Anda di halaman 1dari 23

SURVEILAN PADA KANKER, PERINATAL MORBIDITY DAN

SURVEILAN SENTINEL

Dosen Pengampu: Chamy Rahmatiqa, MPH


Mata Kuliah: Surveilans Kesehatan Masyarakat
Disusun Oleh Kelompok 4 :
1. Frizka Angelina Ispami 2103056
2. Elvita rianti 2103071
3. Lathifah azzahra 2103076
4. Muhammad Yusuf 2103057

KESEHATAN MASYARAKAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SYEDZA SAINTIKA PADANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat sertahidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MemahamiSurveilan Pada Kanker,
Perinatal Morbidity dan Surveilan Sentinel” tepat
pada waktunya.Penulisan makalah ini bertujuan sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliahSuerveila
ns Kesehatan Masyarakat.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Chamy Rahmatiqa, MPH selaku
dosen pengampu mata kuliah Suerveilans Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihakpihak yang sudah bersedia
memberikan pengetahuannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan terutama penulis sendiri. Penulismenyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Padang, 01 Desember 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kankeradalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel- sel membelah secara
abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut metastasis. Metastasis
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009). Faktor yang diduga meningkatkan resiko
terjadinya kanker, yaitu : Faktor keturunan, faktor lingkungan, Faktor Makanan yang mengandung bahan
kimia, virus, infeksi, faktor
perilaku,dll. Fungsi inti surveilans kanker adalah pengukuran kejadian kanker, morbiditas,kelangsungan hidup
, dan kematian bagi orang-orang dengan kanker. Surveilans Kanker memberitahu kita di mana kita berada
dalam upaya untuk mengurangi beban kanker dan jugamenghasilkan pengamatan yang membentuk dasar
untuk penelitian kanker dan intervensiuntuk pencegahan kanker dan kontrol.
Perinatal atau parilahir merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran
(5 bulan sebelumnya dan satu bulan sesudahnya). Perinatal mempunyai periode yangdinamakan periode perin
atal. Periode perinatal didefinisikan sebagai masa sejak janinmampu hidup di luar kandungan hingga akhir
hari ke-7 setelah kelahiran. Kematian perinatal adalah kematian dalam masa kehamilan 28 minggu sampai
bayi lahir dan berusia 7 hari.Kematian perinatal ditentukan dengan menghitung jumlah kematian masa
perinatal tersebutdi bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati. Sedangkan angka kematian perinatal
adalah (AKP) adalah jumlah kematian perinatal di kalikan 1000 dan kemudian dibagi
dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. AKP = jumlah kematian perinatal x
1000 jumlah lahir mati + jumlah lahir hidup.
Surveilans sentinel adalah kegiatan analisis data dengan cara pengumpulan dan pengolahan data secara terus
menerus yang dilakukan di wilayah unit yang terbatas atausempit. (Depkes 2004). Ruang Lingkup : Sentinel
Kejadian Kesehatan dan SurveilanSentinel.
B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan kanker ?
2.Apa saja jenis-jenis kanker ?
3.Apa penyebab faktor-faktor kanker?
4.Bagaimana kegiatan pengendalian kanker di Indonesia ?
5.Bagaimana Mammograpic Meningkatkan Hasil Pasien Kanker Payudara tersebut ?
6.Apa yang dimaksud dengan perinatal ?
7.Apa penyebab kematian perinatal ?
8.Bagaimana kegiatan pengendalian perinatal di Indonesia ?
9.Apa yang dimaksud dengan sentinel ?
10.Apa saja pembagian surveilan sentinel?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang surveilan pada
kanker, perinatal morbidity, dan surveilans sentinel. Mengetahui faktor
– faktor penyebab kanker dan penyebab kematian perinatal. Serta mengetahui bagaimana
kegiatan pengendalian kanker dan kematian perinatal di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Surveilan Pada Penyakit Kanker
1. Definisi Kanker
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari
tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganasdan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker
adalah pertumbuhan sel - sel
barusecara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapatmenyerang bagian
sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain ( National Cancer Institute,2009).
Kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel - sel membelah secaraabnormal tanpa kontrol dan
dapat menyerang jaringan
di sekitarnya. Proses ini disebutmetastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker
(WHO,2009).
Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yangtelah mati dan rusak.
Sebaliknya sel kanker akan membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas.Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan
normal, sehingga menggangguorgan yang ditempatinya. Kanker dapat terjadi diberbagai jaringan dalam
berbagai organdi setiap tubuh, mulai dari kaki sampai kepala. Bila kanker terjadi di bagian permukaantubuh,
akan mudah diketahui dan diobati. Namun bila terjadi didalam tubuh, kanker ituakan sulit diketahui dan
kadang - kadang tidak memiliki gejala. Kalaupun timbul gejala, biasanya sudah stadium lanjut sehingga sulit
diobati.
Jenis - jenis kanker yang telah dikenal saat ini yaitu :
a. Karsinoma
Yaitu jenis kanker yang berasal dari sel yang melapisi permukaan tubuh atau permukaan saluran tubuh,
misalnya jaringan seperti sel kulit, testis, ovarium, kelenjar mucus, sel melanin, payudara, leher rahim, kolon,
rectum, lambung, pancreas, danesofagus.
b. Limfoma
Yaitu jenis kanker yang berasal dari jaringan yang membentuk darah, misalnya jaringan limfe, lacteal, limfa,
berbagai kelenjar limfe, timus, dan sumsum tulang.Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin
(kanker kelenjar limfe danlimfa)
c. Leukemia
Kanker jenis ini tidak membentuk massa tumor, tetapi memenuhi pembuluh darah dan mengganggu fungsi sel
darah normal.
d. Sarkoma
Yaitu jenis kanker dimana jaringan penunjang yang berada dipermukaan tubuhseperti jaringan ikat, termasuk
sel - sel yang ditemukan diotot dan tulang.
e. Glioma
Yaitu kanker susunan syaraf, misalnya sel-sel glia (jaringan penunjang) di susunansaraf pusat.
f. Karsinoma in situ
Yaitu istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masihterbatas di daerah tertentu
sehingga masih dianggap lesi prainvasif (kelainan/lukayang belum menyebar).
2. Faktor-Faktor Penyebab Kanker
Penyebab kanker biasanya tidak dapat diketahui secara pasti karena penyebabkanker dapat merupakan gabung
an dari sekumpulan faktor, genetik dan lingkungan. Namun ada beberapa faktor yang diduga meningkatkan
resiko terjadinya kanker, sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker tertentu
bila dibandingkan dengan keluarga lainnya. Jenis kanker yang cenderung diturunkan dalam keluarga adalah
kanker payudara, kanker
indungtelur, kanker kulit dan kanker usus besar. Sebagai contoh, risiko wanita untuk menderita kanker
meningkat 1,5 s/d 3 kali jika ibunya atau saudara perempuannyamenderita kanker payudara.
b. Faktor Lingkungan
1) Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru - paru, mulut, laring(pita suara), dan kandung
kemih.
2)Sinar Ultraviolet dari matahari.
3)Radiasi ionisasi (yang merupakan karsinogenik) digunakan dalam sinar rontgendihasilkan dari pembangkit
listrik tenaga nuklir dan ledakan bom atom yang bisamenjangkau jarak yang sangat jauh. Contoh, orang yang
selamat dari bom atom diHiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II, berisiko tinggi menderita kanker sel
darah, seperti Leukemia.
c. Faktor Makanan yang mengandung bahan kimia.
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutamakanker pada saluran
pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkankanker adalah :
1) Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resikoterjadinya kanker lambung.
2) Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadapkanker kerongkongan.
3) Zat pewarna makanan.
4) Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yangtercemar seperti: kerang, ikan,
dsb.
5) Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
d. Virus
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker antara lain :
1)Virus Papilloma
menyebabkan kutil alat kelamin (genitalis) agaknya merupakansalah satu penyebab kanker leher rahim pada
wanita.
2)Virus Sitomegalo
Menyebabkan Sarkoma Kaposi (kanker sistem pembuluh darahyang ditandai oleh lesi kulit berwarna merah).
3) Virus Hepatitis B dapat menyebabkan kanker hati.
4)Virus Epstein - Bar (di Afrika) menyebabkan Limfoma Burkitt, sedangkan di China virus ini menyebabkan
kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan dan genetik.
5)Virus Retro pada manusia misalnya virus HIV menyebabkan limfoma dan kanker darah lainnya.
e. Infeksi
1) Parasit Schistosoma (bilharzia) dapat menyebabkan kanker kandung kemih karenaterjadinya iritasi
menahun pada kandung kemih. Namun penyebab iritasi menahunlainnya tidak menyebabkan kanker.
2)Infeksi olehClonorchis yang menyebabkan kanker pankreas dan saluran empedu.
3) Helicobacter Pylori adalah suatu bakteri yang mungkin merupakan penyebabkanker lambung, dan diduga
bakteri ini menyebabkan cedera dan peradanganlambung kronis sehingga terjadi peningkatan kecepatan siklus
sel.
f. Faktor perilaku
1)Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan
daging yang diawetkan juga peminum minuman beralkohol.
2)Perilaku seksual yaitu melakukan hubungan intim diusia dini dan sering bergantiganti pasangan.
g. Gangguan keseimbangan hormonal
Hormon estrogen berfungsi merangsang pertumbuhan sel yang cenderung
mendorongterjadinya kanker, sedangkan progesteron melindungi terjadinya pertumbuhan selyang berlebihan.
- Ada kecenderungan bahwa kelebihan hormon estrogen dankekurangan progesteron menyebabkan
meningkatnya risiko kanker payudara, kanker leher rahim, kanker rahim dan kanker prostat dan buah zakar
pada pria.
h. Faktor kejiwaan, emosional
Stres yang berat dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler tubuh.Keadaan tegang yang terus mene
rus dapat mempengaruhi sel, dimana sel jadi hiperaktif dan berubah sifat menjadi ganas sehingga
menyebabkan kanker.
i. Radikal bebas
Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom, atau molekul yang mempunyai electron bebas yang tidak
berpasangan dilingkaran luarnya. Sumber - sumber radikal bebas yaitu :
1)Radikal bebas terbentuk sebagai produk sampingan dari proses metabolisme.
2)Radikal bebas masuk ke dalam tubuh dalam bentuk racun-racun kimiawi darimakanan , minuman, udara
yang terpolusi, dan sinar ultraviolet dari matahari.
3)Radikal bebas diproduksi secara berlebihan pada waktu kita makan berlebihan
(berdampak pada proses metabolisme) atau bila kita dalam keadaan stress berlebihan, baik stress secara fisik,
psikologis, maupun biologis.

