Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI


Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas II

Disusun oleh :
1. Dwi Agustin Ronimus
2. Nenden Puspita A.
3. Rahayu Ciptaning Budi
4. Rudianto Ramadhan
5. Sulaeman Soleh
6. Tifani Dwiyanti S.
7. Veliana Oktavianti

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN SISTEM REPRODUKSI ”. Di susun untuk memenuhi syarat
salah satu tugas Keperawatan Maternitas IITahun Ajaran 2018-2019.
Makalah ini berisikan tentang asuhan keperawatan sistem
reproduksi.Materi yang diangkat dimulai dari sistem organ reproduksi wanita
hingga gangguan pada sistem oragan reproduksi wanita serta asuhan
keparawatannya. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua.
Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat keselahan
dalam makalah ini. Kami pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan
kritik dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa menyusun
makalah yang lebih sempuna lagi.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir khususnya:
1. Ns. H. Kanapi., S. Kep., M.Kep. selaku koordinator kampus II STIKKU.
2. Ns. Reni Fatmawati., S.Kep. selaku ketua Prodi SI Ilmu Keperwatan
kampus II STIKKU.
3. Ns. Wati Prihastuti., S.kep., Ners., MPH selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Maternitas II.
4. Para Stafs Perpustakaan 400 dan Perpustakaan kampus II STIKKU.
5. Orang tua kami yang selalu mendukung kami.
6. Teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin
Cirebon, 23 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULISAN.....................................................................................2
1.4 MANFAAT PENULISAN.................................................................................2
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN.........................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................4
2.1 SISTEM ORGAN REPRODUKSI WANITA................................................4
2.2 GANGGUAN PADA SISTEM REPRODUKSI WANITA.........................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................................12
3.1 PENGKAJIAN...................................................................................................12
3.2 DIAGNOSA....................................................................................................... 13
3.3 INTERVENSI.................................................................................................... 13
3.4 IMPLEMENTAS................................................................................................ 22
3.5 EVALUASI......................................................................................................... 22
3.6 DOKUMENTASI................................................................................................22
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................................... 24
BAB V PENUTUP............................................................................................................... 26
5.1 KESIMPULAN................................................................................................... 26
5.2 SARAN............................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 28
LAMPIRA KEGIATAN........................................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan
setiap manusia. Dulu, pembicaraan tentang organ reproduksi masih sangat
tabu, bukan berarti sekarang sudah tidak lagi hanya saja masih ada
kalangan orang yang menganggap hal itu tidak pantas untuk dibicarakan.
Promosi kesehatan reproduksi pada masyarakatpun sering dikonotasikan sebagai
pendidikan seks di mana sebagian masyarakat di Indonesia masih menganggap
tabu hal ini.
Telah banyak berita-berita yang tersiar melalui media elektronik
ataupun media cetak yang memuat berita tentang kesehatan reproduksi dan
kaitannya dengan seks. Sekarang, informasi tentang seks dapat diperoleh dan
diakses dengan mudah melalui internet. Bila tidak didasari dengan pengetahuan
yang cukup, mencoba hal baru yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
bisa memberikan dampak yang buruk akan kesehatan oragan reproduksi.
Menurut Barbara Nash dan Patricia Gilbert (2006), organ-organ
reproduksi merupakan subyek dari berbagai penyakit.Untuk mencegah hal
tersebut pengetahuan dan pemahaman sejak dini tentang organ reproduksi
dan kesehatan reproduksinya merupakan hal yang sangat penting bagi setiap
orang sehingga ia akan lebih mampu menjaga kesehatan reproduksinya.
Untuk itu, masyarakat perlu meningkatkan pengetahuannya mengenai
kesehatan reproduksi agar tercipta kondisi kesehatan reproduksi yang optimal.
Kesehatan reproduksi yang dimaksud yaitu suatu keadaan yang sejahtera baik
secara fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
reproduksi serta fungsi dan prosesnya.
Namun sayangnya semakin berkembanganya gaya hidup sekarang ini
memungkinkan seseorang memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena gangguan
pada sistem reproduksinya. Salah satunya masalah sistem reproduksi pada wanita
yaitu kanker serviks. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, kanker

1
serviks menempati urutan kedua sebagai penyebab masalah kesehatan pada wanita
di tahun 2019.
Oleh karena itu, sampai saat ini pelayanan kesehatan dan keperawatan di
Indonesia berusaha untuk mempromosikan kesehatan sistem reproduksi untuk
masyarakat khususnya kaum wanita. Selain melakukan promosi kesehatan sistem
reproduksi, perawat juga memberikan asuhan keperawatannya demi tercapainya
derajat kesehatan sistem reproduksi yang optimal bagi wanita di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini penulis
membuat rumusan masalah yang berkaitan dengan asuhan keperawatan sistem
reproduksi demi tercapainya derajat kesehatan sistem reproduksi yang optimal
bagi wanita di Indonesia.

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan sistem reproduksi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Memahami asuhan keperawatan pada sistem reproduksi.
2. Menguasai asuhan keperawatan pada sistem reproduksi.
3. Menerapkan asuhan keperawatan reproduksi.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini dapat dijadikan masukan kepada pendidik dan
mahasiswa, serta menambah wawasan baru tentang asuhan
keperawatan sistem reproduksi.
2. Bagi Ilmu keperawatan

2
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
mahasiswa khusunya pada ilmu keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang maksimal.

1.4.2 Manfaat praktis


1. Bagi Praktek Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sumber informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan.
2. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat menambah wawasan dan dapat diaplikasikan
dalam praktek keperawatan dan juga sebagai dasar informasi ilmu
keperawatan.

