Anda di halaman 1dari 7

Nama : Maharani

NPM : 225130034P

Jurusan : S1 Konversi KesMas

Identitas Jurnal

1) RINA, Bastian; ABDULHAK, Ishak; SHANTINI, Yanti. Jalinan Kemitraan Program


Posyandu dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan. Diklus: Jurnal
Pendidikan Luar Sekolah, 2020, 4.2: 112-123.
2) PARAMITA, V. Santi, et al. Secercah Hati: Community Empowerment Program in
Health and Economic Affairs through the Role of Posyandu and Posbindu: Community
Empowerment Program in Health and Economic Affairs through the Role of Posyandu
and Posbindu. MITRA: Jurnal Pemberdayaan Masyarakat, 2019, 3.2: 151-163.
3) FITRIAHADI, Enny; KHUSNUL, Luluk. Program Kemitraan Masyarakat tentang
Pelatihan Kader Posyandu Lansia di Wilayah Betokan, Tirtoadi, Godean, Sleman. Jurnal
Pengabdian Masyarakat Kebidanan, 2019, 1.2: 5-10.

Latar Belakang

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan berupa Pos Pelayanan Terpadu


(Posyandu) adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat. Memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah tujuan dari program ini. Bersumber
daya dari UKBM memberikan bimbingan dan wahana pemberdayaan masyarakat yang
dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat. Pengelolaan program Posyandu
dapat berupa tenaga kerja beberapa orang yang disebut Kader. Anggota kader yaitu
masyarakat yang dipilih, bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk mengelola
kegiatan posyandu. Dalam menjalankan program kesehatan di posyandu yangefektif dan efisien,
perlu adanya dukungan baik dari Puskesmas selaku provider maupun darimasyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar istilah kerja sama dan gotong
royong yang memiliki arti sama yaitu kemitraan. Kemitraan merupakan suatu upaya
yang dapat meleburkan dan melibatkan berbagai komponen. Perlibatan kerja sama
ini mulai dari masyarakat, lembaga pemerintah sampai lembaga non-pemerintah.
Tujuan terjalinnya kemitraan ini tidak lain untuk kepentingan bersama. Pencapaian
ini berupa kesepakatan, prinsip, serta peran dari masing-masing.
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan
peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya (Sari, 2011). Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara
lain Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia, Mendekatkan pelayanan dan
meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping
meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut

Salah satu upaya kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan pada lansia adalah upaya
preventif dan promotif yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap
dihargai dan tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya
promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan, senam lansia dan pemeriksaan kesehatan (Jasmika,
2012). Tingkat keberhasilan pelatihan posyandu terlihat dari peningkatan pengetahuan yang
signifikan antara sebelum dan setelah pelatihan (Salamah, 2018). Dengan pelaksanaan pelatihan
kader posyandu lansia mampu secara minimal melaksanakan konseling edukasi, kader posyandu
lansia mampu menggunakan teknologi alat bantu kesehatan (Maryatun dan Indarwati, 2017).

Persoalan mitra yang diatasi melalui Program Kemitraan Wilayah (PKW) Secercah
Hati 2019--2021 terbagi dalam dua bidang, yaitu bidang kesehatan dan bidang ekonomi.
Masalah di bidang kesehatan terdiri atas tingkat kematian bayi yang masih tinggi,
lemahnya deteksi dini dalam pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, minimnya
pelayanan kesehatan untuk manula, tingkat sanitasi masyarakat yang kurang baik, pengendalian
jumlah penduduk yang belum optimal, kurangnya jumlah kader dan tingkat partisipasi
masyarakat dalam kegiatan posyandu dan posbindu.

