobaan sebelum akhirnya berhasil mengkloning "Dolly". Kloning manusia tentu akan
melewati prosedur yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen awal untuk menghasilkan sebuah klon yang mampu
bertahan hidup akan terjadi banyak sekali keguguran dan kematian. Lebih jauh, dari sekian banyak embrio yang
dihasilkan hanya satu embrio, yang akhirnya ditanam ke rahim wanita pengandung sehingga embrio-embrio
lainnya akan dibuang atau dihancurkan. Hal ini tentu akan menimbulkan problem serius, karena nenurut syari'at
pengancuran embrio adalah sebuah kejahatan. Selain itu, teknologi kloning melanggar sunnatullah dalam proses
normal penciptaan manusia, yaitu bereproduksi tanpa pasangan seks, dan hal ini akan meruntuhkan institusi
perkawinan. Produksi manusia-manusia kloning juga sebagaimana dikemukakan di atas, akan berdampak
negatif pada hukum waris Islam (al-mirâts).
Organ-organ untuk transplantasi. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat mengganti jaringan tubuhnya
yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak
dengan organ tubuh manusia hasil kloning. Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat dari manusia hasil
kloning ini dipandang sebagai kejahatan oleh hukum Islam, karena hal itu merupakan pelanggaran terhadap
hidup manusia. Namun, jika penumbuhan kembali organ tubuh manusia benar-benar dapat dilakukan, maka
syari'at tidak dapat menolak pelaksanaan prosedur ini dalam rangka menumbuhkan kembali organ yang hilang
dari tubuh seseorang, misalnya pada korban kecelakaan kerja di pertambangan atau kecelakaan-kecelakaan
lainnya. Tetapi, akan muncul pertanyaan mengenai kebolehan menumbuhkan kembali organ tubuh seseorang
yang dipotong akibat kejahatan yang pernah dilakukan.
Menghambat Proses Penuaan. Ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat menghambat proses penuaan
berkat apa yang kita pelajari dari kloning. Namun hal ini bertentangan dengan hadits yang menceritakan
peristiwa berikut: Orang-orang Baduy datang kepada Nabi SAW, dan berkata: "Hai Rasulallah, haruskah kita
mengobati diri kita sendiri? Nabi SAW menjawab: "Ya, wahai hamba-hamba Allah, kalian harus mengobati
(diri kalian sendiri) karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menyediakan obatnya,
kecuali satu macam penyakit". Mereka bertanya: "Apa itu?" Nabi SAW menjawab: "Penuaan".
Jual beli embrio dan sel. Sebuah riset bisa saja mucul untuk memperjual-belikan embrio dan sel-sel tubuh hasil
kloning. Transaksi-transaksi semacam ini dianggap bâthil (tidak sah) berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut:
1.Seseorang tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan miliknya.
2.Sebuah hadits menyatakan: "Di antara orang-orang yang akan dimintai pertanggungjawaban pada Hari Akhir
adalah orang yang menjual manusia merdeka dan memakan hasilnya".
Dengan demikian, potensi keburukan yang terkandung dalam teknologi kloning manusia jauh lebih besar
daripada kebaikan yang bisa diperoleh darinya, dan karenanya umat Islam tidak dibenarkan mengambil manfaat
terapeutik dari kloning manusia.
IV. PENUTUP
Dari uraian di atas, penulis sekedar membuat rumusan sebagai berikut:
1.Kloning sebagai pengembangan IPTEK, termasuk hasil perkembangan fikiran manusia yang patut disyukuri
dan dimanfaatkan bagi peningkatan taraf hidup manusia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih terhormat.
2.Hasil pemikiran manusia dengan agama akan seimbang bila hasil pemikiran tersebut didasarkan pada sistem
dan metode pemikiran yang benar, dan agama digali dengan daya ijtihad yang benar pula. Keduanya saling
kuat-menguatkan.
3.Klonasi ditinjau dari segi aspek teologis memperluas wawasan pengenalan terhadap kodrat iradat Ilahi,
bahkan klonasi itu sebagai bukti kecanggihan sunnah Allah yang tertuang dalam ciptaan-Nya dan membuktikan
ke Maha Kuasaan-Nya.
4.Klonasi terhadap manusia dengan tujuan untuk dijadikan cadangan transplantasi organ tubuh manusia dapat
dibenarkan sepanjang tidak bertentangan dengan tujuan syara'.
