Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS TENTANG

NEOPLASMA UTERUS

Disusun Oleh:
Kelompok 14

1. Yohan F. Sembai
2. Salonika M. Koirewoa
3. Paulina Mantundoi
4. Margareta Munua

PROGRAM STUDI DIPLOMA D-III KEPERAWATAN

KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neoplasma atau kanker ialah penyakit pertumbuhan sel yang terjadi karena
dalam tubuh timbul dan berkembangbiak sel yang baru bentuk, sifat, dan
kinetiknya berbeda dari sel normal asalnya. Sel yang baru ini
pertumbuhanNya liar, terlepas dari system kendali pertumbuhan normal
sehingga merusak bentuk dan atau fungsi organ yang terkena (Sukardja,
2000). Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan baik di dunia maupun di masyarakat. Kematian akibat
kanker di seluruh dunia diproyeksikan akan terus meningkat dengan
perkiraan 13,1 juta kematian pada tahun 2030 (WHO,2013).
Uterus merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk seperti buah
pir dengan bagian bawah yang mengecil, berfungsi sebagai tempat
pertumbuhan embrio. Tipe uterus pada manusia adalah simpleks yaitu
dengan satu ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus berfungsi untuk
menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan, bagian dasar dari
uterus disebut sebagai leher Rahim atau serviks dengan bentuknya yang
menyempit. Rongga serviks bersambung dengan rongga badan uterus
melalui ostium interna dan bersambung dengan rongga vagina melalui
ostium eksterna (Evelyn,2009)
Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel
jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan
cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri. Dalam keadaan
normal, sel tubuh hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel
yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan terus membelah
walaupun tubuh tidak memerlukannya. Akibatnya akan terjadi penumpukan
sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut akan mendesak
dan merusak jaringan normal sehingga menggangu organ yang
ditempatinya(Indah,2010).

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Neoplasma Uterus ialah masa jaringan yang abnormal, tumbuh berlebihan
tidak terkordinasi dengan jaringan normal dan tumbuh terus-menerus
meskipun rangsang yang menimbulkan telah hilang. Sel neoplasma mengalami
transformasi, oleh karena mereka terus-menerus membelah. Pada neoplasma,
proliferasi berlangsung meskipun rangsang yang telah memulainya telah
hilang. Proliferasi demikian disebut proliferasi neoplastik, yang mempunyai
sifat progresif, tidak bertujuan, tidak memperdulikan jaringan sekitarnya, tidak
ada hubungan dengan kebutuhan tubuh dan bersifat parasitic.
Sel neoplasma bersifat parasitic dan pesaing sel atau jaringan normal atas
kebutuhan metabolismenya pada penderita yang berada dalam keadaan lemah.
Neoplasma bersifat otonom karena ukurannya meningkat terus. Proliferasi
neoplastik menimbulkan massa neoplasma, menimbulkan
pembengkakan/benjolan pada jaringan tubuh membentuk tumor.

2. Etiologi Neoplasma Uterus


Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebab
kanker dapat merupakan gabungan dari sekumpulan faktor, genetik dan
lingkungan. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko
terjadinya kanker, sebagai berikut:
1. Faktor keturunan/Genetik
Faktor genetic menyebabkan beberapa keluarga memiliki risiko lebih
tinggi untuk menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan
keluarga lainnya. Jenis kanker yang cenderung diturunkan dalam
keluarga adalah kanker payudara, kanker indung telur, kanker kulit dan
kanker usus besar. Sebagai contoh, risiko wanita untuk menderita
kanker meningkat 1,5 s/d 3kali jika ibunya atau saudara perempuannya
menderita kanker payudara.
2. Faktor lingkungan
1. Merokok sigaret meningkatkan risiko terjadinya kanker paru-paru,
mulut, laring(pita suara), dan kandung kemih.
2. Sinar ultraviolet dari matahari
3
3. Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam
sinar rontgen dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga nuklir dan
ledakan bom atom yang bisa menjangkau jarak yang sangaat jauh.
Contoh, orang yang selamat dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki
pada perang dunia II, berisiko tinggi menderita kanker sel darah, seperti
Leukemia.
3. Faktor Makanan Yang Mengandung Bahan Kimia
a. Minuman yang mengandung alcohol menyebabkan berisiko lebih
tinggi terhadap kanker kerongkongan.
b. Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar)
meningkatkan risiko terjadinya kanker lambung.
c. Zat pewarna makanan
d. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut
yang tercemar seperti; kerang, ikan dsb.
e. Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
4. Faktor Trauma
5. Faktor Virus
6. Faktor infeksi Mikoorganisme
7. Faktor Perilaku
8. Gangguan keseimbangan hormonal
 Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang
cenderung mendorong terjadinya kanker, sedangkan progesteron
melindungi terjadinya pertumbuhan sel yang berlebihan. Ada
kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dan kekurangan
progesteron menyebabkan meningkatnya risiko kanker payudara,
kanker leher Rahim, kanker Rahim dan kanker prostat dan buah
zakar pada pria.
9. Faktor kejiwaan, emosional, dan lain sebagainya.