ada sisi lain, tingkat harapan hidup yang semakin tinggi berdampak pada semakin
meningkatnya jumlah orang lanjut usia (lansia) di masyarakat. Melalui posbindu,
para kader berperan untuk mengatasi dan mencegah masalah kesehatan para lansia agar
mereka dapat menikmati masa tuanya dalam kondisi kesehatan yang baik. Menurut
Umayana dan Cahyati (2015), para lansia rentan terjangkit penyakit tidak menular,
seperti hipertensi, rematik, dan diabetes. Kondisi kesehatan lansia terjaga bila penyakit tidak
menular dapat dicegah. Oleh karena itu, dukungan keluarga dan tokoh masyarakat sangat
berperan terhadap keaktifan para lansia untuk datang ke posbindu, sehingga mereka
memiliki pemahaman yang baik untuk menjaga kesehatannya. Di samping itu,
komunikasi dan koordinasi antarkader sangat memengaruhi kualitas pelayanan
kesehatan para lansia. Para kader perlu dibekali pengetahuan yang baik untuk menjaga
kesehatan lansia, termasuk meminimalisasi terjangkitnya penyakit tidak menular
(Maulida dkk, 2013). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peran posyandu dan
posbindu sangat ditentukan oleh kualitas kadernya. Kader yang memiliki motivasi tinggi
dalam mengelola posyandu dan posbindu adalah para perempuan yang memiliki
pendidikan/pengetahuan yang baik serta memiliki latar belakang ekonomi keluarga yang
baik pula. Oleh kerena itu, para kader perlu mendapatkan pembekalan pelatihan kesehatan
serta kemampuan memberdayakan ekonomi keluarganya dengan berwirausaha.
Program pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dilakukan dengan memajukan industri
kreatif melalui inovasi teknologi tepat guna (TTG) (Antara, 2015). Endriani, Said, dan Ulum
menyatakan pemberdayaan masyarakat dan perempuan dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan TTG dalam kegiatan posyantek. Dengan demikian, sinergitas
posyandu dan posyantek akan menghasilkan kader-kader kesehatan yang andal dan berdaya
secara ekonomi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bidang
kesehatan dan ekonomi (Endriani, Said, & Ulum, 2015). Beberapa kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang telah dilaksanakan dengan menetapkan perempuan sebagai motor
penggerak terbukti berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kuncoro & Kadar,
2016; Suman, 2007; Widodo, Bustaman, & Soengkono, 2011).