5.Klonasi jaringan sel dan organ tubuh manusia, selama dibenarkan oleh ilmu pengetahuan dan sesuai dengan
tujuan syara' dipandang sangat membantu bagi penyembuhan dengan jalan transplantasi.
6.Implementasi klonasi terhadap manusia dipandang bertentangan dengan nilai-nilai ketinggian martabat
manusia dan bertentangan pula dengan tujuan syara', karena dipandang kemungkinan terjadinya kekacauan
hukum keluarga dan hubungan nasab, serta ketidakpastian eksistensinya.
7.Keadaan darurat tidak dapat dijadikan alasan untuk melaksanakan implementasi klonasi manusia, karena
tidak ada yang merasa terancam, baik dari segi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta karena tidak
melaksanakan klonasi.
KANKER SERVIKS (Kanker Leher Rahim)
1. PENGERTIAN Kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim adalah kanker yang terjadi
pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang
telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang
berumur antara 20 sampai 30 tahun. Kanker leher rahim terjadi jika sel-sel yang ada di daerah tersebut
membelah secara tak terkendali dan menjadi abnormal. Jika sel-sel tersebut terus membelah, maka akan
terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut
menjadi ganas, maka keadaanya disebut sebagai kanker leher rahim. Layaknya semua kanker, kanker leher
rahim terjadi ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang tidak lazim (abnormal). Tetapi
sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut.
Perubahan sel-sel tersebut biasanya memakan waktu sampai bertahun-tahun sebelum sel-sel tadi berubah
menjadi sel-sel kanker. Selama jeda tersebut, pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel
yang abnormal tersebut sebelum berubah menjadi sel kanker. 2. PENYEBAB Penyebab dari terjadinya kelainan
pada sel-sel leher rahim tersebut tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang dapat
berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks tersebut : 1. HPV (Human Papilloma Virus) HPV adalah suatu
virus yang dapat menyebabkan terjadinya kutil pada daerah genital (kondiloma akuminata), yang ditularkan
melalui hubungan seksual. HPV sering diduga sebagai penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-
sel leher rahim. 2. Merokok Tembakau dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks. 3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia
dini 4. Berganti-ganti pasangan seksual 5. Gangguan sistem kekebalan tubuh 6. Pemakaian pil KB 7. Infeksi
herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun 8. Terlalu sering mencuci vagina 9. Menaburi vagina dengan
talk ketika gatal menyerang 10. Kekurangan vitamin C 11. Hubungan seks terlalu dini 12. Berganti – ganti
pasangan 13. Terlambat Menikah 14. Penggunaan Esterogen 3. CIRI –CIRI Ciri – ciri dan gejala –gejala yang
terjadi pada penderita Kanker Serviks adalah sebagai berikut : 1. Gejala Terdapat keputihan berlebihan, berbau
busuk, dan tidak sembuh-sembuh; 2. Terjadi pendarahan di luar siklus haid; 3. Berkurangnya nafsu makan; 4.
Penurunan berat badan; 5. Kelelahan; 6. Nyeri panggul, punggung dan tungkai; 7. Keluar air kemih dan tinja
dari vagina; 8. Patah tulang; Bila kanker sudah mencapai stadium 3 ke atas, maka akan terjadi pembengkakan
di berbagai anggota tubuh, seperti di paha, betis, tangan, dan sebagainya. Tapi, jika masih prakanker justru
jarang terjadi gejala- gejala seperti diatas. 4. PENCEGAHAN 1. Jauhi rokok Ini peringatan paling penting buat
wanita perokok. Kecuali mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam rokok
pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim), lho. "Nikotin, kan, mempe! rmudah semua selaput lendir
sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa tenggorokan, paru-paru, juga serviks. "
Sayangnya tak diketahui pasti seberapa banyak jumlah nikotin dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker
serviks. Tapi, mengapa harus ambil risiko, lebih baik tinggalkan segera rokok jika kita ingin terbebas dari
kanker. 2. Diet rendah lemak Penting diketahui, timbulnya kanker pun berkaitan erat dengan pola makan
seseorang. Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih berisiko terkena kanker endometrium
(badan rahim). "Sebab lemak memproduksi hormon estrogen. Sementara endometrium yang sering terpapar
hormon estrogen mudah berubah sifat menjadi kanker." Jadi, terang Nasdaldy, untuk mencegah timbulnya
kanker endometrium, sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. "Makanlah makanan yang
sehat dan segar. Jangan lupa untuk menjaga berat badan ideal agar tak terlalu gemuk." Tak heran, bila penderita
kanker endometrium banyak terdapat di kota-kota besar negara maju. Sebab, umumnya mereka menganut pola
makan tinggi lemak. 3. Melakukan Test Pap Smear secara rutin Pap smear test adalah suatu test yang aman dan
murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel
leher rahim. Test ini ditemukan pertama kali oleh Dr. George Papanicolou, sehingga dinamakan Pap smear test.
