Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KANKER PAYUDARA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Kelas A2/V (Semester 5)

Nama Dosen :
Nur Apriyan, S.K.M.

Disusun Oleh :

1. Dwi Adiguno 165050017


2. Fitriana Lia Frasiska 165050072
3. Hanifah Isnainie .K 165050028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala Yang Maha
Kuasa karena dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyusun makalah
tentang “Kanker Payudara”. Kami juga berterimakasih kepada Nur Apriyan, S.K.M.
Selaku dosen mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular yang telah
memberikan tugas ini.
Harapan kami, makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kepada pembaca dan yang terpenting yaitu kepada kami mengenai
“Kanker Payudara”. Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata yang sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
adanya kritikan dan saran serta usulan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya dan kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.

Jakarta, November 2018


Penyusun

Kelompok
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................3

BAB I..........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4

C. Tujuan P`enulisan........................................................................................................5

BAB III.......................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................................6

A. Definisi Kanker...........................................................................................................6

B. Anatomi Payudara.......................................................................................................6

D. Pengobatan Lokal dan Regional................................................................................15

E. Pengobatan Sistemik..................................................................................................17

F. Prognosis...................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh kita terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang pertumbuhan
tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan. Kebanyakan tidak
menimbulkan bahaya. Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-
sel yang berlebihan, maka akan terjadi benjolan atau tumor. Tumor ini dapat bersifat
jinak maupun ganas. Tumor yang ganas inilah yang disebut dengan kanker. Tumor
ganas mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian lain di seluruh
tubuh untuk berkembang menjadi tumor yang baru. Penyebaran ini disebut metatase.

Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara


cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat, seperti kanker payudara. Pada wanita
khususnya, payudara adalah salah satu organ paling pribadi. Penting artinya memeriksa
kondisi payudara secara berkala. Benjolan, penebalan, dan perubahan warna kulit
menjadi kemerahan patut diwaspadai sebagai indikasi kanker. Rasa gatal, kulit
mengelupas, atau ruam di payudara selama berminggu-minggu juga perlu diwaspadai.
Perubahan lain pada kulit payudara, seperti bengkak, kulit tertarik ke dalam, atau
mengerut, juga harus dicurigai sebagai gejala. Bagi pria, kewaspadaan juga harus
diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang meski hal ini jarang terjadi. Setiap
benjolan di payudara sebaiknya perlu diwaspadai, terutama jika keluar cairan dari
bagian puting.

B. Rumusan Masalah
Kanker diakibatkan oleh berbagai macam faktor, antara lain faktor genetik,
lingkungan, makanan, obat-obatan, hormon dan beberapa pemicu lainnya. Masih
banyak masyarakat dewasa khususnya wanita yang belum paham tentang penyakit
kanker payudara dan faktor-faktor yang mengakibatkan kanker payudara tersebut.
Sehingga, saat ini kanker masih menjadi penyakit yang menjadi keprihatinan di dunia
karena menduduki peringkat lima besar penyakit penyebab kematian.
C. Tujuan Penulisan
I. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak
menular mengenai penyakit kanker payudara.

II. Tujuan Umum


Tujuan umum penulisan dari makalah ini adalah sebagai bahan bacaan atau
referensi bagi para pembaca pada umumnya mengenai penyakit kanker payudara.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Kanker
Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak
normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya
serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari asalnya yang disebut metastasis. Sel
kanker bersifat ganas dapat berasal atau tumbuh dari setiap jenis sel di tubuh manusia
(Depkes RI, 2009).

Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan
tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak
terkendali, dan terus membelah diri, selanjutnya menyusup ke jaringan di sekitarnya
(invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ
penting serta saraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah
diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan
membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
penumpukan sel baru. Penumpukan sel tersebut mendesak dan merusak jaringan
normal, sehingga mengganggu organ yang ditempatinya (Mangan, 2009).

Kanker adalah suatu jenis penyakit berupa pertumbuhan jaringan yang tidak
terkendali kerena hilangnya mekanisme kontrol sel sehingga pertumbuhan menjadi
tidak normal.Penyakit ini dapat menyerang semua bagian organ tubuh. Baik pada orang
dewasa maupun anak-anak. Akan tetapi, lebih sering menyerang orang yang berusia 40
tahun (Uripi, 2002).

B. Anatomi Payudara
Payudara pada pria dan wanita adalah sama sampai masa pubertas (11-13 tahun)
karena hormon estrogen dan hormon lainnya mempengaruhi perkembangan payudara
pada wanita. Pada wanita perkembangan payudara aktif, sedangkan pada pria kelenjar
dan duktus mammae kurang berkembang dan sinus berkembang tidak sempurna.
Payudara yang sensitif terhadap pengaruh hormonal mengakibatkan payudara
cenderung mengalami pertumbuhan neoplastik baik yang bersifat jinak maupun ganas.

Payudara merupakan bagian dari organ reproduksi yang fungsi utamanya


menyekresi susu untuk nutrisi bayi. Payudara terdiri dari jaringan duktural, fibrosa
yang mengikat lobus-lobus, dan jaringan lemak didalam dan diantara lobus-lobus.85%
jaringan payudara terdiri dari lemak.Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat
puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.

Puting dan areola biasanya mempunyai warna dan tekstur yang berbeda dari kulit di
sekelilingnya. Warnanya bermacam-macam dari yang merah muda pucat, sampai hitam
dan gelap selama masa kehamilan dan menyusui. Puting susu biasanya menonjol keluar
dari permukaan payudara.
III. Situasi Global Penyakit Kanker
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada
tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker paru, hati, perut,
kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap
tahunnya.

Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer


(IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan
8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Gambar 1 menunjukkan bahwa
kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan
persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi, yaitu sebesar 43,3%,
30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara merupakan
penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat kanker.
Dilihat pada Gambar 2 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa kanker paru
ditemukan pada penduduk laki-laki, yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian akibat
kanker paru pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan,
kanker payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat
kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%.

Gambar 2. Estimasi Persentase Kasus Baru dan Kematian


Akibat Kanker pada Penduduk Laki-laki dan Perempuan di
Dunia Tahun 2012

C. Kanker Payudara
I. Definisi
Kanker payudara adalah jenis lain dari kanker yang terjadi pada jaringan sel
payudara. Ketika sel abnormal membagi dan tidak terkontrol, mereka dapat menjadi
besar dengan membentuk jaringan ekstra, atau tumor, yang dapat menjadi jinak atau
ganas. Sel tumor jinak tidak menyebar ke jaringan tubuh yang lain, biasanya dapat
diangkat dan tidak akan timbul kembali.
Sel tumor ganas (kanker) dapat menyebar ke jaringan tubuh yang terdekat dan
melepaskan diri dari bentuk tumor primer menjadi bentuk tumor sekunder dimanapun
di bagian tubuh.
Kanker payudara (karsinoma payudara) adalah tumor ganas yang tumbuh di
jaringan payudara.Jenis kanker ini sering terjadi pada wanita dan tidak menutup
kemungkinan jika terjadi pada kaum pria, hanya saja kasusnya sangat jarang.
Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan
mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan
destruktif dapat bermetastase (Soeharto Resko Prodjo, 1995).
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di
Indonesia. Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40 - 49 tahun dan letak terbanyak
di kuadran lateral atas (Smart Doctor v2.0).

II. Jenis- jenis Kanker Payudara

Jenis kanker payudara menurut Tim Cancer Helps (2010) antara lain:

1. Duktal Karsinoma In Situ (DCIS)


Jenis ini merupakan tipe kanker payudara non-invasif paling umum.
DCIS berarti sel-sel kanker berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar
dinding duktus kejaringan payudara disekitarnya. Sekitar satu hingga lima kasus
baru kanker payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita dengan kanker tahap
ini dapat disembuhkan.
2. Lobular Karsinoma In Situ (LCIS)
Sebenarnya LCIS bukan kanker, tetapi LCIS terkadang digolongkan
sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang
memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melalui dinding lobulus.
Kebanyakan ahli kanker berpendapat bahwa LCIS sering tidak menjadi kanker
invasif, tetapi wanita dengan kondisi ini memiliki resiko lebih tinggi untuk
menderita kanker payudara invasif pada payudara yang sama atau berbeda.

3. Invasif atau Infitrating Duktal Karsinoma (IDC)


IDC merupakan jenis kanker payudara yang paling umum dijumpai.
Timbulnya sel kanker dimulai dari duktus, menerobos dinding duktus, dan
berkembang kejaringan lemak payudara. Kanker akan menyebar (bermetastasis)
ke organ tubuh lainnya melalui sistem getah bening dan aliran darah. Sekitar 8-
10 kasus kanker payudara invasif merupakan jenis ini.

4. Invasif atau Infiltrating Lobular Karsinoma (ILC)


Kanker jenis ini dimulai dari lobulus. Seperti IDC, ILC dapat menyebar
atau bermetastasis ke bagian lain di dalam tubuh.

5. Kanker Payudara Terinflamasi (IBC)


IBC merupakan jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi.
Hanya sekitar 1-3% dari semua kasus kanker payudara adalah jenis IBC.
Sebaliknya kanker jenis ini membuat kulit payudara terlihat merah dan terasa
hangat. Kulit payudara juga tampak tebal dan mengerut seperti kulit jeruk.
Biasanya dokter baru mengetahui terjadinya perubahan ini karena sel-sel
kanker telah menghambat pembuluh getah bening di kulit. Bukan karena adanya
inflamasi, peradangan, atau infeksi. Payudara yang terinvasi biasanya berukuran
lebih besar, kenyal, lembek, gatal. Jenis kanker ini cenderung menyebar dan
memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan tipe IBC atau ILC
III. Etiologi
Sebab keganasan pada mamae masih belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang
berkaitan erat dengan munculnya keganasan payudara yaitu, virus, faktor lingkungan,
faktor hormonal dan familiar seperti berikut :
1. Wanita resiko tinggi dari pada pria (99:1)
2. Usia : resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
3. Riwayat keluarga : ada riwayat keluarga Ca Mammae pada ibu/saudara
perempuan
4. Riwayat meanstrual :
a. early menarche (sebelum 12 tahun)
b. Late menopouse (setelah 50 tahun)
5. Riwayat kesehatan : Pernah mengalami/sedang menderita otipical hiperplasia
atau benign proliverative yang lain pada biopsy payudara, Ca. endometrial.
6. Menikah tapi tidak melahirkan anak
7. Riwayat reproduksi : melahirkan anak pertama diatas 35 tahun.
8. Tidak menyusui
9. Menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan therapy estrogen
10. Mengalami trauma berulang kali pada payudara
11. Terapi radiasi : terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen
12. Obesitas
13. Life style : diet tinggi lemak, mengkomsumsi alcohol (minum 2x sehari),
merokok.
14. Stres hebat.
IV. Faktor Risiko Kanker
Tingginya kasus baru kanker dan sekitar 40% dari kematian akibat kanker
berkaitan erat dengan faktor risiko kanker yang seharusnya dapat dicegah. Faktor risiko
kanker yang terdiri dari faktor risiko perilaku dan pola makan, di antaranya adalah:
• Indeks massa tubuh tinggi;
• Kurang konsumsi buah dan sayur;
• Kurang aktivitas fisik;
• Penggunaan rokok;
• Konsumsi alkohol berlebihan;

Faktor risiko kanker lainnya, adalah akibat paparan:


• Karsinogen fisik, seperti ultraviolet (UV) dan radiasi ion;
• Karsinogen kimiawi, seperti benzo(a)pyrene, formalin dan aflatoksin
(kontaminan makanan), dan serat contohnya asbes;
• Karsinogen biologis, seperti infeksi virus, bakteri dan parasit.
Intervensi terhadap faktor risiko kanker tidak hanya bertujuan untuk menurunkan kasus
baru kanker, namun juga menurunkan kemungkinan penyakit lainnya yang disebabkan
faktor risiko tersebut. Di antara faktor risiko penting penyakit kanker yang dapat
dimodifikasi (Ezzati et al., 2004, Danaei et al., 2005, Driscoll et a., 2005 dalam WHO,
2007) adalah:
• Merokok, yang menyebabkan terjadinya sekitar 1,5 juta kematian akibat kanker
setiap tahunnya (60% kematian terjadi di negara berpenghasilan rendah-
menengah);
• Kelebihan berat badan, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik, yang
menyebabkan 274.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya;
• Konsumsi alkohol berlebihan, yang menyebabkan sekitar 351.000 kematian
akibat kanker setiap tahunnya;
• Penularan human papilloma virus (HPV) melalui hubungan seksual, yang
menyebabkan sekitar 235.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya;
• Polusi udara (di luar maupun di dalam ruangan), yang menyebabkan sekitar
71.000 kematian akibat kanker setiap tahunnya;
• Karsinogen di lingkungan kerja, yang menyebabkan setidaknya 152.000
kematian akibat kanker setiap tahunnya.

Faktor risiko terbanyak yang menyebabkan kematian akibat kanker berbeda pada
negara-negara di dunia. Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa faktor risiko
penyebab kematian akibat kanker berbeda pada penduduk di negara berpenghasilan
rendah-menengah dan negara berpenghasilan tinggi. Merokok merupakan faktor risiko
terbesar penyebab kematian akibat kanker di dunia, negara berpenghasilan rendah-
menengah, maupun negara berpenghasilan tinggi. Pada penduduk di negara
berpenghasilan rendah-menengah, konsumsi alkohol, rendahnya konsumsi buah dan
sayur, serta infeksi virus human papilloma (HPV) menyebabkan lebih banyak kematian
akibat kanker dibandingkan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi. Namun,
merokok serta kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko yang lebih
dominan pada penduduk di negara berpenghasilan tinggi.
Gambar 3. Kontribusi Faktor Risiko terhadap Kematian Akibat Kanker di
Dunia, Negara Berpenghasilan Rendah-Menengah, dan Negara
Berpenghasilan Tinggi
V. Situasi Penyakit Kanker di Indonesia

Pada kuesioner Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, salah satu
pertanyaan adalah apakah penduduk pernah didiagnosis oleh dokter. Berdasarkan wawancara
tersebut, didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia
sebesar 1,4‰. Prevalensi kanker tertinggi berada pada Provinsi DI Yogyakarta, yaitu sebesar
4,1‰, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional. Prevalensi tertinggi berikutnya
berada pada Provinsi Jawa Tengah dan Bali, yaitu sebesar 2,1‰ dan 2,0‰. Informasi mengenai
prevalensi kanker di Indonesia tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 7 di
bawah ini.
Gambar 7. Prevalensi Kanker pada Penduduk Semua Umur di Indonesia,
Tahun 2013

Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan
deteksi dini yang telah dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan. Kasus kanker yang
ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang cepat dan tepat akan
memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama. Oleh karena itu, penting dilakukan
pemeriksaan rutin secara berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini kanker.
Berdasarkan data rutin Subdit Kanker Direktorat Penyakit Tidak Menular, Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, sampai
dengan tahun 2013, program deteksi dini kanker serviks dan kanker payudara baru
diselenggarakan pada 717 Puskesmas dari total 9.422 Puskesmas di 32 provinsi.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa Puskesmas yang memiliki program deteksi dini masih
sangat sedikit atau sekitar 7,6%.
Estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia pada tahun
2013 berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat
memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara terbesar, sementara itu
Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah penderita terkecil dari seluruh
provinsi.
Tingginya jumlah penderita kanker serviks dan payudara di Indonesia idealnya diimbangi
dengan tingginya jumlah provider (pelaksana program, yang terdiri dari dokter umum dan bidan)
dan skrining di Puskesmas. Sampai dengan tahun 2013, terdapat 1.682 provider deteksi dini
kanker serviks dan kanker payudara di Indonesia dengan estimasi jumlah kanker serviks
sebanyak 98.692 kasus dan kanker payudara sebanyak 61.682 kasus. Berdasarkan Tabel 1
dapat dilihat bahwa provider deteksi dini terbanyak berada pada provinsi DKI Jakarta, Jawa
Tengah dan Bali, sedangkan di beberapa provinsi lainnya seperti Kalimantan Selatan dan
Sulawesi Utara belum ada provider deteksi dini sementara jumlah penderita kanker di provinsi
tersebut cukup tinggi.
Prevalensi dan Estimasi Jumlah Penderita Penyakit Kanker Serviks dan
Payudara pada Perempuan, Kanker Prostat pada Laki-laki (‰) Menurut Provinsi
Tahun 2013

