Anda di halaman 1dari 20

Makalah Pemeriksaan Urine

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urine. Bukan hanya
mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan pembuangan urine atau metabolisme
tubuh melalui urine yang biasa kita sebut buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan
suatu hal yang normal namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine
yang kita keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan nyeri
saat melakukan proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang perlu kita lakukan adalah
dengan cara melakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau specimen urine.
Pemeriksaan pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita oleh seseorang.
Oleh sebab itu dalam makalah ini kami akan membahas bagaimana proses pengumpulan urine.
B. Tujuan.
1. Menguraikan dan menjelaskan cara pengambilan spesimen urine.
2. Menambah pengetahuan mengenai spesimen urine.
3. Memahami cara pengambilan spesimen urine yang benar pada pasien.
4. Memberikan intervensi terhadap penyakit yang dialami pasien.

C. Rumusan Masalah.
 Bagaimana prosedur yang baik dan benar untuk pengambilan spesimen urine pada klien ?.
 Bagaimana proses mengidentifikasi adanya kelainan yang dialami pasien melalui tes urine?
 Bagaimana memutuskan tindakan yang diberikan perawat kepada pasien penderi ta kelainan?
D. Manfaat.
 Untuk mengetahui kelainan yang ada di dalam tubuh pasien.
 Untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam urine.
 Untuk mengetahui tindakan selanjutnya atas penyakit yang diderita pasien.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian.
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan laboratorium.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
B. Komposisi dan Fungsi Urine.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam
terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau
berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang
baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari
dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan
dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi,
sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran
kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan
berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna
kuning pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin.
Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin
orang yang sehat.

C. Pemeriksaan Urine.
Hasil pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan informasi tentang ginjal dan
saluran kemih, tetapi juga mengenai faal berbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu,
pancreas, dsb. Namun, untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, diperlukan specimen
yang memenuhi syarat. Pemilihan jenis sampel urine, tehnik pengumpulan sampai dengan
pemeriksaan harus dilakukan dengan prosedur yang benar.
Jenis pengambilan sampel urine :
a. Urine sewaktu/urine acak (random)
Urine sewaktu adalah urine yang dikeluarkan setiap saat dan tidak ditentukan secara
khusus. Mungkin sampel encer, isotonik, atau hipertonik dan mungkin mengandung sel darah
putih, bakteri, dan epitel skuamosa sebagai kontaminan. Jenis sampel ini cukup baik untuk
pemeriksaan rutin tanpa pendapat khusus.
b. Urine pagi
Pengumpulan sampel pada pagi hari setelah bangun tidur, dilakukan sebelum makan atau
menelan cairan apapun. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang
lama, sehingga unsur-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan. Urine pagi baik untuk
pemeriksaan sedimen dan pemeriksaan rutin serta tes kehamilan berdasarkan adanya HCG
(human chorionic gonadothropin) dalam urine.
c. Urine tampung 24 jam
Urine tampung 24 jam adalah urine yang dikeluarkan selama 24 jam terus-menerus dan
dikumpulkan dalam satu wadah. Urine jenis ini biasanya digunakan untuk analisa kuantitatif
suatu zat dalam urine, misalnya ureum, kreatinin, natrium, dsb. Urine dikumpulkan dalam suatu
botol besar bervolume 1.5 liter dan biasanya dibubuhi bahan pengawet, misalnya toluene.

Hal-hal yang perlu di infeksi dalam pemeriksaan urine:


1. Volume urine

Banyaknya urine yang dikeluarkan oleh ginjal dalam 24 jam. Dihitung dalam gelas ukur. Volume
urine normal : 1200-1500 ml/24 jam. Volume urine masingmasing orang bervariasi tergantung pada luas
permukaan tubuh, pemakaian cairan, dan kelembapan udara / penguapan.

2. Bau

Bau urine yang normal, tidak keras. Bau urine yang normal disebabkan dari sebagian oleh asam-
asam organik yang mudah menguap.

3. Buih

Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan bahwa urine
tersebut mengandung protein. Sedangkan jika urine memiliki buih yang berwarna kuning, hal tersebut
disebabkan oleh adanya pigmen empedu(bilirubin) dalam urine.

4. Warna urine
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda warna urine itu.
Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh
beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Jika didapat warna abnormal disebabkan
oleh zat warna yang dalam keadaan normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar.