Hasil Dan Pembahasan

1) Hasil temuan bentuk kemitraan yang pada saat ini terjalin dalam
pengembangan program posyandu berupa kegiatan yang dilakukan setiap sekali
sebulan yang belum mendapatkan kegiatan tambahan atau peningkatan dari
segi kerja kader dan pihak-pihak terkait. Dalam bentuk kemitraan hanya terjadi
sekali sebulan. Hal ini mengakibatkan kurangnya informasi yang di dapat
serta kurangnya komunikasi yang baik. Kemudian bentuk strategi kemitraan yang
dapat dibangun dalam komunitas antara pihak posyandu dengan masyarakat sekedar
berbagi informasi dalam sekali kegiatan tersebut. Pemberian informasi mengenai
Kesehatan tanpa adanya kegiatan penunjang untuk meningkatkan dan pengembangan
dari potensi yang dimiliki masyarakat. Bentuk pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan memberdayakan kepada sekelompok masyarakat untuk meningkatkan
Kesehatan mereka. Penemuan ini dipengaruhi oleh pendidikan masyarakat sasaran
Pendidikan berpengaruh langsung terhadap kesehatan agar mereka mudah dalam
berpartisipasi. Sutisna (2012) mengungkapkan bahwa partisipasi dari masyarakat
merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah
kesehatan. Tingkat pendidikan ditetapkan sebagai factor determinan berhubungan
dengan lingkungan kesehatan. Selain itu factor pengetahuan dalam pemberdayaan
masyarakat dimasukkan pula sebagai determinan lingkungan kesehatan. Pranata
(2011) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan factor pendukung dalam
menyelesaikan masalah kesehatan. Model pemberdayaan yang diberikan berupa
penanggulangan berbagai penyakit berbasis keluarga dirumuskan melalui peningkatan
pengetahuan dan keterampilan (Ade,2012). Pelaksanaan pemberdayaan akan penting
nya kesehatan melalui penumbuhan dan peningkakan kesadaran. Proses pemberdayaan
masyarakat didampingi oleh fasilitator yang disebut pendamping social yang berperan
untuk memengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh masyarakat
dalam mengadopsi inovasi.Sutisna(2012) menjelaskan proses pendampingan ini
dimulai dari pengidentifikasian dalam masalah kesehatan, membantu memperoleh
sumber daya yang diperlukan, membantu memilih pemecahan
masalah kesehatan sesuai dengan kondisi masyarakat. Pendampingan sosial
juga bekerja sama dengan kader-kader posyandu setempat. Secara sederhana
modal sosial berhubungan dengan kemampuan mengidentifikasi masalah kesehatan
melalui pertukaran informasi seperti tetangga memberikan saran satu sama lain,
memberikan nasihat atau informasi untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan. Pendidikan memberikan keterampilan hidup dan membuka peluang
untuk pemecahan masalah kesehatan.
2) Program Bidang Kesehatan dilakukan dengan pelatihan bagi kader posyandu dan
posbindu serta pemotivasian kader. Hal itu mengingat para kader semakin berkurang
sehingga perlu dilakukan rekuitmen baru untuk kaderisasi dan pemberian motivasi
kepada mereka. Pendampingan juga dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan
posyandu dan posbindu, setiap Senin minggu kedua. Metode yang digunakan
adalah ceramah, bermain peran, game, serta ice breaking. Pihak Pemkot Cimahi,
dalam hal ini Dinas Kesehatan, juga memberikan pelatihan dan penyuluhan
dengan materi dan metode yang berbeda. Output kegiatan berupa peningkatan jumlah
dan pemahaman bidang kesehatan bagi para kader posyandu dan posbindu serta
peningkatan jumlah kunjungan ke posyandu. Outcome kegiatan berupa
peningkatan tingkat kesehatan masyarakat, khususnya tingkat kesehatan ibu dan
anak serta manula.
Program 1000 hari kehidupan melalui pendampingan ibu hamil dilakukan oleh
mahasiswa Fakultas Kedokteran Unjani. Kegiatan itu masuk dalam kurikulum
wajib pada Fakultas Kedokteran UNJANI: satu mahasiswa wajib mendampingi satu
ibu hamil di bawah supervisi dosen. Kegiatan diawali dengan mendata ibu hamil
yang berada di wilayah RW 12, sehingga terdata 14 ibu hamil. Mereka
mendapatkan pendampingan satu mahasiswa kedokteran untuk menjaga kesehatan dan
pemenuhan gizi mereka hingga akhir masa menyusui. Program diharapkan mampu
mengurangi tingkat kematian ibu hamil dan balita, mencegah program gizi buruk
pada ibu hamil dan anak, serta mencegah terjadinya stunting. Metode yang
digunakan adalah konsultasi layanan kesehatan dan pendampingan. Outputkegiatan
berupa peningkatan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta anak balita. Outcome
kegiatan berupa penurunan tingkat kematian ibu dan bayi dan pencegahan
terjadinya gizi buruk pada ibu hamil dan anak serta pencegahan terjadinya
stunting. Dalam upaya menjamin keberlanjutan program, pelaksanaan kegiatan ini
disinergikan dengan kegiatan Puskesmas Cimahi Selatan. Dengan demikian,
pendampingan program 1000 hari kehidupan yang merupakan kurikulum
wajib mahasiswa FK UNJANI dapat terus berjalan secara
berkesinambungan.
Program pendampingan lansia yang sedang sakit. Saat ini terdapat delapan lansia yang
menderita penyakit stroke dan berdampak pada kelumpuhan. Hal itu dilakukan
dengan mengunjungi dan memberikan layanan kesehatan kepada lansia yang sakit
berat dan tidak dapat berjalan. Metode yang digunakan adalah konsultasi
layanan kesehatan dan pendampingan. Output kegiatan berupa peningkatan
kesehatan manula, sedangkan outcame kegiatan berupa peningkatan umur harapan
hidup manusia. Kegiatan pelatihan dan pendampingan bagi para kader posyandu
mengacu pada hasil penelitian Iswarawanti (2010) yang menyatakan bahwa kader
posyandu sangat berperan dalam usaha peningkatan gizi anak di Indonesia. Dengan
demikian, program Secercah Hati bidang kesehatan menitikberatkan kegiatannya
pada pelatihan dan pendampingan bagi para kader Posyandu
3) Hasil dan pembahasan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi langkah-langkah
sebabai berikut :
a. Rapat Koordinasi dengan Ketua RW 06 dan koordinator kader posyandu Rapat
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu tanggal 27 Maret 2016 dan 28 Maret 2016 membicarakan
tentang perekrutan kader posyandu dan jumlah lansia di RW 06.
b. Rekrutmen ibu kader lansia Rekrutmen ibu kader lansia dilakukan selama 1 hari yaitu
tanggal 28 Maret 2015 dan jumlah peserta 20 orang kader lansia. Dengan cara
memberikan soal pre dan post, yang nilainya baik 20 peserta dipilih menjadi kader lansia.
c. Pelatihan kader lansia Pelatihan kader lansia tentang kesehatan lansia selama 1 hari
pada hari Selasa 29 Maret 2016, bertempat di rumah ibu Sungkem. Yaitu dengan
melakukan pelatihan dan pemberdayaan kader melalui pemeriksaan lansia secara umum,
pendidikan kesehatan lansia dan senam lansia.
d. Penyuluhan Penyuluhan bersama dengan tokoh masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan kader lansia dalam melakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia. Tema
penyuluhan lansia adalah perilaku sehat pada lansia. Penyuluhan dilakukan pada Selasa,
tanggal 29 Maret 2016 pukul 14.00 , bertempat di rumah Ibu Sungkem.
e. Monitoring dan peresmian kader lansia Kegiatan monitoring dan peresmian kader
lansia dilakukan pada hari Sabtu tanggal 2 April 2016, di resmikan oleh koordinator
kader lansia yaitu ibu Ari Sujarwati dinyatakan resmi dan aktif menjadi kader lansia
sejumlah 20 kader
f. Evaluasi Evaluasi dilakukan pada hari minggu tanggal 3 April 2016 dengan melakukan
kunjungan ke 5 lansia yang pada saat pemeriksaan kesehatan mengalami keluhan sering
kencing, banyak minum dan sering mengeluh lemes. Hasil pemeriksaan gula darah
sebesar 324 yang dinyatakan bahwa pemeriksaan gula darahnya tinggi. Setelah dilakukan
kunjungan dan pemeriksaan gula darah lagi dengan hasil 184.