3. Surveilans Kanker
Surveilans Kanker memberikan potret kuantitatif kanker dan penentu dalam populasi tertentu. Fungsi inti surv
eilans kanker adalah pengukuran kejadian kanker,morbiditas, kelangsungan hidup, dan kematian bagi orang-
orang dengan kanker. Ini jugamencakup penilaian predisposisi genetik, faktor risiko lingkungan dan perilaku,
praktek skrining, dan kualitas perawatan dari pencegahan melalui paliatif. Surveilans Kanker memberitahu
kita di mana kita berada dalam upaya untuk mengurangi beban kanker
dan juga menghasilkan pengamatan yang membentuk dasar untuk penelitian kanker danintervensi untuk
pencegahan kanker dan kontrol.
4. Kegiatan Pengendalian Kanker di Indonesia
Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian yang mendapatkan perhatian serius dari Kementeri
an Kesehatan Republik Indonesia. Beberapa program pengendalian pun telah disusun dan diterapkan sejak
lima tahun yang lalu.
Program pengendalian kanker secara terorganisir sudah dilakukan sejak sekitar limatahun terakhir di
Indonesia, sejalan dengan dibentuk dan aktifnya Direktorat PengedalianPenyakit Tidak Menular di DitJen
P2PL.
Beban ekonomi pengobatan kanker tidak hanya berdampak terhadap sistemkesehatan, tetapi juga untuk
individu dan rumah tangga mereka yang terkena kanker.Dampak ini akan dirasakan paling kuat di kelompok
sosioekonomi rendah, khususnya(meskipun tidak secara eksklusif) di negara-negara berpenghasilan rendah
dan menengahdi mana jaring pengaman sosial, seperti asuransi kesehatan universal kurang tersedia.Sebagai
konsekuensinya, kanker bisa menjadi penyebab utama kemiskinan.
Mengingat pasien kanker membutuhkan perawatan jangka panjang, makadibutuhkan tambahan beban ekonom
i tersendiri bagi diri pasien dan keluarga. Olehkarenanya, diperlukan upaya pengendalian dari adanya penyakit
ini.
Berikut lima kegiatan pengendalian kanker yang telah disusun dan dilaksanakan diIndonesia, yaitu:
a. Program promotif dan pencegahan
Penyebab utama kanker adalah penerapan gaya hidup yang tak sehat.
Maka, promotif dan pencegahan merupakan salah satu program penting sebagai upaya pengendalian kanker. “
Kementerian Kesehatan telah memperkuat sosialisasi pengendalian kanker di berbagai daerah.
Pedoman pengendalian faktor risiko kanker telah disusun untuk petugas kesehatan, kader, anak usia sekolah,
dan masyarakatyang berisiko tinggi,” jelas Tjandra.
Program promotif dan pencegahan dilaksanakan Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan lintas program,
lintas sektor, organisasi pemerintah, swasta,
danmasyarakat. Konten program promotif dan pencegahan yang telah dilaksanakan meliputi Kampanye
Nasional Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS),dan advokasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). “Upaya pengendalian merokok, peningkatan
aktivitas fisik, dan peningkatan konsumsi sayur buah telah terintegrasi dalam program PHBS,” jelas Tjandra.
Selain kampanye PHBS, program lainnya adalah advokasi kebijakan
KawasanTanpa Rokok (KTR). KTR telah dilakukan Kementerian Kesehatan kepada
Pemerintah Daerah. Setiap daerah diharapkan mempunyai kebijakan KTR pada fasilitas pelayanan
kesehatan, sekolah, tempat bermain anak,dan tempat ibadah.“Pada saat ini, sebanyak 43 Kabupaten/Kota di 21
provinsi telah mempunyai peraturan penerapan KTR di daerah masing-masing,” katanya.