4
3. Patofisiologi Neoplasma Uterus

4. Macam-macam Tindakan
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu jenis pengobatan tertua untuk kanker.
Operasi biasanya dilakukan untuk mencegah sel kanker menyebar ke
bagian tubuh yang lain. Namun jika memang kanker telah menyebar
terlalu luas/metastasis ke organ-organ vital tubuh kemungkinan sudah
tidak bisa lagi menggunakan atau menyembuhkan pasien dengan cara
operasi.
Operasi pegangkatan kanker ini bertujuan untuk menghapus dan
membuang seluruh sel kanker biasanya sering dilakukan pada jenis-jenis
kanker seperti kanker prostat, kanker payudara atau kanker testis. Namun
jika setelah penyakit telah menyebar ke organ tubuh sekitarnya bagaimana

5
pun hampir tidak mungkin untuk menghapus/mengangkat semua sel
kanker.
b. Terapi
 Kemoterapi
Kemoterapi adalah teknik pengobatan kanker dengan menggunakan
bahan kimia yang dapat menggangu proses pembelahan sel, merusak
protein atau DNA sehingga sel-sel kanker akan mati dengan sendirinya.
Perawatan ini menargetkan sel-sel yang membelah dengan cepat, tetapi
sel normal biasanya dapat pulih dari kerusakan kimia sementara sel
kanker tidak bisa.
Kemoterapi umumnya digunakan untuk mengobati kanker yang telah
menyebar atau metastasis karena untuk obat-obatan ke seluruh tubuh. Ini
adalah pengobatan yang diperlukan untuk beberapa bentuk seperti
leukemia dan limfoma. Pengobatan kemoterapi diberikan dengan siklus
yang jelas sehingga tubuh memiliki waktu untuk
menyembuhkan(peyembuhan sel normal) antara dosis. Tetapi walaupun
demikian masih ada efek samping yang umum seperti rambut rontok,
mual, kelelahan, dan muntah. Terapi kombinasi sering diberikan
termasuk beberapa jenis kemoterapi atau kemoterapi dikombinasikan
dengan beberapa pengobatan lainnya.
 Terapi Sinar Laser
Radioterapi menggunakan gamma-ray energy tinggi yang dipancarkan
dari logam seperti radium atau energy tinggi sinar-x yang dibuat dalam
mesin khusus. Perawatan radiasi menyebabkan efek samping yang berat
karena energy tersebut juga bisa merusak sel-sel normal dan jaringan
sehat lainnya, namun perkembangan teknologi telah ditingkatkan
sehingga dapat lebih tepat sasaran dan bisa mengurangi efek samping.
Radioterapi digunakan sebagai pengobatan mandiri untuk mengecilkan
tumor atau manghancurkan sel-sel kanker, dan juga digunakan dalam
kombinasi dengan pengobatan kanker lainnya seperti kemoterapi dan
pasien pasca operasi.
 Terapi Gen
Tujuan dari terapi gen adalah untuk menggantikan gen yang rusak
dengan orang-orang yang bekerja untuk mengatasi akar penyebab