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 5 BAB
yaitu :
BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang, rumusan masalah,
Tujuan penulisan, manfaat
penulisan, sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI : Sistem organ reproduksi wanita
dan gangguan pada sistem
reproduksi wanita
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN: Pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP : Kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Sistem Organ Reproduksi Wanita


Organ reproduksi wanita terdiri dari taktus genitalis yang terletak dalam
rongga panggul kecil. Alat kelamin luar terdiri dari mons pubis, labia mayora
(bibir besar), labia minora (bibir kecil), klitoris, vestibulum vagina himen (selaput
darah), orifisium vagina, bulbovestibularis (bulbus vaginalis), dan glandula
vestibularis (bartolini). Alat kelamin interna terdiri dari vagina, uterus, tuba
falopii (uterin), dan ovarium.
2.1.1 Genetalia Eksterna
Vulva termasuk alat kelamin bagian luar tempat bermuaranya
sistem urogenital yang dilingkari oleh labia mayora, kebelakang menjadi
satu dengan kommisura posterior dan perineum, dibawah kulit terdapat
jaringan lemak (mons pubis). Bagian media dari bibir besar ditemukan
bibir kecil (labia minora), kearah perineum menjadi satu dan membentuk
frenulum labiorum pudendi.
Bagian depan frenulum terdapat fossa navikulare. Pada kiri dan
kanan fossa navikulare terdapat dua buah lubang kecil tempat bermuranya
glandula bartholini. Bagian depan labiya minora menjadi satu membentuk
prepusium klitoris dan dibawah prepusium klitoris terdapat klitoris. Kira
kira 1,5 cm dibawah klitoris terdapat orifisium uretra eksterna (lubang
kemih), dikiri dan kanan lubang kemih terdapat dua lubang kecil dari
saluran buntu (duktus skene).
Mons pubis adalah bagian menonjol yang melingkar didepan
simfisis pubis, dibentuk jaringan lemak dibawah kulit, meliputi daerah
simfisis yang ditumbuhi rambut pada masa pubertas. Labia mayora adalah
lipatan kulit yang menonjol secara longitudinal yang memanjang kebawah
dan kebelakang dari mons pubis dan membentuk batas lateral yang banyak
mengandung saraf. Masing masing labium mempunyai dua permukaan,
bagian luar mempunyai pigmen dan ditutup oleh rambut kriting dan bagian
dalamnya licin dikelilingi oleh folikel sebasea. Disampingnya terdapat

4
pembuluh darah dan glandula membentuk kommisura labialis posterior.
Labia minora adalah lipatan kecil yang terdapat diantara labia mayora,
memanjang dari klitoris secara oblik kebawah dan samping belakang
sepanjang 4 cm disisi orifisium vagina. Ujung posterior labia minora
bergabung pada garis median oleh lipatan kulit disebut frenulum. Masing
masing labia minora terbagi menjadi:
1. bagian atas melalui klitoris bertemu dengan yang lain membentuk
lipatan yang menggantung pada glans klitoris.
2. bagian bawah lewat dibawah klitoris dan membentuk permukaan
bawah saling berhubungan dinamakan prenulum klitoris.
Klitoris adalah tonjolan kecil yang melingkar berisi jaringan erektil
yang sangat sensitif, terdapat dibawah kommisura labia anterior dan
sebagian tersembunyi diantara ujung anterior labia minora, banyak
mengandung saraf, terdiri dari:
1. korpus kavernosus yang mengandung jaringan erektil ditutupi oleh
lapisan padat
2. membran fibrosa bergabung sepanjang permukaan media oleh
septum pektini formis.
Vestibulum vagina (serambi) adalah celah diantara labia minora di
belakang glans glitoris didalamnya terdapat orifisium uretra 2,5 cm.
Bagian belakang glans klitoris dan vagina merupakan muara duktus
vestibularis mayor, liang senggama, kelenjar bartolini dan kelenjar skene
kiri dan kanan.
Himen (selaput dara) adalah lapisan tipis menutupi sebagian liang
senggama ditengahnya berlubang, merupakan tempat keluarnya
menstruasi, bentuknya berfariasi, dan bila teregang akan berbntuk cincin.
Orifisium vagina adalah celah yang terdapat dibawah dan dibelakang
muara uretra, ukurannya bergantung pada himen, lipatan tepi dalamnya
berkontak satu sama lain. (Bulbus vestibularis). Terdiri dari dua masa
erektil dari masing masing sisi orivisium vagina yang disebut
parsintermedis, masing-masing massa lateralis panjangnya 2,5cm.
Permukaan dalam lapisan superfisialis diagfragma ditutupi oleh M.

5
Bulbokavernosus. Glandula vestibularimayor (bartorini) terdiri dari dua
bagian melingkar dengan warna merah kekuning-kuningan.

2.1.2 Genetalia Interna

a. Vagina
Vagina merupakan penghubung antara genitalia eksterna dengan
genitalia interna. Pada puncak vagina terdapat bagian yang menonjol dari
leher rahim, disebtu porsio. Epitel vagina merupakan epitel sekuamosa
dalam beberapa lapisan. Lapisannya tidak mengandukng kelenjar akan
tetapi mengadakan trasudasi. Dibawah epitel vagina terdapat jaringan ikat
dan otot yang susunannya seperti usus
b. Urterus
Urterus pada orang dewasa merupakan organ tebal seperti buah

alpukat atau pir yang sedikit gepeng, terletak dalam rongga pelvis diantara
rektum dan kandung kemih. Urterus pada wanita dewasa pada umumnya.
Umumnya terletak pada sumbu panggul dalam posisi antefersiofleksi,
membentuk sudut dengan vagina.
Urterus terdiri dari:
1. Fudus uteri (dasar rahim), ditutupi oleh peritonium, berhubungan
dengan vascies vesikalis dan permukaan internalis.
2. Korpusuteri didalamnya terdapat rongga (kavum uteri) yang
membuka keluar saluran kanalis servikalis yang terletak
pada

servitalis, bagian ini merupakan tempat berkembangnya janin.