b. Program Deteksi dan Tindak Lanjut Dini


Program deteksi dini dilaksanakan untuk beberapa kanker yang dapat dideteksisecara dini, seperti kanker
leher rahim, kanker payudara, kanker kolorektal, kanker orofaring, dan retinoblastoma. Beberapa jenis kanker
yang telah diadakan program deteksi dini oleh pemerintah adalah kanker payudara dan kanker leher rahim.
Deteksi dini dan skrining kanker leher rahim dilakukan dengan metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
dan jika ditemukan IVA positif, maka dilakukan krioterapi dengan metode kunjungan tunggal. Pertimbangan
menggunakan metode IVA didasarkan pada efisiensi, efektivitas, dan fisibilitas dalam pelaksanaan skrining
kanker leher rahim di seluruh pelosok Tanah Air, yang umumnya belum terjangkau fasilitas pemeriksaan
patologi anatomi. Pada daerah perkotaan yang mempunyai
ataudekat dengan fasilitas pemeriksaan patologi anatomi, sebagian masyarakat melakukan deteksi dini kanker
leher rahim dengan pemeriksaan pap smear.
Deteksi dini kanker payudara menggunakan metode pemeriksaan klinis payudara oleh petugas terlatih/Clinical
Breast Examination (CBE) dan SADARI. Kegiatan ini dilaksanakan di puskesmas, praktik dokter, bidan
swasta, dan rumahsakit. Provider kegiatan ini adalah dokter umum dan bidan. Mammografi digunakan untuk
pemeriksaan lanjutan kanker payudara pada fasilaitas kesehatan lebih tinggi (rumah sakit). “Program deteksi
dan tindak lanjut dini kanker payudara dan kanker leher rahim telah dikembangkan oleh Kementerian
Kesehatan melalui kerja samadengan berbagai profesi dan pihak lainnya. Program deteksi dini kanker dapat
dikembangkan berdasarkan prevalensi kanker di masing-masing daerah dan ketersediaan sumber daya,” lanjut
Tjandra.
Program deteksi dini kanker telah dicanangkan oleh Ibu Negara Indonesia
sebagai program nasional pada 21 April 2008. Sampai 2011, program telah
dikembangkan di 310 Puskesmas pada 84 kabupaten/kota di 17 provinsi, yaitu provinsi Sumatera Utara, Suma
tera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, JawaTengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Bali, Kaima
ntan Barat,Kalimantan Timur, Kalimanatan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Lampung, dan Banten. “Program deteksi dini kanker dapat
dikembangkan berdasarkan prevalensi kanker di masing-masing daerah dan ketersediaan sumber daya. Selain
deteksi dini, buku saku untuk masyarakat untuk dapat melakukan deteksi dini sendiri pun dibagikan,”
tutupnya.
Sebagai penyakit penyebab kematian, pemerintah menyusun beberapa
program pengendalian terhadap kanker. Terdapat lima program yang telah diupayakan untuk dapat mengendal
ikan peningkatan pasien kanker. Risiko kanker dapat terjadisepanjang usia kehidupan, mulai janin dalam
kandungan hingga lanjut usia. Faktor risiko kanker dapat ditemukan di mana-mana, baik disadari maupun
tidak. Karenaitu, sasaran pengendalian faktor risiko kanker diterapkan untuk semua kelompok usia.
Kementerian Kesehatan telah memperkuat sosialisasi pengendalian kanker
di berbagai daerah. Pedoman pengendalian faktor risiko kanker telah disusun untukpetugas kesehatan, kader, a
nak usia sekolah, dan masyarakat yang berisiko tinggi.Berikut lanjutan lima kegiatan pengendalian kanker yan
g telah disusun dan dilaksanakan di Indonesia yang dipaparkan Prof dr Tjandra Yoga Aditama,
SpP(K),MARS, DTM&H, DTCE, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan PenyehatanLingkungan
(P2PL) Kementerian Kesehatan RI dalam rilis yang diterima Okezone.
c. Surveilans dan Registrasi
Kanker Surveilans dan registrasi kanker merupakan
langkah penting lainnya dalam program pengendalian kanker. “Registrasi kanker telah dimulai sejak 1970-
an.Pertama kali, dilakukan survai frekuensi kanker di Semarang pada 1970. Kemudian dikembangkan
registrasi kanker berbasis populasi di Kota Semarang sampai
1989.Terdapat juga beberapa registrasi kanker berbasis rumah sakit yang mempunyai sarana patologi
anatomi,” tutur Tjandra. Lebih lanjut, Tjandra menjelaskan, bahwa salah satu upaya dalam program surveilans
pada 2006, Yayasan Kanker
Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Ahli Patologi Anatomi Indonesia mengembangkan registrasi kanker
berbasis data patologi anatomi yang didapat dari 13 RS di Indonesia yang memiliki unit kanker.
Walaupun baru diterapkan di DKI Jakarta, Rumah Sakit Kanker Dharmais telah mengembangkan Sistim
Registrasi Kanker di Indonesia atau disebut Srikandi.
Pada 2007 Kementerian Kesehatan berkolaborasi dengan World Health
Organization (WHO) Indonesia mengembangkan suatu model registrasi kanker, berbasis rumah sakit dan
populasi di DKI Jakarta.
Untuk kepentingan validnya dan komprehensifnya data kanker, kegiatanregistrasi kanker berbasis rumah sakit
dan populasi perlu dilaksanakan secara berkesinambungan. Data tersebut akan menjadi sumber informasi untu
k mengembangkan dan mengevaluasi program pengendalian kanker. Kegiatan tersebut perlu mendapatkan
dukungan dari pihak-pihak terkait,” paparnya.
d. Diagnosis dan Pengobatan
Pada saat ini berbagai rumah sakit di Indonesia sudah mempunyai kemampuan
untuk diagnosis dan pengobatan berbagai jenis kanker. “Diagnosis pasti kanker dengan pemeriksaan patologi
anatomik dapat dilakukan di banyak laboratorium
dinegara kita. Pembedahan kanker dan pemberian kemoterapi juga sudah lama dilakukan di berbagai rumah
sakit di Indonesia,”
jelasnya. Tjandra memaparkan bahwa saat ini Indonesia telah mempunyai 21 pusat radiasi, dengan 16
LINAC, 17 telecobalt, dan 45 radiologis kanker yang tersebar di beberapa rumah sakit yang
mempunyai unit kanker. Kendati demikian, diakui Tjandra, bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas sumber
daya dan fasilitas diagnostik dan pengobatan
masih perlu ditingkatkan. “Tentu kita masih memerlukan lebih banyak lagi kelengkapan fasilitas untuk
diagnosis dan pengobatan kanker, serta sumber daya manusia untuk menangani kanker di banyak rumah sakit,
terutama di luar pulau Jawa,” katanya.
e. Pelayanan Paliatif
Perawatan paliatif sangat diperlukan karena sebagian besar penderita kanker yang berada pada stadium lanjut
sulit disembuhkan, sehingga usaha mengatasi gejala dan mencukupi kebutuhan penderita, serta keluarga
dalam fase terminal
menjadi penting. “Pada saat akhir kehidupannya, penderitaan terhadap rasa sakit, nyeri, atau hal-hal lainnya
perlu segera dicarikan jalan keluarnya. Kementerian Kesehatan telah
mengembangkan pedoman pelayanan paliatif di rumah sakit. Ikatan pelayanan paliatif yang berkontribusi dala
m pelayanan paliatif sudah dibentuk. Namun, pelayanan paliatif untuk terus meningkatkan kegiatan maka dipe
rlukan pengembangan program pelayanan paliatif baik di rumah sakit maupun dimasyarakat,” tutup Tjandra.
5. Surveilans Mammograpic Meningkatkan Hasil Pasien Kanker Payudara
Surveilans adalah Pengamatan terus menerus dan dilaksanakan secara sistematis terhadap penyakit atau
masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat dilakukan tindakan perbaikan atau
penelitian , melalui kegiatan pengumpul-
an, pengolahan dan analisis/interpretasi data, desiminasi informasi dan komunikasi keberbagai pihak terkait.
Manfaat surveilans mengamati kecenderungan penyakit
danmasalah kesehatan, memperkirakan besar masalah penyakit dan masalah kesehatanPrediksi adanya KLB
Mengamati kemajuan Program Pencegahan/pemberantasan yang sedang dilaksanakan Perencanaan.
Mammograpic adalah Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusiamenggunakan sinar-
X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Mammografidigunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan
kista, dan telah terbukti dapatmengurangi mortalitas akibat kanker payudara. Selain mammografi, pemeriksaa
n payudara sendiri dan pemeriksaan oleh dokter secara teratur merupakan cara yang efektif untuk menjaga