IV. Patologi
Proses terjadinya kanker karena terjadi perubahan struktur sel, dengan ciri :
proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan menggangu fungsi jaringan normal
dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke
organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang
mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas diantara
sel normal.
V. Diagnosis
1. Pemeriksaan Klinis
a. Anamnesis
Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba, biasanya oleh wanita
itu sendiri. Biasanya pasien datang dengan keluhan rasa sakit yang tidak
enak atau tegang di daerah sekitar payudara.
b. Pemeriksaan Fisik
Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan sadari,
pemeriksaan klinik dan pemeriksaan mamografi. Deteksi dini dapat
menekan angka kematian sebesar 25 %- 30%.
1) Sadari (periksa payudara sendiri atau Breast self examination)
Semua wanita di atas usia 20 tahun sebaiknya melakukan sadari setiap
bulan dan segera periksakan diri ke dokter bila ditemukan benjolan. Jika
Sadari dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan
benjolan pada stadium dini. Sebaiknya Sadari dilakukan pada waktu
yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi,
waktu yang paling tepat untuk melakukan Sadari adalah 7-10 hari
sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, Sadari bisa
dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya
setiap awal bulan).
2) Gejala dan Tanda Keganasan
Pada usia 20-39 tahun setiap wanita sebaiknya memeriksakan
payudaranya ke dokter tiap 3 tahun sekali. Pada usia 40 tahun ke atas
sebaiknya dilakukan tiap tahun. Secara kasat mata ada tanda dan gejala
yang khas menunjukkan adanya suatu keganasan, gejala-gejalanya
diantaranya adalah :
a) Adanya retraksi/inversi nipple ( dimana puting susu tertarik ke
dalam atau masuk ke dalam payudara) berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit
kelihatan seperti kulit jeruk (peau d’orange), mengkerut, atau
timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama
makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan
seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah
b) Keluarnya cairan dari puting susu. Yang khas adalah cairan
keluar dari muara duktus satu payudara dan mungkin berdarah
c) Timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak
(edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh
(Handoyo, 1990). Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali
dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai
berikut :
 benjolan pada payudara Umumnya berupa benjolan yang
tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,
makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada
puting susu
 adanya nodul satelit pada kulit payudara; kanker
payudara jenis mastitis karsinimatosa; terdapat model
parasternal; terdapat nodul supraklavikula; adanya edema
lengan; adanya metastase jauh.
 terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu
ulserasi kulit, edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding
toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama
lain

VI. Pemeriksaan Radiologi


Deteksi dan diagnosis dari kanker payudara diawali dengan riwayat penyakit yang
berkaitan dengan payudara, dan pemeriksaan fisik dari payudara. Mammografi, yaitu
radiogram jaringan lunak, merupakan pemeriksaan tambahan yang penting.
Mammografi dapat mendeteksi keberadaan massa yang terlalu kecil untuk diraba, dan
pada banyak keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari
massa yang teraba. Mammografi juga bermanfaat sebagai pemeriksaan penyaring pada
wanita-wanita sehat yang asimtomatik, dan dalam memberikan keterangan untuk
menentukan diagnosa suatu kelainan.
1. Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan sinar-x terhadap payudara. Skrining kanker
payudara dengan mammografi dianjurkan untuk perempuan berusia lebih dari
40 tahun dengan risiko standar. Untuk wanita dengan risiko tinggi (khususnya
dengan mutasi gen tersebut diatas) mammografi sebaiknya dimulai pada usia 25
tahun atau pada usia 5 tahun lebih muda dari anggota keluarganya yang termuda
yang mempunyai riwayat kanker payudara. Misalnya ada kakaknya menderita
kanker pada usia 26 tahun, maka adiknya dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2
dianjurkan memulai pemeriksaan mammografi pada usia 21 tahun. Banyak
kemajuan telah dicapai untuk mendiagnosis kanker payudara antara lain dengan
perbaikan pada teknik mammografi dan makin dilengkapi dengan adanya
mammografi digital. Pemeriksaan resonansi magnetik payudara dan dengan
technetium-99m saat ini sedang dikembangkan, dan mungkin sekali
meningkatkan kemampuan diagnosis dini.

Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah untuk mengenal secara dini


keganasan pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika mammografi dan
ultrasonografi dipakai bersama-sama dalam prosedur diagnostik, maka akan
diperoleh nilai ketepatan diagnosis sebesar 97%. Mammografi terutama
berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta
jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit dan ini biasanya ditemukan
pada wanita dewasa di atas umur 40 tahun yang pada umur tersebut kekerapan
akan terjadinya keganasan payudara makin meningkat. Peranan mammografi
menjadi berkurang pada payudara yang mempunyai jaringan fibroglandular
padat dimana keadaan ini sering terdapat pada wanita muda dibawah 30 tahun.

Pada mammografi, perbedaan kepadatan suatu tumor dengan jaringan di


sekitarnya dapat jelas terlihat terutama pada payudara wanita tua, hal ini
disebabkan karena absorbsi sinar X oleh jaringan tumor akan lebih banyak dari
pada jaringan sekitarnya. Umumnya pasien tidak datang berobat dengan bentuk
kanker jinak. Namun sekitar 80 % pasien baru malaporkan penyakitnya jika
telah terjadi lesi pada kanker jinak tersebut. Mammografi dapat memberikan
gambaran yang cukup jelas jika terindikasi terjadinya kanker.

2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan tumor payudara dengan ultrasonografi (USG) mulai
dikembangkan oleh Wild dan Reid pada tahun 1952 dan sampai saat ini
pemeriksaan dengan USG sudah semakin popular dan berkembang dengan
pesat. Ultrasonografi merupakan alat bantu pemeriksaan yang menggunakan
gelombang suara dan tidak menggunakan sinar roentgen dan tidak
menimbulkan rasa sakit pada pasien. USG payudara biasanya digunakan untuk
mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan skrining maupun
diagnostik mammografi. USG memiliki resolusi kontras yang sangat baik,
misalnya dapat membedakan bayangan cairan (kista) dengan struktur normal
jaringan payudara, Namun USG tidak memilki resolusi spatial sebaik
mammografi sehingga tidak dapat memberikan gambaran struktur payudara
sedetail mammografi. USG juga tidak dapat memberikan mikrokalsifikasi yang
merupakan predicton adanya keganasan pada payudara. Namun
makrokalsifikasi dapat terlihat pada USG.
USG terutama berperan pada payudara yang padat yang biasanya
ditemui pada wanita muda, dimana jenis payudara ini kadang-kadang sulit
dinilai dengan mammografi. USG juga sangat bermanfaat untuk membedakan
apakah tumor itu solid atau kistik, dimana gambarannya pada mammografi
hampir sama, tetapi mikroklasifikasi tak dapat dikenal dengan USG. USG
sering dipergunakan untuk diagnosis kista pada payudara. Akan tetapi dengan
adanya sitologi aspirasi pemakaian USG makin berkurang.

