Anda di halaman 1dari 27

Kuping Emas (Komunitas Penggiat Promosi Kesehatan Masyarakat),

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember. Kelompok studi ini


bergerak dalam bidang promosi kesehatan masyarakat dan membawa
misi masyarakat sehat, masyarakat hebat.
DIMSUM (Diskusi Menarik Isu Kesehatan Masyarakat) merupakan
diskusi tentang isu kesehatan masyarakat yang perlu untuk ditelaah.
Metode dalam kegiatan DIMSUM ini menggunakan metode ceramah
maupun FGD (Focus Grup Discussion) seperti Webinar yang
diselenggarakan pada 26 September 2020.

SUSUNAN REDAKSI
1. Pelindung: Dr. Anita Dewi Prahastuti Sujoso, S.KM., M.Sc.
2. Penasehat: Mury Ririanty, S.KM., M. Kes.
3. Pimpinan Umum: Puspita Ayu Antari
4. Pimpinan Redaksi: Dea Agnar Pradita
5. Redaktur Pelaksana: Niken Ayu Pramesthi
6. Layouter: Niken dan Elen
7. Naskah: Rifka, Hilda, Farah, dan Mia
Selama masa pandemi, sebagian besar masyarakat menggunakan
media sosial sebagai media komunikasi dan sumber informasi. Akan
tetapi, penggunaan media sosial yang berlebihan berpotensi untuk
menimbulkan gangguan kesehatan mental berupa Social Media
Fatigue atau kelelahan media sosial. Kelelahan saat menggunakan
media sosial ditandai dengan kecenderungan menarik diri dari media
sosial, memiliki perasaan cemas saat membaca sebuah informasi
dengan sumber yang tidak jelas dan mengalami kelelahan saat
berinteraksi secara online. Salah satu variabel yang diduga
memengaruhi social media fatigue adalah kelebihan informasi yang
melebihi kapasitas individu dalam memproses informasi. Intensitas
kelebihan informasi, dapat membebani kondisi psikologi individu,
sehingga berujung pada social media fatigue.

Dewasa ini, Indonesia sudah memasuki masa Adaptasi Kebiasaan


baru (New normal) dimana semua sudah boleh beraktivitas seperti
biasanya, namun tetap memperhatikan Protokol Kesehatan. Masa-masa
ini pun beriringan dengan derasnya informasi di media sosial yang
terstruktur dan terjadwal. Hal ini berbanding lurus dengan risiko
peningkatan fenomena social media fatigue. Fakta informasi yang
tersebar pada masa pandemik ini seperti; peningkatan jumlah orang
yang terinfeksi, angka kematian, dan perihal PSBB transisi. Selama masa
pandemi
COVID-19 ini, keterlibatan individu dalam media sosial sebagai wadah
komunikasi sosial, sekaligus informasi dan penyebaran virus corona
menjadi lebih kontekstual dan kompleks. Individu membutuhkan energi
ekstra untuk dapat memproses bamyaknya informasi yang dilihat di
media sosial dan proses ini rentan menyebabkan Social Media Fatigue
dengan mempertimbangkan berbagai faktor internal dan eksternal
yang terjadi.

Kami mengucapkan selamat datang kepada peserta webinar


dimana kita memiliki kesempatan untuk berbagi ilmu tentang
Fenomena Social Media Fatigue di Era Adaptasi Kebiasaan Baru.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat mencegah dan mengurangi
dampak terjadinya social media fatigue yang saat ini terjadi di
masyarakat. Berkaitan dengan tema tersebut kami menghadirkan 2
narasumber sebagai ahli akademisi dan praktisi yang menyampaikan
materi terkait tema utama pada webinar kali ini. Webinar kali ini
tentunya dapat terselenggara berkat bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada
semua pihak yang telah membantu terselenggaranya acara kami.
Kami menyadari bahwa penyelenggaran webinar ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya atas
kekurangan tersebut. Akhir kata, semoga peserta webinar
mendapatkan manfaat yang besar dari kegiatan ini
Per-tanggal 26 September 2020, terhitung sudah lebih dari 6 bulan
masyarakat hidup berdampingan dengan Virus COVID-19 sejak dari
penetapan situasi Pandemi COVID-19 oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO) di tanggal 11 Maret 2020. Selama waktu tersebut banyak
kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia dalam
merespon adanya pandemi ini diantaranya mulai dari Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) dan kemudian memasuki masa adaptasi
kebiasaan baru dengan penetapan protokol kesehatan yang harus
dipatuhi oleh masyarakat ketika beraktivitas di luar rumah.
Selama masa pandemi terdapat perubahan dalam kebiasaan yang
dapat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat salah satunya yaitu
terkait dengan metode dalam berkomunikasi dan pencarian informasi
yang hampir seluruhnya harus beralih secara jarak jauh atau melalui
daring salah satu media yang banyak digunakan oleh masyarakat
dalam media komunikasi dan sumber informasi yaitu melalui media
sosial. Meningkatnya intensitas masyarakat dalam mengakses media
sosial beriringan dengan derasnya informasi yang juga muncul secara
bebas di media sosial bahkan dengan sistem yang terstruktur dan terjadwal.
Beberapa informasi yang tersebar pada masa pandemik ini seperti;
peningkatan jumlah orang yang terinfeksi, angka kematian, dan perihal
PSBB transisi. Melalui media sosial, masyarakat dapat dengan mudah
berinteraksi hal tersebut sangat membantu dalam pemenuhan
kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial yang masih membutuhkan
manusia lain untuk berkomunikasi/bersosialisasi.
Namun, seperti yang kita tahu bahwa segala hal yang berlebihan itu
tidak akan baik. Ditengah kemudahan masyarakat dalam mengakses
banyak informasi terdapat potensi timbulnya gangguan kesehatan
mental yang dapat diakibatkan karena penggunaan media sosial
yang berlebihan. Gangguan tersebut bernama Social Media Fatigue
atau kelelahan sosial media yang ditandai dengan kecenderungan
menarik diri dari media sosial, memiliki perasaan cemas saat
membaca sebuah informasi dengan sumber yang tidak jelas, dan
mengalami kelelahan saat berinteraksi secara daring.
Social Media Fatigue dapat didefinisikan sebagai perasaan
subjektif pengguna media sosial yang merasa lelah, jengkel, marah,
kecewa, kehilangan minat, atau berkurangnya motivasi berkaitan
dengan interaksi di berbagai aspek penggunaan media sosial karena
banyaknya konten yang ditemui dalam media sosial. Hal tersebut
dikarenakan adanya kelebihan intensitas informasi yang dapat
diterima oleh individu sehingga dapat membebani kondisi psikologi
individu itu sendiri. Social Media Fatigue dapat disebabkan karena
beberapa hal, diantaranya yaitu adanya kejenuhan dalam membaca
berita/informasi yang sama, membaca pesan/informasi yang panjang,
dan informasi yang ambigu.
Sebagai pengguna media sosial ada beberapa Tips yang dapat
digunakan dalam Mencegah Fenomena Social Media Fatigue yaitu
 Komitmen dengan waktu yang dimiliki dengan melakukan
pembatasan/mengurangi waktu penggunaan media sosial
seperti puasa media sosial.
 Mengakses konten yang bermanfaat untuk kesehatan baik
secara fisik maupun psikis. Serta tidak terlalu
penasaran/mencari tahu pembahasan di media sosial yang
tidak menguntungkan.
 Crosscheck informasi yang didapatkan terlebih dahulu untuk
memastikan kebenaran informasi sehingga tidak langsung
menerima informasi yang baru.
Sedangkan bentuk pencegahan yang dapat dilakukan sebagai
promor kesehatan, beberapa hal yang bisa dilakukan adalah
 Pahami sasaran dari kelompok yang ingin dirubah perilakunya
seperti ibu-ibu atau remaja. Karena akan menentukan bentuk
pengemasan konten yang akan digunakan agar dapat sesuai
dengan karakteristik dari target sasaran.
 Pahami situasi dan kondisi agar isi dari konten yang dibagikan
sesuai dengan keadaan yang ada di masyarakat.
 Ikuti perkembangan teknologi yang ditandai dengan
munculnya sosial media yang banyak digunakan oleh
masyarakat, seperti TikTok dan Podcast. Seorang promotor
kesehatan harus mengikuti dan memanfaatkan sehingga
konten kesehatan dapat menyebar lebih luas.

Contoh nyata dari Kak Afif yang telah dilakukan untuk mencegah
Fenomena Social Media Fatigue dengan Promosi Kesehatan Berbasis
Literasi Digital diantaranya yaitu memiliki akun sosial media yang
khusus digunakan untuk melakukan edukasi kepada masyarakat
seperti memberikan konten tentang kesehatan serta poster/gambar
yang mengandung pesan-pesan kesehatan. Selain itu Kak Afif juga
mengajak mahasiswa dalam membuat konten edukasi dengan
menerapkan tugas perkuliahan dengan memanfaatkan sosial media,
sehingga mahasiswa yang diajar dapat lebih belajar mengemas
informasi secara informatif dan menarik untuk dibagikan.
Selalu ingat bahwa, Kita tidak bisa mengendalikan orang lain,
yang perlu kita kendalikan adalah diri kita sendiri dan sebelum
merubah orang lain kita harus berkaca pada diri sendiri terlebih dahulu.
Mungkin kita sering merasa terganggu ketika ingin menikmati media
sosial dan mendapati konten yang tidak sesuai dengan keinginan kita,
tapi kita harus ingat bahwa kita tidak bisa mengendalikan mereka.
Jadi, yang harus dikendalikan adalah konten yang kita keluarkan
harus lebih bermanfaat sehingga orang lain tidak merasakan
kejenuhan dan terganggu dengan konten yang kita bagikan.
Yuk berkontribusi dalam mencegah terjadinya fenomena Social
Media Fatigue dengan menciptakan konten edukatif yang positif dan
berikan nilai-nilai positif kepada orang-orang yang mengikuti kita.
Sosial media adalah jembatan berbasis internet yang
menghubugkan creator dan audience. Sosial media sangat penting
karena semua promisi dapat dilakukan melalui sosial media. Efek
positif sosial media dapat menjandi motivasi maupun inspirasi bagi
masyarakat luas. Selain itu sosial media dapat menjadi sebuah wadah
bisnis modal agensi untuk membantu perusahaan, UMKM, korporat,
pemerintah dalam konsultasi promosi produk dengan pra project. Efek
negatif bukan bosan dengan sosial media tetapi dengan
pekerjaannya.

Kelelahan bisa terjadi bukan karena sosial media, namun karena


melihat konten yang toxic, maupun agoritma konten yang dibaca
tidak sesuai dengan kesukaan individu. Namun hal ini berbeda untuk
setiap individu. Sedangkan kekecawaan yang ada dapat terjadi
karena ekspentasi yang ada mungkin saja terlalu tinggi sehingga
orang lain tidak dapat disalahkan dalam hal ini.

Di Indonesia terdapat banyak orang yang berbakat, namun tidak


memiliki kesempatan. Perlu ada jembatan antara bakat atau potensi
dengan kesempatan. Salah satu cara untuk menjembatani hal ini dalah
dengan story telling melalui sosial media, dimana hanya diperlukan
handphone, internet dan ide. Sehingga terbentuklah pra project
sebagai platform bagi anak muda Indonesia untuk menghilangkan
tembok sosial dan
personal. Terdapat 3 hal yang dapat membuat orang-orang memiliki
power, yaitu uang, koneksi, influence.

Semua orang bisa membuat sosial media, semua orang yang


memiliki smartphone. Hal ini yang berbahaya karena dapat
menyebabkan kebanjiran informasi sehingga sulit untuk memilah
informasi yang benar dan salah, bahkan seseorang denga pendidikan
tinggi juga dapat salah memilah informasi. Maka pilihlah akun-akun
yang mampu memberikan efek yang baik dan positif. Mengikuti akun
yang merugikan dapat membuat seseorang menyebarkan konten
yang merugikan juga.
T0PIK 1

Wahyullah_Politeknik Dharma Agung_Bagiamana strategi


Memaksimalkan Penggunaan Media Sosial untuk sekolah,
pakerjaan dll dan Bagaimana Mengoptimalkan Kegiatan
Belajar Mengajar menggunakan sosial media dirumah?

Pertama harus kompromi dengan waktu, misalnya dalam


kuliah dengan menggunakan zoom maka perlu komitmen
kuliah dengan zoom tapi melihat media sosial lain.
Pemanfaatan sosial media untuk belajar mengajar dapat
dilakukan dengan share tugas, konten idukatif dan
referensi sehingga memberikan efek yang positif.
Esterlita Putri_UNEJ_Apakah ada hubungan antara fenomena
FoMO (Fearing of Missing Out) di kalangan milenial dengan
Social Media Fatigue dan bagaimana tips agar kita tidak
kecanduan dengan sosial media?

 Ada hubungan karena kelebihan informasi bisa menjadi


salah satu penyebab utama Sosial Media Fatigue.
 Mencegah kecanduan sosial media dapat dilakukan
dengan membatasi penggunaannya, dimana
penggunaan secara terus menerus frekuensinya dikurangi.
Konsistensi dengan waktu yang dimiliki, dapat dilakukan
dengan membuat MOU atau kesepakataan pada diri
sendiri terhadap konsekuensi jika melanggar MOU.
Ayezha Halidar P_Universitas Brawijaya_Bagaimana cara
memang benar-benar ingin istirahat dari medsos, padahal kita
sebagai mahasiswa masih membutuhkan berita dari situs media
sosial yang tersebar luas ini?

Pertama bisa memilih media sosial yg lebih banyak manfaat


dan dampaknya, bisa jd media sosialnya menyajikan
informasi yang baik tapi konten yang dilihat memiliki efek
negatif maka hal ini membuat media sosial tersebut tidak
sehat. Ada media yang mepublis informasi jurnal misalnya
dinas terkait, berita, jago preventif, dan ruang guru.
Rosidah F._UNEJ_Saat ini marak beredar virtual holiday di sosial
media sebagai media refreshing namun secara virtual, apakah
pengaruh virtual holiday ini cukup besar bagi individu ? terima
kasih.

Hal ini tergantung pada pribadi masing-masing individu. Kita


makhluk sosial yang perlu merasaan secara langsung
keadaan di sekitar atau tempat wisata. Dapat dipilih tempat
wisata yg memang sedikit pengunjungnya, menggunakan
kendaraan pribadi dan jaga jarak ditempat wisata.
Dhila Ayu Novita Agustin_FKM UNEJ_apakah bisa neurotisisme
dijadikan sebagai prediktor dari sosial media fatigue?

Berdasarkan sebuah jurnal yang meneliti mahasiswa dengan


jumlah yang cukup besar dan berdasarkan ilmu kedokteran
terdapat hubungan, namun dalam penelitian tersebut
pengaruh yang diberikan tidak terlalu signifikan, pengaruh
yang besar berasal dari beban yang kemudian
mempengaruhi fisik
TOPIK 2

Rini Pratiwi_Univ Respati Yogyakarta_Bagaimana tantangan


proud media group dlm membuat konten di mdia sosial tentang
kesehatan masyarakat?

Tantangannya masyarakat sendiri karena mereka tidak


mau mengakui penyakitnya “saya tidak sakit” sehinngga
penyakit tersebut tidak bisa sembuh.
Berliada Ciutri_STIKS tarakanita_Saya mahasiswa media
kommunikasi saat ini dengan banyak media masa sebagai
pemilik platform tentu diperlukan evaluasi informasi, namun
dengan adanya ledakan informasi bagaimana cara melakukan
evaluasi informasi

Semua informasi tidak bisa diterima 100%, perlu


dipertanyakan kembali apakah informasi benar, harus
diketahui sumber informasi dan dipastikan kemabali.
Sound (fakta) & valid (logis), sound dengan memastikan
sumbernya kredibilitas atau tidak selanjutnya informasi
tersebut terdapat fakta atau uji yang telah dilakukan.
Ayeza Halida Putri_ Universitas Brawijaya_Apakah prop media
grup berkolaborasi dengan starup atau data analisis dari
perusahaan kakak

Beberapa perusahaan menggunakan teknologi, data perlu


untuk mengelola infrmasi sehingga diketahui sound dan
validnya.
Isma Devita Anggraini_UNEJ_Bagaimana cara meningkatkan
potensi diri kita supaya terus semangat dan nggak gampang
nyerah kak? soalnya semangat itu kan terkadang naik turun,
kalo lagi naik bisa semangat banegt, tapi kalo lagi turun ga
mood sama sekali. terimakasih

Naik turunnya semangat itu hal biasa, kita tidak selalu perlu
semangat untuk menjalankan tugas kita yang dierlukan
adalah konnsistensi. Berkarir itu seperti makan ketoprak
dimana ketika makan kita bisa dengan krupuk (semangat),
kita bisa makan dengan dengan krupuk maupun tidak,
hanya saja dengan krupuk jadi lebih enak. Cara belajar
konsisten dengan menerima rasa pahit, akui kesalahan
atau masalah yang ada, dan jangan lihat kanan kiri
(membandigkan dengan kesuksesan orang lain).
Amira Aisyah_Universitas Jember_ Kapan pertama kali dan
kenapa kakak mendapatkan ide prject?

Ada orang amerika yg memaksa meminta rokok dan


mengatakan orang Indonesia merokok dimanapun. Ketika
saya kuliah di Amerika, saya merasa ada tembok pembatas
antara orang Amarika dan Indonesia. siapa yang membuat
tembok ini? Awalnya sayaa berpikir orang Amerika yang
membuatnya karena terdapat banyak orang-orang anarkis,
namun di semua negara terdapat orang yang anarkis. Pra
project dengan story telling dapat menghacurkan tembok-
tembok yang ada dan mengubah mindset.
Berikut adalah hasil rekapitulasi hasil jawaban partisipan dari lima
pertanyaan seputar pengetahuan mengenai topik yang diangkat
pada Webinar DIMSUM 2.0.

Berdasarkan hasil grafik disamping,


diketahui bahwa mayoritas partisipan
menjawab pertanyaan mengenai “Apa
pengertian dari Social Media Fatigue?”
dengan Benar yaitu sebanyak 93%. Dengan
demikian, disimpulkan bahwa partisipan
telah menambah wawasan dan
pengetahuannya terhadap pengertian dari
Social Media Fatigue tersebut.
Berdasarkan hasil grafik disamping,
diketahui bahwa mayoritas partisipan
menjawab pertanyaan mengenai “Apa
saja penyebab dari terjadinya Social Media
Fatigue?” dengan Benar yaitu sebanyak
83,3%. Dengan demikian, disimpulkan
bahwa partisipan telah menambah
wawasan dan pengetahuannya terhadap
penyebab dari terjadinya Social Media
Fatigue tersebut.
Berdasarkan hasil grafik disamping,
diketahui bahwa mayoritas menjawab
pertanyaan mengenai “Apa dampak yang
dirasakan dari adanya Social Media
Fatigue?” dengan Benar yaitu sebanyak
96,5%. Dengan demikian, disimpulkan
bahwa partisipan telah menambah
wawasan dan pengetahuannya terhadap
dampak yang dirasakan dari adanya
Social Media Fatigue tersebut.
Berdasarkan hasil grafik disamping,
diketahui bahwa mayoritas partisipan
menjawab pertanyaan mengenai “Berikut
pencegahan Social Media Fatigue yang
dapat digunakan oleh pengguna sosial
media, kecuali...” dengan Benar yaitu
sebanyak 82%. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa partisipan telah
menambah wawasan dan
pengetahuannya terhadap pencegahan
Social Media Fatigue yang dapat
digunakan oleh pengguna sosial media.
Berdasarkan hasil grafik disamping,
diketahui bahwa mayoritas partisipan
menjawab pertanyaan mengenai “Berikut
tips berperilaku sehat dalam menggunakan
sosial media adalah…” dengan Benar yaitu
sebanyak 91,1%. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa partisipan telah
menambah wawasan dan
pengetahuannya terhadap tips berperilaku
sehat dalam menggunakan sosial media.

Anda mungkin juga menyukai