kesehatan payudara.
Beberapa negara telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun sekali)
bagi perempuan yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk mendiagnosa kanker
payudara sedini mungkin.
Penelitian baru yang dipublikasikan dalam Teknologi Kesehatan Penilaian 2011;vol. 15:34 telah menemukan
bahwa pengawasan menggunakan mamografi
meningkatkan peluang kelangsungan hidup pasien kanker payudara. Penelitian ini didanai oleh Institut
Kesehatan Nasional Penelitian Kesehatan Teknologi Penilaian (NIHR HTA) program. Sekitar 45.000 wanita
didiagnosa menderita kanker payudara di Inggris setiap tahun.Hasil yang membaik dan banyak wanita tidak
menderita kekambuhan. Untuk
memastikan bahwa setiap kambuh terdeteksi dini, perempuan diberikan rutin menindaklanjuti janji sampai
tiga tahun. Penelitian yang dipimpin oleh Profesor Fiona Gilbert dari Universityof Aberdeen, bertujuan untuk
menentukan metode yang paling efektif dan hemat
biaya pengobatan surveilans kanker payudara berikut, dalam hal frekuensi, keamanan efektivitas, dan
efisiensi. "Saat ini perdebatan seputar proses tindak lanjut dalam hal frekuensi dan metode deteksi," komentar
Profesor Gilbert. "Deteksi dini kanker
primer dan sekunder meningkatkan kemungkinan bertahan hidup, tetapi frekuensi
mammographic bahwa pengawasan harus digunakan tidak jelas. "Para peneliti melakukan dua tinjauan
sistematis dan disurvei ahli bedah payudara dan ahli radiologi untuk menentukan praktik saat ini dan
perkiraan biaya-efektivitas. Mereka juga model data pasien dari sejumlah sumber, termasuk
Kanker West Midlands Satuan Intelijen Registry Kanker Payudara.
Hasil survei menunjukkan bahwa sementara ada kesamaan, penggunaan pengawasan mammographic berbeda
dalam hal memulai, durasi frekuensi, dan debit.Data dari tinjauan sistematis menunjukkan bahwa pengawasan
mammographic meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dibandingkan untuk mengikuti-up yang
tidak termasuk ini dan MRI adalah cara yang paling akurat untuk mendeteksi
pertumbuhan baru. Namun, khasiat kombinasi mode surveilans lain, seperti pemeriksaan klinis, tidak jelas.
Data pasien menunjukkan bahwa wanita yang memiliki tumor sekunder yang lebih kecil (kurang dari 10mm
diameter) memiliki kesempatan lebih tinggi untuk bertahan hidup.
Mammographic surveilans ditemukan untuk biaya-efektif bila diberikan secara
12 bulan. Hal ini paling baik digunakan untuk perempuan yang lebih mungkin untuk mengembangkan tumor
sekunder atau primer, tetapi lebih biaya efektif bila digunakan setiap tiga tahun untuk perempuan yang
mungkin untuk mengembangkan pertumbuhan
yang lain. "Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pengawasan mammographic adalah cara yang efektif
dan biaya-efektif untuk mendeteksi pertumbuhan baru," kataProfesor Gilbert. "Penelitian kami memiliki
potensi untuk mempengaruhi cara di manatindak lanjut janji diatur di masa depan."
Sebagai hasil dari pertanyaan yang diajukan oleh penelitian ini, program HTA telah mengeluarkan panggilan
untuk proposal pada rezim surveilans kanker payudara dini.
B. Surveilans Perinatal
1. Definisi Perinatal
Perinatal atau parilahir merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran (5 bulan sebelumnya
dan satu bulan sesudahnya). Perinatal mempunyai periode yang dinamakan periode perinatal. Periode
perinatal didefinisikan sebagai masa sejak janin mampu hidup di luar kandungan hingga akhir hari ke-
7 setelah kelahiran.Menentukan usia janin sebenarnya merupakan hal sulit karena hal tersebut
tergantung pada umur kehamilan dan fasilitas pelayanan khusus yang tersedia. Oleh sebab itu, akanlebih
mudah untuk menggunakan berat lahir dalam menentukan usia janin. Di Negaramaju, bayi dapat bertahan
hidup sejak usia 22 minggu umur kehamilan (berat mencapai500 gram) sedangkan di Negara berkembang,
bayi di harapkan untuk mampu
bertahanhidup sejak usia kehamilan 28 minggu (dimana berat telah mencapai 1000 gram)(WHO,2001).
Kematian perinatal adalah kematian dalam masa kehamilan 28 minggu sampai
bayilahir dan berusia 7 hari. Kematian perinatal ditentukan dengan menghitung jumlahkematian masa
perinatal tersebut di bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati.Sedangkan angka kematian perinatal
adalah (AKP) adalah jumlah kematian perinatal dikalikan 1000dan kemudian dibagi dengan jumlah bayi lahir
hidup dan lahir mati padatahun yang sama. AKP = jumlah kematian perinatal x 1000 jumlah lahir mati +
jumlahlahir hidup. AKP perlu diketahui karena dapat merefleksikan tingkat kesehatan ibu hamildan bayinya
serta standar pelayanan yang di berikan. Angka ini juga merupakan salahsatu indicator terbaik dari status
social ekonomi masyarakat, daerah, dan Negara.
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa untuk dapat memahami kematian perinatalmaka ada definisi-definisi
yang lazim dipakai seperti kelahiran hidup, kematian janin,kelahiran mati, kematian perinatal dini, dan
kematian perinatal.
a. Kelahiran hidup (live birth) adalah keluarnya hasil konsepsi secara sempurna dariibunya tanpa
memandang lamanya kehamilan dan sudah terpisah dari ibunya bernafasatau menunjukan tanda-tanda
kehidupan seperti denyutan tali pusat atau pergerakkanotot, tidak peduli apakah tali pusat telah
dipotong atau belum.
b. Kematian janin (foetal death) adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkandengan sempurna
dari ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilaidengan fakta bahwa sedudah
di pisahkan dari ibunya janin tidak bernafas ataumenunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut
jantung, kontraksi otot, dll.
c. Kelahiran mati (stillbirth) adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yangtelah mencapai
umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau samadengan 1000 gram).
Kematian perinatal dini (early neonatal death) adalah kematian bayi dalam 7
hari pertama kehidupannya. Sedangkan kematian perinatal (perinatal mortality) adalah bayi lahir mati
dan kematian bayi dalam 7 hari pertama sesudah lahir.
2. Penyebab Kematian Perinatal
Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan focus utama pemecahan masalah
kesehatan di Indonesia. Mortalitas dan morbiditas pada Wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang. Menurut SDKI (2003) terdata 307 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
perinatal adalah 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) tahun 2005 mencapai 262/100000
kelahiran hidup, tahun 2006 mencapai 255/100000 kelahiran hidup dan tahun 2007 mencapai
248/100000 kelahiran hidup (SDKI 2006/2007). Ini berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehat
an masih memerlukan perbaikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator penting untuk menilai
tingkat kesejahteraan suatu negara dan status Kesehatan
masyarakat. Angka kematian bayi sebagian besar adalah kematian neonatal yang berkaitan dengan status
kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu dan
keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan dan peranan tenaga kesehatan serta ketersediaan
fasilitas kesehatan.
3. Kematian Ibu
Kematian pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di
negara berkembang sekitar 25 – 50% kematian terjadi pada wanita usia subur. Kematian saat
melahirkan biasanya menjadi faktor utama
kematian wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Angka kematian ibu merupakan tolok ukur untuk
menilai keadaan pelayanan obstetri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti sistim pelayanan obstetri
masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan.
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin dan masa nifas (dalam 42 hari)
setelah persalinan. Jumlah kematian ibu melahirkan diIndonesia mencapai angka yang spektakuler yaitu 307