6
kanker yaitu kerusakan DNA, lebih fokus pada DNA sel kanker. Terapi
gen juga termasuk langkah-langkah untuk mengobati kanker yang
tergolong sangat mudah masih dalam proses penelitian dan belum
terbukti menghasilkan apapun pengobatan yang berhasil. Sampai saat ini
belum ada referensi yang jelas tentang metode tersebut.
c. Obat
 Senyawa Pengalkil
Berbagai alkilator menunjukkan persamaan cara kerja yaitu melalui
pembentukan ion karbonium atau kompleks lain yang sangat reaktif. Ikatan
kovalen (alkilasi) akan terjadi dengan berbagai nukleofilik penting dalam
tubuh misalnya fosfat, amino, sulhidril, hidroksil atau gugus imidazole.
Efek sitostatik maaupun efek sampingnya berhubungan langsung dengan
terjadinya alklasi DNA ini,dsb.
 Data Penunjang
Tes seleksi tergantung riwayat, manifestasi klinis dan indeks kecurigaan
untuk kanker tertentu. Skan (misal MRI, CT, gallium) dan ultrasound:
dilakukan untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan dan
dapat dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ dan sebagainya.
Contohnya: sumsum tulang dilakukan pada penyakit mieloproliferatif
untuk diagnosis: pada tumor solid untuk pentahapan. Penanda tumor (zat
yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum
missal CEA, antigen spesifik prostat, alfafetoprotein, HCG, asam fosfat
prostat, kalsitonin, antigen ankofetal pancreas, CA15-3,CA 19-9,CA 125
dan sebagainya): dapat membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih
bermanfaat sebagai prognostik dan/atau monitor terapeutik. Reseptor
ekstrogen dan progesteron adalah esai yang dilakukan pada jaringan
payudara untuk memberikan informasi tentang apakah atau bukan
manipulasi hormonal akan terapeutik pada kontrol penyakit metastatik.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kanker meliputi; pembedahan, kemotherapi, dan radiasi
serta medikasi.

7
B. Asuhan Keperawatan Neoplasma Uterus
6. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data
dan menganalisanya sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien.
Pengkajian pada Neoplasma Uterus meliputi;
a. Aktivitas/istirahat
Kelemahan dan/atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur pada malam hari: adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misal, nyeri, ansietas, berkeringat malam,
keterbatasan partisipasi dalam hobi, latihan, pekerjaan atau profesi
dengan pemajanan karsinogenlingkungan, tingkat stres tinggi.
SirkulasiGejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan
kerja.Kebiasaan : Perubahan pada TD.
b. Integritas ego
Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stres (misal, merokok, minium alkohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan relegius/spiritual),
menyangkal diagnosis, perasaan tidak bedaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah,kehilangan kontrol,
depresi.Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi misal, darah pada feses, nyeri
pada defekasi, perubahan eliminasi urinaris misal, nyeri atau
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering
berkemih.Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi
abdomen.
d. Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (misal, rendah serat, tinggi lemak, aditif,
bahan pengawetan), Anoreksia, mual/muntah, Intoleransi
makanan. Tanda :Perubahan pada kelembaban/turgor kulit:
edema.
e. Neourosensori
Gejala : Pusing.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misal
8
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan
dengan proses penyakit).
g. Pernafasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang
yang), pemajanan asbes.
h. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan
matahari lama/berlebihan.Tanda : Demam, ruam kulit,
ulserasi.
i. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misal dampak pada hubungan, perubahan
pada tingkat kepuasan, Nuligravida lebih besar dari usia 30
tahun, Mulgravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual
dini, Herpes genital.
j. Interaksi social
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan
atau bantuan), masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran.
k. Penyuluhan/pembelajaran.
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau bibi dengan
kanker payudara, sisi primer: penyakit primer, tanggal
ditemukan/didiagnosis, penyakit metastatik: sisi tambahan
yang terlibat: bila tidak ada, riwayat alamiah dari primer akan
memberikan informasi penting untuk mencari metastatik,
riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat
kanker dan pengobatan yang diberikan. Pertimbangan rencana
pemulangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat :tergantung pada
sistem khusus yang terkena dan kebutuhan. Rujuk pada sumber-sumber
yang tepat. Memerlukan bantuan dalam keuangan,
obat-obatan/pengobatan, yang diberikan.
7. Diagnosa Keperawatan pada Neoplasma Uterus
a. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
b. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
c. Resiko gangguan Perfusi Jaringan
d. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan
9
e. Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut
f. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis
g. Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut
h. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare
i. Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia
j. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi

8. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia

1) Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun:


2) Jenis, dosis, cara pemberian kemoterapi
3) Stressor yang sedang dialami klien dan kemampuan koping yang
dimiliki
4) Kebiasaan kebersihan diri
5) Pola tidur
6) Pola makan
7) Pola eliminasi
8) Riwayat & pemeriksaan fisik
9) Tanda-tanda infeksi: demam, adanya nyeri menelan, nyeri saat
eliminasi, adanya exudat
10) Tanda perdarahan: pusing, adanya perdarahan
11) Tanda anemia: pucat, lemah, sesak nafas saat aktifitas
12) Fungsi pernafasan & suara nafas
13) Laboratorium: DPL
14) Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
15) Lindungi klien dari terpaparnya bakteri
16) Tempatkan klien di ruang isolasi
17) Pasang papan pengumuman di pintu masuk ruang isolasi klien yang
menginformasikan: pengunjung harus cuci tangan sebelum masuk,
pengunjung yang FLU dilarang masuk dan DILARANG membawa
buah, bunga atau sayuran segar ke ruangan klien
18) Pasang papan pengumuman yang menginformasikan TIDAK
BOLEH menginjeksi per-IM dan mengukur suhu per-rektum
19) Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari sekali, dan

10
kebersihan area perineum dalam kegiatan perawatan klien
20) Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik aseptik 2
hari sekali atau apabila ada tanda-tanda plebitis
21) Hindari tindakan invasif (jika memungkinkan)
22) Cuci tangan sebelum merawat klien, tidak menempatkan petugas
kesehatan yang FLU (atau infeksi lain) atau yang merawat klien yang
terinfeksi di ruang isolasi
23) Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
24) Kaji terus menerus adanya infeksi pada klien
25) Monitor tanda vital terutama pada peningkatan temperatur
26) Monitor angka lab neutrofil
27) Kaji tanda infeksi seperti kemerahan, adanya peradangan di area
tertentu (mukosa mulut, tempat bekas penusukan suntik/infus, dll)
28) Monitor perubahan warna urin, sputum & feses

Diagnosa 2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia


1) Lakukan tindakan khusus jika trombosit menurun / meningkat
2) Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan
3) Pasang tanda “Dilarang” injeksi per IM dan pemberian obat aspirin
4) Minimalkan penusukan vena atau tekan bekas penusukan minimal 5
menit
5) Ajarkan cara sikat gigi dengan sikat gigi lembut, hindari penggunaan
dental floss
6) Pasang pembatas tempat tidur
7) Cegah konstipasi dengan pemberian cairan minimal 3 L/hari
Monitor terjadinya perdarahan
1) Kaji tanda infeksi dini: petekie, ekimosis, epistaksis, darah di feses,
urin, dan muntahan
2) Perubahan tekanan darah ortostatik >10 mmHg atau nadi >100/mnt
3) Monitor hematokrit & trombosit
Lapor dokter jika ada tanda perdarahan
Diskusikan tanda & gejala infeksi yang terjadi ke dokter yang bertanggung
jawab, kolaborasi perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan kultur, pemberian
antipiretik & antibiotic

11
Diagnosa 3. Resiko gangguan Perfusi Jaringan
1) Kaji tanda dan gejala anemia
2) Hematokrit: 31-37% (anemia ringan), 25-30% (anemia sedang),
<25%>
3) Tanda anemia ringan: pucat, lemah, sesak ringan, palpitasi, berkeringat
dingin; anemia sedang: meningkat tingkat keparahan tanda dari anemia
ringan; tanda anemia berat: sakit kepala, pusing, nyeri dada, sesak saat
istirahat, dan takikardi)
4) Anjurkan klien untuk merubah posisi secara bertahap, dari tidur ke
duduk, dari duduk ke berdiri.
5) Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan posisi.
6) Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik atau tetap.
7) Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi
8) Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas, dan kebutuhan
klien akan Oksigen
9) Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk mendapatkan diet tinggi
Fe (zat besi)
10) Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Ketidakmampuan melakukan
aktifitas akibat anemia
11) Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi & kualitas istirahat
&
buatkan daftar aktifitas-istirahat
12) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat besi seperti
hati, telur, daging, wortel dan kismis