3. Serviks uteri merupakan bagian uteri yang menyempit, berbentuk
kerucuk dengan aveks yang menjurus kebawah dan kebelakang dan
sedikit lebar dipertengahan serviks dibagi atas dua bagian yaitu
porsiosupravaginalis dan porsiovaginalis.
Kavum uteri merupakan bangunan berupa segitiga, yang basisnya
dibentuk oleh permukaan dalam dari vundus uteri diantara tuba unterina.
Kavum ini dilapisi oleh selaput lendir yang kaya oleh kelenjar bagian
apeks dibentuk oleh orisivisium interna uteri tempat kavum uteri

bergabung dengan kanalis servisi melalui orivisium.

6
Kanalis servisi uteri berhungna dengan kavum uteri melalui
orivisium uterina interna, dibawah berbungna dengan melalui orivisium
uteri iksternus pada dinding kalnalis tervisi terdapat lipatan-lipatan
longitudinal. Fungsi uterus adalah menahan ovum yang telah dibuahi,
tertahan dalamendometrium, dan pada saat melahirkan uterus berkontraksi
mendorong janin keluar.
c. Tuba Falopii
Tuba falopii adalah saluran telur yang mengangkat ovum dari
ovarium keovum uteri. tuba falopii terdiri dari:
1. Pars interstisialis: bagian tuba terdapat dibagian uterus.
2. pars ismika/istmus: bagian yang sempit pada sudut antara uterus
dan tuba
3. Pars ampularis/ampula bagian yang membentuk saluran yang lebar
meliputi ovarium.
4. Infudibulum: bagian ujung tuba yang terbuka mempunyai umbul
yang disebtu vimbriae, melekat pada ovarium untuk menangkap
telur yang dilepas oleh ovarium menuju tuba.
d. Ovarium
Kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus terikat oleh
ligamentum uterus. Bagian ovarium yang berada didalam kavun peritonii
dilapisi oleh epitelium kubik silindrik, disebut epitelium germinativum.
Dibawah epitel ini terdapat tunika albugenia dan dibawah tunika albugenia
ditemukan folikel. Folikel merupakan bagian ovarium terpenting, dapat
ditemukan di korteks ovariidengan beraneka ragam tingkat
perkembangannya..
Arteri yang menyuplai ovarium dan tuba interna adalah A.
Ovarika, cabang dari artoa abdominalis. Masing-masing beranastomosis
dengan arteri uterina, memberi beberapa cabang ke tuba uteri. cabang yang
melalui mesovarium masuk ke hilus ovarium. Vena muncul dari hilus dan
membentuk pleksus pompanipirmis. Vena ovarika dibentuk dari pleksus
ini.

7
e. Ligamentum
Paramentum membentuk suatu sistem penunjang uterus sehingga
uterus terfiksasi relatif cukup baik. Jaringan itu terdiri dari :
1. Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum, merupakan
ligamentum yang terpenting untuk mencegah agar uterus tidak
turun.
2. ligamentum sakrouterinum sinistrium dan dekstrum: ligamentum
yang menahan utri supaya tidak dapat banyak bergerak, berjalan
melengkung dan belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding
rektum kearah osaktrum kiri dan kanan.
3. Ligamentuk rotundum sinistrum dan dekstrum: menahan uterus
dalam posisi antefleksi dan berjalan dari sudut fundus unteri kiri
dan kanan kedaerah inguinal kiri dan kanan.
4. Ligamentum Pubovesikale sinistrum dan dekstrum: berjalan dari
ospubis melalui kandung kencing seterusnya keligamentum
fesikouterinum sinistra dan ligamentum vesikouterinum dekstra ke
serviks.
5. ligamentum latum sinistrum dan dekstrum: berjalan dari uterus
lateral, tidak banyak mengandung jaringan ikat merupakan bagian
dari paritonium viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba
bentuknya sebagai lipatan.
6. ligamentum invundibulum pelvikum: menahan tuba falopii,
berjalan dari arah infundibulum kedinding pelvis .
7. ligamentum ovarii proprium sinistrum dan dekstrum, berjalan dari
sudut kiri dan kanan belakang fundus uteri ke ovarium ligamentum
ini mudah dikendorkan sehingga alat genital mudah berganti posisi.
Ligamentum latum suatu lipatan peritonium yang menutupi uterus
dan kedua tuba.

8
2.2 Gangguan Pada Sistem Reproduksi Wanita
Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan di mana
sel atau jaringan tersebut tumbuh dan berkembang biak tidak terkendali,
kecepatan tumbuhnya berlebihan, dan sering disertai perubahan perangai sel yang
akhirnya mengganggu orang lain.Kanker serviks masih banyak ditemukan di
negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia. Kanker serviks adalah kanker
yang tumbuh dan berkembang pada serviks atau mulut rahim, khususnya berasal
dari lapisan epitel atau lapisan terluar permukaan serviks. Serviks mengandung
sel-sel epitel yang sangat rentan terhadap masuknya kuman penyakit. Di bagian
inilah virus penyebar kanker itu tumbuh.
Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus atau lebih
dikenal virus HPV. Virus kanker serviks bersifat spesifik dan hanya tumbuh di
dalam sel manusia, terutama pada sel-sel lapisan permukaan atau epitel mulut
rahim. Virus ini bisa menular melalui mikro lesi atau sel abnormal di vagina.
Penularannya juga dapat terjadi saat berhubungan seksual.
Selain virus HPV kanker serviks pula dapat disebabakan oleh faktor
aktivitas seksual pada usia muda atau kehamilan pada usia muda barisiko
terjadinya kanker serviks. Faktor gaya hidup juga dapat menjadi penyebab
terjadinya kanker serviks seperti merokok dan pil kontrasepsi.