per 100.000 kelahiran dari rata – rata kelahiran sekitar 3-4 juta setiap tahun.
Angka yang dihimpun dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menunjukkan
sekitar 15.000 ibu meninggal karena melahirkan setiap tahunatau 1.279 setiap bulan atau 172 setiap pekan
atau 43 orang setiap hari atau hampir 2orang ibu meninggal setiap jam.
Berdasarkan penyebabnya Kematian ibu bisa dibedakan menjadi langsung dan tidak langsung.
a. Penyebab Langsung.
1) Perdarahan (42%).
2) Keracunan kehamilan/eklamsi (13%).
3) Keguguran/abortus (11%).
4) Infeksi (10%).
5) Partus lama/persalinan macet (9%).
6) Penyebab lain (15%).
b.Penyebab tidak langsung
1)Pendidikan ibuibu terutama yang ada di pedesaan masih rendah. Masih banyaknya ibu yang beranggapan ba
hwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan
perawatan,serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk kelompok risiko tinggi. Ibuhamil memiliki
risiko 50 % dapat melahirkan dengan selamat dan 50 % dapatmengakibatkan kematian.
2)Sosial ekonomi dan sosial budaya Indonesia yang mengutamakan bapak dibandingkan ibu, sebagai contoh
dalam hal makanan, sang bapak
didahulukanuntuk mendapat makanan yang bergizi sedangkan bagian yang tertinggal
diberikan kepada ibu, sehingga angka anemia pada ibu hamil cukup tinggi mencapai 40 %.
3) “4 terlalu “dalam melahirkan, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering danterlalu banyak.
4) “3 terlambat”, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim ketempat pelayanan
kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan kesehatan.
Selain itu 60 – 70% ibu yang melahirkan masih ditolong oleh dukun tradisionil. Tigaterlambat ini juga sangat
dipengaruhi oleh dana dari keluarga ibu bersalin, walaupun cepat dirujuk, tetapi oleh karena tidak tersedianya
uang maka, niat merujuk dibatalkan sendiri oleh keluarganya. Dana yang diperlukan tidak saja untuk
transportasi dan biaya perawatan di puskesmas atau RS, tetapi diperlukan juga untuk keluarga yang
mengantar, sehingga jumlah dana yang dibutuhkan cukup besar. Dana sehat yang diperoleh dari masyarakat
dan pemerintah masih sangat terbatas (20%), sehingga faktor dana ini masih merupakan kendala yang
memerlukan perhatian yang serius.
4. Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun.
Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup. Penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan
angka kematian balita (Akba) pada kurun waktu yang sama cukup tajam, yaitu AKB dari 51 per 1.000
menjadi 35 per 1.000kelahiran hidup, dan Akba 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup
padakurun waktu yang sama. Angka kematian bayi baru lahir (neonatal) penurunannya lambat, yaitu 28,2 per
1.000 menjadi 20 per 1.000 kelahiran hidup.
Target nasional 2010 Angka Kematian Bayi adalah 40/1.000 sedangkan target
nasional 2010 Angka Kematian Balita adalah 58/1.000. Penyebab Kematian Bayi meliputi asfiksi, infeksi,
hipotermi, BBLR, trauma persalinan, penyebab lain pemberian makan secara dini, pengetahuan yang kurang
tentang perawatan bayi, tradisi (masyarakat tidak percaya pada tenaga kesehatan), serta sistem rujukan yang
kurang efektif.
5. Surveillans Perinatal
Kegiatan Pengendalian Perinatal di Indonesiaa.
a. Pengendalian Angka Kematian Ibu
Pendekatan yang dikembangkan untuk menurunkan angka kematian ibu yang disebut
MPS atau Making Pregnancy Safer. Tiga pesan kunci dalam MPS yang perlu diperhatikan adalah :
1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih.
2) Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat(memadai).
3) Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
dan penanganan komplikasi keguguran.
Sedangkan strategi dalam menurunkan AKI adalah Peningkatan cakupan dankualitas pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang cost efektif dan didukung oleh:
1) Kerjasama lintas program dan lintas sektor terkait, mitra lain, pemerintah dan swasta.
2) Pemberdayaan perempuan dan keluarga.
3) Pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dalam menurunkan AKI yaitu :
a. Peningkatan kualitas dan cakupan pelayanan, melalui:
i. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan antara lain berupa
penyediaantenaga bidan di desa, kesinambungan keberadaan bidan desa,
penyediaanfasilitas pertolongan persalinan pada polindes/pustu dan puskesmas,ke
mitraan bidan dan dukun bayi, serta berbagai pelatihan bagi petugas.
ii. Penyediaan pelayanan kegawatdaruratan yang berkualitas dan sesuaistandar, anta
ra lain bidan desa di polindes/pustu, puskesmas PONED (Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergency Dasar), Rumah sakit PONEK (Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergency Kualitas) 24 jam.
iii. Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganankomplikas
i keguguran, antara lain dalam bentuk KIE untuk mencegahterjadinya 4 terlalu,
pelayanan KB berkualitas pasca persalinan dan pascakeguguran, pelayanan
asuhan pasca keguguran, meningkatkan partisipasiaktif pria.
iv. Pemantapan kerjasama lintas program dan sektor, antara lain dengan
jalanmenjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi (IDI, POGI, IDAI,IBI,
PPNI), Perinasia, PMI, LSM dan berbagai swasta.
v. Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat, antara laindalam
bentuk meningkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya, pencegahanterlambat 1
dan 2, serta menyediakan buku KIA. Kesiapan keluarga dan
masyarakat dalam menghadapi persalinan dan kegawatdaruratan (dana,transporta
si, donor darah), jaga selama hamil, cegah 4 terlalu, penyediaan
dan pemanfaatan yankes ibu dan bayi, partisipasi dalam jaga mutu pelayanan.
b. Peningkatan kapasitas manajemen pengelola program, melalui peningkatankemampuan
pengelola program agar mampu melaksanakan, merencanakan danmengevaluasi kegiatan (P1
– P2 – P3) sesuai kondisi daerah.
Sosialisasi dan advokasi, melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data infor
masi tentang masalah yang dihadapi daerah sebagaisubstansi untuk sosialisasi dan advokasi.
Kepada para penentu kebijakan agar lebih berpihak kepada kepentingan ibu dan anak.
b. Pengendalian Angka Kematian Bayi
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian bayi yaitu :
1)Peningkatan kegiatan imunisasi pada bayi.
2)Peningkatan ASI eksklusif, status gizi, deteksi dini dan pemantauan tumbuhkembang.
3)Pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi.
4)Program Manajemen Tumbuh kembang Balita sakit dan Manajemen Tumbuhkembang Balita Muda.
5)Pertolongan persalinan dan penatalaksanaan Bayi Baru lahir dengan tepat.
6)Diharapkan keluarga memiliki pengetahuan, pemahaman, dan perawatan pasca persalinan sesuai
standar kesehatan.
7)Menerapkan program ASUH (Awal Sehat Untuk Hidup Sehat) yang memfokuskan kegiatan pada
keselamatan dan kesehatan bayi baru lahir (1-7 hari).
8)Keberadaan Bidan Desa.
9)Perawatan neonatal dasar meliputi perawatan tali pusat, pencegahan hipotermidengan metode kangu
ru, menyusui dini, usaha bernafas spontan, pencegahaninfeksi, penanganan neonatal sakit, audit
kematian neonatal.
10)Mengintensifkan kegiatan kunjungan rumah 7 hari pertama pasca persalinan berisi pelayanan dan
konseling perawatan bayi dan ibu nifas yang bermutu.
Partisipasi masyarakat dalam mencegah kematian bayi yaitu dengan :
1)Menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya 7 hari pertama pasca persalinan bagi kehidupan
bayi selanjutnya.
2) Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kunjungan rumah 7 hari pertama pasca persalinan
oleh Bidan di Desa.
3) Mencatat dan melaporkan adanya ibu hamil, ibu melahirkan, dan bayi
meninggal pada bidan di Desa, agar diperoleh masukan untuk merencanakan tindakan/kunjungan dan
memecahkan sekaligus mengantisipasi masalah kematian bayi.