Kemungkinan adanya zat warna abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin juga
berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan. Beberapa keadaan warna urine mungkin baru berubah
setelah dibiarkan.

5. Kejernihan

Cara menguji kejernihan sama seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau sangat
keruh. Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normal pun akan menjadi keruh jika
dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan
leukosit yang lambat laun mengendap.

D. Proses Pengambilan Urine.


Persiapan alat
 Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen)
 Label spesimen
 Sarung tangan sekali pakai
 Larutan anti septik
 Kapas sublimat
 Formulir Laboratorium
 Urinal (Pispot) jika klien tidak dapat berjalan
 Baskom air hangat
 Waslap
 Sabun
 Handuk

Prosedur plaksanaan
o Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan
o Untuk klien yang dapat berjalan
- Antar klien ke kamar kecil
- Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal dengan sabun dan air
Untuk klien wanita
Bersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas desinfektan steril
hanya sekali pakai

Untuk klien laki – laki


- Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik
- Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril hanya sekali pakai
kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis

o Untuk klien yang memerlukan bantuan


- Siapkan klien dan peralatannya
- Bersihkan daerah parineal dengan sabun kemudian keringkan
- Posisikan klien setegak mungkin jika di perbolehkan
- Buka peralatan, hati – hati jangan sampai mengontaminasi tempat sampel
- Pakai sarung tangan
- Bersihkan saluran kencing seperti yang dijelaskan di atas

o Ambil sampel dari klien yang tidak dapat berjalan atau ajarkan klien yang dapat berjalan
bagaimana mengambil sampel.
- Perintah klien untuk BAK
- Tempatkan wadah di tempat aliran urine dan ambil sampel, jangan sampai wadah tersentuh
penis
- Ambil ± 30 – 60 ml urine di dalam wadah
- Tutup wadah sentuh hanya dalam luar wadah
- Jika perlu, bersihkan wadah dengan disinfektan
- Untuk pengambilan urine aliran tengah anjurkan, klien kencing dulu kemudian menahannya dan
kencing kembali, lalu urine dimasukkan kedalam botol +_ 30 – 60 cc, kemudian klien di
anjurkan mengeluarkan urine/ mengosongkan kandung kemih secara keseluruhan.

o Beri label pada botol dan bawa kelaboratorium


- Pastikan pada label tertera informasi yang sesuai dan benar, letakkan pada botol
- Usahakan agar spesiment dapat dibawa ke laboratorium secepatnya

o Catat data yang bersangkutan


- Catat data seperti warna,bau, konsistensi , dan kesulitan yang di alami klien selama pengambilan
sampel

o Spesimen kulit periodik(urine tampung)


- Dapatkan wadah spesimen dengan zat pengawet dari laboratorium , labeli wadah dengan
identitas klien, kapan pengumpulan dimulai dan selesai.
- Guanakan tempat yang bersih untuk mengambil sampel
- Simpan semua sampel dari setiap pengambilan sampel dalam wadah dan disimpan wadah dari
lemari pendingin. Jagalah sampel agar tidak terkontaminasi dengan kertas toilet atau feses.
- Pada akhir periode pengambilan, perintahkan klien untuk mengosongkan kantong kemih dan
simpan urine sebagai bagian spesimen , bawa semua sampel ke laboratorium
- Catat dalam dokumen sampel, waktu pengambilan dan waktu selesainya serta hasil pengamatan
lain terhadap urine

o Pengambilan spesimen urine dari kateter


- Gunakan sarung tangan sekali pakai
- Jika tidak ada urine dalam kateter , jepit tabung penampung selama +_ 30 menit.hal ini
menyebabkan segera terkumpul di dalam kateter .
- Bersihkan daerah penyuntikan jarum dengan menggunakan desinfektan. Daerah penyuntikan ini
sebaiknya agak jauh dari gelembung tabung untuk mencegah tertusuknya gelembung tersebut.
Dengan menyucihamakan jarum , mikroorganisme akan menghilang pada pembukaan kateter.
Jadi , cegahlah kontaminasi jarum dan masuknya mikroorganisme dalam kateter
- Masukkan jarum dengan sudut 30 – 450
- Lepaskan penjepit kateter
- Ambil sampel urin secukupnya ( 3cc untuk kultur urine dan 30cc untuk analisis urine rutin)
- Pindahkan urine kedalam wadah, pastikan jarum tidak menyenth luar wadah
- Buang jarum dan suntikkan kedalam tempat penampungan
- Tutup wadahnya
- Lepaskan sarung tangan , dan taruh pada tempat yang disediakan
- Beri label dan kirim kelaboratorium secepatnya untuk analisis atau taruh di lemari pendingin
- Catat dan dokumentasikan hasil spesimen dan pengamatan spesimen.