Gejala yang akan muncul setelah terkena infeksi virus HPV antara lain.
1. Perdarahan per vagina, berupa perdarahan pascasenggama arau
perdarahan spontan di luar masa haid.
2. Keputihan berulang.
3. Cairan keluar dari vagiana berbau tidak sedap.
4. Nyeri panggul, pinggang, dan tungkai.
5. Gangungan berkemih atau nyeri pada kandung kemih.
6. Jika kanker telah menyebar maka akan timbul gejal sesuai dengan organ
yang terkena misalnya penyebaran di paru-paru, liver, atau tulang.

9
Presdiposisi adalah kondisi yang memicu munculnya kanker. Faktor-faktor
yang bisa memicu terjadinya kanker serviks antara lain.
1. Perempuan dengan mitra seksual multipel.
2. Aktivitas seksual dini.
3. Perempuan yang merokok.
4. Frekuensi persalinan.
5. Tingkat sosial ekonomi yang rendah. Hal ini berkaitan dengan asupan gizi
serta status imunitas.
6. Riwayat terpapar infeksi menular seksual.

Pencegahan kanker serviks bisa dilakukan dengan cara deteksi dini yang
merupakan tindakan preventif sekunder, yaitu deteksi lesi prakanker melalui tes
pap dan rangkaian tindak lanjut, misalnya pemeriksaan kolposkopi, biopsi.
Pengalaman negara maju menunjukan bahwa konsep tersebut baru efektif jika
cakupan populasi yang diperiksa tes Pap mencapai sebagian besar populasi yang
berisiko.
Di indonesia, cakupan tes pap diperkirakan kurang dari 5%. Untuk
memenuhinya, diupayakan alternatif tes Pap dengan IVA (Inspeksi Visual Asaam
Asetat) yang diharapkan mendapatkan cakupan yang lebih luas.Tes Pap atau yang
lebih dikenal dengan pap smear adalah salah satu deteksi dini terhadapa kanker
serviks yang sering dilakukan. Pada prinsipnya, pap smear adalah mengambil sel
epitel yang ada di leher rahim kemudian dilihat kenormalannya.
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) sangat cocok diaplikasikan di negara
berkembang karena selain mudah, murah, efektif, tidak invasif, juga dapat
dilakukan langsung oleh dikter, bidan atau paramedik. Hasilnya pun langsung bisa
didapat. Dan sensitivitas serta spesifitasnya cukup baik. Pemeriksaan IVA ini
merupakan program skrinning untuk menemukan tahap prakanker serviks. Hal ini
penting karena sampai saat ini masih banyak ditemukan kanker seviks pada
stadium lanjut.
Kolposkopi merupakan pemeriksaan lanjutan yang lebih detail untuk
konfirmasi dari hasil pap smear, juga setelah pemeriksaan IVA Test. Kolposkopi
adalah pemeriksaan mulut rahim dengan kamera pembesaran untuk mendeteksi

1
serta melakukan tindakan terapi pada pasien dengan prakanker erviks uteri. Jadi
urutan pemeriksaannya dimulai dengan Pap smear atau IVA, lalu kolposkopi dan
biopsi jika dibutuhkan.
Pengobatan atau terapi pada pasien kanker serviks memiliki berbagai jenis
yaitu:
1. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi
prakanker pada suhu yang amat dingin dengan gas CO2 sehingga sel-sel
pada area tersebut mati dan luruh, selanjutnya akan tumbuh sel sel baru
yang sehat.
2. Elektrokauteri adalah pengobatan lesi prakanker dimana sel-sel pada
permukaan serviks dimatikan dengan dibakar menggunakan listrik atau
laser.
3. LEEP/LLETZ/Konisasi adalah tindakan mengambil atau memotong
sebagian dari serviks yang telah berubah menjadi lesi prakanker.
4. Operasi
5. Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk pengobatan suatu penyakit
untuk menghentikan pertumbuhan atau mematikan sel yang digunakan
untuk merawat kanker.
6. Radioterapi adalah pengobatan pasien kanker dengan menggunakan
radiasi dari sinar X atau partikel - partikel atom.

1
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks menurut Ana

Ratnawati (2018) halaman 133-143.


3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien yang meliputi nama, umur, tempat tinggal, dan pekerjaan.
2. Pemeriksaan pasien yang meliputi pengecekan tekanan darah, denyut nadi,
suara jantung dan suhu.
3. Riwayat penyakit dulu.
4. Riwayat penyakit sekarang.
5. Riwayat penyakit keluarga.
6. Riwayat perjalanan seksual, meliputi umur berapa saat pertama kali

melakukan hubungan seksual, dan berapa kali berganti-ganti pasangan.


7. Riwayat hubungan seksual pasanagan.
8. Gejala atau tanda-tanda yang dialami pasien:
a. Tanda-tanda vital tidak pada batas normal.
b. Wajah pasien pucat.
c. Berat badan menurun.
d. Mual.
e. Muntah.
f. Mengalami kejang-kejang.

g. Membran mukosa kering.


h. Keluar cairan encer yang berbau busuk dari vagina.
i. Pendarahan.
j. Pasien merasa lemas.
k. Warna kulit kebiruan.
l. Kulit pecah-pecah.
m. Rambut rontok, kuku rapuh.
n. Turgor kulit buruk disebabkan perdarahan.
o. Tampak tanda-tanda infeksi, seperti kalor, rubor, dolor, tomor, dan

fungsi laesia.

1
p. Terjadi hematuria, inkontinensia urine, dan inkontinensia alvi.