4) Mendukung dan mempertahankan keberadaan bidan di desa.
6. Surveilans dan Sumber Informasi Kematian Ibu
Surveilans kematian ibu selain merupakan sebuah komponen sistem informasi
kesehatan, juga merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus secara berkesinambungan untuk men
gidentifikasi kematian ibu terkait kehamilan, mengkaji faktor-faktor penyebab kematian, mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasikan data, melaporkan temuan dan membuat rekomendasi
tindakan berdasarkan informasi yang diperoleh dengan tujuan untuk pengendalian dan mencegah kejadian
kasus kematian berulang dimasa mendatang.
Dalam pelaksanaannya, surveilans kematian melakukan empat tahapan proses kegiatan, antara lain : (a)
identifikasi kasus kematian terkait kehamilan. (b) investigasiterhadap penyebab kematian baik medis dan non
medis. (c) analisis data. (d) tindakan(diseminasi rekomendasi, intervensi dan evaluasi). setiap kematian ibu
harus diselidiki.Penyelidikan memberikan informasi tentang permasalahan yang memicu kematian dan
memberi petunjuk intervensi untuk mencegah kematian semacam itu di masa
mendatang.Ketika kematian wanita usia reproduksi ditemukan dan dipastikan berhubungan dengankehamilan,
investigasi kematian ibu harus dilakukan seperti berikut:
a.Penyebab medis kematian, investigasi harus menentukan penyebab medis atau pathophysiologis kematian se
spesifik mungkin dan menggolongkannya sebagai kematian obstetric langsung atau tidak langsung.
Mekanisme penentuan penyebab medis kematian dipengaruhi apakah wanita itu dirawat di rumah sakit atau
tidak.
b.Penyebab non-medis kematian, penyebab kematian non-medis lebih penting dalam menentukan apakah
seorang wanita hidup atau meninggal daripada kondisi medisnya sendiri. Sehingga, penyelidikan perlu
dilakukan untuk mengurangi kematian ibu,
seperti keterlambatan penemuan masalah dan pengambilan keputusan, dan akses terhadap pelayanan rujukan
dan Logistik.
Menurut Berg, dkk (1998) sumber informasi kasus kematian ibu dapat diperoleh dariempat sumber antara lain
:
a. Akte kematian adalah catatan vital berfungsi sebagai landasan surveilans epidemiologi kematian
ibu. Secara teoritis, temuan kematian ibu seharusnya mudah jika setiap kematian didaftarkan dan
memiliki sebab kematian yang akurat tercantum dalam akta kematian.
b. Pencatatan RS adalah kematian ibu yang terjadi di RS biasanya lebih mudah diidentifikasi. Umumnya,
catatan rumah sakit berisi informasi berharga mengenaifaktor-
faktor penyebab kematian. Cara rumah sakit menemukan dan melaporkan kematian ibu tergantung pada
ukuran pelayanan persalinan, apakah catatan medis pasien dan catatan kematiannya disimpan secara manual
atau dalam computer.
c. Identifikasi kematian masyarakat adalah Kematian ibu yang terjadi di luar rumah sakit adalah hal yang
paling sulit untuk diidentifikasi dan memerlukan pendekatan yang kreatif saat dilakukan surveilans. Namun
demikian, penting dilakukan untuk mengidentifikasi
kematian itu dan menyelidikinya, khususnya di wilayah dimana persalinan dilakukan di rumah.
d. Sistem Surveilans Formal adalah kematian wanita usia reproduksi atau kematiankarena kehamilan dan
komplikasinya terdapat pada daftar penyakit yang bisa
dicatatdalam akte kematian (pencatatan sipil) yang harus dilaporkan kepada system surveilans yang dilakukan
pemerintah. Jika sistem itu berfungsi sebagaimana yang direncanakan, sistem ini bisa mengatasi kelemahan
yang berkaitan dengan metode identifikasi kematian.
Data hasil surveilans kematian ibu dapat dianalisa dan dimanfaatkan untuk kepentingan program. Data dalam
bentuk jumlah kematian dan informasi dari investigasi, dapat dianalisa baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
Analisis secara kuantitatif, dilakukan dengan mengkaji kasus berdasarkan karakteristik dasar
kaidah pendekatan epidemiologi, seperti faktor orang, tempat dan
faktor waktu. Pada faktor ORANG antara lain meliputi aspek usia, suku, status pendidikan, status
sosial ekonomi, faktor TEMPAT
seperti aspek tempat tinggal, tempat persalinan, kematian; faktor WAKTU seperti tahun, musim, hari, jam, da
n lainnya.Analisa data dilakukan dengan melakukan perbandingan dan mengkaji faktor-faktor yang terkait
dengan kematian ibu meliputi: a) menilai kecenderungan kematian ibu sepanjang waktu di wilayah tertentu b)
membandingkan resiko kematian ibu diantara wilayah
yang berbeda c) membandingkan data diantara kelompok populasi berbeda, yang ditentukan oleh karakteristik
seperti usia, suku, tempat tinggal, dan lain-lain. Pada analisis data surveilans kematian ibu, setiap kasus harus
dinilai satu per satu untuk menentukan faktor-faktor medis dan non medis yang menyebabkan kematian,
khususnya faktor-faktor yang bisa dicegah. kemudian dapat dikelompokkan untuk menemukan pola atau
faktor yang sama. Hal ini bisa dilakukakan secara kuantitatif (misal, menentukan apakah kelompok tertentu
adalah wanita yang mungkin meninggal) dan secara kualitatif (misal, menentukan skenario mana yang
menyebabkan kematian).
Selain itu, salah satu tujuan utama surveilans adalah pemanfaatan informasi
yangterkumpul untuk merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi strategi-strategiintervensi untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan mengurangi kematian dan kesakitanibu. Data surveilans membantu
mengidentifikasi dan memprioritaskan permasalahan
disemua tingkat sistem pelayanan kesehatan. Informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan intervensi
-intervensi dalam meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu. Dengan
pemanfaatan informasi, tenaga kesehatan dapat memprioritaskan faktor-
faktor yang paling berpengaruh terhadap kematian ibu dan yang berpotensi dapat dicegah.
Untuk kepentingan pengolahan data diatas, penting untuk memastikandidapatkannya data kematian ibu ini.
Data ini antara lain diperoleh dari data PelaporanKematian Ibu. Menurut Depkes (1996) sistem pencatatan dan
pelaporan kematian ibumenggunakan beberapa instrument berikut :
a. Register kohort ibu (RKI).Register ini digunakan untuk mencatat seluruh ibu hamil diwilayah kerja
bidan di desa. Data ibu hamil ini kemudian dimasukkan ke dalam RKI,dengan mencantumkan nama
ibu dan suaminya, alamat dan umur ibu. Dengan RKI,memungkinkan terpantaunya kejadian
komplikasi obstetri yang menjadi penyebabkematian ibu pada masa hamil/ bersalin/ nifas.
b. Otopsi verbal kematian ibu (OM). Kuesioner ini digunakan oleh bidan untuk menelusuri penyebab
kematian ibu yang terjadi di masyarakat dan faktor-faktor yangmelatarbelakangi kematiannya. Bidan
di desa yang telah memantau ibu sejak hamilsecara kohort sampai melewati masa nifas dengan
menggunakan RKI diharapkanakan mengetahui setiap kejadian kematian ibu yang terjadi di
wilayahnya. Setiapkematian ibu ini perlu ditelusuri penyebab dan faktor yang
melatarbelakanginya,dengan menggunakan kuesioner otopsi verbal kematian ibu.
Sedangkan menurut Depkes (2002) bahwa pencatatan dan pelaporan kasuskematian ibu, meliputi
tahap pencatatan dan tahap pelaporan:. Pada tahap
pencatatan,dilakukan pada tingkat Puskesmas maupun tingkat Rumah Sakit. Pada tingkatPuskesmas,
dilakukan dengan menggunakan Form R (Formulir Rujukan Maternal danPerinatal). Formulir ini
dipakai oleh puskesmas, bidan di desa maupun swasta, untuk merujuk kasus ibu maupun perinatal.
Juga dengan Form OM (Formulir Otopsi VerbalMaternal) : digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/
bersalin/ nifas yang meninggal.
Sedangkan pada tingkat Rumah Sakit, menggunakan Form MP (Formulir Maternaldan Perinatal),
untuk mencatat data dasar semua ibu bersalin/ nifas/ dan perinatal yangmasuk ke Rumah Sakit.
Pengisian dapat dilakukan oleh bidan dan perawat. Juga denganForm MA (Formulir Medical Audit),