E. Cara Pengambilan Sampel


Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Pengambilan
spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak
memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata
cara pengambilan yang benar. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik
(suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin
yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut
lebar dan steril.
 Punksi Suprapubik.
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung
kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada
punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk,
anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila
keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada
biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
 Kateter.
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga
penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus
elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang
berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama
dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.

 Urin Porsi Tengah.


Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang
paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi
resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan
antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan
kultur false-negatif.

Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada wanita :


1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra.
Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin
hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik
untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya
sebelum pembersihan daerah vagina selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril
yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang
telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan
air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan
biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan
daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke
tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang
mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai
kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari
urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke
laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria :


1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu
potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun,
dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam
keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut.
Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa
yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu
keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah
dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter
urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai
terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari
urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke
laboratorium.
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan
bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada
biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan.
Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa
dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa
bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel
baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40 C selama tidak
lebih dari 24 jam.
NILAI
NO LANGKAH KERJA
0 1 2
I PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

1. Urinal
2. Pengalas
3. Tissu
4. Sampiran
5. Baskom
6. Sabun

II A. TAHAP PRA INTERAKSI

1. Periksa catatan keperawatan


2. Kaji kebutuhan pasien
3. Ekplorasi dan falidasi perasaan pasien

B. TAHAP ORIENTASI

1. Beri salam dan panggil pasien dengan namanya


2. Jelaskan pada pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
3. Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk
bertanya sebelum tindakan dimulai
4. Tanya keluhan dan kaji gejala spesifik yang ada pada pasien,
lalu pasang sampiran

C. PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Cuci tangan
2. Jelakan prosedur pada pasien
3. Pasang sampiran, tutup kelambu atau pintu
4. Pasang alas urinal dibawah glutea
5. Lepas pakaian bawah pasien
6. Pasang urinal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua
paha
7. Anjurkan pasien untuk berkemih
8. Setelah selesai rapikan alat
9. Cuci tangan, catat warna dan jumlah produksi urine

D. TAHAP TERMINASI

1. Tanyakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan


2. Simpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3. Rapikan peralatan dan cuci tangan
4. Catat tanggal dan jam defikasi serta karakteristiknya
5. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan serta hasilnya
6. Lakukan observasi
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Dengan menggunakan prosedur baik dan benar serta pengetahuan tentang pengambilan
spesimen urine, kita dapat mengetahui kandungan dan kelainan yang terdapat dalam urine
sehingga kita dapat lebih cepat mencegah dan menanggulanginya.
Pada proses pengambilan spesimen urine harus mempersiapkan alat-alatnya dengan
lengkap dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan bila pasien sadar serta
mengetahui dengan baik tentang tata cara pelaksanaannya.
B. Saran
Hal-hal yang penting dilakukan sebelum dan sesudah pengambilan spesimen urine:
1. Cuci tangan dengan baik menggunakan air hangat, kemudian bersihkan dengan sabun sebelum
dan sesudah mengambil sampel urine.
2. Lakukan tata cara pengambilan urine dengan baik dan benar.
3. Gunakan sarung tangan jika menyentuh urine orang lain.
4. Gunakan plastik bening dan bersih untuk membawa sampel ke laboratorium.
5. Spesimen urine harus segera dibawa ke laboratorium

DAFTAR PUSTAKA
Uliyah, Musrifatul dan alimul, Aziz.2008.Keterampilan Dasar Praktik Klinik.Jakarta: penerbit
salemba medika
http://subijakto.blogspot.com/2010/11/makalah-urine-2010.html
Kusyati Eni. 2006.Keterampilan dan Prosedur Laboratorium, Cetakan Pertama.Jakarta : EGC.