3.2 Diagnosa
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan.
2. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek pengobatan.
4. Asupan nutrisi kurang untuk kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah karena efek radiologi.
5. Risiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.
6. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan cairan keputihan dan
pendarahan yang keluar dari vagina.
7. Disfungsi seksual berhubungan dengan berubahnya fungsi tubuh akibat
proses penyakit kanker serviks.
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan produksi energi tubuh menurun.
9. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit dan
kemoterapi.
10. Koping keluarga lemah berhubungan dengan sakit yang berkepanjangan
pada anggota keluarga terdekat.

3.2 Intervensi
Diagnosa 1 : Cemas berhubungan dengan kurang penegtahuan tentang prosedur
pengobtan.
Tujuan : Pasien merasa tenang dan aman.
Kriteria hasil :
a. Terciptanya lingkungan yang mana dan nyaman bagi pasien.
b. Pasien tampak rileks.
c. Tampak senang karena mendapat perhatian.
d. Keluarga atau orang terdekat dapat mengenai dan mengklarifikasi rasa
takut.

1
e. Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan pengobatan
dan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat.

No Intervensi Rasional
1. Menyemangati dan bantu pasien Memberikan kesempatan untuk
untuk mengungkapkan pikiran mengungkapkan ketakutanya.
dan perasaanya.
2. Beri lingkungan terbuka dimana Membant umengurangi kece-
pasien merasa aman untuk masan.
mendiskusikan perasaan atau
menolak berbicara.
3. Pertahankan bentuk sering bicara Meningkatkan kepercayaan
dengan pasien, bicara dengan pasien.

menyentuh pasien.
4. Bantu pasien atau orang terdekat Meningkatkan kemampuan
dalam mengenali dan kontrol cemas.
mengklarifikasi rasa takut.
5. Beri informasi akurat, konsisten Mengurangi kecemasan.
mengenai prognosis, pengobatan
serta dukungan orang terdekat.

Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan

kematian sel.
Tujuan : Skala nyeri menurun hingga hilang.
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda vital pasien sudah dalam batas normal meliputi:
1) Tekanan darah normal (±100-140 / 60-90 mmHg)
2) Nadi normal (± 60-100 x/menit)
3) Suhu normal (± 36,5°C-37°C)
4) Pernapasan normal (± 16-24 x/ menit)
b. Pasien mengatakan nyeri hilang atau skala nyeri berkurang.

c. Ekspresi wajah tidak meringis atau rileks.

1
No Intervensi Rasional
1. Kaji riwayat nyeri, lokasiMengetahui tingkat nyeri pasien
frekuensi, durasi, intensitas, dandan menentukan tindakan yang
skala nyeri akan dilakukan selanjutnya.

2. tindakankenyamanan
Berikan dasar: Mengurangi rasa nyeri.
relaksasi, distraksi,
imajinasi, dan massage.
3. Terus awasi tanda-tanda vital. Mengetahui tanda kegawatan.
4. Beriakn posisi yang nyaman. Memberikan rasa nyaman dan
membantu negurangi nyeri.

5. Kolaborasi pemberian analgetik. Mengontrol nyeri maksimum.

Diagnosa 3 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek pengobatan.

Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit.


Kriteria hasil :
a. Pasien atau keluarga nantinya dapat mempertahankan keberhasialn
pengobtan tanpa mengiritasi kulit.
b. Pasien dan keluarga nantinya dapat mencegah terjadi infeksi atau trauma
kulit.
c. Pasien keluarga beserta tim medis nantinya dapat meminimalkan trauma
pada area terapi.
d. Pasien dan keluarga besrta tim medis nantinya dapat menghindari dan

mencegah cedera dermal karena kulit sangat sensitif selama


pengobatannya dan setelahnya.
No Intervensi Rasional
1. Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan kebersihan
sabun ringan. kulit tanpa mengiritasi kulit.
2. Meminta pasien untuk tidak Membantu menghindari trauma
menggaruk kulit yang kering, dan kulit.
sarankan untuk menepuknya saja.
3. Melakukan peninjauan protokol Efek kemerahan dapat terjadi

perawatn kulit untuk pasien yang pada terapi radiasi.

1
mendapat terapi radiasi.
4. Sarankan untuk memakai pakaian Meningkatkan sirkulsi dan
yang lembut dan longgar, biarkan mencegah tekanan pada kulit
pasien menghindari pasien
menggunakan bra bila memberi
tekanan.

Diagnosis 4: Asupan nutrisi kurang untuk kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual dan muntah karena efek radiologi.
Tujuan : Asupan nutrisi yang masuk sesuai kebutuhan tubuh dan status
kenormalannya dapat dipertahankan selama menjalani perawatan.
Kriteria hasil:
a. Pasien menghabiskan makanan yang telah diberikan oleh petugas.

b. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.


c. Berat badan pasien menuju normal.
d. Hasil hemoglobin dalam batas normal.
No Intervensi Rasional
1. Kaji status nutrisi pasien. Untuk mengetahui status nutrisi.
2. Ukur berat badan setiap hari atau Memantau peningkatan BB.
sesuai indikasi.
3. Meminta pasien untuk makan- Kebutuhan jaringan metabolik
makanan tinggi kalori, kaya adekuat oleh nutrisi.

protein dan tetap sesuai diet


(rendah garam).
4. Mengawasi masukan makanan Identifikasi defisiensi nutrisi.
setiap hari.
5. Sarankan pasien makan sedikit Agar nutrisi terpenuhi.
tapi sering.

Diagnosa 5 : Risiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.


Tujuan : cedera atau injuri dapat dicegah.

Kriteria hasil :

1
a. Pasien dapat meningkatkan keamanan ambulansi.
b. Pasien mampu menjaga keseimbangan tubuh ketika akan melakukan
aktivitas.
c. Pasien mampu meningkatkan posisi fungsional pada ektremitas.
No Intervensi Rasional
1. Instruksikan dan bantu dalam Membantu mengurangi
mobilitas secara tepat. kelelahan.
2. Sarankan pasien untuk Membantu pasien untuk
berpegangan tangan atau minta melakukan kegiatan.
bantuan pada keluarga dala
melakukan suatu kegiatan.
3. Pertahankan posisi tubuh tepat Membantu mempercepat
dengan dukungan alat bantuan. penyembuhan.

