Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMANFAATAN KONTEN MEDIA SOSIAL UNTUK PROMOSI


KESEHATAN

DISUSUN OLEH

1. ASTRI DINA DUT NIHA(221111133)


2. ADHE ESTER MIRANTY BAEAMA(221111125)
3. ESMERALDA CHATERINA TADUPITA(221111138)
4. NOFRIANTO YOHANIS TALAN(221111154
5. MARIA ROSA DALIMA NAFRI PAREIRA(221111149)
6. NADIRA THIODORIS(221111153)

UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG


FAKULTAS KESEHATAN
PRODI KEPERAWATAN
2023/2024
KATA PENGANTAR

puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat dan karunianya,sehinggah kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul Pemanfaatan Konten Media Sosial untuk Promosi Kesehatan tepat
waktu.Terima Kasih juga kami ucapkan kepada Dosen pengampu yang selalu
memberikan dukungan dan bimbinganya.Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk
memenuhi nilai tugas mata kuliah Aplikasi Komputer .Tidak hanya itu kami juga
berharap Makalah ini bias bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Walaupun demikian,kami menyadari dalam penyusunan Makalah Pemanfaatan
Konten Media Sosial untuk Promosi Kesehatan ini masih banyak
kekurangan.Maka dari itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnahkan makalah ini.

Akhir kata,kami berharap semoga makalah ini bias memberikan informasi dan
ilmu yang bermafaat bagi kita semua.kami juga mengucapkan Terima Kasih kepada
pembaca yang telah membaca ini hinggah akhir.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT

BAB II PEMBAHASAN

A. Media Sosial
B. Promosi kesehatan
C. Kaum Milenial
D. Karakteristik Media social Dalam Promosi Kesehatan
E. Peran Sarjana Kesehatan Masyarakat Dalam Promosi Kesehatan Berbasis
Media Sosial Pada Kaum Milenial