Pap smear test adalah suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan kemudian diperiksa
di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Perubahan sel-sel leher
rahim yang terdeteksi secara dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan diambil sebelum sel-sel
tersebut dapat berkembang menjadi sel kanker. 5. PENGOBATAN Seperti pada kejadian penyakit yang lain,
jika perubahan awal dapat dideteksi seawal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin.
Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah dengan: 1. Pemanasan, diathermy
atau dengan sinar laser. 2. Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk
sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan
adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan. Jika
perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka
untuk penyembuhan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: 1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah
yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya. 2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar
X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Yang utama lewat operasi;
sederhana, besar, khusus. Operasi sederhana dilakukan pada tingkat stadium awal, yang disebut dengan konisasi
(pemotongan rahim seperti kerucut). Karena dalam stadium awal (prakanker) dari nol hingga 1A. "Kanker
masih berada di sel-sel selaput lendir." Operasi dilakukan bila pasien masih ingin hamil. Bila tak ingin hamil
lagi akan dilakukan histerektomi simple (rahim diangkat semua). Tujuannya agar kanker tak kambuh lagi.
Histerektomi radikal akan dilakukan bila kanker sudah stadium 1B sampai 2A/2B. "Seluruh rahim diangkat
berikut sepertiga vagina, serta penggantung rahim akan dipotong hingga sedekat mungkin dengan dinding
panggul. Indung telur bisa diangkat atau tidak tergantung usia pasien. Bila masih haid, indung telur akan
ditinggal.! " Kendati vagina dipotong tak berarti tak bisa berhubungan seks,lo. "Awalnya akan terasa tak enak
karena vagina lebih pendek, tapi pada akhirnya akan terbiasa juga,kok." Bila kanker serviks sudah berada
dalam stadium 2B ke atas, operasi tak lagi bisa dilakukan, melainkan dengan radiasi atau penyinaran.
Sayangnya, penyinaran memiliki komplikasi; indung telur ikut mati terkena radiasi. "Akibatnya hormon pun
mati. Padahal hormon diperlukan untuk gairah seksual dan haid. Juga mencegah osteroporosis dan jantung."
Komplikasi lainnya, dalam penyinaran bukan enggak mungkin terkena organ lain, semisal dubur dan saluran
kencing. Terkadang terjadi luka bakar pada dubur dan terjadi diare atau perdarahan terus. "Kalau terjadi
demikian, maka dubur atau saluran kencing harus diangkat. Sebagai gantinya akan dibuatkan dubur atau saluran
kencing baru lewat perut." Bahkan, akibat penyinaran vagina pun menjadi kaku, sehingga penderita tak bisa
berhubungan seks. "Lain dengan operasi, kendati vagina diangkat sepertiganya tapi masih tetap bisa
berhubungan seks." Belum lagi bila ternyata tumor resisten terhadap penyinaran, sehingga berapa pun
banyaknya penyinaran, tumornya tetap ada. Padahal komplikasi penyinaran, kan, sangat banyak. Itu sebabnya
radiasi dilakukan bila tak ada pilihan lain. Pengobatan berikutnya, kemoterapi; dilakukan bila operasi dan
radiasi tidak memungkinkan lagi. Semisal, dalam setahun sudah pernah diradiasi, sehingga tak mungkin
dilakukan radiasi lagi karena dikhawatirkan terjadi komplikasi. Sayangnya, kemoterapi sangat mahal biayanya.
Sumber: - http://www.dokter.indo.net.id - http://www.arroyan.com - http://www.fortunestar.co.id/health/?cid=4
Posted by syifanoe at 15:26:31 | Permanent Link | Comments (0) | http://syifanoe.blog.com/_/sendpostbymail/?
postid=2063877