Diagnosa 6 : Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan cairan keputihan dan


pendarahan yang keluar dari vagina.
Tujuan : Penyebaran infeksi daapt dicegah.
Kriteria hasil :
a. Pasien daapt menjaga diri dari infeksi dengan menjaga kebersihan diri.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area sekitar serviks.
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal, meliputi:
Tekanan darah normal (±100-140 / 60-90
mmHg)

Nadi normal (± 60-100 x/menit)


Suhu normal (± 36,5°C-37°C)
Pernapasan normal (± 16-24 x/ menit)
d. Tidak terjadi nasokomial hilang, baik dari perawat ke pasien, pasien ke
keluarga, pasien ke pasien dan pasien ke pengunjung.
e. Tidak timbul tanda-tanda infeksi karena lingkunagn yang buruk.
f. Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit.

No Intervensi Rasional
1. Kaji infeksi disekitar area serviks.Mengurangi terjadinya infeksi.

2. Tekanan pada pentingnyaAgar tidak terjadipenyebaran

1
personal hygiene. infeksi.
3. Melakukan pemantauan terhadapMencegah terjadinya infeksi.
TTV, terutama suhu.

4. Beriakn perawatn dengan prinsipMembantu mempercepat

aseptik dan antiseptik. penyembuhan.


5.Tempatkanpasien padaMencegah terjadinya infeksi.
lingkunganyangterhindardari
infeksi.

6. Kolaborasi : pemberian antibiotik.Untuk mengatasi infeksi bakteri


pada penyakit.

Diagnosa 7 : Disfungsi seksual berhubungan dengan berubahnya fungsi tubuh


akibat proses penyakit kanker serviks.

Tujuan : Keinginan untuk melakukan hubungan seksual meningkat kembali.


Kriteria hasil :
a. Aktivitas seksual pasien tetap adekuat pada tingkat yang sesuai dengan
kondisi fisiologis tubuhnya.
b. Pasien mampu mengungkapkan pemahamannya tentang efek kanker
serviks yang dialaminya terhadap fungsi seksualitas.
c. Pasien mau mendiskusikan maslah tentang gambaran diri, perubuhan
fungsi seksual dan hasrat seksual dengan orang terdekat yang dialaminya.
No Intervensi Rasional

1. Dengarkan pernyataan pasien atau Masalh seksualitas seringkali


orang terdekat. menjadi masalah yang
tersembunyi, yang seringkali
diungkapkan sebagai humor
atau melakukan penyataan yang
tidak gamblang.
2. Informasikan pada pasien tentang Pedoman antisipasi dapat
efek dari proses penyakit kanker membantu pasien dan orang
serviks yang dialaminya terhadap terdekat untuk memulai proses

fungsi seksualitas ( termasuk dia adaptasi pada keadaan yang

1
dalamnya efek samping baru.
pengobtan kanker yang akn
dijalani).
3. Bantu pasien untuk menyadari Mengakui proses kehilangan

atau meneriam tahap kehilangan. atau perubahan pada fungsi


seksual secara nyata dapat
meningkatkan koping pasien
4. Semangati dan bantu pasien untuk Komunikasi terbuka dapat
berbagi pikiran dengan orang membantu dalam identifikasi
terdekat. masalh dan meningkatkan
diskusi untuk menemukan
pemecahan masalah.

Diagnosa 8 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan produksi energi tubuh


menurun.
Tujuan : Aktivitas pasien bisa berjalan normal sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil ;
a. Suplai oksigen dan nutrisi terpenuhi.
b. Energi daalm tubuh pasien meningkat.
c. Tanda-tanda vital normal.
No Intervensi Rasional
1. Bantu dan semangati pasien Menjadikan pasien bersemangat

dalam menjalani aktivitasnya. menjalani kegiatannya.


2. Memberikan tindakan Demi menurunnya tegangan
kenyamanan pada pasien dengan pada otot dan mengatasi leleha
menggosok punggung, membantu yang akan meningkatkan rasa
untuk mengatur posisi tisdurnya, nyaman.
dan penurunan stimulus dalam
rauangan seperti menjadikan
ruangan lebih redup.
3. Berikan tirah baring yang sesuai. Membantu pasien mendapatkan

istirahata yang berkualitas.

1
4. Menyarankan dan membantu Waktu tidur yang berkualitas
pasien untuk mendapatkan dapt mengganti energi tubuh
istirahat atau waktu tidur yang pasien yang hilang.
cukup dan berkualitas ( selama 8-
10 jam per malam).
5. Melakukan pemantauan terhadap Dapat membantu perawat
TTV. mengetahui kondisi tubuh
pasien.

Diagnosa 9 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakit dan


kemoterapi.
Tujuan : percaya diri pasien kembali meningkat.
Kriteria hasil :

a. Pasien beradptasi dengan kondisi barunya.


b. Pasien mengungkapkan penerimaan atas penampilannya yang sudah
berubah.
c. Pasien terjun ke lingkunagn tanpa meras malu, bahkan pasien menjalani
degan gembira.