Diagnosa 4. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan


1) Anjurkan klien untuk minum 3L/hari
2) Monitor intake-output tiap 4 jam
3) Kaji frekuensi, konsistensi & volume diare/muntah
4) Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa
5) Beri obat antidiare/antimuntah sesuai program
6) Rawat area kulit perineum dengan salep betametasone atau Zinc
7) Beri cairan rehidrasi (cairan fisiologis) per-infus sesuai program

12
Diagnosa 5. Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut
1) Kaji & catat kondisi mukosa mulut (lidah, bibir, dinding &
langitlangit mulut) & kaji adanya stomatitis tiap shift. Ajarkan pada
klien cara mendeteksi dini adanya stomatitis
2) Kaji kenyamanan & kemampuan untuk makan & minum
3) Kaji status nutrisi klien
4) Anjurkan & ajarkan klien membersihkan mulut (kumur-kumur) tiap 2
jam
5) Gunakan cairan fisiologis, atau campuran cairan fisiologis dan BicNat
(1 sdt dicampur 800 cc air) tiap 4 jam atau,
6) Gunakan larutan H2O2 dg perbandingan 1 : 4, atau
7) Obat kumur Listerine
8) Anjurkan & ajarkan sikat gigi dan menggunakan dental floss, & tidak
dilakukan jika leukosit <1500/mm3>
9) Anjurkan & jelaskan klien untuk melepas gigi palsu saat kumur-kumur
& saat sedang iritasi mukosa
10) Anjurkan & ajarkan klien untuk melembabkan mulut dengan cara
banyak minum dan menggunakan pelembab bibir
11) Hindarkan makanan yang merangsang (pedas, panas & asam) &
jelaskan pada klien

Diagnosa 6. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis


1) Berikan (kolaborasi) obat kumur yang mengandung xylocain 2% 10-15
cc per kumur dilakukan tiap 3 jam
2) Kolaborasikan perlunya pemberian analgesic sedang-kuat per
parenteral (mis. Morphin)

Diagnosa 7. Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di


mulut
1) Kaji kemampuan komunikasi klien
2) Kaji adanya sekret yang kental yang sulit untuk dikeluarkan, anjurkan
minum hangat
3) Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika
klien tidak dapat berkomunikasi verbal
4) Responsif terhadap bel panggilan dari klien
13
Diagnosa 8. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare
1) Kaji area kulit perineum
2) Anjurkan untuk membersihkan menggunakan sabun lembut saat
membilas sesudah bab
3) Oleskan anastetik topikal K/P
4) Gunakan pampers untuk menjaga keringnya area perineum
5) Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Terjadi Nefrotoksik akibat
Kemoterapi
6) Hidrasi dengan cairan fisiologis 100-150cc/jam atau sampai cairan urin
bening
7) Diuresis dengan furosemid sesuai dg program
8) Ukur pH urin (pH > 7)
9) Cegah dehidrasi dan muntah yang masif
10) Hidrasi pasca kemoterapi minimal 3L/hari
11) Monitor hasil lab ureum, creatinin

Diagnosa 9. Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia


1) Kaji resiko terjadi alopesia, obat kemoterapi yang digunakan
2) Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang terjadi, yaitu
alopesia terjadi sejenak, dapat tumbuh rambut yang baru
3) Anjurkan klien menceritakan perasaannya
4) Anjurakan klien mencukur rambutnya yang panjang
5) Anjurkan klien mencoba memakai kerudung, wig, topi atau selendang
6) Ikutkan klien pada kegiatan pasien alopesia di RS
7) Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan menggunakan sampoo
baby, “sun cream”, dll
8) Jika terjadi kerontokan alis & bulu mata, gunakan kacamata hitam &
topi jika bepergian