Kesimpulan dan Rekomendasi

1) Upaya optimalisasi kemitraan dari peran masyarakat dibidang kesehatan dapat berupa
ketersediaan waktu, dana,peningkatan pengetahuan serta keputusan oleh
masyarakat. Pemberdayaan menumbuh kembangkan potensi
masyarakat, bekerja secara bersama, kemitraan dan belum banyak disentuh oleh
kader posyandu. Kegiatan yang terkait dengan upaya pemberdayaan yang dilakukan
posyandu, antara lain memaksimalkan sumber daya potensial masyarakat.Ini
dilakukan untuk pemberdayaan dan menggali potensi serta membuat
masyarakat lebih berdaya melalui sumber yang sudah ada. Secara
keseluruhan keberhasilan dari pencapaian sasaran kegiatan tergantung pada
komitmen yang kuat dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta atau dunia usaha
Perilaku hidup bersih dan sehat dengan lingkungan yang kondusif agar derajat
kesehatannya meningkat. Menjalin kemitraan lebih baik lagi dengan sarana pelayanan
kesehatan swasta dan organisasi masyarakat; serta meningkatkan gotong-
royong. Komunitas yang kuat atau dominan disarankan meningkatkan akses
informasi kesehatan melalui sosialisasi, televisi, koran, radio daerah, selebaran, rapat
koordinasi, dan surveilans berbasis masyarakat, serta yang lebih canggih di
era digital ini. Pengembangan proses pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan disarankan untuk diarahkan pada proses pemberdayaan dan
pemanfaatan sumber daya di dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan ini
sebagai proses fasilitasi dan dukungan dari luar masyarakat. Pengembangan keluaran
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan diarahkan pada keberdayaan
masyarakat bidang kesehatan meliputi kemampuan mengidentifikasi
masalah kesehatan lokal dan kemampuan pemecahan masalah kesehatan dan
lebih mandiri dalam pencegahan dan pengenalan gejala penyakit.
2) Program Secercah Hati pada tahun pertama, tahun 2019, telah berhasil
dilaksanakan dengan baik. Dukungan Pemkot Cimahi sungguh konkret dan nyata,
sehingga program ini dapat terlaksana karena adanya sinergi antara Tim Program
Secercah Hati dan Program Kerja Pemkot Cimahi yang sejalan dengan RPJMD
Kota Cimahi 2017-2022. Begitu pula, respon masyarakat sangat baik.Program ini
berhasil meningkatkan peran posyandu dan posbindu sebagai sentral kegiatan
peningkatan kesehatan dan perekonomian masyarakat. Para kader posyandu dan posbindu
menjadi lebih berdaya karena memiliki pengetahuan yang pemahaman tentang kesehatan
yang lebih baik. Mereka juga menjadi lebih berdaya secara ekonomi karena
membangun bisnis bersama. Mereka terbentuk menjadi pribadi yang sadar kesehatan dan
mampu memberikan solusi terhadap masalah kesehatan dan ekonomi di sekitarnya.
Sebaiknya, program ini dilanjutkan pada tahun berikutnya dengan wilayah
sasaran RW yang berbeda pada kelurahan yang sama sesuai skema Program
Kemitraan Wilayah. Diharapkan model pemberdayaan masyarakat ini dapat
menjadi model percontohan bagi pemberdayaan masyarakat di wilayah lain dan
menjadi masukan bagi Pemkot Cimahi dalam perumusan kebijakan.
3) Pengabdian masyarakat ini menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi yang
dapat meningkatkan kemampuan kader dalam mengoptimalkan program posyandu lansia
untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia di wilayah Betokan. Setelah dilakukan
pelatihan kader memahami pemeriksaan dan deteksi dini penyakit pada lansia,
penatalaksanaan DM dan pencegahan komplikasi DM sehingga kader mampu melakukan
penyuluhan sendiri kepada lansia dan keluarga lansia untuk meningkatkan dukungan
keluarga dalam memberikan perawatan lansia sehingga derajat kesehatan lansia
meningkat dan menurunkan angka kematian.

Anda mungkin juga menyukai