Tanda tumor ganas secara USG diantaranya :


a. Lesi dengan batas tak tegas dan tak teratur
b. struktur echo internal lemah dan heterogen
c. batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tak ada
(posterior acoustic shadow). adanya perbedaan besar tumor secara klinis
dan secara USG.

3. Computerized Tomography (CT) Payudara


Akhir-akhir ini pemeriksaan payudara dengan CT juga telah
berkembang, tetapi mengingat biaya pemeriksaan yang cukup tinggi, adanya
bahaya radiasi dan perlunya penyuntikan zat kontras, melakukan pemeriksaan
CT juga menjadi terbatas.
Secara umum masih agak sukar membedakan lesi ganas dan lesi jinak
hanya berdasarkan pemeriksaan CT saja, walaupun biasanya tumor ganas
menyebabkan peningkatan nilai densitas setelah penyuntikan kontras
dibandingkan tumor jinak. Oleh karena itu dapat menggantikan kedudukan
mammografi dalam mengenali keganasan payudara terutama dalam program
penyaringan (screening).
Pada tumor ganas payudara, CT dapat membantu perencanaan
radioterapi dalam menentukan tebal dinding dada dan mengenal adanya
metastasis pada kelenjar mammaria interna. Umumnya kelenjar mammaria
interna tidak kelihatan pada CT biasa, jika ini terlihat berarti suatu kelainan
patologik. Selain itu, CT juga dapat mengenal pembesaran atau metastasis
kelenjar aksiler atau adanya perluasan tumor ganas berupa destruksi dinding
dada.

VII. Pemeriksaan Patologi Anatomi


Dua puluh tahun yang lalu biopsi merupakan cara baku untuk konfirmasi diagnosis,
sedangkan sekarang ini yang menjadi tehnik baku adalah aspirasi jarum halus (fine
needle biopsy) atau core needle biopsy. Biopsi dengan panduan USG, biopsi
stereotaktik dan biopsi dengan panduan MRI menjadi teknik yang sedang
dikembangkan, khususnya untuk wanita dengan sangkaan kanker tetapi tidak teraba
massa di payudara. Pemakaian jarum yang lebih besar (large-core needle-biopsy)
memudahkan ahli patologi untuk menilai sediaan.
Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik
atau padat. Kista akan mengempis jika semua cairan dibuang. Jika hasil mammogram
normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan massa dalam tindak lanjut selama
2-3 minggu, maka tidak diperlukan tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap atau
terbentuk kembali, atau jika cairan aspirat mengandung darah, maka ini merupakan
indikasi untuk dilakukan biopsi. Biopsi untuk pemeriksaan histologis dapat berupa
eksisional (seluruh massa diangkat), atau insisional (sebagian dari massa dibuang).
Kebanyakan biopsi merupakan prosedur rawat jalan. Analisis mikroskopik dari
spesimen menyatakan ada tidak adanya keganasan. Jika spesimen bersifat ganas, maka
direncanakan untuk tindakan pembedahan.

VIII. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan untuk menurunkan angka
mortalitas kanker payudara dengan penemuan kanker payudara sedini mungkin dan
pengobatan saat ukuran masih kecil sebelum kanker tersebut bermetastasis.6
Penemuan kanker payudara sedini mungkin yang didiagnosis dan diobati secara
benar akan menambah harapan hidup penderita kanker payudara. Angka harapan
hidup selama 10 tahun untuk penemuan kanker pada stadium I sebesar 70%-80%,
stadium II 43%, stadium III kurang dari 11,2%, dan stadium IV 0%.7 Walaupun ada
peningkatan kewaspadaan terhadap kanker payudara, hanya sebagian kecil saja
yang melakukan SADARI secara teratur.8 Faktor yang mempengaruhi persepsi
adalah keyakinan, kebudayaan, dan pengetahuan.9 Wanita yang ingin melakukan
SADARI merasa bahwa menemukan benjolan oleh diri sendiri menyebabkan
kecemasan yang berlebihan, sehingga mereka memilih untuk tidak melakukan
SADARI.10 Hambatan-hambatan dalam perilaku SADARI adalah rendahnya
kewaspadaan wanita terhadap kanker payudara dan sedikitnya akses informasi yang
mereka dapatkan.

IX. Komplikasi
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma payudara
bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga melalui
saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastasis yang jauh
atau sistemik adalah paru-paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan
panggul), adrenal dan hati. Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid,
leptomeningen, mata, perikardium, dan ovarium.

X. Pengobatan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian pengobatan
meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi dan yang terbaru
adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan
kanker atau membatasi perkembangan penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya.
Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
Kanker payudara primer pada beberapa pasien, kanker terbatas di payudara tanpa
penyebaran (metastasis) jauh. Pasien seperti ini yang disebut sebagai kanker payudara
primer, biasanya didiagnosis sewaktu check-up mammografi, dan diharapkan
kemungkinan kesembuhan cukup besar dengan pengobatan lokal dan regional saja.
Namun sekarang ini makin banyak bukti, bahwa sebagian besar pasien kanker payudara
primer tersebut ternyata mempunyai metastasis yang tidak dapat dideteksi secara klinis,
dan sebagian besar yang diobati dengan tindakan bedah (dengan atau tanpa radioterapi)
ternyata kemudian mengalami metastasis.