Murwani Arita. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik Keperawatan, Cetakan Kedua.
Yogyakarta : Fitramaya.

raktek Pemeriksaan Laboratorium


1. HB Sahli
Alat cek hemoglobin HB Sahli Haemometer Superior atau
haemoglobinometer adalah intstrumen laboratorium untuk menentukan
kadar hemoglobin dalam darah berdasarkan sastuan warna (
colorimetric). Metode yg digunakan adalah membandingkan warna sam[ple
darah dg wrna merah standar. Warna sample darah didapatkan pada
pemisahan globin dari hemoglobin dg penambahan HCL ( asam klorida )
untuk menghasilkan asam hematin yg warnanya diukur oleh
colorimetry.Peralatan :
alatnya disebut HAEMOMETER yg terdiri dari :1. Sepasang cylinder
glass berisi larutan standart warna, kita sebut saja pembanding warna
2. Tabung pengukur ( tabung pengencer ) yg mempunyai garisgaris,
skala yg me nunjukkan kadar HB. Skala yg terendah adalah angka 2.
3. Pipet darah kapiler ( pipet hemoglobin ) seukuran yg memepunyai
vol 20 mm3 pd garis batasnya.
4. Pipet pasteur untuk aquadest
5. Batang glass pengaduk6. Reagen yg diperlikan “HCL 0,1 N, dan
7. Aquadestilata Teknik pemerikasaan :1. Siapkan tabung dan
isilah dg HCl 0,1 N hingga garis yg terendah ( pd angka 2 )
2. Kemudian buatlah luka kapiler pd jari sedemikian rupa hoingga
darah keluar dengan baik tanpa memijat mijat jari
3. Hisaplah darah dg pipet kapiler hemoglobin ( slang penghisap
dibibir pemeriksa ) darah peripher trsbut. Hingga garis batas 20 mm3
4. Bersihkan , disapu dg krtas saring , drarah yg terdapat dibagian
ujung luar pipet. Hatihati jgn smpai darah dlm kapiler turut keluar
5. Masukkan pipet kapiler trsbut ke dlm tabung pengukur hingga
trcelup di dlm HCl 0,1 N dan hembuskan prlahan lahan . isap dan
hembuskan lg supaya isi tabung trcampur dg baik. Letakkan tabung
pengukur trsbut diantara dua telapak tangan dan kocoklah beberpa saat.
Tunggulah 1-2 menit. Terjadi warna coklat tua
6. Ambillah aquadest dg pasteur pipet dan teteskan tetes demi tetes
ke dlm larutan hematin clorida yg berwarna coklat tua itu dan aduk dg
batang gelas pengaduk. Dg meletekkan ke dlm celah diantara silindrer
warna standart kita samakan isi tabung pengukur itu. Bila masih
terrlalu tua warnanya tetes lagi aquades. Bila terlampau bnyak aquades
dan warna menjadi lebih muda maka pemeriksaan harus dimulai dari awal
7. Setelah tercapai warna yang sama, kita perhatikan garis batas
mana yg dicapai oleh permukaan larutan, mennunjukkan skala atau kadar
Hb. Dalm gr %.
2. Protein Urine
Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui
ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan
terbentuk filtrat 120 ml/menit. Filtrat tersebut akan mengalami
reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya
terbentuk 1 ml urin permenit. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan
salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan - kelainan
dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks
adrenal, uterus dan lain-lain.Pemeriksaan urin tidak hanya dapat
memberikan fakta – fakta tentang ginjal dan saluran urin tapi dapat
juga mengenai faal pelbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran
empedu pancreas, kortek adrenal. Jika kita melakukan urinaisis dengan
memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata
susunan urine tidak dapat banyak berbeda dari susunan urine 24 jam
berikutnya. Protein Urine pada Wanita HamilPreeklampsia atau
sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa dialami
oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam
urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami
pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada
pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang
ditemukan pada awal masa kehamilan. Penyebab pasti dari kelainan ini
masih belum diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan ada
beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan
eklampsia. Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan
dan gangguan aliran darah ke rahim. ALAT DAN BAHAN Persiapan alat dan
bahan 1. Botol atau bengkok tempat urin
2. Lampu spirtus
3. Tabung kimia 2 buah
4. Asam asetat 6%
5. Korek api
6. Corong
7. Kertas saring
PERSIAPAN PASIEN Persiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan protein
urine 1. Menyapa ibu dengan ramah dan sopan
2. Berlaku sopan dalam melakukan pemeriksaan
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Pasien diminta untk BAK dan ditampung dalam botol yang sudah
disediakan
5. Memposisikan ibu dengan nyaman selama pemeriksaan
PROSEDUR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN PROTEIN URINE 1. Menyiapkan dan
mengecek kelengkapan alat
2. Mencuci tangan
3. Memakai handscoon
4. Memperhatikan kejernihan urine
5. Bila urin keruh disaring dengan kertas penyaring
6. Mengisi kedua tabung dengan urin, masing + 2ml salah satu tabung
sebagai bahan pembanding pemeriksaan
7. Menyalakan lampu spirtus
8. Memanaskan tabung sampai mendidih
· Berjarak 2-3 cm
· Membentuk sudut 45 derajat
· Arahkan tabung yang dipanaskan ketempat yang kosong
· Panaskan tabung secara merata dari ujung bawah ke atas
9. Bila urin yang dipanaskan keruh tanbahkan 4 tetes asam asetat 6%
dan bila kekeruhan hilang maka menunjukkan hasil yang neatif
10. Jika urin tetep keruh maka panaskan sekali lagi dan bandingkan
hasilnya
11. Bila setelah diapanaskan urin tetep keruh maka hasilnya positif
dan baca hasil pemeriksaan
12. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
13. Membereskan peralatan
14. Mencuci tangan
CARA MENILAI HASIL Cara penilain ini berlaku untuk pemeriksaan dengan
asam asetat -- : tidak ada kekeruhan.+ : kekeruhan ringan tanpa butir-
butir (0,01-0,05%).++ : kekeruhan mudah dilihat & nampak butir-butir
dalam kekeruhan tersebut(0,05-0,2%).+++ : urin jelas keruh dan
kekeruhan berkeping-keping (0,2-0,5%).++++ : sangat keruh dan
bergumpal/memadat (>0,5%) 3. Glukosa Urine
PengertianTes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine
untuk mengetahui ada/tidaknya glukosa dalam urine.Pemeriksaan ini
termasuk pemeriksaan penyaring dalam urinalisis.TujuanTujuan dari tes
ini adalah untuk mendiagnostik ada atau tidaknya glukosa di dalam
urine.TeoriPemeriksaan glukosa urine dengan tes reduksi atau
menggunakan benedict ini memanfaatkan sifat glukosasebagai pereduksi.
Zat yang paling sering digunakan untuk menyatakan adanya reduksi
adalah yang mengandung garam cupri. Reagen terbaik yang mengandung
garam cupri adalah larutan Benedict.Prinsip dari tes Benedict =
glukosa dalam urine akan mereduksi kuprisulfat (dalam benedict)
menjadi kuprosulfat yang terlihat dengan perubahan warna dari larutan
Benedict tersebut. Jadi, bila urine mengandung glukosa, maka akan
terjadi reaksi perubahan warna seperti yang dijelaskan di atas. Namun,
bila tidak terdapat glukosa, maka reaksi tersebut tidak akan terjadi
dan warna dari benedict tidak akan berubah.Perhatian = tes reduksi ini
tidak spesifik karena ada zat lain yang juga mempunyai sifat pereduksi
seperti monosakarida (galaktosa, fruktosa, pentosa), disakarida
(laktosa), dan beberapa zat bukan gula (asam homogentisat, formalin,
salisilat kadar tinggi, vitamin C).Prosedur KerjaAlat dan bahano
Tabung reaksio Lampu spiritus/ water batho Rak tabung reaksio Penjepit
tabung reaksio Reagen BenedictCara Kerjao Siapkan alat dan bahano
Masukkan 5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksio Teteskan
sebanyak 5-8 tetes urin ke dalam tabung tersebuto Masukkan tabung tadi
