Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN An. J DENGAN STT (SOFT TISSUE TUMOR) DILAKUKAN


TINDAKAN EKSISI DI RUANG INSTALASI BEDAH
RSAD TK.IV Dr. R. ISMOYO KENDARI

OLEH:

LILISRI SULIS DAWATY. A

PROGRAM STUDI PROFES NERS

UNIVERSTAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Tumor Jaringan Lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan
atau pembengkakan yang abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan
non-neoplasma (Smeltzer, 2002 ). Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh
yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam.
Soft tissue tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah suatu kelompok
tumor yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di
anggota gerak, badan, atau retroperitoneum (Toyet al. 2011).
Soft Tissue Tumor Regio Femur adalah adanya benjolan atau
pembengkakan yang abnormal akibat sel baru yang tumbuh disebabkan oleh
neoplasma dan non-neoplasma di bagian regio femus yaitu teletak diatara
pinggul (hip) dan lutut (knee). Tumor tersebut menyerang jaringan lunak
yang terletak di regio femur yang berasal dari jaringan embrional mesoderm
yaitu jaringan ikat, otot, pembuluh darah dan limfe, jaringan lemak dan
selaput saraf.
B. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan keganasan tulang
yaitu genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, dan infeksi.
Faktor genetik dapat menyebabkan soft tissue tumor berdasarkan dari data
penelitian, diduga mutasi genetik pada sel induk mesenkim dapat
menimbulkan sarkoma, (Hana, 2012).
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-barr bagi orang yang memiliki kekebalan
tubuh yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya
STT. Virus Epstein-Barr (EBV) adalah virus yang sangat umum
menyerang manusia dan ditularkan melalui air liur. Virus ini paling
dikenal sebagai penyebab infeksi mononukleosis. Infeksi penyakit ini
ditunjukkan dengan gejala demam, sakit tenggorokan, dan radang
kelenjar getah bening di leher.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan
saja. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
C. Manifestasi Klinis
Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang
biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga
karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.Tumor jinak jaringan lunak
biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila dirabaterasa lunak dan
bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di
sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Pada tahap awal, Soft
Tissue Tumor Regio Femur biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat
bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama
penderita merasa nyeri atau bengkak yang terjadi pada bagian paha.
D. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors
(STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan
nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Soft Tissue Tumor Regio Femur tumbuh di
antara pinggul dan lutul atau paha. Biasanya tanda dan gejala yang pertama
muncul adalah adanya rasa sakit dan bengkak pada bagian paha. Tumor
tersebut menyerang jaringan lunak yang ada di bagian regio femur yaitu
jaringan embrional mesoderm, tumor yang tumbuh menjadi lebih besar akan
menekan sel normal, maka terjadi rasa nyeri yang menekan sel saraf atau otot.
Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik:
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah
mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan
bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
Pembedahan (complete surgical excision) dengan kapsul sangatlah
penting untuk mencegah kekambuhan setempat (local recurrence).
Terapi tergantung lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya,
pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya.
b. Kemoterapi
Transplantasi dilakukan untuk organ atau struktur yang
mengalami malfungsi. Konstruktif Mengembalikan fungsi yang
hilang atau berkurang akibat anomaly kongenital. Transplantasi
ginjal, kornea, atau hati; penggantian pinggul total. Memperbaiki
bibir sumbing, penutupan defek katup atrium jantung. Metode ini
melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat
sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor
dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang
bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan
terapi tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi
dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan:
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien.
b. Perawatan luka pada pasien.
c. Pemberian obat.
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi
setelah dilakukan operasi.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai
tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang
yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor
jinak, namun batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa
sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarcoma sinovial,
rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan
amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk
membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh
yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik,
myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma seperti.
USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi aspirasi
akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik
tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa
tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi
kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar
penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor
jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul
atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor
tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
Merupakan pemeriksaan penunjang terhadap spesimen/sampel
jaringan yang diperoleh melalui bedah sederhana. Biasanya sampel
jaringan diperoleh dari benjolan yang belum diketahui penyebabnya atau
yang diyakini dari kelenjar getah bening. Pemeriksaan ini menggunakan
metode tertentu untuk mendapatkan diagnosis penyakit. Jenis
pemeriksaan PA meliputi:
a. Pemeriksaan Kasar
Pemeriksaan jaringan yang sakit dengan mata telanjang, yang
khususnya penting untuk fragmen jaringan yang besar, karena
penyakit itu sering dapat dikenali secara visual. Pada tingkat ini
jualah patolog memilih daerah yang akan diproses untuk hispatologi.
b. Pemeriksaan histopatologis
Pemeriksaan mikroskopik pada salah satu bagian jaringan yang
dicat menggunakan teknik histologis. Cat standar adalah
hematoksilin dan eosin, namun lainnya juga ada. Peakaian kaca
mikroskop yang dicat dengan hemaktosilin atau eosin untuk
menyediakan diagnosis spesifik bedasarkan pada morfologi
dianggap sebagai keahlian inti patologi anatomi.
c. Pemeriksaan Sitopatologi
Pemeriksaan sel-sel lepas yang dicat pada kaca menggunakan
teknik sitologi.
d. Pemerisaan imunohistokomia
Menggunakan teknik antibodi untuk mendeteksi keberadaan,
keberlimpahan, dan lokalisasi protein spesifik. Teknik ini penting
untuk membedakan antara gangguan dengan morfologi yang mirip
dan juga mencirikan sifat-sifat molekuler kanker tertentu.
e. Pemeriksaan. Hibridisasi in situ
Molekul DNA dan RNA spesifik dapat dikenali pada bagian
teknik ini, bila probe dilabeli dengan celupan berpender, teknik
FISH.
f. Pemeriksaan Mikroskopi electron
Pemeriksaan jaringan dengan mikroskop elektron, yang
memungkingkan pembesaran yang jauh lebih besar, memungkinkan
visualisasi organel dalam sel.
g. Pemeriksaan sitogenetika jaringan
Visualisasi kromosom untuk mengenali translokasi kromosom.
h. Pemeriksaan Imunofenotipe arus
Penentuan imunofenotipe sel menggunakan teknik sitometri
arus. Sangat berguna untuk mendiagnosis jenis-jenis leukimia dan
limfoma.
G. Komplikasi
Pada kasus Soft Tissue Tumor (STT) yang ditangani dengan prosedur
pembedahan komplikasi yang dapat muncul adalah:
1. Prosedur pembedahan tersebut merupakan trauma jaringan lunak.
2. Efek anestesi bisa menyebabkan komplikasi sampai kematian.
3. Perdarahan akibat efek samping dari pembedah.
4. Infeksi jaringan akibat perawatan yang tidak steril.
H. Pathway

Anda mungkin juga menyukai