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kaplan & Haenlein (2010), defnisi media sosial adalah kelompok
aplikasi berbasis internet yang membangun ideologi berbasis teknologi Web 2.0,
yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang bisa digunakan
semua orang. Media sosial dalam ranah kekinian merupakan sebuah era baru
dalam hal sarana komunikasi yang semakin intensif dalam pemanfaatan kemajuan
teknologi. Teknologi berbasis Web 2.0 memungkinkan tumbuhnya masyarakat
baru yang semu, atau dalam dunia baru tersebut biasa disebut sebagai dunia maya.
Mau tidak mau semua bidang harus mengikuti trend ini bila tidak ingin ketinggalan
zaman. Bidang kesehatan juga tidak bisa terelakkan, mau tidak mau, harus ikut
arus perubahan yang terasa sangat cepat ini, terutama bidang kesehatan yang
berhubungan dengan masalah komunikasi atau penyampaian informasi pada
khalayak ramai.
Beberapa studi atau penelitian yang telah dilakukan tentang kontribusi media
sosial untuk bidang kesehatan telah banyak dilakukan, meski di dalam negeri
sendiri hal ini masih belum menjadi topik kajian yang menarik. Penelitian dan
kajian tersebut banyak mengupas tentang potensi media sosial, ketersediaan
informasi, dukungan untuk pasien penyakit tertentu, efektivitasnya dalam
penyampaian informasi, ataupun diskursus tentang suatu topik tertentu.
Penelitian yang dilakukan oleh Chadwick Martin Bailey dan iModerate
Research Technologies (2010) pada 1.504 responden berumur 18 tahun ke atas
menemukan fakta bahwa 60% dari penggemar Facebook dan 79% dari pengikut
Twitter cenderung untuk merekomendasikan merek-merek sejak mereka menjadi
penggemar (like) atau pengikut(follower). Penelitian yang lebih merupakan survei
pasar ini menemukan bahwa konsumen 67% lebih mungkin untuk membeli dari
merek yang mereka follow (ikuti) di Twitter, dan 51% lebih mungkin untuk
membeli dari merek yang mereka like (suka/jempol) di Facebook. Hal ini
menunjukkan dengan gamblang bahwa masyarakat sangat dipengaruhi oleh
fenomena media sosial.
Efektivitas media sosial sebagai sebuah media informasi ataupun promosi
dipetakan secara gamblang oleh Israel Garcia4 (2011) dalam “Model Teori
Integrasi Sosial Media”. Menurut Garcia, model integrasi one-to-many (satu – ke –
banyak) dapat bekerja dengan baik ketika kita secara cermat memeriksa saluran
komunikasi atau implementasi pemasaran online. Meski demikian, platiorm media
sosial interaktif (Facebook, LinkedIn, Del.ici.ous, Twitter, YouTube, Foursquare,
Digg in, dan lain-lain) telah secara radikal mengubah paradigma komunikasi.
Karena adopsi yang cepat dari pemasaran media sosial sebagai media integrasi
komunikasi utama, penting untuk mempertimbangkan bagaimana interaksi sosial
telah memengaruhi proses komunikasi.
Permasalahan kesehatan di Indonesia saat ini yaitu masih rendahnya kesadaran
kaum milenial tentang menggunakan media sosial sebagai alat promosi kesehatan.
Banyak yang di dapat dari media sosial mengenai kesehatan masyarakat. Dan
sebagai pemimpin kita dapat menjadikan media sosial sebagai media promosi
kesehatan pada kaum milenial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu media social?
2. Bagaimana pemanfaatan konten media social untuk promosi kesehatan?
C. Tujuan
1. Mengetahuai apa itu media social
2. Mengetahui bagaimana pemanfaatan konten media social untuk promosi
kesehatan
D. Manfaat
Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan menggunakan social media dan
menyebarkan informasi secara cepat agar dapat dijangkau oleh banyak
masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa
dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring
sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan
bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh
dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang
mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web
yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif ( Cahyono,2010).
Definisi lain dari sosial media juga di jelaskan oleh Van Dijk media sosial
adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang
memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media
sosial dapat dilihat sebagai fasilitator online yang menguatkan hubungan antar
pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan social (Thea, 2016).
Jadi, Media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial.
Sosial media menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi
menjadi dialog interaktif. Beberapa situs media sosial yang populer sekarang ini
antara lain : Blog, Twitter, Facebook, Instagram, Path, dan Wikipedia.

B. Promosi Kesehatan
Menurut WHO, promosi kesehatan adalah proses mengupayakan individu -
individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengandalkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya. Bertolak dari pengertian yang dirumuskan WHO, Indonesia
merumuskan pengertian promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat agar mereka dapat menolong diri nya sendiri (mandiri) serta
mengembangkan kegiatan bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasana kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi kesehatan adalah
upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(Kemenkes,2011).

C. Kaum milenial
Milenial juga dikenal sebagai Generasi Y, Gen Y atau Generasi Langgas
adalah kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Tidak ada batas waktu
yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para ahli dan peneliti biasanya
menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan
tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran.
Merujuk pada istilah dalam Teori Generasi, dewasa ini sedang terjadi evolusi
dari budaya generasi Baby Boomer (lahir tahun 1946-1964) dan Generasi X (lahir
tahun 1965-1980) menuju budaya Generasi Y (lahir tahun 1981-2000), dan
Generasi Z (lahir tahun 2001 - sekarang). Generasi Y (Gen Y) atau disebut juga
generasi milenium memiliki ciri menggunakan teknologi komunikasi instan seperti
email, SMS, instant messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter.
Mereka juga tumbuh dalam era game online.
Gen Y juga pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat
terpengaruh perkembangan teknologi. Di setiap provinsi dapat dilihat mereka lebih
terbuka dengan pandangan politik dan ekonominya sehingga mereka terlihat sangat
reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya. Di samping
itu Gen Y juga terlihat lebih concern terhadap ‘wealth’ daripada generasi
sebelumnya. Banyak di antara mereka yang sudah membuat rencana apa saja yang
mereka inginkan pada saat mereka baru berumur 20-30an. Namun definisi mereka
tentang ‘wealth’ bukan mengacu kepada kekayaan material saja, hubungan
keluarga dan pertemanan juga dianggap sebagai bagian dari ‘wealth’ yang
diinginkan (Kemenkes,2016)

D. Karakteristik Media Sosial Dalam Promosi Kesehatan

Era digital yang dikenal dengan Web 2.0 atau Health 2.0 atau Medicine 2.0
menjadikan masyarakat sehat dan pasien lebih mengandalkan Internet daripada
dokter sebagai sumber informasi perawatan kesehatan. Situs web media sosial
yang populer terbukti efektif dan ampuh untuk menyebarluaskan informasi
kesehatan, mendukung upaya promosi kesehatan dan dapat ditelusuri secara online
seperti YouTube, Facebook, MySpace, Twitter, dan Second Life serta image
sharing, mobile technology dan blog. Berikut pemaparan singkat terhadap media
tersebut

 Youtube

Lebih dari 100 juta video dilihat di Youtube setiap hari, dan jumlah itu terus
meningkat. Beberapa studi kesehatan masyarakat baru-baru ini telah terlihat video
yang dihosting di YouTube tentang vaksinasi papillomavirus dan pesan tembakau
serta makanan kaleng “bercacing”. Para Peneliti menunjukkan potensi daya yang
disimpan YouTube untuk pengambilan keputusan kesehatan secara pribadi.

 Facebook

Penggunaan situs jejaring sosial terus berkembang. Situs digunakan oleh


jutaan orang setiap hari untuk berinteraksi dan terlibat dengan pengguna lain,
untuk berbagi konten dan untuk belajar. Situs jejaring sosial menyediakan cara
langsung dan pribadi untuk menyampaikan program, produk, dan informasi. Situs
jejaring sosial paling populer adalah Facebook, yang memiliki lebih dari 750 juta
pengguna. Pengguna rata-rata menciptakan 90 buah konten setiap bulan, dan 50%
pengguna aktif masuk ke Facebook pada hari tertentu (Facebook, 2011) Facebook
merupakan platform publik dan, dalam banyak kasus, menjangkau masyarakat
umum. Halaman Facebook yang ditargetkan secara khusus untuk mengatasi
layanan kesehatan, profesional kesehatan masyarakat dan lain-lain .

 Twitter

Twitter adalah situs mikroblog paling populer di Amerika Serikat dengan


lebih dari 305 juta pengguna aktif bulanan (Twitter, 2016). Jangkauannya sangat
tinggi di kalangan remaja dan dewasa muda (Duggan, 2015). Batas 140 karakter
membuat tweets singkat dan membuat pembaca merespons dengan cepat dan
mudah. Pengguna Twitter mengambil peran yang lebih aktif tidak hanya dengan
menerima tetapi juga dengan berbagi, mengirim, atau mengirim ulang pesan .
Target audiens potensial antara lain adalah siswa sekolah menengah, mahasiswa
kesehatan, dosen/guru bidang pendidikan kesehatan dan para profesional
kesehatan.

 Second Life

Second Life memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan banyak


format, termasuk audio, video, gambar,dan teks, dan membawa masyarakat
"bersama-sama" dalam ruang virtual saat mereka berada jauh secara geografis.
Dermatologi Second Life? bisa menawarkan pasien sebuah situs dengan pendapat
ahli dari seluruh dunia atau grup dukungan online untuk penyakit spesifik .

 Image Sharing

Berbagi gambar memberikan nilai untuk kegiatan komunikasi kesehatan


dengan menyediakan gambar kesehatan masyarakat yang dapat dengan mudah
ditempatkan di situs web, blog, atau situs media sosial lainnya. Karena pembuatan
konten terus meningkat di saluran media sosial dan di internet secara keseluruhan,
kebutuhan akan grafis segar dan konten yang menarik juga meningkat. Meluasnya
penggunaan ponsel dengan kamera membuatnya lebih mudah untuk mengambil
foto. Aplikasi seluler untuk foto dan partisipasi yang meledak di jejaring sosial
seperti Facebook dan Twitter telah berkontribusi terhadap lonjakan popularitas
berbagi foto online. Lebih dari 100 juta foto sehari diunggah ke Facebook.
Organisasi dapat memanfaatkan tren ini dengan memberikan gambar visual kepada
penggemar dan pengikut yang menunjukkan "tindakan" kesehatan masyarakat,
memperkuat pesan kesehatan, atau hanya menyajikan informasi yang ada dalam
format baru yang menarik secara visual.

E. Peran Sarjana Kesehatan Masyarakat Dalam Promosi Kesehatan


Berbasis Media Sosial Pada Kaum Milenial

Kita sebagai sarjana kesehatan masyarakat dapat melakukan kegiatan


promosi kesehatan pada kaum millennial untuk meningkatkan kesadaran pola
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari melalui media Twitter, Facebook,
Instagram, Youtube yang berisi konten kesehatan berupa foto, video, dan poster.
Hal ini tentu di harapkan dapat memperbaiki perilaku hidup sehat pengguna media
social dan saling sharing informasi kesehatan seperti trend penyakit, perilaku
hidupp bersih dan sehat, gizi, sex education dan lainnya.
Berbagai aplikasi perangkat lunak yang banyak digunakan oleh masyarakat
umumnya adalah jenis aplikasi yang dapat memberi kesenangan, kemudahan,
kenyamanan, kepuasan ataupun aspek lain yang mendukung kepentingan pribadi.
Karakteristik ini secara tidak langsung dapat dijadikan cermin terhadap apa yang
menjadi harapan masyarakat di bidang pelayanan kesehatan. Munculnya aplikasi
HaloDoc yang baru diluncurkan dalam bulan April 2016 disambut dengan penuh
antusias merupakan bukti adanya keselarasan antara kebutuhan masyarakat untuk
memperoleh kemudahan dan kenyamanan pelayanan kesehatan di satu sisi, dengan
kepentingan pihak penyedia jasa. Aplikasi HaloDoc baru merupakan awal dari
inovasi lain yang akan membuat makin semaraknya pelayanan kesehatan berbasis
TIK yang bersifat “Pasien Sentris”. Tuntutan kebutuhan masyarakat ini tidak dapat
dicegah dan kemajuan teknologi digital cepat atau lambat akan merubah paradigma
pelayanan kesehatan dari “Fasyankes Sentris” menuju ke “Pasien Sentris”, atau
dengan kata lain pelayanan kesehatan mendekati masyarakat (Kemenkes,2016)

Peran sarjana kesehatan masyarakat dalam promosi kesehatan berbasis


media social harus memperhatikan hal berikut:

1. Adopsi konsep media sosial yang telah berhasil di bidang bisnis. Saran
memanfaatkan media sosial tersebut adalah
a. Identifikasi media dengan hati-hati,
b. Pilih aplikasi atau buat sendiri,
c. Pastikan keselarasan aktifitas di media sosial,
d. Integrasi rencana media dan akses untuk semua. Kesuksesan penerapan
aplikasi tersebut dengan meluangkan waktu untuk meninja
interaksi/percakapan dan mendedikasikan waktu untuk menanggapi
tanggapan audien
2. Menggabungkan media sosial dengan strategi pemasaran sosial dengan 4
langkah:
1) jelaskan audien,
2) tuliskan tujuan untuk terlibat dengan audien,
3) buat garis besar strategi khusus untuk melibatkan dan
4) pilih teknologi.
3. Mengembangkan rencana komunikasi strategis dengan menggabungkan media
sosial dengan praktek dilapangan untuk memperluas jangkauan dan mendorong
interaktivitas dan keterlibatan .
4. Profesional kesehatan perlu mempertimbangkan dampak terbaik dan terburuk
dari konten yang mereka sampaikan di media sosial serta mempertimbangkan
sinergi antara media sosial dan promosi kesehatan .
5. Organisasi dan praktisi promosi kesehatan harus dapat mencocokkan kebutuhan
program dengan hasil yang diberikan oleh media sosial dengan melakukan
evaluasi secara komprehensif , dengan kerangka kerja evaluasi proses dan
evaluasi dampak .
6. Mengembangkan intervensi dengan membentuk tim multidisiplin, menjamin
ketersediaan sumber daya untuk mempertahankan kehadiran online serta
interaksi dua arah merupakan fitur baru promosi kesehatan dengan media sosial.
7. Mengidentifikasi dan memilih konten dengan isu-isu terkini dengan
mempertimbangkan berbagai pemangku kepentingan.
8. Profesional kesehatan dapat mengadopsi 3 cara penggunaan internet untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat:
1) menggunakan format wiki untuk pengetahuan dasar seperti “wikihealth”
untuk komunitas yang membutuhkan informasi/pengetahuan,
2) membentuk organisator komunitas seperti model MySpace,
3) menggunakan blog untuk bertukar informasi.
9. Memaksimalkan paparan informasi dengan basis bukti yang kuat, dengan
mempertimbangkan konten relevan untuk audien yang tepat atau bahkan
berbeda serta memperjelas peran profesional dalam memfasilitasi media sosial.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Promosi kesehatan berbasis media social pada kaum millennial merupakan
inovasi yang bagus untuk di kembangkan di masyarakat. Umumnya kaum
millennial pada saat ini sering mengakses media social dalam kehidupannya.
Media yang diakses oleh kaum millennial berupa Facebook, Instagram,
Youtube, Twitter, Blog dan lainnya. Media sosial melalui internet memiliki
potensi besar untuk melakukan promosi kesehatan dan intervensi kesehatan
lainnya, dan lebih mudah untuk menyentuh sasaran pada setiap levelnya. Bukti
empiris menunjukkan pemanfaatan media sosial efektif dalam melakukan upaya
promosi kesehatan dengan tujuan meningkatkan pemahaman dan memberi
dukungan kepada masyarakat untuk berperilaku sehat, namun tidak dapat
dipungkiri, dibalik kesuksesan media tersebut terdapat beberapa kelemahan.
Peran sarjana kesehatan masyarakat dapat memperhatikan hal-hal yang
harus diperhatikan dalam promosi kesehatan berbasis media social sebagai
berikut: mengidentifikasi audien, memilih konten yang tepat, memilih strategi
yang dapat diadopsi dari bidang lain seperti bidang bisnis, memberikan
informasi berbasis data yang akurat dan terkini, meningkatkan partisipasi audien
dan penyedia layanan, melakukan monitoring dan evaluasi guna memastikan
program promosi kesehatan berhasil dan berkelanjutan secara online.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bailey, Chadwick Martin. Consumers Engaged Via Social Media Are More Likely To
Buy,Recommend. iModerate, Boston, Massachusetis. 2010.

Cahyono, Anang Sugeng. 2010. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial
Masyarakat di Indonesia. Jakarta : Jurnal Media Sosial

Cuéllar, M.M.G et.al .2013. Web Tools 2.0 for Health Promotion in Mexico. Journal
of Applied Research and Technology, Vol. 11, October 2013

Garcia, Israel. Social Media Integration Theory Model. Human Media, Spanish. 2011.

Kaplan Andreas M.& Haenlein Michael. Users of the world, unite! The challenges
and opportunities of social media, Business Horizons, Vol. 53, Issue 1. page 61.2010.

Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan Panduan


bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2016. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta
Kemenkes RI

Laksono, Agung Dwi . 2014. Efektivitas Media Sosial untuk Promosi Kesehatan.
National Institute of Health Research and Development, the Ministry of Health of
Indonesia

Laksono, Agung Dwi dan Ratna Dwi Wulandari. Analisis Potensi Penyebaran
Informasi Kesehatan melalui Jejaring Sosial; Studi Kasus pada Forum Jejaring
Peduli AIDS.Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Volume 14 Nomor 4, Oktober
2011

Leonita, Emy. 2018. Peran Media Sosial dalam Upaya Promosi Kesehatan: Tinjauan
Literatur. Pekanbaru: STIKES Hang Tuah

Thea, Rahmani. 2016. Penggunaan Media Sosial Sebagai Penguasaan Dasar-Dasar


Fotografi Ponsel, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, hal. 22

Anda mungkin juga menyukai