No Intervensi Rasional
1. Bila memungkinkan dengan Memberikan informasi tentang
kondisi pasien, lakukanlah tingkat pengetahuan pasien atau

konseling. orang terdekat terhadap


pengetahuan tentang situasi
pasien dan proses penerimaan.
2. Membantu dan mendorong pasien Membantu pasien untuk
untuk bisa menyatakan menyadari perasaanya tidak
perasaanya, mintalah orang biasa, perasaan bersalah.
terdekatnya untuk membantu.
3. Mencatat perilaku menarik diri Dengan masalah pada penilaian
dari pasien. Peningkatan yang dapat memerlukan

ketergantungan, manipulasi atau evaluasi lanjut dan terapi lebih

2
tidak terlibat paad perawatan. ketat.
4. Ajak pasien berkenalan dan Membantu pasien mendapatkan
berbaur dengan orang-oarang dan terus meningkatkan rasa
yang lebih parah kondisinya tapi percaya dirinya, sekaligus

masikh memiliki daya juang dan bersyukur ats kondisinya.


tidak merasa malu, seperti
berkenalan, dengan anak-anak
kecil pengidap kanker tapi masih
merasa percaya diri untuk tampil
di depan umum.

Diagnosa 10 : Koping keluarga lemah berhubungan dengan sakit yang


berkepanjangan pada anggota keluarga terdekat.

Tujuan :
a. Keluarga mempertahankan dukungan.
b. Keluarga bisa beradaptasi terhdap perubahan akan kebutuhan pasien.
c. Keluarga dengan sukarela dan tidak tampak sedih saat membantu kegiatan
atau perawatan pasien.
d. Pasein dan keluarga berinteraksi dengan cara yang konstruktif.
No Intervensi Rasional
1. Melakukan pengkajian koping Memulai suatu hubungan dalam
keluarga terhadap sakit pasien dan bekerja secara konstruktif

perawatannya. dengan keluarga.


2. Menyarankan keluarga untuk bisa Mereka tak menyadari bahwa
mengungkapkan perasaan secara mereka berbiacar secara bebas.
verbal.
3. Mengajarkan kepada keluarga Menghilangkan kecemasan
tentang penyakit dan tentang transmisi melalui kontak
transmisinya. sederhana.

2
3.4 Implementasi
Pada tahapan implementasi ini diharapkan tindakan yang dilakukan pada
pasien adalah sesuatu yang tepat, tentunya sesuai dengan rencana tindakan yang
sudah disusun agar menghasilkan jawaban atas tujuan yang diinginkan.

3.5 Evaluasi
1. Nyeri yang sempat dialami pasien sudah menghilang.
2. Sel-sel kanker yang tumbuh sudah bisa diatasi dengan operasi.
3. Pasien menerima perubahan fisiknya bahkan pasien terjun ke masyarakat
dan membagi pengalaman sakitnya tanpa rasa cemas, takut atau malu.
4. Pasien menjalani pola hidup sehat dan bahagia, serat mengajak keluarga
dan orang terdekat untuk memulai pola hidup sehat sedini mungkin.
5. Keluarga terus melakukan dukungan dan mendampingi perawatn pasien
tanpa berat hati.
6. Pasien dapat menjaga kondisi tubuhnya dengan teratur istirahat,
mengonsumsi yang dianjurkan, dan dengan gembira menjalani aktivitas
sehari-hari sesuai kemampuannya.

3.6 Dokumentasi
Menurut Induniasih & Sri Hendarsih (2017) dokumentasi merupakan
catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan data
dan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat
catatan tentang respons kesehatan klien. Standar dokumentasi pengkajian bersifat
sistematis, komprehensif, akurat, dan berkesinambungan sehingga di dapat data
yang lengkap dari hasil pengkajian tersebut. Dengan demikian hasil pengkajian
dapat mendukung untuk mengidentifikasi masalah klien dengan baik dan tepat.
Ada beberapa metode dalam pendokumentasian diantaranya:
1. Gunakan format lengkap.
2. Kelompokan data berdasarkan metode pendekatan yang digunakan.
3. Tuliskan data objektif dan data subjektif.
4. Sertakan pertanyaan yang mendukung intrepetasi data.
5. Ikuti aturan dan prosedure yang dipakai oleh instansi.

2
6. Tuliskan secara ringkas dan jelas.

Format dokumentasi keperawatan menurut Kholid Riyadi dan Nila Dewi


Wulansari (2013):
1. Biodata klien
Berisikan nama klien, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
golongan darah, dan alamat.
2. Penanggung jawab klien
Berisikan nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien.
3. Riwayat kesehatan klien
Berisikan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.
4. Pola fungsi kesehatan
Berisikan pola persepsi, pola nutrisi, pola eleminasi, pola aktivitas dan
kebersihan diri, pola istirahat- tidur, pola kognitif dan persepsi sensori.
5. Pemeriksaan fisik
Berisikan keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital dan pemeriksaan
head to toe.
6. Pemeriksaan diagnostik (cantumkan tanggal pemeriksaan).
7. Pemeriksan laboratorium (cantumkan tanggal dan nilai normal).
8. Terapi (disertai dosis tiap pemberian).
9. Asuhan keperawatan.

2
BAB IV
PEMBAHASAN

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada serviks
atau mulut rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan terluar
permukaan serviks.Pasien kanker serviks mengalami perubahan secara fisik akan
menimbulkan gejala psikologis. Gejala psikologis dan fisik akan mempengaruhi
timbulnya gejalasituasional. Gejala situasional yang timbul juga akan
mempengaruhi timbulnya gejala fisik dan psikologis. Siklus gejala fisik,
psikologis dan situasional pada pasien kanker serviks sangat komplek dan saling
mempengaruhi satu sama lainKlien dengan kanker serviks membutuhkan asuhan
keperawatan untuk menangani setiap tanda dan gejala yang muncul dari penyakit
yang di derita klien.

Asuhan keperawatan dimulai dari proses pengkajian. Pengkajian pada


klien dengan kanker serviks bertujuan untuk mengumpulkan data objektif mau
subjektif klien. Dari data tersebut seorang perawat dapat menyimpulkan diagnosa
apa saja yang bisa muncul dan dapat menentukan prioritas diagnosa sehingga
perawat mengetahui tanda dan gejala apa yang perlu ditangani terlebih dahulu.
Diagnosa keperawatan yang muncul pertama kali pada pasien yang telah
di diagnosa kanker serviks adalah cemas yang berhubungan dengan penyakitnya
atau pun prosedur pengobatan yang akan dihadapi oleh klien. Biasanya diagnosa
keperawatan lain akan muncul seiring dengan bertambahnya keluhan pasien

terhadap kanker serviks yang di deritanya. Diagnosa tersebut antara lain nyeri,
kerusakan integritas kulit, asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, risiko
injuri, risiko penyebaran infeksi, disfungsi seksual, intoleransi aktivitas dan
gangguan citra tubuh.
Asuhan keperawatan tidak hanya diberikan kepada klien tetapi juga
kepada keluarga klien penderita kanker serviks. Tujuannya agar keluarga paham
akan penyakit yang di derita oleh klien sehingga keluarga mampu memberikan
dukungan baik secara materi maupun psikologis. Tetapi pada kenyataannya
banyak keluarga klien penderita kanker serviks malah merasa stress akibat
penyakit yang di derita oleh anggota kelurganya, sehingga memunculkan diagnosa

2
keperawatan yaitu koping keluarga lemah berhubungan dengan sakit yang
berkepanjangan pada anggota keluarga terdekat.
Intervensi pada asuhan keperawatan berisikin rencana keperawatan yang
akan dilakukan oleh seorang perawat kepada klien penderita kanker serviks.
Intervensi yang tepat akan memberikan hasil yang baik terhadap perkembangan
kesehatan klien dengan kanker serviks. Dalam sebuah intervensi seorang perawat
harus bisa memprioritaskan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini sangat penting
karena berhubungan dengan bagaimana hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien dengan kanker serviks.
Implementasi merupakan pengaplikasian rencana yang telah dibuat oleh
perawat. Implementasi tidak hanya dilakukan secara mandiri oleh perawat namun
bisa juga dilakukan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain seperti ahli gizi,
psikolog ataupun apoteker. Perawat juga dapat melibatkan keluarga klien dalam
proses implementasi keperawatan. Karena klien dengan kanker serviks itu
membutuhkan waktu yang lama dalam pengobtannnya namun bukan berarti klien
akan selamanya berada di rumah sakit. Ketika pulang maka keluargalah yang
merawat klien, dengan ketentuan keluarga tersebut sudah mendapatkan edukasi
untuk merawat klien dari perawat. Semua hal ini delakukan dengan tujuan agar
perawatn yang diberikan kepada klien dapap diterima ssecara optimala sehingga
meningkatkan kesempatan untuk bisa sembuh.
Evaluasi yaitu tahapan terakhir dari asuhan keperawatan. Perawat
membandingkan kondisi klien setelah mendapat asuhan keparawatan dengan hasil
yang ingin dicapai. Jika hasilnya sesuai dengan yang ingin dicapai maka asuhan
keperawatan dapat di hentikan jika hasilnya tidak sesuai dengan yang ingin
dicapai maka asuhan keperawatan mesti dilanjutkan atau lakukan analisis terhadap
asuhan keperawatan untuk mencari penyebabnya.

2
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengetahuan perawat akan asuhan keperawatan merupakan hal yang


sangat mendasar yang harus dimiliki oleh seorang perawat. Asuhan keparawatan
adalah proses yang sistematis untuk menyelesaikan masalah yang timbul dari
klien. Dimulai dengan pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan diakhiri
oleh evaluasi.
Pemahaman yang baik dari seorang perawat tentang asuhan keperawatan
akan memberikan dampak yang baik pada penguasan dan pengaplikasian asuhan
keparawatan di lapangan. Salah satu asuhan keperawatan yang perlu dipahami
adalah asuhan keperawatan pada sistem reproduksi.
Klien dengan gangguan sistem reproduksi pasti membutuhkan asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan yang tepat akan membantu klien dalam
mencapai kesembuhannya dengan baik. Asuhan keparawatan yang tepat itu tidak
hanya memenuhi kebutuhan klien secara fisik saja tapi secara bio-psiko-sosio-
spiritual klien pun terpenuhi. Oleh karena itu seorang perawat harus mampu
menentukan mana asuhan keperawatan yang tepat bagi setiap kliennya.

5.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan masukan kepada
pendidik dan mahasiswa, serta menambah wawasan baru tentang asuhan
keperawatan sistem reproduksi.
2. Bagi Ilmu keperawatan
Diharapakan penulisan makalah ini dapat dijadikan tambahan wawasan
keilmuan mahasiswa khusunya pada ilmu keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang maksimal.
3. Bagi Praktik Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi dalam
upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal

2
4. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat menambah wawasan dan dapat diaplikasikan
dalam praktek keperawatan dan juga sebagai dasar informasi ilmu
keperawatan.

2
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Yati, dan Anggi Pratiwi. (2016). Seksualitas dan kesehatan Reproduksi
Perempuan. Edisi 1. Jakarta : Rajawali Pers.

Induniasih dan Sri Hendarsih. (2017). Metodologi Keperawatan. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.
KEMENKES RI. (2019). Masalah Kesehatan Wanita. Jakarta : KEMENKES RI.
Nash, Barbara, dan Patricia Gilbert. (2006). Panduan Kesehatan Seksual. Jakarta
:
Prestasi Pustaka.
Ratnawati, Ana. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Rosyidi, Kholid, dan Nila Dewi Wulansari. (2013). Prosedur Praktik
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Samadi, Heru Priyanto. (2011). Yes, I Know Everything About Kanker Serviks!
Mengenali, Mencegahnya, & Bagaimana Anda Menjalani Pengobatannya.
Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Syaifuddin. (2011).Anatomi Fisiologi.Edisi 4. Jakarta : EGC.

2
Lampiran Kegiatan Diskusi Kelompok

Anda mungkin juga menyukai