D. Pengobatan Lokal dan Regional


I. Operasi
Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung
pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum
Operasi mastektomi radikal (pengangkatan seluruh payudara, kelenjar getah bening
ketiak, dan otot dinding dada) saat ini telah ditinggalkan dan amat sangat jarang ada
indikasi untuk tindakan tersebut. Banyak penelitian membuktikan bahwa untuk
sebagian besar kanker payudara tahap dini, lumpektomi (mengangkat tumornya saja)
diteruskan dengan radioterapi merupakan pengobatan pilihan. Sekitar 50% pasien
kanker payudara di Amerika sekarang ini mendapat pengobatan dengan cara tersebut.
Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992) :
a. Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan
terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau k Modified Radical
Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di
sekitar ketiak.
b. Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
c. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu
diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan
letaknya di pinggir payudara.emoterapi.

II. Pengangkatan kelenjar getah bening aksila


Pasien kanker payudara dengan kelenjar getah bening ketiak yang terbukti positif
mengandung sel kanker, mempunyai angka kekambuhan yang lebih besar dibandingkan
dengan yang kelenjar ketiaknya bebas kanker. Namun, pengangkatan kelenjar ketiak
juga meningkatkan nyeri setelah operasi, seperti rasa kesemutan, pembengkakan dan
gangguan pergerakan lengan.

III. Radioterapi
Radioterapi atau terapi sinar adalah penggunaan sinar berenergi tinggi (seperti
sinar-x) untuk membunuh atau memperkecil sel kanker. Radioterapi sesudah operasi
mengurangi angka kekambuhan sebesar 50-75%. Namun radioterapi dapat
menyebabkan efek samping di kemudian hari. Untuk alasan itu, radioterapi setelah
operasi dianjurkan dibatasi pada pasien dengan risiko tinggi untuk kekambuhan. Yang
dimaksud risiko tinggi adalah pasien dengan tumor yang besar sampai mengenai kulit
payudara atau dinding dada, atau untuk pasien yang mempunyai sebaran kanker di
kelenjar ketiak. Penelitian menunjukkan hasil uji klinik jangka panjang yang
mempelajari pasien risiko tinggi. Satu kelompok diobati dengan teknik radioterapi dan
kemoterapi, dan satu kelompok lain diobati dengan kemoterapi saja. Ternyata yang
mendapat pengobatan kombinasi kemoterapi dan radioterapi menghasilkan
kekambuhan yang lebih sedikit, serta angka ketahanan hidup yang lebih baik. Efek
pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar
payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari
radiasi.

E. Pengobatan Sistemik
I. Hormonal
Sejak awal tahun 1960-an, sewaktu reseptor estrogen pertama kali ditemukan,
diketahui bahwa kanker payudara yang mempunyai reseptor estrogen atau reseptor
progesterone yang memberikan hasil pengobatan yang lebih baik. Karena itu setelah
pembedahan, umumnya sebagian jaringan kanker disisihkan untuk pemeriksaan
reseptor estrogen dan reseptor progesteron.

II. Tamoksifen
Obat ini bekerja langsung terhadap reseptor estrogen yang terdapat di sel kanker
sehingga dapat mengecilkan kanker 30%.

III. Goserelin
Dimana Sekitar 40% wanita premenopause dengan estrogen reseptor positif atau
yang dengan metastatik berespon terhadap goserelin.

IV. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat antikanker, biasanya melalui injeksi/infus
ataupun secara oral. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh
(Denton, 1996). Obat-obatan ini masuk ke dalam darah dan dapat membunuh sel-sel
kanker yang telah menyebar, namun efek sampingnya adalah bahwa obat-obatan
tersebut juga dapat merusak sel sehat, sehingga pada saat pemberian pasien merasakan
efek samping seperti kelelahan, mual, hilangnya nafsu makan, rambut gugur, perubahan
jadwal menstruasi dan mudah sakit. Kemoterapi biasanya diberikan 1-2 minggu
sesudah operasi. Namun untuk tumor yang terlalu besar, sebaiknya dilakukan
kemoterapi

F. Prognosis
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. Bila
tidak diobati ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%. Sedangkan ketahanan hidup
sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahahan hidup bergantung pada tingkat penyakit saat
mulai pegobatan, gambaran histopatologik, dan uji reseptor estrogen yang bila positif
lebih baik.
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk
menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita
kanker payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai mendekati :
1. 95% untuk stadium 0
2. 88% untuk stadium I
3. 66% untuk stadium II
4. 36% untuk stadium III
5. 7% untuk stadium IV.

Harapan hidup dengan adanya metastasis mencapai 2 sampai 3,5 tahun, walaupun
beberapa pasien (25%-35%) dapat hidup selama 5 tahun, dan lainnya (10%) dapat
hidup lebih dari 10 tahun. Pasien yang mengalami metastasis lama setelah didiagnosa
awal atau yang mengalami metastasis ke tulang atau jaringan lunak memiliki prognosis
yang lebih baik.

Pendekatan dari segi medis adalah :


1. Obat Pencegah Kanker Payudara.
Perempuan dengan resiko tinggi, yaitu yang survive/selamat dari kanker
payudara atau yang setidaknya memiliki hubungan darah dengan penderita
kanker (ibu atau saudara perempuannya), bisa mendapatkan terapi
‘Tamoksifen’, yang bekerja dengan cara memblokade efek pemicu tumor dari
estrogen.
2. Mastektomi Sebelum Serangan Kanker.
Untuk perempuan dari keluarga dengan resiko genetik yang sangat tinggi, ada
suatu mastektomi untuk pencegahan kanker payudara. Memang merupakan
suatu pendekatan yang radikal, tetapi kebanyakan berhasil. Mastektomi ini
mengangkat jaringan payudara, tapi tidak seluruhnya, sehingga kemungkinan
terjadinya kanker masih ada.