Diagnosa 10. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi


1) Bina rasa saling percaya
2) Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan pengobatannya pa da
fungsi seksual
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan masalah klien
14
4) Mendiskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual
5) Alternatif pengekspresian seksual
6) Alternatif posisi yang meminimalkan nyeri
7) Melakukan aktifitas seksual saat kondisi tubuh fit
8) Membantu mengetahui perasaan seksual dirinya dan pasangannya
9) Penjelasan dampak kemoterapi pada fungsi seksual
10) Mendiskusikan alternatif pola dalam keluarga
11) Mengajak orangtua klien untuk merawat anaknya
12) Menganjurkan klien yang sulit punya anak untuk adopsi

9. Implementasi
a. Penatalaksanaan Terapi
1) Kaji nyeri dengan menggunakan skala
2) Berikan pengaturan posisi
3) Lakukan diversional, sentuhan, komunikasi terapeutik
4) Pemberian terapi nyeri secara teratur sesuai program
5) Jika ada amputasi, jelaskan adanya nyeri dan yakinkan pada klien
bahwa kondisinya akan normal dan temporer
b. Mengurangi rasa takut dan cemas
1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang diagnosa dan
pembedahan
2) Jelaskan pada klien secara intensif tentang prosedur yang
dilakukan; misalkan ikutkan klien untuk mendengarkan suara
parunya dengan stetoskope bila ada kelainan lain misalnya adanya
metastase ke paru yang mengakibatkan edema paru dan harus
dilakukan fungsi atau WSD (water seal drainage), jelaskan adanya
perbedaan suara paru, yang normal dan abnormal. Ini harus
dijelaskan pada klien bahwa WSD akan dilakukan dengan tujuan
untuk mengurangi rasa sakit di dada atau sesak dan mengeluarkan
cairan.
3) Ajarkan untuk mengekspresikan rasa takut dan cemas secara verbal
4) Ajarkan perawatan sebelum operasi
c. Meningkatkan citra tubuh yang positif
1) Ajarkan pada klien untuk mengekspresikan perasaannya tentang
amputasi
15
2) Jelaskan gambaran diri yang positif dengan mendiskusikan bahwa
prosthesis permanen akan dilakukan.
3) Libatkan klien dalam perawatan dirinya
4) Ajarkan pada klien untuk berinteraksi dengan orang lain
5) Libatkan keluarga untuk partisipasi dalam perawatan
d. Meningkatkan mobilitas fisik
1) Ajarkan perawatan mandiri
2) Lakukan ambulasi dini dengan alat bantu jalan
3) Siapkan klien untuk banyak melakukan ambulasi dengan terapi
fisik
4) Tingkatkan proses penyembuhan luka dengan nutrisi yang adekuat,
dan jaga kebersihan luka pembedahan secara steril
e. Berikan pengajaran pada klien dan keluarga
1) Kaji tingkat pengatahuan tentang penyakit dan rencana pengobatan
2) Jelaskan semua prosedur untuk persiapan rehabilitasi dengan
protheisis dan chemoterapy
3) Jelaskan persiapan dan pengajaran sebelum operasi

10. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proseskeperawatan yang
digunakan sebagai alat untuk mengukur keberhasilan dari
asuhankeperawatan dan proses ini berlangsung terus menerus yang
diarahkan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.Ada empat masalah
kemungkinan yang dapat terjadi di dalam tahap evaluasiyaitu :
Masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi sebagian, masalah tidak dapat
teratasi dan timbul masalah baru.24
Berdasarkan teoritis maka evaluasi yang akan dicapai adalah:
1) Tidak terjadi kecemasan atau kecemasan teratasi
2) Pasien tidak menun jukan rasa nyeri
3) Tidak terjadi perubahan nutrisi
4) Volume cairan teratasi
5) Pasien dapat menunjukan aktivitas dan terhindardari keletihan
6) Tidak terjadi infeksi selama proses perawatan
7) Kulit utuh dan tidak terdapat infeksi
8) Pengetahuan pasien dan keluarga dapat meningkat
16
Daftar pustaka

1) Noor Helmi, Zairin ,2012,Buku Ajar Muskuloskeletal, Jakarta:


Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai