Anda di halaman 1dari 6

PENGEMBANGAN MEDIA VIDEO INTERAKTIF TENTANG MENU SEHAT

SEIMBANG BALITA MELALUI MEDIA SOSIAL UNTUK KADER DI POSYANDU


MATAHARI KELURAHAN MARGAJAYA

Oleh: Hilma Nuraeni dan Ihsanti Velinlisdi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan salah satu kelompok rawan gizi, pada usia ini pertumbuhan otak masih
berlangsung cepat (Istiany Ari dan Rusilanti, 2013). Berdasarkan data tahun 2006 di
Indonesia, jumlah anak yang mengalami gizi buruk mencapai 4,8 juta anak. Pada tahun 2007
ada penurunan, yaitu jumlah anak yang mengalami gizi buruk mencapai 4,1 juta anak Pada
tahun 2008 juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu jumlah anak yang
mengalami gizi buruk mencapai 4 juta anak (Departemen Kesehatan, 2010).

Kekurangan Energi dan Protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalambmakanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi kecukupan yang dianjurkan (Adriani danWijatmadi, 2012). KEP dibagi menjadi
tiga, yaitu kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-kwashiorkhor.

Masalah gizi merupakan masalah yang kompleks. terdapat beberapa faktor yang menjadi
penyebab timbulnya penyakit gizi. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor diet, faktor sosial,
kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan, dan faktor lain seperti pendidikan dan
pengetahuan. Penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita terdiri dari penyebab
langsung dan penyebab tidak langsung (Waryana, 2016). Penyebab langsung dari KEP adalah
defisiensi kalori maupun protein, yang berarti kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung kalori maupun protein, hambatan utilisasi zat gizi. Adanya penyakit infeksi dan
investasi cacing dapat memberikan hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi
yang menjadi dasar timbulnya KEP.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi termasuk didalamnya kegiatan
bayi dan balita berupa penyuluhan gizi seimbang. Penyuluhan gizi di Posyandu dilakukan
oleh kader kepada ibu/keluarga balita (Harfi, 2015). Penyuluhan dilakukan melalui
pendekatan perorangan, sehingga bukan merupakan penyuluhan kelompok namun kader
dapat melakukan penyuluhan kelompok pada hari Posyandu atau di luar hari Posyandu.
Kader posyandu sebagai tenaga masyarakat yang paling dekat dengan masyarakat
(Adisasmito, 2010) dalam Wicaksono ,2015). Hal tersebut disebabkan karena kader
merupakan masyarakat setempat sehingga alih pengetahuan dan alih ketrampilan dari kader
kepada masyarakat sekitar menjadi lebih mudah.

Perkembangan psikis ibu-ibu kader dimana mereka mempunyai rasa ingin tahu yang
besar memungkinkan mereka untuk berusaha mencari informasi/pengetahuan yang mereka
butuhkan tidak saja dari petugas kesehatan tetapi mereka dapat mencari dari berbagai alat
komunikasi, misalnya dengan membaca surat kabar, mendengarkan radio, melihat televisi,
atau akses internet yang lebih memudahkan untuk dapatkan informasi sebanyak-banyaknya.
Media sosial merupakan hal yang tidak asing bagi masyarakat di era digitalisasi ini. semua
kalangan baik tua maupun muda sudah mulai mahir dalam menggunakan media sosial seperti
Whatsapp, Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, dan masih banyak lagi. Tidak heran,
Indonesia termasuk ke dalam salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak di
dunia. Media sosial merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan untuk berinteraksi,
berkomunikasi, dan membangun jaringan melalui media komunikasi online berbasis internet.
Semua orang yang memiliki jaringan internet dapat dengan mudah mengakses media sosial di
mana pun dan kapan pun. Berbagai konten menarik dapat dengan mudah diakses dan
dibagikan melalui Media Sosial. Kepraktisan dan keleluasaan ini lah yang menjadikan Media
Sosial begitu menarik di mata masyarakat.

Media sosial dapat digunakan untuk berbagai hal, salah satu pemanfaatan media sosial
yang popular yaitu untuk mengakses informasi. Informasi sendiri merupakan kumpulan data
yang telah diolah, diproses, dan dimodifikasi sehingga data tersebut memiliki arti atau makna
bagi penggunanya. Jenis informasi yang sering kali dibagikan di Media sosial salah satunya
tentang kesehatan seperti gaya hidup sehat, gizi, maupun penyakit. Berdasarkan pengamatan
yang dilakukan Global Web Index (2020), alasan utama masyarakat usia 16-64 tahun
menggunakan internet diantaranya untuk mencari informasi (63.0%) dan riset tentang
kesehatan & produk kesehatan (36.3%).
Berdasrkan hasil observasi yang dilakukan oleh oeneliti disalah satu Posyandu Kota
Bogor, peneluti menemukan masalah yang sering terjadi utamanya dalam kegiatan
penyuluhan gizi yang dilakukan oleh kader. Masalah tersebut diantaranya, kurangnya
penyajian informasi yang dilakukan oleh kader akibat kekurangan informasi, media
penyuluhan yang menyebabkan rendahnya antusiasme peserta penyuluhan. Maka dari itu,
penyebaran informasi seputar kesehatan melalui media sosial bisa dilakukan khususnya bagi
lembaga kemasyarakatan dan kesehatan agar informasi yang diakses oleh masyarakat akurat
dan relevan, bersumber langsung dari pakarnya.

Terinspirasi dari hal tersebut peneliti membuat sebuah penelitian mengenai "Pemanfaatan
Media Sosial sebagai Media Informasi bagi Lembaga Posyandu" yang dilaksanakan di
Posyandu Matahari Kelurahan Margajaya, Dermaga kota Bogor. Kegiatan yang dilakukan
diantaranya mengedukasi Kader-Kader Posyandu dalam penggunaan media sosial sebagai
media informasi. Materi yang diberikan seperti informasi apa saja yang dapat dibagikan di
Media Sosial Posyandu, tujuan dan manfaat penyebaran informasi, pembuatan Group
Whatsapp untuk Lembaga Posyandu, dan pembuatan konten-konten menarik seputar
kesehatan Ibu dan Balita. Program kerja ini dilaksanakan dengan harapan agar Lembaga
Posyandu dapat menjadi sumber informasi terpercaya bagi masyarakat sekitar mengenai
informasi seputar kesehatan Ibu dan Balita dan juga untuk mendorong masyarakat
berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu.

B. Kajian Teori

1. Gizi
Gizi secara etimologi berasal dari bahasa arab “Ghidza” yang artinya
makanan. Menurut dialek mesir “Ghidza” dibaca “Ghizi” atau popular di
Indonesia disebut “Gizi”. Gizi atau makanan didefinisikan sebagai subtansi
organic yang dibutuhkan makhluk hidup untuk bertahan hidup, menjaga fungsi
normal darisistemtubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan dan melakukan
aktivitas (wardhani & Retno, 2018)
2. Media Sosial

Zaman terus berkembang menghasilkan beragam media. Salah satunya media


sosial. Media sosial merupakan media di internet yang memungkinkan pengguna
untuk mewakili pribadinya dalam hal berinteraksi, bekerja sama, berkomunikasi
dengan penggguna lain, juga membentuk ikatan sosial secara virtual. Nilai-nilai
yang ada di masyarakat maupun komunitas juga muncul bisa dalam bentuk yang
sama atau berbeda di internet. Pada dasarnya, beberapa ahli yang meneliti internet
melihat bahwa media sosial di internet adalah gambaran apa yang terjadi di dunia
nyata, seperti plagiarisme (Nasrullah, 2016).

Selain pernyataan diatas, berikut ini adalah definisi dari media sosial yang berasal
dari berbagai literatur penelitian (Fuchs, 2014 dalam Nasrullah, 2016):

 Menurut Mandibergh (2012), media sosial adalah media yang mewadahi


kerja sama di antara pengguna yang menghasilkan konten (user generated
content).

 Boyd (2009), menjelaskan media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak


yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk berkumpul,
berbagi, berkomunikasi dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau
bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada user generated content
(UGC) dimana konten dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor
sebagaimana di institusi media massa.

 Menurut Van Dijk (2013), media sosial adalah platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam
beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat
sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan
antarpengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.

 Meike dan Young (2012), mengartikan media sosial sebagai konvergensi


antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi di antara individu (to
be shared one to one) dan media publik untuk berbagi kepada siapa saja
tanpa ada kekhususan individu

3. Media Informasi

Media informasi secara umum adalah alat untuk mengumpulkan dan


Menyusun Kembali sebuah informasi. Melalui media informasi, masyarakat dapat
mengetahui informasi yang sudah ada serta dapat saling berinteraksi satu sama
lain.

Sedangkan pengertian dari informasi adalah kumpulan data yang diolah


menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima. Tanpa
suatu informasi, suatu sistem tidak akan berjalan dengan lancar dan akhirnya bisa
mati. Suatu organisasi tanpa adanya suatu informasi maka organisasi tersebut
tidak akan berjalan dan tidak bisa beroperasi. (Jogiyanto HM,2005)

4. Lembaga Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya


Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat,
yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan
bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan
lembaga terkait lainnya (Kemenkes RI, 2011)

Menurut Kemenkes (2011), manfaat penyelenggaraan Posyandu yaitu : 1) untuk


mendukung perbaikan perilaku; 2) mendukung perilaku hidup bersih dan sehat; 3)
mencegah penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi; 4) mendukung pelayanan Keluarga Berencana; 5) mendukung pemberdayaan
keluarga dan masyarakat dalam penganekaragaman pangan melalui pemanfaatan
pekarangan.

5. Jenjang Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), jenjang Posyandu dibagi menjadi 4 tingkatan


berdasarkan tingkat perkembangan Posyandu sebagai berikut :

 Posyandu Pratama Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap,


yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin
serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
 Posyandu Madya Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan ratarata jumlah
kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan
utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%.
 Posyandu Purnama Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah
kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di
wilayah kerja Posyandu.
 Posyandu Mandiri Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan ratarata jumlah
kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta telah
memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Posyandu.

Anda mungkin juga menyukai