untuk menulis hasil/ kesimpulan dari audit maternal maupun audit perinatal, yang diisi oleh dokter
yang bertugas di Bagian Kebidanan danKandungan (kasus ibu) atau Bagian Anak (kasus
perinatal).Pada tahap pelaporan, dilakukan secara berjenjang, yaitu :
a. Laporan dari RS Kabupaten/Kota ke Dinkes (Lap RS). Laporan bulanan ini berisiinformasi
mengenai kesakitan dan kematian serta sebab kematian ibu dan bayi barulahir Bagian Kebidanan dan
Penyakit Kandungan serta Bagian Anak.
b.Laporan dari Puskesmas ke Dinkes Kabupaten/ Kota (Lap Pusk). Laporan bulanan ini berisi
informasi yang sama diatas, dan jumlah kasus yang dirujuk ke RS kab./ kota.Laporan dari Dinkes
Kabupaten/Kota ke Dinkes Propinsi. Laporan triwulan
ini berisis informasi mengenai kasus ibu dan perinatal yang ditangani oleh RS Kab/ Kota,Puskesmas,
dan unit pelayanan KIA lainya (bila ada), serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi.
C. Surveilan Sentinel
1. Defenisi
Surveilans sentinel adalah kegiatan analisis data dengan cara pengumpulan dan pengolahan data secara terus
menerus yang dilakukan di wilayah unit yang terbatas atausempit. (Depkes 2004).
2. Ruang Lingkup
a. Sentinel Kejadian Kesehatan Merupakan kejadian penyakit, kecacatan, dan kematian yang dapat menjadi
tanda penting bahwa upaya prefentif atau pengobatan yang sedang dijalankan perlu perbaikan
b. Surveilan SentinelSuatu sistem yang dapat memperkirakan insiden penyakit pada suatu negara yangtidak
memiliki sistem surveilans yang baik berbasis populasi tanpa melakukan surveiyang mahal.
3. Pembagian Surveilans Sentinel
Surveilans Sentinel terbagi atas 3 macam, antara lain:
a.Sentinel Health Event (Sentinel kejadian kesehatan).
b.Sentinel Site (Klinik atau pusat pelayanan lain yang memonitor kejadian-kejadiankesehatan).
c.Sentinel Provider (Kerjasama para penyelenggara pelayanan kesehatan perorangan).
4. Sumber Data
a. Register harian dan LB 1 Puskesmas.
b. Penyakit yang dicatat adalah kasus baru.
c. Pencatatan total laki-laki dan perempuan dan total kunjungan.
d. Register rawat jalan dan rawat inap RS dicatat total laki-laki dan perempuan, total kunjungan dan total
kematian perjenis penyakit.
e. Register rawat jalan dan rawat inap RS (RL 2a dan RL 2b).
5. Analisa dan Rekomendasi Tindak Lanjut
a. Melakukan analisa mingguan PWS penyakit potensial KLB dalam bentuk tabel, dangrafik kecenderungan
mingguan.
b. Menginformasikan hasilnya pada RS Sentinel dan Non sentinel, Puskesmas, Programterkait di Dinkes
Kab/Kota dan Dinkes Kab/Kota yang berbatasan dengan PWS atauSKD KLB serta Sektor terkait.
c. Melakukan analisis tahunan perkembangan penyakit, dan menghubungkannya dengan faktor resiko,
perubahan lingkungan, perencanaan, dan keberhasilan program.
d.Memanfaatkan hasil analasis untuk profil tahunan, bahan perencanaan DinkesKab/Kota serta informasi
program untuk Dinkes Propinsi, RS, laboratorium, pusat penelitian, perguruan tinggi, Ditjen PPM dan PL
serta sektor terkait di daerahnya.
6. Surveilans Sentinel Di Indonesia
a. Surveilans sentinel PD3I, diare, dan pneumonia - kasus imunisasi - penggunaanoralit,antibiotik -
kecenderungan pneumonia
b. Surveilans sentinel HIV - kecenderungan HIV
c.Sentinel dampak krisis - pelayanan rumah sakit - pelayanan puskesmas – derajat kesehatan masyarakat
d.STP berbasis puskesmas sentinel
e. STP berbasis rumah sakit sentinel.
f. STP berbasis puskesmas
g. STP berbasis rumah sakit
h. Sentinel kusta
7. Indikator Penyelenggaraan Surveilans Sentinel
a. Input : tenaga, buku juknis, proses kelengkapan laporan 90%, ketepatan laporan 80%.
b. Output : Analisis data bulanan, analisis data tahunan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel - sel membelah secara
abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut metastasis. Metastasis
merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).Faktor yang diduga meningkatkan resiko
terjadinya kanker, yaitu : Faktor keturunan, faktor lingkungan, Faktor Makanan yang mengandung bahan
kimia, virus, infeksi, faktor
perilaku,dll. Fungsi inti surveilans kanker adalah pengukuran kejadian kanker, morbiditas,kelangsungan hidup
, dan kematian bagi orang-orang dengan kanker. Surveilans Kanker memberitahu kita di mana kita berada
dalam upaya untuk mengurangi beban kanker dan jugamenghasilkan pengamatan yang membentuk dasar
untuk penelitian kanker dan intervensiuntuk pencegahan kanker dan kontrol.Berikut lima kegiatan
pengendalian kanker yang telahdisusun dan dilaksanakan di Indonesia, yaitu: Program promotif dan
pencegahan,
ProgramDeteksi dan Tindak Lanjut Dini, Surveilans dan Registrasi Kanker, Diagnosis danPengobatan, dan
Pelayanan Paliatif.
Mammograpic adalah Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia
menggunakan sinar-X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Mammografi digunakan untuk melihat
beberapa tipe tumor dan kista, dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker payudara. Selain
mammografi, pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan oleh dokter secara teratur merupakan cara yang
efektif untuk menjaga kesehatan payudara. Beberapa negara telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun
sekali) bagi perempuan yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk mendiagnosa kanker
payudara sedini mungkin.
Perinatal atau parilahir merupakan periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran
(5 bulan sebelumnya dan satu bulan sesudahnya). Perinatal mempunyai periode yang
dinamakan periode perinatal. Periode perinatal didefinisikan sebagai masa sejak janin mampu hidup di luar
kandungan hingga akhir hari ke-7 setelah kelahiran. Kematian perinatal adalah kematian dalam masa
kehamilan 28 minggu sampai bayi lahir dan berusia 7 hari.Kematian perinatal ditentukan dengan menghitung
jumlah kematian masa perinatal tersebutdi bagi dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati. Sedangkan
angka kematian perinataladalah (AKP) adalah jumlah kematian perinatal di kalikan 1000 dan kemudian dibagi
dengan jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati pada tahun yang sama. AKP = jumlah kematian perinatal x
1000 jumlah lahir mati + jumlah lahir hidup.
Angka kematian bayi sebagian besar adalah kematian neonatal yang berkaitan
denganstatus kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan keha
milan dan peranan tenaga kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan.
Berdasarkan penyebabnya Kematian ibu bisa dibedakan menjadi langsung dan tidak langsung. Menurut Berg,
dkk (1998) sumber informasi kasus kematian ibu dapat diperoleh
dari empat sumber antara lain : Akte kematian, Pencatatan RS, identifikasi kematian masyarakat, dan Sistem
Surveilans Formal.
Surveilans sentinel adalah kegiatan analisis data dengan cara pengumpulan dan pengolahan data secar
a terus menerus yang dilakukan di wilayah unit yang terbatas atausempit. (Depkes 2004). Ruang Lingkup : Se
ntinel Kejadian Kesehatan dan SurveilanSentinel. Indikator Penyelenggaraan Surveilans Sentinel yaitu, Input :
tenaga, buku
juknis, proses kelengkapan laporan 90%, ketepatan laporan 80%. Dan Output : Analisis data bulanan, analisis
data tahunan.
B. Saran
Bermanfaatnya isi makalah ini untuk penambahan ilmu dan dapat memperluas wawasan masyarakat
yang membaca. Banyak manfaat dan ilmu yang dapat di timba dan di terapkan. Pelajaran ini sangat
bermanfaat untuk diri sendiri dan khalayak ramai. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kekeliruan dalam apa yang penulis tulis, baca, dan pahami.Oleh karena itu untuk menjadikan makalah yang
penulis sajikan ini lebih baik, penulis memerlukan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman sebagai
salah satu tanggung jawab ilmiah penulis. Semoga apa yang penulis tulis bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Amin