Pencegahan secara alami meliputi :


1. Berolah Raga Secara Teratur.
Penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya aktivitas, maka
resiko kanker payudara akan berkurang. Berolah raga akan menurunkan kadar
estrogen yang diproduksi tubuh sehingga mengurangi resiko kanker payudara.

2. Kurangi Lemak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet rendah lemak membantu
mencegah kanker payudara. Namun penelitian terakhir menyatakan bahwa yang
lebih penting adalah jenis lemaknya dan bukan jumlah lemak yang dikonsumsi.

Jenis lemak yang memicu kanker payudara adalah lemak jenuh dalam daging,
mentega, makanan yang mengandung susu full-cream (whole-milk dairy foods)
dan asam lemak dalam margarin, yang bisa meningkatkan kadar estrogen dalam
darah.

Sedangkan jenis lemak yang membantu mencegah kanker payudara adalah


lemak tak-jenuh dalam minyak zaitun dan asam lemak Omega-3 dalam ikan
Salmon dan ikan air dingin lainnya.

3. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.


Cara Anda memasak daging akan mempengaruhi resiko kanker payudara.
Daging-daging yang dimasak/dipanggang menghasilkan senyawa karsinogenik
(amino heterosiklik). Semakin lama dimasak, semakin banyak senyawa ini
terbentuk. Amino heterosiklik paling banyak terdapat dalam daging bakar yang
lapisan luarnya (kulitnya) gosong dan hitam.
4. Konsumsi Buah-buahan
Semakin banyak buah dan sayuran yang dimakan, semakin berkurang resiko
untuk semua kanker, termasuk kanker payudara. Makanan dari tumbuh-
tumbuhan mengandung anti-oksidan yang tinggi, di antaranya vitamin A, C, E
dan mineral selenium, yang dapat mencegah kerusakan sel yang bisa menjadi
penyebab terjadinya kanker.
National Cancer Institute (NCI) merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah
dan sayuran paling tidak 5 (lima) kali dalam sehari. Tapi harus dihindari buah
dan sayuran yang mengandung banyak lemak, seperti kentang goreng atau pai
dengan krim pisang.

5. Konsumsi Suplemen Anti-Oksidan.


Suplemen tidak dapat menggantikan buah dan sayuran, tetapi suatu formula
anti-oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat mencegah kanker
payudara.

6. Konsumsi Makanan Berserat.


Selain berfungsi sebagai anti-oksidan, buah dan sayuran juga mengandung
banyak serat. Makanan berserat akan mengikat estrogen dalam saluran
pencernaan, sehingga kadarnya dalam darah akan berkurang.

7. Konsumsi Makanan Yang Mengandung Kedelai / Protein.


Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak mengandung estrogen
tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya ‘Tamoksifen’, senyawa ini mirip
dengan estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen terikat pada reseptor sel
yang sama dengan estrogen tubuh, mengikatnya keluar dari sel payudara
sehingga mengurangi efek pemicu kanker payudara. Selain menghalangi
estrogen tubuh untuk mencapai sel reseptor, makanan berkedelai juga
mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.
8. Konsumsi Kacang-Kacangan.
Selain dalam kedelai, fito-estrogen juga terdapat dalam jenis kacang-kacangan
lainnya.
9. Hindari Alkohol.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa semakin banyak mengkonsumsi
alkohol, maka resiko kanker payudara semakin bertambah karena alkohol
meningkatkan kadar estrogen dalam darah.

10. Kontrol Berat Badan Anda.


Kenaikan berat badan setiap pon setelah usia 18 tahun akan menambah resiko
kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan bertambahnya lemak
tubuh, maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu kanker payudara dalam
darahpun akan meningkat.

11. Hindari Xeno-Estrogens.


Xeno-estrogen maksudnya estrogen yang berasal dari luar tubuh. Perempuan
mengkonsumsi estrogen dari luar tubuh terutama yang berasal dari residu
hormon estrogenik yang terdapat dalam daging dan residu pesitisida estrogenik.
Diduga xeno-estrogen bisa meningkatkan kadar estrogen darah sehingga
menambah resiko kanker payudara.
Cara terbaik untuk menghindari xeno-estrogen adalah dengan mengurangi
konsumsi daging, unggas (ayam-itik) dan produk susu (whole-milk dairy
product).

12. Berjemur di Bawah Sinar Matahari.


Meningkatnya angka kejadian kanker kulit (Melanoma maligna) menjadikan
kita takut akan sinar matahari. Tetapi sedikit sinar matahari dapat membantu
mencegah kanker payudara, karena pada saat matahari mengenai kulit, tubuh
membuat vitamin D. Vitamin D akan membantu jaringan payudara menyerap
kalsium sehingga mengurangi resiko kanker payudara.
Agar bisa memperoleh sinar matahari selama 20 menit/hari, dianjurkan untuk
berjalan di bawah sinar matahari pada siang hari atau sore hari. Tetapi bila Anda
ingin mendapatkan kalsium atau vitamin D tidak dari sinar matahari, Anda
dapat mencoba mengkonsumsi makanan suplemen.

13. Jangan Merokok.

14. Berikan ASI Rutin Kepada Anak Anda.


Untuk alasan yang masih belum jelas, menyusui berhubungan dengan
berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause.

15. Pertimbangkan Sebelum Melakukan HRT.


Ada beberapa alasan bagus untuk melakukan HRT (Hormone Replacement
Therapy/terapi pengganti hormon) sesudah masa menopause, yaitu mengurangi
resiko penyakit jantung, osteoporosis dan penyakit Alzheimer’s. Tetapi HRT
akan menambah resiko kanker payudara.

G. Upaya Penanggulangan dan pencegahan di Indonesia


Skrining merupakan upaya deteksi dini untuk mengidentifikasi penyakit atau
kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan tes, pemeriksaan atau
prosedur tertentu. Upaya ini dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-
orang yang kelihatannya sehat tetapi sesungguhnya menderita suatu kelainan. Skrining
kanker payudara di Puskesmas Penyelenggara Deteksi Dini dilakukan dengan Clinical
Breast Examination (CBE) dan skrining kanker serviks dilakukan dengan tes IVA
(Inspeksi Visual Asam Asetat). Jumlah skrining kanker payudara dan kanker serviks
terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pada
Provinsi Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara
belum terdapat skrining, sedangkan estimasi jumlah penderita kanker payudara dan
kanker serviks pada provinsi-provinsi tersebut cukup banyak.
Sampai dengan tahun 2013, terdapat 405 trainer yang bertugas untuk memberikan
pelatihan kepada provider deteksi dini di masing-masing provinsi di Indonesia. Trainer
tersebut terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis bedah
onkologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter umum, dan bidan.
Dari seluruh provinsi di Indonesia, hanya Provinsi Aceh yang belum memiliki
trainer deteksi dini, sementara provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki trainer
terbanyak, yaitu 36 orang. Diharapkan jumlah trainer akan semakin bertambah sehingga
jumlah providerdan skrining akan semakin meningkat pula.

Estimasi Jumlah Kasus, Jumlah Provider, Jumlah Trainer, dan Skrining


Kanker Serviks dan Payudara berdasarkan Provinsi, Tahun 2013

Jumlah Jumlah
No Provinsi provider Skrining trainer
Kanker Kanker
Serviks Payudara

1 Aceh 1.401 1.869 0 0 0


2 Sumatera Utara 4.694 2.682 53 70.268 6
3 Sumatera Barat 2.285 2.285 40 507 6
4 Riau 894 894 34 0 12
5 Jambi 1.792 977 18 0 18
6 Sumatera Selatan 1.544 772 20 0 6
7 Bengkulu 705 705 20 498 15
8 Lampung 765 1.148 20 151 6
Kep. Bangka
9 Belitung 323 194 0 0 18
10 Kep. Riau 1.416 378 17 685 12
11 DKI Jakarta 5.919 3.946 249 82.615 10
12 Jawa Barat 15.635 6.701 86 129.538 6
13 Jawa Tengah 19.734 11.511 243 101.107 21
14 DI Yogyakarta 2,703 4.325 90 9.280 6
15 Jawa Timur 21.313 9.688 118 92.345 6
16 Banten 2.252 2.252 35 600 5
17Kalimantan
Bali 1.438 1.233 169 78.359 7
21 18Tengah
Nusa Tenggara 335 958 112 479 21 83
1.119 3.059 23 36
Barat
Kalimantan
22 19Selatan
Nusa Tenggara 2.087 1.002 1.328 1.252 0 31
38.213 322 15 18
Kalimantan
Timur
23 20Timur
Kalimantan Barat 752 882 1.879 441 51 91486 2.655 6 24
24 Sulawesi Utara 1.615 346 0 21.833 6
Sulawesi
25 Tengah 680 408 20 3.052 6
Sulawesi
26 Selatan 3.400 2.975 83 8.469 6
Sulawesi
27 Tenggara 354 590 70 51 16
28 Gorontalo 0 111 0 0 9
29 Sulawesi Barat 625 188 0 73 11
30 Maluku 824 165 0 0 23
31 Maluku Utara 819 218 0 0 19
32 Papua Barat 40 80 20 46 15
34 Papua 2.018 466 0 105 12

INDONESIA 98.692 61.682 1.682 645.436 405


H. Dampak
Masalah psikososial yang disebabkan oleh kanker payudara mempunyai
jangkauan yang jauh. Hilangnya satu anggota tubuh atau lebih menimbulkan
gangguan pada kehidupan sehari-hari, hilangnya sebuah payudara menimbulkan
perasaan hilangnya identitas kewanitaan yang kuat. Banyak yang mengalami
depresi karena merasa lambang kewanitaan telah hilang. Mereka takut bahwa
mereka tidak lagi dianggap sebagai wanita yang utuh karena payudara yang
telah diamputasi (ACS, 2013). Dampak terapi radiasi pada kulit yang terkena
radiasi akan mengalami kemerahan sampai berwarna gelap dan kusam, pasien
akan mengalami kelelahan, kehilangan nafsu makan (Otto, 2003). Dampak
kemoterapi adalah infeksi, perdarahan, nyeri pada mulut, mual, muntah,
kerontokan rambut, infertilitas (Davey, 2005).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker payudara adalah jenis lain dari kanker yang terjadi pada jaringan
sel payudara. Ketika sel abnormal membagi dan tidak terkontrol, mereka dapat
menjadi besar dengan membentuk jaringan ekstra, atau tumor, yang dapat
menjadi jinak atau ganas. Sel tumor jinak tidak menyebar ke jaringan tubuh
yang lain, biasanya dapat diangkat dan tidak akan timbul kembali.
Sel tumor ganas (kanker) dapat menyebar ke jaringan tubuh yang terdekat dan
melepaskan diri dari bentuk tumor primer menjadi bentuk tumor sekunder
dimanapun di bagian tubuh.
Kanker payudara (karsinoma payudara) adalah tumor ganas yang
tumbuh di jaringan payudara.Jenis kanker ini sering terjadi pada wanita dan
tidak menutup kemungkinan jika terjadi pada kaum pria, hanya saja kasusnya
sangat jarang.
Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan
jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,
tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase (Soeharto Resko Prodjo,
1995).
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang
biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall
Carpenito, 1995).
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak
ditemukan di Indonesia. Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40 - 49
tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas (Smart Doctor v2.0).

Anda mungkin juga menyukai