ke dalam air mendidi (water bath) selama 5 menit atau langsung
dipanaskan di atas lampu spiritus selama 3 menit mendidih.o Angkat
tabung, kocok isinya dan bacalah hasil reduksi Penilaiano - : tetap
biru jernih atau sedikit kehijauan dan agak keruho + : hijau
kekuningan dan keruh ( sesuai dengan 0,5 - 1% glukosa)o ++ : kuning
kehijauan atau kuning keruh (1 - 1,5% glukosa)o +++ : jingga atau
warna lumpur keruh (2 - 3,5% glukosa)o ++++ : merah bata atau merah
keruh ( > 3,5% glukosa) Perhatian
membaca hasil harus segera setelah diangkat dan dikocok. Bila
dibiarkan lebih lama, hasilnya akan lebih positif. Contoh hasil
pengujian:
Contoh : hasil pengujian tes benedict 4. Plasma Protrombin
Time (PPT)
Plasma Protrombin Time adalah mengukur mengenai fungsi koagulasi
melalui jalur ekstrinsik (faktor VII) karena pada percobaan, plasma
sitrat dibubuhi tromboplastin jaringan yang mengandung CaCl2 dari luar
sehingga terjadi aktivasi faktor X tanpa melibatkan trombosit dan
prokoagulan dalam jalur intrinsik, lama waktu untuk koagulasi dicatat
sebagai plasma protrombin time. Nilai normalnya adalah 11-15 detik.
Untuk pemeriksaan PPT dengan sampel yang berupa plasma sitrat yang
disimpan pada suhu kamar, sampel harus diperiksa maksimal dalam 2 jam.
Tetapi pada rumahsakit-rumahsakit besar sering terjadi penundaan
sampel pemeriksaan yang disebabkan banyaknya pasien yang mencapai
±150 orang perhari. Pengaruh penyimpanan sampel pemeriksaan plasma
sitrat terhadap hasil pemeriksaan PPT adalah keluarnya CO2 dari plasma
citrat sehingga pH meningkat dan dapat menghambat aktivitas faktor -
faktor pembekuan sehingga hasilnya dapat memanjang.br /br / Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hasil pemeriksaan PPT antara plasma
sitrat yang disimpan pada suhu ruang selang 0 jam, 2 jam, 4 jam
sebelum tes PPT dilakukan.
PrinsipSuatu sediaan tromboplastin yang kuat (Aceton dehidratied
Rabbit Brain) ditambahkan plasma yang didapat dr darah citrat
campuran tersebut di inkubasi pada suhu 370 c dan kemudian direcal
cifikasi dengan penambahan larutan CaCI2 dan di catat waktu pembukaan
plasma.Tujuanuntuk menguji faktor ekstrinsikMetodeQuik testBahan
pemeriksaan
Darah vena dengan anti coagulant natrium citrat 3,8 %
Alat – alat dan Reagensia :
1. Sentrifuge dan tabungnya
2. Pipet tetes
3. Turniquette
4. Spuit dan neddle
5. Pipet vol 0,5 ml dengan skala 0,02 ml / clinipette 100 ul
6. Tabung reaksi 10 x200 mm
7. Waterbath 370c8. Stop watch
9. Kaitan logam /ose
10. Brain tronboplastine
11. Larutan CaCI2 0,25 m
12. Nacl 0,9%
13. Natrium citrate 3,8 %
Cara kerja
A. Pembuatan Plasma
1. Kedalam tabung sentrifuge masukan 0,5 ml Natrium citrate 3,8 %
2. Darah vena 4,5 ml masukan kedalam tabung yang berisi Na citrate
tadi dan campur baik-baik
3. Putar pada sentikuge selama 20 menit pd 300 rpm
4. Pisahkan plasma yg terjadi , masukan ke dalam tabung dan kalau
plasma tidak segara di perksa masukan kedalam lemari es
B. Pembuatan larutan tromboplastine
1. Masukan 5 ml larutan NaCl 0,9 % dalam tabung lalu di tambah
dengan 1 ampul brain tromboplastine
2. Larutan siap di gunakan untuk pemeriksaan
C. Pemeriksaan PPT
1. Masukan tabung reaksi 10 x 200 mlm ke dalam water bath
2. Masukan 0,1 ml plasma ke dalam tabung tadi dan tunggu sampai
plasma bersuhu 370c
3. Tambahkan 0,1 ml tromboplastine dan campur
4. Kepada campuran tadi tambahkan larutan CaCl2 0,25m.Jalankan stop
watch tpt pada waktu larutan CaCl2 tercampur dengan plasma
5. Biarkan selama 10 detik kemudian di coba apakah sudah ada fibrir
dengan memancingnya berkali-kali dengan kaitan logam / ose
Hentikan stop watch . Pd saat ter dapat benang fibrin. Lamanya waktu
terbentuknya benang fibrin di sebut masa protombin plasma.

Anda mungkin juga menyukai