DAFTAR PUSTAKA
Anonim (-) - diunduh melalui https://scribfree.com/document/376478668/Surveilans-Sentinel, pada tanggal
28 November 2022.

Anonim (-) - diunduh melalui https://www.scribd.com/document/381549389/Surveilans- Epidemiologi, pada


tanggal 01 Desember 2022.

Anonim (-) - diunduh melalui http://akmal-rsfr.blogspot.com/2013/01/makalah-kanker- paru.html, pada


tanggal 01 Desember 2022.

Anonim (-) - diunduh melalui http://www.news-medical.net/news/20110929/13775/Indonesian.aspx, pada


tanggal 01Desember 2022.

Anonim (-) - diunduh melalui http://www.news-medical.net/news, pada tanggal 01 Desember2022.

Anonim (-) - diunduh melalui http://kesmas-unsoed.info/2011/05/makalah-kanker-gizi-diit.html, pada


tanggal 01 Desember 2022.

Anonim (-) - diunduh melaluihttp://www.surveillance.cancer.gov/html, pada tanggal 01Desember 2022.

Anonim (-) – diunduh melaluihttp://helpingpeopleideas.com/publichealth/index.php/2012/10/investigasi-


dan-data-kematian-ibu/ml, pada tanggal 01 Desember 2022.

Anonim (-) - diunduh melalui http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com/html, di unduh padatanggal 01


Desember 2022.

Anonim (-) - diunduh melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Perinatal/html, pada tanggal 01Desember 2022.

Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics). EGC.Jakarta.

Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS- KIA). Direktorat
Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina
Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai